Anda di halaman 1dari 6

NOTULENSI KAJIAN MALAM ONLINE

MASJID AL-MUJAHIDIN UNY

Pekan ke-4 Bulan Juli Tahun 2020

Hari, Tanggal Rabu, 22 Juli 2020


Pukul 20.00 - 21.00 WIB
Pemateri Ust. Andi Alief, Lc.MA
Pembahasan Fiqh Ibadah (Kitab Bulughul Maram Bab Fiqh Sholat)
MC Adivta
Link Youtube https://www.youtube.com/watch?v=4w_Ti1SZ__s&t=915s

MATERI:

Fiqh Sholat

Kita lanjutkan bahasan kita dari kitab fiqh Bulughul Maram karya Imam Ibnu Hajar Al-
Asqalani, dan inysaAllah sesuai babnya. Kemarin kita bahas mengenai waktu-waktu shalat,
sekarang kita bahas bagian kedua mengenai Al-Adzan atau Seruan untuk Shalat.

Al-Adzan – Sebuah seruan/panggilan.


Dalam sejarahnya memang Nabi SAW berkumpul dengan para sahabat untuk menentukan
atau meminta pendapat para sahabat tentang bagaimana supaya kita bisa memanggil orang-
orang untul Adzan. Maka diantara mereka ada yang mengatakan pakai api saja seperti orang
mahjusi, namun Rasul terlihat tidak senang. Kemudian ada yang mengatakan pakai lonceng
saja kayak orang nasrani, Rasulullah juga tidak senang. Ada yang bilang pakai terompet saja
kayak orang yahudi, Rasul-pun juga tidak menyetujuinya. Nah, dalam Hadist yang
diriwayatkan dari Abdullah bin Zaid bin Abdirrabihi, ia berkata “Ketika aku tidur aku
bermimpi dikelilingi seseorang, maka ia berkata kepadaku ucapan ‘Allahu Akbar, Allahu
Akbar’ lalu ia mengumandangkan adzan dengan 4x takbir tanpa pengulangan sedangkan
iqomah sekali ia baca kecuali redaksi ‘Qadqamatissolah’ diulang sebanyak dua kali. Ketika
waktu pagi aku mendatangi Rasulullah SAW, beliau bersabda ‘Sesungguhnya itu adalah
mimpi yang benar’.
Maka dari hadits ini dijelaskan bahwasannya Rasulullah SAW menyetujui apa yang
disampaikan oleh seorang sahabat yang bernama Abdullah bin Zaid ini mengenai lafadz-
lafadz adzan. Dan ketika disampaikan kepada para jama’ah dan sahabat dan mereka setuju
maka inilah lafadz adzan, sebagaimana yang kita ketahui bahwa Takbir 4x kemudian lafadz-
lafadz selanjutnya itu sebanyak 2x kecuali kalau iqomah itu masing-masing satu kali kecuali
lafadz ‘Qodqomatissola’ dibaca dua kali.
Seperti yang kita ketahui bahwasannya ada hadits yang menyebutkan bahwa seorang
muadzin mendapatkan keutamaan dari Allah SWT berupa akan dibangkitkan dihari kiamat
dengan leher yang panjang. Ini suatu ungkaan dari Rasulullah SAW untuk menunjukkan
betapa mulianya seorang muazin dengan suara adzan yang ia kumandangkan. Jadi jangan
berfikiran wih dibangkitkan dengan leher yang panjang jelek, ataukah kayak jerapah atau apa.
Tidak seperti itu, maksut disini adalah suatu tanda dari Allah SWT bahwa ia dimuliakan
karena pekerjaannya yang mulia karena untuk memanggil atau menyeru orang-orang untuk
shalat dengan cara adzan.

