Anda di halaman 1dari 12

KEWIRAUSAHAAN

DAMPAK PEMBELAJARAN ONLINE AKIBAT PANDEMI


Oleh:
EUNIKE SITANGGANG 1801070098

Grup kewirausahaan13
Dosen Pengasuh Binsar Tison Gultom,S.Pd,M.Sc

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNVERSITAS HKBP NOMMENSEN
PEMATANGSIANTAR
2020
KATA PENGANTAR

 Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat membuat makalah yang dengan baik dan mendekati
sempurna.
Saya merancang makalah ini dengan bentuk se’sederhana mungkin untuk dapat di
mengerti oleh para pembaca makalah ini, dan dapat diserapi akan ilmu pengetahuan yang
tersirat di dalam makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan – kekurangan yang ada
dalam makalah ini, oleh dari pada itu saya mengharap setidaknya saran maupun kritik dari
bapak dosen saya, demi terciptanya makalah yang lebih baik di masa yang akan datang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan .....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Menganalisis Resiko Dampak Pembelajaran Online
Akibat Pandemi.......................................................................................3
B. Langkah Mengurangi Resiko Terhadap Penurunan Kualitas
Pendidikan Akibat Pandemi....................................................................5
BAB III PENUTUP..................................................................................................8
A. KESIMPULAN............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wabah corona virus disease 2019 (Covid-19) yang telah melanda 215 negara di dunia,
memberikan tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan, khususnya Perguruan Tinggi.
Untuk melawan Covid-19 Pemerintah telah melarang untuk berkerumun, pembatasan sosial
(social distancing) dan menjaga jarak fisik (physical distancing), memakai masker dan selalu
cuci tangan. Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah telah melarang
perguruan tinggi untuk melaksanakan perkuliahan tatap muka (konvensional) dan
memerintahkan untuk menyelenggarakan perkuliahan atau pembelajaran secara daring (Surat
Edaran Kemendikbud Dikti No. 1 tahun 2020). Perguruan tinggi dituntun untuk dapat
menyelenggarakan pembelajaran secara daring atau on line (Firman, F., & Rahayu, S.,
2020).
Tidak sedikit universitas dengan cepat merespon intruksi pemerintah, tidak terkecuali
Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar dengan mengeluarkan surat instruksi
tentang pencegahan penyebaran corona virus diesease (Covid-19) di lingkungan Kampus. Di
surat edaran itu ada poin-poin dan salah satunya adalah anjuran untuk menerapkan
pembelajaran daring. Ada sekitar 65 perguruan tinggi di Indonesia yang telah melaksanakan
pembelajaran daring dalam mengantisipasi penyebaran Covid-19 (CNNIndonesia, 2020).
Jamaluddin, D., Ratnasih, T., Gunawan, H., & Paujiah, E. (2020) menyatakan bahwa
pembelajaran daring memiliki kekuatan, tantangan dan hambatan tersendiri.
Untuk mencegah penyebaran Covid-19, WHO memberikan himbauan untuk
menghentikan acara-acara yang dapat menyebabkan massa berkerumun. Maka dari itu,
pembelajaran tatap muka yang mengumpulkan banyak mahasiswa di dalam kelas ditinjau
ulang pelaksanaanya. Perkuliahan harus diselenggarakan dengan skenario yang mampu
mencegah berhubungan secara fisik antara mahasiswa dengan dosen maupun mahassiswa
dengan mahasiswa. Penggunaan teknologi digital dapat memungkinkan mahasiswa dan dosen
melaksanakan proses pembelajaran walaupun mereka ditempat yang berbeda. Bentuk
perkuliahan yang dapat dijadikan solusi dalam masa pandemi covid-19 adalah pembelajaran
daring.
Menurut Moore, Dickson-Deane, & Galyen (2011) BIODIK: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Biologi Vol. 06, No. 02 (2020), Hal. 214 – 224 216 Ali Sadikin. dkk Pembelajaran
daring merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas,
konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi
pembelajaran. Penelitian yang dikakukan oleh Zhang et al., (2004) menunjukkan bahwa
penggunaan internet dan teknologi multimedia mampu merombak cara penyampaian
pengetahuan dan dapat menjadi alternatif pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelas
tradisional. Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang mampu mempertemukan
mahasiswa dan dosen untuk melaksanakan interaksi pembelajaran dengan bantuan internet.
Pada tataran pelaksanaanya pembelajaran daring memerlukan dukungan perangkatperangkat
mobile seperti smarphone atau telepon adroid, laptop, komputer, tablet, dan iphone yang
dapat dipergunakan untuk mengakses informasi kapan saja dan dimana saja. Perguruan tinggi
pada masa WFH perlu melaksanakan penguatan pembelajaran secara daring. Pembelajaran
secara daring telah menjadi tuntutan dunia pendidikan sejak beberapa tahun terakhir.
Pembelajaran daring dibutuhkan dalam pembelajaran di era revolusi industri 4.0.
Penggunaan teknologi mobile mempunyai sumbangan besar dalam lembaga pendidikan,
termasuk di dalamnya adalah pencapaian tujuan pembelajaran jarak jauh . Berbagai media
juga dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran secara daring. Misalnya
kelas-kelas virtual menggunakan layanan Google Classroom, Edmodo, dan Schoology, dan
applikasi pesan instan seperti WhatsApp . Pembelajaran secara daring bahkan dapat
dilakukan melalui media social seperti Facebook dan Instagram . Pembelajaran daring
menghubungkan peserta didik dengan sumber belajarnya (database, pakar/instruktur,
perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan namun dapat saling
berkomunikasi, berinteraksi atau berkolaborasi (secara langsung/synchronous dan secara
tidak langsung/asynchronous). Pembelajaran daring adalah bentuk pembelajaran jarak jauh
yang memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informasi, misalnya internet, CD-ROOM.

