Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEPERAWATAN RADIOLOGI
ASUHAH KEPERAWATAN OBSTETRI, ANAK, KERACUNAN, DAN
KEGAWATDARURATAN ENDOKRIN

DOSEN PENGAMPU : Noor Fauziyyah, S.ST.,M.K.M

Kelompok 4 :

Ahmad Al-Farizi Karmelita Rahayu Putri

Anggira Syafarengga Naufal Hilmy

Anggit Zulkifri Nurma Mufidah

Annisa Nuraini Rizqi Syafiq

Ayu Sekar Harum Ruri Rahmadanti

Aziz Hidayat

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN


RADIOTERAPI NUSANTARA JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa .yang atas rahmatnya
maka kami dapat menyelesaikan makalah ini . Penulisan makalah ini merupakan salah
satu tugas mata kuliah Keperawatan Radiologi.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan


baik pada teknis penulisan maupun materi ,mengingatakan kemampuan yang kami miliki
untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini .

Sukabumi, November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2
D. Manfaat.................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3

A. Asuhan Keperawatan Obstetri...........................................................................3


B. Asuhan Keperawatan Pada Anak......................................................................4
C. Asuhan Keperawatan Pada Keracunan............................................................7
D. Asuhan Keperawatan Pada Sistem Endokrin.................................................11

BAB III PENUTUP.......................................................................................................17

A. Kesimpulan.........................................................................................................17
B. Saran...................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................18

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keperawatan adalah suatu profesi pelaku pemberi pelayanan kesehatan, memiliki


peranan penting dalam menentukan keberhasilan kesehatan secara keseluruhan.
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan (Nursalam, 2008)

Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik


keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/ pasien diberbagai tatanan
pelayanan kesehatan . Dilakasanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperwatan sebagai
suatu profesi yang berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan, bersifat humanistic, dan
berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi
klien.

Kehamilan menyebabkan perubahan fisik, psikis, dan sosial pada ibu oleh karena
itu peran keluarga sangat besar dalam upaya memelihara kehamilan. Pada
primigravida merupakan suatu kondisi kehamilan yang pertama kali dialami oleh ibu
maka asuhan antenatal care merupakan standar terpenting dalam mendeteksi dini
komplikasi yang terjadi, baik pada ibu maupun pada janin. Dulu orang menganggap
bahwa pertolongan pada persalinan adalah yang terpenting untuk menyelamatkan ibu
dan anak. Tapi persalinan boleh diibaratkan dengan pertandingan olahraga, prestasi
pertandingan  tidak ditentukan oleh daya upaya untuk persalinan saja tetapi jauh
sebelumnya adalah sangat tergantung pada persiapan fisik maupun mental, sebelum
pertandingan harus dimulai sejak ibu semasa hamil.
Keperawatan Anak adalah pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu
keperawatan anak. Keperawatan anak berbentuk pelayanan secara bio-psiko-sosio-
spiritual yang komprehensif yang ditujukan pada anak usia 0-18 tahun dalam keadaan
sehat maupun sakit dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Pelayanan
asuhan keperawatan yang diberikan melibatkan keluarga dan tenaga kesehatan lain
yang sesuai dengan lingkup kewenangan dan tanggung jawabnya.
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat,
serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan dapat
diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja, tindakan yang disengaja
seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan
kriminal. Keracunan yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan,
baik lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja. (Brunner and Suddarth,
2010).
Keegawatdaruratan endokrin adalah keadaan daruratan yang diakibatkan
gangguan dari sistem endokrin, sehingga terjadi kondisi mengancam jiwa seseorang
yang memerlukan pertolongan segera agar tidak terjadi kematian.

1
Kegawatdaruratan endokrin bisa diakibatkan oleh karena terganggunya produksi
hormon baik kelebihan maupun kekurangan produksi hormon oleh suatu kelenjar
endokrin.

Melihat begitu pentingnya asuhan keperawatan kepada seorang pasien/ klien


maka dari itu kami menyusun makalah ini agar nantinya kami sebagai calon
radiografer lebih mengenal asuhan keperawatan mengenai obstetri, anak, keracunan
dan kegawatdaruratn endokrin.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas maka rumusan masalah dari makalah ini yaitu :

1. Bagaimana asuhan keperawatan dari obstetri?


2. Bagaimana asuhan keperawatan dari anak?
3. Bagaimana asuhan keperawatan dari keracunan?
4. Bagaimana asuhan keperawatan kegawatdaruratan endokrin?
C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari obstetri


2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari anak
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari keracunan
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari kegawatdaruratan endokrin.

