Anda di halaman 1dari 8

1.

ISLAM adalah agama yang diturunkan Allah SWT  kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan
rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.

Islam (Arab: al-islām, ‫اإلسالم‬, "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang mengimani satu
Tuhan, yaitu Allah SWT. 

Dengan lebih dari satu seperempat miliar orang pengikut di seluruh dunia, menjadikan Islam sebagai
agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen. (Wikipedia).

Pengertian Islam secara  Harfiyah

Pengertian Islam secara  harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata Islam terbentuk
dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna dasar “selamat” (Salama).

Pengertian Islam Menurut Bahasa

Kata Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama. Kata Islam merupakan bentuk
mashdar (infinitif) dari kata aslama ini.

‫اإلسالم مصدر من أسلم يسلم إسالما‬

Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki beberapa
pengertian, diantaranya adalah:

1. Islam berasal dari kata ‘salm’ (‫ )الس َّْلم‬yang berarti damai.

“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. 8 : 61).

Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Dan ini merupakan salah satu
makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat
manusia pada perdamaian.

"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka damaikanlah antara
keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka
perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah;
jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan
adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”

(QS. 49 : 9).

Sebagai salah satu bukti bahwa Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi perdamaian
adalah bahwa Islam baru memperbolehkan kaum muslimin berperang jika mereka diperangi oleh
para musuh-musuhnya.

“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah
dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.” (QS. 22 : 39)

2. Islam Berasal dari kata ‘aslama’ ( ‫ )أَسْ لَ َم‬yang berarti menyerah.


Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara ikhlas
menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT. Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan
pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya.
Menunjukkan makna penyerahan ini,

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada
Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah
mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (QS. 4 : 125) 

Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan seluruh jiwa dan raga
kita hanya kepada-Nya. 

“Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam.” (QS. 6 : 162)

Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik yang ada di bumi
maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya kepada Allah SWT, dengan mengikuti
sunnatullah-Nya.

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah
diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada
Allahlah mereka dikembalikan.” (QS. 3 : 83)

3. Islam Berasal dari kata istaslama–mustaslimun : penyerahan total kepada Allah.

“Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.” (QS. 37 : 26)

Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Karena sebagai seorang muslim,
kita benar-benar diminta untuk secara total menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta harta atau
apapun yang kita miliki, hanya kepada Allah SWT. 

Dimensi atau bentuk-bentuk penyerahan diri secara total kepada Allah adalah seperti dalam setiap
gerak gerik, pemikiran, tingkah laku, pekerjaan, kesenangan, kebahagiaan, kesusahan, kesedihan dan
lain sebagainya hanya kepada Allah SWT. Termasuk juga berbagai sisi kehidupan yang bersinggungan
dengan orang lain, seperti sisi politik, ekonomi, pendidikan, sosial, kebudayaan dan lain sebagainya,
semuanya dilakukan hanya karena Allah dan menggunakan manhaj Allah.

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu.”  (QS. 2 : 208)

Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total kepada Allah dalam
melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam menjauhi segala yang dilarang-Nya.

4. Berasal dari kata ‘saliim’ (‫)سلِ ْي ٌم‬


َ yang berarti bersih dan suci.

“Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”


(QS. 26 : 89)

“(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.” (QS. 37: 84)   

Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang mampu menjadikan
para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian jiwa yang dapat mengantarkannya pada
kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat. Karena pada hakekatnya, ketika Allah SWT
mensyariatkan berbagai ajaran Islam, adalah karena tujuan utamanya untuk mensucikan dan
membersihkan jiwa manusia.

 “Allah sesungguhnya tidak menghendaki dari (adanya syari’at Islam) itu hendak menyulitkan kamu,
tetapi sesungguhnya Dia berkeinginan untuk membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat-
Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS. 5 : 6)

 5. Berasal dari ‘salam’ ( ‫ ) َسالَ ٌم‬yang berarti selamat dan sejahtera.

Berkata Ibrahim: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu
kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.” (QS. 19 : 47)

Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada
keselamatan dan kesejahteraan. Karena Islam memberikan kesejahteraan dan juga keselamatan
pada setiap insan.

