Landasan Teori
Sintaksis adalah ilmu bahasa yang mempelajari susunan kalimat dan bagiannya
atau bisa juga disebut ilmu tata kalimat. Menurut Kushartanti (2005, hal. 123),
sintaksis merupakan bagian dari subsistem tata bahasa atau gramatika. Sintaksis
menelaah struktur satuan bahasa yang lebih besar dari kata, mulai dari frasa hingga
kalimat.
Dalam gramatika bahasa Jepang kalimat disebut dengan bun. Bun tersebut disusun
oleh sejumlah bunsetsu dan bunsetsu disusun oleh sejumlah kata atau tango
2.1.1.1 Tango
Tango atau kata adalah satuan gramatika terkecil yang membentuk kalimat dalam
bahasa Jepang. Tango dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni jiritsu-go dan fuzoku-go.
Jiritsu-go merupakan sebuah tango yang dapat berdiri sendiri, memiliki arti
tersendiri, dan dapat membentuk sebuah bunsetsu tanpa bantuan tango lainnya
9
(Dooshi, i-keiyooshi, na-keiyooshi, meishi, rentaishi, fukushi, setsuzokushi, dan
sebuah tango yang tidak dapat berdiri sendiri, tidak memiliki arti tersendiri, dan
tidak dapat terbentuk menjadi bunsetsu dengan sendirinya (termasuk joshi dan
joodoshi). Fuzoku-go memerlukan bantuan dari tango lainnya untuk menjadi sebuah
さくら はな さ
Contoh tango dalam 「 桜 の花 が咲いた」(Sudjianto et al, 2004,hal. 138) :
o Jiritsu-go : 桜, 花, 咲いた
o Fuzoku-go : の, が
2.1.1.2 Bunsetsu
Bunsetsu adalah satuan gramatika yang lebih besar dari tango yang membentuk
sebuah kalimat dalam bahasa Jepang. Bunsetsu terdiri atas tango–tango, seperti
jiritsu-go dan fuzoku-go yang dibantu oleh tango lainnya. Bunsetsu tersebut
さくら はな さ
Contoh bunsetsu dalam 「 桜 の花 が咲いた」(Sudjianto et al, 2004,hal. 138) :
o 桜の / 花が / 咲いた
Bunsetsu dapat membuat suatu kalimat, namun kalimat tidak dibentuk
saling memiliki hubungan. Menurut Hirai Masao yang dikutip oleh Sudjianto dan
10
bunsetsu lainnya pada sebuah kalimat (Sudjianto et al, 2004,hal. 182). Hubungan
menjadi jawaban dari pertanyaan “apa” dan bunsetsu lainnya berupa predikat
な
Contoh shugo – jutsugo no kankei dalam kalimat 「ベルが鳴る」
(Sudjianto et al, 2004,hal. 183) :
- ベルが 鳴る。
S P
(Apa yang berbunyi : bel + Bel melakukan apa : berbunyi)
kankei)
(
selanjutnya (hishuushokugo) Sudjianto et al, 2004,hal. 183).
おお つき
Contoh shuushoku – hishuushoku no kankei dalam kalimat 「大 きい月 が
み
見える」(Sudjianto et al, 2004,hal. 183) :
- 大きい → ←月が 見える。
Shuushokugo → ←hishuushokugo
11
Hubungan setara (taitoo no jankei)
(
dideretakan dengan setara Sudjianto et al, 2004,hal. 184).
はし きし
Contoh taitoo no jankei dalam kalimat 「橋 や岸 がめちゃめちゃになっ
た」(Sudjianto et al, 2004,hal. 184) :
- 橋や→ ←岸 がめちゃめちゃになった。
(
memberikan makna tambahan Sudjianto et al, 2004,hal. 185).
あめ ふ
Contoh fuzoku no kankei dalam kalimat 「雨 が降っている」(Sudjianto et
al, 2004,hal. 185) :
- 雨が 降って→ ←いる。
bunsetsu 1 bunsetsu 2 + bunsetsu lain
12
あさおそ き
Contoh setsuzoku no kankei dalam kalimat 「朝遅 く来てみたけれどまだ
だれ
誰 もいなかった」(Sudjianto et al, 2004,hal. 185) :
- 朝遅く来てみた けれど まだ誰もいなかった。
Setsuzoku
(
panggilan, perasaan, jawaban, atau saran Sudjianto et al, 2004,hal. 185).
