Anda di halaman 1dari 62

PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK

Definisi
Pemeriksaan fisik pada pada anak

Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik pada anak

Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menyebutkan pengertian pemeriksaan fisik pada anak
2. Menyebutkan tujuan pemeriksaan fisik pada anak
3. Menyebutkan persiapan alat dan pasien
4. Menjelaskan cara pemeriksaan fisik pada anak
5. Melakukan pemeriksaan fisik pada anak

Metode
Demonstrasi
INSTRUKSI KERJA
PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK

NAMA :
NIM :
TANGGAL :
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
. 1 2 3 4
FASE PRAINTERAKSI
1. Persiapan diri (perawat)
2. Persiapan alat
a. Bak instrumen berisi: termometer aksila
b. Kapas alkohol pada tempatnya
c. Stetoskop
d. Tensimeter
e. Manset anak
f. Timbangan anak
g. Pita pengukur
h. Meteran pengukur tinggi badan, papan pengukur
panjang badan
i. Jam
j. Format pengkajian atau lembar observasi (alat tulis)
3. Persiapan lingkungan
Tempat tidur, ruang yang nyaman dan aman untuk anak,
memasang sampiran
FASE ORIENTASI
4. Alat-alat didekatkan pada pasien (anak)
5. Berikan salam dan perkenalan (Perkenalkan diri dan
pasien)
6. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan, kontrak waktu
7. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan dan pakai sarung
tangan (Jika perlu)
8. Hangatkan tangan dan buka pakaian anak (jika perlu),
pasangkan selimut
FASE KERJA
9. Pengamatan umum:
a. Kesadaran: sadar, …
b. Tonus otot (posisi fleksi: tonus baik), penyimpangan
(lunak, kaku atau tegang)
c. Kulit:….
10. Pengukuran antropometri
a. Berat badan: ………cm
b. Tinggi: …….cm
c. Lingkar kepala: ……cm
d. Lingkar dada: ……..cm
11. Pengukuran Tanda-tanda vital
a. Suhu: diukur pada aksila (36,5 - 37ºC),
b. Frekuensi Pernapasan: dihitung 1 menit penuh (hasil:
….kali/menit, tenang dan dangkal, nafas ……….)
c. Frekuensi nadi: diukur dengan selama 1 menit (hasil:
….x/menit posisi berbaring,
d. Tekanan darah: diukur pada keempat tangan dan kaki
dengan manset anak (hasil:………mmHg)
12. Kepala : bentuk, kesimetrisan, rentang gerak, nodus,
pembengkakan, hygiene, lesi dan tanda trauma
13. Mata : kemiringan palpebra, lipatan epikantus, kelopak
mata, konjungtiva palpebra, bulu mata, alis, sclera, pupil
14. Hidung : perforasi vestibule anterior, septum
15. Mulut dan tenggorokan : bibir, struktur internal (membrane
mukosa, ginggiva, gigi, lidah, uvula dan tonsil)
16. Telinga : kesejajaran pinna, keadaan kanal luar dan telinga
tengah, pemeriksaan gendang telinga :
○Bayi - ≤ 3 tahun : tarik pinna ke bawah dan ke belakang
○> 3 tahun : tarik pinna ke atas dan ke belakang
17. Leher :
a. Trakhea : palpasi deviasi
b. Tiroid : palpasi ukuran, bentuk, kesimetrisan, nyeri tekan
dan nodul
c. Arteri karotis : palpasi keduanya
18. a. Dada : kesimetrisan, puting susu dan payudara
b. Paru-paru : vokal fremitus, bunyi dan pola nafas
c. Jantung : CRT, letak jantung :
(≤ 7 tahun : lateral MCL kiri dan ICS 4, > 7 tahun : MCL
kiri dan ICS 4-5)
19. Abdomen : posisikan kaki fleksi pada panggul dan lutut :
observasi herniainguinalis dan femoralis, hepar teraba 1-2
cm dibawah margin kosta kanan pada bayi dan anak kecil,
limpa teraba 1-2 cm dibawah margin kosta kiri pada bayi
dan anak kecil
20. Punggung dan ektremitas : kurvatura dan kesimetrisan
tulang belakang, bentuk tulang, cara berjalan, kekuatan,
Ukur jarak antar lutut (< 5 cm pada anak usia > 2 tahun
dan N < 7.5 cm pada anak usia > 7 tahun)
21. Genetalia
Laki-laki : penis, glands dan batang, preputium, meatus
uretral, skrotum, testis
Wanita : genetalia eksterna (mons pubis dan klitoris, labia,
meatus uretra, kelenjar skene, orifisium vagina, kelenjar
bartholin
22. Anus : penampilan, kondisi kulit, dan refleks
23. Rapikan alat dan pasien
24 Lepas sarung tangan dan cuci tangan
FASE TERMINASI
26 a. Evaluasi perasaan pasien
b. Kontrak waktu dan topik untuk pertemuan berikutnya
27 Dokumentasi
a. Waktu: tanggal dan jam,
b. Tindakan yang dilakukan dan hasil pemeriksaan, dan
respon pasien
c. nama dan paraf perawat
DIMENSI RESPON
a. Melakukan tindakan dengan sistematis
b. Komunikatif dengan pasien
c. Percaya diri
TOTAL NILAI
1+2+3+4 =

Keterangan :
1 = Mengetahui, tetapi tidak melakukan
2 = Melakukan, tetapi tidak tepat
3 = Melakukan, mendekati tepat
4 = Melakukan dengan tepat

Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75


Penilaian: (Jumlah nilai aspek yang dilakukan) x 100
(Jumlah aspek ….. x 4)

NILAI =

Palu,..................................2020
Mahasiswa/Peserta Pembimbing/ Penguji

(……………………………………..) (…………………………………………)

PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR


Definisi
Pemeriksaan fisik pada pada bayi baru lahir

Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir

Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menyebutkan pengertian pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
2. Menyebutkan tujuan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
3. Menyebutkan persiapan alat dan pasien baru lahir
4. Menjelaskan cara pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
5. Melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir

Metode
Demonstrasi

INSTRUKSI KERJA
PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR
NAMA :
NIM :
TANGGAL :
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
. 1 2 3 4
FASE PRAINTERAKSI
1. Persiapan diri (perawat)
2. Persiapan alat
a. Bak instrumen berisi: termometer aksila
b. Kapas alkohol pada tempatnya
c. Stetoskop
d. Tensimeter
e. Manset anak
f. Timbangan anak
g. Pita pengukur
h. Meteran pengukur tinggi badan, papan pengukur
panjang badan
i. Jam
j. Format pengkajian atau lembar observasi (alat tulis)
3. Persiapan lingkungan
Tempat tidur, ruang yang nyaman dan aman untuk anak,
memasang sampiran
FASE ORIENTASI
4. Alat-alat didekatkan pada pasien (anak)
5. Berikan salam dan perkenalan (Perkenalkan diri dan
pasien)
6. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan, kontrak waktu
7. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan dan pakai sarung
tangan
8. Hangatkan tangan dan buka pakaian anak (jika perlu),
pasangkan selimut
FASE KERJA
9. Pengamatan umum:
a. Kesadaran: sadar, …
b. Tonus otot (posisi fleksi: tonus baik), penyimpangan
(lunak, kaku atau tegang)
c. Kulit:….
10. Pengukuran antropometri
a. Berat badan: ………cm
b. Tinggi: …….cm
c. Lingkar kepala: ……cm
d. Lingkar dada: ……..cm

11. Pengukuran Tanda-tanda vital


a. Suhu: diukur pada aksila (36,5 - 37ºC),
b. Frekuensi Pernapasan: dihitung 1 menit penuh (hasil:
….kali/menit, tenang dan dangkal, nafas ……….)
c. Frekuensi nadi: diukur dengan selama 1 menit (hasil:
….x/menit posisi berbaring,
d. Tekanan darah: diukur pada keempat tangan dan kaki
dengan manset anak (hasil:………mmHg)
12. Kepala
Inspeksi: bentuk (pervaginam: lonjong/molase, letak
bokong/SC: bulat simetris), apakah ada kaput suksedanum,
sefalohematom, kontusio, abrasi, ubun-ubun depan dan
belakang (normal: tidak menonjol, datar, penyimpangan:
cekung, menonjol)
Palpasi: ubun-ubun depan (normal: lunak, bentuk segitiga
2-3 x 3-4 cm saat lahir, > lebih kecil saat lahir pada molase,
penyimpangan: kecil, hamper tertutup, tertutup
(kraniostenosis), melebar), ubun-ubun belakang (normal:
bentuk segitiga, kecil, hamper tertutup, penyimpangan:
membesar),
13. Mata
Inspeksi: kelopak mata edema dan biasanya tertutup
(terbuka spontan jika kepala diangkat atau diguncang dg
perlahan), warna biru atau keabu-abuan, tidak ada air mata,
pupil sama, bundar, bereaksi terhadap cahaya, strabismus
konvergen atau nistagmus kadang-kadang (nomal pada
BBL), (penyimpangan: ptosis kelopak mata, pupil tidak
sama, melebar atau mengecil, rabas purulen, sering
nistagmus, strabismus konstan unilateral)
14. Telinga dan Pendengaran
Inspeksi: bentuk = kartilago terbentuk baik, ukuran = sesuai
dengan ukuran kepala, posisi perlekatan (titik ujung telinga
yang melekat pada kulit kepala harus tepat atau di atas
garis imajiner yang ditarik dari kantus mata bagian dalam
sampai bagian luar), saluran pendengaran luar paten
(penyimpangan: letak rendah, laformasi, lunak, menonjol,
sumbatan pada saluran), tes pendengaran: berbisik atau
membunyikan bel tetapi di luar pandangan mata (normal:
mata berkedip, menghentikan sementara aktivitas, respons
terkejut)
15. Bibir dan Mulut
Inspeksi: warna bibir (normal: kemerahan, penyimpangan:
cianosis, pucat), bentuk bibir, gusi, palatum (normal:
utuh/tidak mengalami celah), tuberkel labia/lepuh akibat
mengisap pada bibir, letak lidah, gerakan lidah, sesuai
ukuran mulut (penyimpangan: celah bibir atau palatum,
bintik-bintik putih pada lidah/gusi/membrane mukosa, lidah
besar atau terjulur keluar)
16. Hidung
Inspeksi: posisi (normal: pada garis tengah), lubang hidung
paten, Palpasi: septum ditengah dan utuh (penyimpangan:
datar, nafas cuping hidung, memar, letak tidak lazim,
lubang tersumbat, deviasi atau perforasi septum)
17. Leher
Inspeksi: bentuk (normal BBL: pendek)
Palpasi: putar dengan perlahan untuk mengetahui rentang
gerak, ada massa atau tidak (penyimpangan: keterbatasan
gerak, kaku kuduk, ada massa)
18. Klavikula
Inspeksi: bentuk (normal: lurus, halus, utuh)
(penyimpangan: pengerasan atau benjolan, penurunan
gerakan ekstremitas pada salah satu sisi)
19. Thoraks
a. Paru-paru
Inspeksi: bentuk (normal: bundar diameter transversal dan
anteroposterior hampir sama), kulit tipis dengan sedikit otot,
rongga dada sangat lunak dan lentur, simetris, prosesus
xifoid menonjol, gerakan dada dan perut bersamaan
(pernafasan diafragma: lebih jelas lihat gerakan perut),
gerakan otot nafas tambahan (penyimpangan: tidak
simetris, dada tong, retraksi dinding dada, henti
nafas/apnea)
Auskultasi:
Bunyi nafas di lapang paru (normal: keras, bersih, dangkal,
bronchial, sama bilateral), (penyimpangan: penurunan bunyi
nafas/melemah, stridor, wheezing, merintih)
Lingkar dada: diukur dengan pita pengukur melingkari dada
melewati kedua putting susu (31-35 cm)

b. Jantung
Inspeksi:daerah precordium (normal: tenang,
penyimpangan: aktif)
Auskultasi: bunyi jantung: frekuensi dan irama teratur
dihitung 1 menit penuh di apeks, BJ I di ICS 1-2 batas
sternum kanan dan kiri, BJ II di ICS 3-4 batas sternum kiri
dan apeks (ICS 4-5 mid kalvikula kiri) (normal: bersih dan
berbeda) (penyimpangan: murmur dapat didengar dengan
bel stetoskop, aritmia)

c. Payudara
Inspeksi:simetris,pembengkakan pada hari kedua-ketiga
payudara (normal: laki-laki dan perempuan),
(penyimpangan: kemerahan dan keras disekitar putting)
20. Abdomen
a. Inspeksi: simetris, bentuk bundar dan agak menonjol
(penyimpangan: cekung, skapoid, distensi, tidak
simetris), tali pusat (perdarahan, jumlah pembuluh darah
2 arteri dan 1 vena, kemerahan, bau)
b. Auskultasi: bising usus (normal: 2-6 kali/menit)
(penyimpangan: tidak ada, hyperaktif atau hypoaktif)
c. Palpasi: dilakukan dengan menggunakan ujung jari
dengan tekanan lembut
Hidrasi: Nomal: cubitan pada abdomen segera kembali
ke keadaan awal (Penyimpangan: tetap tegang setelah
dicubit)
(Hepar): menekan dengan ujung jari dengan tekanan
lembut kearah iga kanan di kuadran kanan atas (normal:
teraba 2-3 cm di bawah batas iga kanan)
(Limpa): menekan dengan lembut di kuadran kiri atas
(normal: dapat teraba)
(Ginjal): dipalpasi dengan bimanual (normal: dapat
teraba pada 4-6 jam pertama setelah dilahirkan, tepi
bawah setinggi umbilicus)
d. Perkusi: dilakukan dari kuadran tengah, kearah bawah
(normal: bunyi tympani)
e. Lingkar Perut: diukur dengan menggunakan pita ukur,
mengelilingi dinding perut dan melewati umbilicus (cm)
21. Posterior Tubuh
Inspeksi: medulla spinalis (lurus, kentur, utuh, tidak ada
massa) ( penyimpangan: sangat melengkung, spina bifida,
ada massa)
Anus: paten atau tidak dengan menggunakan thermometer
rectal

