Anda di halaman 1dari 24

BAB SHOLAT

Mata Kuliah : FIQIH


Dosen Pengampu : Hadi Yasin, MA

DISUSUN OLEH:
Daly Saputra ( 3120180025 )
Muslim Aqil ( 1120180048 )
Ahmad Ulinnuha ( 1120180051 )

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah fiqih tentang “ BAB SHOLAT ” dengan lancar
dan tanpa halangan yang berarti . Sholawat serta salam tak lupa kami haturkan kehadirat
junjungan nabi Muhammad SAW .Ucapan terima kasih tak lupa juga kami sampaikan terima
kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Ulumul Hadits yakni bapak Hadi Yasin,MA atas
bimbingannya Serta kepada teman teman jurusan Pendidikan Agama Islam dan Komunikasi
Penyiaran Islam 2018 atas dukungan dan kerjasamanya. Tak lupa juga kami haturkan kepada
kedua orang tua kami di rumah yang kami yakin tak pernah luput doanya untuk kami. Dalam
penulisan makalah ini, kami yakin bahwa banyak sekali kekurangan, Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga akan membawa perbaikan untuk
kedepannya.
Dan yang terakhir kami berharap makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Jakarta , 20 Juni 2019

Penyusun

Bab Sholat

A. PENGERTIAN, PENSYARIATAN, SERTA DALIL SHOLAT


 PENGERTIAN SHOLAT
Sholat secara bahasa adalah do’a. Dan secara syara’ sebagaimana disampaikan oleh imam
Rafi’i adalah ucapan dan pekerjaan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam
dengan syarat-syarat tertentu.
 PENSYARIATAN
Sedangkan di syariatkannya sholat adalah ketika malam Isra’ Mi’roj yang mana terjadi 5
tahun sebelum hijrah menurut pendapat masyhur dikalangan ahli sejarah.
 DALIL-DALIL PERINTAH SHOLAT
Dalil tujuan pelaksanaan sholat terdapat dalam Al-quran surat Thoha ayat 14 yang tertera
sebagai berikut :
َّ ‫إِنَّنِي أَنَا هَّللا ُ اَل إِ ٰلَهَ إِاَّل أَنَا فَا ْعبُ ْدنِي َوأَقِ ِم ال‬
‫صاَل ةَ لِ ِذ ْك ِري‬
Artinya :
Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah
shalat untuk mengingat Aku. ( Surah Thoha ayat 14)
Dalam surat Thoha ayat 14 tersebut menjelaskan bahwa tujuan sholat adalah agar setiap
hamba senantiasa selalu berdzikir kepada Allah. Arti berdzikir disini adalah selalu mengingat
Allah dimanapun dan kapanpun. Seperti ketika kita takbir membaca ‘’ Allahu Akbar’’ yang
berartri Allah maha besar menjelaskan tentang keagungan Allah. Ketika hati kita selalu
mengingat Allah membuat jiwa kita menjadi tenang dan tentram.
Dan juga Al Quran Surat Al-Ankabut ayat 45
َ ‫صاَل َة َت ْن َه ٰى َع ِن ْال َفحْ َشا ِء َو ْالمُن َك ِر ۗ َولَ ِذ ْك ُر هَّللا ِ أَ ْك َب ُر ۗ َوهَّللا ُ َيعْ لَ ُم َما َتصْ َنع‬
‫ُون‬ َّ ‫ب َوأَق ِِم ال‬
َّ ‫صاَل َة ۖ إِنَّ ال‬ َ ‫ا ْت ُل َما أُوح َِي إِلَي‬
ِ ‫ْك م َِن ْال ِك َتا‬
Artinya :
Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan
laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.
Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang
lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dalam surat Al Ankabut  ayat 45 menyebutkan bahwa sholat mampu menghindarkan kita
dari perbuatan keji dan mungkar. Dalam ayat tersebut berarti jika sholat kita baik, benar dan
khusyuk, hal tersebut membuat nurani kita paham akan segala larangan yang diperintahkan
untuk tidak dilakukan yang bisa disebut dengan kualitas ketaqwaan seseorang. Karena kualitas
ketaqwaan seseorang akan selalu menjaga hati, lisan dan perbuatan dari niat menyakiti dan
mendzalimi seseorang.

B. SHOLAT MAKTUBAH
Sholat yang difardukan ada lima yaitu : Dhuhur, asar, maghrib, isya dan shubuh. Masing –
masing solat tersebut dilakukan diawal waktu, dengan kewajiban yang diperpanjang waktunya
sampai pada waktu yang cukup digunakan untuk melakukannya.
1. Sholat Dhuhur
Menurut imam Nawawi “ salat ini disebut dhuhur karena sesungguhnya shalat ini
nampak jelas di tengah hari”. Awal waktu dhuhur adalah saat tergilincirnya matahari
dari tengah langit. Pergeseran tersebut bisa diketahui dengan bergesernya bayangan
benda ke arah timur setelah posisinya tepat di tengah. Dan batas akhir sholat dhuhur
adalah ketika bayangan benda sama tinggi dengan benda tersebut.
2. Sholat asar
Awal waktu solat asar adalah dimulai dari bertambahnya bayangan dari ukuran
bendanya atau panjang bayangan lebih tinggi dari benda tersebut.
3. Sholat Maghrib
Disebut solat maghrib karena dikerjakannya saat waktu matahari terbenam.
4. Sholat Isya
Permulaan waktu isya adalah ketika terbenamnya mega merah. Adapun daerah yang
tidak terbenam mega merahnya, maka waktu isya bagi penduduknya setelah
tenggelamnya matahari dan sesudah melewati masa tenggelamnya mega merah daerah
terdekat.

5. Sholat subuh
Secara Bahasa subuh memiliki arti permulaan siang. Disebut demikian karena dikerjakan
di permulaan siang.
Dasar Al-Qur’an dan Hadits Tentang Waktu Shalat
a. Al-Qur’an surat al Nisa’ (4) ayat 103
َ ‫ت َعلَى ْالم ُْؤ ِمن‬
ً ‫ِين ِك َتابا ً م َّْوقُوتا‬ ْ ‫صالَ َة َكا َن‬
َّ ‫إنَّ ال‬
Artinya : “Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman” (QS. An-Nisa’ (4) : 103)

b. Al-Qur’an surat Thaha (20) ayat 130 :


َ َّ‫ار لَ َعل‬
َ ْ‫ك َتر‬
‫ضى‬ َ ‫ُوب َها َومِنْ آ َناء اللَّي ِْل َف َسبِّحْ َوأَ ْط َر‬
ِ ‫اف ال َّن َه‬ ِ ‫وع ال َّش ْم‬
ِ ‫س َو َق ْب َل ُغر‬ ُُ
ِ ‫ك َق ْب َل طل‬
َ ‫َو َسبِّحْ ِب َحمْ ِد َر ِّب‬
Artinya : “Dan bertasbilah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum
terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di
siang hari, supaya kamu merasa senang”. (QS. Thaha (20) : 130)

c. Al-Qur’an surat al Isra’ (17) ayat 78.


