Anda di halaman 1dari 31

Modul

Cara Penyusunan
Garis-Garis Besar Isi Media (GBIM) dan JM (Jabaran Materi)

Penulis :
Johanes Kristanto, S.Pd.
Dian Novera, S.Sos.

BALAI PENGEMBANGAN MEDIA TELEVISI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas tersusunnya Modul Cara
Penyusunan Garis-Garis Besar Isi Media (GBIM) dan Jabaran Materi (JM).

Saat ini penggunaan media pembelajaran khususnya video pembelajaran sebagai alat bantu
guru dalam pembelajaran di kelas sangat dibutuhkan. Video ini mampu menarik perhatian
siswa, membangkitkan motivasi belajar siswa dan memudahkan daya ingat dan pemahaman
siswa. Banyak materi pembelajaran lebih mudah diterima peserta didik bila disertai alat bantu
video pembelajaran. Video mempunyai karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki media lain
sehingga materi pelajaran tertentu akan lebih jelas bila disajikan dengan media video.

Untuk memenuhi kebutuhan guru dan peserta didik mengenai pengadaan media video sebagai
alat bantu pembelajaran tidak akan mampu dipenuhi hanya oleh sebuah lembaga/instansi
pemerintah seperti Balai Pengembangan Media Televisi Pendidikan dan Kebudayaan
(BPMTPK). Untuk itu BPMTPK memandang perlu mengajak pihak lain seperti guru untuk
mengembangkan media video pembelajaran. BPMTPK siap memberi bimbingan teknis
(bimtek) untuk membuat video pembelajaran sederhana kepada guru dengan harapan guru
dapat membuat sendiri media video untuk menunjang pembelajaran di kelas.

Sebagai tahap awal untuk membuat video pembelajaran, perlu disusun terlebih dahulu Garis-
Garis Besar Isi Media (GBIM) dan Jabaran Materi (JM). Dalam Modul ini akan dijelaskan
mengenai GBIM dan JM, dan cara membuatnya sehingga peserta bimtek diharapkan mampu
menyusun GBIM dan JM.

Semoga Modul ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya

Tim Penulis
1. Definisi Operasional
a. Garis-Garis Besar Isi Media (GBIM) adalah kerangka acuhan atau
petunjuk yang dijadikan pedoman oleh para penulis naskah untuk
menuangkan ide-ide pada program media. GBIM ini hanya berisi
garis-garis besar saja. Garis Besar Isi Media (GBIM) berisi rancangan
materi pembelajaran dari satu mata pelajaran tertentu dengan tema
atau topik tertentu.

b. Jabaran Materi (JM) adalah uraian dari pokok-pokok materi yang ada
pada GBIM. Pada JM lebih menekankan pada uraian pengembangan
materi yang akan disampaikan pada media.
Tidak semua yang tertuang dalam GBIM mendapatkan penafsiran
yang sama pada setiap orang. Untuk mencegah terjadinya salah tafsir
dan mempercepat proses pengembangan naskah perlu dibuat jabaran
materi (JM). Ini lebih terasa perlunya apabila penyusun GBIM dan
penulis naskah berlainan orangnya. Jabaran materi merupakan
penjabaran dari GBIM yang berisi uraian garis besar isi media secara
keseluruhan.

2. Fungsi
a. GBIM
Untuk memudahkan penulis naskah dalam menuangkan materi atau
ide-ide pada penulisan naskah berdasarkan kerangka atau pedoman
yang sudah ada. GBIM diperlukan, karena tidak semua materi yang
termuat dalam GBPP, kurikulum (dokumen sejenis) dapat
dipindahkan ke dalam format media. Oleh karenanya sebelum
membuat GBIM harus dilakukan identifikasi topik, yakni pemilihan
topik-topik yang materinya sesuai untuk disajikan ke dalam format
media khususnya media audio visual.
b. JM
JM digunakan sebagai acuan oleh penulis naskah program
(skenario). JM membantu penulis naskah program untuk
mengembangkan uraian materi yang tercantum dalam GBIM dan
JM ke dalam bentuk naskah kreatif yang akan dihasilkannya. Jadi
JM sebagai pedoman penulis naskah dalam penyampaian uraian
materi secara detail sehingga tidak terjadi kesalahan materi dan
penyimpangan pada tujuan. Dengan jabaran materi ini penulis
naskah program mempunyai gambaran tentang uraian materi dan
visual yang akan disajikan. Jabaran materi menekankan pada aspek
pengembangan meteri. Pokok-pokok materi yang terdapat pada
kolom GBIM dirinci pada kolom uraian materi pada JM.

