ASUHAN KEPERAWATAN
A. Definisi Narapidana
B. Penggolongan Narapidana
Pasal 12 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
menentukan bahwa dalam rangka pembinaan terhadap narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan dilakukan penggolongan atas dasar:
a. Umur
b. jenis kelamin
c. lama pidana yang dijatuhkan
d. jenis kejahatan.
e. kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan.
f. Pembinaan Narapidana Wanita di LAPAS dilaksanakan di LAPAS Wanita.
Dalam standar registrasi dan klasifikasi narapidana dan tahanan yang
ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor: Pas- 170.Pk.01.01.02
Tahun 2015 tentang Standar Registrasi dan Klasifikasi Narapidana dan
Tahanan.
- Penggolongan narapidana berdasarkan umur terdiri atas:
a. Anak (12 s.d. 18 tahun)
b. Dewasa (diatas 18 tahun)
- Penggolongan narapidana berdasarkan jenis kelamin, terdiri atas:
a. Laki – laki
b. Wanita
- Penggolongan narapidana berdasarkan lama pidana, terdiri atas:
a. Pidana 1 hari sd 3 bulan ( Register B.II b )
b. Pidana 3 bulan sd 12 bulan 5 hari (1 tahun) (Register B.II a)
c. Pidana 12 bulan 5 hari (1 tahun keatas ) (Register B.I)
d. Pidana Seumur Hidup (Register Seumur Hidup)
e. Pidana Mati (Register Mati)
- Penggolongan narapidana berdasarkan jenis kejahatan, terdiri atas:
a. Jenis kejahatan umum
b. Jenis kejahatan khusus
b. Etiologi
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping
individu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif,
kurangnya system pendukung kemunduran perkembangan ego,
pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi system keluarga serta
terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C. 1998 :
366).
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 82) koping individu tidak efektif
adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko
mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami stessor internal
atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakkuatan sumber-sumber
(fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).
Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998 : 312) koping
individu tidak efektif merupakan kelainan perilaku adaptif dan
kemampuan memecahkan masalah seseorang dalam memenuhi
tuntutan kehidupan dan peran. Adapun Penyebab Gangguan Konsep
Diri Harga Diri Rendah, yaitu :
1. Faktor Presdisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah
penolakan orangtua, penolakan orangtua yang tidak realistis,
kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang
tidak realistis.
2. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi Terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehillangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,
kegagalan atau produktifitas yang menurun.
c. Psikopatologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya.
Orang yang siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan
kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan
mempunyai niat untuk melakukannya. Perilaku bunuh diri biasanya
dibagi menjadi 4 kategori:
1. Isyarat Bunuh Diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berprilaku secara tidak
langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan
mengatakan:”tolong jaga anak -anak karena saya akan pergi
jauh!” atau” segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”Pada
kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk
mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman
dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan
perasaan seperti rasa bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak
berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negative
tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
2. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut
mempertimbangkan untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan
ambivalensi seseorang tentang kematian, kurangnya respon
positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk
melakukan tindakan bunuh diri.Ancaman bunuh diri pada
umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati,
disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan
persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara
aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak
disertai dengan percobaan bunuh diri.
3. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh
individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak
dicegah. Pada kondisi ini pasien aktif mencoba bunuh diri
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi,
atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi. Percobaan
bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi
yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga
dirinya.
4. Bunuh Diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peningkatan
terlewatkan atau terabaikan. Orang yang melakukan percobaan
bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada
mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada
waktunya.
d. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang biasanya muncul yaitu:
- Mempunyai ide untuk bunuh diri.
- Mengungkapkan keinginan untuk mati
- Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
- Impulsif.
- Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi
sangat patuh).
- Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
- Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan
tentang obat dosis mematikan).
- Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic,
marah dan mengasingkan diri).
- Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang
yang depresi, psikosis dan menyalahgunakan alcohol).