たいへん
Contoh dokuritsu no kankei dalam kalimat 「おやおや、これは大変 」
(Sudjianto et al, 2004,hal. 186) :
- おやおや、これは大変。
dokuritsugo
2.1.1.3 Bun
Bun atau kalimat adalah satuan gramatika yang lebih besar dari bunsetsu dalam
bahasa Jepang. Bagian dasar bun merupakan gabungan dari beberapa bunsetsu. Bun
merupakan bagian yang memiliki serangkaian makna dalam suatu wacana yang
(
dibatasi oleh tanda titik Sudjianto et al, 2004,hal. 139).
kalimat dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yakni : kalimat tunggal dan kalimat
majemuk. Kalimat majemuk itu sendiri dapat dibagi menjadi kalimat majemuk setara,
kalimat majemuk tidak setara dan kalimat majemuk campuran (Widyaningsih, 2010).
13
• Kalimat tunggal (Tanbun)
dasar yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Namun kalimat tersebut
たなか せんせい
- 田中さんは先生 です。
• Kalimat majemuk (Fukubun)
Kalimat majemuk tercipta jika terdapat dua kalimat tunggal atau lebih. Dalam
かぜ かいしゃ やす
- 風邪をひいて、会社 を休 んだ。
- Klaus tambahan atau anak kalimat (Juusetsu)
かぜ かいしゃ やす
- 風邪をひいて、会社 を休 んだ。
- Klausa pelengkap atau menerangkan subjek atau objek (Seibunsetsu)
(
Contoh Sutedi, 2011,hal. 68):
Jika dilihat dari kalimat atau bun di atas, setiap kalimat memiliki unsur–unsur
gramatika. Untuk menyusun sebuah kalimat dalam sebuah bahasa, diperlukan subjek,
predikat, dan objek. Dalam gramatika bahasa Jepang urutan susunan dasar kalimat
tersebut adalah subjek, objek, dan predikat. Hal tersebut disampaikan oleh Tsujimura
“We also assume the basic word order in Japanese is SOV. We may, however,
say that since Japanese allows the OSV order, a verb and its object need not be a
constituent.”
Terjemahan:
“kami juga menganggap bahwa urutan kata dasar dalam bahasa Jepang
adalah SOV. Kita mungkin, bagaimanapun, mengatakan sejak Jepang
memungkinkan urutan OSV, kata kerja dan obyeknya tidak perlu menjadi
konstituen.”
Teori di atas juga didukung oleh Yassir (2004,hal. 173) yang mengatakan bahwa
kaidah struktur frasa dalam bahasa Jepang memiliki urutan SOV atau subjek, objek,
dan predikat.
kalimat. Subjek tersebut dapat berupa sebuah kata maupun sebuah frasa (Widjono,
- Memperjelas makna
- Pokok pikiran
15
- Mempertegas makna
Subjek terdiri atas kata benda, nama orang, kata ganti orang, kata tunjuk dan
sebagainya (Arif et all, 2009,hal. 47). Subjek dapat mengalami pelesapan. Pelesapan
subjek tersebut disebut juga denga elipsis. Elipsis bertujuan untuk memperoleh
atau pendengar sudah mengetahui sesuatu meskipun sesuatu itu tidak disebutkan
Predikat dapat berupa nama orang, kata benda, kata sifat, nama profesi, dan
sebagainya (Arif et all, 2009,hal. 47). Sama seperti subjek, predikat dapat berupa
kata dan frasa. Predikat tersebut digunakan sebagai (Widjono, 2007,hal. 148) :
kalimat.
- Mempertegas makna
- Sebutan.
16
Contoh (Dewi, 2011,hal. 46) :
た
- デウィさんは きのう パンを 食べました。
P
tetang suatu yang dinyatakan dalam kalimat. Kata keterangan berfungsi menjelaskan
dan untuk melengkapi informasi pesan dalam kalimat. Kata keterangan memliki
beberapa jenis, yakni kata keterangan tempat, kata keterangan waktu, kata
keterangan alat, kata keterangan cara, kata keterangan modalitas, kata keterangan
aspek, kata keterangan tujuan, kata keterangan sebab, dan kata keterangan tujuan
17
2.2 Teori Semantik (Imiron)
sebuah bahasa. Semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu sema (kata benda) yang
berarti tanda atau lambang. dan seamino (kata kerja) yang berarti menandai atau
melambangkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ilmu Semantik adalah ilmu yang
Sematik merupakan pelafalan lain dari "Ia semantique" yang diukir oleh M. Breal
dari Perancis. Ia mengungkapkan bahwa semantik merupakan satu cabang studi pada
linguistik general dan analisis tentang makna-makna linguistik (Parera, 1991,hal. 14).
