Anda di halaman 1dari 21

Dibuat sebagai tugas Mata Kuliah Bunpou Riron

UNGKAPAN PENGANDAIAN ~と; ~ば; ~たら; ~なら DALAM


BAHASA JEPANG

PENYUSUN :

NAMA : Wawan Agung Gumelar


NIM : 12117069
PRODI : SASTRA JEPANG
DOSEN PEMBIMBING : Aulia Arifbillah A, S.S., M.Hum.

SEKOLAH TINGGI ILMU BAHASA ASING (STIBA) INVADA CIREBON


Jl.Bridgen Darsono No.20, Kertawinangun, Kedawung, Cirebon, Jawa Barat 45153
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini penulis membahas materi yang berjudul
“UNGKAPAN PENGANDAIAN ~ と ; ~ ば ; ~ た ら ; ~ な ら DALAM
BAHASA JEPANG”.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan
wawasan kepada pembaca mengenai cara menggunakan ungkapan pengandaian
dalam Bahasa Jepang.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang dimiliki penulis dan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun
demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Selain itu, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.

Cirebon, 28 Mei 2020

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB 1 : PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah................................................................... 2
1.3. Tujuan ......................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN............................................................................. 3
2.1. ~ To (Kalimat Syarat)「と」..................................................... 3
2.2. ~ Tara (Kalimat Pengandaian)「たら」.................................. 6
2.3. ~ Ba (Kalimat Syarat)「ば」..................................................... 9
2.4. ~ Nara (Kalimat Pengandaian)「なら」................................. 11
2.5. 4 形式の使い分け ...................................................................... 12  
2.6. Substitusi「~と/~ば/~たら/~なら」.................................. 13

BAB III : PENUTUP..................................................................................... 17


3.1. Kesimpulan ................................................................................. 17
3.2. Saran ............................................................................................ 17  

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 18 

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa Jepang merupakan salah satu Bahasa asing yang jumlah
pembelajarnya banyak di Indonesia. Menurut data The Japan Foundation tahun
2003 tercatat ada 430 lembaga pendidikan menengah atas (SMU), 78 lembaga
universitas, dan 98 lembaga umum yang membuka jurusan bahasa Jepang. Di
antara pembelajar tersebut, tidak sedikit yang mengalami kesulitan ketika
mempelajarinya. Salah satu penyebabnya adalah karena bahasa Jepang memiliki
kekayaan kosakata, di mana tiap kata memiliki makna dan cara penggunaan yang
berbeda, namun ketika diterjemahkan, banyak kata dalam bahasa Jepang yang
memiliki arti sama dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kata ( 優 し い
yasashii) dan (親切 shinsetsu), keduanya memiliki arti ‘ramah’ atau ‘baik-hati’.
Kata (優しい yasashii) digunakan untuk menjelaskan watak, sifat, karakter dari
seseorang dan menjelaskan tentang wujud, pandangan, apa yang nampak dari luar.
Selain itu kata ( 優しい yasashii) juga digunakan untuk menilai watak asli dari
seseorang. Sedangkan kata ( 親 切 shinsetsu) lebih tepat jika digunakan untuk
menjelaskan cara pandang seseorang terhadap orang lain yang timbul sebagai
akibat dari apa yang telah dilakukan seseorang terhadap orang lainnya, tetapi kata
(親切 shinsetsu) kurang tepat jika digunakan kepada sahabat atau keluarga yang
masih ada hubungan darah (Yamamoto,2003:101).
Hal-hal tersebut kadang masih membingungkan bagi seseorang yang
sedang mempelajari bahasa Jepang. Demikian pula halnya dengan pengungkapan
pengandaian dalam bahasa Jepang. Menurut buku Shokyuu o Oshieru Hito no
Tame no Nihongo Bunpou Hando bukku (Matsuoka et al,2000:220), pengandaian
dalam bahasa Jepang dapat diungkapkan menggunakan beberapa konjungsi yaitu
to, ba, tara dan nara.
Konjungsi adalah partikel yang digunakan untuk menggabungkan kata
dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa,kalimat dengan kalimat atau
paragraf dengan paragraf (Kridalaksana, 1983:90). Konjungsi berfungsi
menyambungkan suatu kalimat dengan kalimat lain atau menghubungkan bagian
kalimat dengan bagian kalimat lain (Sudjianto, 2004:170). Konjungsi to,ba, tara
dan nara masuk dalam kelas kata (setsuzokujoshi 接続助詞) karena tidak dapat
1
2

mengalami perubahan bentuk, dan tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu kata
(Sudjianto, 2004:181). Konjungsi to, ba, tara dan nara berfungsi untuk
menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, permasalahan yang akan


diteliti oleh penulis adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah penjelasan, fungsi dan pola kalimat dan konjungsi to, ba,
tara dan nara ?
2. Bagaimanakah contoh dan cara penggunaan konjungsi to, ba, tara dan
nara ?
3. Apakah konjungsi to, ba, dan tara dapat saling menggantikan ?

