Anda di halaman 1dari 16

Manajemen Kas dan Surat-Surat Berharga

Jangka Pendek
Pengertian kas

Manajemen Kas (Cash Management) adalah suatu kumpulan kegiatan perencanaan,

perkiraan, pengumpulan, pengeluaran dan investasi kas dari suatu perusahaan agar dapat

beroperasi dengan lancar. Tanpa manajemen kas yang baik sebuah perusahaan bisa

mengalami kebangkrutan karena kekurangan kas, walaupun ia menghasilkan profit.

Sedangkan Kas ( Cash) adalah aktiva lancar yang meliputi uang kertas/logam dan benda-

benda lain yang dapat digunakan sebagai media tukar/alat pembayaran yang sah dan dapat

diambil setiap saat.

Yang termasuk dalam kas (cash) :

1. Uang tunai dalam bentuk kertas/logam

2. Uang perusahaan yang disimpan di bank yang sewaktu-waktu dapat diambil

3. Cek yang diterima sebagai pembayaran dari pihak lain

4. Cek perjalanan(travell check) adalah yang diterbitkan oleh suatu bank untuk
melayani nasabah yang melakukan perjalanan jarak jauh.

5. Kasir cek adalah cek yang dibuat dan ditanda tangani oleh suatu bank,ditarik oleh
bank itu sendiri untuk melakukan pembayaran ke pihak lain

6. Wesel post: dapat dijadikan uang tunai pada saat diperlukan

Yang tidak termasuk dalam kas(cash) :

1. Deposito berjangka/Time deposite : uang simpanan di bank yang hanya dapat


diambil setelah jangka waktu tertentu berakhir

2. Uang yang disediakan untuk tujuan-tujuan tertentu sehingga terikat penggunaannya


Contoh : Dana Pensiun

3. Cek mundur/Post date check : tidak dapat digolongkan ke dalam kas sebelum jangka
waktunya

4. Perangko
Surat-surat berharga jangka pendek

Pengertian surat berharga jangka pendek

Kelebihan uang kas dalam suatu perusahaan tidak akan menimbulkan pendapatan karena

itu kelebihan kas sebaiknya diinvestasikan selama masa tidak terpakainya kas tersebut.

Karena jangka watu tidak dipakainya kas relatif pendek, maka investasinya juga dilakukan

dalam bentuk atau dalam jangka pendek.

Investasi jangka pendek bisa dilakukan dalam bentuk deposito, sertifikiat bank atau surat-

surat berharga yaitu saham ( efek ekuitas) dan obligasi (efek Utang)

Pengaturan akutansi dan pelaporan investasi obligasi ( efek Utang) dan saham (efek Ekuitas)

diatur dalam PSAK No. 50. Menurut PSAK tersebut perusahaan harus mengklasifikasikan

investasi saham ke dalam salah satu dari tiga kelompok berikut ini :

1. Dimiliki hingga jatuh tempo ( Held to Maturity)

Efek ekuitas yang dibeli dan dimiliki sampai jatuh tempo harus diklasifikasikan dalam

kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo”

2. Diperdagangkan ( Trading)

Efek yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam waktu dekat harus diklasifikasikan

ke dalam kelompok “diperdagangkan”. Investasi ini dilakukan dengantujuan untuk mecari

laba dari perbedaan harga jangka pendek

3. Tersedia untuk dijual (available for sale)

Efek yang tidak diklasifikasikan ke dalam dua kelompok tersebut harus dilasifikasikan ke

dalam kelompok “tersedia untuk dijual”

      A.   Motivasi Perusahaan Mengadakan Kas


Kas dan surat berharga merupakan jenis aktiva yang paling likuid bagi perusahaan.
Pengertian kas adalah seluruh uang tunai yang ada ditangan (cash on hand) dan dana yang
disimpan dibank dalam berbagai bentuk seperti deposito, rekening Koran. Kas merupakan
alat tukar yang memungkinkan manajemen menjalankan berbagai kegiatan usahanya.
Surat berharga adalah bentuk penanaman dana perusahaan dalam jangka waktu
pendek yang bersifat sementara, sehingga apabila perusahaan membutuhkan kas, maka
surat berharga akan dijual dan hasilnya dapat digunakan untuk membiayai koperasional
perusahaan.

