Anda di halaman 1dari 17

Sejak zaman dahulu, beberapa ahli sudah mengeluarkan

berbagai pendapat mengenai asal usul makhluk hidup yang ada


di bumi. Kita mulai dari teori yang tertua ya, yaitu:

1. Teori Abiogenesis (generatio spontanea)

Teori abiogenesis adalah teori yang menyatakan bahwa


makhluk hidup berasal dari benda mati. Aneh, kan? Tapi,
begitulah pandangannya di masa lampau. Ini terjadi karena
orang-orang pada zaman dulu mendapatkan fakta dari hal yang
dia lihat saja. Bagaimana orang pada masa itu menganggap ikan
dan katak berasal dari lumpur karena melihat makhluk itu “muncul
dari lumpur”. Bagaimana mereka berpikir bahwa cacing berasal
dari tanah?
Aku lahir dari mana? (Sumber: giphy.com)

Seperti yang terlihat dari isi teorinya, penganut dari abiogenesis


adalah ilmuwan-ilmuwan di masa lampau seperti Aristoteles
(384-322 SM) yang kemudian, Antony an Leuwenhoek, seorang
Belanda, pada tahun 1677 ikut mendukungnya. Antony
memerlihatkan, melalui mikroskopnya, bahwa makhluk renik
berasal dari jerami yang direndam. Lalu, pada abad ke-19, teori
ini disanggah.
2. Teori Biogenesis

Teori biogenesis adalah teori asal usul kehidupan yang


menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup
lain. Adapun para ilmuwan yang mengemukakan teori
ini Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, dan Louis Pasteur.
Mereka melakukan pengamatan tersendiri yang lebih terencana
dan terstruktur.

Supaya lebih jelas, kita bahas saja, ya, pengamatan dari masing-
masing ilmuwan ini.

 Percobaan Francesco Redi

Ilustrasi Francesco Redi (Sumber: timetoast.com)


Francesco Redi adalah orang pertama yang melakukan
percobaan untuk menyanggah teori abiogenesis. Redi membuat
percobaan dengan memasukkan daging ke dalam dua buah
toples; toples tanpa penutup (terbuka) dan toples dengan
penutup.

Setelah beberapa hari diamati, muncul larva di daging dalam


toples yang terbuka. Sementara daging di toples yang tertutup
bersih. Redi pun berkesimpulan bahwa belatung tersebut berasal
dari lalat-lalat yang masuk ke dalam toples dan bertelur di sana.
Tidak berhenti sampai di situ, Redi kembali membuat percobaan
untuk meyakinkan kesimpulannya.

Percobaan Francesco Redi (Sumber: socratic.com)

Dia memodifikasi toples yang digunakan dengan membuat tutup


yang terbuat dari kain kassa. Hal ini dia lakukan agar udara dari
luar bisa masuk dan terjadi pembusukan daging, tetapi lalat tidak
dapat masuk sehingga mencegah munculnya telur
lalat. Hasilnya? Daging tersebut membusuk, dan tidak ada larva
yang lahir.
 Percobaan Lazzaro Spallanzani
Patung Lazzaro Spallanzani (Sumber: spallanzani.it)

Hampir mirip dengan percobaan yang dilakukan oleh Redi,


Spallanzani berusaha membuktikan bahwa munculnya organisme
berasal dari organisme lain yang hidup. Spallanzani melakukan
pengujian dengan memanaskan air kaldu (rebusan daging) di dua
tempat yang berbeda.

Setelah dipanaskan, masing-masing wadah diberikan kondisi


yang berbeda: wadah yang pertama diberi penutup, sementara
wadah satunya dibiarkan terbuka.

Percobaan Lazzaro Spallanzani (Sumber: timetoast.com)

Setelah didiamkan beberapa hari, terlihat bahwa di wadah yang


terbuka, kondisi air kaldu menjadi keruh dan aromanya busuk. Di
sisi lain, kondisi air kaldu pada wadah yang tertutup tetap jernih.
Kok bisa? Ini terjadi karena adanya aktivitas mikroorganisme yang
berasal dari udara bebas.
 Percobaan Louis Pasteur
Louis Pasteur (Sumber: thefamouspeople.com)

Meskipun sudah dilakukan penelitian oleh Redi dan Spallanzani,


teori abiogenesis tetap berdiri. Para pendukungnya menyangkal
kesimpulan yang dibuat oleh Spallanzani dan mengatakan bahwa
mikroorganisme tidak tumbuh karena tidak ada udara. Menurut
mereka, udara dibutuhkan untuk menyokong kehidupan.

