DISUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehidupan nyata di dunia ini tak terlepas dari bencana, baik yang berasal dari
ulah manusia maupun karena kemarahan alam. Bencana merupakan kejadian yang tidak
dapat diperkirakan kapan mau terjadi, dimana terjadinya, seberapa besar kekuatan
bencana, serta siapa yang tertimpa bencana. Salah satu dampak bencana adalah
kehancuran dan kerusakan kehidupan manusia baik fisik maupun mental.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor
alam dan atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis (UU 24/2007).
Bencana teknologi seperti ledakan peralatan pabrik dan alat angkut massal dapat
menyebabkan kebakaran hebat dan menimbulkan korban jiwa, luka-luka, kerusakan
bangunan serta infrastruktur. Kecelakaan transportasi membunuh dan melukai
penumpang dan awak kendaraan, dan juga dapat menimbulkan pencemaran. Kebakaran
pada industry dapat menimbulkan suhu yang sangat tinggi dan menimbulkan kerusakan
pada daerah yang luas. Zat-zat pencemar (polutan) yang terlepas di air dan udara akan
menyebar pada daerah yang sangat luas dan menimbulkan pencemaran pada udara,
sumber air minum, tanaman pertanian, dan tempat persediaan pangan. Hal ini
menyebabkan daerah tersebut tidak dapat dihuni, satwa akan binasa dan system ekologi
terganggu. Bencana kegagalan teknologi pada skala yang besarakan mengancam
kestabilan ekologi secara global.
Kebakaran lahan dan hutan yang rutin terjadi setiap tahun merupakan jenis
bencana teknologi yang lebih dominan disebabkan oleh faktor manusia, bukan karena
faktor alam. Dalam hal ini, unsur kesengajaan manusia membakar lahan (dan hutan)
untuk tujuan mempersiapkan lahan pertanian (land clearing) sangat tinggi. Meski pada
beberapa kasus kebakaran juga terjadi akibat unsur ketidaksengajaan, misal seseorang
membuang puntung rokok secara sembarangan pada lahan kering yang mudah terbakar,
tetap saja faktor utamanya adalah ulah manusia.
Memang tidak mudah untuk merubah kebiasaan masyarakat yang membuka lahan
dengan cara membakar. Meski sudah ada peraturan hukum yang memberikan ancaman
sanksi bagi pelaku pembakaran lahan dan hutan melalui Peraturan Gubernur, masyarakat
tetap saja melakukan aktivitas tersebut. Culture seperti ini sulit ditinggalkan, karena
memang hanya dengan cara inilah yang paling murah, paling cepat dan paling efektif
untuk menyiapkan lahan-lahan pertanian atau industri yang relatif masih cukup luas di
Pulau Sumatera dan Kalimantan. Satu-satunya cara untuk dapat menekan jumlah kabut
asap yang ditimbulkannya adalah pada kesadaran masyarakat itu sendiri. Jika masyarakat
menyadari bahwa aktivitas yang rutin mereka lakukan setiap tahun tersebut dapat
berdampak pada citra negatif bangsa ini sebagai pengekspor asap ke negara-negara
tetangga, mencemari udara yang sangat tidak baik untuk kesehatan, dan berpotensi
mengganggu serta membahayakan bagi lalu lintas penerbangan, maka bencana teknologi
berupa kebakaran di negeri tercinta ini akan hilang dengan sendirinya
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor
alam dan atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis (UU 24/2007).
Umumnya, bencana teknologi disebabkan oleh perilaku manusia, baik sengaja dibuat
oleh manusia (perang misalnya), human error atau karena miscalculation. Bell dkk.