1.3 Tujuan Penyusunan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penyusunan makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan pengertian, fungsi dan pola kalimat berkonjungsi to, ba,
tara dan nara.
2. Memahami contoh dan cara penggunaan konjungsi to, ba, tara dan nara
serta maknanya.
3. Mengetahui perihal saling menggantikan (substitusi) antara konjungsi to,
ba, tara dan nara.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ~ To (Kalimat Syarat)「と」(Secara konstan atau umum)


Penjelasan :
Pola kalimat ini digunakan untuk menunjukkan bahwa jika syarat yang
dinyatakan pada kalimat pertama (anak kalimat) terjadi, maka isi yang dinyatakan
pada kalimat kedua (kalimat pokok) juga terjadi secara pasti dan berurutan sebagai
akibat dari syarat tersebut.
Pada dasarnya, kata penghubung “to” menunjukkan hubungan sebab dan
akibat secara konstan atau berurutan seperti fenomena alam, penggunaan mesin,
kebiasaan, tata cara, hal yang biasanya pasti terjadi, hal yang terjadi secara berturut-
turut, dsb.
Pola kalimat : 辞書形/ない形 (Anak kalimat) と、Predikat (Kalimat pokok)
Pelekatan konjungsi to pada predikat anak kalimat.

(Matsuoka (2000:220), Suzuki (1998:123), dan Sunagawa (1998 :287)).


Keterangan :
Tanda (X) menunjukkan kategori yang tidak dapat di hubungkan dengan
konjungsi to.
Tanda (O) menunjukkan kategori yang dapat dihubungkan dengan konjungsi to.

Fungsi :
Menurut Matsuoka (2000:220), Suzuki (1998:123) dan Sunagawa (1998 :287) :
1) Menjelaskan sesuatu yang terjadi secara berulang-ulang.
2) Menjelaskan hubungan ketergantungan .
3) Menjelaskan sesuatu yang terjadi secara alami.
4) Menyatakan kebiasaan .
5) Menyatakan hasil dari pengoperasian mesin.
6) Menjelaskan hubungan sebab -akibat.

Contoh kalimat :
(1) 3月の後半になると、桜が咲き始めます。
Sangatsu no kouhan ni naru to, sakura ga sakihajimemasu.
‘Kalau pertengahan bulan Maret tiba,bunga Sakura mulai mekar’.

3
4

*menjelaskan kejadian yang terjadi secara berulang-ulang dan pasti terjadi,


yaitu bahwa setiap pertengahan bulan maret tiba bunga sakura mulai
mekar.

(2) 交差点を曲がると、すぐかれのマンションが見えた。
Kousaten wo magaru to, sugu kare no manshon ga mieta.
‘Kalau belok di perempatan, segera terlihat tempat tinggalnya’.
*menjelaskan hubungan ketergantungan (kalau ada P maka akan ada Q),
yaitu bahwa tempat tinggalnya akan terlihat kalau belok di perempatan.

(3) 窓を開けると、冷たい風が入ってきた。
Mado wo akeru to, tsumetai kaze ga haittekita.
‘Begitu jendelanya dibuka angin dingin akan masuk’.
*menjelaskan sesuatu yang terjadi secara alami, yaitu bahwa pada saat
musim dingin jika kita membuka jendela maka angin dingin akan masuk
ke dalam ruang. Konjungsi to pada contoh kalimat.

(4) 先生は教室に入ってくると授業を始められた。
Sensei wa kyoushitsu ni haittekuru to, jugyou wo hajimerareta.
‘Begitu guru masuk ruang kelas, pelajaran dimulai’.
*menyatakan suatu kebiasaan yang biasanya terjadi atau kebiasaan yang
dilakukan seseorang.

(5) お金を入れてボタンを押すと、切符が出てきます.
Okane wo irete botan wo osu to, kippu ga dete kimasu.
‘Kalau uangnya dimasukkan kemudian tombolnya ditekan maka
karcisnya akan keluar.’
*menyatakan hasil yang didapat dari pengoperasian suatu alat atau mesin
yang umumnya terjadi.

(6) その話を聞くと悲しくなった。
Sono hanashi wo kiku to kanashikunatta.
‘Kalau mendengar pembicaraan itu saya menjadi sedih.’
*menjelaskan hubungan sebab-akibat yaitu disebabkan mendengar
pembicaraan itu mengakibatkan menjadi sedih.

Selain itu, “to” tidak dapat digunakan untuk menunjukkan maksud pembicara
seperti perintah, larangan, perizinan, keharusan, permintaan, keinginan, harapan,
undangan, dsb dalam kalimat pokok. Kalimat dibawah ini hanya bisa digunakan oleh
konjungsi ba dan tara.
5

Contoh :
Perintah (命令)
時間が(×あると/ ○あれば/ ○あったら)、旅行に行きなさい。
Jikan ga (×aru to/ ○are ba/ ○atta ra), ryokoo ni ikinasai.
Jika ada waktu, pergilah jalan-jalan!