D. Manfaat
1. Manfaat untuk penulis

Memberikan pengetahuan bagi penulis tentang asuhan keperawatan mengenai


obstetri, anak, kercacunan dan kegawatdaruratan endokrin.

2. Manfaat untuk pembaca

Untuk menambah wawasan pembaca tentang asuhan keperawatan mengenai


obstetri, anak, kercacunan dan kegawatdaruratan endokrin juga sebagai bahan
referensi bagi yang berkepentingan.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan Obstetri


a. Konsep Dasar Kehamilan
Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri dari
ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi
(implantasi) pada uterus, pembentukan plasentadan tumbuh kembang hasil sampai
aterm. (Manuaba, 2010).
1. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem
hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai
35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan
dan terjadi ovulasi. Dengan pengaruh FSH, folikel primer mengalami
perubahan menjadi folikel de Graaf yang menuju ke permukaan ovarium
disertai pembentukan cairan folikel. Desakan folikel de Graaf ke permukaan
ovarium menyebabkan penipisan dan disertai devaskularisasi. Selama
pertumbuhan menjadi folikel de Graaf, ovarium mengeluarkan hormon
estrogen yang dapat mempengaruhi gerak dari tuba yang makin mendekati
ovarium, gerka sel rambut lumen tuba makin tinggi, peristaltik tuba makin
aktif. Ketiga faktor ini menyebabkan aliran cairan dalam tuba makin deras
menuju uterus.
2. Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks.
Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus menjadi spermatosit
pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid akhirnya
spermatozoa.
3. Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau
fertilisasi dan membentuk zigot.
4. Proses Nidasi atau Implantasi
Dengan masuknya inti spermatozoa kedalam sitoplasma, ‘vitelus”
membangktkan kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan
“metafase”. Proses pemecahan dan pematangan mengikuti bentuk anafase
dan telofase sehingga pronukleusnya menjadi “haploid”. Pronukleus
spermatozoa dalam keadaan haploid saling mendekati dengan inti ovum yang
kini haploid dan bertemu dalam pasangan pembawa tanda dari pihak pria
maupun wanita.
5. Pembentukan Plasenta
Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di dinding depan
atau belakang. Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak rata
sehingga bagian blastula dengan inner cell mass akan tertanam ke dalam
endometrium.terjadinya nidasi (implantasi) mendorong sel blastula

3
mengadakan diferensiasi. Sel yang dekat dengan ruangan eksoselon
membentuk “entoderm” dan yolk sac (kantong kuning telur) sedangkan sel
lain membentuk “ektoderm” dan ruangan amnion. Plat embrio terbentuk
diantara dua ruang yaitu ruang amnion dan kantung yolk sac. Plat embrio
terdiri dari unsur ektoderm, endoterm dan mesoderm. Ruangan amnion
dengan cepat mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat di antara
amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi tali pusat.

b. Pemeriksaan Ibu Hamil


1. Anamnesa
a. Anamnesa tentang identitas: nama diri sendiri, suami, alamat, pekerjaan
dan sebagainya.
b. Anamnesa obstetri: kehamilan ke berapa; apakah persalinan lahir
spontan aterm, hidup atau dengan tindakan, usia anak terkecil; untuk
primigravida lama kawin dan usia; tanggal haid terakhir.
c. Anamnesis tentang keluhan utama.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan fisik umum
1. Keadaan umum: kompos mentis, tampak sakit.
2. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu, berat badan.
b. Pemeriksaan khusus obstetri
1. Inspeksi (tinggi fundus uteri, keadaan dinding abdomen, gerak janin
yang tampak).
2. Palpasi (menurut Kneble, Leopold, Buddin, Ahfeld).
3.  Pemeriksaan dalam (pembukaan, perlunakan serviks, ketuban, penurunan
bagian terendah, penempatan kombinasi, tumor yang menyerupai bagian
terendah, pelvimetri panggul).
Indikasi pemeriksaan dalam:
 Indikasi sosial untuk menentukan keadaan kehamilan atau
persalinan, sebelum ditinggalkan oleh penolong.
 Jika ada pemeriksaan luar, kedudukan janin tidak dapat ditentukan.
 Jika ada sangkaan kesempitan panggul dan CPD.
 Jika karena sesuatu, persalinan tidak maju-maju.
 Jika akan diambil tindakan obstetriboperatif.
 Menentukan nilai skor pelvis.
4.  Pemeriksaan tambahan (pemeriksaan laboratorium, ultrasonografi, tes pemeriksaan
air ketuban, tes pemeriksaan bakteriologis).