(1996) menyebutkan karakteristik bencana teknologi meliputi:
a. Human-made
b. Durasi bencana sangat variatif
c. Umumnya bersifat kronik, namun juga bisa akut dan tiba-tiba
d. Biasanya lebih mudah dikendali-kan dibandingkan bencana alam;
e. Bencana teknologi umumnya lebih mudah diprediksi;
f. Proses kerusakannya banyak yang tidak dapat diamati secara harafiah;
g. Efek post-disaster tidak seberat bencana alam (penelitian Barton 1969;
Cuthberson & Nigg, 1987)
B. MACAM – MACAM BENCANA TEKNOLOGI
Macam – macam Bencana Teknologi dapat dibagi menjadi berikut
a. Bencana dari unsur kimia
Arus listrik tegangan tinggit layar komputer, handphone dan beberapa perala
tan Iistrik yang sering kita pakai memancarkan gelombang elektro-magnetik
yang berbahaya. Penelitian Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 1997 (Kompas,
2003) menyatakan bahwa jika seseorang berada dalam lingkup radiasi
elektromagnetik dalam waktu yang lama (tidak harus ferus menerus) dan
melampaui ambang batas, maka akan mendorong antara lain terjadinya leukimia,
limfoma, infertilitas, cacat kongenital, proses degeneratif, perubahan ritme
jantung, perubahan metabolisme melatonin dan neurosis. Manusia tidak dapat
menghindari kontak dengan peralatan yang memberikan gelombang
elektromagnetik, sehingga tidak mungkin menghindari total bahaya teknologi
tersebut. Manusia hanya bisa mereduksi bahayanya (harm reduction) dengan
berbagai cara, misalnya pemakaian handphone dengan menggunakan alat serap
radiasi.
Kecelakaan pada Reaktor Nuklir Three Mile Island (TMI) maret 1979
menyebabkan tersebarnya radioaktif di sekitar reaktor. Bencana TMI terjadi
karena human error yakni kurangnya kontrol terhadap temperatur pembangkit
listrik sehingga terjadi ledakan. Bencana ini menyebabkan stress korban yang
tinggal disekitar reactor. Bahkan lebih dari satu tahun, gas radioaktif
terperangkap dalam bangunan di reaktor dan memiliki potensi meluas ke areal
pemukiman (Bell,1996). Penelitian mengindikasikan korban mengalami stress
hingga 6 tahun setelah kejadian (Davidson, 1986; McKinnon et al, 1989 dalam
Bell, dkk, 1996). Radiasi nuklir selain mengakibatkan cacat flsik juga
menyebabkan stress dan psikosmatik, perubahan pengendalian dan performance.
- Semua staf harus melakukan evakuasi secara tertib dan teratur sesuai dengan tata cara
evakuasi yang ada dan jangan panik.
- Pengawas keselamatan kerja yang bertugas harus memeriksa semua ruangan untuk
memastikan semua pegawai telah meninggalkan ruangannya.
- Semua staf harus pergi menyelamatkan diri di tempat evakuasi yang telah ditentukan dan
mengikuti perintah selanjutnya dari pengawas masing-masing.
- Pemimpin kelompok kerja harus mendaftar semua staf yang ada dan memastikan
keberadaannya bila ada staf yang tidak hadir saat evakuasi.
- Pengawas melakukan pengecekan terhadap operasi mesin dan peralatan kerja dengan
memakai peralatan perlindungan kerja lengkap, seperti baju tahan api, panas dan zat kimia,
helm, masker anti asap dan zat kimia, pelindung mata dan telinga, sarung tangan dan
sepatu keselamatan kerja.
- Padamkan api atau atasi kebocoran kimia dan lainnya sesuai dengan tata cara kerja yang
berlaku dan selalu waspada akan bencana ikutan lainnya.
- Beri pertolongan kecelakaan kepada korban kecelakaan sesuai dengan prosedur yang ada.
D. MITIGASI BENCANA
Upaya mitigasi bencana kegagalan teknologi dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
mitigasi non- struktural (bukan upaya pembangunan fisik) dan mitigasi struktural
(upaya pembangunan fisik).
1. Mitigasi non-struktural
a. Latih staf operasional peralatan pabrik sesuai dengan persyaratan yang diminta
untuk menjalankan peralatan tersebut.
b. Tingkatkan standar keselamatan kerja di pabrik dan keselamatan desain
peralatan. Antisipasi kemungkinan bahaya dalam desain peralatan dan
bangunan.
c. Buat prosedur operasi penyelamatan jika terjadi kecelakaan peralatan dan
teknologi. Tingkatkan fungsi sistim deteksi dan peringatan dini
d. Rencanakan kesiapsiagaan dalam peningkatan kemampuan pemadaman
kebakaran dan penanggulangan asap, tanggap darurat dan evakuasi bagi
pegawai serta penduduk di sekitarnya.
e. Latih staf dalam mengggunakan alat pemadam kebakaran portable.
f. Sosialisasikan rencana-rencana penyelamatan kepada pegawai dan penduduk di
sekitar dengan bekerja sama dengan instansi terkait.
g. Kurangi atau hilangkan bahaya yang telah diindentifikasi
h. Secara proaktif melakukan monitoring tingkat pencemaran sehingga standar
keselamatan tidak akan terlampaui.
i. Lakukan latihan simulasi bencana kegagalan teknologi secara berkala.