Kita tau ada muazin yang terkenal di masa Rasulullah SAW , seorang yang bernama Bilal bin
Rabbah. Namun dalam hadist riwayat Ibnu Umar dan Aisyah bahwasannya dari hadits ini kita
dapat mengetahui ada dua muazin, Rasulullah SAW bersabda “Bilal itu adzan pada waktu
malam, (malam disini yang dimaksud adalah sebelum waktu shubuh tiba, ini biasanya untuk
mmbangunkan orang-orang yang mau shalat tahajjud atau orang-orang yang mau
melaksanakan sahur) maka makanlah sampai terdengar adzannya Abdullah bin Ummi
Maktum.” Adzannya abdullah bin ummi maktum adalah pada waktu shubuh. Abdullah bin
Ummi Maktum adalah seorang sahabat yang buta dan ia tidak akan adzan kecuali ada orang
yang mengatakan padanya sudah waktunya adzan. Maka ada dua muazin yaitu Bilal yang
adzan sebelum shubuh dan Abdullah bin Ummi Maktum adzan ketika waktu shubuh. Maka
jangan heran ketika disuatu daerah ada dua kali adzan.

Abdullah bin Ummi Maktum adalah seorang sahabat yang luar biasa, buta dari kecil. Sahabat
yang mulia yang menjadi salah satu sebab turunnya surat Abasa. Dalam kisahnya, Rasulullah
mengundang para pembesar Quraisy untuk diajak diskusi, berdakwah kepada mereka. Tiba-
tiba datanglah seorang yang buta yaitu Abdullah bin Ummi Maktum ini. Datang untuk
meminta kepada Rasulullah SAW untuk membacakan ayat Qur’an karena betapa ia rindu
terhadap bacaan Qur’an tersebut. Karena Rasulullah sedang ada pertemuan tadi, dan
Abdullah bin Ummi Maktum tidak tau dan terus meminta Rasulullah untuk membacakannya,
Rasulullah merasa sedikit terganggu sehingga Rasulullah AW mengusamkan wajahnya dan
berpaling. Hal tersebut langsung ditegur oleh Allah SWT dalam surat Abasa. Surat ini
menunjukkan bahwasannya ada seorang yang buta yang datang kepada Rasulullah SAW
untuk dibacakan Al-Qur’an , dan Rasulullah waktu itu ditegur oleh Allah SWT untuk tidak
memalingkan wajahnya. Abdullah bin Ummi Maktum ini ikut hijrah ke Madinah dan
termasuk orang yang sangat semangat sekali untuk berjihad, namun setiap Abdullah
mendengar ada panggilan jihad dan meminta izin kepada Rasulullah selalu tertolak, kenapa?
1. Karena Abdullah bin Ummi Maktum ini adalah seorang yang buta, ia tidak bisa
berperang dan dikhawatirkan justru akan menyusahkan prajurit kaum muslimin.
2. Alasan yang kedua adalah Rasulullah ketika berperang meninggalkan Madinah
menunjuk seseorang menggantikan beliau untuk menjadi imam di masjid Nabawi.
Siapakah yang ditunjuk? Ya Abdullah bin Ummi Maktum itu karena indanya suara yang
dimiliki oleh Abdullah bin Ummi Maktum. Jadi alasan intinya adalah agar Abdullah bin
Ummi Maktum dapat menggantikan Rasulullah SAW untuk memimpin sholat
berjama’ah di Masjid Nabawi ketika Nabi SAW meninggalkan kota Madinah.
Abdullah bin ummi maktum ini wafat dizaman pemerintahan Umar bin Khattab, ketika
pemerintahan Umar bin Khattab, Abdullah bin Ummi Maktum ini kembali mendengar akan
adanya jihad fii sabilillah maka ia meminta izin kepada Umar untuk ikut. Umar bin Khattab
kemudian tidak mengijinkan Abdullah bin ummi maktum kemudian beliau agak sedikit
marah, akhirnya diijinkan oleh Umar dan pada jihad itulah Abdullah bin Ummi Maktum
menemui ajalnya dan syahid dalam keadaan berjuang disana.