Larangan (禁止)
時間が(×あると/ ○あれば/ ○あったら)、旅行に行ってはいけません。
Jikan ga (×aru to/ ○are ba/ ○atta ra), ryokoo ni itte wa ikemasen.
Jika ada waktu, jangan pergi jalan-jalan!

Perizinan (許可)
時間が(×あると/ ○あれば/ ○あったら)、旅行に行ってもいいですか。
Jikan ga (×aru to/ ○are ba/ ○atta ra), ryokoo ni itte mo ii desuka.
Jika ada waktu, bolehkah saya pergi jalan-jalan?

Kewajban (義務)
時間が(×あると/ ○あれば/ ○あったら)、旅行に行かなければなりません。
Jikan ga (×aru to/ ○are ba/ ○atta ra), ryokoo ni ikanakereba narimasen.
Jika ada waktu, maka harus pergi jalan-jalan.

Permintaan (依頼)
時間が(×あると/ ○あれば/ ○あったら)、旅行に行ってください。
Jikan ga (×aru to/ ○are ba/ ○atta ra), ryokoo ni itte kudasai.
Jika ada waktu, mohon pergi jalan-jalan!

Keinginan/Ajakan (意志)
時間が(×あると/ ○あれば/ ○あったら)、旅行に行きましょう。
Jikan ga (×aru to/ ○are ba/ ○atta ra), ryokoo ni ikimashou.
Jika ada waktu, bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan?

Harapan (希望)
時間が(×あると/ ○あれば/ ○あったら)、旅行に行きたいです。
Jikan ga (×aru to/ ○are ba/ ○atta ra), ryokoo ni ikitai desu.
Jika ada waktu, maka saya ingin pergi jalan-jalan.

Undangan (勧誘)
時間が(×あると/ ○あれば/ ○あったら)、旅行に行きませんか。
Jikan ga (×aru to/ ○are ba/ ○atta ra), ryokoo ni ikimasenka.
Jika ada waktu, maukah kamu pergi jalan-jalan denganku?
6

2.2. ~ Tara (Kalimat Pengandaian)「たら」(Setiap kasus secara terbatas)


Penjelasan :
Pola kalimat ini digunakan untuk menunjukkan bahwa jika pengandaian yang
dinyatakan pada kalimat pertama (anak kalimat) terjadi, maka isi yang dinyatakan
pada kalimat kedua (kalimat pokok) juga ikut terjadi.
Pada dasarnya, “-tara (atau dara)” menunjukkan hubungan antara
pengandaian dan kejadian pada setiap kasus atau setiap situasi secara terbatas (bukan
seperti kalimat syarat “-to” atau “-ba” yang menyatakan syarat secara umum dan
konstan seperti fenomena alam dan kebiasaan umum). Pengandaian yang dinyatakan
pada kalimat pertama dan kejadian yang dinyatakan pada kalimat kedua berlangsung
secara berurutan.
Pola kalimat ini dapat dikatakan sebagai bahasa lisan, dan digunakan dalam
percakapan secara luas, tetapi tidak tepat digunakan dalam penulisan.
Pola kalimat : た形 (Anak kalimat) たら、無制限 (Kalimat pokok)

(Matsuoka 2000:223, Suzuki 1998:124dan Sunagawa 1998 :276).


Keterangan :
Tanda (X) menunjukkan kategori tersebut di atas tidak dapat dihubungkan dengan
konjungsi tara.
Tanda (O) menunjukkan kategori tersebut di atas dapat dihubungkan dengan
konjungsi tara.

Fungsi :
Menurut Matsuoka (2000:223), Suzuki (1998:124), dan Sunagawa (1998 :276) :
1) Menyampaikan suatu pengandaian yang tidak nyata.
2) Untuk menyatakan sebab-akibat.
3) Untuk menyampaikan saran.
4) Menjelaskan kebiasaan yang dilakukan.

Contoh Kalimat.
(1) 私が鳥だったら、一日中空を飛び回りたい。
Watashi ga toridattara, ichinichijyu sora wo tobi mawaritai.
‘Kalau saya burung, saya ingin terbang di langit seharian’.
7

*menyampaikan suatu pengandaian yang tidak nyata atau hanya berandai-


andai saja.
(2) 薬を飲んだら、頭痛が治った。
Kusuri wo nondara, zutsuu ga naotta.
‘Kalau minum obat, sakit kepala akan sembuh.’
*menyatakan hubungan sebab-akibat yaitu sakit kepala akan sembuh karena
minum obat.
(3) 風邪ですか。じゃ薬を飲んで寝たらどう。
Kaze desuka. Jya, kusuri wo nonde netara dou.
‘Apakah kamu masuk angin? Jika begitu bagaimana kalau minum obat
kemudian istirahat’ .
*digunakan untuk memberi saran agar orang yang diberi saran melakukan
apa yang kita sarankan.
(4) 夏になったら、家族とキャンプに行ったものだ。
Natsu ni nattara, kazoku de kyanpu ni itta mono da.
‘Kalau musim panas tiba, (biasanya) pergi berkemah bersama keluarga’.
*digunakan untuk menyampaikan kebiasaan yang dilakukan dari dulu
sampai sekarang.