B. Asuhan Keperawatan Pada Anak


a. Konsep Perkembangan Pada Anak
Keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus

4
pada keluarga (family centered care), pencegahan terhadap trauma (atraumatic
care),dan manajemen kasus.
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak
bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga,
untuk itu keperawtan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau
sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak.

Dalam keperawatan anak,yang menjadi individu ( klien ) dalam hal ini


adalah anak, anak diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan
belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik
kebutuhan fisik,psikologis,sosial dan spiritual.

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan


perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Pada anak terdapat rentang
perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat.
Dalam proses berkembang anak memiliki ciri fisik,kognitif,konsep diri,pola
koping dan perilaku sosial.

Lingkup praktik keperawatan anak merupakan batasan asuhan


keperawatan yang diberikan pada klien anak dari usia 28 hari sampai 18 tahun
atau usia bayi baru lahir samapi 12 tahun Dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak harus berdasarkan kebutuhan dasar anak yatu kebutuhan
untuk tumbuh kembang anak seperti asuh,asih dan asah

b. Macam-Macam Kebutuhan Anak


1. Kebutuhan Asuh

Kebutuhan dasar ini merupakan kebutuhan fisik yang harus dipenuhi


dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan ini dapat meliputi
kebutuhan akan gizi atau nutrisi,kebutuhan pemberian tindakan keperawatan
dalam meningkatkan dan mencegah terhadap penyakit, kebutuhan perawatan
dan pengobatan apabila sakit, kebutuha akan tempat atau perlindungan yang
layak,kebutuhan higiene perseorangan dan sanitasi lingkungan yang
sehat,kebutuhan akan pakaian, kebutuhan kesehatan jasmani dan akan
rekreasi, dan lain-lain.

2. Kebutuhan Asih

Kebutuhan ini berdasarkan adanya pemberian kasih sayang pada anak


atau memperbaiki psikologi anak. Perkembangan anak dalam kehidupan
banyak di tentukan perkembangan psikologis yang termasuk didalamnya
adanya perasaan ksih sayang atau hubungan dengan orang tua atau orang
disekelilingnya karena akan memperbaiki perkembangan psikososialnya.

3. Kebutuhan Asah

5
Kebutuhan ini merupakan yang harus dipenuhi pada anak, untuk
mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dan sesuai dengan
usia tumbuh kembang. Pemenuhan kebutuhan asah(stimulasi mental) akan
memperbaiki perkembangan anak sejak dini sehingga perkembangan
psikososial, kecerdasan, kemandirian dan kreatifitas pada anak akan sesuai
dengan harapan atau usia pertumbuhan dan perkembangan.

c. Peran Perawat Bagi Anak


1. Family advocy ( Advokasi keluarga ).
 Melindungi anak dalam pelanggaran hak yaitu hak utnuk tolak
perawatan, hak untuk pilih dokter, hak untuk menolak obat
 Bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi,institusi, pasien dan
keluarga
2. Perfection (Kesempurnaan ).
 Merencanakan perawtan dengan mempertimbangakan aspek tumbuh
kembang anaka yaitu nutrisi dan imunisasi
 Perawat membinging orang tua untuk mencegah kemungkinan adanya
masalah
 Perawat tidak hanya mencegah penyakit atau kecelakaan fisik tetapi juga
untuk meningkatakan kesehatan mental
3. Health teaching (Pengajaran kesehatan)
Tidak dapat dipisahkan dengan Family Advocy dan Prevent. Perawat
memberikan pendidikan yang tepat dalam role model
4. Counseling (Penyuluhan )
Mengatasi stress.
5. Therapetik Role (Peran Therapetik ).
Perawat membantu kebutuhan fisik dan mental anak termasuk makan-
minum, mandi, pakaian, keamanan dan sosialisasi
6. Kolaborasi holistic.
Perawat mengadakan kolaborasikan dengan tim kesehatan lainnya.
Mengkomunikasikan pendapatnya terhadap anggota tim kesehatan lainnya.
7. Health Care Planning ( Perencanaan Perawatan Kesehatan ).
 Perawat secara aktif berperan aktif masyarakat luas
 Memelihara anak
 Harus tahu kebutuhan masyarakat
 Tidak hanya memberikan jiwa baru tetapi juga meningkatkan kualitas
8. Researcher (Peneliti ).
Peran ini sangat penting yang harus dmiliki oleh semua perawat anak.
Sebagai peneliti perawat harus melakukan kajian-kajian keperawatan anak,
yang dapat dikembangkan untuk perkembangan teknologi keperawatan.
Peran sebagai peneliti dapa dilakukan dalam meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan anak.