 Baca juga: Perbedaan Teori Evolusi Darwin dan Lamarck

Sampai akhirnya Louis Pasteur, ahli biokimia kebangsaan


Perancis, berhasil menyempurnakan percobaan
Spallanzani. Sekaligus mematahkan teori abiogenesis. Pasteur
memodifikasi salah satu wadah yang digunakan Spallanzani
dengan wadah labu berleher panjang. Untuk apa? Leher panjang
ini berguna sebagai indikator yang memberitahukan bahwa masih
ada hubungan antara labu dan udara di luar (masih ada oksigen
untuk mikroorganisme hidup).

Ilustrasi oleh Megan Whitaker

Lalu bagaimana hasilnya?

Setelah dipanaskan dan didiamkan beberapa hari, ternyata air


kaldu yang ditempatkan di labu berleher panjang tetap jernih.
Tetapi, di bagian ujung lehernya muncul banyak debu dan
kotoran. Sementara pada wadah yang terbuka, mengandung
mikroorganisme.
 

Eksperimen ini pun mematahkan teori abiogenesis dan


menghasilkan teori baru dengan 3 isi sebagai berikut:

1) Omne vivum ex ovo: Semua makhluk hidup berasal dari


telur

2) Omne ovum ex vivo: Semua telur berasal dari makhluk


hidup

3) Omne vivum ex vivo: Semua makhluk hidup berasal dari


makhluk hidup.

Kamu juga pasti setuju dengan hasil teori dari percobaan Pasteur
itu. Tapi sekarang, bagaimana kalau pertanyaannya kita ubah
menjadi:

“Kalau semua makhluk hidup berasal dari makhluk hidup


lain, bagaimana caranya makhluk hidup pertama lahir?”
A. Riwayat hidup Aristoteles.

Aristoteles  di lahirkan di kota stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia,


Yunani (dahulunya termasuk wilayah makedonia tengah) tahun 384 SM.
Ayahnya seorang ahli fisika kenamaan dan dia juga menjadi tabib  pribadi
raja Amyntas III dari Makedonia, kakek alexander agung. Namun ayahnya
meninggal saat aristoteles berusia 15 tahun, karenanya aristoteles di asuh
oleh pamannya  yaitu Proxenus saudara ayahnya. Pada usia 17 tahun ia
menjadi murid plato selama 20 tahun di Athena. Dibawah  asuhan plato ia
menanamkan minat dalam hal spekulasi filosofis. Dengan meninggalnya Plato
pada tahun 347 SM, Aristoteles meninggalkan Athena dan mengembara
selama 12 tahun. Dalam jenjang waktu itu ia mendirikan akademi di Assus
dan menikah dengan Pythias yang tidak lama kemudian meninggal. Lalu ia
menikah lagi dengan Herpyllis yang kemudian melahirkan baginya seorang
anak laki-laki yang diberi nama Nichomatus seperti ayahnya. Dan pada
tahun-tahun berikutnya ia juga mendirikan akademi di Mytile.

Pada saat itu ia menjadi  guru seoarang anak raja yang berumur 13 tahun
yang kemudian dalam sejarah terkenal dengan Alexander Agung, ia mendidik
Alexander Agung selama 3 tahun. Di tahun 335 SM, sesudah Alexander naik
tahta kerajaan, aristoteles kembali ke Athena dan di situ di bukanya
akademinya sendiri yang bernama Lyceum, yang di pimpinnya selama 12
tahun, selama itu ia memberikan kuliah, berpikir, dan mengadakan riset dan
eksperimen serta membuat catatan dengan tekun dan cermat. Dan pada
tahun 323 SM Alexander Agung meninggal, karena takut di bunuh orang
yunani yang membenci pengikut Alexander, akhirnya Aristoteles melarikan
diri ke Chalcis. Satu tahu setelah pelariannya itu tepatnya pada tahun 322
SM, pada usia 62 tahun ia meninggal.

