“Bahasa Indonesia”
Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
2023
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR.....................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................5
BAB II..............................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................6
BAB III...........................................................................................................19
PENUTUP......................................................................................................19
3.1 Kesimpulan...........................................................................................19
3.2 Saran.....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan
manusia dengan sesama anggota masyarakat lain yang menggunakan
bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada
pada diri pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah
dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan,
diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau
pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut
dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang disusun berdasarkan
kaidah-kaidah yang berlaku, seperti unsur-unsur penting yang harus
dimiliki setiap kalimat (subjek dan predikat); memperhatikan ejaan
yang disempurnakan; serta cara memilih kata (diksi) yang tepat dalam
kalimat. Kalimat yang memenuhi kaidah-kaidah tersebut jelas akan
mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar. Kalimat efektif
memiliki struktur kata yang benar, ketepatan pemilihan kata, koherensi
antarbagian yang logis, dan ejaan yang benar.
Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat, unsur kalimat-kalimat yang digunakan harus
lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada
yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya
tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan
semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan
kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat
yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan
oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur,
kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu,
pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena
kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis
tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala
permasalahannya.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui syarat dan proses dari kalimat
2. Untuk mengetahui apa pengertian kalimat efektif
3. Untuk mengetahui apa syarat-syarat kalimat efektif
4. Untuk mengetahui apa saja jenis kalimat efektif
BAB II
PEMBAHASAN
Subjek memiliki
delapan ciri sebagai
berikut.
a. Kata atau frase
biasanya berkelas kata
benda (nomina),
contohnya pada
kalimat
berikut, “Ilmu
kehutanan akan tetap
dibutuhkan selama
manusia hidup di
bumi”.
b. Nomina tidak
pernah diawali oleh
kata tugas (kata depan
atau kata sambung)
karena kata tugas
mengubah fungsi
nomina menjadi
keterangan. Kalimat
berikut menunjukan
bahwa kata benda
yang diawali kata
tugas akan menjadi
keterangan. “Tentang
ilmu kehutanan
membahas mengenai
kelestarian
pepohonan di hutan.”
c. Ada kata petunjuk
(artikel) ini atau itu.
Contohnya adalah
“Suara ini dikenal
sebagai suara burung
yang paling terancam
punah di Taman
Nasional Gunung
Gede Pangrango.”
d. Subjek bukan kata
ganti tanya
2. Predikat (P)
Prediket adalah bagian kalimat yang memberi tahu
bagaimana S yaitu (pelaku/tokoh atau sosok di dalam suatu
kalimat) melakukan tindakan apa atau dalam keadaan apa. Selain
memberi tahu tindakan atau perbuatan S, predikat dapat pula
menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jati diri S. Perhatikan
contoh berikut ini.
(1) Kuda meringkik.
(2) Ibu sedang tidur siang.
(3) Putrinya cantik jelita.
(4) Kota Jakarta dalam keadaan aman.
(5) Kucingku belang tiga.
(6) Robby mahasiswa baru.
(7) Rumah Pak Hartawan lima.
Ciri-ciri predikat dalam sebuah kalimat adalah sebagai berikut.
Pada umumnya predikat berada di sebelah kanan subjek.
Predikat menjelaskan subjek sehingga kalimat menjadi
bermakna, sebagai contoh “Sektor kehutanan berkembang
secara fluktuatif.”
Predikat dapat berkategori kata kerja (verba), kata benda
(nomina), kata depan (preposisi), atau kata sifat (adjektiva)
sehingga predikat menyebabkan beberapa jenis kalimat
tunggal.
Predikat mengisyaratkan perlu tidaknya kata lain di
sebelah kanannya agar kalimat menjadi lebih lengkap. E.
Pada umumnya, predikat dapat dicari dengan
menggunakan kata tanya bagaimana.
Predikat dapat diikuti partikel -lah, contohnya adalah
sebagai berikut “Tertawalah ia pada saat malam itu.”
3. Objek
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada
umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O
selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang
menuntut wajib hadirnya O seperti yang tampak pada contoh di
bawah ini.
Ciri-ciri objek adalah:
Objek berada di samping kanan predikat tanpa disisipi
kata, kecuali pada kalimat pasif. Contoh kalimatnya adalah
sebagai berikut, “ITB mengadakan langkah-langkah
pelestarian alam di sekitar kampus.”
Kata atau frasa yang bisa menjadi objek berkelas kata
benda, contohnya “Tingkat pendidikan petani yang rendah
menyebabkan penguasaan teknologi”
Objek dapat berpindah posisi menjadi subjek bila predikatnya
diubah menjadi pasif, contohnya “Pemerintah dapat
menciptakan kondisi yang kondusif” menjadi “Kondisi yang
kondusif dapat diciptakan oleh pemerintah.”