6
d. Perspektif Keperawatan Anak

Perawatan anak adalah suatu prate keperawtan yang menekankan pada


status kesehatan anak dari bayi sampai remaja. Tujuan keperawtan anak adlah
membantu anak sehat/sakit untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
sesuai dengan tingakat perkembanganya.

Orientasi penekannya tidak pengobatan anak sakit tetapi pada promotif dan
preventif. Berfokus kepada pendekatan anak dan keluaraga. Keluarga
bertanggung jawab pada perawatan anak dengan bantuan perawat. Indikator
derajat kesehatan anak yaitu :

a. Umur harapan hidup


b. Angka kematian bayi
c. Maternal Mortality Rate

e. Upaya Keperawatan Anak Dalam Penanggulangan Masalah Kesehatan


Jiwa Di Klinik dan Komunitas
1. Ajak berbicaa telebh dahuu dengan orang tua sebelum berkomunikasi
dengan anak atau mengkaji anak dengan menjalin hubungan dalam
tindakan keperawatan.
2. Lakukan kontak dengan anak dengan mengawali bercerita atau teknik lain
agar anak mau berkomunikasi
3. Berikan mainan sebelum masuk kedalam pembicaraan inti
4. Berikan kesempatan pada anak untuk memilih tempat pemeriksaan yang
diiinginkan sambil duduk, berdiri, atau tidur
5. Lakukan pemeriksaan dari sederhana ke kompleks, pemeriksaan yang
berdampak trauma lakukan diakhir pemeriksaan
6. Hindari pemeriksaan yang menimbulkan ketakutan pada anak dan beri
kesempatan untuk memegang alat periksa

C. Asuhan Keperawatan Pada Keracunan

Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit,
atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera
dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan adalah masuknya zat racun
kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan atau melaui kulit
atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis.

Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat,
serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan dapat
diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja, tindakan yang disengaja
seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan
kriminal. Keracunan yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan,
baik lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja.Keracunan dapat terjadi

7
karena berbagai macam penyebab yang mengandung bahan berbahaya dan potensial
dapat menjadi racun. Penyebab-penyebab tersebut antara lain:

1. Makanan
Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme. Proses
pembusukan merupakan proses awal dari akibat aktivitas mikroorganisme yang
mempengaruhi langsung kepada nilai bahan makanan tersebut untuk
kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan makanan dapat juga
disebabkan oleh bahan makanannya sendiri yang beracun, terkontaminasi oleh
protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan kimia yang bersifat
racun.

2. Bahan Kimia
Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan kimia biasa seperti
bahan kimia rumah, produk pertanian, produk tumbuhan atau produk
industri. Beberapa jenis bahan kimia yang harus diperhatikan karena berbahaya
adalah:

Bahan Penjelasan Potensi Bahaya Kesehatan


Kimia
AgNOɜ Senyawa ini beracun dan Dapat menyebabkan luka bakar
korosif. Simpanlah dalam dan kulit melepuh. Gas/uapnya
botol berwarna dan ruang juga menebabkan hal yang
yang gelap serta jauhkan dari sama
bahan-bahan yang mudah
terbakar.
HCl Senyawa ini beracun dan Dapat menyebabkan luka bakar
bersifat korosif terutama dan kulit melepuh. Gas/uapnya
dengan kepekatan tinggi. juga menebabkan hal yang
sama
H2S Senyawa ini mudah terbakar Menghirup bahan ini dapat
dan beracun menyebabkan pingsan,
gangguan pernafasan, bahkan
kematian
H2SO4 Senyawa ini sangat korosif, Jangan menghirup uap asam
higroskopis, bersifat sulfat pekat karena dapat
membakar bahan organik dan menyebabkan kerusakan paru-
dapat merusak jaringan tubuh paru, kontak dengan kulit
Gunakan ruang asam untuk menyebabkan dermatitis,
proses pengenceran dan sedangkan kontak dengan mata
hidupkan kipas penghisapnya menyebabkan kebutaan
NaOH Senyawa ini bersifat Dapat merusak jaringan tubuh.

