Cara Penyusunan
Garis-Garis Besar Isi Media (GBIM) dan JM (Jabaran Materi)
Penulis :
Johanes Kristanto, S.Pd.
Dian Novera, S.Sos.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas tersusunnya Modul Cara
Penyusunan Garis-Garis Besar Isi Media (GBIM) dan Jabaran Materi (JM).
Saat ini penggunaan media pembelajaran khususnya video pembelajaran sebagai alat bantu
guru dalam pembelajaran di kelas sangat dibutuhkan. Video ini mampu menarik perhatian
siswa, membangkitkan motivasi belajar siswa dan memudahkan daya ingat dan pemahaman
siswa. Banyak materi pembelajaran lebih mudah diterima peserta didik bila disertai alat bantu
video pembelajaran. Video mempunyai karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki media lain
sehingga materi pelajaran tertentu akan lebih jelas bila disajikan dengan media video.
Untuk memenuhi kebutuhan guru dan peserta didik mengenai pengadaan media video sebagai
alat bantu pembelajaran tidak akan mampu dipenuhi hanya oleh sebuah lembaga/instansi
pemerintah seperti Balai Pengembangan Media Televisi Pendidikan dan Kebudayaan
(BPMTPK). Untuk itu BPMTPK memandang perlu mengajak pihak lain seperti guru untuk
mengembangkan media video pembelajaran. BPMTPK siap memberi bimbingan teknis
(bimtek) untuk membuat video pembelajaran sederhana kepada guru dengan harapan guru
dapat membuat sendiri media video untuk menunjang pembelajaran di kelas.
Sebagai tahap awal untuk membuat video pembelajaran, perlu disusun terlebih dahulu Garis-
Garis Besar Isi Media (GBIM) dan Jabaran Materi (JM). Dalam Modul ini akan dijelaskan
mengenai GBIM dan JM, dan cara membuatnya sehingga peserta bimtek diharapkan mampu
menyusun GBIM dan JM.
Tim Penulis
1. Definisi Operasional
a. Garis-Garis Besar Isi Media (GBIM) adalah kerangka acuhan atau
petunjuk yang dijadikan pedoman oleh para penulis naskah untuk
menuangkan ide-ide pada program media. GBIM ini hanya berisi
garis-garis besar saja. Garis Besar Isi Media (GBIM) berisi rancangan
materi pembelajaran dari satu mata pelajaran tertentu dengan tema
atau topik tertentu.
b. Jabaran Materi (JM) adalah uraian dari pokok-pokok materi yang ada
pada GBIM. Pada JM lebih menekankan pada uraian pengembangan
materi yang akan disampaikan pada media.
Tidak semua yang tertuang dalam GBIM mendapatkan penafsiran
yang sama pada setiap orang. Untuk mencegah terjadinya salah tafsir
dan mempercepat proses pengembangan naskah perlu dibuat jabaran
materi (JM). Ini lebih terasa perlunya apabila penyusun GBIM dan
penulis naskah berlainan orangnya. Jabaran materi merupakan
penjabaran dari GBIM yang berisi uraian garis besar isi media secara
keseluruhan.
2. Fungsi
a. GBIM
Untuk memudahkan penulis naskah dalam menuangkan materi atau
ide-ide pada penulisan naskah berdasarkan kerangka atau pedoman
yang sudah ada. GBIM diperlukan, karena tidak semua materi yang
termuat dalam GBPP, kurikulum (dokumen sejenis) dapat
dipindahkan ke dalam format media. Oleh karenanya sebelum
membuat GBIM harus dilakukan identifikasi topik, yakni pemilihan
topik-topik yang materinya sesuai untuk disajikan ke dalam format
media khususnya media audio visual.
b. JM
JM digunakan sebagai acuan oleh penulis naskah program
(skenario). JM membantu penulis naskah program untuk
mengembangkan uraian materi yang tercantum dalam GBIM dan
JM ke dalam bentuk naskah kreatif yang akan dihasilkannya. Jadi
JM sebagai pedoman penulis naskah dalam penyampaian uraian
materi secara detail sehingga tidak terjadi kesalahan materi dan
penyimpangan pada tujuan. Dengan jabaran materi ini penulis
naskah program mempunyai gambaran tentang uraian materi dan
visual yang akan disajikan. Jabaran materi menekankan pada aspek
pengembangan meteri. Pokok-pokok materi yang terdapat pada
kolom GBIM dirinci pada kolom uraian materi pada JM.
