Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

HAK KEWAJIBAN SUAMI ISTRI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Keluarga


Dosen Pengampu: Hamdi Abdul Karim, M.Pd.I.

Disusun Oleh:
Noor Sharmilla 1904031009
Robi Nur Hakiki 1904031012

JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM (BPI)


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH (FUAD)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO LAMPUNG
T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah dan petunjuknya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktu yang telah direncanakan. Dimana hasil laporan ini semoga saja
bermanfaat dan diharapkan dapat dijadikan panduan atau sebagai informasi.
Penyusunan makalah ini adalah sebagai bukti bahwa penulis telah melaksanakan
dan menyelesaikannya. Dengan ini penulis berterima kasih kepada Bapak Hamdi
Abdul Karim, M.Pd.I yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini. Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini. Kami juga mengharapkan
saran dan kritik demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan bermanfaat bagi
semua pembaca.
Dalam kesempatan ini juga tidaklah berlebihan apabila saya sampaikan
penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah memberikan dukungan terutama kepada teman-teman yang telah
membantu pada saat pembuatan makalah sehingga makalah ini dapat dibuat
sebagaimana mestinya.
Mohon maaf jika dalam pembuatan makalah ini masih ada kekurangan dari
isi yang terkandung didalam makalah ini, namun kami berharap semoga
bermanfaat dan bisa dijadikan pedoman dan sumber informasi untuk kita semua.
Mudah-mudahan Allah SWT memberikan kelancaran, kesuksesan kepada kita
semua.

Metro, 10 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Makalah 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulis 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Rumah Tangga 2
B. Kewajiban Suami terhadap Istri 4
C. Kewajiban Istri terhadap Suami 6
D. Hak Bersama Suami Istri 8
E. Kewajiban Bersama Suami Istri 9
F. Hak Suami Atas Istri 10
G. Hak Istri Atas Suami 11
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perlu diketahui bahwa kehidupan rumah tangga tidak lepas dari
permasalahan, baik masalah yang sepele hingga masalah yang membutuhkan
kedewasaan berpikir agar terhindar dari pertengkaran yang berkepanjangan.
Sehingga hal ini membutuhkan saling memahami antar suami istri, perlu
mengetahui hak dan kewajiban suami terhadap isteri atau hak dan kewajiban
isteri terhadap suami.
Dewasa ini banyak kasus perceraian yang terjadi di kalangan masyarakat,
apapun alasannya mengapa kalangan masyarakat sering terjadi kasus
perceraian, mungjin mereka belum banyak memahami hak dan kewajiban
suami terhadap istri atau sebaliknya. Maka dipandang perlu untuk kita
mengkaji dan membahas hal tersebut secara mendalam.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian hak dan kewajiban suami istri?
2. Bagaimana hak dan kewajiban suami terhadap istri dan sebaliknya?
3. Apa sajakah hak dan kewajiban bersama antara suami dan istri?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan kami menulis makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah manajemen mutu pendidikan, selain itu juga untuk menambah
pengetahuan dan wawasan kita semua tentang hak dan kewajiban suami
terhadap istri atau sebaliknya dan pengertian hadlanah serta hukumnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Rumah Tangga


Yang dimaksud dengan hak adalah apa-apa yang diterima oleh seseorang
dari orang lain, sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah apa yang
harus dilakukan seseorang terhadap orang lain.1 Hak adalah kekuasaan
seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan Kewajiban adalah sesuatu yang
harus dikerjakan.
Adanya hak dan kewajiban antara suami istri dalam kehidupan rumah
tangga dapat dilihat dalam beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Contoh
dalam Al-Qur’an pada surat al-baqarah ayat 228:
ٌ‫ال َعلَ ْي ِه َّن َد َر َجة‬ ِ ْ‫َولهَ ُن ِم ْث ُل الَّ ِذيْ َعلَ ْي ِه َّن بِ ْال َم ْعرُو‬
ِ ‫ف َولِل ِّر َج‬
"Bagi istri itu ada hak-hak berimbang dengan kewajiban-kewajibannya secara
makruf dan bagi suami setingkat lebih dari istri.”
Ayat ini menjelaskan bahwa istri mempunyai hak dan istri juga
mempunyai kewajiban. Kewajiban istri merupakan hak bagi suami. Meskipun
demikian, suami mempunyai kedudukan setingkat lebih tinggi, yaitu sebagai
kepala keluarga.
Contoh hak dan kewajiban suami dan istri dalam hadits Nabi, hadits yang
diriwayatkan oleh Amru bin al-ahwash:

‫أال أن لكم علي نسائكم عليكم حقا‬


“Ketahuilah bahwasannya kamu mempunyai hak yang harus dipikul oleh
istrimu dan istrimu juga mempunyai hak yang harus kamu pikul."
Membicarakan kewajiban dan hak suami istri, terlebih dahulu kita
membicarakan apa yang dimaksud dengan kewajiaban dan apa yang dimaksud
dengan hak. Adalah Drs. H. Sidi Nazar Bakry dalam buku karangannya yaitu
Kunci Keutuhan Rumah Tangga Yang Sakinah mendefinisikan kewajiban

1
Amir Syarifuddin, HUKUM PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Antara Fiqh Munakahat
dan Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 159

2
dengan sesuatu yang harus dipenuhi dan dilaksanakan dengan baik. Sedangkan
hak adalah sesuatu yang harus diterima.
Lantas, pada pengertian diatas jelas membutuhkan subyek dan obyeknya.
Maka disandingkan dengan kata kewajiban dan hak tersebut, dengan kata
suami dan istri, memperjelas bahwa kewajiban suami adalah sesuatu yang
harus suami laksanakan dan penuhi untuk istrinya. Sedangkan kewajiaban istri
adalah sesuatu yang harus istri laksanakann dan lakukan untuk suaminya.
Begitu juga dengan pengertian hak suami adalah sesuatu yang harus diterima
suami dari isterinya. Sedangkan hak isteri adalah sesuatu yang harus diterima
isteri dari suaminya. Dengan demikian kewajiban yang dilakukan oleh suami
merupakan upaya untuk memenuhi hak isteri. Demikian juga kewajiban yang
dilakukan istri merupakan upaya untuk memenuhi hak suami.
Begitulah kehidupan berumah tangga, Mebutuhkan timbal balik yang
searah dan sejalan. Rasa salaing membutuhkan,memenuhi dan melengkapi
kekurangan satu dengan yang lainnya.tanpa adanya pemenuhan kewajiban dan
hak kedunya,maka keharmonisan dan keserasian dalam berumah tangga akan
goncang berujung pada percekcokan dan perselisihan.
Dengan dilangsungkan akad nikah antara mempelai laki-laki dan
mempelai perempuan yang dilakukan oleh walinya, terjalinlah hubungn suami
isteri dan timbul hak dan kewajiaban masing-masing timbal-balik.
Hak suami merupakan kewajiban istri, sebaliknya kewajiban suami
merupakan hak istri. Dalam kaitan ini ada enam hal:
1) Kewajiban suami terhadap istrinya, yang merupakan hak istri dari suaminya.
2) Kewajiban istri terhadap suaminya, yang merupakan hak suami dari istrinya.
3) Hak bersama suami istri.
4) Kewajiban bersama suami istri.2
5) Hak suami atas istri.
6) Hak istri atas suami.
Jika suami istri sama-sama menjalankan tanggung jawabnya masing-
masing, maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan hati, sehingga

2
Ibid, hal. 159-160

3
sempurnalah kebahagiaan hidup rumah tangga. Dengan demikian, tujuan
berkeluarga akan terwujud sesuai dengan tujuan agama, yaitu sakinah,
mawaddah wa rahmah.3