22. Genetalia
Inspeksi:
(Perempuan): labia (edema, mayor menutupi minor, verniks
pada lipatan), vagina (rabas lendir) (penyimpangan:
hematoma, lesi, penyatuan labia)
(Laki-laki): kulup (melekat pada glans penis), uretra (lubang
pada ujung penis), testis (dapat diraba pada tiap kantong
skrotum) (penyimpangan: letak uretra hypospadia,
epispadia, kordea, fimosis)
23. Ekstremitas
a. Inspeksi: jari-jari tangan dan kaki (lengkap atau tidak
atau sindaktil/berselaput, polidaktil/jari tambahan),
ukuran sesuai atau tidak,
(panjang tungkai): posisikan bayi terlentang lalu
meluruskan kedua tungkai,
(tinggi lutut): dengan cara menekuk lutut dan kedua
telapak kaki menapak
(Abduksi panggul): memfleksikan kedua lutut
kesamping perut, ada tahanan atau tidak, apakah
dapat aktif/pasif kembali keposisi normal
23. Rapikan alat dan pasien
24 Lepas sarung tangan dan cuci tangan
FASE TERMINASI
26 Kontrak waktu dan topik untuk pertemuan berikutnya
27 Dokumentasi
a. Waktu: tanggal dan jam,
b. Tindakan yang dilakukan dan hasil pemeriksaan, dan
respon pasien
c. nama dan paraf perawat
DIMENSI RESPON
28 a. Melakukan tindakan dengan sistematis
b. Komunikatif dengan pasien
c. Percaya diri
TOTAL NILAI
1+2+3+4 =

Keterangan :
1 = Mengetahui, tetapi tidak melakukan
2 = Melakukan, tetapi tidak tepat
3 = Melakukan, mendekati tepat
4 = Melakukan dengan tepat

Kriteria penilaian:
Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75
Penilaian: (Jumlah nilai aspek yang dilakukan) x 100
(Jumlah aspek ….. x 4)

NILAI =

Palu,..................................2020
Mahasiswa/ Peserta Pembimbing/ Penguji

(……………………………………..) (…………………………………………)

RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR


DEFINISI
Tindakan yang dilakukan untuk menolong neonatus yang mengalami kesulitan bernapas pada
saat lahir yang meliputi penghisapan, ventilasi tekanan positif, pijat jantung eksternal, intubasi
dan pemberian obat-obat sesuai kondisi neonatus pada menit pertama kelahiran.

TUJUAN
1. Membuka dan menjaga jalan napas
2. Memastikan sirkulasi yang efektif
3. Melakukan koreksi bila terjadi asidosis
4. Mencegah hipotermia, hipoglikemia dan perdarahan
PERANGKAT ALAT
1. Peralatan penghisap:
a. Bola karet penghisap
b. Tabung sekret De lee dan kateter 10 Fr atau penghisap mekanik
c. Karet penghisap no 6, 8, 10
d. NGT no 8 Fr dan spuit 20 mL
2. Peralatan kantung dan sungkup:
a. Kantung resusitasi neonatus dan katup pelepas tekanan atau pengukur tekanan
dengan reservoir yang mampu menghasilkan oksigen 90-100 %
b. Sungkup wajah dengan tepi bantalan(Ukuran neonatus dan prematur)
c. Pipa napas oral(Ukuran untuk bayi aterm dan prematur)
d. Oksigen dengan pengukur aliran dan selang
3. Peralatan intubasi
a. Laringoskop dengan bilah lurus no “0” (Prematur), No “1” (Neonatus)
b. Lampu dan baterai cadangan untuk laringoskop
c. Selang endotrakeal. Ukuran diameter internal 2.5; 3.0; 3.5, dan 4.0 mm
d. Stilet
e. Gunting
4. Obat
a. Epinefrin 1 : 10.000 ampul (1 mL ampul 1 : 1.000 tersedia di india)
b. Nalokson hidroklorida (Narcan neonatus 0,02 mg/mL)
c. Volume ekspander
d. Larutan albumin 5 %
e. NaCl 0,9 %
f. Ringer laktat
g. Sodium bikarbonat 4,2 % (1 mEq/2mL). Konsentrasi 7,5 % yang tersedia di India sama
dengan 0,9 mEq/mL
h. Dekstrosa 10 % 250 Ml
i. Air steril 30 mL
j. NaCl 0,9 % 30 mL
5. Lain-lain
a. Radiant warmer
b. Stetoskop
c. Plester dan gunting verban
d. Spuit 1 mL, 2 mL, 5 mL dan 20 mL
e. Jarum no 21, 22 dan 26 G
f. Penjepit tali pusat
g. Sarung tangan
h. Handuk kering hangat

INSTRUKSI KERJA
RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR

NAMA :
NIM :
TANGGAL :
NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI
1 2 3 4
FASE PRAINTERAKSI DAN ORIENTASI
A. PERSIAPAN RESUSITASI BAYI BARU LAHIR
1. Persiapan keluarga
Membahas dengan keluarga persiapan persalinan dan
resusitasi BBL
2. Persiapan tempat
a. Menyiapkan ruangan yang bersih, hangat, tidak
berangin, terang/menyalakan lampu
b. Menyiapkan tempat resusitasi yang datar, rata, keras,
bersih, kering, hangat.
3. Persiapan alat resusitasi
a. Menyediakan 3 helai kain (handuk, selimut dan ganjal)
b. Menyediakan alat penghisap lender dalam kotak alat
steril
c. Menyediakan alat resusitasi tabung, balon dan sungkup
di dalam kotak steril
d. Menyediakan jam/menghidupkan pencatat waktu (stop
watch)
e. Menyiapkan sepasang sarung tangan karet
f. Menggelar kain ke-1 diperut ibu /kira-kira 45 cm dari
perineum ibu
g. Menggelar kain ke-2 menutupi tempat resusitasi
h. Menggulung kain ke-3 untuk ganjal bahu bayi
i. Meletakkan kotak alat dekat tempat resusitasi
j. Menyalakan lampu penghangat
4. Persiapan diri
a. Mengenakan alat pelindung diri sebelum persalinan
(celemek)
b. Mencuci kedua tangan dengan air mengalir dan sabun/
alcohol-glicerin lalu mengeringkannya dengan kain/
tissue bersih
c. Mengenakan kedua sarung tangan menjelang kelahiran
FASE KERJA DAN TERMINASI
B. PENILAIAN-KEPUTUSAN-TINDAKAN BBL
I. PENILAIAN BBL
Sebelum bayi lahir
5. Apakah kehamilan cukup bulan ?
6. Jika ketuban sudah pecah, apakah ketuban jernih? Tidak
bercampur meconium
Segera sesudah bayi dilahirkan
7. Menilai apakah bayi menanggis atau bernafas/ megap-
megap atau tidak benafas
II. KEPUTUSAN RESUSITASI BBL
8. Memutuskan resusitasi bila air ketuban bercampur
meconium
9. Memutuskan resusitasi bila kehamilan tidak cukup bulan
dan atau bayi megap-megap/ tidak bernafas
III. TINDAKAN RESUSITASI BBL : LANGKAH AWAL
Bila ketuban jernih, bayi bernafas mengap-mengap atau tidak bernafas
Setelah bayi lahir
10. Memberitau keluarga, minta jaga ibu, dan siap memulai
resusitasi
11. Memotong tali pusat dengan cepat tidak diikat atau dibubui
apapun
12. Lanjutkan langkah awal resusitasi A,B,C,D,E,F
Bila ketuban bercampur meconium
12. Setelah kepala keluar dari jalan lahir, sebelum bahu
dilahirkan, isap lendir dari mulut (< 5 cm) lalu hidung bayi (<
3 cm)
Setelah seluruh badan lahir,
13. Menilai apakah bernafas atau tidak
14. Membuka lebar mulut bayi, usap mulut bayi, ulangi
mengisap lender
15. Nilai kembali, apakah bernafas atau tidak
16. Bila bayi bernafas atau bernafas mengap-mengap atau
tidak bernafas,
17. Memotong tali pusat dengan cepat, tidak diikat atau
dibubuhi apapun, lanjutkan dengan langkah awal resusitasi
A,B,C,D,E,F
A. JAGA BAYI TETAP HANGAT
18. Membungkus bayi dengan kain 1 yang ada di perut
ibu/dekat perineum
19. Memindahkan bayi terbungkus ke tempat yang disiapkan
B. ATUR POSISI BAYI
20. Meletakkan bayi terlentang dengan ganjal kain di bawah
bahunya
21. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensio agar jalan
nafas terbuka
C. ISAP LENDIR
22. Mengisap lendir dengan alat pengisap lendir de lee
23. Melakukan isapan lendir pada hidung sedalam < 3 cm
24. Mengisap lendir waktu menarik keluar, tidak maktu
mesukkannya
D. KERINGKAN DAN RANGSANG BAYI
25. Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, tubuh dengan
sedikit tekanan
26. Menepuk atau menyentil telapak kaki bayi
27. Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi
dengan telapak tangan
28. Mengganti kain ke-1 yang basah dengan kain dibawahnya
yang kering
29 Menyelimuti bayi dengan kain kering, muka, dan dada
terbuka
E. ATUR KEMBALI POSISI KEPALA BAYI
30. Mengatur kembali posisi kepala bayi agar sedikit ekstensio
31. Seluruh kegiatan langkah awal (C 1- V) diselesaikan dalam
30 menit
F. LAKUKAN PENILAIAN BAYI
32. Menilai apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau
mengap-mengap
33. Memberikan bayi kepada ibu bila bayi bernafas normal
34. Meletakkan bayi ke dada ibu dan menyelimuti bayi bersama
ibunya
35. Menganjurkan ibu segera menyusui bayinya
36. Lanjutkan dengan resusitasi lanjutan (Ventilasi) jika bayi
tidak bernafas, mengap-mengap atau nafas lemah
IV. TINDAKAN RESUSITASI LANJUTAN
A. VENTILASI
PASANG SUNGKUP
37. Memasang sungkup pada muka bayi, menutupi hidung
mulut dan dagu
LAKUKAN VENTILASI 2 X
38. Meniup udara melalui alat tabung dan sungkup/ memompa
alat balon dan sungkup ke mulut dan idung bayi 2x
( dengan tekanan 30 cm air)
39. Melihat apakah dada bayi mengembang saat ditiup atau
dipompa
Jika dada tidak berkembang
40. Memeriksa posisi sungkup dan pastikan tidaka ada udara
bocor
41. Memerikasa posisi kepala dan membetulkan agar sedikit
ekstensi
42. Memeriksa apakah ada cairan atau lendir di mulut dan
menghisap bila ada
43. Meniup udara melalui alat tabung dan sungkup/memompa
alat balon dan sungkup ke mulut dan hidung bayi 2x
(dengan tekanan 30 cm air)
Jika dada berkembang
44. Melanjutkan langka ventilasi jika dada bayi berkembang
LAKUKAN VENTILASI 20 X DALAM 30 DETIK
45. Melakukan ventilasi sebanya 20x dalam 30 detik (dengan
tekanan 20 cm air)