Ada sebuah kisah menarik yang dialami Abdullah bin Ummi Maktum, suatu ketika beliau
akan adzan di waktu shubuh otomatis dia harus bergegas sebelum waktu shubuh, bahkan
sebelum bilal adzan untuk menuju masjid nabawi. kenapa? Ya karena baliau tidak bisa
secepat orang yang dapat melihat untuk pergi ke masjid nabawi. Walaupun dia itu buta tapi
biasanya orang yang buta seperti itu sudah hafal jalur jadi insyaAllah tidak tersesat, hanya
saja karena tidak bisa melihatnya itu ia tidak bisa mengetahui jikalau ditengah jalan ada
rintangan dan pada pagi itu, ditengah malam yang gelap gulita ketika Abdullah bin Ummi
Maktum tiba-tiba ditengah jalan terdapat sebongkah batu yang besar dan tajam. Beliau tidak
mengetahui sejak kapan ada batu disitu. Maka tersandunglah Abdullah bin Ummi Matum,
terlukalah kakinya sampai darahnya mengucur dan cukup parah. Apa yang terjadi? Bukannya
ia pulang untuk mengobati lukanya dan tidak jadi ke masjid nabawi tetapi justru sebaliknya ia
menyeka lukanya tersebut kemudian melanjutkan perjalanannya ke masjid nabawi untuk
adzan di waktu shubuh. Keesokan harinya diwaktu yang sama ketika Abdullah bin Ummi
Maktum ini akan pergi ke Masjid Nabawi , ada seorang pemuda yang sudah menunggu di
depan pintu rumahnya, tiba-tiba pemuda tersebut menawarkan diri untuk mengantar Abdullah
bin Ummi Maktum ke Masjid Nabawi sekaligus mengantarkan pulang setelha selesai sholat
berjama’ah. Maka diantarlah Abdullah bin Ummi Maktum menuju ke masid Nabawi,
kemudia Abdullah bin Ummi Maktum ini diantar kembali pulang setelah selesai sholat.
Begitu seterusnya sampai 3x pemuda ini mengantar Abdullah bin Ummi Maktum untuk
sholat berjama’ah. Beliau belum mengetahui siapakah gerangan pemuda ini, nah Abdullah
bin Ummi Maktum ini merasa sangat bersyukur karena ditolong. Maka Abdullah bin Ummi
Maktum ingin mengucapkan terimakasih kepada pemuda ini. Maka dihari ketiga beliau
berbincang dengan si pemuda ‘wahai fulan engkau ini siapa? Engkau begitu baik kepadaku,
engkau mengantarkanku pergi sholat berjama’ah, engkau kembali mengantarkanku pulang.
Aku ingin berteimakasih kepadamu tetapi aku tidak memiliki apa apa, aku hanya punya
sebuah doa semoga Allah merahmatimu’ Abdullah bin Ummi Maktum ini mendoakan si
pemuda supaya mendapat rahmat Allah SWT. Namun pemuda tersebut merasa tidak pelu
didoakan seperti itu karena merasa tidak butuh dengan Rahmat Allah, lalu Abdullah bin
Ummi Maktum pun marah karena tidak ada suatu makhluk pun yang tidak membutuhkan
rahmat dari Allah SWT kecuali setan kecuali iblis, ternyata si pemuda tersebut adalah iblis.
Kenapa sampai iblis mengantarkan Abdullah bin Ummi Maktum ini untuk beribadah, padahal
tugas iblis biasanya adalah menghalangi manusia untuk beribadah? Karena batu yang dulu
menyebabkan Abdullah bin Ummi Maktum terjatuh dan membuat beliau terluka tetapi
Abdullah bin Ummi Maktum tetap melanjutkan untuk pergi ke masjid menyebabkan Allah
menghapus separuh dari seluruh dosa-dosa Abdullah bin Ummi Maktum dan Iblis tidak mau
Abdullah bin Ummi Maktum terjatuh kembali, terluka kembali engaku lanjut sholat sehingga
Allah mengampuni semua dosa-dosamu. Saking nggak relanya iblis jika manusia mendapat
ampunan dari Allah SWT. Abdullah bin Ummi Maktum ini adalah sahabat yang sangat
disayang oleh Rasulullah SAW.

Kembali ke pembahasan Adzan.