ً‫آن ْال َفجْ ِر َكان َم ْشهُودا‬
َ ْ‫آن ْال َفجْ ِر إِنَّ قُر‬ َّ ‫أَق ِِم ال‬
ِ ‫صالَ َة لِ ُدلُوكِ ال َّش ْم‬
َ ْ‫س إِلَى َغ َس ِق اللَّي ِْل َوقُر‬
Artinya : “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan
(dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)”. (QS.
Al-Isra’ (17) : 78).

d. Al-Qur’an surat Hud (11) ayat 114.


‫ار َو ُزلَفا ً م َِّن اللَّي ِْل‬ َّ ‫َوأَق ِِم ال‬
ِ ‫صالَ َة َط َر َفيِ ال َّن َه‬
Artinya : “Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang ( pagi dan petang ) dan
pada bagian permulaan daripada malam”. (QS. Hud (11) : 114).

e. Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah r.a.


‫ﻋﻦ? ﺠﺎﺑﺮ? ﺑﻦ? ﻋﺑﺪ? ﺍﻟﻟﻪ? ﺮﺿﻰ ﺍﻠﻠﻪ? ﻋﻨﻪ? ﻘﺎﻞ? ﺍﻥ ﺍﻟﻨﺑﻰ ﺼﻠﻌﻡ ﺠﺎﺀﻩ? ﺠﺑﺮﻴﻝ ﻋﻟﻴﻪ? ﺍﻟﺴﻼﻢ? ﻔﻘﺎﻞ? ﻟﻪ? ﻘﻢ? ﻔﺻﻟﻪ? ﻔﺼﻟﻰ ﺍﻟﻇﻬﺭ ﺤﺗﻰ‬
‫ﺰﺍﻠﺖ ﺍﻟﺷﻤﺱ ﺛﻡ ﺠﺎﺀﻩ ﺍﻟﻌﺼﺮ ﻔﻘﺎﻞ ﻘﻡ ﻔﺼﻟﻪ ﻔﺼﻟﻰ ﺍﻠﻌﺼﺮ ﺤﻴﻥ ﺼﺎﺭ ﻆﻞ ﻜﻞ ﺷﻴﺊ ﻤﺜﻟﻪ ﺛﻡ ﺠﺎﺀﻩ ﺍﻠﻤﻐﺮﺏ ﻔﻘﺎﻞ ﻘﻡ ﻔﺼﻟﻪ ﻔﺼﻠﻰ‬
‫ﺍﻠﻤﻐﺮﺏ ﺤﻴﻥ ﻭﺟﺑﺕ ﺍﻠﺸﻤﺲ ﺜﻡ ﺟﺎﺀﻩ ﺍﻠﻌﺸﺎﺀ ﻔﻘﺎﻞ ﻘﻡ ﻔﺼﻟﻪ ﻔﺼﻠﻰ ﺍﻠﻌﺸﺎﺀ ﺤﻴﻦ ﻏﺎﺏ ﺍﻠﺷﻔﻕ ﺜﻢ ﺠﺎﺀﻩ ﺍﻠﻔﺠﺮ ﻔﻘﺎﻞ ﻘﻢ ﻔﺼﻟﻪ ﻔﺻﻟﻰ‬
‫ﺍﻠﻔﺟﺮ ﺤﻴﻥ ﺑﺮﻕ ﺍﻠﻔﺠﺮ ﻮﻗﺎﻞ? ﺴﻄﻊ? ﺍﻠﺑﺤﺭ ﺜﻢ ﺟﺎﺀﻩ ﺑﻌﺪ? ﺍﻠﻐﺪ? ﺍﻠﻆﻬﺭ ﻔﻘﺍﻞ? ﻗﻡ ﻔﺼﻟﻪ ﻔﺼﻟﻰ ﺍﻠﻈﻬﺮ? ﺤﻴﻥ ﺼﺍﺭ ﻅﻝ ﻜﻝ ﺷﻴﺊ? ﻤﺜﻠﻪ? ﺜﻢ‬
‫ﺠﺎﺀﻩ? ﺍﻠﻌﺼﺭ ﻔﻗﺎﻞ? ﻘﻢ? ﻔﺻﻟﻪ? ﻔﺻﻟﻰ ﺍﻠﻌﺼﺮ? ﺤﻴﻥ ﺼﺎﺭ ﻆﻞ? ﻜﻝ ﺸﻴﺊ? ﻤﺛﻟﻪ? ﺜﻢ? ﺟﺎﺀﻩ? ﺍﻟﻤﻐﺮﺏ ﻭﻘﺗﺎ ﻮﺍﺤﺩﺍ ﻠﻡ ﻴﺰﻞ? ﻋﻨﻪ? ﺜﻢ? ﺟﺎﺀﻩ‬
‫ﺍﻠﻌﺸﺎﺀ? ﺤﻴﻥ ﺬﻫﺐ? ﻨﺼﻑ ﺍﻠﻠﻴﻝ ﺍﻮﻗﺎﻞ? ﺜﻠﺚ? ﺍﻠﻟﻴﻝ ﻔﺼﻠﻰ ﺍﻠﻌﺷﺎﺀ? ﺤﻴﻦ? ﺟﺎﺀﻩ? ﺣﻳﻥ ﺍﺴﻔﺮ? ﺠﺪﺍ ﻔﻘﺍﻞ? ﻗﻡ ﻔﺼﻠﻪ? ﻔﺼﻟﻰ ﺍﻟﻔﺠﺮ? ﺜﻡ ﻘﺎﻞ? ﻤﺎ‬
‫( ﺑﻴﻥ ﻫﺬﻴﻥ ﺍﻟﻮﻗﺘﻴﻥ ﻭﻘﺖ ) ﺮﻭﺍﻩ ﺍﺤﻤﺪ ﻮﺍﻠﻨﺴﺎﺉ ﻮﺍﻟﺘﺭﻤﺬﻱ ﻴﻧﺤﻮﻩ‬
Artinya : “Dari Jabir bin Abdullah r.a. berkaa telah datang kepada Nabi SAW Jibril a.s lalu
berkata kepadanya ; bangunlah ! lalu bersembahyanglah, kemudian Nabi shalat Dzuhur di kala
matahari tergelincir. Kemudian ia datang lagi kapadanya di waktu Ashar lalu berkata :
bangunlah lalu sembahyanglah ! Kemudian Nabi shalat Ashar di kala bayang-bayang sesuatu
sama dengannya. Kemudian ia datang lagi kepadanya di waktu Maghrib lalu berkata :
bangunlah lalu shalatlah, kemudian Nabi shalat Maghrib di kala Matahari terbenam. Kemudian
ia datang lagi kepadanya di waktu Isya’ lalu berkata : bangunlah dan shalatlah ! Kemudian Nabi
shalat Isya’ di kala matahari telah terbenam. Kemudian ia datang lagi kepadanya di waktu fajar
lalu berkata : bangunlah dan shalatlah ! Kemudian Nabi shalat fajar di kala fajar menyingsing.
Atau ia berkat: di waktu fajar bersinar. Kemudian ia datang pula esok harinya pada waktu
dzuhur, kemudian berkata kepadanya : bangunlah lalu shalatlah, kemudian Nabi shalat Dzuhur
di kala bayang-bayang sesuatu sama dengannya. Kemudian datang lagi kepadanya di waktu
Ashar dan ia berkata : bangunlah dan shalatlah ! kemudian Nabi shalat Ashar di kala bayang-
bayang matahari dua kali sesuatu itu. Kemudian ia datang lagi kapadanya di waktu Maghrib
dalam waktu yang sam, tidak bergeser dari waktu yang sudah. Kemudian ia datang lagi
kepadanya di waktu Isya’ di kala telah lalu separo malam, atau ia berkata : telah hilang
sepertiga malam, Kemudian Nabi shalat Isya’. Kemudian ia datang lagi kepadanya di kala telah
bercahaya benar dan ia berkata ; bangunlah lalu shalatlah, kemudian Nabi shalat fajar.
Kemudian Jibril berkata : saat dua waktu itu adalah waktu shalat.” (HR. Imam Ahmad dan Nasai
dan Thirmidhi)