LAKUKAN PENILAIAN
46. Menilai usaha nafas bayi, frekuensi jantung (6 detik x 10)
dan warna kulit
Bila bayi mulai bernafas normal
47. Menghentikan ventilasi jika bayi mulai bernafas normal
(frekuensi jantung > 100 x/menit)
48. Lakukan asuhan pasca resusitasi
Bila bayi belum bernafas/bernafas mengap-mengap
49 Mengulangi ventilasi sebanyak 20x dalam 30 detik
HENTIKAN VENTILASI DAN NILAI TIAP 30 DETIK
50. Menghentikan ventilasi setiap 30 detik
51 Menilai apakah bayi bernafas normal, mengap-mengap
atau tidak bernafas, frekuensi jantung < 100 x/menit atau >
100 x/menit
Jika bayi bernafas normal, frekuensi jantung > 100 x/menit
52. Mengentikan ventilasi
53. Melakukan asuhan pasca resusitasi
Jika bayi tidak bernafas, mengap-mengap,atau frekuensi jantung > 60 x/menit atau < 100
x/menit
54. Mengulangi ventilasi sebanyak 20x dalam 30 detik
55. Hentikan ventilasi dan nilai frekuensi jantung, nafas tiap
ventilasi 30 detik
JIKA BAYI MEGAP-MEGAP/TIDAK BERNAFAS SESUDAH 2 MENIT RESUSITASI
56. Meneruskan ventilasi 20x dalam 30 detik
57. Hentikan ventilasi dan nilai nafas tiap ventilasi 30 detik
58. Menyiapkan rujukan bayi bersama ibunya sesuai pedoman
BILA BAYI TIDAK BERNAFAS SESUDAH VENTILAI 10-20 MENIT MENGHENTIKAN
VENTILASI
59. Perimbangkan mengentikan ventilasi sesuda resusitasi 10-
20 menit dan tidak terdengar denyut jantung
VI. PASCA TINDAKAN
60. Mengikat tali pusat, tidak dibubuhi apapun, dan tidak
dibungkus
61. Melepaskan sarung tangan
62. Mencuci tangan dengan air mengalir
VII. MEMBUAT CATATAN RESUSITASI
63. Tanggal dan jam lahir
64. Kondisi bayi saat baru lahir
65. Jam mulai resusitasi
66. Tindakan resusitasi yang dilakukan
67. Hasil resusitasi
VIII. ASUHAN PASCA RESUSITASI (DALAM 2 JAM PASCA LAHIR)
BILA RESUSITASI BERHASIL
A. LAKUKAN PEMANTAUAN TANDA BAHAYA PADA BAYI
68. Mengamati adanya nafas bayi megap-megap
69. Mengamati apakah bayi merintih
70. Mengamati adanya tarikan dinding dada
71. Mengamati apakah tubuh dan bibir bayi biru
72. Menghitung frekuensi nafas bayi, apakah <30x/menit atau
>60x/menit
73. Menghitung frekuensi jantung bayi, apakah <120x/menit
atau >160x/menit
74. Mengamati apakah tubuh bayi pucat
75. Mengamai apakah tubuh bayi kuning
76. Mengamati apaka bayi lemas
77. Mengamati apaka bayi kejang
78. Merujuk segera bila ada salah satu tanda-tanda bahaya
B. LAKUKAN PEMANTAUAN DAN PERAWATAN TALI PUSAT
79 Memantau penaraan tali pusat, jika ikatan lepas betilkan
80. Menjelaskan perawatan tali pusat yang benar
C. BILA NAFAS BAYI DAN WARNA KULIT NORMAL, BERIKAN BAYI KEPADA IBUNYA
81. Meletakkan bayi di dada ibu (kulit ke kulit) dan menyelimuti
keduanya
82. Membantu ibu untuk menyusui bayinya sampai dengan 1
jam pertama
83. Menganjurkan ibu mengusap bayinya dengan kasih saying
D. MENCEGAH HYPOTERMI
84. Membaringkan bayi dalam ruangan >25 OC bersama ibunya
85. Mendekap bayi dengan lekatan kulit ke kulit sesring
mungkin
86. Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam
87. Mengukur panjang badan dan lingkar kepala bayi
88. Menimbang berat badan terselimuti, kurag berat selimut
89. Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka
selimut bayi sebagian-sebagian
E. PENCEGAHAN INFEKSI
90. Memberikan salep mata antibiotika
91. Memberikan imunisai hepatitis B di paha kanan 0,5 ml IM 1-
2 jam setelah pemberian vitamin K1
92. Memberitahu ibu dan keluarga cara pencegahan infeksi
bayi
F. PEMERIKSAAN FISIK
93. Melihat dan meraba
94. Melihat mata bayi
95. Melihat mulut dan bibir bayi
96. Melihat dan meraba tulang punggung bayi
97. Melihat dan meraba lengan dan tungkai, gerakan tumit,
menghitung jumlah jari
98. Melihat alat kelamin dan menentukan jenis kelamin, adakah
kelainan
99. Memastikan adakah lubang anus dan uretra, adakah
kelainan
100 Memastikan adakah buang air besar dan buang air kecil
.
G. PENCATATAN DAN PELAPORAN
101 Membuat catatan identitas, langkah tindakan, hasil
. resusitasi dan waktu
BILA PERLU RUJUKAN
102 Melakukan konseling dan pelaporan kasus
.
103 Melanjutkan resusitasi
.
104 Memantau tanda bahaya
.
105 Merawat tali pusat
.
106 Mencegah hipotermi
.
107 Memberikan vitamin K1
.
108 Mencegah infeksi
.
109 Membuat surat rujukan
.
110 Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus
.
BILA RESUSITASI TIDAK BERHASIL
111 Melakukan konseling pada ibu dan keluarga
.
112 Memberikan petunjuk perawatan payudara dan ibu nifas
.
113 Melakukan pencatatan dan pelaporan kematian
.
114 Dokumentasi semua tindakan yang dilakukan
.
DIMENSI RESPON
115 Melakukan tindakan dengan sistematis
.
116 Komunikatif
.
117 Percaya diri
TOTAL NILAI
1+2+3+4 =

Keterangan :
1 = Mengetahui, tetapi tidak melakukan
2 = Melakukan, tetapi tidak tepat
3 = Melakukan, mendekati tepat
4 = Melakukan dengan tepat

Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75


Penilaian: (Jumlah nilai aspek yang dilakukan) x 100
(Jumlah aspek ….. x 4)

NILAI =
Palu,..................................2020
Mahasiswa/Peserta Pembimbing/ Penguji

(……………………………………..) (…………………………………………)

INSTRUKSI KERJA
ASUHAN PASCA RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR (PASCA LAHIR 2-24 JAM)

NAMA :
NIM :
TANGGAL :
NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI
1 2 3 4
A. LAKUKAN PEMANTAUAN TANDA BAHAYA
1 Mengamati adanya nafas bayi megap-magap
2 Mengamati apakah bayi merintih
3 Mengamati adanya tarikan dinding dada
4 Mengamati apakah tubuh dan bibir bayi biru
5 Menghitung frekuensi nafas bayi, apakh <30x/menit atau
>60x/menit
6 Mengamati apakah tubuh bayi pucat
7 Mengamati apakah tubuh bayi kuning
8 Mengamati apakah bayi lemas
9 Mengamati apakah bayi kejang
10 Memberitahu keluarga untuk ikut memantau tanda bahaya
11 Merujuk segera bila ada salah satu tanda-tanda bahaya
12 Melakukan tindakan pra rujukan
B. LAKUKAN PEMANTAUAN DAN PERAWATAN TALI PUSAT
13 Menjelaskan perawatan tali pusat yang benar
14 Mematau pendarahan tali pusat, jika ikatan lepas betulkan
15 Jika keluar nna dan berbau, bersihkan tali pusat dengan
kasa bersih dan air hangat, oleskan gentian violet 0,5 %
providon iodine 2,5%, rujuk
C. LAKUKAN PENCEGAHAN HYPOTERMI
16 Membaringkan bayi dalam ruangan >25 o C barsama ibunya
17 Mendekap bayi dengan ekatan kulit ke kulit, sering mungkin
18 Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam
D. LAKUKAN KONSELING MENYUSUI
19 Memberi konseling ASI ekslusif
20 Melanjutkan menyusui
21 Memastikan posisi menyusui benar
22 Memastikan perlekatan mulut bayi ke payudara ibu bayi
E. PENCATATAN DAN PELAPORAN
23 Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus

INSTRUKSI KERJA
IMUNISASI BCG

NAMA :
NIM :
TANGGAL :
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
. 1 2 3 4
FASE PRAINTERAKSI
1. Persiapan diri (perawat), membaca waktu dan jenis
imunisasi
2. Persiapan alat
Vaksin BCG
Pelarut vaksin BCG
Sarung tangan satu pasang
Spuit steril 0,5 cc AD ( auto disposable ) dan 5 cc
Kom
Bak instrument
Bengkok
Kapas basah ( DTT )
Kapas kering
Kassa
Waskom berisi larutan klorin 0,5%
Safety box
Wastafel/tempat cuci tangan
Sabun biasa/antiseptic
Handuk/lap tangan
3. Persiapan lingkungan
Tempat tidur, ruang yang nyaman dan aman untuk anak,
memasang sampiran
FASE ORIENTASI
4. Menyapa ibu bayi/anak dengan ramah dan
memperkenalkan diri sebagai petugas kesehatan kepada
ibu
5. Mengecek jenis vaksin yang dibutuhkan oleh bayi/anak
pada saat kunjungan dari buku KIA atau catatan imunisasi
bayi
6. Menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan imunisasi yang
akan diberikan: manfaat, efek samping, tempat injeksi, dll
FASE KERJA
7 Mencuci tangan dan keringkan dengan handuk
8 Mempersiapkan vaksin yang akan diberikan dengan
mendekatkan cold pack di meja yang tidak terkena sinar
matahari langsung
9 Memakai sarung tangan
10 Mengambil vaksin dari cold pac kdan siapkan pelarut BCG.
Sebelum pelarut dimasukkan dalam ampul BCG kering,
maka pelarut harus diupayakan diletakkan dalam cold pack
sehingga suhu pelarut sama dengan suhu BCG kering
dalam ampul
11 Mematahkan ampul BCH kering dengan cara menggergaji
leher dengan gergaji yang telah disediakan, kemudian
patahkan leher ampul. Campur vaksin dengan pelarut
dengan cara ampul diputar salah satu arah di tempat yang
datar secara perlahan-lahan
12 Menyedot pelarut dengan spuit 5 cc, kemudian masukkan
dalam ampul BCG kering perlahan-lahan hingga semua
pelarut masuk ke dalam ampul. Campur vaksin dengan
pelarut dengan cara ampul diputar secara perlahan-lahan
13 Mengeluarkan spuit AD ( auto disposable ) dari bungkus
plastik kemudian lepaskan dan buka ujung piston spuit dari
paket atau lepaskan tutup pelastiknya
14 Melepaskan tutup jarum tanpa menyentuh jarum
15 Menusukkan jarum ke dalam ampul vaksin dan arahkan
ujung jarum ke bagian paling rendah dari dasar ampul
16 Menarik kembali piston untuk mengisi spuit. Piston secara
otomatis akan berhenti setelah melewati tanda 0,5 cc dan
anda akan mendengar bunyi klik
17 Menarik jarum dari ampul. Untuk menghilangkan
gelembung udara, pegang spuit tegak lurus dan buka
penyumbatnya, kemudian tekan dengan hati-hati ke tanda
tutup
18 Menentukan tempat suntikan. BCG diberikan di daerah
lengan kanan atas (insertion musculus deltoideus )
19 Mendesinfeksikan tempat penyuntikkan dengan kapas
basah (bukan kapas alkohol)
20 Menyuntikkan vaksin BCG secara intrakutan. Tegangkan
kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri (tangan
yang tidak dominan). Tusukkan jarum ke dalam kulit
dengan lubang jarum menghadap keatas dan jarum dengan
pemukaan kulit membentuk sudut 15-20 ͦ. Kemudian kulit
agak diangkat ke atas sampai muncul gelembung di tempat
penyuntikan. Hapus darah di lokasi penyuntikkan dengan
kapas kering tanpa massase
21 Masukkan spuit ke dalam larutan klorin, hisap larutan klorin
ke dalam spuit kemudian masukkan ke dalam safety box
22 Memberitahukan pada ibu agar jangan melakukan masase
pada tempat penyuntikan
23 Memberitahukan pada ibu bahwa 1-2 minggu kemudian
akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan
yang akan berubah menjadi pustula,kemudian pecah
menjadi luka yang tidak perlu pengobatan akan sembuh
secara spontan dan meninggalkan tanda parut,kadang-
kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak atau
leher, terasa padat,tidak sakit dan tidak menimbulkan
demam.
24 Membereskan semua peralatan yang digunakan dan
pisahkan sampah kering dan basah
25 Masukkan tangan pada wadah berisi larutan klorin 0,5%,
bersihkan sarung tangan dan lepaskan secara terbalik
26 Mencuci tangan dan keringkan dengan handuk
27 Mengamati reaksi bayi pasca penyuntikkan
FASE TERMINASI
28 Memberikan reinforcement pada anak/bayi dan ibu
29 Mengingatkan ibu waktu kunjungan ulang imunisasi
30 Mendokumentasikan imunisasi yang telah diberikan di buku
KIA/catatan imunisasi
DIMENSI RESPON
31 Melakukan tindakan dengan sistematis
32 Komunikatif dengan pasien
33 Percaya diri
TOTAL NILAI
1+2+3+4 =

Keterangan :
1 = Mengetahui, tetapi tidak melakukan
2 = Melakukan, tetapi tidak tepat
3 = Melakukan, mendekati tepat
4 = Melakukan dengan tepat

Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75


Penilaian: (Jumlah nilai aspek yang dilakukan) x 100
(Jumlah aspek ….. x 4)

NILAI =

Palu,..................................2020
Mahasiswa/Peserta Pembimbing/ Penguji

(……………………………………..)
(…………………………………………)

INSTRUKSI KERJA
IMUNISASI POLIO
(INACTIVED POLIOMYELITIS VACCINEAPV)
NAMA :
NIM :
TANGGAL :
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
. 1 2 3 4
FASE PRAINTERAKSI
1. Persiapan diri (perawat), membaca waktu dan jenis
imunisasi
2. Persiapan alat
Vaksin IPV
Sarung tangan satu pasang
Spuit steril 0,5 cc AD ( auto disposable )
Bak instrumen
Kom
Bengkok
Kapas basah (DTT)
Kapas kering
Waskom berisi larutan klorin 0,5 %
safety box
Watafel/tempat cuci tangan
Sabun biasa/antiseptic
Handuk/lap tangan
3. Persiapan lingkungan
Tempat tidur, ruang yang nyaman dan aman untuk anak,
memasang sampiran
FASE ORIENTASI
4. Menyapa ibu bayi/anak dengan ramah dan
memperkenalkan diri sebagai petugas kesehatan kepada
ibu
5. Mengecek jenis vaksin yang dibutuhkan oleh bayi/anak
pada saat kunjungan dari buku KIA atau catatan imunisasi
bayi
6. Menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan imunisasi yang
akan diberikan: manfaat, efek samping, tempat injeksi, dll
FASE KERJA
7 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk
8 Mempersiapkan vaksin yang akan diberikan dengan
mendekatkan cold pack di meja yang tidak terkena sinar
matahari langsung
9 Memakai sarung tangan (tidak perlu steril hanya untuk
melindungi petugas dari infeksi)
10 Mengambil vaksin dari cold pac kdan siapkan pelarut
campak. Sebelum pelarut dimasukkan dalamvial, maka
pelarut. Harus diupayakan diletakkan dalam cold pack
sehingga suhu pelarut sama dengan suhu campak kering
dalam vial
11 Buka penutup karet vial kemudian desinfeksi karet dengan
kapas basah
12 Menyedot pelarut dengan spuit 5 cc, kemudian masukkan
dalam vial campak kering perlahan-lahan hingga semua
pelarut masuk ke dalam vial. Campur vaksin dengan pelarut
dengan cara vial diputar secar perlahan-lahan
13 Mengeluarkan spuit AD ( auto disposable ) dari bungkus
plastik kemudian lepaskan dan buka ujung piston spuit dari
paket atau lepaskan tutup pelastiknya
14 Melepaskan tutup jarum tanpa menyentuh jarum dengan
cara piston bergerak ke belakang dan ke depan hanya
sekali, jangan menggerakan piston jika tidak perlu dan tidak
mencoba menyuntikkan udara ke dalam botol vial karena
akan merusak spuit
15 Menarik kembali piston untuk mengisi spuit. Piston secara
otomatis akan berhenti setelah melewati tanda 0,5 cc dan
anda akan mendengar bunyi klik
16 Menarik jarum dari vial. Untuk menghilangkan gelembung
udara, pegang spuit tegak lurus dan buka penyumbatnya,
kemudian tekan dengan hati-hati ke tanda tutup
17 Menentukan tempat suntikan dilengan kiri atas
18 Mendesinfeksikan tempat penyuntikkan dengan kapas
basah (bukan kapas alkohol)
19 Menyuntikkan vakson campak secara subkutan. Tegangkan
kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri (tangan
yang tidak dominan). Tusukkan jarum kedalam kulit dengan
lubang jarum menghadap keatas dan jarum dengan
prmukaan kulit membentuk dudut 45-60 ͦ. hapus darah di
lokasi penyuntikkan dengan kapas kering
20 Masukkan spuit ke dalam larutan klorin, hisap larutan klorin
ke dalam spuit kemudian masukkan ke dalam safety box
21 Memberitahukan pada ibu tentang reaksi lokal yang
mungkin timbul seperti demam ringan dan kemerahan
selama 3 hari yang dapat terjadi 8 - 12 hari setelah vaksin
22 Membereskan semua peralatan yang digunakan dan
pisahkan sampah kering dan basah
23 Masukkan tangan pada wadah berisi larutan klorin 0,5%,
bersihkan sarung tangan dan lepaskan secara terbalik
24 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk
25 Mengamati reaksi bayi pasca penyuntikkan
FASE TERMINASI
26 Memberikan reinforcement pada anak/bayi dan ibu
27 Mengingatkan ibu waktu kunjungan ulang imunisasi
28 Mendokumentasikan imunisasi yang telah diberikan di buku
KIA/catatan imunisasi
DIMENSI RESPON
29 Melakukan tindakan dengan sistematis
30 Komunikatif dengan pasien
31 Percaya diri
TOTAL NILAI
1+2+3+4 =

