KEPERAWATAN RADIOLOGI
ASUHAH KEPERAWATAN OBSTETRI, ANAK, KERACUNAN, DAN
KEGAWATDARURATAN ENDOKRIN
Kelompok 4 :
Aziz Hidayat
Penyusun
ii
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2
D. Manfaat.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. Kesimpulan.........................................................................................................17
B. Saran...................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................18
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan menyebabkan perubahan fisik, psikis, dan sosial pada ibu oleh karena
itu peran keluarga sangat besar dalam upaya memelihara kehamilan. Pada
primigravida merupakan suatu kondisi kehamilan yang pertama kali dialami oleh ibu
maka asuhan antenatal care merupakan standar terpenting dalam mendeteksi dini
komplikasi yang terjadi, baik pada ibu maupun pada janin. Dulu orang menganggap
bahwa pertolongan pada persalinan adalah yang terpenting untuk menyelamatkan ibu
dan anak. Tapi persalinan boleh diibaratkan dengan pertandingan olahraga, prestasi
pertandingan tidak ditentukan oleh daya upaya untuk persalinan saja tetapi jauh
sebelumnya adalah sangat tergantung pada persiapan fisik maupun mental, sebelum
pertandingan harus dimulai sejak ibu semasa hamil.
Keperawatan Anak adalah pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu
keperawatan anak. Keperawatan anak berbentuk pelayanan secara bio-psiko-sosio-
spiritual yang komprehensif yang ditujukan pada anak usia 0-18 tahun dalam keadaan
sehat maupun sakit dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Pelayanan
asuhan keperawatan yang diberikan melibatkan keluarga dan tenaga kesehatan lain
yang sesuai dengan lingkup kewenangan dan tanggung jawabnya.
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat,
serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan dapat
diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja, tindakan yang disengaja
seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan
kriminal. Keracunan yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan,
baik lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja. (Brunner and Suddarth,
2010).
Keegawatdaruratan endokrin adalah keadaan daruratan yang diakibatkan
gangguan dari sistem endokrin, sehingga terjadi kondisi mengancam jiwa seseorang
yang memerlukan pertolongan segera agar tidak terjadi kematian.
1
Kegawatdaruratan endokrin bisa diakibatkan oleh karena terganggunya produksi
hormon baik kelebihan maupun kekurangan produksi hormon oleh suatu kelenjar
endokrin.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas maka rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
D. Manfaat
1. Manfaat untuk penulis
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
mengadakan diferensiasi. Sel yang dekat dengan ruangan eksoselon
membentuk “entoderm” dan yolk sac (kantong kuning telur) sedangkan sel
lain membentuk “ektoderm” dan ruangan amnion. Plat embrio terbentuk
diantara dua ruang yaitu ruang amnion dan kantung yolk sac. Plat embrio
terdiri dari unsur ektoderm, endoterm dan mesoderm. Ruangan amnion
dengan cepat mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat di antara
amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi tali pusat.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan fisik umum
1. Keadaan umum: kompos mentis, tampak sakit.
2. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu, berat badan.
b. Pemeriksaan khusus obstetri
1. Inspeksi (tinggi fundus uteri, keadaan dinding abdomen, gerak janin
yang tampak).
2. Palpasi (menurut Kneble, Leopold, Buddin, Ahfeld).
3. Pemeriksaan dalam (pembukaan, perlunakan serviks, ketuban, penurunan
bagian terendah, penempatan kombinasi, tumor yang menyerupai bagian
terendah, pelvimetri panggul).
Indikasi pemeriksaan dalam:
Indikasi sosial untuk menentukan keadaan kehamilan atau
persalinan, sebelum ditinggalkan oleh penolong.
Jika ada pemeriksaan luar, kedudukan janin tidak dapat ditentukan.
Jika ada sangkaan kesempitan panggul dan CPD.
Jika karena sesuatu, persalinan tidak maju-maju.
Jika akan diambil tindakan obstetriboperatif.