Pengertian Islam Menurut Istilah 

Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan
rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan
Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia
dan akhirat.’

1. Islam sebagai wahyu ilahi

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. 53 : 3-4)

2. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW)

“Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang
diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan
kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di
antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri.” (QS. 3 : 84)

3. Islam sebagai Pedoman Hidup 

“Al Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.”

(QS. 45 : 20):

4. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW


“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah,
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka,
supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan
sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang
fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. 5 : 49-50)

5. Membimbing manusia ke jalan yang lurus. 

Allah berfirman (QS. 6 : 153)

 “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari
jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.”

6. Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat 

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya
akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan"  (QS. 16 : 97).

Demikian Pengertian Islam Menurut Bahasa dan Istilah dalam Al-Quran.*

a.    Pengertian Wahyu secara Bahasa

    Dikatakan wahaitu ilaih dan auhaitu, bila kita berbicara kepadanya agar tidak diketahui orang lain.
Wahyu adalah isyarat yang cepat. Itu terjadi melalui pembicaran yang berupa rumus dan lambang,
dan terkadang melalui suara semata, dan terkadang pula melalui isyarat dengan sebagian anggota
badan. 
    Al-wahy atau wahyu adalah kata masdar ( infinitif ); dan materi kata itu menunjukkan dua
pengertian dasar, yaitu ; tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu maka dikatakan bahwa wahyu
adalah  : pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat dan khusus ditujukan kepada orang yang
diberitahu tanpa diketahui orang lain.

b.    Pengertian Wahyu dalam Istilah Syar'i

Secara istilah wahyu didefinisikan sebagai : kalam Allah yang diturunkan kepada seorang Nabi`.
Definisi ini menggunakan pengertian maf`ul, yaitu al muha ( yang diwahyukan ).  Ustadz Muhammad
Abduh membedakan antara wahyu dengan ilham . Ilham itu intuisi yang diyakini jiwa sehingga
terdorong untuk mengikuti apa yang diminta, tanpa mengetahui dari mana datangnya. Hal sepeti itu
serupa dengan rasa lapar, haus sedih da senang.