Semantik merupakan ilmu bahasa yang mempelajari arti kata atau makna kata.
Selain mempelajari arti kata atau makna kata, semantik juga memberikan hubungan
terhadap konsep dan tanda bahasa yang mewakilinya. Semantik merupakan bidang
linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa. Selain itu semantik juga mengkaji
makna tanda bahasa, yaitu kaitan antara konsep dan tanda bahasa yang
Teori semantik merupakan bagian dari teori linguistik yang cukup luas. Semantik
tersebut tidak hanya mencakup studi mengenai makna, di dalamnya terdapat studi
mengenai tentang sintaks dan fonetik. Semantik berkaitan dengan makna non-
kalimat, seperti frase dalam kalimat, atau dengan seluruh kalimat. Heasley (2004,hal.
“Chemical theory deals with chemical facts, such as the fact that iron rusts in
water. Semantic theory deals with semantic facts, facts about meaning.”
Terjemahan :
“Teori kimia berhubungan dengan fakta – fakta kimia, seperti fakta bahwa
besi akan berkarat di dalam air. Teori semantik pun berhubungan dengan fakta-
fakta semantik, fakta tentang makna.”
18
Dalam ungkapan Heasley di atas, menyatakan bahwa teori semantik berhubungan
Peranan dari kata dan frase dalam semantik pun penting. mengungkapkan, kata
dan frase dapat masuk ke dalam berbagai hubungan semantik antara yang satu
yang relevan dengan menggunakan analisis linguistik. Sama halnya dengan kalimat,
untuk menyampaikan sebuah ide atau pikiran yang mewakilkan suatu makna. Makna
tersebut terdapat pada kata, frasa, maupun kalimat (Sutedi, 2011,hal. 127).
tersebut dapat dimengerti oleh orang lain. Namun terkadang satu kata
Satu kata dalam bahasa Jepang, jika dibandingkan dalam bahasa Indonesia
dapat menjadi beberapa kata yang berbeda. Oleh karena itu, relasi makna
19
Contoh (Sutedi, 2011,hal. 128) :
ことば
o 言葉をはっするのグルップ
Bahasa Jepang Bahasa Indonesia
はな
話す Berbicara
い
言う Berkata
しゃべる Ngomong
Setiap makna dapat dimengerti jika dilihat dari setiap kata dan strukturnya.
Namun dalam klausa, hal tersebut belum dapat dilakukan karena terkadang
leksikal.
あし あら
o 足 を洗 う。 → Makna leksikal : mencuci kaki.
→ Makna idomatik : berhenti berbuat jahat.
Suatu kalimat disusun oleh serangkaian kata dengan strukturnya. Oleh karena
itu makna kalimat pun di tentukan pula oleh makna kata yang menyusunnya.
20
Contoh (Sutedi, 2011,hal. 130) :
Dalam sebuah bahasa, terdapat makna. Makna tersebut terbagi menjadi dua,
yakni makna denotatif dan makna konotatif. Persamaan antara kedua makna tersebut
105 – 106).
こども
o 子供 → Anak
Makna konotatif merupakan makna kiasan atau makna yang sesuai dengan
hidup atau norma pada masyarakat tertentu dan dapat berubah dari waktu ke
21
Contoh (Sutedi, 2011,hal. 132):
こども
o 子供 → tidak mau diatur
→ kurang pertimbangan
seseorang untuk memahami makna suatu kata. Setiap medan makna akan tercocokan
dengan medam makna yang lain sehingga dapat membentuk suatu keutuhan bahasa
Menurut Chaer (1994, hal. 315), medan makna merupakan bagian dari sistem
semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari suatu bidang kebudayaan atau
realitas dalam alam semesta tertentu yang direalisasikan dengan seperangkat unsur
leksikal yang maknanya saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain.