Menentukan nilai skor pelvis.
4. Pemeriksaan tambahan (pemeriksaan laboratorium, ultrasonografi, tes pemeriksaan
air ketuban, tes pemeriksaan bakteriologis).
4
pada keluarga (family centered care), pencegahan terhadap trauma (atraumatic
care),dan manajemen kasus.
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak
bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga,
untuk itu keperawtan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau
sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak.
2. Kebutuhan Asih
3. Kebutuhan Asah
5
Kebutuhan ini merupakan yang harus dipenuhi pada anak, untuk
mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dan sesuai dengan
usia tumbuh kembang. Pemenuhan kebutuhan asah(stimulasi mental) akan
memperbaiki perkembangan anak sejak dini sehingga perkembangan
psikososial, kecerdasan, kemandirian dan kreatifitas pada anak akan sesuai
dengan harapan atau usia pertumbuhan dan perkembangan.
6
d. Perspektif Keperawatan Anak
Orientasi penekannya tidak pengobatan anak sakit tetapi pada promotif dan
preventif. Berfokus kepada pendekatan anak dan keluaraga. Keluarga
bertanggung jawab pada perawatan anak dengan bantuan perawat. Indikator
derajat kesehatan anak yaitu :
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit,
atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera
dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan adalah masuknya zat racun
kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan atau melaui kulit
atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis.
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat,
serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan dapat
diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja, tindakan yang disengaja
seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan
kriminal. Keracunan yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan,
baik lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja.Keracunan dapat terjadi
7
karena berbagai macam penyebab yang mengandung bahan berbahaya dan potensial
dapat menjadi racun. Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
1. Makanan
Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme. Proses
pembusukan merupakan proses awal dari akibat aktivitas mikroorganisme yang
mempengaruhi langsung kepada nilai bahan makanan tersebut untuk
kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan makanan dapat juga
disebabkan oleh bahan makanannya sendiri yang beracun, terkontaminasi oleh
protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan kimia yang bersifat
racun.
2. Bahan Kimia
Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan kimia biasa seperti
bahan kimia rumah, produk pertanian, produk tumbuhan atau produk
industri. Beberapa jenis bahan kimia yang harus diperhatikan karena berbahaya
adalah:
8
higroskopis dan menyerap
gas CO2
NH3 Senyawa ini mempunyai bau Menghirup senyawa ini pada
yang khas konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan pembengkakan
saluran pernafasan dan sesak
nafas. Terkena amonia pada
konsentrasi 0.5% (v/v) selama
30 menit dapat menyebabkan
kebutaan.
HCN Senyawa ini sangat beracun. Hindarkan kontak dengan kulit.
Jangan menghirup gas ini
karena dapat menyebabkan
pingsan dan kematian.
HF Gas/uap maupun larutannya Dapat menyebabkan iritasi
sangat beracun. kulit, mata, dan saluran
pernafasan.
HNO3 Senyawa ini bersifat korosif. Dapat menyebabkan luka
bakar, menghirup uapnya dapat
menyebabkan kematian.
9
2) Atasi syok dengan gangguan elektrolit.
3) Beri BAL (4-5Kg/BB) setiap 24jam pertama.
4. Keracunan makanan kaleng (Botulisme)
a. Gejala : gangguan penglihatan, reflek pupil (-), disartri, disfagi,
kelemahan otot, lurik, tidak ada gangguan pencernaan dan kesadaran.
b. Tindakan :
1) Bilas lambung dengan norit
2) Beri ATS 10.000 unit
3) Beri fenobarbital 3 X 30-60 mg/oral
5. Keracunan formalin.
a. Gejala :
1) Inhalasi : iritasi mata, hidung dan saluran nafas, spasmelaring, gejala
bronchitis dan pneumonia
2) Kulit : iritasi, nekrosis, dermatitis.