2. JAWABAN NO 2…..

Islam secara kaffah belakang semarak didengungkan. Islam secara kaffah diterjemahkan oleh
sebagian orang dengan kembali ke Al-Quran dan hadits, bahkan penerapan hukum Islam atau negara
Islam. Meskipun kita bisa saja bertanya hukum Islam dan negara Islam dalam madzhab siapa dan era
siapa. Istilah Islam kaffah atau berislam secara kaffah berasal dari Surat Al-Baqarah ayat 208 sebagai
berikut ini: ٌ‫ان إِ َّن ُه لَ ُك ْم َع ُدوٌّ م ُِبين‬ َ ‫ت ال َّشي‬
ِ ‫ْط‬ ُ ‫ِين آ َم ُنوا ْاد ُخلُوا فِي الس ِّْلم َكا َّف ًة َواَل َت َّت ِبعُوا ُخ‬
ِ ‫ط َوا‬ ِ َ ‫ َيا أَ ُّي َها الَّذ‬Artinya, “Wahai orang
yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam. janganlah kalian mengikuti langkah-langkah
setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian,” (Surat Al-Baqarah ayat 208). Awalnya, ayat
ini turun perihal Abdullah bin Salam bersama para sahabatnya yang berasal dari Yahudi Bani Nadhir
di Madinah. Meskipun sudah memeluk Islam, mereka masih terpengaruh oleh norma-norma agama
Yahudi seperti penghormatan terhadap hari Sabtu dan keharaman daging unta. Sikap setengah-
setengah ini yang ditegur oleh Allah SWT sebagai keterangan Syekh Wahbah Az-Zuhayli berikut ini: ‫يا‬
‫ واعملوا بجميع أحكامه فال تنافقوا واحذروا وساوس الشيطان وال‬،‫أيها المؤمنون ادخلوا في اإلسالم بكليته دون تجزئة أو سالموا‬
‫ أخرج الطبراني أن هذه اآلية نزلت في عبد هللا بن سالم وأصحابه من اليهود لما‬.‫تطيعوا ما يأمركم به إنه عدو ظاهر العداوة لكم‬
‫ عظموا السبت وكرهوا اإلبل بعد قبول اإلسالم فأنكر عليهم المسلمون‬Artinya, “Wahai orang yang beriman, masuklah
ke dalam Islam seluruhnya, bukan sebagian-sebagian, atau berdamailah, dan beramallah sesuai
dengan semua hukumnya. Jangan bersikap munafik. Waspadalah bisikan setan. Jangan kalian ikuti
apa yang diperintahkan setan karena ia adalah musuh yang jelas-jelas memusuhimu. At-Thabarani
meriwayatkan bahwa ayat ini turun perihal Abdullah bin Salam dan sahabatnya dari kalangan Yahudi
ketika mereka mengagungkan hari Sabtu dan enggan terhadap daging unta setelah mereka memeluk
Islam. Tetapi sikap mereka diingkari oleh para sahabat rasul lainnya,” (Lihat Syekh Wahbah Az-
Zuhayli, At-Tafsirul Wajiz, [Damaskus, Darul Fikr: tanpa catatan tahun], halaman 33). Kata islam pada
Surat Al-Baqarah ayat 208 ini tidak ada. Yang ada adalah kata ‘as-silmi’. Kata ini yang selanjutnya
diartikan sebagai agama Islam sebagaimana keterangan Syekh M Jamaluddin Al-Qasimi berikut ini:
‫ قال امرؤ القيس بن‬.‫ في اإلسالم‬:‫أي‬-‫ فيهما قراءتان سبعيتان‬،‫بكسر السين وفتحها مع إسكان الالم‬-‫ِين آ َم ُنو ْا ْاد ُخلُو ْا فِي الس ِّْل ِم‬ َ ‫َياأَ ُّي َها الَّذ‬
‫ دعوت عشيرتي للسلم لما رأيتهم تولوا مدبرينا‬:‫ فلست مبدالً باهلل ربا ً وال مستبدالً بالسلم دينا ً ومثله قول أخي كندة‬:‫ عابس‬Artinya,
“Kata ‘as-silmi’ dibaca fathah atau kasrah pada huruf sin dan sukun pada lam. Keduanya merupakan
bacaan qiraah sab’ah. Maksudnya adalah Islam. Umru’ul Qais bin Abis mengatakan dalam syairnya,
Aku tidak mengganti Allah sebagai tuhan/juga tidak mengganti Islam sebagai agama. Akhi Kandah
juga mengatakan, Aku mengajak keluargaku pada Islam/ketika aku melihat mereka berpaling dari
kita,” (Lihat M Jamaluddin Al-Qasimi, Mahasinut Ta’wil, [tanpa keterangan kota dan nama penerbit:
1957 M/1376 H], juz I, halaman 513). Imam Ar-Razi mencoba awalnya melacak arti kata ‘silmi’ dan