Pemikiran filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama


ketika ia masih belajar di akademi plato ketika gagasannya masih dekat
dengan gurunya, kemudian ketika ia mengungsi dan yang terakhir pada
waktu memimpin Lyceum mencakup 6 karya tulisnya yang membahas
masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting,
selain konstibusinya di bidang Metafisika, fisika, etika, ilmu kedokteran, ilmu
alam dan karya seni. Dia filosof orisinal, dia penyumbang utama dalam tiap
bidang penting falsafah spekulatif, mungkin yang paling terkenal dari sekian
banyak karyanya adalah penyelidikannya tentang teori logika dan aristoteles
di pandang selaku pendiri cabang filosofi yang penting ini. Pengaruh
Aristoteles terhadap cara berpikir barat di belakang hari sungguh mendalam.
Ibnu Rosyid (Averros), mungkin filusuf Arab yang terkemuka, mencoba
merumuskan suatu perpaduan antara teologi islam dengan rasionalismenya
Aristoteles. Maimomides, pemikir paling terkemuka yahudi abad tengah
berhasil mencapai sintesa dengan yudisme, tetapi hasil kerja paling gemilang
dari perbuatan macam itu adalah Summa Theologianya cendikiawan nasrani
St.Thomas Aquinas dan masih banyak kaum cendikiawan yang terpengaruh
dalam pemikiran Aristoteles. Baca juga: Pemikiran Teologi Ulama Modern (Abduh,
Ahmed Khan dan Iqbal).

B. Pemikiran aristoteles.

1. Logika

Aristoteles terkenal sebagai “bapak” logika, itu tidak berarti sebelum dia tidak
ada logika. Setiap uraian ilmiah berdasarkan logika. Logika tidak lain adalah
berpikir secara teratur menurut urutan yang tepat atau berdasarkan
hubungan sebab akibat. Aristoteleslah yang pertama kali membentangkan
cara berfikir yang teratur itu dalam suatu sistem.
Intisari dari pada logikanya ialah Sylogismos. Disalin ke dalam bahasa
indonesia boleh disebut silogistik. Silogistik maksudnya uraian berkunci, yaitu
menarik kesimpulan dari kenyataan yang umum atas hal yang khusus, yang
tersendiri. Jadinya mencapai kebenaran tentang suatu hal dengan menarik
kesimpulan dari kebenaran yang umum. Menurut Aristoteles, sylogisme
menunjukkan tentang sesuatu yang lain yang akan mengikutinya. contohnya, 

 Semua manusia adalah mahluk hidup. 


 Semua orang yunani adalah manusia.

maka dapat di simpulkan bahwa:

 Semua orang yunani adalah mahluk hidup.

Aristoteles membedakan pengetahuan ilmiah dan pengetahuan tentang


kebenaran dari pada pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan yang di peroleh
dari pengalaman, dan dari pengalaman di peroleh bukti-bukti. Pengertian
ilmiah contoh lain sylogisme,

 Semua orang bakal mati.


 Sokrates adalah orang.
 Sokrates bakal mati.

Hal ini secara logis benar dan tidak bisa di sangkal. Aristoteles melakukan
pembedaan terhadap berbagai macam silogisme, menyangkut kasus-kasus
terbatas dan negatif, tetapi semuanya memiliki struktur dasar yang sama.
Premis mayor diikuti premis minor dan akhirnya menuju pada kesimpulan.
contohnya,

 Tak ada filusuf yang bodoh.


 Beberapa manusia adalah filusuf.
 Karena itu beberapa manusia tidak bodoh.
Aristoteles menyebut logikanya sebagai “analitika“ yang artinya
pengungkapan. Setiap ilmu pengetahuan atau bidang-bidang pengetahuan
lainnya harus memulai dari serangkaian prinsip pertama atau aksioma. dari
sinilah kebenaran dapat dideduksikan dengan logika (diungkapkan seluk
beluknya), aksioma-aksioma ini menentukan bidang-bidang kagiatannya
dengan menyingkirkan unsur-unsur yang tidak relevan atau tidak sesuai.