2. Mitigasi structural
a. Bangun pabrik dengan menggunakan material bangunan atau peralatan yang
keamanannya terjamin.
b. Desain pabrik atau industry yang dilengkapi dengan sistim monitoring dan
sistim peringatan akan bahaya kebakaran dan/atau bahaya karena kegagalan
teknologi, kerusakan komponen atau peralatan dan terjadinya kondisi bahaya
lainnya yang akan menghentikan operasi peralatan atau mesin secara otomatis,
serta memberi tanda atau membunyikan tanda peringatan terjadinya bahaya.
c. Pasang alat deteksi asap dan api.
d. Pasang pemadam kebakaran otomatis di setiap bagian pabrik.
e. Letakan alat pemadam kebakaran portable di setiap bagian kantor atau pabrik.
Buat pipa saluran air untuk pemadam kebakaran.
f. Bangun daerah penyangga atau penghalang api serta penyebaran atau pengurai
asap.
g. Batasi dan kurangi kapasitas penampungan bahan-bahan kimia yang berbahaya
dan mudah terbakar.
h. Pindahkan dan simpan bahan atau material yang berbahaya atau beracun ke
tempat yang sangat aman.
i. Membeli mobil pemadam kebakaran dan menyiapkan petugas pemadam
kebakaran dengan baik.
j. Masing-masing pekerja dan staf tetap melakukan pengecekan dan kewaspadaan
di masing-masing tempat kerja dan segera melaporkan kepada pengawas
masing-masing bila terdapat sesuatu yang mencurigakan.
Ketersediaan alat penyebaran informasi peringatan dini (telepon, radio baterai, handy
talky/HT). Semua badan dan lembaga yang melakukan kegiatan peringatan dini
tersebut di atas telah melengkapi kegiatannya dengan berbagai alat penyebaran
informasi peringatan dini. Untuk mendukung upaya penyebaran informasi peringatan dini
ini agar dapat mencapai semua penduduk di berbagai wilayah maka diharapkan
masyarakat juga memiliki peralatan ini, baik secara sendiri-sendiri maupun secara
kelompok. Saat ini masyarakat juga memanfaatkan alat yang dipakai secara tradisional,
seperti kentongan, lonceng, sirine, atau pengeras suara di mushola dan mesjid. Organisasi
ORARI dan RAPI selalu siap menyebarkan peringatan dini bencana.
Pelaksanaan kegiatan pemulihan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana harus
dilaksanakan dalam kerangka pengurangan risiko bencana yang akan datang. Mengingat bahwa
ancaman bahaya bencana akan selalu ada maka sejak awal upaya-upaya mengurangi kerentanan fisik,
sosial dan ekonomi masyarakat harus dilakukan. Oleh karena itu setelah kejadian suatu bencana
setiap kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi yang berusaha memulihkan keadaan masyarakat supaya
bisa bangkit kembali dari keadaan keterpurukan harus dilakukan dalam kerangka PRB yang
mengatisipasi terjadinya bencana yang akan datang. Kegiatannya antara lain meliputi:
1. Melakukan rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) berdasarkan analisis risiko bencana. Ini
termasuk rencana struktur, pola ruang wilayah, dan penetapan kawasan dengan
mempertimbangkan potensi risiko bencana yang telah ditetapkan lembaga berwenang dalam:
a. Membangun kembali dan memperbaiki lingkungan daerah bencana dan prasarana fisik serta
upaya lain untuk meminimalkan risiko bencana yang akan datang.
b. Membangun kembali dan memperbaiki prasarana dan sarana publik yang rusak, seperti:
jalan raya, jembatan, rumah sakit, sekolah, pasar, gedung-gedung kantor pemerintah dan
olahraga, yang memenuhi standar teknis tata bangunan (arsitektur) serta pemakaian alat yang
lebih baik dengan mempertimbangkan potensi risiko bencana.
c. Membangun kembali dan memperbaiki rumah masyarakat yang memenuhi standar
menyelenggarakan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan.
2. Melaksanakan kegiatan pelatihan dan bantuan modal usaha untuk mengurangi ketergantungan
masyarakat kepada sumber mata pencarian yang tidak aman dan rawan bahaya.
