Anda di halaman 1dari 13

UJI VIGOR DAN VIABILITAS BENIH JAGUNG ( Zea maysL.

) LOKAL PUTIH
PADA BEBERAPA METODEPENYIMPANAN TRADISISIONAL
DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA
OLEH :
RELIGIUS KENJAM
11150071

ABSTRAK

Jagung ( Zea mays L. ) merupakan salah satu hasil pertanian yang bijinya dimanfaatkan
untuk bahan pangan. Oleh karena itu diperlukannya metode penyimpanan yang baik agar dapat
meningkatkan persentase mutu benih. Penyimpanan adalah salah satu rangkaian kegiatan yang
dilakukan setelah panen yang bertujuan untuk mengurangi atau menurunkan kadar air benih dan
juga dapat meningkatkan ketahanan vigor dan viabilitas benih terhadap lingkunan. Terdapat dua
jenis metode penyimpanan yakni metode penyimpanan tradisional dan metode penyimpanan
secara modern. Metode penyimpanan secara modern adalah pengembangan dari metode
pengembangan tradisional hanya alat dan bahan yang digunakan yang berbeda. Vigor benih
merupakan gabungan antara umur benih ketahanan, kekuatan, dan kesehatan benih yang diukur
melalui kondisi fisiologisnya, yaitu pengujian stress atau melalui analisis biokimia sedangkan
Viabilitas benih adalah daya kecambah benih, presentase kecambah benih, atau daya tumbuh
benih.
Kata kunci : Penyimpanan, Vigor, Viabilitas.

VIGOR AND VIABILITY TEST OF LOCAL WHITE CORN ( Zea mays L. )


IN SOME TRADITIONAL STORAGE METHODS IN
NORTH CENTRAL TIMOR REGENCY

ABSTRACT

       Corn ( Zea mays L. ) is one of the agricultural products whose seeds are used for food.
Therefore we need a good storage method in order to increase the percentage of seed quality.
Storage is one of a series of activities carried out after harvest which aims to reduce seed
moisture content and also increase the vigor resistance and viability of seeds to the environment.
There are two types of storage methods namely the traditional storage method and the modern
storage method. The modern storage method is the traditional development method and only the
tools and materials used are different. Seed vigor is a combination of seed durability, strength
and health of seeds measured through physiological conditions, namely stress testing or through
physiological conditions, namely stress testing or through biochemical analysis, while seed
viability is the germination capacity of seed, percentage of seed germination or seed growth
capacity.

Keywords : Storage, Vigor, Viability


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung ( Zea mays L.) merupakan komoditas utama dalam pertanian di Indonesia selain padi
dan kedelai. Konsumsi nasional rumah tangga terhadap komoditas jagung pada tahun 2014
sebesar 391 ribu ton. Total konsumsi meningkat sebesar 7,63 % dari tahun 2013. Peningkatan
konsumsi jagung basah berkulit sebagai substansi pangan pokok (Chafid, dkk., 2015). Oleh
karena itu, untuk tetap menjaga dan meningkatkan hasil pertanian dari jagung maka
diperlukannya metode penyimpanan yang memadai yang dapat mempertahankan mutu benih.
Penyimpanan adalah salah satu rangkaian kegiatan yang dilakukan setelah panen yang bertujuan
untuk mengurangi atau menurunkan kadar air benih. Dan juga melalui cara penyimpanan benih
yang baik, maka cadangan makanan akan tetap awet dari satu musim kemusim berikutnya sebab
manusia sejak zaman purbakala telah mengetahui pentingnya menyimpan bahan makanan dan
mengembangkan cara-cara penyimpanan untuk dikembangkan selanjutnya atau dihari yang akan
datang ( Justice dan Bass, 1978). Menururt Subagio dan Aqil (2013), model penyimpanan yang
tidak efektif dapat menyebabkan kebutuhan benih menjadi kurang tersedia atau terjadi
kemunduran benih sehingga benih yang ada kurang bermutu. Benih jagung yang digunakan
untuk penanaman adalah benih yang baik, bijinya mengkilat, bebas dari hama dan penyakit
karena benih memberikan hasil yang besar untuk produktifitasnya. Hal ini dapat meningkatkan
deteriorasi, sehingga viabilitas dan vigor benih cepat menurun. Terdapat dua jenis metode
penyimpanan yakni metode penyimpanan tradisional dan metode penyimpanan secara modern.
Menurut Sutopo (2002), metode penyimpanan secara modern adalah pengembangan dari metode
pengembangan tradisional hanya alat dan bahan yang digunakan yang berbeda. Sistem
penyimpanan benih yang baik adalah mampu melindungi benih dari peningkatan kadar air,
gangguan serangga,hama dan penyakit.
Menurut Sutopo (2010), Vigor benih dapat diartikan sebagai kemampuan benih untuk
tumbuh normal pada lingkungan yang suboptimal. Lot benih yang mempunyai vigor tinggi akan
mampu bertahan pada kondisi yang ekstrim dan proses penuaan lambat dibandingkan dengan lot
benih yang mempunyai vigor rendah. Salah satu tolak ukur yang digunakan untuk menilai vigor
kekuatan tumbuh yaitu kecepatan berkecambah ( Rofik dan Murniati, 2008 ). Viabilitas benih
adalah daya kecambah benih, persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih. Viabilitas
benih juga merupakan daya kecambahnya benih yang dapat di tunjukan melalui gejala
metabolisme atau gejala pertumbuhan benih yan sebagai bentuk tolak ukur parameter viabilitas
potensial benih (Sadjad, 1997). Perbedaan laju perkecambahan dan kemampuan benih
berkembang secara normal menunjukan perbedaan tingkat viabilitas benih yang dihasilkan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji vigor dan viabilitas benih jagung serta untuk
mengetahui tingkat perbedaan kualitas dari setiap metode penyimpanan tradisional benih jagung
yang ada.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Timor