B. Kewajiban Suami terhadap Istri


Adapun kewajiban suami terhadap istri dapat di bagi menjadi dua bagian:
1) Kewajiban yang bersifat materi yang disebut nafaqah.
2) Kewajiban yang tidak bersifat materi.
Kewajiban suami terhadap istri yang tidak bersifat materi adalah:
 Menggauli istrinya secara baik dan patut. Hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 19:

‫يئا‬nn‫وا ش‬nn‫وهن فعسى أن تكره‬nn‫إن كرهتم‬nn‫المعروف ف‬nn‫روهن ب‬nn‫وعاش‬


‫ويجعل هللا فيه خيرا كثيرا‬
“Pergaulilah mereka (istri-istrimu) secara baik. Kemudian bila kamu tidak
menyukai mereka (bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”.
 Suami wajib mewujudkan kehidupan perkawinan yang diharapkan Allah
untuk terwujud, yaitu sakinah, mawaddah wa rahmah. Untuk itu suami
wajib memberikan rasa tenang bagi istrinya. Hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam surat ar-Rum ayat 21:
“Di antara tanda-tanda kebesaran Allah Ia menjadikan untukmu pasangan
hidup supaya kamu menemukan ketenangan padanya dan menjadikan di
antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Yang demikian merupakan tanda-
tanda agi kaum yang berfikir”.4
 Mendidik istri merupakan kewajiban suami, sebagaimana tercantum dalam
hadits Bukhariyang artinya :
“Nasihatilah para wanita (istri) itu dengan baik. Sesungguhnya wanita itu
tercipta dari tulang rusuk yang bengkok. Bila engkau biarkan akan tetap

3
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 155
4
Amir Syarifuddin, HUKUM PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Antara Fiqh Munakahat
dan Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 160-161

4
bengkok, tapi jika engkau luruskan akan patah. Maka nasihatilah wanita itu
dengan baik.”(HR Bukhari).5
Dalam Kompilasi Hukum Islam, kewajiban suami terhadap istri
dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
Pasal 80
1. Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi
mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan
oleh suami istri bersama.
2. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan
hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
3. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya dan member
kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama,
dan bangsa.
4. Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung:
 Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri.
 Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan
anak.
 Biaya pendidikan bagi anak.
5. Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf a dan
b di atas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istri.
6. Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya
sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.
7. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (2) gugur apabila istri
nusyuz.

Pasal 81
Tentang Tempat Kediaman
1. Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan anak-anaknya,
atau bekas istri yang masih dalam iddah.

5
Miftah faridl, Rumahku Surgaku, (Jakarta: GEMA INSANI 2005), Hal. 113

5
2. Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri selama
dalam ikatan perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah wafat.
3. Tempat kediaman disediakan untuk melindungi istri dan anak-anaknya dari
gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tentram. Tempat
kediaman juga berfungsi sebagai harta kekayaan, sebagai tempat menata dan
mengatur alat-alat rumah tangga.
4. Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuannya
serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik
berupa alat perlengkapan rumah tangga maupun sarana penujang lainnya.

Pasal 82
Kewajiban Suami yang Beristri Lebih dari Seorang
1. Suami yang mempunyai istri lebih dari seorang berkewajiban member
tempat tinggal dan biaya hidup kepada masing-masing istri secara
berimbang menurut besar kecilnya keluarga yang ditanggung masing-
masing istri, kecuali jika ada perjanjian perkawinan.
2. Dalam hal para istri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan istrinya
dalam satu tempat kediaman.6

C. Kewajiban Istri terhadap Suami


Dari istri tidak ada yang berbentuk matri secara langsung, yang ada
adalah kewajiban dalam bentuk non materi. Yakni:
1. Menggauli suami secara layak dengan kodratnya. Hal ini dapat dipahami
dari ayat yang menuntut suami menggauli istrinya dengan baik, karena
perintah untuk menggauli itu berlaku timbale balik.
2. Memberikan rasa tenang dalam rumah tangga untuk suaminya, dan
memberikan rasa cinta dan kasih sayang kepada suaminya dalam batas-batas
kemampuannya.