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat pada pasca bencana untuk membangun kembali dan
memperbaiki rumah, gedung dan bangunan sejenisnya yang memenuhi standar teknis tata
bangunan (arsitektur) dengan mempertimbangkan potensi risiko bencana kegagalan teknologi yang
telah ditetapkan lembaga berwenang serta sesuai dengan rencana tata ruang dan wilayah (RTRW).
Hal ini dilakukam berdasarkan analisis risiko bencana, yang antara lain meliputi rencana struktur
dan pola ruang wilayah serta penetapan kan wawasan dengan mempertimbangkan potensi
risiko bencana yang telah ditetapkan lembaga berwenang.
4. Mengajak masyarakat pada pasca bencana untuk tidak menggantungkan kembali sumber mata
pencariannya pada kegiatan yang tidak aman dan rawan bahaya.
Sumber-sumber nyala api dapat terjadi dari berbagai peristiwa, antara lain :
1. Listrik
Instalasi listrik yang digunakan dapat mengakibatkan nyala api oleh karena
faktor-faktor :
a. Tidak berfungsinya pengaman
b. Kegagalan isolasi
c. Sambungan tidak sempurna
d. Penggunaan peralatan tidak standar
2. Rokok
Merokok di tempat terlarang atau membuang puntung rokok sembarangan di tempat
kerja dapat menimbulkan terjadinya kebakaran.
3. Gesekan mekanik
Gesekan mekanik dapat terjadi pada :
b. Panas akibat kurang pelumasan pada bagian mesin yang berputar
c. Bagian mesin yang berputar tertutup serbuk mudah terbakar
d. Bagian mesin yang berputar bergesekan dengan tutup pengaman, dan
lainlain
4. Pemanasan berlebih (Over Heating)
Pemanasan yang berlebih dapat ditimbulkan dari pengoperasian alat-alat yang tidak
terkontrol dengan baik.
5. Permukaan panas
Pengoperasian instalasi yang tidak terlindungi dapat menimbulkan panas pada
permukaannya yang memicu kontak dengan bahan yang mudah terbakar.
6. Listrik statis
Loncatan api akibat akumulasi listrik statis yang ada pada umumnya terjadi
karena gesekan pada bahan non konduktor.
7. Sambaran petir
Sambaran petir dapat mengenai objek-objek yang tidak terlindungi penyalur
petir atau pada instalasi yang penyalur petirnya tidak memenuhi syarat.
8. Reaksi kimia
Nyala api dapat timbul dari reaksi antara bahan-bahan kimia. (Firdhos
Nurdiansyah, 2003).
Sebuah rumah harus mempunyai persyaratan keandalan baik dari segi keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan bagi penghuninya. Pada umumnya, orang
membangun rumah terkadang melupakan persyaratan keselamatan. Dalam hal ini,
mereka melupakan persyaratan keandalan yang meliputi keselamatan dari bahaya
kebakaran. Apalagi saat ini sudah ada undang-undang yang mewajibkan sebuah
bangunan gedung memiliki persyaratan tersebut. Undang-undang yang dimaksud
adalah Undangundang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Pemilihan Material
Bahan kayu, sebagai bahan penutup lantai, akan cepat terbakar jika terjadi
kebakaran, dan daya rambat apinya juga lebih cepat. Selain kayu juga masih ada
material bahan bangunan yang rentan terhadap api.
Menurut Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02 Tahun 1985, tentang
Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran pada Bangunan Gedung, ada 5
tingkatan mutu bahan bangunan yang digunakan dalam sebuah konstruksi bangunan
rumah. Kelima tingkat mutu tersebut adalah:
1. Bahan mutu tingkat I ( noncombustible), sebagai contoh: beton, bata, batako, baja,
asbes, aluminium, kaca, ubin marmer, lembaran seng, genteng keramik, dan adukan
semen.
2. Bahan mutu tingkat II ( semi noncombustible), sebagai contoh: papan wool kayu
semen ( excelcior board), papan semen pulp, serat kaca semen, plasterboard, dan pelat
baja lapis.
3. Bahan mutu tingkat III ( fire-retardant), sebagai contoh: kayu lapis yang
dilindungi, papan yang mengandung lebih dari 5290 glass fiber, papan partikel yang
dilindungi, dan papan wool kayu.
5. Bahan mutu tingkat V ( combustible), sebagai contoh: bambu, sirap kayu bukan
kayu jati, rumbian, anyaman bambu, bahan atap aspal berlapis mineral, segala jenis kayu
(kamper, meranti, terentang, dll.), kayu lapis, softboard, hardboard, dan papan partikel.