Selain itu, bentuk “tara” digunakan untuk menyatakan suatu anggapan, kondisi
konfirmasi, kondisi faktual, dsb.
(1) 仮定条件 (Anggapan) :
雨が降ったら、遠足は中止です。=> O ば X と
Ame ga futtara, ensoku wa chuushi desu.
Jika turun hujan, piknik dibatalkan.
(2) 確定条件 (Konfirmasi) :
夜になったら、買い物に行きましょう。=> X ば X と
Yoru ni nattara, kaimono ni ikimashou.
Jika malam tiba, mari kita berbelanja.
(3) 事実的条件 (Fakta) :
雨戸を開けたら、朝の光が入ってきました。=> X ば X と
Amado wo aketara, kaimono ni ikimashou.
Jika membuka pintu jendela, cahaya mentari pagi akan masuk.

“Bentuk tara” juga dapat digunakan untuk menyatakan maksud pembicara


seperti keinginan, permintaan, ajakan, dsb.
8

Maksud
高校を卒業したら、親の仕事を手伝うつもりです。
Koukou wo sotsugyoo shita-ra, oya no shigoto o tetsudau tsumori desu.
Kalau sudah tamat SMA, saya bermaksud membantu pekerjaan orang tua saya.

Keinginan
大きくなったら、ジャカルタで働きたいです。
Ookiku natta-ra, Jakarta de hataraki tai desu.
Kalau sudah menjadi besar, saya ingin kerja di Jakarta.
 
Ajakan
仕事がおわったら、遊びに行きましょう。
Shigoto ga owatta-ra, asobi ni iki-mashoo.
Kalau sudah selesai kerja, mari kita pergi bermain.
 
Permintaan
お金が貯まったら、僕と結婚してください。
Okane ga tamatta-ra, boku to kekkon shite kudasai.
Kalau uangnya sudah banyak ditabung, tolong menikahlah denganku.
 
Adapun, “Tara (dara)” dapat digunakan untuk menunjukkan kejadian yang
dinyatakan pada kalimat kedua terjadi akibat aksi yang dinyatakan pada kalimat
pertama secara berturut-turut dan tidak sengaja seperti penemuan, kejutan, hal yang
tidak menguntungkan, dan sebagainya pada masa lampau.
Contoh :
公園で散歩していたら、ケンさんと会った。
Kooen de sanpo shite ita-ra, Ken-san to atta.
Saat jalan-jalan di taman, saya bertemu dengan Ken. (lampau)
 
映画館に行ったら、休みだった。
Eega-kan ni itta-ra, yasumi datta.
Saya pergi ke bioskop, tetapi tutup. (lampau)

2.3 ~ Ba (Kalimat Syarat)「ば」(Secara umum dan logis)


Penjelasan :
Pola kalimat ini digunakan untuk menunjukkan bahwa jika syarat yang
dinyatakan pada kalimat pertama (anak kalimat) terjadi, maka isi yang dinyatakan
pada kalimat kedua (kalimat pokok) juga terjadi secara umum dan logis. Syarat
tersebut diperlukan untuk terjadinya isi yang dinyatakan pada kalimat pokok.
Pada dasarnya, bentuk syarat “-ba” menunjukkan hubungan syarat dengan
kejadian secara umum dan logis (bukan pengandaian pada setiap kasus), dan
9

menyatakan hal yang biasa terjadi seperti kebiasaan umum, teori, dsb (penggunaan
ini mirip kata penghubung “to”). Selain itu, biasanya isi yang dinyatakan pada
kalimat kedua diharapkan oleh pembicara di bawah syarat yang dinyakakan pada
kalimat pertama.
Pola kalimat : KK/KS/KB (Anak kalimat) ば、 Predikat (Kalimat pokok)
*KS-na/KB (+なら)
Cara pembentukan syarat positif :
KK-1/KK-2/KK-3 = Akhiran “u” diubah menjadi “eba”
KS-i = Akhiran “i” diubah menjadi “kereba”.
KS-na/KB = Dibubuhkan “nara” dibelakangnya.
Cara pembentukan syarat negatif :
KK-1/KK-2/KK-3 = Akhiran “nai” diubah menjadi “nakereba”.
KS-i = Akhiran “i” diubah menjadi “ku nakereba”
KS-na/KB = Dibubuhkan “de nakereba” di belakangnya.
Pelekatan konjungsi ba pada predikat anak kalimat

(Matsuoka 2000:222, Suzuki 1998:124 dan Sunagawa 1998 :276).


Keterangan :
Tanda (X) menunjukkan kategori tersebut di atas tidak dapat dihubungkan dengan
konjungsi ba.
Tanda (O) menunjukkan kategori tersebut di atas dapat dihubungkan dengan
konjungsi ba.