6
Amir Syarifuddin, HUKUM PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Antara Fiqh Munakahat
dan Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 162-163

6
3. Taat dan patuh kepada suami, selama suaminya tidak menyuruh untuk
melakukan perbuatan maksiat. Hal ini dapat dilihat dari isyarat firman Allah
dalam surat an-Nisa’ ayat 34:
“Perempuan-perempuan yang sholihah dalah perempuan yang taat kepada
Allah (dan patuh kepada suami) memelihara diri ketika suami tidak ada oleh
karena Allah telah memelihara mereka.”
4. Menjauhkan dirinya dari segala sesuatu perbuatan yang tidak disenangi oleh
suaminya.
5. Menjauhkan dirinya dari memperlihatkan muka yang tidak enak dipandang
dan suara yang tidak enak didengar.7
6. Pandai mengambil hati suami melalui makanan dan minuman.
7. Mengatur rumah tangga dengan baik.
8. Menghormati keluarga suami.
9. Bersikap sopan, penuh senyum kepada suami.
10. Tidak mempersulit suami, dan selalu mendorong suami untuk maju.
11. Ridha dan syukur terhadap apa uyang diberikan suami.
12. Selalu berhias, bersolek untuk suami.
13. Selalu berhemat dan suka menabung.
Dalam Kompilasi Hukum Islam, kewajiban istri terhadap suami
dijelaskan sebagai berikut:
Pasal 83
Kewajiban Istri
1. Kewajiban utama bagi seorang istri adalah berbakti lahir batin kepada suami
di dalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam.
2. Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari
dengan sebaik-baiknya.

Pasal 84
1. Istri dapat dianggap nusyuz jika tidak mau melaksanakan kewajiban-
kewajiban, sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 83 ayat (1), kecuali
alasan yang sah.
7
Ibid

7
2. Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istri yang disebut
pada pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk
kepentingan anaknya.
3. Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) di atas berlaku kembali sesudah istri
tidak nusyuz.
4. Ketentuan ada atau tidak adanya nusyuz dari istri harus didasarkan atas
bukti yang sah.8

D. Hak Bersama Suami Istri


Yang dimaksud dengan hak bersama suami istri ini adalah hak bersama
secara timbal balik dari pasangan suami istri terhadap yang lain. Adapun hak
bersama itu adalah:
1. Timbulnya hubungan suami dengan keluarga istrinya dan baliknya
hubungan istri dengan keluarga suaminya, yang disebut hubungan
mushaharah.9
2. Suami istri dihalalkan saling bergaul mengadakan hubungan seksual.
Perbuatan ini merupakan kebutuhan bersama suami istri yang dihalalkan
secara timbal balik.
3. Haram melakukan perkawinan, yaitu istri haram dinikahi oleh ayah
suaminya, kakaknya, anaknya dan cucu-cucunya. Begitu pula ibu istri, anak
perempuan, dan seluruh cucunya haram dinikahi oleh suami.
4. Hak saling mendapat warisan akibat dari ikatan pernikahan yang sah, bila
mana salah seorang meninggal dunia sesudah sempurnanya ikatan
pernikahan, pihak yang lain dapat mewarisihartanya, meskipun belum
pernah melakukan hubungan seksual.
5. Keduanya wajib berperilaku yang baik, sehingga dapat melahirkan
kemesraan dan kedamaian hidup.10

8
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 163-164
9
Amir Syarifuddin, HUKUM PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Antara Fiqh Munakahat
dan Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 163
10
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 155-156

8
E. Kewajiban Bersama Suami Istri
1. Memelihara dan mendidik anak keturunan yang lahir dari perkawinan
tersebut.
2. Memelihara kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.

Hak dan kewajiban suami istri diatur secara tuntas dalan UU perkawinan
dalam satu bab V yang materinya secara esensial telah sejalan dengan apa yang
digariskan dalam kitab-kitab fiqh yang bunyinya sebagai berikut:
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI
Pasal 30
Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga
yang menjadi sendiri dasar dari susunan masyarakat.