Kelurahan Sasi, Kabupaten Timor Tengah Utara Jalan El Tari Km.9 Kefamenanu pada bulan
September-Oktober 2020.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Germinator, dulang, pingset, timbangan
analitik, oven, kamera, buku dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian
ini benih jagung lokal putih, kertas C.D cap Maju Makmur, plastik es, kertas label dan amplop.

Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan
faktor tunggal yakni dengan cara pengambilan sampel benih jagung lokal putih dari beberapa
metode penyimpanan tradisional. Penyimpanan tradisional yang dilakukan oleh para petani di
Kabupaten Timor Tengah Utara adalah diatas Para-para (P1), diatas Lopo (P2), didalam Drum
(P3), didalam Jerigen (P4) dan Klobot/Pengasapan (P5). Pengambilan benih yang yang
dilakukan terdiri dari 3 titik lokasi yakni: penyimpanan diatas para-para, jerigen dan berkelobot
lokasi pengambilan sampel benihnya di Desa Faennake Kecamatan Bikomi utara, untuk
penyimpanan di lopo dan didalam drum lokasi pengambilan sampel benihnya di Desa Subun
Tualele dan Desa Lapeom yang letaknya juga di Kecamatan Insana Barat. Hasil pengambilan
benih tersebut kemudian dilakukan pengujian vigor dan viabilitasnya di laboratorium dengan
masing masing metode penyimpanan terdiri dari 25 bulir yang di uji dan pengujian benih jagung
yaitu: P1, P2, P3, P4, P5, yang diulang sebanyak empat (4) kali sehingga terdapat 20 satuan
percobaan.

Parameter Pengamatan

1.  Kecepatan Tumbuh (KCT)

Kecepatan tumbuh (KCT) (% / etmal) dihitung setiap hari selama 7 hari pada benih yang
tumbuh normal. Kecepatan tumbuh dihitung dengan rumus :

Kct :  % Kn Ke-2 + …… + %Kn Ke-n


                      etmal etmal
Keterangan: ƩKN = jumlah kecambah normal
1. Keserempakan Tumbuh (KT) (%)

Keserempakan tumbuh dihitung berdasarkan persentase kecambah normal pada 6 hari setelah
tanam. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah bibit normal diantara hitungan pertama dan
hitungan kedua. Keserempakan tumbuh dapat dihitung dengan rumus :

KT=∑KN Ke 6X 100%
∑benih yang ditanam

Keterangan:ƩKN = jumlah kecambah normal

3. Indeks Vigor (IV)


Perhitungan didasari pada presentase kecambah normal (Kn) dihitung pertama pada uji daya
berkecambah yaitu 5 HST untuk benih jagung dengan rumus:

IV = ∑Kn hitungan I X 100%


∑benih yang ditanam

Keterangan : ∑Kn = Presentase kecambah normal


4. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)
Potensi tumbuh maksimum ( PTM) diperoleh dengan menghitung jumlah kecambah yang
tumbuh normal maupun abnormal pada 7 hari setelah tanam (HST). Potensi tumbuh maksimum
dihitung dengan rumus :
PTM: ∑Kn + ∑Kab x 100%
∑benih yang ditanam

Keterangan : ∑Kn = jumlah kecambah normal sampai akhir pengamatan


∑Kab = jumlah kecambah abnormal sampai akhir pengamatan

5. Daya Berkecambah (DB)


Daya berkecamabah (DB) (%) diperoleh dengan menghitung jumlah benih yang
berkecambah normal pada 5 dan 7 HST. Daya kecambah benih dihitung dengan rumus :
DB : ∑Kn hitungan I + ∑Kn hitungan II x 100%
∑benih yang dikecambah

Keterangan: ∑Kn = Jumlah kecambah normal

6. Berat Kering Kecambah Normal (BKKN)

Berat kering kecambah normal diamati pada hari ke–7 dengan cara memisahkan kecambah
normal dari cadangan makanannya kecambah tersebut dapat dimasukkan kedalam amplop dan
dioven pada suhu 600 c selama 3 x 24 jam. Setelah dioven, amplop yang berisi kecambah
tersebut dimasukkan kedalam desikator ± 45 menit kemudian ditimbang.

Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (Anova). Rancangan
acak lengkap (RAL) rata–rata perlakuan dapat diuji lanjut dengan menggunakan Duncan
Multiple Range Test ( DMRT) dengan tingkat signifikan 5 %. (Gomez K A dan Gomez A A.
1995).
HASIL

Tabel 1. Kecepatan tumbuh (% / Etmal)


Penyimpanan
Para-para (P1) Lopo (P2) Drum (P3) Jerigen (P4) Klobot (P5)
64.60a 28.00b 27.92b 20.80c 29.30b
Signifikan
Keterangan : angka pada baris dan kolom yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda
nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Hasil sidik ragam anova menunjukkan bahwa terjadi interaksi pada parameter kecepatan
tumbuh selama empat bulan penyimpanan benih yakni bulan Mei sampai bulan September 2020.
Selama penyimpanan pengamatan pada para-para memberikan nilai tertinggi yakni dengan
persentase 64.60% dan berbeda nyata dengan penyimpanan pada lopo, drum, jerigen dan klobot.
Salah satu indikator dari vigor benih yang menunjukan bahwa semakin tinggi kecepatan tumbuh
maka semakin tinggi pula vigor benih tersebut adalah kecepatan tumbuh (Sutopo, 2004).

Tabel 2. Keserempakan Tumbuh (%)


Penyimpanan
Para-para (P1) Lopo (P2) Drum (P3) Jerigen (P4) Klobot (P5)
97.00a 93.00a 95.00a 78.00b 96.00a
Signifikan
Keterangan : angka pada baris dan kolom yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda
nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Hasil sidik ragam anova menunjukkan bahwa terjadi interaksi pada parameter pengamatan
keserempakan tumbuh selama empat bulan penyimpanan. Selama penyimpanan pengamatan
pada para-para memberikan nilai tertinggi yakni dengan prosentase 97.00% dan berbeda nyata
dengan penyimpanan pada jerigen tetapi tidak berbeda nyata dengan penyimpanan pada lopo,
drum dan klobot. Manurut Sadjad (1993), nilai keserempakan tumbuh mulai berkisar antara 40-
70 %, dimana jika nilai keserempakan tumbuh lebih besar dari 70% mengindikasikan vigor
kekuatan tumbuhsangat tinggi dan keserempakan kurang dari 40% mengindikasikan benih yang
kurang vigor.
Tabel 3. Indeks Vigor (%)
Penyimpanan
Para-para (P1) Lopo (P2) Drum (P3) Jerigen (P4) Klobot (P5)
94.00a 94.00a 95.00a 82.00b 99.00a
Signifikan
Keterangan : angka pada baris dan kolom yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda
nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%
Hasil sidik ragam anova menunjukkan bahwa terjadi interaksi pada parameter pengamatan
indeks vigor selama empat bulan penyimpanan. Selama penyimpanan pengamatan pada dan
klobot memberikan nilai tertinggi yakni dengan prosentase 99.00% dan berbeda nyata dengan
jerigen tetapi tidak berbeda nyata dengan para-para, lopo dan drum. Nurfarida (2011),
menyatakan bahwa benih yang indeks vigornya tinggi berarti memiliki kekuatan tumbuh yang
tinggi karena tetap memiliki kemampuan untuk berkecambah secara normal pada hitungan
pertama meskipun cadangan makanannya digunakan untuk berespirasi.
Tabel 4. Potensi Tumbuh Maksimum (%)
Penyimpanan
Para-para (P1) Lopo (P2) Drum (P3) Jerigen (P4) Klobot (P5)
80.00b 90.00a 93.00a 78.00b 92.00a
Signifikan
Keterangan : angka pada baris dan kolom yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda
nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%
Hasil sidik ragam anova menunjukkan bahwa terjadi interaksi pada parameter pengamatan
potensi tumbuh maksimum selama empat bulan penyimpanan. Selama penyimpanan pengamatan
pada drum memberikan nilai tertinggi yakni dengan persentase 93.00% dan berbeda nyata
dengan penyimpanan pada para-para dan jerigen tetapi tidak berbeda nyata dengan penyimpanan
pada lopo, drum dan klobot. Rahmawati et al.,(2016), mengemukakan bahwa tolak ukur potensi
tumbuh maksimummenunjukan benih yang tumbuh baik menjadi benih yang kecambah normal
maupun abnormal.
Tabel 5. Daya berkecambah (%)
Penyimpanan