Fungsi :
Menurut Matsuoka (2000:222), Suzuki (1998:124), dan Sunagawa (1998:276) :
1) Menjelaskan sesuatu yang selalu dan umumnya terjadi.
2) Menyatakan suatu perumpamaan.
3) Menjelaskan hubungan ketergantungan (jika A maka B).
4) Menderetkan kata yang bermakna sejajar.
Contoh kalimat :
(1) 春になれば桜が咲く。
Haru ni nareba, sakura ga saku.
‘Kalau musim semi tiba bunga sakura akan mekar’.
*menjelaskan sesuatu yang selalu dan umumnya terjadi, yaitu bahwa setiap
musim semi tiba bunga sakura akan mekar.
10

(2) ほこりも積もれば山となる。
Hokori mo tsumoreba, yama to naru.
‘Debupun kalau dikumpulkan bisa jadi gunung’.
*menyatakan suatu perumpamaan yang maknanya biarpun sedikit tapi
kalau kita rajin mengumpulkan sesuatu lama-lama akan menjadi banyak.

(3) わからないことがあれば、いつでも聞いてください。
Wakaranai koto ga areba, itsudemo kiite kudasai.
‘Kalau ada yang tidak dipahami silahkan bertanya kapan saja’.
*menyatakan hubungan ketergantungan (jika A maka B), yaitu bahwa jika
tidak mengerti maka diperbolehkan bertanya kapan saja.

(4) 彼には、お金もなければ才能もない。
Kare wa okane mo nakereba, sainou mo nai
‘Laki-laki itu uang-pun tidak punya, kepandaian-pun juga tidak ada’.
*digunakan untuk menyatakan kata yang bermakna sejajar, seperti contoh
kalimat di atas yang maknanya bahwa laki-laki tersebut selain tidak punya
uang juga tidak punya kepandaian sehingga tidak ada sisi baiknya.

Jika perdikat dalam anak kalimat merupakan kata sifat atau kata kerja yang
menyatakan keadaan seperti “aru” dan “nai”, maka maksud pembicara seperti
keinginan, perintah, permintaan, dsb dapat dinyatakan dalam kalimat pokok.
(penggunaan ini mirip “tara”).
Contoh :
Maksud
機会が(○あれば / ×あると)、またインドネシアに行くつもりです。
Kikai ga (○ar-eba / ×aru to), mata Indonesia ni iku tsumori desu.
Kalau ada kesempatan, saya bermaksud untuk pergi ke Indonesia lagi.

Ajakan
時間が(○あれば / ×あると)、また会いましょう。
Jikan ga (○ar-eba / ×aru to), mata aimashou.
Kalau ada waktu, mari kita bertemu lagi.
Permintaan
(○わからなければ / ×わからないと)、何でも聞いてください。
(○wakara-nakereba / ×wakara-nai to) nan demo kiite kudasai.
Kalau tidak mengerti, silakan tanya apa saja.
11

 
Perintah
風邪を(○ひきたくなければ / ×ひきたくないと)、早く寝なさい。
Kaze o (○hikitaku nakereba / ×hikitaku nai to), haya-ku ne-nasai.
Kalau tidak mau masuk angin, cepatlah tidur.

2.4 ~ Nara (Kalimat Pengandaian)「なら」(Pendapat)


Penjelasan :
Pola kalimat ini digunakan untuk memberikan pendapat atau pesan
pembicara terhadap hal yang dinyatakan sebagai pengandaian. Pengandaian
dinyatakan pada kalimat pertama (anak kalimat), sedangkan pendapat pembicara
seperti permintaan, masukan, ajakan, dsb dinyatakan pada kalimat kedua (kalimat
pokok). Pada dasarnya, pengandaian tersebut bukan informasi baru, tetapi telah
menjadi seperti topik dalam konteks percakapan sebelumnya.

Pola kalimat : 普 通 形 (KK) + ( の ) な ら 、 Predikat ( 話 者 の 判 断 (penilaian


pembicara/pendapat))
名詞(KB)/形容詞(KS) なら、Predikat
*“KS-na / KB + nara” (tidak dapat disertai “no” di depan “nara”)

Fungsi :
Untuk mengandaikan suatu kenyataan yang akan terjadi dan menyatakan sikap
terhadap akibat apabila kenyataan itu benar-benar terjadi (Sudjianto, 2000 : 90).

Contoh Kalimat :
Kata Kerja
モナスに行く(の)なら、トランスジャカルタが便利です。
Monas ni iku (no) nara, Trans Jakarta ga benri desu.
Kalau pergi ke Monas, Trans Jakarta yang praktis.
 
ケンさんが来る(の)なら、私は行きません。
Ken-san ga kuru (no) nara, watashi wa ikimasen.
Kalau Ken datang, saya tidak akan pergi. 
日本に行く(の)なら、その前に日本語を勉強したほうがいいです。
Nihon ni iku (no) nara, sono mae ni Nihon-go o benkyoo shita hoo ga ii desu.
Kalau mau pergi ke Jepang, sebaiknya belajar bahasa Jepang terlebih dahulu.
 
使わない(の)なら返してください。
Tsukawa-nai (no) nara kaeshite kudasai.
Kalau tidak dipakai, tolong dikembalikan.
 