2. Komponen
a. GBIM
Komponennya:
1) Title
2) Sasaran
3) Model
4) Durasi
5) Penulis
6) Pengkaji Materi
7) Pengkaji Media
8) Nomor
9) Tema
10) Sub Tema
11) Indikator
12) Pokok-Pokok Materi
13) Bentuk Tes
14) Alternatif Judul
c. JM
1) Title
2) Sasaran
3) Model
4) format
5) Durasi
6) Penulis
7) Pengkaji Materi
8) Pengkaji Media
9) Tema
10) Sub Tema
11) Segmen
12) Nomor
13) Uraian Materi
14) Alternatif visual
15) Sumber
4. Penjelasan komponen
a. GBIM
1) Title : Berisi identitas dari program yang akan dibuat.
2) Sasaran : pengguna program
3) Model : Linier / nonlinier
4) Format sajian : sajian program
5) Durasi : lama penayangan
6) Penulis : nama penulis
7) Pengkaji Materi : nama pengkaji materi
8) Pengkaji Media : nama pengkaji Media
9) Nomor : nomor urut berdasar kompetensi inti
10) Tema : berisi tema yang akan dikembangkan
11) Sub Tema : sub tema yang dikembangkan
12) Indikator : tujuan yang diharapkan dapat dicapai oleh
sasaran, dirumuskan dalam kalimat yang
dapat diukur dan menggunakan kata kerja
operasional.
13) Pokok-Pokok Materi : materi yang inti yang akan disajikan. Pada
komponen ini hanya dituangkan pokok-
pokoknya saja.
b. JM
1) Title : Berisi identitas dari program yang akan
dibuat.
2) Sasaran : pengguna program
3) Model : Linier / nonlinier
4) Format sajian : sajian program
5) Durasi : lama penayangan
6) Identitas penulis : nama penulis
7) Tema : berisi tema yang dikembangkan
8) Sub Tema : sub tema yang dikembangkan
9) Segmen : diisi dengan nomor segmen
10) Nomor : diisi berdasar urutan indikator
11) Uraian materi : penjabaran dari pokok-pokok materi.
Materi disajikan secara detail, jika perlu
dilengkapi contoh-contoh. Penuangan
materi berdasar dari ide pengkaji materi.
12) Alternatif visual : visualisasi sebagai gambaran dari materi
yang disajikan. Pada komponen ini
penulis JM tidak terlu mencantumkan
setting dan teknik pengambilan gambar
secara detail, tetapi hanya gambaran
visual secara umum dari tiap-tiap meteri.
13) Sumber : Acuhan pustaka sebagai rujukan materi.
Sumber pustaka ditulis lengkap
(Pengarang, tahun terbit, judul buku,
penerbit) untuk mempermudah
penulusuran cantumkan halaman berapa
materi tersebut berada.
5. Rekomendasi
6. Format
Format GBIM dan JM terlampir.
GARIS-GARIS BESAR ISI MEDIA (GBIM)
VIDEO PEMBELAJARAN
Tema : Melatih interaksi sosial, pengembangan theory of mind, hidden curriculum, tipe serta tahapan bermain.
No. Sub Tema Indikator Pokok-pokok Materi Bentuk Tes Alternatif Judul
1. Mengenalkan ketrampilan sosial Mampu mengajarkan a. Mengajarkan anak
ketrampilan sosial pada anak. bagaimana cara untuk
berbagi dan bergiliran
a. Permainan sensori
- Pasir
- Beras
- Bola yang menyala
b. Permainan sebab akibat.
- Piano
- Gelembung
c. Permainan peran
- Balok.
- Jalur kereta jalan
- memasak
- Petak umpet
- Petak jongkok.
JABARAN MATERI (JM) VIDEO PEMBELAJARAN
Durasi :
Tema : Melatih interaksi sosial, pengembangan theory of mind, hidden curriculum, tipe serta tahapan bermain.