C. SYARAT-SYARAT SHOLAT
Syarat wajib sholat ada tiga perkara:
1. Beragama Islam
Oleh karenanya shalat tidak wajib bagi orang kafir dan tidak wajib mengqadla ketika ia
masuk islam. Adapun orang murtad wajib baginya mengqadla ketika kembali pada
agama islam.
2. Baligh
Sholat tidak wajib bagi anak kecil baik laki-laki maupun perempuan.
3. Memiliki akal sempurna
Oleh karenanya, shalat tidak wajib bagi orang gila.

Syarat sah sholat


Syarat sah sholat adalah segala sesuatu yang menentukan sahnya solat dan bukan bagian
dari solat. Dengan batasan syarat bukan merupakan bagian dari solat kecuali rukun, karena
sesungguhnya rukun merupakan bagian dari solat.
Adapun syarat-syarat solat adalah:
1. Suci anggota badan dari hadast kecil dan besar
2. Suci dari najis pada pakaian, badan, dan tempat
3. Menutup aurat
4. Menghadap qiblat
5. Masuk waktu
6. Mengetahui fardhu shalat
7. Tidak meyakini fardhu shalat sebagai Sunnah
8. Menjauhi pembatal-pembatalnya.

D. RUKUN-RUKUN SHOLAT
Rukun-rukun solat ada tujuh belas:
1. Niat
2. Takbiratul ihrom
3. Berdiri bagi yang mampu dalam shalat wajib
4. Membaca Al-Fatihah
5. Ruku’
6. Thuma’ninah
7. I’tidal
8. Thuma’ninah saat i’tida
9. Sujud dua kali pada setiap rakaat
10. Thuma’ninah saat sujud
11. Duduk antara dua sujud
12. Thuma’ninah saat duduk diantara dua sujud
13. Duduk yang terakhir, yakni duduk yang disetai salam
14. Tasyahhud akhir
15. Shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
16. Salam
17. Tertib

E. SUNAH-SUNAH SHOLAT
Sunnah-sunnah solat terbagi menjadi dua, yaitu Sunnah sebelum pelaksanaan solat dan
Sunnah di dalam solat.
Sunnah solat sebelum pelaksanaan solat antara lain:
1. Adzan
Secara Bahasa adzan memiliki arti memberitahu. Dan secara syara’ berarti dzikir
tertentu dengan fungsi memberitahu masuknya waktu sholat fardlu.
2. Iqomah
Iqomah adalah masdar dari fi’il madly lafadz aqoma.Selanjutnya dijadikan nama sebuah
dzikir tertentu utuk mendirikan sholat.

Sunnah-sunnah setelah masuk pelaksanaan sholat


Kesunnahan didalam shalat ada dua perkara, yaitu tasyahud awal dan qunut dalam solat
subuh, yaitu pada saat I’tidal rakaat kedua dari solat subuh dan qunut diakhir sholat witir pada
separuh kedua dari bulan Ramadhan. Secara Bahasa qunut berarti doa, dan secara syara;
berarti dzikir tertentu.
Sunnah haiat sholat ada lima belas perkara. Yang dikehendaki dengan haiat bukan rukun dn
bukan Sunnah ab’adl yang dapat diganti dengan sujud sahwi.
Sunnah haiat solat antara lain:
1. Mengangkat kedua tangan saat takbiratul ihram hingga sejajar pundak
2. Mengangkat kedua tangan ketika hendak bangun dari ruku’
3. Meletakkan tangan kanan diatas tanagn kiri dan keduanya berada di bawah dada dan
diatas pusar.
4. Doa tawajjuh
5. Membaca isti’adzah
6. Mengeraskan suara pada tempatnya yaitu pada solat subuh, maghrib dan isya
7. Bersuara pelan pada tempatnya yaitu pada solat dhuhur, asar
8. Ta’min yaitu ucapan amin setelah membaca surat fatihah
9. Membaca surat setelah membaca fatihah.
10. Membaca takbir saat turun ke posisi ruku’ dan saat mengangkatnya, maksudnya
mengangkat punggung dari posisi ruku’
11. Membaca sami’allahu liman hamidah ketika berdiri dari ruku’ untuk i’tidal
12. Membaca tasbih ketika ruku’ dan sujud
13. Meletakkan kedua tangan diatas paha saat duduk tasyahud awal dan akhir.
14. Duduk iftirasy
15. Mengucapkan salam

F. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SHOLAT


Perkara yang membatalkan sholat ada sebelas perkara, yaitu:
1. Berbicara dengan sengaja dengan kata-kata yang layak digunakan komunikasi sesama
manusia, baik berhubungan dengan solat ataupun tidak.
2. Gerakan anggota badan yang banyak dan terus menerus.
3. Berhadast kecil maupun besar
4. Terkena najis yang tidak dimaafkan
5. Terbukanya aurat dengan sengaja
6. Merubah niat, seperti niat keluar dari sholat.
7. Membelakangi kiblat
8. Makan
9. Minum
10. Tertawa. Sebagian ulama berpendapat dengan tawa yang terbahak-bahak
G. HAL-HAL YANG DITINGGALKAN DALAM SHOLAT
Perkara yang ditinggalkan dalam sholat ada tiga perkara. Yaitu :
a. fardlu yang juga disebut dengan rukun, Sunnah ab’ad, Sunnah haiat. Yang disebut fardlu
adalah perbuatan yang tidak bisa diganti dengan sujud sahwi. Namun ketika ia ingat telah
meninggalkan fardlu dan posisinya masih dalam sholat, wajib baginya untuk melakukan fardlu
yang telah ditinggalkan dan sholatnya dianggap selesai. Atau ingat setelah salam dan masanya
masih relative sebentar, wajib baginya untuk melakukan fardlu yang ditinggalkan dan
meneruskan sholatnya serta melakukan sujud sahwi.
b. Sunnah ab’ad ketika ditinggalkan oleh orang yang solat, maka ia tidak diperbolehkan kembali
untuk melakukannya setelah ia beralih pada ibadah fardlu. Contohnya bagi siapapun yang
seumpama meninggalkan tasyahud awal kemudian ia ingat setelah dalam posisi berdiri tegak,
maka tidak diperbolehkan kembali ke posisi tasyahud awal. Jika ia kembali ke posisi tasyahud
dan mengetahui hukum keharamannya, maka sholatnya batal. Akan tetapi disunnahkan
baginya melakukan sujud sahwi.
Sunnah-sunnah ab’ad ada enam perkara,yaitu:
1. Tasyahud awal
2. Duduk tasyahud awal
3. Qunut dalam sholat subuh dan diakhir solat witir pada separuh kedua bulan
Ramadhan.
4. Shalawat untuk baginda Nabi SAW
5. Shalawat untuk untuk keluarga baginda Nabi SAW

