Anda di halaman 1dari 4

Nama : Noor moch iskandar alfi

Nim :1708101083

Kelas pai c semester 1

Pemikiran Al-kindi

Abstract

Al-Kindi is the first Muslim philosopher to construct Islamic philosophical thoughts in a


systematic and clear way. Philosophical thoughts of Al-Kindi are reflection of doctrines that
he received from classic Greece sources and the legacy of Neo-Platonic thoughts combined
with Islamic faith. Al-Kindi opens the room of dialogue to combine philosophical doctrines
and religion. Knowledge about God, according to Al-Kindi, is early philosophy or the first
philosophy; philosophy that states al-Haqq as telos that will end the overall works of
philosophy. Al-Kindi divides intelligence based on several stages as follows: active
intelligence (intelligence that guarantees the ability of human beings to understand rational
matters that needs external stimuli), actual intelligence (potential intelligence that escaped
potential boundary when soul started to understand rational and abstract matters), and
physical intelligence (intelligence that seriously comprehend rational matters and seeks to
transform potential matter into actual thing).

Abstrak
Al-Kindi adalah filsuf Muslim pertama yang membangun pemikiran filosofis Islam dengan
cara yang sistematis dan jelas. Pemikiran filosofis Al-Kindi adalah cerminan doktrin yang dia
dapatkan dari sumber klasik Yunani dan warisan pemikiran Neo-Platonis yang
dikombinasikan dengan iman Islam. Al-Kindi membuka ruang dialog untuk menggabungkan
doktrin filosofis dan agama. Pengetahuan tentang Tuhan, menurut Al-Kindi, adalah filsafat
awal atau filsafat pertama; filsafat yang menyatakan al-Haqq sebagai telos yang akan
mengakhiri keseluruhan karya filsafat. Al-Kindi membagi kecerdasan berdasarkan beberapa
tahap sebagai berikut: kecerdasan aktif (kecerdasan yang menjamin kemampuan manusia
untuk memahami hal-hal rasional yang membutuhkan rangsangan eksternal), kecerdasan
sebenarnya (potensi kecerdasan yang lolos dari batas potensial saat jiwa mulai mengerti
rasional dan abstrak. hal-hal), dan kecerdasan fisik (kecerdasan yang secara serius memahami
masalah rasional dan berusaha mentransformasikan materi potensial menjadi hal yang
sebenarnya).

Kata kunci: Pemikiran Filosofis, al-Kindi


A. Latar Belakang:

Menurut al-Kindi, Tuhan ialah ujud yang hak. Ia ada dari semula dan ada untuk selama-
lamanya. Tuhan adalah ujud yang sempurna yang tidak didahului oleh ujud lain. Ujudnya
tidak berakhir dan tidak ada ujud selain dari pada-Nya. Dia tidak berserikat. Mustahil ia tidak
ada. apa bukti ujudNya? Al-Kindi mengemukakan tiga jalan pembuktian ujud Tuhan.
Pertama, barubahnya alam pembuktian adanya Tuhan. Mungkinkah suatu jadi sebab bagi
ujud dirinya? Hal itu tidak mungkin. Dengan demikian jelas bahwa alam itu baru. Karena ia
terbatas, maka ada awal waktunya. Dari itu tentu ada yang menyebabkan alam ini terjadi.
Tidak mungkin ada benda yang ada dengan sendirinya. Dengan demikian ia diciptakan oleh
penciptanya dari ketiadaan. Pencipta itu Tuhan.
Kedua, keragaman dalam ujud. Dalam alam tidak mungkin ada keragaman tanpa
keseragaman. Tergabungnya keragaman dan keseragaman bersama-sama, bukanlah karena
kebetulan, tetapi karena suatu sebab. Dan sebab itu bukanlah alam itu sendiri. Kalau alam itu
sendiri jadi sebabnya, halnya tidak berhingga, tak habis-habisnya. Sedangkan suatu yang
tidak berakhir tidak mungkin terjadi. Dari itu, sebab tersebut tetntu berada di luar alam. Ia
lebih mulai, lebih tinggi dan lebih dahulu adanya, karena sebab harus ada sebelum akibat atau
efeknya. Sebab itulah yang Tuhan.
Ketiga, kerapian alam. Alam lahir tidak mungkin rapi dan teratur kecual karena adanya
substansi yang tidak tampak. Substansi itu hanya dapat diketahui melalui bekas-bekasNya
dan kerapaian serta keteraturan yang kita konstatir pada alam. Mungkinkah suatu rapi dan
teratur tanpa ada yang merapikan dan mengaturnya? Substansi yang merapikan dan mengatur
alam nyata ini adalah Tuhan.
B. Pembahasan :

