Anda di halaman 1dari 6

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN

DALAM PENILAIAN KINERJA MANAJER

3. PRODUKTIVITAS
Pusat pertanggungjawaban yang dapat diukur kinerjanya dengan menggunakan
ukuran produktivitas adalah pusat pertanggungjawabaan yang outputnya dapat
diukur secara kuantitatif.

Ratio Produktivitas = Keluaran (output)


Masukan (input)

Contoh : Pusat biaya teknik, pusat biaya kebijakan yang keluarannya dapat
diukur secara kuantitatif (departemen pemasaran), pusat laba dan pusat
investasi.
Pengukuran produktivitas dapat dilakukan untuk setiap masukan secara terpisah
(parsial) atau secara total untuk keseluruhan masukan yang digunakan untuk
menghasilkan keluaran.

PRODUKTIVITAS PARSIAL
Adalah pengukuran produktivitas untuk satu masukan pada suatu saat (partial
productivity measurement).

Produktivitas operasional (Operasional productivity measure).


Jika output dan inputnya dinyatakan dalam kuantitas fisik.

Produktivitas Keuangan (Financial productivity measure).


Jika output dan inputnya dinyatakan dalam rupiah.

Contoh 12 hal 467


Data divisi X pada tahun 20X1: Produksi 11.000 unit ; konsumsi sumber daya
1100 jam tenaga kerja ; harga jual produk Rp. 25 per unit ; upah tenaga kerja
Rp. 10 per jam.
 Produktivitas operasional = 11.000 / 1100 = 10 unit/jam
 Produktivitas keuangan = 11.000 x 25 = Rp. 25 /tkl
1100 x 10

Pengukuran Perubahan Produktivitas dengan Ukuran Produktivitas


Parsial

Ukuran produktivitas dalam contoh di atas tidak menyampaikan informasi


apapun jika hanya berdiri sendiri. Agar dapat bermakna, ukuran produktivitas
suatu periode harus dibandingkan dengan ukuran produktivitas periode
sebelumnya. Periode sebelumnya merupakan periode dasar yang ukuran
produktivitasnya dipakai sebagai standar untuk mengukur kenaikan atau
penurunan produktivitas yang terjadi dalam jangka waktu tertentu.

Contoh 13 hal 468

PRODUKTIVITAS TOTAL
Adalah pengukuran produktivitas untuk seluruh masukan pada suatu saat (Total
productivity measurement).

1
Produkivitas total muncul karena produktivitas parsial memiliki sejumlah
kelemahan, sehingga penggunaan produktivitas parsial secara terpisah sebagai
ukuran kinerja dapat menyesatkan.
Suatu penurunan produktivitas salah satu masukan kemungkinan diperlukan
untuk menaikan produktivitas masukan yang lain.

Pengukuran produktivitas total dapat dilakukan dalam 2 kondisi :


1) Tanpa adanya pertukaran (trade off) antar masukan
2) Dengan memperhitungkan pertukaran (trade off) antar masukan

1) Perubahan Produktivitas Tanpa Pertukaran Produktivitas


 Dalam memproduksi suatu produk, digunakan berbagai masukan
seperti bahan baku, tenaga kerja, modal, dan energi.
 Ukuran produktivitas total memperhitungkan semua jenis masukan
yang digunakan untuk menghasilkan keluaran.

Contoh 15 hal 469 :


Manajer divisi X melakukan analisis perubahan produktivitas yang terjadi dalam
tahun 20X2 dibandingkan dengan tahun 20X1, untuk mengetahui keberhasilan
program penyempurnaan proses produksi yang dilakukan sejak tahun 20X1.
data keluaran, masukan, dan harga per unitnya masing-masing adalah sebagai
berikut :
20X1 20X2
Jumlah produk yang dihasilkan 220.000 220.000
Jam tenaga kerja yang dipakai 22.000 20.000
Bahan baku yang dipakai (kg) 220.000 176.000
Harga jual produk per unit Rp. 25 Rp. 25
Upah tenaga kerja per jam Rp. 10 Rp. 10
Biaya per kg bahan baku Rp. 5 Rp. 5