Para-para (P1) Lopo (P2) Drum (P3) Jerigen (P4) Klobot (P5)
96.00a 94.00a 95.00a 82.00b 96.00a
Signifikan
Keterangan : angka pada baris dan kolom yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda
nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%
Hasil sidik ragam anova menunjukkan bahwa terjadi interaksi pada parameter pengamatan
daya berkecambah selama empat bulan masa penyimpanan. Selama penyimpanan, pengamatan
pada para-para dan klobot memberikan nilai tertinggi yakni dengan persentase 96.00% dan
berbeda nyata dengan jerigen tetapi tidak berbeda nyata dengan lopo dan drum. ( Syamsu, 2003),
menyatakan bahwa daya berkecambahan adalah kemampuan benih untuk berkecambah setelah
benih mendapatkan penanganan yang optimal sehingga dapat mencerminkan hasil kecambah
setelah dilakukannya proses persemaian.

Tabel 6. Berat Kering Kecambah Normal (g)


Penyimpanan
Para-para (P1) Lopo (P2) Drum (P3) Jerigen (P4) Klobot (P5)
1.65ab 1.85a 1.82ab 1.37b 1.61ab
Signifikan
Keterangan : angka pada baris dan kolom yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda
nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Hasil sidik ragam anova menunjukkan bahwa terjadi interaksi pada parameter pengamatan
berat kering kecambah normal selama empat bulan penyimpanan. Selama penyimpanan,
pengamatan pada lopo memberikan nilai tertinggi yakni dengan persentase 1.85 gr dan berbeda
nyata dengan penyimpanan pada jerigen tetapi tidak berbeda nyata dengan penyimpanan pada
para-para, lopo, drum dan klobot. Prawianata et al.,(1992), menyatakan bahwa benih yang
memiliki viabilitas tinggi mampu menghasilkan berat kering kecambah normal yang tinggi pada
kondisi optimum maupun sub optimum