2. Komponen
a. GBIM
Komponennya:
1) Title
2) Sasaran
3) Model
4) Durasi
5) Penulis
6) Pengkaji Materi
7) Pengkaji Media
8) Nomor
9) Tema
10) Sub Tema
11) Indikator
12) Pokok-Pokok Materi
13) Bentuk Tes
14) Alternatif Judul
c. JM
1) Title
2) Sasaran
3) Model
4) format
5) Durasi
6) Penulis
7) Pengkaji Materi
8) Pengkaji Media
9) Tema
10) Sub Tema
11) Segmen
12) Nomor
13) Uraian Materi
14) Alternatif visual
15) Sumber

4. Penjelasan komponen
a. GBIM
1) Title : Berisi identitas dari program yang akan dibuat.
2) Sasaran : pengguna program
3) Model : Linier / nonlinier
4) Format sajian : sajian program
5) Durasi : lama penayangan
6) Penulis : nama penulis
7) Pengkaji Materi : nama pengkaji materi
8) Pengkaji Media : nama pengkaji Media
9) Nomor : nomor urut berdasar kompetensi inti
10) Tema : berisi tema yang akan dikembangkan
11) Sub Tema : sub tema yang dikembangkan
12) Indikator : tujuan yang diharapkan dapat dicapai oleh
sasaran, dirumuskan dalam kalimat yang
dapat diukur dan menggunakan kata kerja
operasional.
13) Pokok-Pokok Materi : materi yang inti yang akan disajikan. Pada
komponen ini hanya dituangkan pokok-

pokoknya saja.

14) Bentuk Tes : bentuk tes yang akan digunakan, missal:


pilihan ganda, uraian, dll
15) Alternatif Judul : usulan judul yang ditawarkan kepada
penulis naskah

b. JM
1) Title : Berisi identitas dari program yang akan
dibuat.
2) Sasaran : pengguna program
3) Model : Linier / nonlinier
4) Format sajian : sajian program
5) Durasi : lama penayangan
6) Identitas penulis : nama penulis
7) Tema : berisi tema yang dikembangkan
8) Sub Tema : sub tema yang dikembangkan
9) Segmen : diisi dengan nomor segmen
10) Nomor : diisi berdasar urutan indikator
11) Uraian materi : penjabaran dari pokok-pokok materi.
Materi disajikan secara detail, jika perlu
dilengkapi contoh-contoh. Penuangan
materi berdasar dari ide pengkaji materi.
12) Alternatif visual : visualisasi sebagai gambaran dari materi
yang disajikan. Pada komponen ini
penulis JM tidak terlu mencantumkan
setting dan teknik pengambilan gambar
secara detail, tetapi hanya gambaran
visual secara umum dari tiap-tiap meteri.
13) Sumber : Acuhan pustaka sebagai rujukan materi.
Sumber pustaka ditulis lengkap
(Pengarang, tahun terbit, judul buku,
penerbit) untuk mempermudah
penulusuran cantumkan halaman berapa
materi tersebut berada.

5. Rekomendasi

a. Penulis GBIM dan JM


- Mempunyai kemampuan dalam penulisan GBIM dan JM
- Pernah melihat langsung (mengamati) pelayanan pendidikan
b. Pengkaji Materi
- Menguasai meteri. dibidang
- Diutamakan seorang praktisi.
c. Pengkaji Media
- Mempunyai kemampuan dalam sinematografi.
- Pengalaman dalam memproduksi media pembelajaran.
- Mengetahui pelayanan pendidikan
d. Pengkaji Materi dan pengkaji Media sudah menyiapkan konsep
(memberi masukan ide kepada penulis) sejak awal penulisan.

6. Format
Format GBIM dan JM terlampir.
GARIS-GARIS BESAR ISI MEDIA (GBIM)
VIDEO PEMBELAJARAN

Sasaran : Parenting Autisme*

Model : Linier / non linier*

Durasi : ...... menit

Penulis : Dian Novera

Pengkaji Materi : Nishrina Khamida, M.Psi, Psikolog

Pengkaji Media : Bambang Suprijono

Tema : Melatih interaksi sosial, pengembangan theory of mind, hidden curriculum, tipe serta tahapan bermain.

