Anda di halaman 1dari 5

1.

Pengertian Geovirologi dan Covid19


Geovirologi adalah cabang ilmu yang mempelajari hubungan yang saling mempengaruhi antara
faktor geologi dan virus (Hartono, 2020). Ilmu ini mempelajari pengaruh faktor geologi seperti
tatanan tektonik, iklim, cuaca, perubahan suhu, dan lain sebagainya bagi kelangsungan hidup
virus.

Menurut situs WHO, virus corona adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit
pada hewan atau manusia. Pada manusia corona diketahui menyebabkan infeksi pernafasan
mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrme (SARS).

sumber
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200316135138-37-145175/apa-itu-virus-corona-dan-cirinya-
menurut-situs-who

1.1 Pengenalan ilmu Geovirologi dan Covid19


Geovirologi dilatarbelakangi dari tren ilmu pengetahuan yang banyak bertemakan medis, biologi,
vaksin, virus, dan coronavirus. Geovirologi sendiri bukan istilah yang baru, namun sudah pernah
digunakan sebelumnya oleh Emerson (2019). ilmu geovirologi ini sangat berpotensi untuk
berkembang. Ilmu ini menggabungkan ilmu geologi dengan virologi, seperti hubungan antara
batuan, tanah, air tanah dan virus, kehidupan virus di masa lampau (dalam skala waktu geologi),
atau kemungkinan adanya kepunahan lokal akibat keberadaan paleovirus.
Sumber

https://kumparan.com/barry-majeed/tantangan-dan-potensi-ilmu-geovirologi-dalam-memahami-
sebuah-pandemi-1t7MdWTfv5z/full

Virus COVID-19 yang kemungkinan berasal dari kelelawar (Lu et al., 2020) atau trenggiling
(Lam et al., 2020), keduanya merupakan kelompok mamalia yang telah berevolusi sejak
Paleogen awal. Dengan bukti dari fosil-fosil bahwa mamalia hidup dari Paleogen, terbuka
kemungkinan adanya virus di masa lalu.
Sumber

https://kumparan.com/barry-majeed/geovirology-cabang-geosains-yang-berpotensi-berkembang-
setelah-pandemi-covid-19-1t4Q9gmIFbe/full

2. Potensi Geovirologi di tengah Pandemi Covid-19


Penyakit Covid-19 yang saat ini menjadi pandemi global dikatakan memiliki potensi untuk
menjadi sebuah penyakit endemik. Hal itu dikatakan oleh dokter sekaligus Epidemiolog Dicky
Budiman dalam beberapa kesempatan. Endemik yang dimaksudkan di sini, bukan penyakit yang
keberadaannya mengacu pada wilayah tertentu, namun sebuah penyakit dikatakan sebagai
endemik, ketika keberadaannya akan selalu ada di tengah masyarakat hingga akhirnya dianggap
sebagaimana penyakit lainnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ahli Sebut Covid-19 Berpotensi Jadi Penyakit Endemik,
Mengapa?", https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/17/160000765/ahli-sebut-covid-19-berpotensi-jadi-penyakit-endemik-
mengapa-.
Penulis : Luthfia Ayu Azanella
Editor : Rizal Setyo Nugroho

Geologi merupakan ilmu tentang Bumi dan proses yang terjadi di dalamya. Ilmu geologi juga
mempelajari tentang kehidupan di Bumi.
Sementara virologi adalah ilmu tentang virus, jadi geovirologi adalah aplikasi geologi dalam
memahami virus. Tampaknya subjek ini lebih cenderung digolongkan sebagai paleontologi tetapi
dalam skala yang sangat kecil bahkan dalam skala gen. Cabang studi ini memberikan peluang
besar dalam penelitian untuk memahami kepunahan di masa lalu
Survei terkait perkembangan ilmu pengetahuan telah dilakukan oleh salah satu dosen dari
kelompok keahlian hidrogeologi ITB. Dr. Dasapta Erwin Irawan, S.T., M.T telah melakukan
survei dengan hasil bahwa topik yang paling diminati selama COVID-19 adalah terkait virologi,
virus, obat, dan biologi). Hal ini merupakan peluang bagaimana ilmu geosains, lebih khususnya
geologi, dapat berperan di bidang (hasil survei) tersebut. Terkait hal itu, setidaknya sudah
terdapat dua publikasi dari kelompok meteorologi, salah satu cabang geosains, yang bertemakan
pengaruh cuaca terhadap penyebaran virus. Penelitian tersebut dilakukan oleh Chen dkk. (2020),
dan Araujo dan Naimi (2020). Dengan demikian, pandemi COVID-19 ini sangat membuka
peluang ilmu geologi untuk ikut andil dalam penelitian terkait virus lainnya.
https://berlajar.org/2020/05/01/geovirologi-cabang-ilmu-geosains-yang-
berpotensi-berkembang-setelah-pandemi-covid-19/