Keterangan :
1 = Mengetahui, tetapi tidak melakukan
2 = Melakukan, tetapi tidak tepat
3 = Melakukan, mendekati tepat
4 = Melakukan dengan tepat

Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75


Penilaian: (Jumlah nilai aspek yang dilakukan) x 100
(Jumlah aspek ….. x 4)

NILAI =

Palu,..................................2020
Mahasiswa/Peserta Pembimbing/ Penguji

(……………………………………..) (…………………………………………)
INSTRUKSI KERJA
IMUNISASI POLIO ORAL

NAMA :
NIM :
TANGGAL :
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
. 1 2 3 4
FASE PRAINTERAKSI
1. Persiapan diri (perawat), membaca waktu dan jenis
imunisasi
2. Persiapan alat
Vaksin polio
Sarung tangan satu pasang
Bak instrument
Bengkok
Wasrafel/tempat cuci tangan
Sabun biasa/antiseptic
3. Persiapan lingkungan
Tempat tidur, ruang yang nyaman dan aman untuk anak,
memasang sampiran
FASE ORIENTASI
4. Menyapa ibu bayi/anak dengan ramah dan
memperkenalkan diri sebagai petugas kesehatan kepada
ibu
5. Mengecek jenis vaksin yang dibutuhkan oleh bayi/anak
pada saat kunjungan dari buku KIA atau catatan imunisasi
bayi
6. Menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan imunisasi yang
akan diberikan: manfaat, efek samping, tempat injeksi, dll
FASE KERJA
7 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk
8 Mempersiapkan vaksin yang akan diberikan dengan
mendekatkan cold pack di meja yang tidak terkena sinar
matahari langsung
9 Memakai sarung tangan
10 Mengambil vaksin dari cold pack kemudian
11 Buka penutup vaksin polio oral
12 Menganjurkan ibu atau perawat membuka mulut bayi
13 Meneteskan vaksin 2 tetes ke dalam mulut bayi
14 Mengatakan pada ibu untuk menunda memberi minum
minimal 30 menit
15 Membereskan semua peralatan yang digunakan dan
pisahkan sampah kering dan basah
16 Mencuci tangan dan keringkan dengan handuk
17 Mengamati reaksi bayi pascaimunisasi
FASE TERMINASI
18 Memberikan reinforcement pada anak/bayi dan ibu
19 Mengingatkan ibu waktu kunjungan ulang imunisasi
20 Mendokumentasikan imunisasi yang telah diberikan di buku
KIA/catatan imunisasi
DIMENSI RESPON
21 Melakukan tindakan dengan sistematis
32 Komunikatif dengan pasien
23 Percaya diri
TOTAL NILAI
1+2+3+4 =

Keterangan :
1 = Mengetahui, tetapi tidak melakukan
2 = Melakukan, tetapi tidak tepat
3 = Melakukan, mendekati tepat
4 = Melakukan dengan tepat

Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75


Penilaian: (Jumlah nilai aspek yang dilakukan) x 100
(Jumlah aspek ….. x 4)

NILAI =

Palu,..................................2020
Mahasiswa/Peserta Pembimbing/ Penguji
(……………………………………..) (…………………………………………)

INSTRUKSI KERJA
IMUNISASI HB UNIJECT
NAMA :
NIM :
TANGGAL :
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
. 1 2 3 4
FASE PRAINTERAKSI
1. Persiapan diri (perawat), membaca waktu dan jenis
imunisasi
2. Persiapan alat
Vaksin HB uniject
Sarung tanga satu pasang
Bak instrumen
Kom
Bengkok
Kapas basah (DTT)
Kapas kering
Waskom berisi larutan klorin 0,5 %
safety box
Watafel/tempat cuci tangan
Sabun biasa/antiseptic
Handuk/lap tangan
3. Persiapan lingkungan
Tempat tidur, ruang yang nyaman dan aman untuk anak,
memasang sampiran
FASE ORIENTASI
4. Menyapa ibu bayi/anak dengan ramah dan
memperkenalkan diri sebagai petugas kesehatan kepada
ibu
5. Mengecek jenis vaksin yang dibutuhkan oleh bayi/anak
pada saat kunjungan dari buku KIA atau catatan imunisasi
bayi
6. Menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan imunisasi yang
akan diberikan: manfaat, efek samping, tempat injeksi, dll
FASE KERJA
7 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk
8 Mempersiapkan vaksin yang akan diberikan dengan
mendekatkan cold pack di meja yang tidak terkena sinar
matahari langsung
9 Memakai sarung tangan (tidak perlu steril hanya untuk
melindungi petugas dari infeksi)
10 Mengambil vaksin dai cold pack
11 Mengeluarkan HB Uniject dari bungkus plastik
12 Mengunci HB Uniject kemudian melepaskan tutup jarum
tanpa menyentuh jarum
13 Menentukan tempat suntikan di paha anterolateral di vastus
lateralis
14 Mendesinfeksikan tempat penyuntikkan dengan kapas
basah (bukan kapas alkohol)
15 Menyuntikkan vaksin HB Uniject secara intramuskular.
tegangkan kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri
(tangan yang tidak dominan ).Tusukkan jarum kedalam kulit
membentuk 90 ͦ. Hapus darah dilokasi penyuntikkan
dengan kapas kering
16 Memberitahukan pada ibu tentang reaksi lokal yang
mungkin timbul seperti rasasakit, kemerahan, dan
pembengkakan di sekitar tempat penyuntikkan. Reaksi
yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2
hari
17 Membereskan semua peralatan yang digunakan dan
pisahkan sampah kering dan basah
18 Maukkan tangan pada wadah berisi larutan klorin 0,5 %,
bersihkan sarung tangan dan lepaskan secara terbalik
19 Mencuci tangan dengan sabun dan air dan air mengalir,
keringkan dengan handuk
20 Mengamati reaksi bayi pasca penyuntikkan
FASE TERMINASI
21 Memberikan reinforcement pada anak/bayi dan ibu
22 Mengingatkan ibu waktu kunjungan ulang imunisasi
23 Mendokumentasikan imunisasi yang telah diberikan di buku
KIA/catatan imunisasi
DIMENSI RESPON
24 Melakukan tindakan dengan sistematis
25 Komunikatif dengan pasien
26 Percaya diri
TOTAL NILAI
1+2+3+4 =

Keterangan :
1 = Mengetahui, tetapi tidak melakukan
2 = Melakukan, tetapi tidak tepat
3 = Melakukan, mendekati tepat
4 = Melakukan dengan tepat

Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75


Penilaian: (Jumlah nilai aspek yang dilakukan) x 100
(Jumlah aspek ….. x 4)

NILAI =

Palu,..................................2020
Mahasiswa/Peserta Pembimbing/ Penguji

(……………………………………..) (…………………………………………)
INSTRUKSI KERJA
IMUNISASI DPT-HB (VAKSIN KOMBINASI/KOMBO)
NAMA :
NIM :
TANGGAL :
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
. 1 2 3 4
FASE PRAINTERAKSI
1. Persiapan diri (perawat), membaca waktu dan jenis
imunisasi
2. Persiapan alat
Vaksin DTP-HB
Sarung tangan satu pasang
Disposable 0,05 cc
Bak instrument
Kom
Bengkok
Kapas basah
Kapas kering
Waskom berisi larutan klorin 0,55%
Safety box
Wasrafel/tempat cuci tangan
Sabun biasa/antiseptic
3. Persiapan lingkungan
Tempat tidur, ruang yang nyaman dan aman untuk anak,
memasang sampiran
FASE ORIENTASI
4. Menyapa ibu bayi/anak dengan ramah dan
memperkenalkan diri sebagai petugas kesehatan kepada
ibu
5. Mengecek jenis vaksin yang dibutuhkan oleh bayi/anak
pada saat kunjungan dari buku KIA atau catatan imunisasi
bayi
6. Menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan imunisasi yang
akan diberikan: manfaat, efek samping, tempat injeksi, dll
FASE KERJA
7 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk
8 Mempersiapkan vaksin yang akan diberikan dengan
mendekatkan cold pack di meja yang tidak terkena sinar
matahari langsung
9 Memakai sarung tangan
10 Mengambil vaksin dari cold pack kemudian campur vaksin
dengan cara vial diputar satu arah di tempat yang datar
secara perlahan-lahan agar suspense menjadi homogen.
11 Buka penutup karet vial kemudian desinfeksi karet dengan
kapas basah
12 Mengeluarkan spuit AD ( auto disposable ) dari bungkus
plastik kemudian lepaskan dan buka ujung piston spuit dari
paket atau lepaskan tutup pelastiknya
13 Melepaskan tutup jarum tanpa menyentuh jarum dengan
cara piston bergerak ke belakang dan ke depan hanya
sekali, jangan menggerakan piston jika tidak perlu dan tidak
mencoba menyuntikkan udara ke dalam botol vial karena
akan merusak spuit
14 Menusukkan jarum ke dalam vial
15 Menarik kembali piston untuk mengisi spuit. Piston secara
otomatis akan berhenti setelah melewati tanda 0,5 cc dan
anda akan mendengar bunyi klik
16 Menarik jarum dari vial. Untuk menghilangkan gelembung
udara, pegang spuit tegak lurus dan buka penyumbatnya,
kemudian tekan dengan hati-hati ke tanda tutup
17 Menentukan tempat suntikan dip aha anterolateral di versus
lateralis
18 Mendesinfeksikan tempat penyuntikkan dengan kapas
basah (bukan kapas alkohol)
19 Menyuntikkan vaksin DPT-HB-HIB secara intramuskular.
Tegangkan kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri
(tangan yang tidak dominan). Tusukkan jarum kedalam kulit
dengan lubang jarum menghadap keatas dan jarum dengan
prmukaan kulit membentuk dudut 90 ͦ. hapus darah di
lokasi penyuntikkan dengan kapas kering
20 Masukkan spuit ke dalam larutan klorin, hisap larutan klorin
ke dalam spuit kemudian masukkan ke dalam safety box
21 Memberitahukan pada ibu tentang reaksi lokal yang
mungkin timbul seperti demam ringan dan kemerahan
selama 3 hari yang dapat terjadi 8 - 12 hari setelah vaksin
22 Membereskan semua peralatan yang digunakan dan
pisahkan sampah kering dan basah
23 Masukkan tangan pada wadah berisi larutan klorin 0,5%,
bersihkan sarung tangan dan lepaskan secara terbalik
24 Mencuci tangan dengan sabun dan air dan air mengalir,
keringkan dengan handuk
25 Mengamati reaksi bayi pasca penyuntikkan
FASE TERMINASI
26 Memberikan reinforcement pada anak/bayi dan ibu
27 Mengingatkan ibu waktu kunjungan ulang imunisasi
28 Mendokumentasikan imunisasi yang telah diberikan di buku
KIA/catatan imunisasi
DIMENSI RESPON
29 Melakukan tindakan dengan sistematis
30 Komunikatif dengan pasien
31 Percaya diri
TOTAL NILAI
1+2+3+4 =

Keterangan :
1 = Mengetahui, tetapi tidak melakukan
2 = Melakukan, tetapi tidak tepat
3 = Melakukan, mendekati tepat
4 = Melakukan dengan tepat

Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75


Penilaian: (Jumlah nilai aspek yang dilakukan) x 100
(Jumlah aspek ….. x 4)

NILAI =

Palu,..................................2020
Mahasiswa/Peserta Pembimbing/ Penguji