Kata Sifat
12

嫌いなら、食べなくてもいいです。
Kirai nara, tabe-nakute mo ii desu.
Kalau tidak suka, tidak perlu makan.
 
日本人と結婚したい(の)なら、私の友達を紹介しますよ。
Nihonjin to kekkon shitai (no) nara, watashi no tomodachi o shookai shimasu yo.
Kalau ingin menikah dengan orang Jepang, saya akan perkenalkan dengan teman
saya.

Kata Benda
バイクなら日本製が一番です。
Baiku nara Nihon-see ga ichiban desu.
Kalau sepeda motor, buatan Jepang yang nomor satu.
 
サーフィンならバリ島がおすすめです。
Saafin nara Bali-too ga osusume desu.
Kalau selancar, yang saya rekomendasikan adalah Pulau Bali.
 
ダイビングなら、パプアのラジャアンパットが有名です。
Diving nara, Papua no Raja Ampat ga yuumee desu.
Kalau diving, yang terkenal adalah Raja Ampat di Papua.

2.5. 4 形式の使い分け 
Seperti yang telah dijelaskan di atas, kata penghubung dalam bentuk
pengandaian memiliki fungsi dan cara penggunaannya masing-masing dalam
pembentukan kalimat, dan memungkinkan pula masing-masing kata penghubung
untuk saling menggantikan satu sama lain dalam kondisi tertentu, seperti:
1. Kata penghubung “と” menunjukkan syarat secara umum dan konstan, jadi tidak
memungkinkan digunakan untuk menunjukkan maksud pembicara seperti
keinginan, perintah, permintaan, dsb. dalam kondisi tesebut kata penghubung
dapat digantikan dengan ~ た ら yang menunjukkan hubungan antara
pengandaian dan kejadian pada setiap kasus atau setiap situasi secara terbatas.
2. Kata penghubung “ た ら ” yang digunakan dalam kalimat pengandaian yang
menyatakan anggapan dapat digantikan dengan “ ば” karena kata penghubung
tersebut dapat digunakan untuk kalimat yang menunjukkan hubungan syarat
dengan kejadian secara umum dan logis.
3. Kata penghubung “ た ら ” tidak dapat digunakan dalam kalimat yang “anak
kalimatnya atau kalimat pertamanya” menyatakan keinginan atau pendapat
pembicara , dalam kondisi tersebut, digunakan kata penghubung “なら”
4. Kata penghubung “ ば ” lebih cocok digunakan daripada “ た ら ” ketika
menyatakan kalimat bersyarat untuk kata kerja, kalimat yang menyatakan
kondisi minimum tertentu untuk memenuhi suatu persyaratan dalam suatu
keadaan, dan kalimat yang menyatakan kondisi umum dan kondisi faktual.
walaupun kata penghubung “たら” juga bisa digunakan dalam kondisi-kondisi
tersebut.
13

2.6 Substitusi「~と/~ば/~たら/~なら」
いっぱん
1. Makna kondisional umum( 一 般 条件)
Kondisional umum adalah makna yang digunakan untuk menyatakan
suatu hal yang pada umumnya terjadi. Makna umum ini memiliki fungsi
diantaranya yaitu untuk menjelaskan sesuatu yang terjadi secara berulang-
ulang, menjelaskan sesuatu yang terjadi secara alami, menyatakan kebiasaan,
menyatakan sebab-akibat, dan menyatakan waktu.
Contoh :
彼女は大学を卒業すると, すぐ結婚した。
Kanojo wa daigaku wo sotsugyou suruto, sugu kekkon shita.
‘Dia ketika lulus dari universitas segera menikah.’

Substitusi :
彼女は大学を卒業すれば, すぐ結婚した。(X)
Kanojo wa daigaku wo sotsugyou sureba, sugu kekkon shita.
‘Dia ketika lulus dari universitas segera menikah.’

彼女は大学を卒業するなら, すぐ結婚した。(X)
Kanojo wa daigaku wo sotsugyou suru nara, sugu kekkon shita.
‘Dia ketika lulus dari universitas segera menikah.’

彼女は大学を卒業したら, すぐ結婚した。(O)
Kanojo wa daigaku wo sotsugyou shitara, sugu kekkon shita.
‘Dia ketika lulus dari universitas segera menikah.’

Pada kalimat di atas, konjungsi to tidak dapat disubstitusikan dengan


konjungsi ba, karena kalimat di atas induk anak kalimatnya berupa bentuk
lampau ‘ 結 婚 し た kekkonshita’. Begitupun dengan konjungsi nara, karena
bukan merupakan sebuah pengandaian yang menyatakan keinginan atau
pendapat. Konjungsi ba tidak dapat digunakan jika induk anak kalimatnya
menyatakan bentuk lampau. Tetapi, konjungsi to pada kalimat di atas bisa
disubstitusikan dengan konjungsi tara. Verba ‘ 卒 業 す る sotsugyousuru’ bisa
melekat pada konjungsi tara. Konjungsi to pada kalimat di atas mempunyai
makna ketika yaitu perempuan itu segera menikah ketika lulus kuliah. Konjungsi
tara pada kalimat di atas mempunyai makna persyaratan yaitu perempuan itu
menikah dengan syarat telah lulus kuliah. Kalimat di atas konjungsi to dapat
digantikan dengan konjungsi tara karena struktur kalimat yang sama dan makna
kalimat di atas tidak akan berubah jika konjungsinya saling sulih.