B. Rumusan Masalah
1. Apa resiko dampak pembelajaran online akibat pandemi?
2. Seperti apapengambilan keputusan langkah mengurangi resiko terhadap penurunan
kualitas pendidikan akibat pandemi?

C. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui resiko dampak pembelajaran online akibat pandemi.
2. Untukmengetahui pengambilan keputusan langkah mengurangi resiko terhadap
penurunan kualitas pendidikan akibat pandemi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Menganalisis Resiko Dampak Pembelajaran Online


Pembelajaran daring merupakan pembelajaran "dalam jaringan" sebagai terjemahan dari
istilah online yang bermakna tersambung ke dalam jaringan komputer pembelajaran daring
(online) sebagai strategi pembelajaran yang menyenangkan bagipebelajar (mahasiswa) karena
dapat menyimaknya dengan melalui smartphone, laptop, maupun komputer bukan hanya
sekedar menyimak buku. Pembelajaran daring memiliki beberapa manfaat, di antaranya dapat
(1) meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara mahasiswa dengan dosen,
(2) memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dimana dan kapan saja,
(3) menjangkau mahasiswa dalam cakupan yang luas, dan
(4) mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran.
Namun pembelajaran daring juga memberikan dampak negatif pada pembelajaran yaitu :

 Pembelajaran daring masih membingungkan mahasiswa

Salah satu hal yang menjadi perhatian dalam pembelajaran daring ini adalah
implementasi dari pembelajaran. Barubaru ini banyak mahasiswa yang mengeluhkan tugas
yang banyak tanpa adanya materi yang cukup sehingga mereka agak kewalahan dalam
mengikuti proses pembelajaran. Bahkan aplikasi Whatsapp, e-learning, dan juga Zoom masih
membingungkan bagi mahasiswa. Perkuliahan daring memang membutuhkan adaptasi dan
usaha agar dapat berjalan lancar. Selain itu dibutuhkan usaha untuk memahami materi yang
biasanya disampaikan secara lisan menjadi tulisan dan video atau live streaming. Namun
sejalan dengan itu adanya beberapa keluhan yang dirasakan oleh para siswa dan mahasiswa
dimana mulai dirasakan rasa bosan akibat monotonnya metode pembelajaran. Meskipun
pergeseran paradigma pendidikan abad 21 yaitu informasi, komputasi, otomasi, dan
komunikasi yang merupakan empat komponen penting sebagaimana yang disampaikan oleh
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai ciri dari pendidikan abad 21, namun pilihan
aplikasi dalam pembelajaran daring tetaplah dibutuhkan bahkan pendidik dapat menggunakan
lebih dari satu aplikasi atau menggabungkan pemakaiannya sehingga memudahkan
mahasiswa untuk mengikuti pembelajaran.
 Mahasiswa menjadi pasif, kurang kreatif dan produktif

Hal selanjutnya yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran daring adalah model
pembelajaran yang digunakan oleh pendidik. Meskipun pembelajaran daring
menggunakanberbagaiaplikasi dilaksanakan, namun guru dan dosen tetap harus
memperhatikan bagaimana model pembelajaran dan skenario dari pembelajaran yang akan
dilaksanakan karena pembelajaran tanpa rencana yang matang akan menyulitkan pendidik
dan mahasiswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pada realitasnya masih banyak
pendidik yang memiliki pemahaman bahwa belajar merupakan transmisi pengetahuan
kepada para mahasiswa. Hal ini menyebabkan mahasiswa menjadi pasif, kurang kreatif dan
produktif dalam mengembangkan potensinya. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan
pemahaman baru bahwa belajar merupakan ruang untuk mengembangkan seluruh potensi
para mahasiswa dan mereka diberi kebebasan untuk mengembangkannya sendiri.