No. Sub Tema Indikator Pokok-pokok Materi Bentuk Tes Alternatif Judul
1. Mengenalkan ketrampilan sosial Mampu mengajarkan a. Mengajarkan anak
ketrampilan sosial pada anak. bagaimana cara untuk
berbagi dan bergiliran

b. Mengajarkan pada anak


bagaimana cara
berinteraksi dengan orang
dewasa dan teman sebaya
serta bekerjasama
c. Mengajarkan anak untuk
berinisiatif dan bermain

d. Mengajarkan anak cara


berkomunikasi,
ketrampilan dalam
percakapan

e. Mengajarkan anak untuk


memahami kemampuan
non verbal

2. Mengembangkan kemampuan Mampu membuat anak a. Mengajarkan anak


memahami orang lain (Theory of memahami orang lain. memahami keinginan,
Mind) pikiran, dan perasaan
orang lain dengan
menggunakan metode
gambar.
3. Fasilitasi anak untuk mengembangkan Mengembangkan tipe bermain Alat permainan dan
tipe dan tahapan bermain anak permainan yang disediakan :

a. Permainan sensori
- Pasir
- Beras
- Bola yang menyala
b. Permainan sebab akibat.
- Piano
- Gelembung
c. Permainan peran
- Balok.
- Jalur kereta jalan
- memasak

Mengembangkan kemampuan a. Menyediakan


tahapan bermain anak permainan eskploratif :
sebab akibat, pasir, air,
a. Senggang beras dan gelembung
b. Sendirian b. Permainan fisik :
c. Paralel trampolin, sepeda, bola
d. Asosiatif c. Permainan manipulatif :
e. Kooperatif puzzle
d. Permainan konstruktif :
balok, jalur kereta, jalan
e. Permainan seni dan
kerajinan.
- Krayon.
- Cat air.
- Malam.
f. Buku dan permainan
intraktif di komputer.
g. Musik dan tari
h. Boardgmes.
- Halma.
- Monopoli
- Permainan kartu
i. Permainan sosial

- Petak umpet
- Petak jongkok.
JABARAN MATERI (JM) VIDEO PEMBELAJARAN

Sasaran : Parenting Autisme

Model : video pembelajaran

Durasi :

Format : Presenter, naratif, visualisasi

Penulis : Dian Novera

Pengkaji Materi : Nishrina Khamida, M.Psi, Psikolog

Pengkaji Media : Bambang Suprijono

Tema : Melatih interaksi sosial, pengembangan theory of mind, hidden curriculum, tipe serta tahapan bermain.

Alternatif judul : Intraksi Sosial Pada anak Autis.

Nomor Pokok Materi Uraian Materi Alternatif Visual Sumber


1. Segmen 01 Kemampuan sosial adalah kemampuan untuk • Presenter membuka dan menjelaskan
Kemampuan sosial bersama dengan orang lain dan berperilaku yang tentang kemampuan sosial termasuk
sama dalam suatu kelompok kemampuan belajar, sikap, dan nilai-nilai.

Termasuk kemampuan belajar, sikap dan nilai-nilai


Ketrampilan sosial termasuk :
• Berbagi . • Anak dengan autisme berbagi kue dengan
• Bergiliran dibimbing Guru/orang tua/ therapis disertai
• Bermain dengan teman narasi.
• Ketrampilan dalam percakapan • Fasilitasi dengan cara, seperti memberikan
• Komunikasi suatu objek yang lebih mudah untuk dibagi
• Interaksi dan bekerja sama • Anak dengan autisme bergantian
• Emosi menggunakan mainan dengan bimbingan
• Pemecahan masalah Guru/orang tua/ therapis disertai narasi.
• Kemampuan non verbal
• Anak dengan autisme bermain bersama
temannya dengan didampingi Guru/orang
tua/ therapis disertai narasi.
• Guru/orang tua/therapis memberikan
bimbingan komunikasi pada dua anak
dengan autisme disertai narasi.
• Anak dengan autisme menyusun permainan
lego secara bersama dengan bimbingan
Guru/terapis/orang tua disertai narasi.

• Guru/terapis/orang tua menunjukkan


gambar-gambar ekspresi emosi (marah,
senang, sedih, menangis, tertawa, dll)
disertai narasi.
• Anak dengan autisme berebut mainan
kemudian Guru/terapis/orang tua
memberikan penyelesaian disertai narasi.