c. Sunnah haiat seperti bacaan tasbih dan sesamanya dari kesunnahan yang tidak dapat diganti
dengan sujud sahwi , maka setelah meninggalkan, musholli tidak boleh kembali melakukannya.
Dan tidak boleh melakukan sujud sahwi karena meninggalkannya, baik disengaja maupun tidak.
Contohnya ketika musholli ragu-ragu dalam menentukan jumlah rakaat sholat yang telah
dilakukannya,apakah tiga rakkat atau empat rakaat, maka wajib baginya untuk menentukan
jumlah rakaat yang diyakini yakni jumlah terkecil.seperti rakaat ke tiga dalam contoh ini, dan ia
wajib menambah satu rakaat dan melakukan sujud sahwi.

H. WAKTU-WAKTU MAKRUH MELAKSANAKAN SHOLAT


Ada lima waktu yang dimakruhkan melakukan sholat, kecuali sholat yang memiliki sebab.
Adakalanya sebab yang terjadi sebelum pelaksanaan sholat, seperti sholat fa’itoh yaitu solat
yang ditinggalkan. Atau sebab yang bersamaan dengan pelaksanaan sholat, seperti sholat
gerhana dan sholat istisqo’
Lima waktu yang dimakruhkan untuk melakukan sholat antara lain:
1. Setelah sholat subuh.
2. Melakukan sholat ketika matahari terbit hingga keluar secara sempurna dan naik
sekira tingginya satu tombak dalam pandangan mata.
3. Melakukan sholat ketika matahari tepat di tengah-tengah langit hingga bergeser dari
tengah-tengah langit, kecuali hari jumat. Pada hari jumat tidak dimakruhkan
melaksanakan sholat jumat tepat pada waktu istiwa’. Begitupun di daerah haram
Mekkah, baik masjid atau lainnya, maka tidak dimakruhkan sholat pada waktu itu,
baik sholat Sunnah,thawaf atau yang lainnya.
4. Setelah sholat asar hingga terbenamnya matahari
5. Ketika terbenamnya matahari, yaitu ketika mendekati terbenam hingga sempurna
terbenam.
I. MACAM-MACAM SUJUD
1. SUJUD SYAHWI
Kalimat assahwu fis-syai berarti meninggalkan sesuatu tanpa sengaja atau tidak tahu,
seeangkan kalimat assahwu ‘anis-syai artinya meninggalkan sesuatu dengan sengaja
a. Hukum sujud sahwi
Sujud syahwi sudah masyhur tanpa ada keraguan lagi. Imam Ahmad berkata, “kami hafal
lima perkara dari Rasulullah SAW, yaitu sujud ketika salam pada rokaat kedua, sujud ketika
salam pada rokaa ketiga, ketika menambah rokaat, ketika mengurangi rokaat, dan ketika
bangkit dari rokaat kedua tanpa tasyahud.”
Imam Al-Khathabi berkata, “dalil yang mu’tamad menurut ulama mengenai 5 perkara diatas
adalah hadits riwayat Ibnu Mas’ud, riwayat Abu Sa’id, riwayat Abu Hurairah, riwayat Ibnu
Buhainah, dan riwayat Imran Ibnul Husain.”
‫اذا شك احدكم في الصالة فلم يدركم صلي ثالثا ام اربعا فليطرح الشك وليبن علي ما اس??تيقن ثم يس??جد س??جدتين قب??ل‬
‫ان يسلم فان كان صلي خمسا شفعنا له صالته وان كان صلي اتماما الربع كانتا ترغيما للشيطان‬
“jika salah seorang kalian bimbang dalam sholat, dan tidak tahu sudah shalat 3 atau 4 rakaat
maka buanglah keraguan itu, dan ambillah yang yakin. Kemudian di akhir shalat melakukan
sujud sahwi dua kali sebelum salam. Jika ternyata shalatnya 5 rakaat, maka sujud itu
menggenapkan shalatnya, namun jika shalatnya sudah genap empat rakaat maka sujud sahwi
itu membuat setan marah”(HR. Ahmad dan Muslim)
Sujud sahwi disyariatkan dengan tujuan untuk menambal kekurangan tanpa harus
mengulangi sholat, karena meninggalkan perkara yang bukan asasi atau menambahkan sesuatu
dalam sholat. Sujud sahwi tidak disyariatkan apabila ada unsur kesengajaan. Imam ath-Thabrani
meriwayatkan dari Sayyidah Aisyah,
‫من سهل قبل التمام فليسجد سجدتي السهو قبل ان يسلم‬
“siapa saja yang lupa sebelum selesai shalat, maka pada akhir sholat sebelum salam
disyariatkan sebelum salam sujud dua kali.”
b. Sebab-sebab sujud sahwi
Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah sebab-sebab yang menjadikan
menimbulkan sujud sahwi.
 Madzhab Syafi’iyyah
1. Imam atau munfarid yang meninggalkan sunnah ab’adh
2. Memindah atau membaca rukun qouli tidak pada tempatnya
3. Melakukan sesuatu yang apabila dilakukan dengan sengaja maka akan membatalkan
sholat
4. Bimbang dalam jumlah bilangan rakaat
5. Bimbang telah meninggalkan sebagian sunnah ab’adh, seperti bimbang belum
membaca shalawat Nabi dalam qunut.
c. Tempat sujud sahwi dan sifatnya
Sama halnya dengan sebab-sebab sujud sahwi, dalam hal tempat dan sifatnya terdapat
perbedaan dikalangan ulama
 Madzhab Syafi’iyyah
Ulama Syafi’iyyah berpendapat bahwa sujud sahwi itu dilakukan di antara tasyahud dan
salam. Sedangkan sifat sujud sahwi adalah terdiri dari dua kali sujud seperti halnya sujud dalam
shalat, baik dalam hal wjib maupun mandubnya. Contohnya seperti menempelkan dahi,
thuma’ninah, duduk tawarruk, duduk iftirasy, dan lain-lain
Sujud sahwi memerlukan niat dalam hati, karena apabila niat itu diucapkan dengan lisan
maka shalatnya batal. Adapun bacaan sujud sahwi ialah :
‫سبحان من الينام وال يسهو‬
Dalil yang mereka gunakan untuk meentukan letak sujud sahwi sebelum salam adalah hadits
riwayat Abu Sa’id al-Khudri yang terdapat dalam Shohih Muslim dan Musnad Ahmad yang
berbunyi
‫ثم يسجد سجدتين قبل ان يسلم‬
“kemudian sujud dua kali sebelum salam” dan juga hadits-hadits lainnya.