20X1 20X2
Rasio produktivitas TK 220.000 / 22.000 = 10 220.000 / 20.000 = 11
Rasio produktivitas BB 220.000 / 220.000 = 1 220.000 / 176.000 = 1,25

Dari perbandingan rasio produktivitas setiap masukan, manajemen dapat


melakukan evaluasi terhadap perkembangan usaha peningkatan produktivitas
yang dilakukannya.

Ukuran Produktivitas yang Dihubungkan dengan Laba


 Salah satu cara untuk menilai perubahan produktivitas adalah
dengan menghitung dampak perubahan produktivitas terhadap laba tahun
kini. Ukuran ini disebut profit linked productivity.
 PLP membantu manajemen memberi informasi produktivitas
secara ekonomi.

Untuk menghubungkan perubahan produktivitas dengan laba tahun


kini diperlukan langkah berikut ini :
1. Menghitung kuantitas masukan tahun kini jika tidak ada perubahan
produktivitas yang terjadi, atau disebut kuantitas bebas perubahan
produktivitas ( productivity neutral quantity of input )
2. Menghitung kuantitas masukan yang dihitung pada langkah pertama
dikalikan dengan harga per satuan masukan.
3. Membandingkan hasil perhitungan pada langkah kedua dibandingkan dengan
hasil kali kuantitas masukan sesungguhnya tahun kini dengan harga per

2
satuan masukan sesungguhnya untuk menghitung produktivitas yang
dihubungkan dengan laba.

Contoh 16 hal 471


Perhitungan kuantitas perubahan produktivitas berdasarkan pada data contoh 15
atas :

Perhitungan kuantitas masukan tahun kini jika tidak ada perubahan produktivitas
Kuantitas Rasio Kuantitas bebas
produk produktivitas perubahan
tahun ini tahun lalu produktivitas
(1) (2) (1) : (2) = (3)
Tenaga kerja 220.000 10 22.000
Bahan baku 220.000 1 220.000

Perhitungan profit linked productivity :

KBPP KBPP x H KS KS x H PLP


(1) (2) (3) (4) (2) – (4)
Tenaga 22.000 Rp. 220.000 20.000 Rp. 200.000 Rp. 20.000
kerja 220.000 1.100.000 176.000 880.000 220.000
Bahan baku
Rp1.320.000 Rp1.080.000 Rp240.000

Keterangan :
KBPP = Kuantitas Bebas Perubahan Produktivitas
H = Harga masukan per unit
KS = Kuantitas sesungguhnya yang digunakan untuk menghasilkan
keluaran dalam tahun kini
PLP = Profit linked produktivity

Dari data di atas terlihat dampak perbaikan produktivitas tenaga kerja dan
bahan baku terhadap laba Divisi X dalam dua tahun tersebut yang menyebabkan
kenaikan laba sebesar Rp. 240.000. Dengan demikian profit linked productivity
mengukur dampak perubahan laba yang disebabkan oleh perubahan
produktivitas masukan.

2) Ukuran Produktivitas Total dengan Mempertimbangkan Pertukaran


( trade off )

Jika produktivitas suatu masukan dinaikkan dengan akibat penurunan


produktivitas masukan yang lain, manajemen memerlukan ukuran nilai
produktivitas total yang berupa profit linked productivity.