PEMBAHASAN
Secara tradisi, masyarakat di Kabupaten Timor Tengah Utara menyimpan benih dengan
menggunakan beberapa metode penyimpanan yang berbeda. Namun dari perbedaan itu pula,
benih yang disimpan juga dapat meningkatkan ketahanan benih serta menjauhkan benih dari
serangan hama bubuk dan juga dapat mengawetkan benih jagung yang penyimpanannya dalam
bentuk berkelobot. Setiap metode penyimpanan yang dilakukan oleh para petani tentu saja
mempunyai perbedaan hasil sesuai keadaan tempat penyimpanan. Maka dari hasil pengamatan
yang terjadi pada saat penelitian tentang perkecambahan benih, baik pada pada uji vigor maupun
uji viabilitas benih jagung yang disimpan kurang lebih empat bulan pada lima metode
penyimpanan yakni pada Para-Para, Lopo, Drum, Jerigen, dan Klobot dapat menunjukkan bahwa
benih jagung yang disimpan tersebut mulai berkecambah pada pengamatan hari kedua setelah
persemaian meskipun dari setiap metode, jumlah benih yang berkecambah disetiap penyimpanan
berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama penyimpanan, data berpengaruh nyata
dimana mampu meningkatkan kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, indeks vigor, potensi
tumbuh maksimum, daya berkecambah dan berat kering kecambah normal pada benih jagung.
Hasil analisis data pada uji vigor dan viabilitas menunjukan juga bahwa pada metode
penyimpanan didalam jerigen memiliki nilai akumulasi yang rendah pada setiap parameter
pengamatan.Benih jagung yang disimpan diatas para-para, lopo, drum dan klobot memiliki
persentase kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, indeks vigor, potensi tumbuh maksimum,
daya berkecambah, dan berat kering kecambah normal dengan model penyimpanan lebih tinggi
yakni 99%, Sedangkan pada benih jagung yang di simpan dalam jerigen memiliki persentase
kecepatan tumbuh kurang baik yakni 20.80%.
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih atau gejala pertumbuhan. selain itu, daya
kecambah merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih ( Sadjad, 1997 ) dan Vigor
benih adalah kemampuan benih untuk menghasilkan tanaman normal baik pada lingkungan yang
kurang memadai (suboptimum) dan mampu disimpan pada kondisi simpan yang suboptimum
( Sadjad, 1997). Dari lima jenis metode penyimpanan tradisional yang ada, dapat diketahui
bahwa data hasil pengamatan selalu saja bervariasi atau berbeda di setiap pengamatan pada
masing-masing parameter pengamatan.
salah satu indikator vigor dalam penelitian ini adalah Kecepatan tumbuh. Tingginya
nilai kecepatan tumbuh menunjukkan semakin tinggi pula vigor benih tersebut (Sutopo,
2004).Kecepatan tumbuh dapat dilihat dari laju proses perkecambahan dalam waktu yang lebih
singkat. Hasil sidik ragam ( Anova ) menunjukkan terjadi interaksi antara metode penyimpanan
dan jangka waktu penyimpanan.Data Tabel 1. Menunjukkan bahwa antara metode penyimpanan
dan jangka waktu penyimpanan yang terjadi selama 4 bulan, tingkat perkecambahan tertinggi
berada pada metode penyimpanan diatas Para-para dengan hasil pengamatannya adalah 64.60a
%. Hal ini disebabkan karena pada penyimpanan diatas para-para untuk tingkat respirasi antara
benih dengan lingkungannya bersifat terbuka dan juga disebabkan tingkat kemasakan atau
pematangan fisiologis benih secara langsung didapatkan dari aktifitas atau kondisi yang ada pada
rumah bulat yang media penyimpanannya langsung dibawah atap atau diatas dapur.
Penyimpanan tersebut mendapatkan asap langsung dari dapur saat masak sehingga dapat
mematikan bakteri, jamur dan serangga yang sebagai hama pada benih.
Data pada Tabel 2. Menunjukan bahwa keserampakan tumbuh benih tertinggi terdapat pada
benih yang disimpan dengan metode diatas para-para dan yang terrendah adalah didalam jerigen
yang penyimpanannya dalam jangka waktu yang sama yakni 4 bulan. Keserampakan tumbuh