2. SUJUD TILAWAH
Dalam pembahasan ini terdapat beberapa pembahasan, yaitu mengenai dalil, hukum, sebab,
dan tatacara sujud tilawah.
a. Dalil
Allah SWT dalam Al-Qur’an mencela orang-orang yang meninggalkan sujud tilawah.
‫فما لهم ال يؤمنون واذ قرئ القران ال يسجدون‬
“dan apabila Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud,” (Al-insyiqaaq : 21)
Banyak hadits-hadits Nabi SAW yang menceritakan tentang sujud tilawah. Di antaranya riwayat
Ibnu Umar RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW pernah membacakan surah Al-Qur’an kepada
kami. Kemudian ketika membaca surah as-Sajdah beliau sujud dan kami semua ikut sujud,
sehingga ada sebagian kami yang tidak mendapatkan tempat untuk sujud.”
b. Hukum
Hanafiyyah : wajib bagi yang membaca dan yang mendengarkan baik sengaja maupun tidak.
Syafi’iyyah : sunnah bagi yang membaca dan mendengarkan baik sengaja maupun tidak.
Malikiyyah : sunnah bagi yang membaca dan yang sengaja mendengarkan, sedangkan bagi
yang tidak sengaja mendengarkan maka tidak disunahkan.
Hanabilah : sama dengan malikiyyah.
c. Sebab-sebab
Ulama Syafi’iyyah berkata, “sebab-sebab sujud tilawah itu ada tiga, membaca,
mendengarkan, dan tidak sengaja mendengar.
d. Tata cara
Sujud tilawah punya dua rukun, yaitu niat bagi selain makmum, sedangkan bagi makmum
maka niat imamnya cukup baginya. Rukun kedua adalah sujud satu kali seperti sujud dalam
sholat. Bagi orang sholat niat sujud tilawahnya dalam hati. Adapun bagi orang diluar sholat
maka ditambahkan tiga rukun lagi, yaitu takbiratul ihram, duduk setelah sujud, dan salam.
Untuk niatnya sunnahnya dilafalkan.
Bacaan sujud tilawah :
‫سجد وجهي للذي خلقه وصوره وشق سمعه وبصره بحوله و قوته فتبارك هللا احسن الخالقين‬
J. QUNUT
1. QUNUT SUBUH
Dalam shalat membaca do’a qunut hukumnya mandub. Akan tetapi, fuqoha berbeda
pendepat mengenai shalat yang ada doa qunut-nya. Ulama Hanafiyyah dan Hanabilah
berpendapat bahwa doa qunut dibaca hanya dalam shalat witir saja. Doa ini dibaca sebelum
ruku’ menurut Hanafiyah, dan sesudah ruku’ menurut Hanabilah.
Menurut Malikiyyah dan Syafi’iyyah bahwa shalat yang ada doa qunutnya adalah shalat
Subuh. Dibaca setelah ruku’ menurut Syafi’iyyah. Namun menurut Malikyyah yang afdhal doa
ini dibaca sebelum ruku’. Doa ini makruh dibaca pada selain shalat Subuh, menurut Malikiyyah
yang dzahir.
Menurut Hanafiyyah, Syafi’iyyah, dan Hanabilah, disunahkan membaca doa qunut dalam
semua shalat fardhu jika kaum muslimin sedang tertimpa bencana atau musibah. Hanabilah
meringkasnya dalam shalat Subuh, sedangkan Hanafiyyah membacanya hanya dalam shalat
jahriyyah.
Madzhab Syafi’i : disunahkan membaca doa qunut pada posisi i’tidal kedua shalat subuh,
sedangkan redaksi qunut yang adalah yang berbunyi :
‫اللهم اهدني فيمن هديت و عافني فيمن عافيت وتولني فيمن توليت وبارك لي فيمن اعطيت و‬.......
Adapun Imam, maka doa qunutnya menggunakan redaksi jamak. Dalil yang mereka gunakan
untuk memilih redaksi ini adalah hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam al-Hakim
dalam kitab al-Mustadrok. Dari Abu Hurairah RA ia berkata, “Rasulullah SAW jika bangkit dari
ruku’ pada rakaat kedua shalat subuh, maka beliau mengangkat kedua tangannya lantas berdoa
allohummah dini fiman hadait .... dst.
Anas bin Malik berkata:
“Rasulullah SAW selalu membaca doa qunut dalam shalat subuh sampai belau meninggal
dunia.”)HR. Ahmad).
2. QUNUT NAZILAH
Ulama Syafi’iyyah berpendapat bahwa doa qunut nazilah dibaca setiap kali terjadi musibah
ataupun bencana secara muthlak. Qunut nazilah ini hukumnya sunnah, karena berdasarkan
hadits Nabi SAW yang menjelaskan bahwa beliau membaca doa qunut nazilah ini selama
sebulan penuh, karena terjadinya pembunuhan atas para sahabat beliau pada perang Bi’r
Ma’unah. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi SAW ketika hendak berdoa atas seseorang
atau untuk seseorang, maka beliau membaca doa qunut setelah bangkit dari ruku’.
‫ان النبي كان اذا اراد ان يدعو علي احد او يدعو الحد قنت بعد الركوع‬
Doa qunut nazilah ini disyariatkan bukan untuk selamanya. Artinya, hanya dibaca ketika
kaum muslimin mendapatkan musibah atau bencana. Ini adalah pendapat yang paling masyhur
dikalangan ulama Syafi’iyyah, karena Rasulullah SAW sendiri tidak membaca doa qunut nazilah
kecuali apabila kaum muslimin mengalami musibah.
Redaksi doa qunut nazilah ini tercantum dalam hadits-hasits Nabi SAW. Diriwayatkan dari
Umar RA, bahwa ketika melakukan Do’a qunut ia membaca:
‫اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات والمؤمنين والمؤمنات و الف بين قلوبهم و اصلح ذات بينهم وانصرهم علي عدوك وعدوهم‬
‫اللهم العن كفرة اهل الكتاب الذين يكذبون رسلك ويقاتلون اولياءك اللهم خالف يبن كلمتهم وزلزل اقدامهم وانزل بهم باسك‬
‫ يسم هللا الرحمن الرحيم اللهم ان نستعينك‬. ‫الذي ال يرد عن القوم المجرمين‬
Tidak disunahkan melakukan sujud sahwi apabila meninggalkan qunut nazilah. Karena
menurut Syafi’iyyah, doa qunut nazilah ini tidak termasuk sunah ab’ad.
K. SHOLAT NAWAFIL
Shalat nawafil atau shalat-shalat sunnah menurut madzhab syafi’i dibagi menjadi dua yaitu
 Sunnah berjamaah
 Tidak sunnah berjamaah
Adapun shalat nawafil yang disunnahkan berjamaah adalah:
 Shalat hari raya idul fitri
 Shalat hari raya idul adha
 Shalat gerhana matahari
 Shalat gerhana bulan
 Shalat tarawih beserta witirnya
Sedangkan sholat nawafil yang tidak disunnahkan berjamaah adalah:
Shalat sunnah rawatib :
 2 rakaat sebelum subuh
 4 rakaat sebelum dzuhur
 2 rakaat setelah dzuhur
 4 rakaat sebelum ashar
 2 rakaat setelah maghrib
 3 rakaat setelah isya termasuk witir
 Shalat tahajjud
 Shalat dhuha
 Shalat tasbih
 Shalat hajat
 Shalat istikhoroh
 Shalat taubat
 Shalat sunnah muthlaq
L. MACAM-MACAM SHOLAT
A. SHALAT JAMAAH
Shalat berjamaah adalah hubungan anatara ritme shalatnya imam dan makmum. Islam telah
mengatur beberapa kesempatan dan pertemuan sosial diantara umat islam untuk menunaikan
ibadah pada waktu-waktu tertentu. Diantaranya ada shalat lima waktu dalam sehari semalam,
shalat jum’at untuk mingguannya, dua shalat ied pada setiap tahunnyayang mengumpulkan
hampir seluruh penduduk neger, dan terakhir untuk semua kalangan dan asal negara, yaitu wukuf
di Arafah untuk ritual tahunan. Semua itu untuk terjalinnya silaturahmi, kasih sayang, dan tidak
putus hubungan.
Dalil pelaksanaan shalat berjamaah telah disebutkan dalam Al-Qur’an, Hadits, ataupun Ijtima’
ulama. Adapun dalil dari Al-Qur’an adalah:
‫و اذا كنت فيهم فاقمت لهم الصالة‬
“dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak
mendirikan shalat bersama-sama mereka.” an-nisa:102