(……………………………………..) (…………………………………………)
INSTRUKSI KERJA
IMUNISASI CAMPAK

NAMA :
NIM :
TANGGAL :
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
. 1 2 3 4
FASE PRAINTERAKSI
1. Persiapan diri (perawat), membaca jadwal dan jenis
imunisasi
2. Persiapan alat
Vaksin campak
Pelarut vaksin campak
Sarung tangan satu pasang
Spuit steril 0,5 cc AD ( auto disposable ) dan 5 cc
Kom
Bak instrument
Bengkok
Kapas basah ( DTT )
Kapas kering
Kassa
Waskom berisi larutan klorin 0,5%
Safety box
Wastafel/tempat cuci tangan
Sabun biasa/antiseptic
Handuk/lap tangan
3. Persiapan lingkungan
Tempat tidur, ruang yang nyaman dan aman untuk anak,
memasang sampiran
FASE ORIENTASI
4. Menyapa ibu bayi/anak dengan ramah dan
memperkenalkan diri sebagai petugas kesehatan kepada
ibu
5. Mengecek jenis vaksin yang dibutuhkan oleh bayi/anak
pada saat kunjungan dari buku KIA atau catatan imunisasi
bayi
6. Menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan imunisasi yang
akan diberikan: manfaat, efek samping, tempat injeksi, dll
FASE KERJA
7 Mencuci tangan dan keringkan dengan handuk
8 Mempersiapkan vaksin yang akan diberikan dengan
mendekatkan cold pack di meja yang tidak terkena sinar
matahari langsung
9 Memakai sarung tangan
10 Mengambil vaksin dari cold pac kdan siapkan pelarut
campak. Sebelum pelarut dimasukkan dalamvial, maka
pelarut. Harus diupayakan diletakkan dalam cold pack
sehingga suhu pelarut sama dengan suhu campak kering
dalam vial
11 Buka penutup karet vial kemudian desinfeksi karet dengan
kapas basah
12 Menyedot pelarut dengan spuit 5 cc, kemudian masukkan
dalam vial campak kering perlahan-lahan hingga semua
pelarut masuk ke dalam vial. Campur vaksin dengan pelarut
dengan cara vial diputar secar perlahan-lahan
13 Mengeluarkan spuit AD ( auto disposable ) dari bungkus
plastik kemudian lepaskan dan buka ujung piston spuit dari
paket atau lepaskan tutup pelastiknya
14 Melepaskan tutup jarum tanpa menyentuh jarum dengan
cara piston bergerak ke belakang dan ke depan hanya
sekali, jangan menggerakan piston jika tidak perlu dan tidak
mencoba menyuntikkan udara ke dalam botol vial karena
akan merusak spuit
15 Menarik kembali piston untuk mengisi spuit. Piston secara
otomatis akan berhenti setelah melewati tanda 0,5 cc dan
anda akan mendengar bunyi klik
16 Menarik jarum dari vial. Untuk menghilangkan gelembung
udara, pegang spuit tegak lurus dan buka penyumbatnya,
kemudian tekan dengan hati-hati ke tanda tutup
17 Menentukan tempat suntikan dilengan kiri atas
18 Mendesinfeksikan tempat penyuntikkan dengan kapas
basah (bukan kapas alkohol)
19 Menyuntikkan vakson campak secara subkutan. Tegangkan
kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri (tangan
yang tidak dominan). Tusukkan jarum kedalam kulit dengan
lubang jarum menghadap keatas dan jarum dengan
prmukaan kulit membentuk dudut 45-60 ͦ. hapus darah di
lokasi penyuntikkan dengan kapas kering
20 Masukkan spuit ke dalam larutan klorin, hisap larutan klorin
ke dalam spuit kemudian masukkan ke dalam safety box
21 Memberitahukan pada ibu tentang reaksi lokal yang
mungkin timbul seperti demam ringan dan kemerahan
selama 3 hari yang dapat terjadi 8 - 12 hari setelah vaksin
22 Membereskan semua peralatan yang digunakan dan
pisahkan sampah kering dan basah
23 Masukkan tangan pada wadah berisi larutan klorin 0,5%,
bersihkan sarung tangan dan lepaskan secara terbalik
24 Mencuci tangan dan keringkan dengan handuk
FASE TERMINASI
25 Memberikan reinforcement pada anak/bayi dan ibu
26 Mengingatkan ibu waktu kunjungan ulang imunisasi
27 Mendokumentasikan imunisasi yang telah diberikan di buku
KIA/catatan imunisasi
DIMENSI RESPON
28 Melakukan tindakan dengan sistematis
29 Komunikatif dengan pasien
30 Percaya diri
TOTAL NILAI
1+2+3+4 =

Keterangan :
1 = Mengetahui, tetapi tidak melakukan
2 = Melakukan, tetapi tidak tepat
3 = Melakukan, mendekati tepat
4 = Melakukan dengan tepat

Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75


Penilaian: (Jumlah nilai aspek yang dilakukan) x 100
(Jumlah aspek ….. x 4)

NILAI =

Palu,..................................2020
Mahasiswa/Peserta Pembimbing/ Penguji
(……………………………………..) (…………………………………………)

PERAWATAN BAYI DIDALAM INKUBATOR

A. Latar Belakang

Bayi yang baru lahir membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan dunia luar,
sedangkan saat paling rawan bagi bayi adalah sesaat setelah bayi baru lahir untuk itu
dibutuhkan perhatian khusus pada saat itu. Salah satu prosedur standar pasca neonatal
adalah semua bayi baru lahir harus dimasukkan kedalam incubator, jangka waktu yang
dibutuhkan tergantung dari tingkat kesehatan, daya tahan dan system organ bayi itu
sendiri. Dalam hal ini incubator bayi adalah salah satu alat yang biasa membantu bayi baru
lahir untuk beradaptasi dengan dunia luar, sebab kondisi dalam kandungan dengan
dunialuar sangat berbeda terutama pada masalah suhu. Dengan system penghangat yang
berkala

B. Pengertian
Inkubator bayi merupakan salah satu alat medis yang berfungsiuntuk menjaga suhu tubuh
ruangan supaya suhu tetap konstan/stabil. Pada modifikasi manual-otomatis incubator bayi,
terdapat sebuah box control yang dibagi menjadi 2 bagian (bagian atas dab bagian bawah.
Boks bagian atas digunakan untukmeletakkan sensor, display sensor, kontroler, rangkaian
eletrolit. Sedangkan pada boks bagian bawah dibagi menjadi 3 ruangan yang dibatasi
dengan sekat, yang digunakan untuk meletakkan heater, tempat/wadah air dan kipas.
Sensor yang digunakan adalah sensor suhu (PT 100) dan sensor kelembapan, dimana
sensor suhu PT 100 dan sensor kelembapan diletakkan didalam boks tidur bayi (diluar boks
control). Pada sensor suhu PT 100 dan sensor kelembapan terdapat display yang sekaligus
sebagai driver sensor yang digunakan untuk mengetahui serta memberikan setting suhu
dan kelembapan dalam ruangan boks tidur bayi sesuai yang dikehendaki.

C. Tujuan
1. Menjaga suhu inti bayi agar stabil pada 37 derajat Celsius
2. Memberikan udara yang sudah dilembabkan
3. Memberikan oksigen
4. Memantau bayi tanpa mengganggunya
5. Menghemat energy bayi premature

D. Bagian Inkubator
1. Dek
2. Matras yang ditutup oleh kanopi plastic berwarna jernih
3. Pipa masukan air
4. Perangkat filter mikro
5. Lubang masuk oksigen
6. Termostat
7. Mengukur terkalibrasi
8. Lubang lengan
9. Tudung: tudung kotak berdinding tunggal. Tudung ini mempunyai sebuah pintu besar
untuk membantu meletakkan atau mengeluarkan bayi dari incubator. Ada empat
bagian siku sebagai akses untuk melakukan prosedur kecil, memasukkan selang IV,
probe/sonde, selang endotrakeal, dll. Kanopi dapat diangkat untuk proes
membersihkan atau sebagai akses ke dalam incubator
10. Panel Konrol: Pemanas, blower, dan eletronik
11. Unit bawah: aaterdiri dari kotak control, sensor sentuh, panel depan dengan monitor,
pelembab, saluran dan filter udara. Hal-hal berikut ditampilkan pada panel depan
a. Suhu udara
b. Suhu Pasien
c. Suhu control
12. Kabinet: Menopang tudung, kanopi dan unit bawah. Terdapat tommbol utama, sekring
dan sambungan listrik, cabinet mempunyai 3 laci sebagai tempat penyimpanan
13. Pengukur kelembaban udara: Udara disirkulasikan oleh blower terkonfigurasi. Udara
segar masuk lewat filter udara yang terletak pada tepi incubator. Udara segar dicampur
dengan udara yang bersirkulasi dari kanopi incubator yang dilewatkan kepemanas dan
pelembab. Suhu di dalam incubator dijaga oleh sensor didalam tudung. Sehingga,
aliran udara yang dihangatkan menjaga suhu lingkungan disekitar bayi sesuai
keinginan.

E. Cara penggunaan
1. Bersihkan incubator dengan desinfektan setiap hari, dan bersihkan secara
keseluruhan setiap minggu atau setiap akan digunakan
2. Tutup matras dengan kain bersih
3. Kosongkan air reservoir, dapat tumbuh bakteria yang berbahaya dalam air dan
menyerang bayi
4. Atur suhu sesuai dengan umur dan BB bayi
5. Hangatkan incubator sebelum digunakan
6. Bila diperlukan lakukan pengamatan seluruh tubuh bayi atau terapi sinar, lepas semua
pakaian bayi dan segera diberikan pakaian kembali setelah selesai
7. Tutup incubator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutup agar incubator tetap
hangat
8. Gunakan satu incubator untuk satu bayi

F. Cara Perawatan Bayi dalam Inkubator


Merupakan cara pemberikan perawatan pada bayi dengan dimasukkan ke dalam alat yang
berfungsi membantu terciptanya suatu lingkungan yang cukup dengan suhu yang normal.
Dalam pelaksanaan perawatan di dalam incubator terdapat dua cara yaitu dengan cara
tertutup dan terbuka
1. Inkubator tertutup
a. Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka dalam keadaan tertentu dan
hanya dibuka dalam keadaan tertentu seperti apnea,dan apabila membuka
incubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen hanya selalu
disediakan.
b. Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung
c. Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan
observasi
d. Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh
e. Pengaturan oksigen selalu diobservasi
f. Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu
derajat Celsius.
2. Inkubator terbuka
a. Pemberian incubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian perawatan
pada bayi
b. Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal dan
kehangatan
c. Membungkus dengan selimut hangat
d. Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran udara
e. Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala
f. Pengaturan suhu incubator disesuaikan dengan berat badan sesuai dengan
ketentuan
INSTRUKSI KERJA
PERAWATAN BAYI DALAM INKUBATOR
NAMA :
NIM :
TANGGAL :
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
. 1 2 3 4
FASE PRAINTERAKSI
1. Persiapan diri (perawat)
2. Persiapan alat
Dek
Matras yang ditutup kanopi plastik berwarna jernih
Pipa masukan udara
Perangkat filter mikro
Lubang masuk oksigen
Termostat
Pengukur terkalibrasi
Lubang tangan
Tudung : tudung kotak berdinding tunggal. Tudung ini
mempunyai sebuah pintu besar untuk membantu
meletakkan atau mengeluarkan bayi dari inkubator. Ada
empat bagian siku sebagai akses untuk melakukan
prosedur kecil, memasukkan selang IV, probe/sonde,
selang endotrakeal, dll. Kanopi dapat diangkat untuk proses
pembersihan atau sebagai akses ke dalam inkubator.
Panel kontrol : pemanas, blower, dan elektronik.
Unit bawah : terdiri dari kotak kontrol, sensor sentuh, panel
depan dengan monitor, pelembab, saluran dan filter udara.
Hal-hal berikut ditampilkan pada panel depan.
a. Suhu udara
b. Suhu pasien
c. Suhu kontrol
Kabinet : menopang tudung, kanopi, dan unit bawah.
Terdapat tombol utama, sekring dan sambungan listrik,
kabinet mempunyai tiga laci sebagai tempat penyimpanan.
Pengukuran kelembaban udara :udara disirkulasikan oleh
blower terkonfigurasi. Udara segar masuk lewat filter udara
yang terletak pada tepi inkubator.
Wasrafel/tempat cuci tangan
Sabun biasa/antiseptic
3. Identifikasi bayi premature, lemah atau sakit yang
membutuhkan perawatan di dalam inkubator
4. Pastikan instruksi dokter untuk penanganan bayi dalam
incubator
5. Persiapan lingkungan
Lingkungan yang nyaman, tenang dan bersih