• Orang tua/terapis/Guru melambaikan tangan


pada anak dengan anak disertai narasi.
(Masing-masing visualisasi disertai Super Impose)

2. Segment 02. Anak dengan autisme memiliki kesulitan dalam • Presenter menjelaskan mengenai kesulitan
berinteraksi sosial dengan lingkungan, hal ini anak dengan autisme dalam berintraksi
a. Mengajarkan anak
berdampak pada kurang mampunya anak untuk sosial.
bagaimana cara
untuk berbagi dan
berbagi mainan dan menunggu giliran saat • Guru/orang tua menunjukkan gambar
bergiliran. beraktivitas bersama dengan teman-temannya. mengenai berbagi dan bergiliran pada Anak
Guru, terapis atau orang tua dapat mengajarkan dengan autisme disertai narasi. Posisi guru
Anak dengan autisme untuk berbagi dan bergiliran sejajar dengan anak diserai narasi
dengan menggunakan simbol atau gambar dan tentu • Contoh perilaku berbagi dan bergiliran
saja tetap menggunakan kata-kata dalam disertai narasi.
berkomunikasi namun singkat dan diulang-ulang. • Guru membuat kelompok yang terdiri
dari guru, anak dengan autisme, dan satu
teman lainnya
• Guru mengambil atau memilih mainan
yang bisa digunakan untuk bersama,
seperti mainan balok, gelembung, lego,
dll dan satu mainan untuk
mengantisipasi kondisi anak, yang
difungsikan sebagai mainan penganti.
• Guru/terapis mengajarkan pada anak
untuk bermain secara giliran, katakan
pada salah satu anak untuk bermain dan
satu anak lainnya untuk menunggu
giliran
• Guru/terapis menghitung 1 sampai 10
sebagai batas anak boleh bermain
dengan mainan yang ditentukan dan
berikan suatu hadiah berbentuk pujian
“bagus kamu sudah menunggu” dan
“bagus kamu sudah berbagi”, sebagai
tanda bahwa yang dilakukan anak telah
benar.
(Masing-masing visualisasi disertai narasi)

b. Mengajarkan Anak dengan autisme kesulitan berintraksi dengan • Presenter menjelaskan tentang hambatan
pada anak teman-teman sebayanya dan orang dewasa. Mereka Anak dengan autisme berinteraksi dengan
bagaimana cara sering melakukan aktivitas yang tidak melibatkan teman sebaya dan dewasa.
berinteraksi orang banyak, terlihat lebih banyak menyendiri. • Guru/orang tua menunjukkan gambar
dengan orang Guru, terapis atau orang tua menggunakan gambar mengenai berinteraksi dengan teman sebaya
dewasa dan pada Anak dengan autisme untuk memotivasi agar dan dewasa disertai narasi.
teman sebaya Anak dengan autisme mau berintraksi dengan teman • Contoh Anak dengan autisme berinteraksi
serta sebaya dan orang dewasa. Posisi tubuh orang tua dan bekerja sama dengan teman sebaya dan
bekerjasama atau Guru sejajar dengan anak. dewasa disertai narasi.
• Guru/terapis melibatkan anak untuk bermain
secara berkelompok, kenalkan tata cara
bagaimana menegur atau memanggil orang
lain.
• Guru/terapis mengarahkan anak dengan
autisme memanggil nama teman atau
orang lain (bapak, ibu, kakak, adik, bu
guru, dll) disertai narasi
• Guru/terapis menyediakan mainan yang
bisa berfungsi untuk dilakukan banyak
anak, anak selalu dilibatkan dalam
aktivitas kelompok, dan memberikan
contoh bagaimana cara memanggil
orang lain atau teman secara gestur
(menepuk tangan atau bahu secara
perlahan) disertai narasi
c. Mengajarkan Anak dengan autisme cenderung bermain sendiri, • Presenter menjelaskan mengenai kurangnya
anak untuk kurang memiliki inisiatif untuk beraktivitas dan inisiatif pada Anak dengan autisme dalam
berinisiatif dan bermain dengan orang lain. Guru, terapis atau orang beraktivitas dan bermain bersama dengan
bermain tua senantiasa memberikan waktu dan fasilitas anak orang lain.
untuk selalu terlibat dalam aktivitas bermain secara • Guru, terapis atau orang tua memberikan
kelompok. Ajarkan bagaimana cara anak untuk sarana dan prasarana untuk anak dalam
bergabung atau terlibat dalam suatu permainan melakukan kegiatan bersama diserai narasi
dengan narasi dan gambar (social story) • Guru, orang tua, therapis mengenalkan
bagaimana konsep bermain dan bagaimana
cara mengajak orang lain untuk bermain
disertai narasi
d. Mengajarkan Anak dengan autisme kesulitan dalam • Anak dengan autisme tidak menghiraukan
anak cara berkomunikasi. Mereka sulit menyampaikan apa ketika orang lain mengajak bicara, sibuk
berkomunikasi. yang diinginkan dan juga sulit memahami apa yang
dengan aktifitasnya sendiri disertai narasi.
diiinginkan orang lain. Mereka bisa menjadi mudah
• Guru, terapis atau orang tua mengajak atau
mengajarkan Anak dengan autisme
marah dan menangis jika kesulitan menyampaikan
berkomunikasi dengan menunjukkan
apa yang diinginkan.
gambar (PECS/ALS) di hadapannya disertai
Hambatan berkomunikasi ini menyebabkan mereka narasi :
tidak merespon ketika dipanggil dan diajak bicara.
Cara mengajarkan komunikasi pada anak Guru,
terapis atau orang tua menggunakan alat bantu
visual sertakan kata-kata tertulis, tarik perhatian
anak pada gambar. Rendahkan badan sejajar dengan
anak.