Dalam ayat ini Allah memerintahkan umat islam untuk melakukan shalat berjamaah. Bila di
khawatirkan adanya serangan musuh pada saat melakukan peperangan. Dengan begitu,
pelaksanaan shalat berjamaah akan menjadi lebih utama pada saat aman dari serangan musuh.
Namun pada kenyataannya, kewajiban shalat berjamaah tetap tidak boleh ditinggalkan meski
adanya rasa kekhawatiran tersebut.
Adapun dalil dari Hadits, yaitu sabda Nabi Muhammad SAW :
‫صالة الجماعة افضل من صالة الفذ بسبع وعشرين درجات‬
“Shalat berjamaah itu lebih utama dua puluh tujuh derajat (kedudukannya disisi Allah)
daripada shalat sendiri.” diriwayatkan oleh semua imam hadits, kecuali an-Nasa’i dan Abu
Dawud dari Ibnu Umar(
Adapun hukum shalat berjamaah itu antara sunnah muakkad dan wajib. Madzhab Hanafi dan
Maliki berpendapat bahwa shalat berjamaah untuk nshalat fardhu, selain shalat jum’at adalah
sunnah muakkadah bagi kaum laki-laki yang berakal dan mampu untuk melaksanakannya tanpa
ada kesulitan. Sedangkan menurut madzhab Syafi’i, menyebutkan bahwa hukum shalat
berjama’ah adalah fardlu kifayah bagi laki-laki merdeka yang muqim. Adapun untuk kaum
wanita, anjurannya tidak sebesar kepaa kaum laki-laki. Sedangkan menurut pendapat madzhab
Hambali, shalat berjamaah itu wajib atas setiap indifidu.
Berdasarkan keterangan di awal bahwa shalat jamaah adalah hubungan antara imam dan
makmum, maka dari itu kami akan menjelaskan syarat sah imam yaitu:
1. Islam
2. Berakal
3. Baligh
4. Laki-laki, apabila makmumnya laki-laki dan waria
5. Suci dari hadats besar dan kecil
6. Memiliki bacaan yang bagus dan mengetahui rukun-rukun shalat
7. Pada saat imam memimpin shalat, ia sedang tidak menjadi makmum
8. Hendak seorang imam itu tidak gagap, dimana ia mampu mengucapkan setiap huruf
dengan benar
Adapun syarat sah makmum adalah:
1. Niat menjadi makmum
2. Adanya kesamaan niat antara imam dan makmum
3. Hendaknya makmum tidak lebih maju dengan tumit kaki terakhirnya dari imam
4. Menyatunya tempat shalat imam dan makmum lewat penglihatan, pendengaran, ataupun
suara orang yang menyambung
5. Makmum harus mengikuti imamnya
B. SHALAT JUMAT
Diberi nama dengan Jum’at karena berkumpulnya orang-orang pada hari ini. Dikatakan,
karena berkumpulnya kebaikan pada hari ini. Atau, karena penciptaan Nabi Adam A.S,atau
karena berkumpulnya Adam dan Hawa di bumi pada hari ini. Adapun nama lama untuk hari
jum’at pada zaman jahiliyyah adalah hari ‘Arubah, yaitu jelas besar.Shalat Jum’at hukumnya
fardhu ‘ain (wajib) dan dianggap kafir orang yang mengingkarinya karena telah ditetapkan
dengan dalil-dalil yang jelas. Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman :
‫يا ايها الذين امنوا اذا نودي للصالة من يوم الجمعة فاسعوا الي ذكرهللا و ذروا البيع‬
“ Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat jum’at, maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah SWT dan tinggalkan jual beli.” َ(QS. Al-Jumuah :
26/9)
Sementara dalil Haditsnya di antaranya adalah sabda Nabi SAW:
‫لينتهين اقوام عن ودعهم الجمعات او ليختمن هللا علي قلوبهم ثم ليكونن من الغافلين‬
“demi Allah, berhentilah para lelaki yang sering meninggalkan shalat jum’at atau Allah akan
mengunci hati mereka dan menjadikan mereka orang-orang yang lalai.” (HR. Nasaa’i dari
Hafsah r.a)
Adapun syarat wajib shalat jum’at sama halnya dengan syarat wajib shalat fardhu, akan tetapi
ada syarat tambahan yaitu:
1. Laki-laki, tidak diwajibkan atas perempuan
2. Merdeka, tidak diwajibkan bagi budak
3. Mukim, tidak diwajibkan bagi musafir
Sholat jum’at terdiri dari dua rakaat dan dua khotbah diawal pelaksanaannya. Dengan begitu
shalat jumat memiliki dua rukun, yaitu sholat dan khutbah. Untuk shalatnya terdiri dari dua
rakaat dibaca dengan suara keras, menurut ijma’ ulama. Sedangkan untuk khutbahnya hukumnya
wajib dan terdiri dari dua khutbah sebelum shalat. Khutbah ini jjga merupakan syarat sahnya
sholat jum’at, menurut pendapat yang paling kuat.
Adapun rukun khutbah menurut madzhab Syafi’i terdapat lima rukun yaitu:
1. Memuji Allah SWT
2. Shalawat kepada Rasul
3. Berwasiat taqwa
Ketiga rukun ini wajib dibaca di kedua khutbah. Berikutnya membaca beberapa ayat Al-
Qur’an yang mudah dipahami pada salah satu khutbah, dan terakhir berdoa untuk umat muslim.
Selain syarat dan rukun, juga terdapat hal-hal yang disunnahkan pada hari jum;at atau pada
shalat jum’at yaitu:
1. Mandi, memakai wewangian, dan memakai baju yang paling bagus hal ini berdasarkan
hadits riwayat Abu Hurairah :
‫من اغتسل يوم الجمعة غسل الجنابة ثم راح فكانما قرب بدنة‬
“ barang siapa yang mandi di pagi hari Jum’at seperti madi besar, lalu pergi untuk menunaikan
shalat jum’at maka seakan-akan ia berkurban dengan seekor unta”(HR. Al-Baihaki sanad shohih)
2. Lebih awal pergi shalat jum’at sambil berjalan dengan tenang serta penuh wibawa dan
mendekat kepada imam. Sedangkan di sela-sela perjalanan menyibukkan diri dengan
mengulangi bacaan al-Qur’an atau berdzikir , berdasarkan hadits riwayat Abu
Hurairah:
‫من اغتسل يوم الجمعة و مس من طيب ان كان عنده ولبس من احسن ثيابه ثم خرج وعليه السكينة حتي ياتي المسجد‬
‫فيركع ان بدا له ولم يوذ احدا ثم انصت اذا خرج امامه حتي يصلي كانت له كفارة لما بينها وبين الجمعة االخرى‬
“ siapa yang mandi dan bersuci dihari jum’at lalu pergi shalat jum’at lebih awal dengan
berjalan kaki dan tidak naik kendaraan, mendekat ke tempat imam, lantas mendengarkan
khutbah, dan tidak berbuat sia-sia maka setiap langkah yang dilaluinya seakan ia telah beramal
selama setahun, dan mendapatkan pahala puasa dan shalat malam.”(HR.Thirmidzi, hadits hasan)
3. Membersihkan badan dan merapihkannya sebelum melakukan shalat, yaitu dengan
memotong kuku, memendekkan kumis, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu
kemaluan, dan sebagainya seperti menghilangkan bau mulut dengan bersiwak. Sesuai
hadits riwayat al-Baghawi dengan jalur sanad dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash:
‫كان ياخذ اظفاره وشاربه كل جمعة‬
“Rasulullah SAW memotong kuku dan kumisnya setiap hari jum’at’
4. Membaca surat al-Kahfi dihari jum’at dan malamnya
5. Memperbanyak doa disiang dan malam hari jum’at
6. Memperbanyak sholawat kepada Rasulullah SAW
7. Imam membaca surah al-Jumuah di rakaat pertama dan membaca surah al-Munafiqun
di rakat kedua
8. Membaca surah as-Sajdah dan surah al-Insaan pada shalat subuh di hari jum’at
9. Shalat sunnah 4 rakaat sebelum atau sesudah shalat jum’at.
10. Membaca surah al-Faatihah, al-Ikhlas, dan mu’awidzatain
11. Dianjurkan pindah tempat bagi yang mengantuk saat khutbah