FASE ORIENTASI
4. Berikan salam dan perkenalan (Perkenalkan diri dan
pasien/orangtua)
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan, kontrak waktu
FASE KERJA
7 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk
8 Siapkan inkubator untuk meletakkan bayi untuk
membersihkan dengan menggunakan sabun dan air serta
desinfektan
9 Operasikan Inkubator sebelum digunakan, dengan cara:
• Hubungkan pesawat dengan sumber tegangan.
• Ganti dan/atau masukkan air humidifier sampai batas
yang telah ditentukan
• Hidupkan pesawat (lampu indicator akan menyala).
10 Atur suhu incubator sesuai berat badan bayi
Berat badan 0-24 jam 2-3 hr 4-7 hr 8 hr
0 0 0
lahir ( C) ( C) ( C) (0C)
1500 34-36 33-35 33-34 32-33
1501 -2000 33-34 33 32-33 32
2001 -2500 33 32-33 32 32
>2500 32-33 32 31-32 32
11 Biarkan pesawat beberapa saat sampai suhu stabil/hangat
(hangatkan inkubator terlebih dahulu selama 15 menit)
12 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk dan pakai sarung tangan
13 Pindahkan bayi ke incubator yang sudah disiapkan
14 Lepaskan pakaian bayi kecuali diapers (untuk memudahkan
pengamatan)
15 Gunakan tutup kepala/topi bayi
16 Periksa suhu neonatus dan incubator setiap jam sampai
suhu bayi stabil
17 Periksa dan catat suhu, frekuensi detak jantung, respirasi
dan saturasi oksigen secara berkala pada status pasien
18 Ganti pelembab air setiap hari
19 Berikan perawatan pada bayi dengan memasukkan tangan
lewat lubang lengan
20 Pemberian pengobatan melalui infuse dan/atau Oral Gastric
Tube (OGT) bila indikasi.
Gunakan sarung tangan saat akan melakukan pemasangan
infuse maupun NGT
21 Amati pemberian oksigen (bila pasien menggunakan)
22 Izinkan ibu/ orangtua untuk melihat dan membangunkan
ikatan dengan bayinya sesuai peraturan rumah sakit
23 Jangan mengetuk-ngetuk incubator
24 Mengurangi perawatan intensif bayi secara perlahan di
dalam incubator sangatlah penting dan harus diperhatikan.
- Hal ini dilakukan dengan menurunkan suhu inkubator
secara perlahan dan memantau suhu tubuh bayi (suhu
bayi dalam keadaan stabil dan tidak terjadi komplikasi
selama bayi dalam perawatan inkubator)
- Biarkan lubang inkubator terbuka beberapa lama.
- Kemudian keluarkan bayi dan hangatkan dengan
memakaikan pakaian dan bedong
25 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk dan lepaskan sarung tangan
FASE TERMINASI
26 Dokumentasi
a. Waktu: tanggal dan jam,
d. Tindakan yang dilakukan dan hasil pemeriksaan, dan
respon pasien
e. nama dan paraf perawat
DIMENSI RESPON
27 Melakukan tindakan dengan sistematis
28 Komunikatif dengan pasien
29 Percaya diri
TOTAL NILAI
1+2+3+4 =

Keterangan :
1 = Mengetahui, tetapi tidak melakukan
2 = Melakukan, tetapi tidak tepat
3 = Melakukan, mendekati tepat
4 = Melakukan dengan tepat

Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75


Penilaian: (Jumlah nilai aspek yang dilakukan) x 100
(Jumlah aspek ….. x 4)

NILAI =

Palu,..................................2020
Mahasiswa/Peserta Pembimbing/ Penguji

(……………………………………..) (…………………………………………)
PEMBERIAN TERAPI SINAR (FOTOTERAPI)

Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu melakukan pemberian terapi sinar (fototerapi)
Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
1. Menyebutkan pengertian pemberian terapi sinar (fototerapi)
2. Menyebutkan tujuan pemberian terapi sinar (fototerapi)
3. Menyebutkan penilaian ketepatan pemberian terapi sinar (fototerapi)
4. Menjelaskan cara pemberian terapi sinar (fototerapi)
5. Mengidentifikasi respon pasien setelah pemberian terapi sinar (fototerapi)
6. Melakukan pemberian terapi sinar (fototerapi)

Definisi
Ikterus adalah warna kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang terjadi karena
peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Produksi bilirubin sebagian besar berasal dari
pemecahan sel darah merah yang menua (80%), sisanya berasal dari pemecahan mioglobulin.
Hyperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus kearah
terjadinya kernikterus atau enselopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan. Ikterus
fisiologis apabila meningginya kadar bilirubin tidak menimbulkan gangguan fungsi dan kerusakan
organ. Ikterus timbul pada hari ke dua- ketiga dan menghilang tidak lebih dari 10 hari.Kuning
tidak terlihat pada 24 jam pertama, bayi tetap sehat, serum bilirubin tidak mencapai kadar yang
harus mendapat perawatan dan kuning hilang dalam 14 hari.
Hiperbilirubin patologis (kadar bilirubin > 12 mg%) adalah ikterus yang memiliki dasar
patologis atau kadar bilirubinnya memiliki suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia dan ini
berakibat negatif terhadap organ tubuh terutama bila menembus sawar otak yang disebut kern-
ikterus( Mansjoer, dkk. 2000).
Pada bayi normal, kadar bilirubin akan meningkat mulai hari ke 2-3, mencapai
puncaknya pada hari ke 5 – 7 dan menurun kembali pada hari ke 10 – 14. Kulit biasanya kuning
bila kadar bilirubin mencapai 5 – 7 mg% mulai dari muka, leher, kemudian turun kebadan dan
ekstremitas.Ikterus fisiologis adalah akibat pemecahan eritrosit janin, enzim hati yang belum
sempurna disamping ekskresi yang masih buruk karena usus baru mulai berisi bakteri. Ikterus
patologis lebih sering digunakan untuk kasus yang dicurigai disebabkan oleh hal-hal yang
patologik atau ada kemungkinan berkembang menjadi suatu yang patologik. Dalam hal ini kadar
bilirubin baru 8 mg%. Bayi dengan hiperbilirubinemia harus ditangani secara cepat, untuk
mencegah kenaikan bilirubin indirek agar tidak terjadi pengembangan pada alat-alat tubuh
terutama otak.
Terapi sinar (fototerapi) adala foto terapi dengan menggunakan sinar blue-green
spectrum (panjang gelombang 430-490 nm) dengan kekuatan paling kurang 30 uW/cm²
(diperiksa dengan radiometer, atau diperkirakan dengan memenpatkan bayi langsung di bawah
sumber sinar dan kulit bayi terpajan lebih luas). Petunjuk penatalaksanaan hiperbilirubinemia
pada bayi berdasarkan berat badan dan kondisi kesehatan bayi dengan foto terapi (IDAI, 2010)
yaitu:
1) Bayi kurang bulan, berat badan < 1000 gr dengan kadar bilirubin total serum 5-7 gr/dL
dan bayi sehat,
2) Bayi kurang bulan, BB 1001-1500 gr dengan kadar bilirubin total serum 7-10 gr/dL dan
bayi sehat,
3) Bayi kurang bulan BB 15001-2000 gr dengan kadar bilirubin total serum 10-12 gr/dL dan
bayi sehat,
4) Bayi kurang bulan BB 21001-2500 gr dengan kadar bilirubin total serum 12-15 gr/dL dan
bayi sehat,
5) Bayi cukup bulan, BB > 2500 gr dengan kadar bilirubin total serum 15-18 gr/dL dan bayi
sehat,
6) Bayi kurang bulan berat badan < 1000 gr dengan kadar bilirubin total serum 4-6 gr/dL
dan bayi sakit,
7) Bayi kurang bulan BB 1001-1500 gr dengan kadar bilirubin total serum 6-8gr/dL dan bayi
sakit,
8) Bayi kurang bulan BB 15001-2000 gr dengan kadar bilirubin total serum 8-10 gr/dL dan
bayi sakit,
9) Bayi kurang bulan BB 21001-2500 gr dengan kadar bilirubin total serum 10-12 gr/dL dan
bayi sakit, dan
10) Bayi cukup bulan BB > 2500 gr, dengan kadar bilirubin total serum 12-15 gr/dL dan bayi
sakitt

Metode
Demonstrasi
INSTRUKSI KERJA
PERAWATAN BAYI DENGAN FOTOTERAPI
NAMA :
NIM :
TANGGAL :
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
. 1 2 3 4
FASE PRAINTERAKSI
1. Persiapan diri (perawat)
2. Persiapan alat
Lampu /neon untuk terapi sinar
Tempat tidur bayi (inkubator atau boks bayi)
Penutup mata yang tidak tembus sinar
Formulir instruksi terapi sinar (hasil laboratorium)
Wastafel/tempat cuci tangan
Sabun biasa/antiseptic
3. Persiapan lingkungan
Lingkungan yang nyaman, tenang dan bersih
FASE ORIENTASI
4. Berikan salam dan perkenalan (Perkenalkan diri dan
pasien/orangtua)
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan, kontrak waktu
FASE KERJA
7 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk dan pakai sarung tangan
8 Lepas semua pakaian bayi dan pakaikan popok
9 Atur posisi bayi (dalam inkubator atau boks bayi)
10 Tutup mata dengan penutup yang tidak tembus sinar dan
pastikan hidung dan mulut tidak tertutup
11 Atur lampu sinar dengan jarak kurang lebih 40 cm
12 Ganti posisi setiap 3 jam dengan telentang, miring ke
kanan, telungkup, miring ke kiri
13 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk dan lepaskan sarung tangan
14 Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI paling
kurang setiap 2-3 jam (pemberian minum)
15 Selama menyusui pindahkan bayi di tempat terapi dan
membuka penutup mata
16 Ukur suhu tubuh setiap 3 jam. Bila suhu lebih dari 37,5
derajat celsius. Matikan lampu terapi (atau pindahkan ke
boks bayi) sampai suhu stabil kembali
17 Ukur kadar bilirubin:
- Bila bilirubin total ≥ 25 m.dL, pemeriksaan ulangan
dlm 2-3 jam
- Bila bilirubin total 20-25 mg/dL, pemeriksaan ulangan
dalam 3-4 jam,
- Bila < 20 mg/dL diulang dalam 4-6 jam
- Jika bilirubin serum turun maka periksa ulang dalam 8-
12 jam
18 Hentikan terapi sinar bila kadar bilirubin < 13 mg/dl
19 Jika kadar bilirubin total tidak turun atau naik mendekati
kadar transfusi tukar
FASE TERMINASI
20 Dokumentasi
a. Evaluasi kondisi perkembangan bayi
b. Dokumentasi (tanggal, jam, tindakan yang dilakukan
kondisi perkembangan bayi, nama dan paraf perawat)
DIMENSI RESPON
21 Melakukan tindakan dengan sistematis
22 Komunikatif dengan pasien
23 Percaya diri
TOTAL NILAI
1+2+3+4 =

Keterangan :
1 = Mengetahui, tetapi tidak melakukan
2 = Melakukan, tetapi tidak tepat
3 = Melakukan, mendekati tepat
4 = Melakukan dengan tepat

Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75


Penilaian: (Jumlah nilai aspek yang dilakukan) x 100
(Jumlah aspek ….. x 4)

NILAI =
Palu,..................................2020
Mahasiswa/Peserta Pembimbing/ Penguji

(……………………………………..) (…………………………………………)

PERAWATAN METODE KANGURU PADA BAYI


BERAT LAHIR RENDAH

Definisi

BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (IDAI, 2004).
Bayi berat lahir rendah dapat diklasifikasikan berdasarkan berat badan lahir dan usia kehamilan:
Berdasarkan berat badan terdiri dari kategori: 1) bayi dengan berat lahir amat sangat rendah
yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 1000 gram, 2) bayi berat badan lahir
sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 1500 gram, dan 3) bayi
berat badan lahir cukup rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan 1501 – 2500 gram
(Surasmi, Handayani, & Kusuma, 2003).
Klasifikasi penggolongan sesuai usia kehamilan terdiri dari kategori: 1) bayi prematur adalah
adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan mencapai 37 minggu, 2) bayi cukup bulan adalah
bayi yang lahir dengan umur kehamilan 38 -42 minggu, dan 3) bayi lebih bulan adalah yang lahir
umur kehamilan lebih dari 42 minggu (Hockenberry & Wilson, 2009).
Klasifikasi penggolongan dengan penggabungan berat badan dan usia kehamilan meliputi: 1)
kecil untuk masa kehamilan (KMK) berat lahir dibawah persentil 3 untuk jenis kelamin dan masa
kehamilan, 2) besar untuk masa kehamilan (BMK): berat lahir diatas persentil 97 untuk jenis
kelamin dan masa kehamilan, dan 3) sesuai dengan masa kehamilan (SMK): berat badan
diantara persentil 3 dan 97 (Meadow & Newell, 2005).