3) Ditelan/tertelan : nyeri perut, mual, muntah, hematemesis, syok,
koma, gagal dan nafas.
b. Tindakan : bilas lambung dengan larutan ammonia 0,2% kemudian
diberi minum
norit/air susu.
6. Keracunan senyawa Hidrokarbon (Minyak tanah, Bensin)
a. Gejala :
1) Inhalasi : nyeri kepala, mual, lemah, dispneu, depresi pernafasan.
2) Ditelan/tertelan : muntah, diare, sangat berbahaya bila terjadi
aspirasi (masuk paru).
b. Tindakan :
1) Jangan lakukan emesis.
2) Bilas lambung hati-hati
3) Beri pencahar.
4) Depresi pernafasan : kafein 200-500 mg im
7. Keracunan karbon Mono-Oksida (CO)
a. Gejala : kulit dan mukosa tampak merah terang, nyeri dan pusing kepala,
dispneu, pupil midriasis, kejang, depresi pernafasan sampai koma.
b. Tindakan :
1) Pasang O2 bertekanan.
2) Jangan gunakan stimulant.
10
5. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk
menurunkan efek toksin.
6. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu sistem saraf
pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak adekuat.
7. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat yang
ditelan, yaitu :
a. Diuresis untuk agen yang dikeluarkan lewat jalur ginjal
b. Dialisis Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit
ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon atau
resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien.
8. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
9. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
10. Menurunkan peningkatan suhu.
11. Berikan analgesik yang sesuai untuk nyeri.
12. Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
13. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
14. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejan
15. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukkan tanda dan
GGHgejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.
11
Gambar 1. Kelenjar endokrin utama pada manusia
12
Seiring pertambahan usia, sel-sel tubuh menjadi lebih resisten terhadap
insulin, yang mengurangi kemampuan lansia untuk memetabolisme glukosa.
Selain itu, pelepasan insulin dari sel beta pancreas berkurang dan melambat. Hasil
dari kombinasi proses ini adalah hiperglikemia. Pada pasien lansia, konsentrasi
glukosa yang mendadak dapat meningkatkan dan lebih memperpanjang
hiperglikemia.
Diabetes tipe 2 pada lansia disebabkan oleh sekresi insulin yang tidak normal,
resistensi terhadap kerja insulin pada jaringan target, dan kegagalan
glukoneogenesis hepatik. Penyebab utama hiperglikemia pada lansia adalah
peningkatan resistensi insulin pada jaringan perifer. Meskipun jumlah reseptor
insulin sebenarnya sedikit menurun seiring pertambahan usia, resistensi dipercaya
terjadi setelah insulin berikatan dengan reseptor tersebut. Selain itu, sel-sel beta
pada pulau Langerhans kurang sensitif terhadap kadar glukosa yang tinggi, yang
memperlambat produksi insulin. Beberapa lansia juga tidak mampu untuk
menghambat produksi glukosa di hati.
d. Patofisiologi DM tipe 2
Pada diabetes tipe II (Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin – NIDDM)
terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu : resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
mencegah terbentuknya glukagon dalam darah harus terdapat peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan
ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan
akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes mellitus
tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
diabetes mellitus tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang
13
adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes
mellitus tipe II. Meskipun demikian, diabetes mellitus tipe II yang tidak
terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketotik (HHNK).
14
menyebabkan lansia rentan terhadap infeksi kulit dan saluran kemih serta
vaginitis.
NB: lansia mungkin tidak mengalami polidipsi (tanda dibetes pada dewasa
muda) karena fungsi mekanisme haus lansia kurang efektif.
g. Pemeriksaan Diagnostik
Kadar glukosa serum puasa dan pemeriksaan toleransi glukosa memberikan
diagnosis definitif diabetes. Akan tetapi, pada lansia pemeriksaan glukosa
serum posprandial 2 jam dan pemeriksaan toleransi glukosa oral lebih
membantu menegakka diagnosis karena lansia mungkin memiliki kadar
glukosa puasa hampir normal, tetapi mengalami hiperglikemia berkepanjangan
setelah makan.