Pasal 31
1. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami
dalam rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.
2. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
3. Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga.

Pasal 32
1. Suami harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.
2. Rumah kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditentukan oleh
suami istri bersama.

Pasal 33
Suami istri wajib saling mencintai, hormat dan menghormati, setia, dan
member bantuan lahir batin satu sam lain.

Pasal 34

9
Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan
hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.11

Dalam Kompilasi Hukum Islam, kewajiban suami istri dijelaskan secara


rinci sebgai berikut:
Pasal 77
1. Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga
yang sakinah, mawaddah wa rahmah dan menjadi sendi dasar sari susunan
masyarakat.
2. Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan
memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.
3. Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak
mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun
kecerdasannya dan pendidikan agamanya.
4. Suami istri wajib memelihara kehormatannya.
5. Jika suami atau istri melalaika kewajibannya, masing-masing dapat
mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama.

Pasal 78
1. Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.
2. Rumah kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh suami istri
bersama.

F. Hak Suami Atas Istri


Diantara beberapa hak suami terhadap istrinya yang paling pokok adalah:
1. Ditaati dalam hal-hal yang tidak maksiat.
2. Istri menjaga dirinya sendiri dan harta suami.
3. Menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu yang dapat menyusahkan suami.
4. Tidak bermuka masam di hadapan suami.

11
Amir Syarifuddin, HUKUM PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Antara Fiqh Munakahat
dan Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 163-165

10
5. Tidak menunjukkan keadaan yang tidak disenagi suami.[12]

G. Hak Istri Atas Suami


Hak-hak isteri yang menjadi kewajiban suami dapat dibagi dua: hak-hak
kebendaan, yaitu mahar (maskawin) dan nafkah, dan hak-hak bukan
kebendaan, misalnya berbuat adil di antara para isteri (dalam perkawinan
poligami), tidak berbuat yang merugikan isteri dan sebagainya.
1. Hak-hak Kebendaan
a. Mahar (Maskawin)
Q.S. An-Nisa ayat 24 memerintahkan, “Dan berikanlah maskawin
kepada perempuan-perempuan (yang kamu nikahi) sebagai pemberian
wajib. Apabila mereka dengan senang hati memberikan sebagian
maskawin itu kepadamu, ambillah dia sebagai makanan yang sedap lagi
baik akibatnya.”
Dari ayat Al-Qur’an tersebut dapat diperoleh suatu pengertian
bahwa maskawin itu adlah harta pemberian wajib dari suami kepada
isteri, dan merupakan hak penuh bagi isteri yang tidak boleh diganggu
oleh suami, suami hanya dibenarkan ikut makan maskawin apabila
diberikan oleh isteri dengan sukarela.
Q.S. An-Nisa: 24 mengajarkan, “…. Isteri-isteri yang telah kamu
campuri, berikanlah kepada mereka mahar sempurna, sebagai suatu
kewajiban, dan tidak ada halangan kamu perlakukan mahar itu sesuai
dengan kerelaanmu (suami isteri), setelah ditentukan ujudnya dan
kadarnya….”
Dari ayat tersebut diperoleh ketentuan bahwa isteri berhak atas
mahar penuh apabila telah dicampuri. Mahar merupakan suatu kewajiban
atas suami, dan isteri harus tahu berapa besar dan apa ujud mahar yang
menjadi haknya itu. Setelah itu, dibolehkan terjadi persetujuan lain
tentang mahar yang menjadi hak isteri itu, misalnya isteri merelakan

12
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: KENCANA 2006), Hal. 157-158