こうじょう
2. Makna kondisional pasti ( 恒 常 条件)
14

Makna kondisional pasti adalah makna yang menjelaskan kejadian yang


pasti terjadi sebagai akibat dari suatu kejadian, pengoperasian suatu alat atau
mesin, penjumlahan dalam matematika, dan letak suatu benda.
Contoh :
右へまがると, 郵便局があります。
Migi e magaruto, yuubinkyouku ga arimasu.
‘Kalau belok kanan ada kantor pos.’

Substitusi :
右へまがれば、郵便局があります。 (O)
Migi e magareba, yuubinkyoku ga arimasu.
‘Kalau belok kanan ada kantor pos.’

右へまがったら, 郵便局があります。 (O)


Migi e magattara, yuubinkyoku ga arimasu.
‘Kalau belok kanan ada kantor pos.’

右へまがるなら, 郵便局があります。 (O)


Migi e magaru nara, yuubinkyoku ga arimasu.
‘Kalau belok kanan ada kantor pos.’

Pada kalimat di atas, konjungsi to dapat disubstitusikan dengan konjungsi


ba dan tara, karena kalimat di atas struktur dan maknanya sama. Verba ‘ まがる
magaru’ bisa melekat pada konjungsi ba dan tara. Konjungsi to, ba dan tara pada
kalimat di atas mempunyai makna pasti yaitu kalau belok kanan ada kantor pos.
Pada kalimat di atas, konjungsi to dapat digantikan dengan konjungsi ba, tara,
dan nara karena makna kalimat di atas tidak akan berubah jika konjungsinya
saling sulih.

かてい
3. Makna kondisional bersyarat( 仮 定 条件)
Makna kondisional bersyarat adalah makna yang menjelaskan keadaan
atau situasi yang memiliki kemungkinan terjadi dengan persyaratan tertentu.
Contoh :
この料理は少しお酒を入れると、おいしくなります。
Kono ryouri wa sukoshi osake wo ireruto, oishiku narimasu.
‘Kalau masakan ini diberi sedikit sake akan menjadi enak.’

Substitusi :
この料理は少しお酒を入れれば、おいしくなります。(O)
Kono ryouri wa sukoshi osake wo irereba, osihiku narimasu.
‘Kalau masakan ini diberi sedikit sake akan menjadi enak.’
15

この料理は少しお酒を入れたら、おいしくなります。(O)
Kono ryouri wa sukoshi osake wo iretara, osihiku narimasu.
‘Kalau masakan ini diberi sedikit sake akan menjadi enak.’

この料理は少しお酒を入れるなら、おいしくなります。(X)
Kono ryouri wa sukoshi osake wo ireru nara, osihiku narimasu.
‘Kalau masakan ini diberi sedikit sake akan menjadi enak.’

Pada data di atas, konjungsi to dapat disubstitusikan dengan konjungsi ba,


tara dan nara, karena kalimat di atas struktur dan maknanya sama. Verba ‘ 入れ
る ireru’ bisa melekat pada konjungsi ba, tara dan nara. Konjungsi to pada
kalimat di atas mengandung makna kondisional bersyarat yaitu kalau masakan ini
diberi sake maka kemungkinan akan menjadi lebih enak. Konjungsi ba dan tara
pada kalimat di atas mengandung makna persyaratan yaitu masakan ini rasa
aslinya memang enak dan akan menjadi lebih enak jika diberi sake. Sedangkan
kalau digantikan dengan nara, maknanya akan berbeda yaitu berarti rasa aslinya
kurang enak dan bila diberi sake rasanya akan menajdi enak. Konjungsi to dapat
digantikan dengan konjungsi ba dan tara karena makna kalimat di atas tidak akan
berubah jika konjungsinya saling sulih.

はんじじつてき
4. Makna Kondisional Tidak nyata ( 反 事 実 的 条件)
Makna kondisional tidak nyata adalah makna yang kemungkinan kecil
terjadi atau tidak akan terjadi. Makna tersebut berkebalikan dari kejadian yang
sebenarnya.
Contoh :
私が鳥だったら、一日中空を飛び回りたい。
Watashi /ga /toridattara, ichi nichi jyuu sora wo tobi mawaritai.
‘Seandainya aku burung (aku) ingin terbang mengelilingi langit seharian.’
Substitusi :
私が鳥だと、一日中空を飛び回りたい。(X)
Watashi ga tori dato, ichi nichi jyuu sora wo tobi mawaritai.
‘Seandainya aku burung (aku) ingin terbang mengelilingi langit seharian.’

私が鳥であれば、一日中空を飛び回りたい。(X)
Watashi ga tori deareba, ichi nichi jyuu sora wo tobi mawaritai.
‘Seandainya aku burung (aku) ingin terbang mengelilingi langit seharian.’