Masalah yang sering terjadi pada bayi berat lahir rendah adalah:
1. Hipotermia
Berat badan lahir rendah terutama bayi kurang bulan mempunyai suhu yang tidak stabil
dan cenderung mengalami hipotermi (suhu < 36,5 0C) yang menyebabkan bayi kehilangan
energi, pernafasan terganggu, dan bayi menjadi sakit bahkan meninggal (Suradi, Chair &
Thaha, 2009).
Bayi berat lahir rendah sering mengalami temperatur yang tidak stabil disebabkan karena:
1) luas permukaan tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan massa tubuh, 2) jumlah
lemak subkutan yang sedikit dan 3) tingginya kehilangan air dan panas yang tidak terlihat
(IWL= insensible water loss) (Meadow & Newell, 2005).
Hipotermia terjadi akibat mekanisme pengeluaran panas yaitu: 1) radiation yaitu
kehilangan panas melalui lingkungan sekitar yang dingin contohnya AC, 2) convection
yaitu kehilangan panas dari kulit melalui udara dan jumlah yang hilang tergantung dari
temperatur udara, 3) evaporation yaitu proses kehilangan panas melalui penguapan
contoh bayi yang basah akibat ngompol atau bayi yang diseka dengan alkohol dan 4)
conduction yaitu kehilangan panas akibat bersentuhan dengan benda yang dingin yang
terbuat dari logam (Cloherty, Eichenwald & Start, 2008).
Hipotermia dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek berupa asidosis, hipoglikemia,
dan gangguan pembekuan darah serta meningkatkan risiko untuk distres pernafasan.
Apabila berkepanjangan, hipotermia dapat menyebabkan: edema, sklerema, perdarahan
hebat (terutama perdarahan paru), dan ikterus (Perinasia, 2008).
Pencegahan kehilangan panas pada bayi dapat dipertahankan dengan menyediakan
suhu lingkungan yang normal. Cara yang efektif untuk mempertahankan suhu tubuh yang
normal antara 36,5 – 37,5 0C adalah menggunakan inkubator (perawatan konvensional)
dan metode kanguru (Hockenberry & Wilson, 2009).
2. Rendahnya daya tahan terhadap infeksi
Bayi berat lahir rendah sangat rentan terhadap infeksi terutama infeksi nosokomial. Infeksi
nosokomial yang terjadi pada BBLR disebabkan karena imunoglobulin serum yang
rendah, aktifitas bakterisidal neutrofil dan efek sitotoksik limfosik yang masih rendah.
Risiko tersebut dapat meningkat bila bayi-bayi dirawat dalam satu inkubator (Perinasia,
2008).
Infeksi pada bayi berat lahir rendah akibat kulit yang sangat tipis dan organ yang imatur
sehingga mudah terjadi infeksi. Menurunnya daya tahan tubuh pada BBLR, tidak seperti
pada bayi yang lebih besar dengan berat badan yang normal (2500 gram) (Hull &
Johnston, 2008).
3. Apneu pada bayi kurang bulan
Gangguan pernafasan sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini
disebabkan karena kekurangan surfaktan, pertumbuhan dan perkembangan paru yang
belum sempurna, otot pernafasan masih lemah dan iga yang mudah melengkung.
Penyakit gangguan pernafasan yang sering diderita bayi prematur adalah pernafasan
periodik dan apnea disebabkan oleh pusat pernafasan di medulla belum matur (IDAI,
2004).
Tujuan primer dalam asuhan BBLR adalah mencapai dan mempertahankan respirasi.
Bayi prematur membutuhkan oksigen dan bantuan ventilasi agar dapat memaksimalkan
status oksigenasi. Sementara itu terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan
penyakit bayi (Hockenberry & Wilson, 2009).
4. Enterokolitis nekrotikans
Prematuritas merupakan faktor risiko terjadinya enterokolitis nekrotikans (EKN) pada
neonatus. Kejadian tertinggi EKN terjadi pada bayi berat lahir < 1500 gram. EKN dapat
menyebabkan trauma hipoksik iskemik pada saluran cerna yang masih imatur, kolonisasi
bakteri patogen, dan substrat protein berlebihan dalam lumen (Perinasia, 2008).
Enterokolitis nekrotikans merupakan keadaan yang serius yang mempengaruhi usus
dalam 3 minggu pertama. Penyebabnya belum diketahui, tetapi cedera hipoksia pada
dinding usus mungkin berhubungan dengan kateterisasi vena umbilikalis, serangan
apneu, septikemia, dan kolonisasi usus oleh karena organisme tertentu. Bayi yang
mengalami EKN memuntahkan cairan bercampur empedu, perut buncit, pada tinja
terdapat lendir dan darah (Hull & Johnston, 2008).
5. Gangguan nutrisi
Saluran pencernaan pada BBLR belum berfungsi seperti pada bayi yang cukup bulan.
Pada usia gestasi 33 – 34 minggu mengisap dan menelan masih lemah/gangguan
pencernaan, seperti penyerapan lemak dan protein yang kurang, jumlah enzim yang
belum mencukupi, waktu pengosongan lambung yang lambat dan penurunan, dan
meningkatkan risiko enterokolitis nekrotikans (Maryunani & Nurhayati, 2009).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian makan kepada BBLR adalah
perkembangan refleks hisap, menelan, motilitas dan pengosongan lambung. Untuk dapat
menelan bayi perlu mengkoordinasikan gerakan ini dengan bernafas, karena kedua
proses tersebut terlihat secara simultan melalui nasofarings dan laringo farings. Akibat
ketidakmampuan bayi untuk mengkoordinasi aktifitas ini dapat menyebabkan aspirasi dan
muntah. Untuk mengevaluasi refleks hisap-menelan, harus dimonitor jumlah menelan 1
kali permenit. Apabila menelan terdeteksi lebih dari 2 kali perdetik, kemungkinan bayi
tidak dapat mengkoordinasi menelan. Refleks hisap yang baik biasanya ditandai dengan
otot temporal yang mengembung.
Pemberian makan enteral minimal hanya 0,1 sampai 4 ml/kg formula preterm atau ASI
dapat diberikan pada hari ketiga atau ketujuh setelah lahir. Hidrasi parenteral dilanjutkan
sampai bayi mampu mentoleransi sejumlah makanan enteral yang cukup untuk
pertumbuhan (Hockenberry & Wilson, 2009).

Penatalaksanaan BBLR
1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah terjadinya hipotemi, oleh karena
itu suhu tubuh dipertahankan dengan ketat antara 36,5 0C – 37,50C. Kain yang basah
secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih dan pertahankan suhu tetap
hangat (Rukiyah & Yulianti, 2010). Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan
menghangatkan bayi seperti kontak kulit ke kulit atau kangaroo mother care dan
perawatan di dalam inkubator. (IDAI, 2004).
2. Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan semua bayi baru lahir.
Tenaga kesehatan perlu memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk
mencuci tangan sebelum dan setelah memegang bayi. (Rukiyah & Yulianti, 2010).
Pencegahan infeksi neonatal lanjut yang didapat di rumah sakit yaitu: 1) ASI eksklusif, 2)
prosedur cuci tangan pada petugas kesehatan dan keluarga sebelum dan sesudah
memegang bayi, 3) tidak menggunakan air pelembab pada inkubator ( pseudomonas
akan mudah terkolonisasi) atau hindari penggunaan inkubator tapi gunakan perawatan
metode kanguru, 4) lakukan sterilisasi pada setiap prosedur tindakan invasif, 5) tindakan
menyuntik yang bersih, 6) hindari pemberian cairan intravena (IV) jika tidak diperlukan dan
7) hindari transfusi darah yang tidak perlu (WHO, 2008).
3. Pengawasan nutrisi/ASI. Bayi yang aktif dapat diberi ASI oleh ibunya tanpa mengalami
kesulitan, sedangkan bayi preterm yang terganggu menggunakan metode alternatif
misalnya: menggunakan cawan atau cangkir. Jumlah ASI yang diberikan ditentukan oleh
bertambahnya pertumbuhan dan berat badan bayi dan adanya toleransi dalam pemberian
makanan sedikit demi sedikit sampai asupan kalori tercapai (Hockenberry & Wilson,
2009). Pemberian ASI dimulai dengan 2 – 4 ml tanpa muntah, distensi abdomen atau
distensi lambung. Pemberian ASI dapat ditingkatkan sebanyak 1 – 2 ml per minum setiap
hari (WHO, 2008).
4. Penimbangan berat badan (BB) untuk mengetahui adanya perubahan dari pertumbuhan.
Peningkatan BB berkaitan erat dengan kondisi gizi/nutrisi pada BBLR, sehingga
menimbang BB dilakukan sebelum pemberian minum pada bayi. (Rukiyah & Yulianti,
2010).

Perawatan Metode Kanguru

Definisi
Asuhan metode kangguru dirancang sebagai asuhan untuk neonatus dengan berat badan lahir
rendah atau kurang bulan. Di dalam PMK ini, bayi berat badan lahir rendah atau kurang bulan
yang stabil diletakkan telanjang di dada ibu, dengan hanya memakai popok, topi dan kaus kaki.
Posisi bayi sejajar dengan dada ibu, di dalam baju ibu dan disangga oleh kain yang melingkari
ibu dan bayi. Untuk PMK dalam waktu lama, bayi tetap dalam posisi ini kecuali saat
dimandikan, diganti popok atau jika ibu akan ke kamar mandi. Selama waktu ini, ayah dan
anggota keluarga yanglain bisa membantu dengan cara menjaga bayi tetap hangat dan
menggantikan ibu melakukan kontak kulit dengan kulit.

Tujuan
Tujuan penerapan metode kanguru untuk bayi berat lahir rendah adalah menurunkan angka
morbiditas BBLR serta menurunkan rujukan ke rumah sakit.
Komponen perawatan metode kanguru

Kangaroo position: bayi diletakkan di dada ibu, sehingga kulit ibu dan bayi bersentuhan dalam
posisi vertikal antara payudara ibu. Perawatan metode kanguru harus dimulai sedini mungkin
sejak lahir baik secara kontinyu ataupun intermitten. PMK secara kontinyu biasanya digunakan
sebagai alternatif perawatan minimal dalam inkubator untuk bayi yang telah teratasi masalah
utamanya, untuk dapat beradaptasi pada kehidupan di luar rahim. (Thukral, et al, 2008).
Kangaroo nutrition adalahpemberian nutrisi bayi sesegera mungkin secara oral. Hal ini untuk
mempermudah dalam pemberian ASI eksklusif karena bayi dapat mengisap setiap saat bila
dibutuhkan. Menyusu adalah komponen integral dari PMK dan dapat memberikan keuntungan
secara signifikan dalam perkembangan neurologis dan IQ (Thukral, et al, 2008).
Physical, emotional and education suppor. Perawat dan staf medis memberikan dukungan pada
ibu dan keluarga untuk dapat merawat bayi dengan PMK (Shetty, 2007)
Kangaroo discharge and follow up adalah bayi dengan perawatan metode kanguru biasanya
bayi dipulangkan apabila: 1) kesehatan keseluruhan bayi baik, tidak ada apneu atau infeksi, 2)
bayi minum dengan baik dan menyusu eksklusif, 3) berat badan bertambah minimal 15 gr/kg/hari
selama 3 hari berturut-turut, 4) Suhu bayi dalam posisi perawatan metode kanguru stabil/dalam
batasan normal (36,50C – 37,50C), dan 5) ibu mampu merawat bayi dan dapat melakukan tindak
lanjut secara teratur (Perinasia, 2008).

Merawat bayi dengan posisi kangguru


Sebagian besar perawatan tetap dapat dilakukan meskipun pada posisi PMK termasuk
menyusui. Bayi hanya dilepaskan dad kontak kulit dengan kulit saat:
1. Mengganti popok, melakukan tindakan higiene dan perawatan tali pusat
2. Penilaian Minis sesuai dengan jadwal yang ditentukan rumah sakit
3. Tidak perlu dan tidak direkomendasikan untuk dimandikan setiap hari.

Manfaat perawatan metode kanguru


1. Manfaat bagi bayi
Penelitian Anderson, 1991 (dalam Perinasia, 2008) menyebutkan bahwa manfaat kontak
kulit bayi ke ibu (skin-to-skin-contact) adalah stabilitas suhu (suhu tubuh bayi lebih stabil
bahkan dibandingkan dengan bayi yang dirawat di inkubator), pola pernafasan bayi lebih
teratur (mengurangi kejadian apnea periodik), denyut jantung lebih stabil, pengaturan
prilaku bayi lebih baik misalnya frekuensi menangis bayi berkurang dan waktu bangun
bayi lebih lama, lebih sering bayi minum ASI dan menyusu lebih lama.
2. Manfaat perawatan metode kanguru bagi ibu
Perawatan metode kanguru mempermudah pemberian ASI, ibu lebih cepat percaya diri
dalam merawat bayinya, pengaruh psikologis ketenangan bagi ibu dan keluarga (ibu lebih
puas dan kurang merasa stres). Dari penelitian juga dilaporkan akan meningkatkan
produksi ASI ibu (Suradi dan Yanuarso, 2000 dalam Perinasia, 2008).
Selain itu PMK juga dirasakan bermanfaat oleh orang tua dimana dapat mempercepat
bonding, menambah kepercayaan diri untuk merawat bayinya yang kecil, meningkatkan
produksi ASI, menghilangkan perasaan terpisah serta ketidakmampuan orang tua untuk
berpisah dan ketidakmampuan orang tua merasakan kepuasan dalam merawat bayinya
(Priya, 2004).
3. Manfaat bagi petugas kesehatan
Bagi petugas kesehatan akan bermanfaat dari segi efisien tenaga karena ibu lebih banyak
merawat bayinya sendiri. Dengan demikian pekerjaan petugas akan berkurang. Bahkan
petugas justru dapat melakukan tugas lain yang lebih memerlukan perhatian petugas
misalnya pemeriksaan lain atau kegawatan pada bayi maupun memberikan dukungan
pada ibu dalam menerapkan PMK (Cataneo, Davanco, Bergman dkk, 1998 dalam
Perinasia, 2008).
4. Manfaat bagi institusi kesehatan, klinik dan rumah sakit
Manfaat bagi istitusi kesehatan, klinik dan RS yaitu lama perawatan bayi lebih pendek
sehingga ibu cepat pulang dari fasilitas kesehatan. Dengan demikian, tempat tersebut
dapat digunakan bagi klien lain yang memerlukan ( turn over meningkat). Manfaat lain
yang didapatkan adalah mengurangi penggunaan fasilitas sehingga dapat membantu
efisiensi anggaran (Cattaneo, Davanco dan Bergman, 1998). Dengan naiknya turn over
serta efisiensi anggaran diharapkan kenaikan penghasilan bagi institusi kesehatan, klinik
dan RS (Perinasia, 2008).
5. Manfaat bagi negara
Manfaat bagi negara dapat menurunkan angka kematian pada neonatus dengan BBLR.

Lama dan kesinambungan PMK

Kontak kulit dengan kulit harus dimulai secara bertahap dari perawatan konvensional menjadi
PMK secara berkesinambungan. Sesi selama 60 menit atau kurang harus dihindari karena
perubahan yang terlalu sering akan membuat bayi stress (Indrasantoso, et al, 2008).

Perawatan metode kanguru dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu terus menerus dalam 24
jam atau yang disebut juga dengan kontinyu dan secara intermitten atau disebut juga dengan
cara selang seling. PMK disarankan untuk dilakukan secara kontinyu, akan tetapi rumah sakit
yang tidak menyediakan fasilitas rawat gabung, bisa menggunakan PMK secara intermitten.
Pelaksanaan PMK secara intermitten juga diberikan sebagai pelengkap perawatan konvensional
atau inkubator (Perinasia, 2008).