Penggunaan material tahan api tidak berarti bahwa bahan tersebut tidak bisa
terbakar. Tetapi setidaknya material yang Anda gunakan dapat menahan dan
membatasi kecepatan menjalarnya api. Selain itu, dalam hal evakuasi, Anda bisa
sempat untuk menyelamatkan diri ke luar rumah.
Upaya Pencegahan Bahaya Kebakaran
Anda juga dapat menerapkan sistem pengamanan aktif di rumah. Sebagai contoh
Anda dapat meletakkan alat Pemadam Api Ringan (PAR) di ruangan yang rentan
terjadi kebakaran seperti ruang dapur atau ruang baca. PAR merupakan alat pemadam
api yang bisa dioperasikan oleh satu orang.
Dari segi pemasangan dan penempatannya, PAR tidak boleh diletakan secara
sembarangan, melainkan harus memenuhi syarat-syarat (lihat Box).
Nah, jika rumah Anda ingin terhindar dari bahaya kebakaran, tidak ada salahnya
untuk menerapkan sistem pengamanan aktif maupun pasif.
Syarat-syarat Pemasangan dan Penempatan Alat Pemadam Api Ringan:
– Setiap PAR harus dipasang pada posisi yang mudah dilihat, dicapai, dan
diambil.
– Pemasangan PAR harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran.
– Setiap PAR harus dipasang menggantung pada dinding dengan penguatan
sengkang atau dalam lemari kaca, dan dapat diambil dengan mudah pada saat
diperlukan.
– Pemasangan PAR dilakukan sedemikian rupa sehingga bagian paling atas
berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai, terkecuali untuk jenis CO2 dan
bubuk kimia kering yang penempatannya minimum 15 cm dari permukaan lantai.
– PAR tidak boleh dipasang di dalam ruangan yang mempunyai suhu lebih dari
49o C dan di bawah 4o C.
Reaksi panik akan sebuah bencana merupakan hal yang normal bagi manusia,
namun hal ini belum tentu baik, bahkan reaksi panik ini akan menimbulkan separuh
dari kemampuan yang anda miliki. Sikap tenang selalu menjadi faktor utama untuk
membantu anda keluar dari situasi bencana ini. Semakin kita bersikap tenang, maka
kita akan semakin tanggap dan cekatan dengan tindakan apa saja yang harus kita
lakukan.
2. Memadamkan api
Pemadaman api ini hanya dilakukan bagi mereka yang telah terlatih dalam hal
memadamkan api. Bagi anda yang tidak telatih, maka anda dapat mencari bantuan
darurat, melalui petugas keamanan atau orang yang berada di dekat anda.
Pintu keluar darurat ini hanya diperuntukan bagi mereka yang melakukan proses
evakuasi, jadi pintu ini bukan merupakan pintu keluar masuk secara umum dan bebas.
Karena biasanya pintu keluar darurat ini dilengkapi dengan rambu dan warnanyapun
dibuat mencolok berbeda dengan pintu-pintu lainnya.
2. Code red
Selain Code Blue ada juga Code Red (Kode Merah) yang merupakan kode yang
dimana menunjukkan adanya kebakaran , di saat code red di tekan maka akan
menunjukan adanya kebakaran ,dan segera mungkin melakukan evakuasi dan
pemadaman api, sehingga tidak melebar luas kobaran api tersebut.
3. Code Black
Code Black (Kode Hitam) berguna terhadap adanya Ancaman Bom yang terjadi
di di suatu tempat. misalnya kita mendapatkan laporan bahwa lokasi ini bakal di
bom , maka code black harus di tekan , bertujuan untuk melakukan evakuasi,
dan tidak memakan korban.
