Anda di halaman 1dari 7

1

MANUSIA :Hakekat, Martabat dan Tanggungjawabnya

A. Eksistensi dan Martabat Manusia

Manusia perlu mengenal dan memahami hakikat dirinya sendiri agar


mampu mewujudkan eksistensi yang ada dalam dirinya. Pemahaman dalam hidup
akan mengantar manusia pada kesediaan untuk mencari makna serta arti
kehidupan agar hidupnya tidak sia-sia. Eksistensi manusia di dunia merupakan
tanda kekuasaan Allah SWT terhadap hamba-hamba-Nya, bahwa Dialah yang
menciptakan, menghidupkan dan menjaga kehidupan manusia. Dengan demikian,
tujuan diciptakannya manusia dalam konteks hubungan manusia dengan Allah
SWT adalah dengan mengimani Allah SWT serta memikirkan ciptaan-Nya untuk
menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan dalam
konteks hubungan manusia dengan manusia serta manusia dengan alam adalah
untuk berbuat amal, yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap
sesama manusia, serta tidak merusak alam. Terkait dengan tujuan hidup manusia
dengan manusia lain dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia

Dalam Q.S. Al-Anbiya [21:107] yang artinya “Dan tiadalah kami mengutus
kamu, melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam” Ayat ini menerangkan tujuan
manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi
rahmat bagi alam semesta. Arti kata rahmat adalah karunia, kasih sayang dan
belas kasih. Jadi manusia sebagai rahmat merupakan manusia yang diciptakan
oleh Allah SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada alam
semesta.  

2. Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia

Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses dunia dan akhirat dengan
cara melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia
sebagai individu. Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat [16:97] yang artinya
2

“Barang siapa mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan


dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Allah SWT akan memberikan
kepadanya kehidupan yang baik dan akan diberi balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dengan apa yang telah mereka kerjakan”. 

3. Tujuan Individu dalam Keluarga

Manusia di dunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhluk sosial yang
mempunyai sifat hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain..
Hampir semua manusia, pada awalnya merupakan bagian dari anggota kelompok
sosial yang dinamakan keluarga. Dalam ilmu komunukasi dan sosiologi, keluarga
merupakan bagian dari klasifikasi kelompok sosial dan termasuk dalam small
group atau kelompok terkecil karena paling sedikit anggotanya. Namun
keberadaan keluarga sangat penting karena merupakan bentuk khusus dalam
kerangka sistem sosial secara keseluruhan. Small group seolah-olah merupakan
miniatur masyarakat yang juga memiliki pembagian kerja, kode etik
pemerintahan, prestige, ideologi, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan tujuan
individu dalam keluarga adalah agar individu tersebut menemukan ketentraman,
kebahagiaan dan membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah.
Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Oleh sebab itu, wajar bagi manusia baik
laki-laki dan perempuan membentuk keluarga.

Tujuan manusia berkeluraga menurut Q.S. Ar-Rum [30:21] yang artinya "Dan 
diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara
kamu rasa kasih sayang . Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaaum yang mau berfikir."

Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia supaya tentram. Untuk menjadi
keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu,
dalam kelurga harus dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.  

4. Tujuan Individu dalam Masyarakat


3

Setelah hidup berkeluarga, manusia mempunyai kebutuhan untuk bermasyarakat.


Tujuan hidup bermasyarakat yaitu mencari keberkahan yang melimpah dalam
hidup. Kecukupan kebutuhan hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti
perumahan, makan, pakaian, kebutuhan sosial (bertetangga), kebutuhan rasa
aman, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat mudah
diperoleh apabila masyarakat beriman dan bertakwa. Apabila masyarakat tidak
beriman dan bertakwa, maka Allah akan memberikan siksa dan jauh dari
keberkahan. Oleh sebab itu, apabila dalam suatu masyarakat ingin hidup damai
dan serba kecukupan, maka kita harus mengajak setiap anggota masyarakat untuk
memelihara iman dan takwa. Allah berfirman dalam Q.S. Al-A’raf [7:96] yang
artinya“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya”.

Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:

a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu


masyarakat.
b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya.
5. Tujuan Individu dalam Bernegara

Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang untuk menemukan jati diri
sebagai pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat/bersentuhan
dengan dunia sosial. Lebih dari itu manusia sebagai individu dari masyarakat
memiliki jangkauan yang lebih luas lagi yakni dalam kehidupan bernegara. Maka,
tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi warga negara yang baik di dalam
lingkungan negara untuk mewujudkan negara yang aman, nyaman serta makmur.

6. Tujuan Individu dalam Pergaulan Internasional

Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan


internasional/dunia luar. Dalam era globalisasi, kita sebagai makhluk hidup yang
ingin tetap eksis, maka kita harus bersaing dengan ketat untuk menemukan jati
4

diri serta pengembangan kepribadian. Jadi tujuan individu dalam pergaulan


internasional adalah menjadi individu yang saling membantu dalam kebaikan dan
individu yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk dalam dunia
globalisasi agar tidak kalah dan terlena dengan indahnya dunia.

B. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah

Manusia diturunkan ke bumi ini bukanlah hanya sebagai penghias atau


pelengkap di bumi semata, tetapi manusia sesungguhnya mempunyai kedudukan,
peran, dan tugas yang telah melekat padanya yang terbawa sejak ia lahir ke dunia.

Manusia telah dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tanggung jawab


sebagai hamba Allah dan seorang khalifah di bumi,karena manusia merupakan
makhluk yang paling istimewa dibanding dengan makhluk-makhluk yang lainnya.
Mereka dipilih untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada dengan cara
mereka sendiri dan tanpa melepas tanggung jawab.

1. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah

Ayat Al-Qur’an menyebutkan bahwa manusia merupakan makhluk yang


diciptakan oleh Allah dari tanah, kemudian berkembang biak melalui sperma dan
ovum dalam suatu ikatan pernikahan yang suci serta proses biologis produktivitas
manusia (Q.S Al- Mukminun:12-16) Dalam konteks ini, Nabi Muhammad SAW
bersabda, "Bahwasanya seseorang kamu dihimpunkan kejadiannya di dalam perut
ibu selama 40 hari, kemudian berupa segumpal darah seperti itu pula lamanya,
kemudian berupa segumpal daging seperti itu pula lamanya. Kemudian Allah
mengutus seorang malaikat, maka diperintahkan kepada malaikat: engkau
tuliskanlah amalannya, rezekinya, ajalnya, dan celaka atau bahagianya. Kemudian
ditiupkanlah roh kepada makhluk tersebut" (HR. Bukhari).20

Kesadaran bahwa manusia hidup di dunia sebagai makhluk ciptaan Allah


dapat menumbuhkan sikap andap asor dan mawas diri bahwa dirinya bukanlah
Tuhan. Oleh sebab itu, ia melihat sesama manusia sebagai sesama makhluk, tidak
ada perhambaan antar manusia. Jadi, seorang istri tidak menghamba pada suami,
5

seorang pegawai tidak menghamba pada pengusaha, dan seorang rakyat tidak
menghamba pada pemerintah. Bagi manusia, yang patut menerima perhambaan
dari manusia tak lain adalah Allah. Allah tidak menciptakan manusia selain untuk
menghamba atau beribadah kepada-Nya (Q.S. Adz-Dzariyat:56). Segala yang ada
di langit dan bumi, baik dengan suka maupun terpaksa, sesungguhnya pun
berserah diri kepada Allah (Q.S. Ali Imran:83). Oleh karena itu, tidak berlaku
konsep manusia sebagai homo homoni lopus atau manusia sebagai pemangsa bagi
manusia yang lain. Tidak ada keistimewaan antara satu manusia dengan manusia
lain kecuali taqwanya kepada Allah. Eksistensi manusia bukan untuk menjadi
yang terkuat (struggle for the strongest and the fittest), melainkan untuk menjadi
yang paling bijak (struggle for the wisest).

Sebagai hamba Allah, manusia memikul tanggung jawab pribadi, orang


yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain (Q.S. Al-An'am:164) dan pada
hari kiamat nanti mereka datang kepada Allah dengan sendiri-sendiri (Q.S.
Maryam:95). Ini membuktikan bahwa manusia sebagai hamba Allah memiliki
kebebasan individual atas dirinya sendiri namun tetap bertanggung jawab atas
lingkungan sekitarnya.

2. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah di Muka Bumi


Khalifah berasal dari kata “khalafa” yang berarti mengganti. Khalifah
diartikan pengganti karena ia menggantikan yang didepannya. Dalam bahasa
Arab, kalimat “Allah menjadi khalifah bagimu” berarti Allah menjadi pengganti
bagimu dari orang tuamu yang meninggal. Allah menjadikan manusia sebagai
khalifah di bumi berarti Allah menyerahkan pengolahan dan pemakmuran bumi
bukan secara mutlak kepada manusia. Di samping arti ini khalifah juga
menunjukan arti pemimpin negara atau kaum. Kata khalifah dengan arti pemimpin
terdapat dalam Q.S. Shad [38 :26] dimana Allah mengangkat Nabi Daud As.
sebagai khalifah di bumi untuk memimpin manusia dengan adil dan tidak
mengikuti hawa nafsu.
Allah SWT. Memberikan anugerah-Nya kepada Bani Adam sebagai
makhluk yang paling mulia; mereka disebutkan di kalangan makhluk yang
6

tertinggi yaitu para malaikat, sebelum mereka di ciptakan. Untuk itu, Allah Swt
berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah [2:30] yang artinya "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah”. Arti khalifah pada Q.S. Shad [38:26] bertugas
untuk menegakkan hukum Allah di bumi dan menciptakan kemaslahatan manusia
sedangkan arti khalifah pada Q.S. Al-Baqarah [2:30] bertugas untuk
memakmurkan dan mengelola bumi.
Setiap kebajikan yang dilakukan manusia atas kehendak dan pilihannya itu
merupakan kemuliaan, malaikat yang bertabiat tunduk tidak dapat mencapai
kemuliaan itu. Untuk itu ada dua argumentasi manusia dijadikan khalifah di muka
bumi, yang dapat dikemukakan yaitu :
a. Kemuliaan manusia pertama (Nabi Adam As) yang dapat digambarkan adanya
perintah Allah, supaya malaikat bersujud kepada Nabi Adam As. karena
kekhususan Nabi Adam As. yang memiliki ilmu pengetahuan, yang berbeda
dengan ilmu pengetahuan malaikat yang tidak memungkinkan karena dari
usaha sendiri sesuai firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah [2:32] yang artinya
“Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain
dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
b. Kekhalifahan Nabi Adam As. di muka bumi ini adalah karena mempunyai
kemungkinan untuk dibebani amanat kemanusiaan, serta pertanggungjawaban
dari amal usahanya, serta rentetan-rentetan cobaan, berbeda dengan malaikat
yang ditakdirkan dengan patuh dan bebas dari godaan-godaan.

Ayat-ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang khalifah selalu berkaitan dengan


tugas-tugas dan tanggung jawab. Hal ini memberikan suatu peringatan serta
pelajaran kepada manusia sebagai khalifah agar mereka melihat dan memandang
keadaan sebelum mereka sendiri serta apa yang harus mereka lakukan sebagai
khalifah sebab semua perbuatan yang dilakukan akan ada pertanggungjawaban di
hadapan Allah SWT.
7

Anda mungkin juga menyukai