Askep Pneumonia
Askep Pneumonia
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia bukan penyakit tunggal .penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30
sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri , virus , mikroplasma, jamur, berbagai senyawa
kimia maupun partikel. Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka
kematiannya tinggi, tidak jga di Negara berkembang tetapi Negara maju.
Peminum alcohol
Perokok
Penderita diabetes militus
Penderita gagal jantung penderita penyakit jantung obstruktif menahun(PPOK)
Gangguan system kekebalan karena obat tertentu (penderita kanker menerima organ
cangkokan)
Gangguan system kekebalan karena penyakit tertentu ( missal,penderita organ
cabgkokan)
Gangguan system kekebalan karena penyakitnya (penderita AIDS)
1|Page
B. Rumusan Masalah
1. Konsep Dasar Penyakit
a. Definisi/Pengertian
b. Etiologi /Penyebab
c. Tanda dan gejala
d. Klasifikasi
e. Manifestasi klinis
C. Tujuan Permasalahan
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada px
pneumonia
2. Tujuan khusus
a. Mampu memahami teori tentang pneumonia
b. Mampu melakukan pengkajian pada penderita yang menderita pneumonia
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan untuk pasien yang menderita
pneumonia
d. Mampu menyusun rencana keperawatan untuk pasien yang menderita pneumonia
e. Mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan yang telah dipelajari pada pasien
pneumonia
2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Pneumonia pada anak balita paling sering disebabkan oleh viruspernapasan dan puncaknya
terjadi pada umur 2-3 tahun, sedangkan pada anak umur sekolah paling sering disebabkan oleh
bakteri mycoplasmapneumoniae.
2. Etiologi /Penyebab
3|Page
Mikroorganisme tersaring sebagai penyebab pneumonia adalah virus , terutama respiratory
syncial virus (rsv)yang mencapai 40%;sedangkan golongan bakteri yang ikut berperan terutama
streptococcus pneumonia dan haemophilus influenzae type b(Hib).
3. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi
di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas.
Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-
bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat
melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya. Perubahan pada
mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada
kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis
yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel
saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat
mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini
paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar
ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang
normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini
dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau
bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara.
Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV,
virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari
sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang
meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang
diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas
pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi
4|Page
infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya
sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
5|Page
4. PATH WAY
Sesak nafas,
penurunan Penurunan jaringan efektif Virus, miikoplasma, klamidia
kemampuan batuk paru dan kerusakan membrane menyebabkan inflamasi
efektif alveolar-kapiler
6|Page
5. Tanda Dan Gejala
A.anak umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun,terjadinya pneumonia berat ditandai ,antara
lain:
Pada kelompok usia ini dikenal juga pneumonia sangat berat dengn gejala batuk dan kesukaran
bernapas karena tidak ada ruang tersisa untuk oksigen di paru-paru.
B. anak di bawah umur 2 bulan, terjadi pneumonia berat ditandai , antara lain:
Jika bayibernapas dengan bantuan ventilator akan tampak bahwa jumlah lendir meningkat .
kadang-kadang bayi tiba-tiba menjadi sakit yang disertai turun naiknya suhu tubuh.
TANDA PNEUMONIA
Berupa retraksi ( penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernapasan bersama
dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak ,fremitus melemah , suara napas melemah ,
dan ronki.
Berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah efusi ,perkusi pekak, fremitus melemah ,suara
napas tubuler tepat di atas batas cairan,friction rub, nyeri nyeri dada karena iritasi pleura.pada
7|Page
neonates dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan
menimbulkan pekak perkusi.
Komplikasi:
Abses paru
Edusi pleura
Empisema
Gagal napas
Perikarditis
Meningitis
Atelektasis
Hipotensi
Delirium
Asidosis metabolic
Dehidrasi
Penyakit multilobular
6.klasifikasi
Klasifikasi mencangkup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukan gejala
peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukan adaya penarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam.
Batuk-pilek biasa
Pharyngitis
Tonsillitis
Otitis
8|Page
Ketiga penyakit ISPA diluar pneumonia yaitu pharyngitis,tonsillitis dan otitis tidak termasuk
penyakit yang tercakup dalam program ini.
7.Manifestasi klinis
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas atas akut
selama beberapa hari.selain didapatkan demam,menggigil suhu tubuh meningkat dapat
mencapai 40 derajat celcius, sesak napas,nyeri dada,dan batuk dalam dahak kental,terkadang
dapat berwarna kuning sehingga hijau.pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti
nyeri perut,kurang nafsu makan,dan sakit kepala.
Batuk nonproduktif
Ingus(nasal discharge
Suara napas lemah
Retraksi intercosta
Penggunaan otot bantu napas
demam
9|Page
B.ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Data-data yang perlu dikaji dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
yang menderita PNEUMONIA yaitu
a. Pengumpulan data
1) Identifikasi Pasien : nama pasien, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/
bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
2) Identitas penanggung
3) Keluhan utama dan riwayat kesehatan masa lalu
Keluhan utama: pada keluhan utama akan nampak semua apa yang dirasakan
pasien pada saat itu seperti kelemahan, nafsu makan menurun dan pucat.
Riwayat kesehatan masa lalu: riwayat kesehatan masa lalu akan memberikan
informasi kesehatan atau penyakit masa lalu yang pernah diderita.