2.1 Efek Iklim terhadap Pandemi Virus


Walaupun di Indonesia belum ada yang secara khusus mempelajari cabang ilmu geovirologi,
tetapi di dunia geovirologi telah berkembang dan cukup popular. Salah satunya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Araujo dan Naimi tahun 2020. Keduanya meneliti tentang faktor perbedaan
iklim yang dapat mempengaruhi penyebaran virus. Di mana pada temperatur yang hangat dan
iklim yang dingin memungkinkan penyebaran virus terjadi lebih cepat, sedangkan pada iklim
tropis penyebaran virus bisa dikatakan penyebaran virus lebih sedikit. Serta adanya perubahan
iklim yang tidak stabil dapat mengganggu kestabilan virus dan mengurangi potensi virus menjadi
epidemic (Araujo dan Naimi, 2020).
https://kurio.id/app/articles/22513695

pada negara-negara tropis dalam perkembangan kondisi saat ini menunjukkan kerentanan yang
cukup tinggi terpapar covid- 19. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian lain yang dilakukan
oleh kelompok peneliti dari Boston Children’s Hospital dengan menggunakan data penyebaran
kasus covid-19 di Tiongkok. Penelitian pada 23 Januari hingga 10 Februari itu menunjukkan
bahwa faktor tunggal kondisi cuaca saja tidak dapat menurunkan kasus covid-19, tanpa
implementasi dari intervensi kebijakan dalam kesehatan publik yang ekstensif (Luo et. al., 2020;
Poirier et. al., 2020).

Sumber: https://mediaindonesia.com/read/detail/302218-pengaruh-cuaca-dan-iklim-terhadap-
penyebaran-covid-19

2.2 Hubungan antara Batuan, Tanah, Air Tanah, dan Virus


Selain studi kasus mengenai TEM oleh Pacton, geovirologi masih banyak memberi peluang
dalam dunia penelitian. Potensi penelitian seperti hubungan antara batuan, tanah, dan air tanah
terhadap penyebaran virus dapat dilakukan. Hubungan antara batuan, tanah, dan air tanah dengan
masih menjadi pertanyaan di kalangan ahli medis. Studi yang dimaksud adalah bagaimana
ketahanan virus pada objek tersebut. Pengaruh tanah hasil pelapukan batuan granitik dengan
tanah hasil pelapukan batuan basaltik terhadap ketahanan virus. Komposisi air tanah yang
mengandung ion klorin, atau air tanah yang mengandung ion karbonat dan hubungannya
terhadap virus.
2.3. Hubungan Kondisi Geologi dengan Penyebaran Virus
Beberapa studi sebelumnya juga memperlihatkan bahwa negara dengan posisi lintang tinggi
mempunyai kerentanan penyebaran covid-19 yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
negara-negara tropis (Araujo et. al. 2020; Chen et. al. 2020; Sajadi et. al. 2020; Sun et. al.
2020; Wang et. al. 2020).