Ada dua media yang dapat digunakan :

• PECS, merupakan media penunjang dalam


berkomunikasi yang berbentuk gambar. • Anak dengan autisme mengambil gambar
Artinya jika anak mengambil salah satu orang minum kemudian diberikan Gurunya
gambar maka artinya ia menginginkan hal kemudian Guru mengucapkan kata
tersebut. “minum”disertai narasi
• Anak mengambil gambar biskuit kemudian
diberikan gurunya kemudian Guru
mengucapkan kata “biskuit” disertai narasi.

• ALS, digunakan untuk mengajarkan konsep


komunikasi lebih kompleks, menggunakan • Anak dengan autisme mengambil gambar
gambar yang lebih kompleks “aku mau” dan gambar “mandi” dengan
maksud “aku mau mandi” ditunjukkan pada
Guru/terapis/orang tua disertai narasi.
e. Mengajarkan Gangguan komunikasi non verbal pada Anak dengan • Anak dengan autisme diam saja ketika
anak untuk autisme ialah tidak memahami bahasa tubuh, kontak ibunya melambaikan tangan padanya
memahami mata kurang, ekspresi wajah, dll. Guru, terapis atau disertai narasi
kemampuan non orang tua mengajarkan kemampuan memahami • Anak dengan autisme kesulitan dalam
verbal komunikasi non verbal dengan menggunakan memahami ekspresi wajah orang tuanya
gambar yang sedang marah disertai narasi
• Guru, terapis atau orang tua mengajarkan
memahami komunikasi non verbal dengan
menggunakan gambar atau simbol (social
story)diserai narasi
• Guru, orang tua, terapis menuunjukkan
beberapa gambar bahasa non verbal,
seperti tanda melambaikan tangan yang
bisa berarti tidak atau dadah disertai
narasi
• Guru, terapis, orang tua menuunjukkan
bagaimana tata cara berkomunikasi,
misalnya jarak dengan orang lain saat
berbicara, bagaimana harus merespon,
bertatap muka, dll disertai narasi

2. Segment 02 Anak dengan autisme sulit memahami perasaan • Anak dengan autisme acuh tak acuh ketika
orang lain ketika orang lain sedih, marah, gembira, teman di sebelahnya sedang menangis
Mengembangkan
dll. Guru, terapis atau orang tua mengajarkan disertai narasi.
kemampuan
memahami orang lain dengan menggunakan metode • Anak dengan autisme acuh tak acuh ketika
memahami orang
gambar. teman di sebelahnya sedang marah disertai
lain (Theory of Mind) narasi.
• Anak dengan autisme acuh saja ketika
berada di tengah-tengah perayaan ulang
tahun teman sebayanya yang tidak autis
disertai narasi.
• Guru, terapis atau orang tua menjelaskan
wajah orang sedang sedih, gembira, marah
dengan menunjukka gambar disertai narasi.
• Guru, terapis atau orang tua mengajarkan
bagaimana tata cara untuk mengelola emosi
disertai narasi.
3. Segment 03 BERMAIN adalah bagaimana anak belajar tentang Anak dengan autisme sedang bermain disertai
dunia sekitarnya narasi.
Pemahaman konsep
bermain, tipe dan Anak mengeksplorasi tubuhnya, penggunaan objek,
tahapan bermain memahami aturan sosial, mengenali berbagai emosi
dalam interaksi sosial, mengembangkan wawasan
dan konsep baru, bermain berbagai peran manusia,
berlatih komunikasi sosial dan perilaku sosial disertai
narasi.