Contoh 17 hal 472 :


Divisi Z memproduksi berbgai macam produk. Data berikut ini mencerminkan
hasil perbaikan produktivitas proses produksi untuk menghasilkan salah satu
produknya. Pertukaran yang terjadi dalam dua tahun menunjukkan kenaikan
produktivitas tenaga kerja dan energi, sementara itu terjadi penurunan
produktivitas bahan baku :

20X1 20X2
Jumlah produk yang dihasilkan (unit) 110.000 120.000

3
Tenaga kerja yang dipakai (jam) 11.000 10.000
Bahan baku yang dipakai (kg) 110.000 125.000
Energi (kwh) 200.000 200.000
Produktivitas tenaga kerja 10 12
Produktivitas bahan baku 1 0,96
Produktivitas energi 0,55 0,60
Harga jual produk per unit Rp. 25 Rp. 25
Upah tenaga kerja per jam Rp. 10 Rp. 10
Biaya bahan baku per kg Rp. 5 Rp. 5
Biaya energi dan lain-lain per jam Rp. 6 Rp. 6

Perhitungan kuantitas masukan tahun kini jika tidak ada perubahan


produktivitas
Kuantitas Rasio Kuantitas Bebas
produk produktivitas Perubahan
tahun ini tahun lalu Produktivitas
(1) (2) (1) : (2) = (3)
Tenaga kerja 120.000 10 12.000
Bahan baku 120.000 1 120.000
Energi 120.000 0,55 218.182

Perhitungan profit linked productivity :

KBPP KBPP x H KS KS x H PLP


(1) (2) (3) (4) (2) – (4)
Tenaga kerja 12.000 Rp. 120.000 10.000 Rp. 100.000 Rp. 20.000
Bahan baku 120.000 600.000 125.000 625.000 (25.000)
Energi 218.182 1.309.092 200.000 1.200.000 109.092
Rp2.029.092 Rp1.925.000 Rp104.092

Price Recovery Component


Adalah perbedaan antara total perubahan laba dengan profit linked productivity
(PLP)

Contoh 18 hal 474 :


Dari contoh 17 di atas dihitung price Recovery component, perhitungan total
laba tahun 20X1 dan 20X2 adalah :

20X1 20X2
Pendapatan penjualan :
110.000 unit x Rp. 25 Rp 2.750.000
120.000 unit x Rp. 25 Rp.
3.000.000
Biaya Masukan :
 Tenaga Kerja :
11.000 jam x Rp. 10 110.000
10.000 jam x Rp. 10 100.000

4
 Bahan baku :
110.000 kg x Rp. 5 550.000
125.000 kg x Rp. 5 625.000
 Energi dan lain-lain :
200.000 jam x Rp. 6 1.200.000
200.000 jam x Rp. 6 1.200.000

Jumlah total biaya masukan Rp 1.860.000 Rp1.925.000

Total perubahan laba Rp 890.000 Rp1.075.000

Total perubahan laba dalam tahun 20X2 adalah :


1.075.000 – 890.000 = Rp. 185.000

Price Recovery component dihitung sebagai berikut :


Total perubahan laba Rp. 185.000
Profit linked productivity Rp. 104.092 -
Price recovery component Rp. 80.908

Price recovery component menunjukkan bahwa laba tahun 20X2 hanya akan
naik sebesar Rp. 80.908, jika tidak terjadi perbaikan produktivitas dalam tahun
tersebut.
Jika seandainya tidak ada perbaikan produktivitas, biaya masukan akan
mengalami kenaikan sebesar Rp. 169.092 ( Rp. 2.029.092 – Rp. 1.860.000 ),
sehingga kenaikan pendapatan sebesar Rp. 250.000 akan digunakan untuk
menutup kenaikan biaya masukan tersebut dan akan mengakibatkan kenaikan
laba hanya sebesar Rp. 80.908 ( Rp. 250.000 – Rp. 169.092 ).
Namun karena dalam tahun 20X2 terdapat perbaikan produktivitas tenaga kerja
dan energi, yang menyebabkan kenaikan laba sebesar Rp. 104.092 (dampak
perubahan produktivitas terhadap perubahan laba atau profit linked
productivity ),maka total perubahan laba dalam tahun 20X2 adalah sebesar Rp.
185.000 ( Rp. 104.092 + Rp. 80.908).

5
6

Anda mungkin juga menyukai