Objek dapat tersurat atau tersirat. Contoh objek tersirat
terdapat pada kalimat berikut “Kecurangan dalam pemilu
dilaporkan ke Mahkamah Konstitusi”, sedangkan contoh
kalimat objek tersurat adalah sebagai berikut “Kecurangan
dalam pemilu dilaporkan oleh Panwaslu ke Mahkamah
Konstitusi.”
Objek dapat diganti dengan akhiran -nya.
4. Pelengkap
Pelengkap (Pel) atau komplemen bagian kalimat yang
melengkapi P. Letak Pel umumnya dibelakang P yang berupa
verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang
mengisi Pel atau O juga sama, yaitu nomina, frasa nominal, atau
klausa. Akan tetapi, antara Pel dan O terdapat perbedaan.
Fungsi pelengkap adalah melengkapi kalimat lainnya
seperti subjek, predikat, objek, dll agar kalimat tersebut dapat
berdiri sendiri. Ciri-ciri pelengkap adalah:
Pelengkap berkategori kata atau frasa nominal, verbal, atau
adjektival.
Pelengkap berada setelah verba semitransitif dan dwitransitif.
Contoh pada kalimat yang mengandung verba semitransitif
adalah “Hal itu merupakan masalah besar.” Contoh pada
kalimat yang mengandung verba dwitransitif adalah “Pak
Wirya menugasi mahasiswa membuat desain.”
Pelengkap dapat didahului oleh preposisi.
Pelengkap tidak dapat dipasifkan (jika dapat dipasifkan tidak
dapat menjadi subjek).
5. Keterangan
Keterangan adalah sebuah bagian kalimat yang memiliki
tujuan untuk memperjelas kalimat. Unsur keterangan memiliki
fungsi untuk menambah informasi pada kalimat yang akan
disajikan sehingga komunikasi mudah dipahami. Tanpa unsur
kalimat keterangan, informasi menjadi tidak jelas. Hal ini
dapat ditemukan terutama dalam surat undangan, laporan
penelitian, dan informasi yang terkait dengan tempat, waktu, sebab,
dan lain-lain. Ciri-ciri unsur kalimat keterangan adalah:
Letaknya bisa berpindah-pindah. Misalnya “Hari ini kami
akan praktik lapangan ke hutan” menjadi “Kami akan praktik
lapangan hari ini ke hutan.”
Keterangan dapat dihilangkan dalam sebuah kalimat.
Biasanya, kata atau kelompok kata didahului kata depan.
2. Kepaduan (koherensi)
Koherensi adalah terjadinya hubungan yang padu antara
unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk
kalimat adalah kata, frasa, klausa, serta tanda baca yang
membentuk S-P-O-Pel-Ket dalam kalimat.
Contoh kalimat yang unsurnya tidak koheren:
Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin
mengemudi. (tidak mempunyai subjek/subjeknya tidak
jelas).
Contoh kalimat yang unsur-unsurnya koheren:
Setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi.
Rumah saya baru saja diperbaiki.
Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.
3. Keparalelan
Keparalelan atau kesejajaran adalah terdapatnya unsur-
unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa
yang dipakai di dalam kalimat. Umpamanya dalam sebuah
perincian, jika unsur pertama menggunakan verba, unsur kedua dan
seterusnya juga harus verba. Jika unsur pertama berbentuk nomina,
bentuk berikutnya juga harus nomina.
Contoh kesejajaran atau peralelisme yang salah:
Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, membuat
katalog, dan buku-buku diberi label
Kakakmu menjadi dosen atau sebagai pengusaha?
Demikianlah agar ibu maklum, dan atas perhatiannya saya
ucapkan terima kasih.
Contoh kesejajaran atau paralelisme yang benar:
Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, pembuatan
katalog, dan pelebelan buku. Kakakmu menjadi dosen atau
menjadi pengusaha?
Demikianlah agar Ibu maklum, dan atas perhatian Ibu, saya
ucapkan terima kasih.
4. Ketetapan
Ketepatan adalah kesesuaian/kecocokan pemakaian unsur-
unsur yang membangun suatu kalimat sehingga terbentuk
pengertian yang bulat dan pasti. Di antara semua unsur yang
berperan dalam pembentukan kalimat, harus diakui bahwa kata
memegang peranan terpenting.
Contoh penulisan kalimat yang tidak memperhatikan fator
ketepatan:
Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi
sehingga petang. (salah dalam pemakaian kata sehingga)
... bukan saya yang tidak mau, namun dia yang tidak suka.
(salah memilih kata namun sebagai pasangan kata bukan).
5. Kehematan
Kehematan ialah adanya upaya menghindari pemakaian
kata yang tidak perlu. Hemat di sini berarti tidak memakai kata-
kata mubazir, tidak mengulang subjek, tidak menjamakkan kata
yang memang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata,
diharapkan kalimat menjadi padat berisi.
Contoh kalimat yang tidak hemat kata:
Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa
itu belajar seharian dari pagi sampai petang.
Dalam pertemuan yang mana hadir Wakil Gubernur DKI
dilakukan suatu perundingan yang membicarakan tentang
perparkiran.