11
haknya atas mahar, mengurangi jumlah, mengubah ujud atau bahkan
membebaskannya.
Hadits Nabi riwayat Ahmad, Hakim, dan Baihqi dari Aisyah
mengjarkan, “Perempuan-perempuan yang paling besar mendatangkan
berkah Allah untuk suaminya adalah yang paling ringan biayanya.” Yang
diamksud dengan ringan biayanya ialah yang tidak memberatkan suami,
sejak dari mahar sampai kepada nafkah, pakaian, dan perumahan dalam
hidup perkawinan.
Hadits riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Turmudzi, dan
Nasai dari Sahl Bin Sa’ad menyatakan bahwa Nabi pernah mengawinkan
salah seorang sahabatnya dengan maskawin mengajar membaca Al-
Qur’an yang dihafalnya (menurut salah satu riwayat, yang dihafalnya itu
adalah Surah Al-Baqarah dan Ali Imran).
Hadits riwayat Bukhari-Muslim, dan lain-lain dari Anas
menyatakan bahwa Nabi pernah memerdekakan Sofiah yang kemudian
menjadi isteri beliau, dan yang menjadi maskawinnya adalah
memerdekakannya itu.

b. Nafkah
Yang dimaksud dengan nafkah adalah mencukupkan segala
keperluan isteri,meliputi makanan, pakaian, tempat tinggal, pembantu
rumah tangga, dan pengobatan, meskipun isteri tergolong kaya.
Q.S. Ath-Thalaq : 6 mengajarkan, “Tempatkanlah isteri-isteri
dimana kamu tinggal menurut kemampuanmu; janganlah kamu
menyusahkan isteri-isteri untuk menyempitkan hati mereka. Apabila
isteri-isteri yang kamu talak itu dalam keadaan hamil, berikanlah nafkah
kepada mereka hingga bersalin … “ Ayat berikutnya (Ath-Thalaq :7)
memrintahkan, “ Orang yang mampu hendaklah memberi nafkah
menurut kemampuannya, dan dan orang yng kurang mampu pun supaya
memberi nafkah dari harta pemberian Allah kepadanya; Allah tidak akan

12
membebani kewajiban kepada seseorang melebihi pemberian Allah
kepadanya ….”
Hadits riwayat Muslim menyenutkan isi khotbah Nabi dalam haji
wada’. Antara lain sebagai berikut, “….. Takuttlah kepada Allah dalam
menunaikan kewajiban terhadap isteri-isteri; itu tidak menerima tamu
orang yang tidak engkau senangi; kalau mereka melakukannya, boleh
kamu beri pelajaran dengan pukulan-pukulan kecil yang tidak melukai;
kamu berkewajiban mencukupkan kebutuhan isteri mengenai makanan
dan pakaian dengan makruf.”

2. Hak-hak Bukan Kebendaan


Hak-hak bukan kebendaan yang wajib ditunaikan suami terhadap
isterinya, disimpulkan dalam perintah Q.S. An-Nisa: 19 agar para suami
menggauli isteri-isterinya dengan makruf dan bersabar terhadap hal-hal
yang tidak disenangi, yang terdapat pada isteri.
Menggauli isteri dengan makruf dapat mencakup:
 Sikap menghargai, menghormati, dan perlakuan-perlakuan yang baik,
serta meningkatkan taraf hidupnya dalam bidang-bidang agama, akhlak,
dan ilmu pengetahuan yang diperlukan.
Hadits riwayat Turmudzi dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah r.a.
mengajarkan, “Orang-orang mukmin yang paling baik budi perangainya,
dan orang-orang yang paling baik di antara kamu adalah yang paling baik
perlakuannya terhadap isteri-isterinya.”
Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a.
mengajarkan, “Bersikap baiklah kamu terhadap isteri-isterimu sebab
orang perempuan diciptakan berkodrat seperti tulang rusuk; yang paling
lengkung adalah tulang rusuk bagian atas; apabila kamu biarkan akan
tetap meluruskannya, ia akan patah dan apabila kamu biarkan akan tetap
lengkung, bersikap baiklah kamu terhadap para isteri.
Termasuk perlakuan baik yang menjadi hak isteri ialah, hendaknya
suami selalu berusaha agar isteri mengalami peningkatan hidup