 Penumpukan informasi/ konsep pada mahasiswa kurang bermanfaat

Tidak dapat disangkal, bahwa konsep merupakan suatu hal yang sangat penting,
namun bukan terletak pada konsep itu sendiri, tetapi terletak pada bagaimana konsep itu
dipahami oleh mahasiswa. Pentingnya pemahaman konsep dalam prosesbelajar-
mengajarsangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan caracara memecahkan masalah,
untuk itu yang terpenting adalah proses terjadinya belajar yang bermakna dan proses
berpikir bagi mahasiswa. Pada umumnya mereka yang mendapatkan pembelajaran
disekolah seringkali sulit untuk menerapkan pengetahuan yang diperolehnya dengan
permasalahan yang terjadi di dunia nyata, sehingga pengetahuan yang diperolehnya seakan
akan tidak berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Ini adalah tantangan yang dihadapi oleh pendidik untuk meningkatkan kompetensinya
terutama dalam pembelajaran daring atau online ini. Hal ini dikarenakan pembelajaran
daring bukanlah sekedar memberikan tugas tetapi bagaimana pembelajaran tersebut dapat
bermakna sehingga mampu mengantarkan para mahasiswa menjadi manusia yang handal
dalam memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan. Bersama informasi akademis yang
kerap dibagikan lewat media sosial maka berita mengenai COVID-19 ikut lalu lalang
secara masif dan tidak terkendali di berbagai media sosial dan berpotensi menimbulkan
social media fatigue pada mahasiswa. Kelebihan informasi telah terbukti menvebabkan
social media fatigue karena membebani kognisi individu. Social media fatigue adalah
perasaan subjektif pengguna media sosial yang merasa lelah, jengkel, marah, kecewa,
kehilangan minat, atau berkurang-nya motivasi berkaitan dengan interaksi di berbagai
aspek penggunaan media sosial karena banyaknya konten yang ditemui dalam media
social. Social media fatigue menyebabkan individu kehilangan konsentrasi dan fokus
terhadap apa yang harus dikerjakan. Hal ini memicu konsekuensi negatif lainnya yaitu
penurunan performa belajar. Artinya, mahasiswa yang belajar di rumah selama wabah
COVID-19 diduga tidak mampu menampilkan kinerja yang maksimal dan mengalami
penurunan prestasil.

B. Pengambilan Keputusan Langkah Mengurangi Resiko Terhadap Penurunan


Kualitas Pendidikan Akibat Pandemi

Beberapa pemerintah daerah memutuskan menerapkan kebijakan untuk meliburkan siswa


dan mulai menerapkan metode belajar dengan sistem daring (dalam jaringan) atau online.
Kebijakan pemerintah ini mulai efektif diberlakukan di beberapa wilayah provinsi di
Indonesia pada hari Senin, 16 Maret 2020 yang juga diikuti oleh wilayah-wilayah provinsi
lainnya. Tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi beberapa sekolah di tiap-tiap daerah. Sekolah-
sekolah tersebut tidak siap dengan sistem pembelajaran daring, dimana membutuhkan media
pembelajaran seperti handphone, laptop, atau komputer.
Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap
muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang
menggunakan jaringan internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap
berjalan, meskipun siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media
pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online).