bahwa medan makna adalah bagian dari kehidupan atau realitas dalam alam semesta
tertentu dan direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling
22
2.3 Konsep Ganbaru
Ada dua konsep utama dari orientasi prestasi yang dapat diamati hampir di
seluruh bagian dari negara Jepang yakni gaman dan ganbaru. Dari kedua kata
tersebut, konsep yang paling penting merupakan ganbaru. Konsep ganbaru tersebut
merupakan suatu pondasi dari karakter dan semangat masyarakat Jepang. Ganbaru
yang berarti “bertahan, tidak menyerah, dan teguh berdiri”, adalah kata yang sering
diucapkan oleh orang Jepang. Orang Jepang selalu berkata ganbarimasu yang berarti
“saya akan bertahan atau saya tidak akan menyerah”, ganbarimashou yang berarti
“mari bertahan atau jangan pernah menyerah”, dan ganbatte yang berarti
Konsep ganbaru itu sendiri sudah ada sejak jaman Edo. Menurut kesimpulan
Akiko, pada jaman Edo, ganbaru memiliki makna (2006, hal. 137) :
①見張る。見逃さないように、気をつけてみる。目を凝らしてみる。
②目をつける。ねらう。
③座を占める。一つの所にじっとして動かない。
④声を出してガンバル。
Terjemahan :
Dari jaman Edo, makna ganbaru tersebut terus berkembang dan perubahan. Pada
①見張る、監視する。
②頑固に座を占める。
③自分の主張るを譲らない。頑として、我を張る。
23
Terjemahan :
Lalu dari jaman Meiji, makna ganbaru tersebut berkembang lagi. Pada jaman
Taisei sampai berakhirnya perang, ganbaru makna (Akiko, 2006, hal. 140 – 142) :
①見張る、監視する。
②頑固に座を占める。
③自分の主張るを譲らない。頑として、我を張る。
④どんなことにも屈せず最後まで続ける。
Terjemahan :
berakhirnya hingga saat ini, ganbaru memiliki makna (Akiko, 2006, hal. 148 -154):
①見張る、監視する。
②頑固に座を占める。
③自分の主張るを譲らない。頑として、我を張る。
④どんなことにも屈せず最後まで続ける。
⑤苦しさに負けず努力する、一所懸命やる。
⑥挨拶的なガンバル。
Terjemahan :
24
Makna dari ganbaru sekarang itu didukung oleh pernyataan Haghirian (2011),
bahwa ganbaru merupakan bekerja keras dan tidak menyerah sampai tujuan tercapai
Terjemahan :
“Ganbaru adalah sebuah proses yang aktif, dengan pengertian bahwa kita
harus berusaha dengan sekeras apapun agar mencapai tujuan tertentu. Orang–
orang mengikuti ganbaru untuk mencoba meraih tujuan atau menyelesaikan
masalah atau tugas, walaupun prosesnya cukup berat. Dalam masyarakat Jepang,
menyerah pada suatu rencana atau mencari jalan penyelesaian yang lebih mudah
dianggap sebagai kelemahan.
Oleh karena itu, Ganbaru adalah melakukan sesuatu yang terbaik atau tidak akan
pernah menyerah. Namun terkadang makna ganbaru lebih dalam dari pada itu. Hal
tersebut juga dapat berarti menyelesaikan tugas atau masalah dan tidak akan berhenti
「頑 張れ」は、最後まであきらめうな、手を抜くな、と励まして、
“
思いやる言葉である。「頑張れ」 ということばにはいい意味にまま生き
残っておらいたい (2001, hal. 133).”
Terjemahan :
“[Ganbare] adalah berusaha hingga akhir tanpa menyerah, tidak lepas tangan,
bersemangat dan bersimpati. [Ganbare] memiliki makna yang bagus, yakni
bertahan hidup (2001, hal. 133).”
Berusaha keras, tanpa menyerah hingga akhir merupakan bagian dari ganbaru
tersebut juga disetujui oleh Shoji dan Hirotase (2001, hal. 234) yang mengatakan
bahwa:
“Ganbaru is used when someone does his best or makes an effort to get the
best result, without being defeated by hardship or difficulties.”
25
Terjemahan:
Pernyataan Shoji dan Hirotase di atas juga didukung oleh Albach. Albach
mengungkapkan bahwa :
“Ganbaru means to commit oneself fully to a task and to bring that task to an
end (1994, hal. 388).”