Ciri-ciri bermain anak dengan autisme

• Minat terbatas, misalkan : tertarik secara


• Anak dengan autisme bermain mobil tidak
berlebihan pada mobil atau kereta
peduli dengan mainan yang lain disertai
• Perilaku berulang, seperti : memutar objek narasi.
atau mengurutkan benda
• Anak dengan anak autisme memutar mutar
• Aktivitas sensoris, misalkan : menyukai roda mobil secara berulang-ulang kemudian
tekstur halus atau kasar, menyukai aktivitas, mengurutkan benda kotak dan gelas mineral
berputar, melompat, bergelantungan secara berurutan disertai narasi.
• Menyukai kesamaan, misalkan bermain • Anak autisme berputar disertai narasi.
dengan alat permainan secara sama
• Anak autisme melompat disertai narasi.
berulangkali
• Kemampuan komunikasi yang terbatas atau • Anak dengan autisme memainkan alat
tidak ada, sehingga sulit memahami bahasa permainan yang sama secara berulang kali
secara fungsional dan kurangnya pemahaman disertai narasi.
bahasa • Anak dengan autisme tidak menganggapi
• Kesulitan interaksi sosial, seperti : lebih ketika Guru/terapis/orang tua mengajak
memiliki bermain sendiri, sulit berbagi dan berbicara disertai narasi.
tidak bergantian dalam bermain • Anak autisme sibuk bermain sendiri tidak
peduli dengan orang lain disertai narasi.

Tipe permainan sensori : anak menggunakan indera


untuk mengeksplor dunia.
• Presenter menjelaskan mengenai tipe bermain
Anak menggunakan indera untuk mengeksplor anak.
inderanya : • Anak dengan autisme meniup buble disertai
narasi.
• Mulut, Pengucapan • Anak dengan autisme melihat televisi disertai
• Goncangan, membenturkan, memukul narasi.
Tipe bermain anak : • Melempar, menangkap • Anak dengan autisme meluncur di papan
• Pembauan luncur disertai narasi.
1. Sensori
• Menyentuh, memijat, menarik
• Anak dengan autisme menabrak benda
Alat permainan dan Contoh : disertai narasi.
permainan yang • Anak dengan autisme menekan playdough
• Meniup bubble
disediakan : • Melihat televisi disertai narasi.
- Pasir • Meluncur • Anak dengan autisme menyentuh boneka
- Beras • Menabrak benda disertai narasi.
- Bola yang • Menekan playdough • Anak dengan menyentuh dan menuangkan
menyala • Menyentuh boneka pasir disertai narasi.
• Menyentuh dan menuangkan pasir
Permainan sebab akibat : anak melakukan sesuatu
untuk memperoleh efeknya
• Presenter menjelaskan tentang permainan
Anak akan mengulang aktifitas untuk mendapatkan sebab akibat dan menyebutkan beberapa
efeknya jenis mainan yang tergolong sebab akibat.
• Anak dengan autisme sedang bermain piano
• Anak mengeksplor apa yang terjadi ketika
dan gelembung didampingi orang tua atau
anak melakukan sesuatu
• Anak akan mengembangkan konsep “first-
Guru disertai narasi.
then”
• Anak akan menirukan sesuatu yang telah ia
a. Permainan sebab lihat sebelumnya
akibat. • Anak akan mulai belajar tentang benda yang
- Piano permanen
- Gelembung • Anak akan belajar untuk memadukan bagian
dari permainan
a. Anak dengan autisme bermain piano dan
gelembung
- Bermain piano
Banyak Anak dengan autisme menyukai musik
dan menikmati suara instrumen. Bermain
musik memungkinkan anak berpartisipasi
aktif dalam permainan tersebut sambil
menikmati bunyi di waktu yang bersamaan.
- Bermain gelembung
Permainan ini untuk mengkomunikasikan
konsep besar, kecil, banyak, sedikit pada Anak
dengan autisme

b. Anak dengan autisme bermain peran.