Hal ini sesuai dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait
Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa
Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19).
Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC) atau laptop
yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat melakukan pembelajaran
bersama diwaktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti WhatsApp (WA),
telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai media pembelajaran.
Dengan demikian, guru dapat memastikan siswa mengikuti pembelajaran dalam waktu yang
bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda.
Semua sektor merasakan dampak corona. Dunia pendidikan salah satunya. Dilihat dari
kejadian sekitar yang sedang terjadi, baik siswa maupun orangtua siswa yang tidak memiliki
handphone untuk menunjang kegiatan pembelajaran daring ini merasa kebingungan, sehingga
pihak sekolah ikut mencari solusi untuk mengantisipasi hal tersebut. Beberapa siswa yang
tidak memiliki handphone melakukan pembelajaran secara berkelompok, sehingga mereka
melakukan aktivitas pembelajaran pun bersama. Mulai belajar melalui videocall yang
dihubungkan dengan guru yang bersangkutan, diberi pertanyaan satu persatu, hingga
mengapsen melalui VoiceNote yang tersedia di WhatsApp. Materi-materinya pun diberikan
dalam bentuk video yang berdurasi kurang dari 2 menit.
Permasalahan yang terjadi bukan hanya terdapat pada sistem media pembelajaran akan
tetapi ketersediaan kuota yang membutuhkan biaya cukup tinggi harganya bagi siswa dan
guru guna memfasilitasi kebutuhan pembelajaran daring. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan
internet menjadi melonjak dan banyak diantara orangtua siswa yang tidak siap untuk
menambah anggaran dalam menyediakan jaringan internet.
Hal ini pun menjadi permasalahan yang sangat penting bagi siswa, jam berapa mereka
harus belajar dan bagaimana data (kuota) yang mereka miliki, sedangkan orangtua mereka
yang berpenghasilan rendah atau dari kalangan menengah kebawah (kurang mampu). Hingga
akhirnya hal seperti ini dibebankan kepada orangtua siswa yang ingin anaknya tetap
mengikuti pembelajaran daring.
Pembelajaran daring tidak bisa lepas dari jaringan internet. Koneksi jaringan internet
menjadi salah satu kendala yang dihadapi siswa yang tempat tinggalnya sulit untuk
mengakses internet, apalagi siswa tersebut tempat tinggalnya di daerah pedesaan, terpencil
dan tertinggal. Kalaupun ada yang menggunakan jaringan seluler terkadang jaringan yang
tidak stabil, karena letak geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler. Hal ini juga
menjadi permasalahan yang banyak terjadi pada siswa yang mengikuti pembelajaran daring
sehingga kurang optimal pelaksanaannya.
Ramai diberbagai media sosial yang menceritakan pengalaman orangtua siswa selama
mendampingi anak-anaknya belajar baik positif maupun negatif. Seperti misalnya ternyata
ada orangtua yang sering marah-marah karena mendapatkan anaknya yang sulit diatur
sehingga mereka tidak tahan dan menginginkan anak mereka belajar kembali di sekolah.
Kejadian ini memberikan kesadaran kepada orangtua bahwa mendidik anak itu ternyata
tidak mudah, diperlukan ilmu dan kesabaran yang sangat besar. Sehingga dengan kejadian ini
orangtua harus menyadari dan mengetahui bagaimana cara membimbing anak-anak mereka
dalam belajar. Setelah mendapat pengalaman ini diharapkan para orangtua mau belajar
bagaimana cara mendidik anak-anak mereka di rumah.
Perlu disadari bahwa ketidaksiapan guru dan siswa terhadap pembelajaran daring juga
menjadi masalah. Perpindahan sistem belajar konvensional ke sistem daring amat mendadak,
tanpa persiapan yang matang. Tetapi semua ini harus tetap dilaksanakan agar proses
pembelajaran dapat berjalan lancar dan siswa aktif mengikuti walaupun dalam kondisi…
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pandemi Covid-19 memaksa kebijakan social distancing, atau di Indonesia
lebih dikenalkan sebagai physical distancing (menjaga jarak fisik) untuk
meminimalisir persebaran Covid-19. Jadi, kebijakan ini diupayakan untuk
memperlambat laju persebaran virus Corona di tengah masyarakat. Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) merespon dengan kebijakan belajar dari
rumah, diantaranya berupa kebijakan khusus para peserta didik dimulai dari TK,
SD, SMP, SMA sampai PT belajar dari rumah. Namun pembelajaran daring juga
memberikan dampak negatif pada pembelajaran yaitu :
1. Pembelajaran daring masih membingungkan mahasiswa
2. Mahasiswa menjadi pasif, kurang kreatif dan produktif
3. Penumpukan informasi/ konsep pada mahasiswa kurang bermanfaat

Sebagai soludi dalam mengurangi kualitas pendidikan Guru dapat melakukan


pembelajaran bersama diwaktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti
WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai
media pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat memastikan siswa mengikuti
pembelajaran dalam waktu yang bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

PLACENTUM , Jurnal Ilmiah Kesehatan dan Aplikasinya, Vol.8 (2) 2020


Zhang, D., Zhao, J. L., Zhou, L., & Nunamaker, J. F. (2004). Can e-learning replace
classroom learning? Communications of the ACM.
Sadikin, A., & Hakim, N. (2019). Pengembangan Media E-Learning Interaktif Dalam
Menyongsong Revolusi Industri 4.0 Pada Materi Ekosistem Untuk Siswa
SMA. BIODIK, 5(2), 131-138.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://jurnal.uns.ac.id/placentum/article/download/43008/280
02&ved=2ahUKEwjPzvWSn73tAhUHzjgGHTbaB2oQFjABegQICRAB&usg=AOvVaw1o3
fVDrdgccVOM9EeQbb39

Anda mungkin juga menyukai