8
higroskopis dan menyerap
gas CO2
NH3 Senyawa ini mempunyai bau Menghirup senyawa ini pada
yang khas konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan pembengkakan
saluran pernafasan dan sesak
nafas. Terkena amonia pada
konsentrasi 0.5% (v/v) selama
30 menit dapat menyebabkan
kebutaan.
HCN Senyawa ini sangat beracun. Hindarkan kontak dengan kulit.
Jangan menghirup gas ini
karena dapat menyebabkan
pingsan dan kematian.
HF Gas/uap maupun larutannya Dapat menyebabkan iritasi
sangat beracun. kulit, mata, dan saluran
pernafasan.
HNO3 Senyawa ini bersifat korosif. Dapat menyebabkan luka
bakar, menghirup uapnya dapat
menyebabkan kematian.

a. Pengobatan Spesifik dan Antidotum.


1. Keracunan Asam atau Basa Kuat (Asam klorida, Asam sulfat, Asam cuka
pekat, Natrium hidroksida, Kalium hidroksida)
a. Dapat mengenai kulit, mata atau ditelan.
b. Gejala : nyeri perut, muntah dan diare.
c. Tindakan :
1) Keracunan pada kulit dan mata :
 Irigasi dengan air mengalir
 Beri antibiotic dan antiinflamasi.
2) Keracunan detelan atau tertelan.
 Asam kuat dinetralisir dengan antasida
 Basa kuat dinetralisir dengan sari buah atau cuka
 Jangan bilas lambung atau tindakan emesis.
 Beri antibiotic dan antiinflasi.
2. Keracunan alcohol atau minuman keras.
a. Gejala : emosi labil, kulit memerah, muntah, depresi pernafasan.
b. Tindakan :
1) Bilas lambung dengan air
2) Beri kopi pahit
3) Infus glukosa (untuk mencegah hipoglikemia)
3. Keracunan arsenikum
a. Gejala : mulut kering, kulit merah, rasa tercekik, sakit menelan, kolik
usus,muntah, diare, perdarahan, oliguria, syok.
b. Tindakan :
1) Bilas lambung dengan natrium karbonat/sorbitol.

9
2) Atasi syok dengan gangguan elektrolit.
3) Beri BAL (4-5Kg/BB) setiap 24jam pertama.
4. Keracunan makanan kaleng (Botulisme)
a. Gejala : gangguan penglihatan, reflek pupil (-), disartri, disfagi,
kelemahan otot, lurik, tidak ada gangguan pencernaan dan kesadaran.
b. Tindakan :
1) Bilas lambung dengan norit
2) Beri ATS 10.000 unit
3) Beri fenobarbital 3 X 30-60 mg/oral
5. Keracunan formalin.
a. Gejala :
1) Inhalasi : iritasi mata, hidung dan saluran nafas, spasmelaring, gejala
bronchitis dan pneumonia
2) Kulit : iritasi, nekrosis, dermatitis.
3) Ditelan/tertelan : nyeri perut, mual, muntah, hematemesis, syok,
koma, gagal dan nafas.
b. Tindakan : bilas lambung dengan larutan ammonia 0,2% kemudian
diberi minum
norit/air susu.
6. Keracunan senyawa Hidrokarbon (Minyak tanah, Bensin)
a. Gejala :
1) Inhalasi : nyeri kepala, mual, lemah, dispneu, depresi pernafasan.
2) Ditelan/tertelan : muntah, diare, sangat berbahaya bila terjadi
aspirasi (masuk paru).
b. Tindakan :
1) Jangan lakukan emesis.
2) Bilas lambung hati-hati
3) Beri pencahar.
4) Depresi pernafasan : kafein 200-500 mg im
7. Keracunan karbon Mono-Oksida (CO)
a. Gejala : kulit dan mukosa tampak merah terang, nyeri dan pusing kepala,
dispneu, pupil midriasis, kejang, depresi pernafasan sampai koma.
b. Tindakan :
1) Pasang O2 bertekanan.
2) Jangan gunakan stimulant.

b. Penatalaksanaan Umum Kedaruratan Keracunan


1. Dapatkan kontrol jalan panas, ventilasi, dan oksigenisasi. Pada keadaan tidak ada
kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada keberhasilan
penatalaksanaan pernapasan dan sistem sirkulasi.
2. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu
tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
3. Tangani syok yang tepat.
4. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.