‘al-islam’. Menurutnya, makna kata ‘silmi’ dan ‘al-islam’ adalah ketundukan dan kepatuhan itu
sendiri. Dari makna itu, pengertian kedua kata itu lalu berkembang menjadi agama Islam. :‫قال الرازي‬
ً ‫ واإلسالم إنما سمي إسالما‬.]131 :‫ِين [البقرة‬ ُ ‫ إِ ْذ َقا َل لَ ُه َر ُّب ُه أَسْ لِ ْم َقا َل أَسْ لَم‬:‫ قال هللا تعالى‬.‫أصل هذه الكلمة من االنقياد‬
َ ‫ْت ل َِربِّ ْال َعالَم‬
‫ ألن عند الصلح ينقاد كل واحد لصاحبه‬،‫ وهذا أيضا ً راجع إلى هذا المعنى‬.‫ وغلب اسم السلم على الصلح وترك الحرب‬.‫لهذا المعنى‬
‫ َكآ َّف ًة حال‬:‫ أي استسلموا هلل وأطيعوه وال تخرجوا عن شيء من شرائعه‬،‫ ادخلوا في االستسالم والطاعة‬:‫ ومعنى اآلية‬.‫وال ينازعه فيه‬
‫ من الضمير في ادخلوا‬Artinya, “Ar-Razi mengatakan bahwa asal kata ini bermakna tunduk dan patuh.
Allah berfirman, ‘Ketika Tuhannya berkata kepadanya, ‘Tunduklah kamu.’ Ia menjawab, ‘Aku tunduk
kepada Tuhan sekalian alam,’ (Surat Al-Baqarah ayat 131).’ Islam dinamai demikian karena sesuai
dengan makna tersebut. Kata ‘silmi’ dominan mengandung makna damai dan tidak berperang. Ini
juga merujuk pada makna tersebut. Pasalnya, dalam situasi damai, setiap pihak tunduk pada pihak
lain. Tiada satupun pihak yang menentang dalam situasi ini. Pengertian ayat ini seolah berbunyi,
‘Masuklah ke dalam kepasrahan dan ketaatan, yaitu berserahlah dan taatlah kepada Allah. Jangan
kalian keluar sedikitpun dari syariatnya. Sedangkan kata ‘kaffah’ merupakan hal dari dhamir pada
kata ‘udkhulu’,” (Lihat M Jamaluddin Al-Qasimi, Mahasinut Ta’wil, [tanpa keterangan kota dan nama
penerbit: 1957 M/1376 H], juz I, halaman 513). Sedangkan kata ‘kaffah’ berarti seluruhnya tanpa
kecuali. Kedudukan nahwu (tata bahasa Arab) kata ‘kaffah’ pada kalimat ini adalah hal. Oleh
karenanya, ia dibaca manshub yang ditandai fathah di akhir kata. Setiap hal mengandung shahibul
hal. Dengan kata lain, kata kaffah ini merupakan hal dari kata apa? Ulama berbeda pendapat perihal
ini. Sebagian ulama berpendapat bahwa shahibul hal kata ‘kaffah’ adalah ‘fis silmi’. Sebagian ulama
lainnya berpendapat bahwa shahibul hal kata ‘kaffah’ adalah ‘udkhulu’ sebagaimana pendapat Ar-
Razi yang dikutip oleh M Jamaluddin Al-Qasimi dalam tafsirnya di atas. Apa pentingnya mencari
shahibul hal dari kata ‘kaffah’? Konsekuensi atas pilihan shahibul hal yang berbeda juga berimbas
pada perbedaan terjemahan atas ayat tersebut. Kalau kita memilih kata ‘udkhulu’ sebagai shahibul
hal dari kata ‘kaffah’, maka terjemahan ayat tersebut berbunyi, “Wahai orang-orang yang beriman,
masuklah kamu semua tanpa kecuali ke dalam Islam. Tetapi, kalau kita memilih kata ‘fis silmi’
sebagai shahibul hal dari kata ‘kaffah’, maka terjemahan ayat tersebut berbunyi, “Wahai orang-
orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam seutuhnya.” Perbedaan penerjemaah keduanya
tentu memiliki implikasi logika yang berbeda. Dan, penerjemahan terhadap ayat bukanlah
penerjemahan tunggal karena bergantung dari pilihan penerjemah dalam menentukan shahibul hal
kata ‘kaffah’. Hal dan shahibul hal merupakan istilah teknis dalam ilmu nahwu atau tata bahasa Arab.
Pengetahuan terkait ilmu nahwu di sini merupakan satu dari sekian kompetensi dasar yang harus
dikuasai oleh mereka yang mencoba untuk memahami atau sekurangnya menerjemahkan Al-Quran
(termasuk juga hadits) karena Al-Quran itu sendiri berbahasa Arab. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)

