Menurut situs WHO, virus corona adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit
pada hewan atau manusia. Pada manusia corona diketahui menyebabkan infeksi pernafasan
mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrme (SARS).
sumber
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200316135138-37-145175/apa-itu-virus-corona-dan-cirinya-
menurut-situs-who
https://kumparan.com/barry-majeed/tantangan-dan-potensi-ilmu-geovirologi-dalam-memahami-
sebuah-pandemi-1t7MdWTfv5z/full
Virus COVID-19 yang kemungkinan berasal dari kelelawar (Lu et al., 2020) atau trenggiling
(Lam et al., 2020), keduanya merupakan kelompok mamalia yang telah berevolusi sejak
Paleogen awal. Dengan bukti dari fosil-fosil bahwa mamalia hidup dari Paleogen, terbuka
kemungkinan adanya virus di masa lalu.
Sumber
https://kumparan.com/barry-majeed/geovirology-cabang-geosains-yang-berpotensi-berkembang-
setelah-pandemi-covid-19-1t4Q9gmIFbe/full
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ahli Sebut Covid-19 Berpotensi Jadi Penyakit Endemik,
Mengapa?", https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/17/160000765/ahli-sebut-covid-19-berpotensi-jadi-penyakit-endemik-
mengapa-.
Penulis : Luthfia Ayu Azanella
Editor : Rizal Setyo Nugroho
Geologi merupakan ilmu tentang Bumi dan proses yang terjadi di dalamya. Ilmu geologi juga
mempelajari tentang kehidupan di Bumi.
Sementara virologi adalah ilmu tentang virus, jadi geovirologi adalah aplikasi geologi dalam
memahami virus. Tampaknya subjek ini lebih cenderung digolongkan sebagai paleontologi tetapi
dalam skala yang sangat kecil bahkan dalam skala gen. Cabang studi ini memberikan peluang
besar dalam penelitian untuk memahami kepunahan di masa lalu
Survei terkait perkembangan ilmu pengetahuan telah dilakukan oleh salah satu dosen dari
kelompok keahlian hidrogeologi ITB. Dr. Dasapta Erwin Irawan, S.T., M.T telah melakukan
survei dengan hasil bahwa topik yang paling diminati selama COVID-19 adalah terkait virologi,
virus, obat, dan biologi). Hal ini merupakan peluang bagaimana ilmu geosains, lebih khususnya
geologi, dapat berperan di bidang (hasil survei) tersebut. Terkait hal itu, setidaknya sudah
terdapat dua publikasi dari kelompok meteorologi, salah satu cabang geosains, yang bertemakan
pengaruh cuaca terhadap penyebaran virus. Penelitian tersebut dilakukan oleh Chen dkk. (2020),
dan Araujo dan Naimi (2020). Dengan demikian, pandemi COVID-19 ini sangat membuka
peluang ilmu geologi untuk ikut andil dalam penelitian terkait virus lainnya.
https://berlajar.org/2020/05/01/geovirologi-cabang-ilmu-geosains-yang-
berpotensi-berkembang-setelah-pandemi-covid-19/
pada negara-negara tropis dalam perkembangan kondisi saat ini menunjukkan kerentanan yang
cukup tinggi terpapar covid- 19. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian lain yang dilakukan
oleh kelompok peneliti dari Boston Children’s Hospital dengan menggunakan data penyebaran
kasus covid-19 di Tiongkok. Penelitian pada 23 Januari hingga 10 Februari itu menunjukkan
bahwa faktor tunggal kondisi cuaca saja tidak dapat menurunkan kasus covid-19, tanpa
implementasi dari intervensi kebijakan dalam kesehatan publik yang ekstensif (Luo et. al., 2020;
Poirier et. al., 2020).
Sumber: https://mediaindonesia.com/read/detail/302218-pengaruh-cuaca-dan-iklim-terhadap-
penyebaran-covid-19
Sumber: https://mediaindonesia.com/read/detail/302218-pengaruh-cuaca-dan-iklim-terhadap-
penyebaran-covid-19
https://www.merdeka.com/jabar/5-peran-teknologi-dalam-mencegah-penyebaran-
virus-corona-kln.html
3.1 Peranan Teknologi selama Penyebaran Virus
Menurut penelitian yang telah dilakukan pada saat epidemi serupa terjadi sebelumnya, data
telepon seluler memainkan peranan yang penting dalam membendung penyebaran sebuah
penyakit epidemik. Sebagai contoh, penggunaan data telepon seluler sudah menunjukkan potensi
dalam memprediksi penyebaran spasial virus kolera selama epidemi kolera di Haiti pada tahun
2010, sementara penggunaan analisis data juga menunjukkan efektivitasnya selama krisis Ebola
di kawasan Afrika Barat pada tahun 2014-2016. Pemerintah AS juga sedang berbicara dengan
Facebook, Google dan perusahaan teknologi lainnya tentang kemungkinan menggunakan data
lokasi dan pergerakan dari telepon genggam untuk memerangi COVID-19. Negara-negara Eropa
memanfaatkan jaringan telepon genggam secara anonim untuk mengamati seberapa baik
masyarakatnya mematuhi imbauan Pemerintah untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah.
https://www.idntimes.com/opinion/politic/muliaman-d-hadad/opini-peran-
teknologi-data-dalam-mitigasi-penyebaran-covid/full
Pada bulan Februari 2018, mantan Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara meramalkan
bahwa gelombang perusahaan unicorn Indonesia berikutnya akan membidangi teknologi
kesehatan (med-tech) dan teknologi pendidikan (ed-tech).
Halodoc, sebagai mobile platform yang menghubungkan pasien dengan dokter secara online dan
menyediakan layanan pengirima obat dari berbagai apotek di 50 kota di Indonesia, telah menjalin
kerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Go-Jek, sebagai penyedia layanan transportasi
online, pengiriman barang, dan keuangan, yang menjadi perusahaan unicorn pertama dan
terbesar di Indonesia.
“Melalui kerja sama ini, kami dapat membantu pemerintah dengan menyediakan perawatan
kesehatan yang dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri di rumah melalui layanan
telemedicine dan pengiriman obat yang kami sediakan. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar
81% pasien Covid-19 yang mengalami gejala ringan dapat melakukan perawatan kesehatan
secara mandiri di rumah. Dengan demikian, kami dapat memitigasi penyebaran virus dan
mengurangi dampak wabah-19 terhadap sosial dan ekonomi, serta memastikan masyarakat dapat
mengakses informasi yang tepat dari para ahli kesehatan. " ujar Jonathan Sudarta, CEO Halodoc
dikutip dari siaran persnya.
https://teknologi.bisnis.com/read/20200405/84/1222610/peran-perusahaan-
teknologi-kesehatan-dan-pendidikan-di-tengah-pandemi-virus-corona