10
5. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk
menurunkan efek toksin.
6. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu sistem saraf
pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak adekuat.
7. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat yang
ditelan, yaitu :
a. Diuresis untuk agen yang dikeluarkan lewat jalur ginjal
b. Dialisis Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit
ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon atau
resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien.
8. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
9. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
10. Menurunkan peningkatan suhu.
11. Berikan analgesik yang sesuai untuk nyeri.
12. Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
13. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
14. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejan
15. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukkan tanda dan
GGHgejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.

D. Asuhan Keperawatan Pada Sistem Endokrin


a. Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin mencakup kelenjar hipofisis (pituitari), tiroid, paran
tetiroid, adrenal, pulau langerhans, ovarium dan testis. Semua kelenjar ini meng
ekskresikan produknya langsung ke dalam darah, berbeda dengan kelenjar
eksokrin misalnya kelenjar keringat yang mensekresikan produknya lewat saluran
permukaan epithelia. Hipotalamus berfungsi sebagai penghubung antara system
saraf dan system endokrin.

11
Gambar 1. Kelenjar endokrin utama pada manusia

Organ anatomis tertentu adalah tempat dimana kelenjar endokrin biasa


ditemukan. Kelenjar endokrin tersusun dari sel-sel sekretorik yang terbagi dalam
kelompok-kelompok kecil (asinus). Meskipun tidak terdapat duktus, kelenjar
endokrin memiliki suplai darah yang kaya sehingga zat-zat kimia yang
diproduksinya dapat langsung memasuki aliran darah dengan cepat.

b. Proses Menua pada sistem endokrin


Hampir semua proses produksi dan pengeluaran hormon dipengaruhi oleh
enzim, dan enzim ini dipengaruhi oleh proses menua. Berdasarkan klirens
hormone yang melambat (ingatlah bahwa semua proses sintesis, perubahan dari
non-aktif menjadi aktif, transfor bahan, masuknya hormone lewat reseptor
membrane; semuanya ini membutuhkan enzim yang terganggu pada usia lanjut)
dapat ditemukan kadar hormone naik meskipun tidak diikuti gejala ataupun tanda
klinik.
Pada manusia, defisiensi GH(growth hormon) pada proses menua akan
ditandai dengan penurunan sintesis protein, penurunan lean body mass dan bone
mass dan kenaika presentasi lemak tubuh. Sekresi GH, kadar IGF 1 dan IGFBP 3
menurun dengan usia. Bagaimana hubungannya secara pasti belum diketahui.
Pemberian GH pada usia lanjut dengan IGF 1 rendah akan meninggikan kadar
IGF 1, retensi nitrogen, lean body mass, mengurangi lemak tubuh tetapi tidak
mempengaruhi densitas tulang. Untuk waktu sekarang pemberian GH jangka
pendek hanya dianjurkan pada usia lanjutyang menderita penyakit katabolic,
salah makan, kebakaran, cachexia dan sebagainya.

c. Diabetes Melitus Tipe 2

12
Seiring pertambahan usia, sel-sel tubuh menjadi lebih resisten terhadap
insulin, yang mengurangi kemampuan lansia untuk memetabolisme glukosa.
Selain itu, pelepasan insulin dari sel beta pancreas berkurang dan melambat. Hasil
dari kombinasi proses ini adalah hiperglikemia. Pada pasien lansia, konsentrasi
glukosa yang mendadak dapat meningkatkan dan lebih memperpanjang
hiperglikemia.
Diabetes tipe 2 pada lansia disebabkan oleh sekresi insulin yang tidak normal,
resistensi terhadap kerja insulin pada jaringan target, dan kegagalan
glukoneogenesis hepatik. Penyebab utama hiperglikemia pada lansia adalah
peningkatan resistensi insulin pada jaringan perifer. Meskipun jumlah reseptor
insulin sebenarnya sedikit menurun seiring pertambahan usia, resistensi dipercaya
terjadi setelah insulin berikatan dengan reseptor tersebut. Selain itu, sel-sel beta
pada pulau Langerhans kurang sensitif terhadap kadar glukosa yang tinggi, yang
memperlambat produksi insulin. Beberapa lansia juga tidak mampu untuk
menghambat produksi glukosa di hati.

d. Patofisiologi DM tipe 2
Pada diabetes tipe II (Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin – NIDDM)
terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu : resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
mencegah terbentuknya glukagon dalam darah harus terdapat peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan
ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan
akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes mellitus
tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
diabetes mellitus tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang

13
adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes
mellitus tipe II. Meskipun demikian, diabetes mellitus tipe II yang tidak
terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketotik (HHNK).