2. Segment 02. Anak dengan autisme memiliki kesulitan dalam • Presenter menjelaskan mengenai kesulitan
berinteraksi sosial dengan lingkungan, hal ini anak dengan autisme dalam berintraksi
a. Mengajarkan anak
berdampak pada kurang mampunya anak untuk sosial.
bagaimana cara
untuk berbagi dan
berbagi mainan dan menunggu giliran saat • Guru/orang tua menunjukkan gambar
bergiliran. beraktivitas bersama dengan teman-temannya. mengenai berbagi dan bergiliran pada Anak
Guru, terapis atau orang tua dapat mengajarkan dengan autisme disertai narasi. Posisi guru
Anak dengan autisme untuk berbagi dan bergiliran sejajar dengan anak diserai narasi
dengan menggunakan simbol atau gambar dan tentu • Contoh perilaku berbagi dan bergiliran
saja tetap menggunakan kata-kata dalam disertai narasi.
berkomunikasi namun singkat dan diulang-ulang. • Guru membuat kelompok yang terdiri
dari guru, anak dengan autisme, dan satu
teman lainnya
• Guru mengambil atau memilih mainan
yang bisa digunakan untuk bersama,
seperti mainan balok, gelembung, lego,
dll dan satu mainan untuk
mengantisipasi kondisi anak, yang
difungsikan sebagai mainan penganti.
• Guru/terapis mengajarkan pada anak
untuk bermain secara giliran, katakan
pada salah satu anak untuk bermain dan
satu anak lainnya untuk menunggu
giliran
• Guru/terapis menghitung 1 sampai 10
sebagai batas anak boleh bermain
dengan mainan yang ditentukan dan
berikan suatu hadiah berbentuk pujian
“bagus kamu sudah menunggu” dan
“bagus kamu sudah berbagi”, sebagai
tanda bahwa yang dilakukan anak telah
benar.
(Masing-masing visualisasi disertai narasi)
b. Mengajarkan Anak dengan autisme kesulitan berintraksi dengan • Presenter menjelaskan tentang hambatan
pada anak teman-teman sebayanya dan orang dewasa. Mereka Anak dengan autisme berinteraksi dengan
bagaimana cara sering melakukan aktivitas yang tidak melibatkan teman sebaya dan dewasa.
berinteraksi orang banyak, terlihat lebih banyak menyendiri. • Guru/orang tua menunjukkan gambar
dengan orang Guru, terapis atau orang tua menggunakan gambar mengenai berinteraksi dengan teman sebaya
dewasa dan pada Anak dengan autisme untuk memotivasi agar dan dewasa disertai narasi.
teman sebaya Anak dengan autisme mau berintraksi dengan teman • Contoh Anak dengan autisme berinteraksi
serta sebaya dan orang dewasa. Posisi tubuh orang tua dan bekerja sama dengan teman sebaya dan
bekerjasama atau Guru sejajar dengan anak. dewasa disertai narasi.
• Guru/terapis melibatkan anak untuk bermain
secara berkelompok, kenalkan tata cara
bagaimana menegur atau memanggil orang
lain.
• Guru/terapis mengarahkan anak dengan
autisme memanggil nama teman atau
orang lain (bapak, ibu, kakak, adik, bu
guru, dll) disertai narasi
• Guru/terapis menyediakan mainan yang
bisa berfungsi untuk dilakukan banyak
anak, anak selalu dilibatkan dalam
aktivitas kelompok, dan memberikan
contoh bagaimana cara memanggil
orang lain atau teman secara gestur
(menepuk tangan atau bahu secara
perlahan) disertai narasi
c. Mengajarkan Anak dengan autisme cenderung bermain sendiri, • Presenter menjelaskan mengenai kurangnya
anak untuk kurang memiliki inisiatif untuk beraktivitas dan inisiatif pada Anak dengan autisme dalam
berinisiatif dan bermain dengan orang lain. Guru, terapis atau orang beraktivitas dan bermain bersama dengan
bermain tua senantiasa memberikan waktu dan fasilitas anak orang lain.