C. SHALAT MUSAFIR
Dalam pembahasan ini terdapat dua tema: pertama mengqasar shalat yang empat rakaat dan
kedua menggabungkan dua shalat (jama'),
A. Mengqasar shalat itu dibolehkan oleh syariat berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah. Adapun
dalil Al-Qur'an adalah firman Allah SWT:
"Dan apabila kamu berpergian di muka bumi maka tidaklah mengapa engkau mengqasar
sembahyang mu, jika kamu takut diserang orang-orang kafir" (an-Nisa: 101).
Shalat ashar dibolehkan baik dalam kondisi ketakutan atau aman. Akan tetapi, mengaitkan
shalat ashar dengan rasa takut untuk menegaskan kondisi realnya. Sebab, hampir semua
perjalanan Nabi SAW tidak terlepas dari rasa ketakutan. Ya'la bin Umayyah berkata kepada
Umar bin Khathab, " Umar, mengapa kita masih mengqasar sholat padahal kita semua sudah
aman? Umar menjawab: aku pernah menanyakan juga kepada Nabi SAW dan beliau menjawab :
""‫صدقة تصدق هللا بها فاقبلوا صدقته‬
"Itu adalah sedekah yang diberikan Allah SWT kepada kalian, maka terimalah sedekah-Nya".
(HR. Muslim) Sementara dalam Sunnah, terdapat Khabar yang mutawatir bahwa Rasulullah
SAW mengqashar shalatnya di beberapa perjalanan beliau, baik saat haji, umroh, dan berperang.
Ibnu Umar mengatakan:
‫صحبت النبي فكان اليزيد في السفر علي ركعتين و ابو بكر وعثمان و علي كذالك‬
"Aku sering menemani Nabi SAW dan selama di perjalanannya beliau melakukan shalat tidak
lebih dari dua rakaat. Begitu pula Abu Bakar, Umar, dan Utsman." (HR. Muslim, muttafaqun
alaihi diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud dan Anas)
Syarat-syarat diperbolehkan shalat qashar
1. Perjalanan panjang 48 mil atau dua marhalah
2. Perjalanan tidak untuk bermaksiat kepada Allah SWT
3. Melewati pemukiman dari tempat tinggalnya
B. Menggabung antara dua shalat. Shalat-shalat yang bisa di jamak adalah shalat Dzuhur dan
ashar, serta Shalat Maghrib dan isya. Adapun shalat subuh maka ia tidak bisa di jama'. Dalam hal
menjama' terdapat dua cara yaitu jama' taqdim dan jama' ta'khir
 Jama' taqdim adalah mendahulukan shalat yg lebih dulu waktunya. Mendahulukan
Dzuhur lalu Ashar. Dan mendahulukan Maghrib lalu Isya. Dalilnya adalah hadits
Shohibul dari riwayatnya Dzuhur r.a.
‫أن النبي كان في غزوة تبوك اذا ارتحل بعد المغرب عجل العشاء فصالها مع المغرب‬
"Bahwa ketika Nabi SAW berada dalam masa perang Tabuk, jika beliau melakukan
perjalanan setelah maghrib maka beliau akan memajukan pelaksanaan shalat isya. Artinya,
beliau SAW melakukan shalat isya bersamaan dengan maghrib." (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan
at-Tirmidzi dan dihadapkan olehnya).
 Jama'ah ta'khir adalah mengakhirkan shalat yang waktunya lebih awal. Mendahulukan
shalat ashar lalu shalat Dzuhur, dan mendahulukan shalat Isya lalu shalat Maghrib. Dalilnya
adalah hadits Shohibul dari Bukhari dan Muslim dari riwayat Anas bin Malik r.a.
‫كان رسول هللا اذا رحل قبل أن تزيغ تميل ظهرا الشمس اخر الظهر الي وقت العصر ثم نزل يجمع بينهما فإن زاغت قبل أن‬
‫يرتحل صلي الظهر ثم ركب‬
"Jika Rasul melakukan perjalanan sebelum matahari condong ke barat, maka beliau
mengakhirkan shalat Dzuhur hingga waktu ashar. Setelah itu beliau akan singgah sebentar dan
menggabung dua rakaat. Namun apabila matahari telah lebih dahulu condong ke barat, maka
beliau akan lebih dahulu shalat Dzuhur baru kemudian menunggang unta."
C. SHALAT DUA HARI RAYA
Bila membahas tentang shalat hari raya maka kita akan membahas tentang dalil-dalil
disyariatkan shalat tersebut. Disyariatkannya shalat hari raya pada tahun pertama Hijriyah,
berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Anas r.a.
‫ ان هللا‬: ‫ ماهذان اليومان ؟ قالوا كنا نلعب فيهما في الجاهلية فقال الرسول‬: ‫قدم رسول هللا المدينة ولهم يومان يلعبوم فيهما فقال‬
‫قد ابدلكم خيرا منهما يوم االضحى ويوم الفطر‬
"Ketika Rasul SAW datang ke Madinah, para sahabat memiliki dua hari untuk berdebat. Beliau
SAW bertanya: apakah dua hari itu? Sahabat menjawab: pada zaman jahiliah kami biasa
berdebat pada dua hari itu. Rasul SAW segera menimpali : Allah SWT telah mengganti untuk
kalian dua hari itu dengan dua hari raya yang lebih baik, yaitu hari raya Adha dan Fitri"
Sedangkan dari al-qur'an,Allah SWT berfirman
"Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berqorbanlah" (Al-Kautsar : 2)
Hukum shalat dua hari raya adalah Sunnah muakkadah menurut pendapat madzhab Maliki
dan Syafi'i. Madzhab Hanafi menyatakan hukumnya adalah wajib. Sedangkan madzhab Maliki
menyatakan hukumnya adalah fardhu kifayah.
Adapun pelaksanaan nya sama seperti shalat Jum'at akan tetapi khutbah nya dilaksanakan
setelah shalat. Dan dirakaat pertama bertakbir sebanyak 7 kali sambil membaca “subhanallah wal
hamdulillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar” dan di rakaat kedua bertakbir sebanyak 5 kali
juga sambil membaca bacaan yang sama, adapun sisanya sama seperti shalat lainnya.
E. SHALAT GERHANA MATAHARI DAN GERHANA BULAN
Gerhana matahari dan gerhana bulan adalah satu. Disebut juga untuk keduanya dengan istilah:
‫ كس§§وفان و خس§§وفان‬. adapun pendapat yang paling masyhur dlam istilah mayoritas ulama fikih,
penghususan ‫ كسوف‬untuk gerhanamatahari, sedangkan ‫ خسوف‬untuk gerhana bulan.
Shalat gerhana bulan dan gerhana matahari adalah Sunnah Muakkadah. Shalat berjamaah bisa
dilakukan secara berjamaah ataupun sendirian, dengan suara pelan ataupun keras, dengan
khotbah atau tanpa khotbah. Disunnahkan untuk mandi sebelum melakukan shalat gerhana,
penjelasannya telah dipaparkan dalam pembahasan mandi-mandi Sunnah.
Shalat gerhana terdiri dari dua rakaat. Setiap rakaat ada dua kali diri, dua kali bacaan, dua kali
ruku', dan dua kali sujud. Imam Syafi'i berpendapat khutbah setelah sholat gerhana termasuk
Sunnah berdasarkan hadits riwayat Aisyah:
‫ ان الشمس و القمر‬: ‫ان النبي لما فرغ من صالته قام فخطب الناس فاثني علي هللا بما هو اهله ثم قال‬......
" Nabi SAW ketika usai shalat, beliau berdiri dan menceramahi para sahabat dengan memuji
kepada Allah SWT, lalu bersabda "matahari dan bulan.... (Muttafaqun alaihi)
F. SHALAT ISTISQO'
Istisqo secara bahasa berarti meminta hujan, sedang secara syariat berarti meminta hujan
kepada Allah SWT. Biasanya shalat Istisqo dilakukan karena sebab sedikit hujan, kekeringan
berkepanjangan. Terdapat riwayat dari Aisyah r.a.
‫ان النبي خطب في االستسقاء ثم نزل فصلى ركعتين‬
" Bahwa Nabi SAW berkhutbah pada shalat Istisqo lalu turun dan melaksanakan shalat dua
rakaat".(HR. Abu Daud).
Tidak ada waktu tertentu untuk melaksanakan shalat Istisqo, tidak seperti shalat idaini, dan
gerhana.
G. SHALAT KHAUF
Shalat khauf hukumnya Sunnah. Disebabkan rasa takut adanya serangan musuh. Syarat untuk
shalat khauf adalah:
1. Hendaknya peperangan itu dibolehkan
2. Adanya musuh atau binatang buas
Ada beberapa cara pelaksanaan shalat khauf, akan tetapi yang paling masyhur dan digunakan
dalam madzhab Syafi’i adalah sebagai berikut.
Ketika musuh ada di arah kiblat, maka imam membuat dua barisan jaam atau lebih berada
dibelakangnya, lalu ia memimpin shalat satu rakaat sampai sesaat sebelum sujud. Kemudian,
ketika imam hendah sujud maka barisan berikutnya, yang tidak rakaat pertama bersama imam
ikut sujud bersama imam sedang barisan lainnya menjaga sampai imam bangun untuk
melaksanakan rokat kedua. Selanjutnya, setelah imam bangun maka barisan yang tidak ikut
sujud bersama imam segera melakukan sujud dan iku bergabung kembali bersama imam.
Pada rakaat kedua, barisan yang menjaga pada rokaat pertama, yaitu kelompok kedua, ikut
sujud bersama imam dan barisan lainnya, kelompok pertama giliran menjaga. Ketika imam telah
sujud untuk melakukan tasyahud maka barisan yang berjaga baru melakukan sujud, lalu imam
memimpin tasyahud dua kelompok itu dan mengucapkan salam berbarengan.