Diagnosis biasanya dibuat setelah satu dari ketiga kriteria berikut ini terpenuhi:
1. Konsentrasi glukosa plasma acak 200 mg/dl atau lebih tinggi
2. Konsentrasi glukosa darah puasa 126 mg/dl atau lebih tinggi
15
3. Kadar glukosa darah puasa setelah asupan glukosa per oral 200 mg/dl atau
lebih tinggi.
Pemeriksaan hemoglobin terglikosilasi (hemoglobin A atau HbA 1C), yang
menggambarkan kadar rata-rata glukosa serum dalam tiga bulan sebelumnya,
biasanya dilakukan untuk memantau keefektifan terapai antidiabetik.
Pemeriksaan ini sangat berguna, tetapi peningkatan hasil telah ditemukan pada
lansia dengan toleransi glukosa normal.
Fruktosamina serum, yang menggambarkan kadar glukosa serum rata-rata selama
2-3 minggu sebelumnya, merupakan indikator yang lebih baik pada lansia karena
kurang menimbulkan kesalahan.
h. Penanganan
Pasien yang menderita diabetes tipe 1 membutuhkan penggantian insulin dan
pemantauan kadar glukosa serum dan diet serta regimen latihan yang ketat.
Pasien yang menderita diabetes tipe 2 dapat memerlukan obat antidiabetik oral
untuk merangsang produksi insulin endogen, meningkatkan sensitifitas insulin di
tingkat seluler, menekan glukoneogenis hepatik, dan memperlambat absorpsi
karbohidrat di GI. Untuk beberapa pasien, kadar glukosa darah dapat dikontrol
dengan diet dan perubahan gaya hidup saja.
Terdapat berbagai golongan obat untuk diabetes tipe 2 yang dapat membantu.
Obat-obatan ini mencakup generasi kedua sulfonil urea (seperti: gliburida dan
glipizida), inhibitor alfa glikosida (seperti karbosa dan maglitol), biguanida
(seperti metformin), glitazon (seperti rosiglitazon) dan meglinitida (repaglinida).
Ahli gizi dapat menyusun diet khusus untuk memenuhi kebutuhan setiap
pasien. Diet tersebut hrus memenuhi panduan nutrisi, mengontrol kadar glukosa
darah, dan mempertahankan berat badan yang sesuai.
Olahraga merupakan sarana yang penting dalam menangani diabetes tipe 2.
Aktifitas fisik meningkatkan sensitifitas insulin, memperbaiki toleransi glukosa,
dan meningkatkan pengendalian berat badan. Penelitian juga menunjukkan bahwa
olahraga sedang dapat memperlambat atau mencegah awitan diabetes tipe 2 pada
kelompok resiko tinggi. Ketika anda merencanakan program olahraga untuk
lansia, pastikan tingkat latihan fisik sesuai dengan tingkat kesehatannya. Olehraga
yang dipilih untuk lansia mencakup berjalan, berenang, dan bersepeda.
16
BAB III
A. Kesimpulan
B. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta:
EGC
Darmojo, B & Hadi Martono.(2000). Buku Ajar Geriatri Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit
FK UI
Depkes RI, 2006. Penderita Diabetes Indonesia Urutan ke-4 di dunia. Diakses dari www.
Depkes.go.id. Pada tanggal 20 Maret 2010.
Palestin, B. 2007. Pendidikan Kesehatan dalam Pengelolaan Diabetes secara Mandiri bagi
Diabetesi Dewasa. Diakses dari : http://bondankomunitas.blogspot.com/. Pada
tanggal : 13 April 2010.
Stockslager, J L. (2007). Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik Edisi 2. Jakarta: EGC
Ulfahsyam(2009). Asuhan Keperawat an pada klien dengan Diabetes Mellitus. Diakses dari
http://ilmukeperawatan.net/. Pada tanggal 10 Maret 2010.
18