4) Riwayat kesehatan keluarga
5) Riwayat kesehatan sekarang
- Klien terlihat keletihan dan lemah
- Muka klien pucat dan klien mengalami palpitasi
- Mengeluh nyeri mulut dan lidah
6) Pola kebutuhan Dasar
a. Aktivitas / Istirahat
Geejala: kelemahan,kelelahan
Insomnia
Tanda: Latergi
Penurunantoleransi terhadap aktivitas
10 | P a g e
b. Sirkulasi
d. Makanan/ cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah.
Riwayat diabetes militus.
Tanda : distensi abdomen.
Hiperaktif bunyi usus.
Kulit kering dengan turgor buruk.
Penampilan kakeksia(malnutrisi).
e. Neurosensori
Gejala; sakit kepala daerah frontal(influenza).
Tanda: perubahan mental(bingung).
f. Nyeri /kenyamanan
Gejala: sakit kepala.
Nyeri dada (pleuritik) meningkat oleh batuk;nyeri dada
substernal(influenza).
Mialgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit.
g. Pernapasan
11 | P a g e
Premitus: taktil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi.
Bunyi napas: menurun atau tak ada di atas area yang terlihat, atau
napas bronchial
h. keamanan
Tanda ; berkeringat.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan
pertahanan utama.
c. gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan ,batuk berlebihan
dan dispnea.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolic sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
3. Intervensi Keperawatan
a. Dx 1 : bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam anak
mmpu mencapai bersihan jalan napas.
12 | P a g e
Intervensi :
No Intervensi Rasional
1. Kaji kedalaman pernapasan dan Takipnea ,pernapasan dangkal, dan
gerakn dada. gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan gerakan dinding
dada dan / cairan paru.
2. Auskultasi area paru,catat area Penurunan aliran udara terjadi pada area
penurunan/taknada aliran udara dan konsolidasi dengan cairan .bunyi napas
bunyi napas adventisius. bronchial dapat juga terjadi pada area
konsolidasi.
3 Bantu pasien latihan napas Napas dalam memudahkan ekspansi
sering.bantu pasien mempelajari maksimum paru-paru/ jalan napas lebih
melakukan batuk,missal; menekan kecil.batuk adalah mekanisme
dada dan batuk efektif sementara pembersihan jalan napas alami.
posisi duduk tinggi.
4 Penghisapan sesuai dengan indikasi. Merangsang pembersihan jalan napas
secara mekanik pada pasien yang tak
mampu melakukan karena batuk tak
efektif.
5 Berikan cairan sedikitnya 2500 Cairan mobilisasi dan mengeluarkan
ml/hari tawarkan air hangat daripada secret.
dingin.
Kolaborasi
No Intervensi Rasional
1. Bantu mengawasi efek pengobatan Memudahkan pengeceran atau
nebulizer dan fisio terapi. pembuangan secret. Drainase postural
tidak efektif pneumonia interstisialatau
menyebabkan eksudat alveolar/kerusakan
13 | P a g e
bronkodilator, analgesic. diberikan untuk memperbaiki batuk
dengan menurunkan ketidaknyamanan
tetapi harus digunakan secara berhati-hati.
3. Berikan cairan tambahan,missal; IV. Cairan diperlukan untuk mengganti
kehilangan dan mobilisasi secret.
Intervensi :
No Intervensi Rasional
.
1. Pantau tanda vital dengan Selama periode waktu ini, potensial
ketat,khususnya selama awal terapi komplikasi fatal dapat terjadi
2. Anjurkan pasien memperhatikan Meskipun pasien dapat menentukan
pengeluaran secret,dan melaporkan pengeluaran dan upaya membatasi dan
perubahan warna,jumlah dan bau menghindarinya, penting bahwa sputum
secret. harus dikeluarkan dengan cara aman.
3. Batasi pengunjung sesuia indikasi. Menurunkan pemajanan terhadap pathogen
infeksi lain..
Kolaborasi
14 | P a g e
1. Beriksn sntimikrobial sesui indikasi Obat ini kebanyakan dipake untuk
dengan hasil kultur sputum/ membunuh microbial pneumonia.
darah,missal;penisilin,eritromisin, Kombinasi antiviral dan antijamur mungkin
tetrasiklin, amikain. digunakan bila pneumonia diakibatkan oleh
organism campuran.
Intervensi :
15 | P a g e
d. Dx.4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolic sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
Tujuan ; setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak menunjukan
peningkatan napsu makan.
Intervensi :
2. Berikan wadah tertutup untuk sputum Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau
dan buang sesering mungkin.bantu dari lingkungan pasien dan dapat
kebersihan mulut setelah menurunkan muntah.
muntah,setelah tindakan aerosol dan
drainase postural.
3. Jadwalkan pengobatan pernapasan Menurunkan efek mual yang
sedikitny 1 jam sebelum makan. berhubungan dengan pengobatan ini.
4. Auskultasibunyi usus.observasi Bunyi usus mungkin menurun,distensi
/palpasi distensi abdomen. abdomen terjadi sebagai akibat menelan
udara / menunjukan pengaruh toksin.
4. Implementasi
Implementasi sesuai dengan intervensi yang dibuat.
5. Evaluasi Keperawatan
No.D Evaluasi
x
1 Menunjukan prilaku mencapai bersihan jalan napas.
16 | P a g e
2 perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi
3 peningkatan toleransi terhadap aktivitas
BAB III
PENUTUP
17 | P a g e
A. Kesimpulan
18 | P a g e