G. SHALAT JENAZAH
Mayat memiliki hak-hak yang harus dipenuhi oleh keluarga dan teman-temannya, yaitu
empat hak. Kesemuanya fardhu kifayah, disamping hak dikubur, dimandikan, serta dikafani, hak
disholatkan juga termasuk kedalam empat unsur hak-hak mayat yang harus dipenuhi. Berbicara
tentang shalat, maka tidak lepas dari rukun dan tata cara. Maka dari itu kami akan memaparkan
rukun-rukun shalat jenazah yaitu:
1. Niat
2. Takbir sebanyak 4 kali
3. Doa sebisanya untuk mayat diantara takbir meskipun hanya berdoa : ‫اللهم لغفر له‬
4. Salam
5. Berdiri bagi yang mampu berdiri.
Pada sholat jenazah tidak ada rukun rukuk dan sujud. Adapun tata cara yang masyhur adalah.
1. Niat
2. 4 takbir termasuk takbiratul ihram
3. Membaca al-fatihah setelah takbir pertama
4. Shalawat kepada rasul pada saat takbir kedua
5. Doa khusus untuk mayat setelah takbir ketiga
6. Mengucapkansalam setelah takbir terakhir.
Tempat berdirinya imam di depan jenazah menurut madzhab Syafi’i adalah dianjurkan orang
sholat berdiri, baik menjadi imam atau shalat sendiri berada dikepala mayat laki-laki.
Sedangkan untuk mayat perempuan berada di pinggulnya.

Anda mungkin juga menyukai