Mengenal Islam Komprehensif

Seluruh umat islam wajib mengetahui dan memahami kandungan-kandungan yang ada dalam Al-
Qur'an dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam mempelajarinya pun harus
dengan penuh kehati-hatian karena akan menimbulkan beberapa pemahaman yang malah akan
menjauhkan kita kepada ajaran-Nya. Mempelajari Al-Quran pun harus secara mendasar dan
mendalam namun harus memiliki ruang terbuka dalam berdialog tentang pemahaman Al-Quran. Hal
itu mencegah adanya islam yang radikal. Dan yang perlu diingat adalah, Islam adalah agama yang
tidak dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu, batas-batas geografi. Islam sebagai agama
penyempurna yang selalu terbuka dengan adanya perubahan zaman yang semakin modern. Inilah
yang dinamakan islam komprehensif yaitu islam yang meliputi segala aspek kehidupan.

Karakteristik ajaran Islam yang bersifat komprehensif dilihat dari segi kedudukannya atau
perbandingannya dengan agam-agama samawi yang lainnya. Yakni bahwa ajaran agama Islam
adalah agama terakhir sebagai pelengkap dan penyempurna agama samawi lainnya. Seperti yang
sudah dikatakan sebelumnya bahwa agama Islam mencangkup segala aspek kehidupan diantaranya
adalah akidah, ibadah, akhlak, social, ekonomi, politik, ketatanegaraan, kekeluargaan, kebudayaan,
peradaban dan lain-lain. Karakteristik lainnya adalah humanis. Dapat dilihat dari upaya Islam yang
melindungi hak asasi manusia sebagaimana dapat dilihat dari segi visi, misi dan tujuannya, yakni
bahwa ajaran Islam memiliki ciri tidak hanya mensejahterakan kehidupan dunia dan akhirat tetapi
juga menyejahterakan dalam aspek individual dan social. Selain itu, Islam merupakan agama yang
dinamis yang artinya dilihat dari keadaan dari waktu ke waktu yang selalu berubah dari dari pelbagai
pola seperti pola komunikasi, transaksi dan pelbagai aspek lainnya. Dan hal tersebut dijadikan
sebagai space untuk para ulama melakukan reinterpretasi dan reformasi terhadap ajaran Islam.
Islam yang kosmopolit dapat mempersatukan dan mempersaudarakan manusia di dunia dengan
dasar yang kukuh yakni iman dan takwa kepada Allah SWT. Maka dapat dikatakan bahwa Islam
memiliki nilai-nilai ideal, universal dan unggul. Dengan merujuk pada Al-Qur’an dan Hadits serta para
pendapat ulama,

Islam memiliki macam-macam ajaran pokok yaitu adalah tentang iman (teologis), ibadah dan akhlak.
Dalam penafsiran Al-Quran, banyak ilmu-ilmu yang terkandung didalamnya. Perlbagai ilmu seperti
Ilmu hadis, Ilmu Pendidikan Islam, Dakwah Islamiyah, Fikih (Hukum Islam), Ilmu Kalam, Filsafat Islam,
Tasawuf, Sejarah Islam, Ilmu Pengetahun (Sains) dalam Islam, Kedokteran Islam, Ekonomi Islam,
Sosial dan Politik dalam Islam, Psikologi Islam. Beberapa corak pemikiran Islam terdapat Islam
Normatif merupakan pendekatan yang berangkat dari teks yang telah tertulis dalam kitab suci dan
sampai batas-batas tertentu ia bercorak literalis, tekstualis atau skriptualis. Selanjutnya adalah Islam
Ideologis dimana Islam merupakan sebuah ideology atau cita-cita yang harus diperjuangkan menjadi
dasar atau falsafah hidup sebuah bangsa yang selanjutnya memengaruhi pelbagai keputusan dalam
berbagai bidang kehidupan. Yang berikutnya adalah Islam Politis. Islam Politis berpandangan bahwa
Islam adalah suatu agama yang serba lengkap. Di dalamnya terdapat pula antara lain system
ketatanegaraan atau politik oleh karenanya dalam bernegara umat Islam hendak kembali pada
system ketatanegaraan Islam, dan tidak perlu atau bahkan meniru system ketatanegaraan barat.
Beberapa dinamika pemikiran islam lainnya adalah Islam Formalis, Islam Dogmatis, Islam Eksklusif,
Islam Tekstualis-Letralis, Islam Radikal, Islam Fundamental, dan terakhir Islam Rahmatan Lil Alamin.

3.

1. Pengertian Islam Normatif

Islam berarti berserah diri, patuh, tunduk dan taat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia normatif
berarti berpegang teguh pada norma, aturan dan ketentuan yang berlaku. Kata normatif digunakan
untuk memberikan corak atau sifat terhadap ajaran Islam.