• Presenter menjelaskan tentang bermain
Bermain peran merupakan permainan yang peran dan memberikan jabaran secara
memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda di umum tentang tipe bermain peran
sekitar anak. Dengan bermain peran anak dilatih • Anak dengan autisme sedang bermain
berintraksi dengan pemeran lainnya termasuk boneka disertai narasi.
Guru, terapis atau orang tua. • Anak dengan autisme memegang berpura-
pura menelpon dengan menggunakan kayu
Anak mulai mengembangkan skenario/peran
sebagai telpon disertai narasi.
dalam bermain
Anak akan mengembangkan skenario dengan
bermain
• Anak akan mulai memahami boneka
sebagai pengganti manusia
• Anak memulai untuk
menentukan/menggunakan suara dalam
permainan mereka
• Anak akan mulai memasukkan hal lain
dalam permainan mereka, mulai berperan
• Imajinasi dan aturan dasar permainan
mulai berkembang
• Anak mulai menggunakan objek sebagai
permainan real, misal : kotak panjang
sebagai telepon

c. Permainan peran

4. Tahapan bermain
anak 1. Senggang
• Presenter menjelaskan mengenai tahapan
1. Senggang • Anak tidak bermain dengan sesuatu atau bermain anak.
2. Sendirian seseorang • Anak dengan autisme bermain sendirian
3. Paralel • Anak mungkin tidak tahu apa yang harus disertai narasi.
4. Asosiatif dilakukan • Anak dengan autisme bingung mau bermain
5. Kooperatif • Anak hanya akan duduk atau berdiri saja apa disertai narasi.
• Anak autisme hanya duduk atau berdiri
disertai narasi.
• Anak dengan autisme bermain bersama
temannya tetapi tidak menghiraukan orang
lain di sekitarnya disertai narasi.
• Anak dengan autisme bermain sendirian
disertai narasi.
• Anak dengan autisme sedang bermain puzzle
dengan bimbingan Guru, orang tua, terapis
disertai narasi.

• Anak dengan autisme bermain sendirian tidak


2. Sendirian menghiraukan anak yang lain disertai narasi.

• Anak akan berperan serta dalam bermain,


akan tetapi mereka tidak menyadari akan • Anak dengan autisme membagi mainan
kehadiran orang lain dengan anak-anak yang lain disertai narasi.
• Mereka hanya bermain sendiri
• Anak dengan tingkat ini bisa menggunakan • Anak dengan autisme bermain mobil dengan
mainan sendiri, namun mereka masih
memutar-mutar rodanya disertai narasi.
membutuhkan arahan untuk
mengembangkan kemampuan bermain
mereka agar lebih berfungsi
3. Pararel

• Anak bermain sendiri, namun mereka


bermain sejajar/bersama dengan anak lain
• Anak akan bermain di sebelah dari pada
dengan anak yang lain
• Tidak mencoba untuk berinteraksi dengan
anak yang lain

• Anak dengan autisme bermain bersamadan


berbagi mainan dengan temannya disertai
narasi.
• Anak dengan autisme kesulitan berperan
sebagai Dokter
4. Asosiatif • Guru/ terapis/ orang tua memberikan aturan
• Anak berinteraksi dengan temannya, dengan dalam permainan dan anak dengan autisme
cara berbagi mainan atau bertanya sesuatu dapat mengikuti disertai narasi.
• Anak tidak akan membuat aturan dalam
suatu permainan, hanya melakukan sesuai
dengan pikirannya sendiri
• Anak yang masuk pada ketegori ini dapat
bermain dengan orang lain, tetapi kesulitan
dalam mengikuti peran orang lain atau
mengambil peran dalam suatu permainan
Strategi :

• Sediakan waktu untuk bermain bersama,


ditunjang dengan media permainan
• Ajari cara anak bagaimana mengajak
teman bermain
• Berikan reward/pujian

5. Kooperatif

• Anak aktif bermain dengan temannya • Anak dengan autisme bermain bersama anak
• Mereka selalu menggunakan aturan dalam yang lain dengan mengikuti aturan yang
bermain dan bisa mengikuti disampaikan Guru/therapis/orang tua.
• Bergiliran itu sangat penting • Anak dengan autisme bergiliran
• Permainan terorganisir untuk suatu tujuan menggunakan alat permainan.
• Anak dapat bermain dengan lebih mandiri • Anak dengan autisme bermain mandiri tanpa
terlalu dibimbing Guru/therapis/orang tua.
Presenter menutup program

Anda mungkin juga menyukai