Pada saat terjadi kebakaran, hanya terdapat satu elevator yang berfungsi dan cuma
bisa mengangkut 12 orang. Sebenarnya terdapat dua tangga di gedung itu, namun salah
satunya dikunci dari luar untuk mencegah masuknya pencuri. Sementara itu tangga
daruratnya berkualitas buruk dan tak bisa mendukung beban berat. Dilansir History,
Blanck dan Harris memiliki sejarah atas kebakaran pabrik. Pabrik Triangle pernah dua
kali terbakar pada 1902. Sementara itu pabrik Diamond Waist Company milik mereka
juga pernah terbakar dua kali, pada 1907 dan 1910. Diduga Blanck dan Harris sengaja
membakar dua tempat tersebut -- bukan kebakaran pada tahun 1911 -- sebelum jam
kerja berlangsung. Hal itu bertujuan untuk mengumpulkan asuransi kebakaran dalam
jumlah besar, praktik tak jarang dilakukan pada awal Abad ke-20. Blanck dan Harris
juga dikenal anti-pekerja. Pegawai mereka hanya dibayar US$ 15 seminggu, dengan
waktu kerja 12 jam per hari. Ketika Ladies Garment Workers Union memimpin
pemogokan pada 1909 untuk menuntut gaji lebih tinggi dan jam kerja lebih singkat,
perusahaan Blanck dan Harris merupakan salah satu dari produsen yang menolak
tuntutan tersebut. Mereka mempekerjakan polisi sebagai preman untuk memenjarakan
perempuan yang melakukan pemogokan. Blanck dan Harris juga membayar politisi
untuk turut menolak tuntutan itu.
Pada 25 Maret 1991, terdapat 600 pekerja yang berada di pabrik saat kebakaran
dimulai di sebuah tempat menyimpan kain perca di lantai delapan. Manajer berusaha
memutar selang di atasnya, tapi selang itu membusuk dan katup yang berkarat
menutup. Kepanikan terjadi saat pekerja melarikan diri di setiap pintu keluar. Lift pun
rusak setelah mengangkut penumpang sebanyak empat kali, dan membuat para pekerja
mulai melompat ke luar gedung. Mereka yang melarikan diri dengan menggunakan
tangga yang salah terbakar hidup-hidup. Perempuan lainnya terjebak di lantai delapan
dan melompat melalui jendela. Hal itu menciptakan masalah bagi petugas pemadam
kebakaran karena selang mereka tertindih oleh jasad yang berjatuhan. Tangga milik
pemadam kebakaran hanya dapat mencapai lantai tujuh. Jaring pengaman pun tak
cukup kuat untuk menangkap tiga perempuan pekerja yang melompat sekaligus.
Kereta kuda menarik mesin pemadam kebakaran ke pabrik yang terbakar. (Public
Domain)Saat kejadian, Blanck dan Harris berada di lantai atas bangunan bersama
dengan beberapa pekerja. Mereka berhasil kabur dengan memanjat ke atap dan
melompat ke sebuah bangunan yang berdekatan. Kebakaran itu dapat padam satu
setengah jam kemudian. Namun 49 pekerja tewas akibat kobaran api dan sekitar 100
lainnya ditemukan tak bernyawa di lubang elevator dan di trotoar. Akibat peristiwa itu,
serikat pekerja mengorganisir demo pada 5 April untuk memprotes kondisi yang
menyebabkan kebakaran. Unjuk rasa itu dihadiri oleh 80.000 orang.
Meskipun Blanck dan Harris diadili untuk kasus pembunuhan, mereka berhasil
bebas tanpa hukuman. Namun kebakaran itu memaksa kota memberlakukan reformasi.
Selain kebakaran yang terjadi di pabrik Triangle Shirtwaist Company, pada tanggal
yang sama di tahun 421 Masehi, kota Venesia lahir. Peresmian kota ditandai dengan
pembangunan gereja pertama, San Giacomo, di Pulau Rialto. Peristiwa tragis juga
terjadi di tanggal yang sama pada 1975. Raja Arab Saudi kala itu, Faisal bin Abdulaziz
Al Saud, tewas ditembak oleh keponakannya sendiri, Pangeran Faisal bin Musaid.
BAB IV
PENUTUP
Untuk mempercepat peningkatan pengetahuan, sikap dan praktek target sasaran tentang
pengurangan risiko bencana, ada banyak cara atau metode yang dapat dipakai yang sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan serta menarik bagi masyarakat dalam tingkat pendidikan apapun. Kemaslah
informasinya dengan menarik. Cara yang dapat dilakukan antara lain dengan memberi informasi
sedikit demi sedikit, santai tapi terarah. Dalam menginformasikan pengurangan risiko bencana juga
dapat memanggil
DAFTAR PUSTAKA
https://belajarbencanalearndisaster.com/bencana-di-indonesia/kegagalan-teknologi
https://www.liputan6.com/global/read/2898324/25-3-1991-kebakaran-terkelam-industri-as-
145-pekerja-tewas
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo
jakarta/documents/publication/wcms_616190.pdf
http://bencanapedia.id/Bencana_Teknologi