e. Komplikasi dan dampak DM tipe 2


Hipoglikemia adalah komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita
diabetes yang diobati dengan insulin atau obat-obatan antidabetik oral. Hal ini
mungkin disebabkan oleh pemberian insulin yang berlebihan, asupan kalori yang
tidak adekuat, konsumsi alkohol, atau olahraga yang berlebihan. Lansia lebih
sensitif terhadap kadar glukosa darah yang rendah dibandingkan individu dewasa
yang lebih muda. Gejala hipoglikemia lansia dapat berkisar dari ringan sampai
berat dan dapat tidak disadari hingga sampai pada kondisi mengancam jiwa.
Ada dua komplikasi metabolic lain pada diabetes: ketoasidosis diabetic, yang
ditandai dengan hiperglikemia berat, merupakan kondisi yang mengancam jiwa.
Ketoasidosis diabetik biasanya terjadi pada lansia dengan diabetes tipe 1, tetapi
kadang kala dapat terjadi pada individu yang terkena diabetes tipe 2 yang
mengalami stress fisik dan emosional yang ekstrim. Sindroma nonketonik
hiperglikemik hiperosmolar (HHNS), juga dikenal sebagai koma hiperosmolar
yaitu komplikasi metabolic akut yang paling umum terlihat pada pasien yang
menderita diabetes. Sebagaisuatu kedaruratan medis, HHNS ditandai dengan
hiperglikemia berat (kadar glukosa di atas 800 mg/dl), hiperosmolaritas ( diatas
280 mOSm/L), dan dehidrasi berat akibat dieresis osmotic. Tanda dan gejala
mencakup kejang dan hemiparesis (yang sering kali keliru diagnosis menjadi
cedera serebrovaskular) dan kerusakan pada tingkat kesadaran (biasanya koma
atau hampir koma).
Pasien lansia yang menderita diabetes memiliki insdien hipertensi 10 kali lipat
dari yang ditemukan pada lansia yang tida menderita diabetes. Hasil ini lebuh
meningkatkan resiko serangan iskemik sementara dan penyakit serebrovaskular,
penyakit arteri koroner, dan MCI, aterosklerosis serebral, terjadinya retinopati
dan neuropati orogresif, kerusakan kognitif, serta depresi system saraf pusat.
Hiperglikemia merusak resistensi lansia tehadap infeksi karena kandungan
glukosa epidermis dan urin mendorong pertumbuhan bakteri. Hal ini

14
menyebabkan lansia rentan terhadap infeksi kulit dan saluran kemih serta
vaginitis.

f. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala dari pasien diabetes mellitus yaitu:
- Penurunan berat badan dan kelelahan (tanda dan gejala klasik pada pasien
lansia)
- Kehilangan selera makan
- Inkotinesia
- Penurunan penglihatan
- Konfusi atau derajat delirium
- Konstipasi atau kembung pada abdomen (akibat hipotonusitas lambung)
- Retinopati atau pembentukan katarak
- Perubahan kulit, khususnya pada tungkai dan kaki, akibat kerusakan
sirkulasi perifer; kemungkinan kondisi kulit kronis, seperti selulitis atau
luka yang tidak kunjung sembuh; turgor kulit buruk dan membran mukosa
kering akibat dehidrasi.
- Penurunan nadi perifer, kulit dingin, penurunan reflex dan kemungkinan
nyeri perifer atau kebas
- Hipotensi ortostatik

NB: lansia mungkin tidak mengalami polidipsi (tanda dibetes pada dewasa
muda) karena fungsi mekanisme haus lansia kurang efektif.

g. Pemeriksaan Diagnostik
 Kadar glukosa serum puasa dan pemeriksaan toleransi glukosa memberikan
diagnosis definitif diabetes. Akan tetapi, pada lansia pemeriksaan glukosa
serum posprandial 2 jam dan pemeriksaan toleransi glukosa oral lebih
membantu menegakka diagnosis karena lansia mungkin memiliki kadar
glukosa puasa hampir normal, tetapi mengalami hiperglikemia berkepanjangan
setelah makan.
Diagnosis biasanya dibuat setelah satu dari ketiga kriteria berikut ini terpenuhi:
1. Konsentrasi glukosa plasma acak 200 mg/dl atau lebih tinggi
2. Konsentrasi glukosa darah puasa 126 mg/dl atau lebih tinggi