Terjemahan:
“Ganbaru berarti untuk melibatkan diri sepenuhnya untuk sebuah tugas dan
membawa tugas yang hingga akhir (1994, hal. 388).”
menyerah, maka segala sesuatu yang dikerjakan olehnya akan menghasilkan hal yang
Berhenti atas suatu masalah atau tugas yang sedang dilakukan, akan membuat
penyelesaian dan keberhasilan tugas atau masalah tersebut menjadi tidak mungkin.
Keberhasilan tidak dapat diraih hanya dengan ketekunan, namun juga usaha pantang
menyerah.
Terjemahan :
26
Oleh karena itu, untuk mengurangi kemungkinan kegagalan tersebut dibutuhkan
Oleh karena keuletan serta kerja keras, Amanuma menyebut ganbaru sebagai
kata kunci dari budaya negara Jepang. Menurut Allison (1994, hal. 119 – 120), yang
Terjemahan :
Selain sebagai budaya dari masyarakat Jepang, Ganbaru juga menjadi ekspresi
Jepang akan merasa tidak enak apabila mereka tidak melakukan sesuatu untuk
hal. 104), mengungkapkan bahwa semangat juga merupakan bagian dari ganbaru.
27
“The spirit is honed through repetitive, imitative practice, hyperconditioning,
and a tight managerial control that channels that fighting spirit into collective
ends. It is the spirit of ganbaru, which is not, as it is usually glossed, doing one’s
best, but doing more than one’s best. ganbaru or gattsu is an ethos of
overachievement and superhuman effort.”
Terjemahan :
“Suatu semangat yang diasah secara terus menerus, dengan kondisi dan
kontrol yang ketat maka dapat menciptakan semangat untuk berjuang. Semangat
berjuang itulah yang disebut dengan ganbaru, yang sering digunakan untuk
melakukan yang terbaik, dan melakukan lebih dari yang terbaik. Ganbaru atau
gattsu, adalah sebuah etos pencapaian yang lebih dan usaha dari manusia super.”
yang digunakan oleh seseorang untuk melakukan sesuatu yang terbaik dari yang
terbaik. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil akhir yang baik dan
mengurangi kegagalan.
Dalam masyarakat Jepang sekarang ini, kata “ganbaru” sering digunakan dalam
kehidupan sehari–hari. Kata ganbaru itu sendiri mencerminkan sikap kerja keras dan
keuletan dari masyarakat Jepang itu sendiri. Ganbaru tersebut disebabkan oleh letak
geografis negara Jepang dimana negara Jepang mudah untuk terkena banjir, gempa
bumi, angin typhoon, dan tsunami. Selain itu ada ganbaru disebabkan oleh kelas
sosial yang tumbuh pada masyarakat Jepang sejak jaman Meiji, masyarakat Jepang
terbagi menjadi beberapa kelompok sosial. Untuk tidak jatuh ke dalam kelas sosial
yang terendah maka masyarakat Jepang berusaha dengan gigih, selain itu masyarakat
yang berada di kelas bawah pun berjuang untuk meningkatkan tingkat sosial mereka
28
Davies dan Ikemo juga mengungkapkan bahwa masyarakat Jepang sangat
“The Japanese make up their minds to begin something, they tend to think
“ganbaru” in the initial stages of the project (2002, hal. 84).”
Terjemahan :
sangat sering, karena sebelum mereka melakukan sesuatu, mereka lebih dahulu
Mereka pun menggunakan kata ganbaru pada akhir surat untuk menyatakan
ekspresi mereka kepada si penerima surat tersebut agar bisa memberikan suatu
dorongan untuk terus bekerja keras sampai tujuan mereka tercapai. Hal tesebut sama
seperti yang digunakan oleh para murid di Jepang ketika mereka berusaha belajar
dengan keras demi kelulusan dari sekolah yang sedang mereka tempuh (Davies dan
Dalam perguruan tinggi di Jepang pun, ganbaru tetap digunakan oleh para
Terjemahan :
“Bahkan para mahasiswa dan mahasiswi pun diperkuat oleh nasihat seorang
guru atau dosen untuk "ganbatte" (terus berusaha). Mereka selalu membalasnya
dengan tersenyum kecut dan membalas ganbarimasu atau (saya akan terus
melakukannya) (Brown, 2004, hal. 21).”