Filsafat ketuhanan

Bagi al-Kindi, Tuhan adalah wujud yang sempurna dan tidak didahului wujud yang
lain. Hal ini ditegaskan dalam al-Qur’an dengan firman-Nya, Wujud-Nya tidak berakhir,
sedangkan wujud yang lain disebabkan wujud-Nya. Tuhan adalah yang Maha Esa yang tidak
dapat dibagi-bagi dan tidak ada zat yang menyamainya dalam segala aspek Ia tidak
melahirkan dan tidak pula dilahirkan.
Tuhan dalam filsafat al-Kindi, tidak mempunyai hakikat dalam arti ainiah (jus’I) atau
mahiyah (universal). tidak ainiyah karma Tuhan tidak termasuk benda-benda yang ada dalam
alam. Bahkan ia pencipta alam. Ia tidak tersusun dari materi dan bentuk. Juga Tuhan tidak
mempunyai hakikat dalam bentuk mahiyah, karma Tuhan bukan merupakan jenis,atau
species, Tuhan hanya satu dan tidak ada yang scraps dengannya.
Tuhan adalah unik, Ia adalah al-Haq al-Awwal dan Ia semata-mata satu.Lebih lanjut
dikemukakan dalam bukunya “al-Sinaat al-Uzma, bahwa Allah Maha terpuji, Dia adalah
penyebab bab gerak yang abadi (Qadim), maka ia tidak dapat dilihat dan tak bergerak
penyebab gerak tanpa menggerakkan dirinya, inilah gambarannya bagi yang memahaminya
Lewat kata-kata sederhana: Ia Tunggal sehingga tidak dapat dipecah-pecah, ia menjadi
tunggal, dan ia tak terlihat, karma ia tak tersusun dan tak ada susunan baginya tetapi
sesungguhnya ia terpisah dari segala yang dapat dilihat, karena, ia penyebab gerak segala
yang dapat dilihat.
Kelihatannya al-Kindi pengalih konsepsi hellenistis tentang Tuhan. Al-Kindi membuat
istilah-istilah baru: Tuhan Maha Besar, la Maha tinggi, ia bukan materi, tak berbentuk, tak
berjumlah, tak berhubungan, juga tidak dapat disifati dengan ciri-ciri yang ada (al-ma’qulat).
Ia abadi. oleh karena itu, Ia Maha Esa (al-Wahdah).
Argumen-argumen al-Kindi tentang kemaujudan Tuhan betumpuh pada keyakinan sebab
akibat, segala yang maujud pasti ada yang menyebabkan kemaujudannya, hanya rangkaian-
sebab itu terbatas akibatnya, ada sebab pertama atau sebab sejati yaitu Tuhan.
Dalil-dalil lain tentang adanya Tuhan adalah dunia mulanya tak maujud, oleh karenanya pasti
butuh satu pencipta. segala ciptaan tak abadi, hanya Tuhanlah sendiri yang abadi. Hal ini
menunjukkan bahwa segala hal itu berproses. Demikian pula dunia secara keseluruhan tak
abadi karma mereka terbatas dan tercipta, segala yang terbatas dengan ruang dell waktu
adalah tak abadi.
Jadi, dunia (alam) ini baharu sebagaimana pendapat para mutakallimun, hanya saja
perbedaannya adalah dari segi kandungan dalilnya. Oleh karena itu, timbal pertanyaan
apakah mungkin sesuatu dalam kenyataan ini menjadi sebab bagi dirinya atau tidak,? Al-
Kindi menjawab tentu tidak mungkin, karena sesuatu yang ada dalam alam ini sebab
padanya. Olehnya itu, alam ini ada permasalahannya baik dari segi gerak maupun dari segi
waktu. Pencipta itu tidaklah banyak melainkan Maha Fsa, tidak terbilang, Dialah yang
langsung karena ia tidak berubah. Sesuatu yang berubah, ia tidak langgeng.
KESIMPULAN
1.      Pemikiran ketuhanan al-kindi masih dalam batas-batas ajaran islam, walaupun ada
pengaruh dari pikiran filsafat yunani
2.      Pengertian tuhan menurut al-kindi adalah; sebab pertama atau yang mana wujudnya
bukan karena sebab lain. Zat yang menyempurnakan bukan di sempurnakan. Dan tuhan
tidak memiliki hakekat dalam arti aniah maupun mahiah
3.      Dalam membuktikan adanya tuhan menggunakan
a. Dalil kosmologi yang meliputu alam semesta diciptakan dalam waktu, keanekaragaman
dan keragaman dalam wujud, sesuatu tidak dapat menjadi sebab wujudnya sendiri,
analogi antara makrokosmos dan mikrokosmos
b. Teologis; hanya dapat di buktikan melalui kerapian alam
4.      Dalam membuktikan ke esaan tuhan, didasarkan kepada surah ash-shamdaniyah
sebagaimana para mutakllim (mu’tazilah) daimana keesaan tuhan tidak dapat di siafati
dengan apa yang ada dalam fikiran, tuhan adalah keesaan, bukan benda, bukan forma,
bukan genus juga sepecies,tidak bertubuh tidak bergerak,

Anda mungkin juga menyukai