13
keagamaannya, budi pekertinya, dan bertambah pula ilmu
pengtahuannya. Banyak jalan yang dapat ditempuh untuk memenuhi hak
isteri, misalnya melaui pengajian-pengajian, kursus-kursus, kegiatan
kemasyarakatan, bacaan buku, majalah, dan sebagainya.
 Melindungi dan menjaga nama baik isteri
Suami berkewajiban melindungi isteri serta menjaga nama baiknya.
Hal ini tidak berarti bahwa suami harus menutupi-nutupi kesalahan yang
memang terdapat pada isteri. Namun, adalah menjadi kewajiban suami
untuk tidak membeberkan kesalahan-kesalahan isteri kepada orang lain.
Apabila kepada isteri hal-hal yang tidak benar, suami setelah melakukan
penelitian seperlunya, tidak apriori, berkewajiban memberikan
keterangan-keterangan kepada pihak-pihak yang melontarkan tuduhan
agar nama baik isteri jangan menjadi cemar.
 Memenuhi kebutuhan kodrat (hajat) biologis isteri
Hajat biologis adalah kodrat pembawaan hidup. Oleh karena itu,
suami wajib memperhatikan hak isteri dalam hal ini. Ketentraman dan
keserasian hidup perkawinan anatara lain ditentukan oleh faktor hajat
biologis ini. Kekecewaan yang dialami dalam masalah ini dapat
menimbulkan keretakan dalam hidup perkawinan; bahkan tidak jarang
terjadi penyelewengan isteri disebabkan adanya perasaan kecewa dalam
hal ini.
Salah seorang sahabat Nabi bernama Abdullah bin Amr yang
terlalu banyak menggunakan waktunya untuk menunaikan ibadah; siang
untuk melakukan puasa dan malam harinya untuk melakukan shalat,
diperingatkan oleh Nabi yang antara lain. “Isterimu mempunyai hak yang
wajib kau penuhi.
Demikian pentingnya kedudukan kebutuhan biologis itu dalam
hidup manusia sehingga Islam menilai hubungan suami isteri yang
antara lain untuk menjaga kesucian diri dari perbuatan zina itu sebagai
salah satu macam ibadah yang berpahala. Dalam hal ini hadits Nabi
riwayat Muslim mengajarkan, “Dan dalam hubungan kelaminmu bernilai

14
shadaqah.” Mendengar kata Nabi itu para sahabat bertanya, “ Ya
Rasulullah, apakah salah seorang di antara kita memenuhi syahwatnya itu
memperoleh pahala?” Nabi menjawab, “Bukkankah apabila ia
melakukannya dengan yang haram akan berdosa? Demikian sebaliknya,
apabila ia memenuhinya dengan cara yang halal akan mendapat pahala.”

BAB III
PENUTUP

15
Kesimpulan
Dari uraian penulisan makalah tersebut dapat kami simpulkan bahwa Hak dan
kewajiban Istri yaitu Hak hak istri yang menjadi kewajiban suami dapat dibagi
dua: hak-hak kebendaan, yaitu mahar (mas kawin) dan nafkah, hak hak bukan
kebendaan, misalnya berbuat adil diantara para istri (dalam perkawinan poligami),
tidak berbuat yang merugikan istri dan sebagainya. Hak dan kewajiban suami
yaitu Hak-hak suami dapat disebutkan pada pokoknya ialah hak ditaati mengenai
hal-hal yang menyangkut hidup perkawinan dan hak memberi pelajaran kepada
istri dengan cara yang baik dan layak dengan kedkan suami istri. akan datang.
Orang yang sukses ialah orang yang berhasil dalam kegiatan organisasinya.

DAFTAR PUSTAKA

16
Amir Syarifuddin, 2006. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antar Fiqh
Munakahat Dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: KENCANA

Abd Rahman Ghazaly, 2006. Fiqh Munakahat, Jakarta: KENCANA

Miftah faridl, 2005. Rumahku Surgaku, Jakarta: GEMA INSANI

17

Anda mungkin juga menyukai