Sumber: https://mediaindonesia.com/read/detail/302218-pengaruh-cuaca-dan-iklim-terhadap-
penyebaran-covid-19

3. Peranan dan Tantangan Teknologi di tengah Pandemi Covid-19


Dengan adanya media televisi atau gadget, masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan
berbagai informasi atau pun pengetahuan terkait virus corona. Mulai dari mengetahui apa itu
virus corona, dari mana asalnya, apa gejalanya, hingga dapat mengetahui bagaimana proses
penyebarannya.Pemerintah pun juga menggunakan media sosial untuk berhubungan dengan
masyarakat. Segala informasi terkait virus corona dan kebijakan-kebijakan yang dibuat untuk
pencegahan virus ini disebar melalui platform media sosial. Bahkan WHO juga menyarankan
masyarakat untuk bermain game jika merasa bosan.

https://www.merdeka.com/jabar/5-peran-teknologi-dalam-mencegah-penyebaran-
virus-corona-kln.html
3.1 Peranan Teknologi selama Penyebaran Virus
Menurut penelitian yang telah dilakukan pada saat epidemi serupa terjadi sebelumnya, data
telepon seluler memainkan peranan yang penting dalam membendung penyebaran sebuah
penyakit epidemik. Sebagai contoh, penggunaan data telepon seluler sudah menunjukkan potensi
dalam memprediksi penyebaran spasial virus kolera selama epidemi kolera di Haiti pada tahun
2010, sementara penggunaan analisis data juga menunjukkan efektivitasnya selama krisis Ebola
di kawasan Afrika Barat pada tahun 2014-2016. Pemerintah AS juga sedang berbicara dengan
Facebook, Google dan perusahaan teknologi lainnya tentang kemungkinan menggunakan data
lokasi dan pergerakan dari telepon genggam untuk memerangi COVID-19. Negara-negara Eropa
memanfaatkan jaringan telepon genggam secara anonim untuk mengamati seberapa baik
masyarakatnya mematuhi imbauan Pemerintah untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah.

https://www.idntimes.com/opinion/politic/muliaman-d-hadad/opini-peran-
teknologi-data-dalam-mitigasi-penyebaran-covid/full

Pada bulan Februari 2018, mantan Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara meramalkan
bahwa gelombang perusahaan unicorn Indonesia berikutnya akan membidangi teknologi
kesehatan (med-tech) dan teknologi pendidikan (ed-tech).
Halodoc, sebagai mobile platform yang menghubungkan pasien dengan dokter secara online dan
menyediakan layanan pengirima obat dari berbagai apotek di 50 kota di Indonesia, telah menjalin
kerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Go-Jek, sebagai penyedia layanan transportasi
online, pengiriman barang, dan keuangan, yang menjadi perusahaan unicorn pertama dan
terbesar di Indonesia.
“Melalui kerja sama ini, kami dapat membantu pemerintah dengan menyediakan perawatan
kesehatan yang dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri di rumah melalui layanan
telemedicine dan pengiriman obat yang kami sediakan. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar
81% pasien Covid-19 yang mengalami gejala ringan dapat melakukan perawatan kesehatan
secara mandiri di rumah. Dengan demikian, kami dapat memitigasi penyebaran virus dan
mengurangi dampak wabah-19 terhadap sosial dan ekonomi, serta memastikan masyarakat dapat
mengakses informasi yang tepat dari para ahli kesehatan. " ujar Jonathan Sudarta, CEO Halodoc
dikutip dari siaran persnya.

https://teknologi.bisnis.com/read/20200405/84/1222610/peran-perusahaan-
teknologi-kesehatan-dan-pendidikan-di-tengah-pandemi-virus-corona

3.2 Hambatan Teknologi sebagai Studi Virus


Tantangan ilmu geovirologi dalam perkembangannya adalah teknologi. Teknologi
untuk melihat keberadaan virus dengan skala atau ukuran yang skala kecil dalam
catatan geologi masih sangat sedikit. Alat geokimia masih belum bisa
mengindikasikan secara langsung adanya virus. Pacton dkk. (2014) menunjukkan
keberadaan virus dalam catatan geologi dengan alat Transmission Electron
Microscopy (TEM). Dengan teknologi yang mutakhir, geovirologi sangat
berpotensi untuk berkembang.

Anda mungkin juga menyukai