untuk setiap persemaian selama periode simpan jumlahnya bersifat fluktuatif. Naik turunnya
jumlah kecambah normal setiap persemaian selama periode penyimpanan disebabkan faktor
biologis dari benih tersebut, terutama pada fisik benih yakni terdapat fufuk pada benih benih
sehingga menyebabkan benih tidak dapat tumbuh yang berarti benih mati atau tidak tumbuh
sama sekali. Proses biologis yang dialami oleh benih selama penyimpanan salah satunya
adalah proses metabolisme, terutama proses respirasi. Perlakuan metode penyimpanan diatas
para-para memberikan nilai tertinggi dibandingkan dengan jerigen yang masa penyimpanannya
selama kurang lebih empat bulan tanpa kedap udara karena tertutup mati menggunakan tutupan
jerigen. Hal tersebut juga dapat menghambat proses perkecambahan benih karena proses
respirasi tidak berjalan dengan normal untuk mempertahankan daya hidup atau mutu benih.
Data Tabel 3. Menunjukkan bahwa pada parameterindeks vigor dengan metode penyimpanan
berkelobot menunjukkan bobot perkecambahan teringgi yakni 99.00a% dari penyimpanan
lainnya meskipun tidak bebeda nyata dengan penyimpanan diatas para-para, lopo dan drum. Hal
ini terjadi karena media penyimpanannya dekat langsung dengan api atau dengan bahasa dawan
adalah tunaf. Metode ini umummnya digunakan oleh para petani di Kecamatan bikomi Utara
karena dapat mematikan serangan dari hama bubuk karena langsung terkena panasnya api saat
masak dan juga asap. Proses biologis yang dialami oleh benih selama penyimpanan
salah satunyaadalah proses metabolisme, terutama proses respirasi yang terkait dengan proses
kemunduran mutu benih. Kemunduran mutu benih selama penyimpanan dapat terjadi apabila
cadangan makanan untuk pertumbuhan embrio sangat berkurang atau habis akibat proses
metabolisme respirasi (Roberts, 1972).
Tabel 4. Potensi Tumbuh Maksimum adalah salah satu parameter viabilitas benihyang
menunjukan hasil pengamatan pada 7 HST dengan tingkat perkecambahan tertinggi adalah pada
metode penyimpanan didalam drum. Hal ini terjadi karena penyimpanan didalam drum yang
dilihat secara langsung adalah berada pada wadah yang terbuka dan tidak tertutup mati sehingga
lajunya respirasi dan ruang gerak udara pada benih tidak terbatas. Wadah simpan atau kemasan
memiliki peranan penting dalam mempertahankan kualitas benih. Wadah simpan berfungsi
sebagai pengendalian laju transpirasi, respirasi, melindungi benih dari mikroba dan
jamur (Sembiring, 2009).
Data Tabel 5. Daya berkecambah menunjukkan bahwa dengan metode penyimpanan diatas
para-para dan penyimpanan berkelobot memiliki tingkat keseragaman perkecambahan yang
sama yakni 96.00a%. Hal ini terjadi karena kedua metode tersebut dipakai oleh para petani
khususnya di Desa Faennake karena mempunyai kesamaan adaptasi yakni tahan terhadap residu
yang sifatnya anti bakteri, jamur dan juga hama. Hal ini mengakibatkan daya kecambah semakin
meningkat karena tersedianya cadangan makanan yang cukup sebagai substrat untuk mendukung
proses perkecambahan. Bertambahnya substrat untuk respirasi menyebabkan energi yang
dihasilkan untuk proses perkecambahan menjadi meningkat (Tatipata, et al. 2004).
Berat kering kecambah normal merupakan salah satu indikator viabilitas benih yang
menunjukan bahwa tingginya nilai BKKN artinya juga menunjukkan tingginya mutu viabilitas
benih (Justice dan Bass, 2002 ). Dalam penelitian setiap persemaian selamapenyimpanan,
seluruh kecambah normal dari semua parameter dioven selama 72 jam lalu ditimbang untuk
memperoleh nilai berat kering kecambah normal (BKKN) dan yang ditimbang adalah batang dan
daun yang berasal dari hasil perkecambahan. Data Tabel 7. menunjukkan bahwa berat kering
kecambah normal dengan persentase tertinggi adalah pada metode penyimpanan didalam drum
dan terrendah adalah didalam jerigen.