Lafadz Adzan yang disetujui Rasulullah :
 ‘Allahu Akbar’, takbirnya sebanyak 4x
 setelah itu membaca syahadat masing-masing 2x,
 kemudian mengucapkan ajakan untuk sholat sebanyak 2x juga,
 setelah itu ajakan untuk menuju kemenangan juga sebanyak 2x
 pada waktu shubuh ditambah dengan lafadz ‘Assholatukhoirunminannaum’ sebanyak 2x
 setelah itu takbir lagi 2x
 kemudian diakhiri dengan kalimat tahlil 1x

Dalam kitab Bulughul Maram ini dalam tata cara adzan disebutkan bahwa disunnahkan
ketika kita mengucapkan ajakan untuk sholat ‘Hayya’alasholah’ menengok ke arah kanan

Bilal jika adzan, memasukkan jarinya ketelinga supaya telinganya kedap sehingga suaranya
bisa terdengar lebih lantang karena kuatnya ia mengeluarkan suara. Jadi dianjurkan untuk
menutup telinga, kemudian ketika mengucapkan ‘Hayya’alasholah’ dianjurkan untuk
menengok tetapi posisi badan tetap, ketika mengucap ‘Hayya’alalfalaah’ itu gantian nengok
ke kiri sama badannya tetap tegak menghadap kedepan.

Dalam suatu hadist juga disebutkan bahwasannya Rasulullah SAW besabda, untuk adzan itu
bahasanya atau pengucapannya itu dipanjangkan jadi lebih panjang daripada iqomah,
sedangkan iqomah dipendekkan. Jadi untuk adzan biasnya nadanya lebih panjang daripada
iqomah, dengan gaya nada apapun.

Ada beberapa sunnah dalam adzan :


1. Orang yang adzan dalam keadaan suci (artinya berwudhu terlebih dahulu). Adzan hanya
boleh dikumandangkan oleh laki-laki.
2. Bagi orang yang adzan dianjurkan untuk iqomah juga (artinya ketika ia adzan berarti ia
juga iqomah, tetapi kalau yang mengumandangkan adzan dan iqomah berbeda orang
tidak menjadi masalah)
3. Ketika muazin mengucapkan kalimat-kalimat adzan, mustami’ atau pendengarnya baik
yang di masjid maupun yang di luar masjid disunnahkan untuk mengulangi kata-kata
yang disampaikan muazin, contoh Allahu akbar, Allahu akbar diikuti Allahu akbar.
kecuali kalimat yg berbunyi ‘Hayya’alasholah’ dan ‘Hayya’alalfalaah’ yang
mendengarkan membaca ‘Laa haula wa laa quwwata’. Berbeda dengan iqomah, jika
iqomah tidak perlu mengulang kata-kata yang disampaikan muazin hanya saja langsung
bersiap siap untuk sholat.

Diriwayat yang lain, Rasul ketika mendengar adzan , langsung memutuskan segala hubungan
keduniawiaan maupun aktivitas yang lain. Rasul kalau sudah mendengar adzan walaupun
dalam keadaan mengobrol itu langsung pergi, langsung berwudhu bahkan seolah-olah tidak
kenal dengan para sahabat lagi, jadi ketika mendengar adzan langsung bersiap-siap untuk
sholat tidak berleha-leha kayak kita. Para sahabat juga sama, ketika mendengar adzan
langsung meninggalkan segala aktivitas, bahkan ketika jual beli juga langsung ditinggalkan
karena mereka lebih memilih untuk melaksanakan sholat diawal atau tepat pada waktunya.

Mengenai adzan ini memang dianjurkan untuk dipilih orang-orang yang suaranya bagus,
merdu, apalagi punya nafas yang panjang supaya bisa menarik orang untuk ke masjid.
Permasalahannya adalah yang kita hadapi, mau sebagus apapun adzannya, kadang-kadang
ketika iman kita lemah yaudah ujung-ujungnya nanti lagi nanti lagi (ditunda-tunda).

Ada sebuah kisah bahwa ada seseorang yang adzannya itu jam 2 malam sehingga orang-
orang ramai menuju masjid , ternyata yang adzan itu seorang bapak-bapak, dan diproteslah
bapak tersebut oleh warga. Tapi bapak tersebut malah menjawab dengan santai, jam segitu
beliau adzan malah warga pada datang tetapi giliran waktunya sholat beliau adzan malah
tidak ada yang datang. Sebenernya ini adalah sindiran.