29
Para olahragawan juga menggunakan kata ganbaru untuk berusaha melatih diri
apa yang menurut mereka terbaik dan berusaha untuk berjuang sperti apa yang ada
Selain digunakan oleh olahragawan dan para guru kepada muridnya, para orang
tua di Jepang pun tidak ada yang tidak mengatakan kata “ganbare” kepada anak
mereka khususnya pada saat mejelang ujian. Hal tersebut membuat ganbaru berguna
“The phrase has turned into a word for people to greet other (aisastu)
(Amano, 1999, hal. 224).”
Terjemahan :
“Frase tersebut telah berubah menjadi kata yang digunakan untuk menyapa
orang lain (salam) (Amano, 1999, hal. 224).”
Walaupun ganbaru telah menjadi kata sapaan, terkadang makna dari paham
ganbaru tersebut menjadi sangat ekstrim. Masyarakat Jepang ingin melakukan yang
lebih terbaik dari yang terbaik. Hal tersebut menyebabkan pengaruh yang negatif
fenomena workaholic atau dunia kerja keras (Amano, 1999, hal. 224).
Manusia adalah mahluk yang hidupnya terlibat dengan alam sekitarnya untuk
bertahan hidup. Oleh karena itu, manusia memiliki hasrat atau keinginan yang kuat
untuk tetap hidup. Berdasarkan hasrat atau keinginan itu tersebut yang mendorong
30
Tujuan tersebut disebut dengan motif. Motif adalah suatu alasan atau dorongan
tertentu. Sobur (2003, hal. 267) mengatakan bahwa motif merupakan implus atau
dorongan yang memberi energi pada tindakan manusia sepanjang tindakan perilaku
Motif itu sendiri adalah dasar daripada motivasi. Motif adalah dasar penggerak
dari motivasi. Di Jepang sendiri, motivasi merupakan kerja keras dan pantang
Terjemahan :
menghasilkan hasil tertentu, hasil tersebut mempunyai nilai positif baginya dan hasil
tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan oleh seseorang. Namun,
motivasi itu pun tidak dapat berjalan jika tidak memiliki motivator. Dilihat dari unsur
instrinsik yakni perasaan kita, maupun unsur ekstrinsik yakni orang lain. Apabila
memiliki motivator, maka motivasi yang dimiliki seseorang akan semakin kuat.
31
“All true motivation is self-motivation to action. Acquiring the skills of self
motivation to action and making it a habit is not easy, but it is doable. Every one
of us has the potential inside. Sometimes it takes master motivation to unlock the
potential in us (Batten dan Hansen, 1995, hal. xiv).”
Terjemahan :
Selain motivator, sebuah tujuan atau motif yang kuat dan jelas juga dapat
memperjelas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai (O'Neil dan Drillings, 1994,hal.
4).Karena sebuah motivator dan motif atau tujuan merupakan dasar dari motivasi itu
sendiri. Jika kedua dasar motivasi disatukan dan berjalan selaras, maka akan
menghasilkan kekuatan motivasi yang kuat untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Seperti yang dikatakan oleh Kaoru (2001, hal. 133) pada teori ganbaru di atas,
pastinya terpengaruhi oleh konsep dari akirameruna tersebut (de Mente, 2004, hal.
22).
”Every japanese was programmed to the point that once they had set out to
do something, they could not turn back or give up. Akiramenai or I can’t give up
became a bywords, and not being able to give up became a part of the fate of the
Japanese (2004, hal. 22).”
32
Terjemahan :
Oleh karena itu, Akirameruna dipakai oleh masyarakat Jepang pada saat mereka
telah menentukan apa tujuan mereka, dan berusaha untuk mencapainya tanpa putus
asa.
Dari seluruh budaya dalam masyarakat Jepang, salah satunya adalah isshokenmei.
Isshokenmei merupakan bagian dari ganbaru yang suatu budaya dari masyarakat
Jepang yang sudah ada dari jaman samurai. Pengertian isshokenmei pada jaman itu
adalah “putting one’s life on the line” yang artinya “membahayakan nyawa sendiri”
Pada saat ini, isshokenmei memiliki makna yang berbeda di mata masyarakat
Jepang.
Terjemahan :
33
Isshokenmei merupakan sebuah usaha yang menggambarkan usaha keras dalam
melakukan sesuatu.
34