untuk selalu terlibat dalam aktivitas bermain secara • Guru, terapis atau orang tua memberikan
kelompok. Ajarkan bagaimana cara anak untuk sarana dan prasarana untuk anak dalam
bergabung atau terlibat dalam suatu permainan melakukan kegiatan bersama diserai narasi
dengan narasi dan gambar (social story) • Guru, orang tua, therapis mengenalkan
bagaimana konsep bermain dan bagaimana
cara mengajak orang lain untuk bermain
disertai narasi
d. Mengajarkan Anak dengan autisme kesulitan dalam • Anak dengan autisme tidak menghiraukan
anak cara berkomunikasi. Mereka sulit menyampaikan apa ketika orang lain mengajak bicara, sibuk
berkomunikasi. yang diinginkan dan juga sulit memahami apa yang
dengan aktifitasnya sendiri disertai narasi.
diiinginkan orang lain. Mereka bisa menjadi mudah
• Guru, terapis atau orang tua mengajak atau
mengajarkan Anak dengan autisme
marah dan menangis jika kesulitan menyampaikan
berkomunikasi dengan menunjukkan
apa yang diinginkan.
gambar (PECS/ALS) di hadapannya disertai
Hambatan berkomunikasi ini menyebabkan mereka narasi :
tidak merespon ketika dipanggil dan diajak bicara.
Cara mengajarkan komunikasi pada anak Guru,
terapis atau orang tua menggunakan alat bantu
visual sertakan kata-kata tertulis, tarik perhatian
anak pada gambar. Rendahkan badan sejajar dengan
anak.
2. Segment 02 Anak dengan autisme sulit memahami perasaan • Anak dengan autisme acuh tak acuh ketika
orang lain ketika orang lain sedih, marah, gembira, teman di sebelahnya sedang menangis
Mengembangkan
dll. Guru, terapis atau orang tua mengajarkan disertai narasi.
kemampuan
memahami orang lain dengan menggunakan metode • Anak dengan autisme acuh tak acuh ketika
memahami orang
gambar. teman di sebelahnya sedang marah disertai
lain (Theory of Mind) narasi.
• Anak dengan autisme acuh saja ketika
berada di tengah-tengah perayaan ulang
tahun teman sebayanya yang tidak autis
disertai narasi.
• Guru, terapis atau orang tua menjelaskan
wajah orang sedang sedih, gembira, marah
dengan menunjukka gambar disertai narasi.
• Guru, terapis atau orang tua mengajarkan
bagaimana tata cara untuk mengelola emosi
disertai narasi.
3. Segment 03 BERMAIN adalah bagaimana anak belajar tentang Anak dengan autisme sedang bermain disertai
dunia sekitarnya narasi.
Pemahaman konsep
bermain, tipe dan Anak mengeksplorasi tubuhnya, penggunaan objek,
tahapan bermain memahami aturan sosial, mengenali berbagai emosi
dalam interaksi sosial, mengembangkan wawasan
dan konsep baru, bermain berbagai peran manusia,
berlatih komunikasi sosial dan perilaku sosial disertai
narasi.
c. Permainan peran
4. Tahapan bermain
anak 1. Senggang
• Presenter menjelaskan mengenai tahapan
1. Senggang • Anak tidak bermain dengan sesuatu atau bermain anak.
2. Sendirian seseorang • Anak dengan autisme bermain sendirian
3. Paralel • Anak mungkin tidak tahu apa yang harus disertai narasi.
4. Asosiatif dilakukan • Anak dengan autisme bingung mau bermain
5. Kooperatif • Anak hanya akan duduk atau berdiri saja apa disertai narasi.
• Anak autisme hanya duduk atau berdiri
disertai narasi.
• Anak dengan autisme bermain bersama
temannya tetapi tidak menghiraukan orang
lain di sekitarnya disertai narasi.
• Anak dengan autisme bermain sendirian
disertai narasi.
• Anak dengan autisme sedang bermain puzzle
dengan bimbingan Guru, orang tua, terapis
disertai narasi.
5. Kooperatif
• Anak aktif bermain dengan temannya • Anak dengan autisme bermain bersama anak
• Mereka selalu menggunakan aturan dalam yang lain dengan mengikuti aturan yang
bermain dan bisa mengikuti disampaikan Guru/therapis/orang tua.
• Bergiliran itu sangat penting • Anak dengan autisme bergiliran
• Permainan terorganisir untuk suatu tujuan menggunakan alat permainan.
• Anak dapat bermain dengan lebih mandiri • Anak dengan autisme bermain mandiri tanpa
terlalu dibimbing Guru/therapis/orang tua.
Presenter menutup program