15
3. Kadar glukosa darah puasa setelah asupan glukosa per oral 200 mg/dl atau
lebih tinggi.
 Pemeriksaan hemoglobin terglikosilasi (hemoglobin A atau HbA 1C), yang
menggambarkan kadar rata-rata glukosa serum dalam tiga bulan sebelumnya,
biasanya dilakukan untuk memantau keefektifan terapai antidiabetik.
Pemeriksaan ini sangat berguna, tetapi peningkatan hasil telah ditemukan pada
lansia dengan toleransi glukosa normal.
 Fruktosamina serum, yang menggambarkan kadar glukosa serum rata-rata selama
2-3 minggu sebelumnya, merupakan indikator yang lebih baik pada lansia karena
kurang menimbulkan kesalahan.

h. Penanganan
Pasien yang menderita diabetes tipe 1 membutuhkan penggantian insulin dan
pemantauan kadar glukosa serum dan diet serta regimen latihan yang ketat.
Pasien yang menderita diabetes tipe 2 dapat memerlukan obat antidiabetik oral
untuk merangsang produksi insulin endogen, meningkatkan sensitifitas insulin di
tingkat seluler, menekan glukoneogenis hepatik, dan memperlambat absorpsi
karbohidrat di GI. Untuk beberapa pasien, kadar glukosa darah dapat dikontrol
dengan diet dan perubahan gaya hidup saja.
Terdapat berbagai golongan obat untuk diabetes tipe 2 yang dapat membantu.
Obat-obatan ini mencakup generasi kedua sulfonil urea (seperti: gliburida dan
glipizida), inhibitor alfa glikosida (seperti karbosa dan maglitol), biguanida
(seperti metformin), glitazon (seperti rosiglitazon) dan meglinitida (repaglinida).
Ahli gizi dapat menyusun diet khusus untuk memenuhi kebutuhan setiap
pasien. Diet tersebut hrus memenuhi panduan nutrisi, mengontrol kadar glukosa
darah, dan mempertahankan berat badan yang sesuai.
Olahraga merupakan sarana yang penting dalam menangani diabetes tipe 2.
Aktifitas fisik meningkatkan sensitifitas insulin, memperbaiki toleransi glukosa,
dan meningkatkan pengendalian berat badan. Penelitian juga menunjukkan bahwa
olahraga sedang dapat memperlambat atau mencegah awitan diabetes tipe 2 pada
kelompok resiko tinggi. Ketika anda merencanakan program olahraga untuk
lansia, pastikan tingkat latihan fisik sesuai dengan tingkat kesehatannya. Olehraga
yang dipilih untuk lansia mencakup berjalan, berenang, dan bersepeda.

16
BAB III

A. Kesimpulan

Asuhan keperawatan sangatlah penting agar terjaminnya kenyamanan dan


keselamatan pasien/ klien. Proses keperawatan adalah mekanisme kerja keperawatan
yang diterapkan untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan metode dalam
suatu konsep diterapkan dalam bentuk proses keperawatan.

Asuhan keperawatan obstetri, anak, keracunan, dan kegawatdaruratan endokrin


adalah asuhan keperawatan yang sangat penting bagi kami sebagai calon radiografer
terlebih kagi bagi seorang perawat.

B. Saran

Kelompok berharap setelah mendapatkan pemaparan dan memahami mengenai


beberapa asuhan keperawatan yang telah dijelaskan diatas, kelompok dan rekan
lainnya mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan sesuai dengan evidence based
yang sudah di tampilkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta:
EGC

Darmojo, B & Hadi Martono.(2000). Buku Ajar Geriatri Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit
FK UI

Depkes RI, 2006. Penderita Diabetes Indonesia Urutan ke-4 di dunia. Diakses dari www.
Depkes.go.id. Pada tanggal 20 Maret 2010.

Palestin, B. 2007. Pendidikan Kesehatan dalam Pengelolaan Diabetes secara Mandiri bagi
Diabetesi Dewasa. Diakses dari : http://bondankomunitas.blogspot.com/. Pada
tanggal : 13 April 2010.

Sanusi Harsien, 2004. Tinjauan Medis DM Akibatnya pada Kematian, Makassar

Stockslager, J L. (2007). Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik Edisi 2. Jakarta: EGC

Ulfahsyam(2009). Asuhan Keperawat an pada klien dengan Diabetes Mellitus. Diakses dari
http://ilmukeperawatan.net/. Pada tanggal 10 Maret 2010.

18

Anda mungkin juga menyukai