Sesi Tanya Jawab

Pertanyaan : Bagaimana tentang sebuah anjuran tentang adzan yang bersanad ustad?
Kemudian fadhilah menjadi seorang muazin itu apa saja nggih ustad?
Jawaban : Memang adzan itu ada yang bersanad, maksut bersanad ini adalah dia
mempunya sanad atau silsilah pembelajarannya. Jadi memang seperti qiro’ah
yang ada sanadnya, begitupula Hadist juga ada sanadnya. Nah kalau adzan itu
sanadnya adalah pelatihannya, bagaimana pengucapannya, makharajil hurufnya,
bagaimana lagam/lagunya, jadi bagaimana ia bisa beradzan dengan tipe tertentu
atau cara tertentu, yang tentunya lafadznya tetap seperti itu. Memang terdapat
sanadnya jika pengen betul2 menjadi muazin maka bisa belajar secara khusus
yang bersanad. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi yang tidak bersanad
pun tetap boleh mengumandangkan adzan. Ketika beradzan, maka tolong
dipastikan kata-katanya benar, kenapa? jadi gini, bahasa arab itu unik. Bahasa
arab itu berbeda dengan bahasa yang lainnya, kalau bahasa arab itu beda huruf ,
beda pengucapannya nanti beda juga artinya. Beda juga kalau membaca
harakatnya salah, bisa terbalik antara objek dan subjeknya nanti. Ketika panjang
pendeknya ini salah juga dapat merubah arti. Jadi bisa dikatakan bahwa bahasa
arab ini pengucapannya harus tepat, mantap, jangan sampai tertukar. Begitu juga
adzan, panjang pendeknya harus tepat. Jika ada muazin yang masih kurang tepat,
jangan langsung kita cut tetapi diajaka diskusi baik-baik terlebih dahulu setelah
selesai adzan dengan cara terbaik.
Fadhilah menjadi seorang muazin akan dibangkitkan oleh Allah SWT dengan
leher yang panjang sebagai bentuk kemuliaan dan bentuk rasa sayang Allah
padanya. Selain itu, yang namanya muazin adalah menyeru / mengingatkan orang
untuk sholat dan barangsiapa yang mencontohkan, mengajarkan, mengajak dan
yang menunjukkan kebaikan kepada seseorang maka ia mendapat pahala yang
sama sebagaimana orang itu kerjakan tanpa mengurangi pahala orang itu
sedikitpun.
Pertanyaan : Jika semisal kita sholatnya terlambat , apakah perlu kita adzan terlebih dahulu
atau langsung sholat saja. Dan ini berlaku untuk ikhwan saja atau akhwat juga?
Jawaban : Tujuan utama adzan adalah seruan untuk sholat berjama’ah , jadi apabila sudah
lebih dari waktu tersebut dan akan sholat maka tidak perlu adzan kembali dan
cukup iqomah saja baik yang laki-laki maupun perempuan.

Pertanyaan : Bagaimana jika yang adzan adalah anak kecil yang belum paham betul arti
adzan namun suaranya indah?
Jawaban : Sebetulnya sebagaimana saat kita sholat, apakah sholat tersebut harus kita
pahami? Jelas harus kita pahami isinya dalamnya seperti apa sehingga kita bisa
menghayati. Apakah ketika kita belum paham betul bacaan sholat tersebut
maknanya apa, apakah sholat kita menjadi tidak sah? Tetap sah. Jangankan tau
artinya, bacaannya aja kadang masih blepotan, tapi dalam rangka belajar boleh
nggak? Boleh. Termasuk yang adzanpun memang lebih baik ketika faham dengan
apa yang ia sampaikan tersebut. Namun ketika masih tahap belajar ya tentu tidak
apa apa jika adzan. Jadi bukan boleh atau ngga boleh, tetapi baik atau akan lebih
baik.

Anda mungkin juga menyukai