Aristoteles membagi logika dalam tiga bagian, yaitu mempertimbangkan,


menarik kesimpulan dan membuktikan atau menerangkan. Pengertian yang
adanya itu di baginya dalam 10 macam, yang di sebutnya kategori. Kategori
yang 10 ialah:

1. Substansi (barang), misalnya manusia, kuda.


2. Kwantita (jumlah), misalnya dua, tiga.
3. Kwalita (sifat), misalnya putih, beradap.
4. Relasi (hubungan), misalnya, dua kali, setengah, lebih besar.
5. Tempat, misalnya di pasar.
6. Waktu, misalnya kemarin, tahun lalu.
7. Sikap, misalnya jujur, duduk.
8. Keadaan, misalnya bersepatu, bersenjata.
9. Kerja (aktif), misalnya, memotong, membakar.
10. Menderita (pasif), misalnya di potong, di bakar.

Suatu pertimbangan benar, apabila isi pertimbangan itu sepadan dengan


keadaan yang nyata. Pernyataan yang tidak benar ialah apabila perhubungan
atau pemisahan pengertian dalam isi pernyataan tidak sama dengan keadaan
yang objectif. Sedangkan menarik kesimpulan atas yang satu dari yang lain
dapat di lakukan dengan dua jalan. Pertama dengan silogistis, seperti yang di
terangkan tadi, jalan ini di sebut dengan deduksi, dan jalan yang kedua
adalah induksi, yaitu menarik kesimpulan tentang yang umum dari
pengetahuan yang di peroleh ke hal-hal yang inviduil.

Kesimpulan induksi yang di peroleh seperti itu lebih meyakinkan dan lebih
terang bagi kita karena ia di capai dari hal-hal yang di ketahui dan dari
pengalaman dan penglihatan. Tetapi keterangan ilmiah yang tepat di dapat
dengan jalan silogistik, dari dasar-dasar yang pokok. Dasar-dasar itu ada
tiga:
Pertama, semua yang benar harus sesuai adanya sendiri, tidak mungkin ada
kebenaran kalau di dalamnya ada pertentangan, ini di kenal dengan hukum
identika. Kedua, dari dua pertanyaan tentang sesuatunya, di mana yang satu
mengiakan dan yang lain menidakkan, hanya satu yang benar, ini disebut
hukum kontradikta atau penyangkalan. Dan yang ketiga, antara dua
pernyataan yang bertentangan mengiyakan dan menidakkan, tidak mungkin
ada pernyataan yang ketiga, ini di kenal dengan hukum pemikiran yang
ketiga. Dalam keterangan selanjutnya aristoteles mengatakan bahwa “yang
lebih dahulu“ dan lebih mudah tertangkap dalam pikiran kita ialah hal-hal
yang kongkrit yang dapat di lihat dan di alami. Dan ia juga mengatakan
bahwa adanya yang sebenarnya ialah yang umum dan pengetahuan tentang
itu ialah pengertian, dalam hal ini ia masih tetap pengikut plato, yang di
tentangnya dalam ajaran gurunya ialah perpisahan yang absolut antara yang
umum dan yang khusus, antara ide dan gambarannya. Ide menurut plato
abstrak sama sekali, sedangkan menurut aristoteles lebih konkrit.

Aristoteles mencoba mencari hubungan antara ide dengan kenyataan,


sehingga pengetahuan pengertian dapat menberikan keterangan tentang hal-
hal yang alami. Oleh kerena itu tugas logika yang utama ialah mengakui
hubungan yang tepat antara yang umum dan yang khusus. Yang khusus di
tentukan oleh yang umum, sedangkan yang umum, idea adalah sebagai
adanya yang sebenarnya, sebab dari segala kejadian.