6. Kelogisan
Kelogisan ialah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk
akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang
sistematis. Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah
benar pemakaian tanda baca, kata, atau frasanya, dapat menjadi
salah jika maknanya lemah dari segi logikanya berbahasa.
Perhatikan contoh kalimat yang lemah dari segi logika berbahasa
berikut.
Kambing sangat senang bermain hujan. (padahal kambing
tergolong binatang anti air).
Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki.
(apa hubungan tinggal di asrama putra dengan
mempunyai anak laki-laki).
Tumpukan uang itu terdiri atas pecahan ribuan, ratusan,
sepuluh ribuan, lima puluh ribuan, dua puluh ribuan. (tidak
runtut dalam merinci, sehingga lemah dari segi logika).
b) Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan
gabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal. Mengingat
kalimat tunggal hanya terdiri atas satu klausa, berarti kalimat
majemuk mengandung lebih dari satu klausa. Perhatikan
contoh di bawah ini.
- Seorang manajer harus mempunyai wawasan yang luas
dan harus menjunjung tinggi etika profesi.
- Anak-anak bermain layang-layang di halaman kampus
ketika para dosen, karyawan, dan mahasiswa menikmati
hari libur
b) Kalimat Tanya
Kalimat tanya (interogatif) adalah kalimat yang dipakai
oleh penutur/penulis untuk memperoleh informasi atau reaksi
berupa jawaban yang diharapkan dari lawan komunikasinya.
Pada bahasa lisan kalimat berintonasi akhir naik dan pada
bahasa tulis kalimatnya diakhiri dengan tanda tanya. Selain
kehadirannya tanda tanya, dalam kalimat tanya sering pula
hadir kata tanya apa(kah), bagaimana, di mana, siapa, yang
mana. Contoh:
- Apakah barang ini milik Saudara?
- Kapan kakakmu berangkat ke Australia?
- Siapa tokoh pendiri Perguruan Taman Siswa?
c) Kalimat Perintah
Kalimat perintah (imperatif) dipakai penutur ingin
menyuruh atau melarang orang berbuat sesuatu. Pada bahasa
lisan kalimat ini berintonasi akhir menurun dan pada bahasa
tulis kalimat itu diakhiri dengan tanda seru ataupun tanda titik.
Kalimat perintah dapat dipilah lagi menjadi kalimat perintah
suruhan, kalimat perintah halus, kalimat perintah permohonan,
kalimat perintah ajakan dan harapan, kalimat perintah
larangan, kalimat perintah pembiaran contohnya:
- Tolonglah bawa sepeda motor itu ke bengkel.
- Silakan kamu pergi ke belakang sekarang.
- Pergilah kamu sekarang!
- Ayo, cari buku itu sampai dapat!
- Janganlah kamu pergi sekarang!
- Terima kasih karena Anda tidak merokok!
- Minta perhatian, anak-anak!
- Mohon hadiah ini Adik terima.
- Ayolah, kita belajar!
- Biarkan(lah) dia di sini sebentar.
d) Kalimat Seru
Kalimat seru (ekslamatif) dipakai oleh penutur untuk
mengungkapkan perasaan emosi yang kuat, termasuk kejadian
yang tiba-tiba dan memerlukan reaksi spontan. Pada bahasa
lisan, kalimat ini berintonasi naik dan pada bahasa tulis
ditandai dengan tanda seru atau tanda titik pada akhir
kalimatnya. Contohnya:
- Aduh, peganggan saya terlepas!
- Hai, ini dia orang yang kita cari!
- Wah, pintar benar anak ini.
- Alangkah besarnya pesawat terbang itu.
- Bukan main lihainya petinju itu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kalimat Efektif merupakan kalimat yang sesuai dengan
kaidah bahasa, jelas maknanya, dan mudah dipahami oleh pendengar
atau pembaca. Suatu kalimat dapat dikatakan kalimat efektif
apabila memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu,
Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya, Tidak
menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis,
Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau
pendengarnya dengan cepat, dan Sistematis tidak bertele-tele.
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini Penulis susun. Semoga apa
yang telah Penulis uraikan diatas mengenai Kalimat dan Kalimat
Efektif dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyarankan
kita semua, agar dapat membedakan mana kalimat yang efektif
dan mana yang tidak, agar komunikasi dapat berjalan dengan
baik. Apalagi kedepannya kita akan menjadi seorang pendidik.
Tentulah kita harus tau menggunakan kalimat efektif agar
nantinya peserta didik kita dapat memahami dengan jelas apa
yang kita sampaikan baik berupa penjelasan, perkataan, maupun
tulisan.
DAFTAR PUSTAKA
Aras, Adnan Mustajab dan Ikrar Maulana Muharram. 2020. Kalimat dan
Kalimat Efektif. Dikutip dari
https://www.studocu.com/id/document/uin-alauddin-makassar/accou
ntans/kalimat-dan-kalimat-efektif/10458577. 22 Oktober.