KESIMPULAN
Dari data hasil uji vigor dan viabilitas benih jagung lokal putih, dapat disimpulkan bahwa
dari kelima metode penyimpanan tradisional yakni penyimpanan diatas para-para, lopo, drum,
jerigen dan berkelobot tingkat persentase perkecambahan paling rendah dari keenam parameter
pengamatan adalah metode penyimpanan tradisional di dalam jerigen. Artinya persentase tingkat
perkecambahan benih dari kelima metode tersebut terdapat empat metode selain metode
penyimpanan didalam jerigen yang tingkat perkecambahannya lebih meningkat (>) sesuai
dengan data hasil pengamatan meskipun periode penyimpanan benih pada waktu yang sama
yakni dari bulan mei-september.
SARAN

Dari hasil penelitian tersebut, maka penulis menyarankan untuk diadakan penelitian
lanjutan lagi tentang metode-metode penyimpanan tradisional benih jagung lokal putih
sehingga dapat memperluas wawasan petani dalam memilih jenis benih disetiap metode
penyimpanan tradisional.

DAFTAR PUSTAKA
Chafid, M., R. Widianingsih, Noviati., B. Waryanto, L. Nuryati, Suwandi., Tarmat., Victor.
2015. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Jagung. Pusat Data dan Informasi
Pertanian Kementrian Pertanian. Diakses
https://www.researchgate.net/publication/325602407_Evaluasi_Keragaan_Generasi_Pertama
_Selfing_Jagung_Ketan_Lokal tanggal 23 September 2019.

Dewi, I. K., Sumarjan. 2013. Viabilitas dan Vigor Benih Padi (Oriza sativa L.)
Varietas IR 64 Berdasarkan Variasi Tempat dan Lama Penyimpanan.
Seminar Nasional FMIPA Undiksha III : 232-238.

Justice, OL Bass L.N.1978.Prinsip dan Praktik Penyimpanan Benih (Terjemahan) PT. Raja
Grafindo Persada Jakarta (ID). PT.219-273.

Justice, O. L. dan L. N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih.


Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kartono. 2004. Tehnik Penyimpanan Benih

Juliano Bienvendo C.2003. Rice Chemistry and Quality Philippine Rice Research Institute.Island
Publishing House. Philippines IBBN 971-9051-15-X. PO 156-193.

Nurfarida, M. 2011. Pengembangan uji cepat vigor Jagung dengan alat pengukur laju respirasi
kosmotektor. (skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Prawinata W.,S Harran dan Ptjndronegoro. 1992.Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Fakultas
Matematika dan Ilmu Alam. IPB Bogor. 247 hal.

Raganatha, I.N., Raka, I.G.N., Siadi, I.K. 2014. Daya Simpan Benih Tomat (Lycopersicum
esculentum mill.) Hasil Beberapa Teknik ekstraksi. E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika. Vol. 3(3):183-190.

Rahwawati, N.E., T.K. Suharsi, M. Surahman. 2016. Pengusangan cepat fisik serta penyimpanan
benih Koro Pedang. ( Canafalia ensiformis (L.) DC.) mengunakan ruang simpan dan
kemasan yang berbeda . Bul. Agrohorti.4(3):327-335.

Roberts, E.H. 1972. Viability of Seed. 488 hlm., illus. London.


Robi’in. 2007. Perbedaan bahan kemasan dan periode simpan dan pengaruhnyaterhadap kadar
air benih jagung dalam ruang simpan terbuka. Buletin teknikpertanian. 12(1)81-91.

Rofik, A., Murniati, E. (2008). Pengaruh perlakuan deoperkulasi benih dan media
perkecambahan untuk meningkatkan viabilitas benih aren (Arenga Pinnata ( Wurmb.)
Merr.).Buletin Agronomi, 36(1),33-40

Rukmana, R. 1997. Usaha Tani Jagung. Yogyakarta: Kanisius.


Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT. Grasindo : Jakarta.

Sadjad, S.1997. Membangun Industri Benih Dalam Era Agribisnis Indonesia.Grasindo.Jakarta.


(ID).

Sembiring, N.N. 2009. Pengaruh jenis bahan pengemas terhadap kualitas benih cabai merah
(Capsicum annum L.)segar kemasan selama penyimpanan dingin (tesis). Universitas
Sumatera Utara. Medan.

Soewartono, AJD. 2000. Pengelolaan kedelai dan jagung. Bogor: Balai Meteodologi Informasi
Pertanian.
Subagio dan Aqil. 2013. Tanaman Pangan.

Sutopo, L. 2002. Teknologi benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 338 hal.

Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Edisi Revisi. Raja Grfindo Persada. Jakarta

Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sutopo, L. 2010. Teknologi benih (Edisi Revisi Fakultas Pertanian UNIBRAW). PT Raja
Grafindo Persada : Jakarta.
Syamsu, W., Yubiartn., Kurniaty R.,& Abidin, Z. 2003.Teknik penanganan benih ortodok (buku
1).Bogor : Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.10.
Tatipata, A., P. Yudono., A. Purwantoro., dan W. Mangoendidjojo. 2004. Kajian
Aspek Fisiologi Dan Biokimia Deteriorasi Benih Kedelai Dalam
Penyimpanan. Ilmu Pertanian 11 (2): 76-87

Anda mungkin juga menyukai