私が鳥であるなら、一日中空を飛び回りたい。(O)
Watashi ga tori dearu nara, ichi nichi jyuu sora wo tobi mawaritai.
‘Seandainya aku burung (aku) ingin terbang mengelilingi langit seharian.’

Pada data di atas, konjungsi tara tidak dapat disubstitusikan dengan


konjungsi to dan ba karena induk anak kalimat di atas menyatakan sebuah
16

keinginan, yaitu ‘飛び回りたい tobi mawaritai’ selain itu konjungsi to juga tidak
dapat digunakan pada kalimat yang mengandung makna yang berbeda dengan
kenyataan saat ini. Konjungsi tara pada kalimat di atas mengandung makna
perumpamaan yaitu seumpama aku seekor burung maka aku ingin terbang
mengelilingi langit seharian. Konjungsi nara pada kalimat diatas dapat digunakan
karena menyatakan keinginan pembicara terhadap hal yang dinyatakan sebagai
pengandaian. Pengandaian dinyatakan pada kalimat pertama (anak kalimat),
sedangkan keinginan pembicara dinyatakan pada kalimat kedua (kalimat pokok).
Pada dasarnya, pengandaian tersebut bukan informasi baru, tetapi telah menjadi
seperti topik dalam konteks percakapan sebelumnya.
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis menarik simpulan
sebagai berikut;
1. Bentuk pengandaian Bahasa Jepang atau dalam Bahasa Jepangnya dikenal
dengan Jouken Bun adalah bentuk yang dipakai sebagai predikat dari anak
kalimat dalam suatu kalimat majemuk, dimana anak kalimat tersebut
merupakan sebuah frase keterangan atau juga frase sambung, biasanya
terdiri dari induk kalmat dan anak kalimat. Dalam Bahasa Jepang, bentuk
pengandaian ada 4 yaitu To「と」, Ba「ば」, Tara「たら」dan Nara「なら」.
2. Konjungsi to, ba, tara dan nara mempunyai makna alami, berulang-
ulang, umum, ketergantungan, kebiasaan, sebab-akibat, dan kenyataan.
Akan tetapi Selain makna tersebut di atas, konjungsi to dan ba dapat
menyatakan makna pasti. Selain itu konjungsi ba dan tara juga
mempunyai makna tersirat lainnya yaitu makna perumpamaan dan
kondisional tidak nyata.
3. Konjungsi to, ba, tara dan nara dapat saling menggantikan untuk makna
alami, berulang-ulang, umum, ketergantungan, kebiasaan, sebab-akibat,
kenyataan dan makna pasti seperti hasil perhitungan atau hasil
pengoperasian dari suatu alat atau mesin. Konjungsi ba dan tara dapat
saling menggantikan untuk makna perumpamaan dan kondisional tidak
nyata. Konjungsi ba dan tara tidak dapat dapat digantikan dengan
konjungsi to untuk makna perumpamaan dan kondisional tidak nyata.

4.2 Saran
1. Bagi pembelajar Bahasa Jepang, berhati-hatilah dengan penggunaan
ungkapan pengandaian karena masing-masing ungkapan pengandaian
memiliki banyak makna dan berbeda-beda.
2. Dalam penyusunan makalah ini, sumber yang dipakai hanya dari beberapa
buku dan internet . Agar lebih kuat dan mendalam, penyusun berikutnya
diharapkan bisa mengambil materi lebih lengkap dari sumber yang lebih
banyak lagi dan tentunya terpercaya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sutedi, Dedi. 2004. Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung. Humaniora


Utama Press

Soeparno. 2002. Dasar-dasar linguistik umum. Yogyakarta. Tiara Wacana.

Sudjianto. Dahidi, Ahmad. 2004. Pengantar linguistik Bahasa Jepang. Jakarta.


Kesaint Blanc

Matsumoto, Fushiko. Hoshino, Muko. 1992. Nihongo Noryoku Shiken. Tokyo.


UNICOM.

Suzuki, Shinrou. 1998. Goukaku suijun nihongo kyoushi nouryouku kentei shiken
yougoshu. Tokyo. Bojinsha.

Matsuoka. 2000. Shokyu wo oshieru hito no tame no nihongo bunpou hando bokku.
Tokyo. Kabushiki kaisha surie network.

Sunagawa. 1998. Shokyuu o Oshieru Nihongo bunkei jiten.Tokyo.Kuroshio.

Isao, Iori., Takanashi Shino, Nakanishi Kumiko, Yamada Toshihiro. 2000. Shokyu
wo oshieru hito no tame no nihongo bunpou hando bokku.. Tokyo. UNICOM.

https://www.sigure.tw/learn-japanese/grammar/n4/10.php. (26 Mei 2020)


https://wkwkjapan.com/tata-bahasa/introduksi-to-ba-tara-dan-nara/. (26 Mei 2020)
https://j-learning.com/diapo//L35diapo.pdf. (26 Mei 2020)

18

Anda mungkin juga menyukai