Islam Normatif adalah Islam pada dimensi sakral yang diakui adanya realitas transdental yang
bersifat mutlak dan universal, melampaui ruang dan waktu atau sering disebut realitas ketuhanan.
Kajian Islam Normatif melahirkan tradisi teks, yaitu tafsir, teologi, fiqih, tasawuf dan filsafat.

2. Pengertian Islam Historis

Dalam kamus besar bahasa Indonesia historis berarti sejarah atau suatu kejadian yang terjadi di
masa lalu. Islam historis adalah Islam yang dianut dari masa Rasulullah. Islam historis muncul karena
suatu pemahaman. 

Dalam pemahaman Islam historis tidak ada konsep atau hukum Islam yang bersifat tetap, semuanya
bisa berubah. Semua itu bisa berubah karena adanya 2 faktor, yaitu faktor ruang dan faktor waktu.
Perbedaan :

Islam normatif adalah islam pada dimensi sakral yang diakui adanya realitas transendetal yang
bersifat mutlak dan universal, melampaui ruang dan waktu atau sering disebut realitas ke-Tuhan-an.

Islam historis adalah islam yang tidak bisa dilepaskan dari kesejarahan dan kehidupan manusia yang
berada dalam ruang dan waktu. Islam yang terangkai dengan konteks kehidupan pemeluknya. Oleh
karenanya realitas kemanusiaan selalu berada dibawah realitas ke-Tuhan-an.

5.

Dengan adanya paradigma integrasi dan interkonektif maka akan melepaskan dikotomi antara ilmu
agama dan sains sekuler yang masing-masing bidang saling membatasi diri sedangkan dalam
kehidupan, bidang-bidang tersebut harus saling melengkapi antara satu bidang dengan bidang yang
lain untuk mengatasi suatu masalah atau menentukan suatu hukum

4.

Kerangka dasar wawasan pengetahuan dalam pendidikan islam telah digariskan oleh Al-quran
khususnya pada QS. Surah al-‘Alaq (96):1-5. Disini pengetahuan manusia disebut dengan
“Pembacaan” (al-qira’ah) yang meliputi dua wilayah pokok, yakni: (1) bembacaan “kitab penciptaan”
dan (2) pembacaan “kitab tertulis”. Dengan demikian, pengetahuan manusia adalah sesuatu yang
hushuli (tanpa menutup kemungkinan yang hudhuri ) seiring proses dinamis yang digumulinya dalam
uapaya menyikap tirai-tirai realitas.3 Menurut al-kailani, kelemahan utama wawasan epistemologis
dunia barat terletak pada penyangkalan wahyu sebagai instrumen epistemologis, sedangkan
kelemahan utama dunia islam terletak pada “glorifikasi” wahyu hingga mengabaikan peran akal dan
indera.

Oleh karena itu, dunia islam saat ini hanya piawai dalam melakukan pembacaan terhadap ayat
Alkitab (meskipun belum sampai pada pembacaan produktif), namun mengalami ketertinggalan
dalam melakukan dalam pembacaan al-afaq wal an-fus.4 Proses untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan itulah dikenal dengan istilah epistemologis. Setidaknya ada tiga model sistem berpikir
dalam Islam, yakni bayani, irfani dan burhani yang masing-masing mempunyai pandangan yang
berbeda tentang pengetahuan. Dalam dunia pemikiran, epistemologi menempati posisi penting,
sebab menentukan corak pemikiran dan pernyataan kebenaran yang di hasilkannya. Bangunan dasar
epistemologi berbeda dari satu peradaban dengan yang lain. Perbedaan titik tekan dalam
epistemologi memang sangat besar pengaruhnya dalam konstruksi bangunan pemikiran manusia
secara utuh. Oleh karena itu, perlu pengembangan empirisme dalam satu keutuhan dimensi yang
bermuatan spiritualitas dan moralitas. Berbeda dengan masyrakat Yunani yang diklaim banyak pihak
keilmuan yang berbasis skularislistik, ilmu dalam dunia islam, disemangati oleh nilai-nilai agama dan
nilai-nilai epistimologi keilmuan dan filsafat dalam bingkai yang sangat luar biasa karena komunitas
masyarakat ini mampu memadukan antara kepentingan empiris rasional dengan intusi plus wahyu.

Anda mungkin juga menyukai