2. Metafisika.

Metafisika aristoteles berpusat pada persoalan barang dan bentuk. Dalam


uraian yang lalu sudah diterangkan, bahwa aristoteles sependapat dengan
plato, bahwa adanya yang sebenarnya ialah yang umum dan pengetahuan
tentang itu ialah pengertian. Yang di tantangnya dalalm ajaran gurunya ialah
antara dunia ide dan kenyataan. Dalam hal ini aristoteles menciptakan
sepasang pengertian barang dan bentuk. Barang ialah materi yang tidak
mempunyai bangun, substansi belaka, yang menjadi pokok segala-galanya.
Bentuk ialah bangunya. Bentuk ikut serta memberikan pernyataan kepada
benda. Dengan bentuk pikiran seperti itu aristoteles dapat memecah masalah
yang pokok dalam filosofi teoritoka grik yaitu memikirkan adanya begitu rupa
sehingga dari adanya dapat diterangkan proses menjadi dan terjadi. Menjadi
adalah pelaksanaan keadaan yang sebenarnya dalam kenyataan. Di pandang
dari sudut itu segala perubahan tak lain dari pembentukan materi,
pelaksanaan sesuatunya yang sudah ada dalam kemungkinan dan proes
kemungkinan tersebut disebabkan ada yang menggerakkan yaitu tuhan.
Perpisahan dari kemungkinan pelaksanaan terjadi tidak dapat tidak oleh
gerak. Gerak bukan dalam arti pindahan tempat tetapi dalam arti perubahan.
Sebab gerak yang pertama itu adalah Tuhan. Tuhan yang berbentuk pikiran
tidak memerlukan manusia, tidak memerlukan benda-benda melainkan
sebaliknya. Segala perubahan itu ada empat sebab pokok, yang pertama
barang, yang memungkinkan terjadi sesuatu atasnya yang disebut sebab
barang. Yang kedua bentuk yang terlaksana didalam barang. Ketiga sebab
yang datang dari luar yaitu  gerak. Keempat tujuan yang dituju oleh
perubahan dan gerak ini disebut sebab-tujuan, contohnya kita umpamakan
sebuah rumah maka akan terdapat empat sebab pokok diatas seperti berikut:

Barang ialah kayu, batu, besi dan bahan lainya, sedangkan bentuk adalah
pengertian rumah dan sebab graknya ialah tukang pembuat rumah dan
tujuanya adalah rumah yang sudah jadi.

Sebab-tujuan ini adalah suatu pendirian yang penting dalam keterangan


metafisika aristoteles tentang alam. Menurutnya segala yang terjadi dialam
baik pada keseluruhanya maupun pada bagian-bagianya dikerahkan oleh satu
tujuan. Alam tidak berbuat dengan tidak bertujuan.

Dalam hal ini terdapat perbedaan yang besar antara aristoteles dan
demokritos. Demokritos menganggap segala kejadian di alam itu sebagai
gerak mekanisme yang tidk berjiwa., gerak hubung dan gerak pisah menurut
hokum-hukum mekanik atas atom dan lapang yang kosong. Aristoteles
memandang perubahan di alam dari potensia menjadi aktualita seperti
perkembangan biji yang mengandung kemungkinan di dalamnya menjadi
pohon yang hidup  menurut hukum yang tidak kelihatan. Dengan pendangan
metafisika semacam itu aristoteles meletakkan dasar bagi prinsip
perkembangan.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah ini bahwa dari sekian banyak pemikiran aristoteles
yang paling terkenal adalah tentang logika dan metafisika, di mana pemikiran
logika ini merupakan suatu karya berfikir secara sistematik untuk
memperoleh kesimpulan. Sedangkan metafisika adalah pemikiran yang
membahas tentang barang sebagai objek suatu bentuk.

DAFTAR PUSTAKA

Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum: Remaja Rosda karya, 1990.


Siswanto, Joko. Sistem-sistem Metafisika Barat. Jakarta: Pustaka Pelajar.
1998.
Q-Anees, Bambang dan Radea Juli A. Hambali. Filsafat Untuk Umum. Jakarta:
Prenada Media. 2003.
Hatta, Mohammad. Alam Pikiran Yunani. Jakarta: UI-Press dan Tintimas.
1986.
Poedjawijatna. Pembimbing Kearah Alam Filsafat. Jakarta: Rineka Cipta.
1997.
Mudji, Sutrisna dan Budi Hardiman. Para Filsuf Penentu Gerak Zaman.
Yogjakarta: Kanisius. 1992.

Anda mungkin juga menyukai