Persiapan Perawatan Metode Kanguru


1. Persiapan Ibu
Sarana yang dipakai
a. Selendang
b. Baju kemeja ukuran besar (lengan pendek/panjang)
c. Kaos berkrah ukuran besar
d. Baju kanguru dengan berbagai model
2. Persiapan bayi
a. Timbangan bayi
b. Alat pengukur lingkar kepala
c. Pakaian bayi
Pada suhu lingkungan 22 – 24 0C : popok, topi hangat dan kaos kaki.
Pada suhu lingkungan <22 0C bayi pakai baju tanpa lengan yang bagian depannya
terbuka
d. Termometer yang dapat mengukur suhu kurang dari35 0C (Low Grade Digital
Termometer – Termometer ukuran rendah/TUR.
3. Semua Ibu dapat melakukan PMK, asal:
a. Ada kemauan ibu
b. Harus sehat
c. Ada waktu penuh untuk perawatan dan keluarga yang mendukung sebagai pengganti
dan berbagai tugas dengan ibu
d. Sealalu bisa dekat dengan bayi
e. Adanya dukungan dari masyarakat supaya tidak ada hambatan sosial dan keluarga.

4. Posisi kanguru
a. Letakkan bayi di antara payudara-payudara dengan posisi tegak
b. Kepala bayi dipalingkan ke kanan/kekiri dengan sedikit tengadah (ekstensi)
c. Dada bayi menempel di dada ibu
d. Perut bayi berada disekitar epigastrium ibu dan jangan tertekan
e. Tangan bayi dalam posisi fleksi
f. Pangkal paha bayi dalam posisi fleksi dan melebar seperti kodok.
g. Ikatkan kain/selendang dengan kuat dan ujung pengimat di bawah kuping
h. Awasi:nafas /warna kulit/suhu: pegang telapak kaki bayi (dengan punggung tangan).

Cara Pengukuran Suhu Aksila


1. Jaga kehangatan bayi sesuai prosedur pencegahan hipotermia
2. Gunakan termometer digital (TUR) termometer ukuran rendah yang bersih dan berfungsi
dengan baik.
3. Mencek tombol termometer sampai terlihat huruf “L”
4. Tempatkan Tabung termometer di tengah ketiak dan tidak ada udara antara permukaan
ketiak dan tabung
5. Pegang lengan bayi ke arah dadanya, tahan 1 menit atau sampai termometer berbunyi
(Biasanya 60 detik).
6. Angkat termometer dan lihat angka yang tertera dalam termometer tersebut dan catat suhu
yang terterah. Suhu normal pada bayi baru lahir 36,5 – 37,5 0C
7. Matikan termometer dengan cara memencet tombol termometer
8. Hindari pengukuran suhu melalui dubur.

INSTRUKSI KERJA
METODE KANGGURU
NAMA :
NIM :
TANGGAL :
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
. 1 2 3 4
FASE PRAINTERAKSI
1. Persiapan diri (perawat)
2. Persiapan alat
a. Thermometer
b. Steteskop,
c. Booklet tentang perawatan metode kanguru (PMK)
d. Tari (tali pengikat, kain gendong, atau selendang)
e. Pakaian bayi (Topi, popok dan sepatu
f. Pakaian ibu
3. Persiapan lingkungan
a. Lingkungan yang nyaman, tenang dan bersih
b. Jaga privasi klien dengan tirai atau di kamar khusus
tindakan
FASE ORIENTASI
4. Berikan salam dan perkenalan (Perkenalkan diri dan
pasien)
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan, kontrak waktu
6. Persiapan ibu:
Ibu diberi booklet dan penjelasan tentang pengertian,
tujuan, keuntungan dan cara melakukan PMK
FASE KERJA
7 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk
8 Persiapan bayi:
Dilakukan pengukuran berat badan dan tanda vital: suhu,
pernafasan dan denyut jantung
9 Pakaian atas dan BH ibu dibuka
10 Bayi diberikan pakaian berupa: popok, topi dan kaos kaki
11 Letakkan perut bayi diantara buah dada ibu dengan posisi
menyerupai katak: kepala dipalingkan ke satu sisi dengan
sedikit tengadah, pangkal paha ditekuk kedalam, lengan
ditekuk
12 Ibu memakai pakaian atasnya kembali
13 Mengingatkan ibu bahwa waktu bayi di PMK minimal 1 jam
14 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk
FASE TERMINASI
15 Evaluasi respon pasien
16 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
17 Akhiri kegiatan dengan baik
18 Dokumentasi
a. Waktu: tanggal dan jam,
b. Tindakan yang dilakukan dan hasil pemeriksaan, dan
respon pasien
c. nama dan paraf perawat
DIMENSI RESPON
19 Melakukan tindakan dengan sistematis
20 Komunikatif dengan pasien
21 Percaya diri
TOTAL NILAI
1+2+3+4 =

Keterangan :
1 = Mengetahui, tetapi tidak melakukan
2 = Melakukan, tetapi tidak tepat
3 = Melakukan, mendekati tepat
4 = Melakukan dengan tepat

Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75


Penilaian: (Jumlah nilai aspek yang dilakukan) x 100
(Jumlah aspek ….. x 4)

NILAI =

Palu,..................................2020
Mahasiswa/Peserta Pembimbing/ Penguji
(……………………………………..) (…………………………………………)

INSTRUKSI KERJA
INHALASI PADA ANAK

NAMA :
NIM :
TANGGAL :
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
. 1 2 3 4
FASE PRAINTERAKSI
1. Persiapan diri (perawat)
2. Persiapan alat
- Nebulizer
- Tabung oksigen dengan humidifier
- Masker anak sesuai usia dengan selang nebulizer
- Syring sesuai kebutuhan
- Kassa antimikroba
- NaCl 0,9%
- Obat-obatan (broncodilator, pengencer dahak)
3. Perhatikan prinsip benar (instruksi, nama pasien, jenis obat,
dosis, jalur pemberian dan waktu pemberian), keluhan
pasien, efek samping yang dapat ditimbulkan oleh obat, dan
tujuan pemberian obat.
4. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk
5. Cek instruksi obat pasien
6. Menyiapkan alat/obat untuk satu pasien dalam satu waktu:
a. Desinfeksi cairan NaCl 0,9% pada area penarikan
cairan dengan kassa antimikroba
b. Insersikan syring (dengan jarum jika perlu) dan tarik
cairan sebanyak yang ditentukan (3-5 cc)
c. Tarik kembali syring dan masukkan cairan NaCl ke
dalam wadah obat/cairan pada masker nebulizer
d. Masukkan obat sesuai instruksi ke dalam wadah
obat/cairan pada masker nebulizer
7. Persiapan lingkungan
Lingkungan yang nyaman, tenang dan bersih, menutup
sampiran
FASE ORIENTASI
8. Berikan salam dan perkenalan (Perkenalkan diri)
9. Identifikasi pasien (identifikasi nama dan nomor identifikasi
pada gelang pasien atau minta pasien menyebutkan
namanya/pada keluarga/staf)
10. Tanyakan kembali riwayat alergi pada pasien
11. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan, kontrak waktu
FASE KERJA
12 Dekatkan alat pada pasien
13 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk, dan pakai sarung tangan bersih
14 Atur posisi pasien yang nyaman
15 Sambungkan alat nebulizer ke aliran listrik dan
sambungkan selang masker dengan alat nebulizer,
pasangkan masker ke wajah pasien dengan teknik sisi
masker menutupi hidung dan mulut
16 Setelah siap, nyalakan alat nebulizer
17 Anjurkan anak bernapas normal dan usahakan agar anak
tidak menangis karena akan mengurangi efektivitas terapi.
18 Tindakan dilakukan selama 5-10 menit
19 Temani pasien sampai selesai inhalasi
20 Setelah selesai, cuci muka untuk menghindari iritasi akibat
sisa-sisa obat yang menempel.
22 Auskultasi suara napas
23 Bantu pasien kembali ke posisi yang nyaman (Lanjut SOP
fisioterapi dada yaitu postural drainage, perkusi dan vibrasi)
24 Rapikan alat
25 Lepaskan sarung tangan (buang ditempatnya) dan cuci
tangan
FASE TERMINASI
26 Evaluasi perasaan pasien atau kondisi pasien
27 Kontrak waktu dan topik untuk pertemuan berikutnya
28 Dokumentasi (tanggal, jam, tindakan yang dilakukan, jenis
obat, dosis, jalur pemberian, dan respon pasien, nama dan
paraf perawat)
DIMENSI RESPON
29 Melakukan tindakan dengan sistematis
30 Komunikatif dengan pasien
31 Percaya diri
TOTAL NILAI
1+2+3+4 =
Keterangan :
1 = Mengetahui, tetapi tidak melakukan
2 = Melakukan, tetapi tidak tepat
3 = Melakukan, mendekati tepat
4 = Melakukan dengan tepat

Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75


Penilaian: (Jumlah nilai aspek yang dilakukan) x 100
(Jumlah aspek ….. x 4)

NILAI =

Palu,..................................2020
Mahasiswa/Peserta Pembimbing/ Penguji

(……………………………………..) (…………………………………………)
KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP)

Tujuan Skrining
Pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP alalah untuk mengetahui perkembangan
anak normal atau ada penyimpangan

Jadwal skrining / pemeriksaan KPSP adalah pada umur 3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,48,54,60,66,


dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada
umur skrining tersebut. Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta dating kembali untuk skrining pada
umur 9 bulan. Apabila orang tua dating dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh
kembang sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan KPSP untuk umur
skrining terdekat yang lebih muda.

Alat / Instrumen

 Formulir KPSP menurut umur, berisi 9 – 10 pertanyaan tentang kemampuan


perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0 – 72 Bulan
 Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tennis, kerincingan, kubus
berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biskut kecil
berukuran 0,5 – 1 cm.

Cara Penggunaan KPSP

 Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawah


 Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir.
Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh bayi usia 3 bulan 16
hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.
 Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak
 KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu:
Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh:’Dapatkah bayi makan kue
sendiri?’
 Perintahkan kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang
tertulis pada KPSP. Contoh: ‘ Pada posisi bayi terlentang, tariklahbati anda pada
pergelangan tangannya secara perlahan-lahan keposisi duduk’.
 Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu
pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya
 Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya
ada 1 jabawan, ya atau tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir
 Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan
 Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab
Interprestasi hasil KPSP

 Hitunglah berapa jawaban Ya


o Jawaban Ya : Bila ibu/pengasuh anak menjawab anak bisa atau
pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya
o Jawaban Tidak : BilaIbu/pengasuh anak menjawab: anak belum
pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu
 Jumlah Jawaban Ya
o 9 atau 10, perkembangan anak sesuaidengan tahap perkembangannya (S)
o 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
o 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)
 Untuk jawaban “tidak” perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis keterlambatan
(motoric kasar, motoric halus, bicara dan bahasa sosialisasi dan kemandirian)
INSTRUKSI KERJA
PENILAIAN PERKEMBANGAN ANAK DENGAN KPSP
NAMA :
NIM :
TANGGAL :
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
. 1 2 3 4
FASE PRAINTERAKSI
1. Persiapan diri (perawat)
2. Persiapan alat
Format penilaian KPSP (kuesioner seusia tahapan usia)
Kotak berisi alat-alat bantu tes
3. Persiapan lingkungan
Lingkungan yang nyaman, tenang dan bersih

FASE ORIENTASI
4. Berikan salam dan perkenalan (Perkenalkan diri dan klien)
5. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan, kontrak waktu
6. Meminta persetujuan kepada orangtua klien
7. Menanyakan usia anak dan menghitung usia anak
8. Menyiapkan alat termasuk mengisi data pemeriksa dan
klien pada format penilaian KPSP (kuesioner sesuai usia
anak)
FASE KERJA
7 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan handuk
8 Mengatakan kepada orangtua atau pengasuh untuk
menjawab secara jujur
9 Menanyakan kepada orangtua atau pengasuh tentang
kemampuan anak sesuai petunjuk di kuesioner
10 Melakukan uji kepada anak dengan cara meminta orangtua
atau pengasuh yang memandu anak (sebelumnya
orangtua/pengasuh diajarkan caranya) untuk melakukan
sesuai perintah
11 Minta anak untuk mengulangi lagi
12 Menuliskan skor pada form KPSP setiap satu tindakan tes
13 Menyimpulkan hasil tes setelah menyelesaikan penilaian
Jika hasil pemeriksaan, normal, berikan motivasi kepada
orantua/pengasuh dan anak untuk terus melakukan
stimulasi pada anak
14 Jika hasil pemeriksaan meragukan (7-8), maka ajarkan
orantu/pengasuh cara stimulasi aspek yang tidak mampu
dilakukan anak selama 2 minggu di rumah, Memberikan
motivasi kepada orantua/pengasuh dan anak
15 Sampaikan bahwa pemeriksaan akan dilakukan kembali
setelah 2 minggu stimulasi di rumah
16 Jika hasil pemeriksaan anak mengalami keterlambatan
(<6), rujuk anak ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
dan berikan motivasi kepada orantua/pengasuh dan anak
17 Merapikan alat
18 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan
dengan handuk
FASE TERMINASI
19. Memberikan reinforcement kepada orangtua/pengasuh dan
anak
17. Mengevaluasi respon orangtua dan anak
18 Sampaikan kembali rencana tindak lanjut
19 Dokumentasi:
a. Tanggal pemeriksaan, jam dan tahun
b. Nama anak, usia anak, hasil pemeriksaan
c. Nama perawat dan tanda tangan

DIMENSI RESPON
20 Melakukan tindakan dengan sistematis
21 Komunikatif dengan pasien
22 Percaya diri
TOTAL NILAI
1+2+3+4 =

Keterangan :
1 = Mengetahui, tetapi tidak melakukan
2 = Melakukan, tetapi tidak tepat
3 = Melakukan, mendekati tepat
4 = Melakukan dengan tepat

Nilai Batas Lulus (NBL) = ≥ 75


Penilaian: (Jumlah nilai aspek yang dilakukan) x 100
(Jumlah aspek ….. x 4)

NILAI =
Palu,..................................2020
Mahasiswa/Peserta Pembimbing/ Penguji

(……………………………………..) (…………………………………………)

Anda mungkin juga menyukai