Motif dalam Menyimpan Kas


Terdapat empat motif dasar dalam menyimpan kas yaitu:
1.      Motif Bertransaksi (Transactions Motive)
  Motif transaksi artinya uang kas digunakan untuk melakukan pembelian dan
pembayaran,seperti pembelian barang atau jasa, pembayaran gaji, upah utang, dan
pembayaran lainnya. Kas keluar dan kas masuk tidak selalu tersinkronisasi. Jika kas keluar >
kas masuk, perusahaan bisa menghadapi masalah likuiditas.
2.      Motif Berjaga-Jaga (Precautionary Motive)
      Motif berjaga-jaga, artinya uang kas digunakan untuk berjaga-jaga sewaktu dibutuhkan
uang kas untuk keperluan yang tidak terduga.Misalnya pada saat perusahaan mengalami
kerugian tertentu dan harus menutupi kerugian tersebut sesegera mungkin.
3.      Motif Spekulasi (Speculative Motive)
      Motif spekulasi, artinya uang kas digunakan untuk mengambil keuntungan dari
kesempatan yang mungkin timbul diwaktu yang akan datang, seperti turunnya harga bahan
baku secara tiba-tiba akan menguntungkan perusahaan dan diperkirakan kemungkinan akan
meningkat dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dalam hal ini perusahaan akan memiliki
kesempatan untuk membeli dengan uang kas yang dimilikinya, dan menjualnya pada saat
harga naik. 
4.      Kebutuhan saldo Kompensasi (Compensating Balance)
   Motif saldo kompensasi merupakan salah satu alasan perusahaan untuk mengadakan
kas.Perusahaan memiliki saldo kas tertentu di bank dalam bentuk rekening giro, sebagai
kompensasi atas jasa pelayanan yang diberikan bank kepada perusahaan. Sejumlah dana
berupa saldo  minimum  yang diputuskan  untuk  tetap berada di bank dalam rekening giro,
sehingga perusahaan tidak perlu membayar jasa pelayanan tertentu kepada bank. Dengan
adanya saldo ini, bank dapat meminjamkan dana kepada nasabah dengan jangka waktu
yang lebih lama. Bank akan memperoleh  penghasilan  bunga  yang  merupakan  biaya  jasa 
tidak  langsung  yang  harus dibayar  oleh nasabah tersebut.

Aliran Kas
 Aliran kas dalam perusahaan : Aliran kas masuk (cash inflow) dan aliran kas keluar
(cash out flow). Aliran kas ada yang kontinyu dan tidak kontinyu (intermittent).
• Aliran kas masuk kontinyu (misalnya hasil penjualan produk secara tunai, penerimaan
piutang). Aliran kas masuk intermittent (misalnya pendapatan dari peyertaan pemilik
perusahaan, penjualan saham, penerimaan kredit dari bank, penjulan AT yang tdk terpakai).
• Aliran kas keluar kontinyu (misalnya kas utk pembelian bahan mentah, gaji karyawan)
Aliran kas keluar intermittent (misalnya pengeluaran untuk pembayaran dividen, bunga,
pembayaran angsuran hutang pembelian kembali saham, pembelian AT).

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kas


1.    Adanya penerimaan dari hasil penjualan barang dan jasa. Artinya perusahaan melakukan
penjualan barang, baik secara tunai maupun secara kredit. Bila dilakukan secara tunai, maka
otomatis langsung berpengaruh terhadap kas. Akan tetapi jika dilakukan secara angsuran,
maka perubahan ini akan terjadi untuk beberapa  saat kedepan. Perubahan tentunya akan
menyebabkan uang kas bertambah.
2.      Adanya pembelian barang dan jasa, artinya perusahaan memnbeli sejumlah barang, baik
bahan baku, bahan tambahan, atau barang keperluan lainnya, yang tentunya akan berakibat
mengurangi jumlah uang kas.
3.        Adanya pembayaran biaya-biaya operasional. Dalam hal ini perusahaan mengeluarkan
sejumlah biaya yang sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk membiayai aktivitas
perusahaan, seperti membayar gaji, upah, telepon, listrik, pajak, biaya pemeliharaan yang
tentunya akan mengakibatkan uang kas akan bertambah.
4.     Adanya pengeluaran untuk membayar angsuran pinjaman. Artinya jika dalam memperoleh
sumber dana perusahaan melakukan pinjaman ke bank atau ke lembaga lain, maka
perusahaan tentu akan membayar angsuran pinjaman tersebut, selama beberapa waktu ,
hal ini tentunya akan mengakibatkan berkurangnya uang kas.
5.      Adanya pengeluaran untuk investasi. Hal ini dilakukan bila perusahaan hendak melakukan
penambahan kapasitas produksi seperti pembelian mesin-mesin baru, atau pembangunan
gedung atau pabrik baru. Hal ini juga dapat terjadi bila perusahaan hendak melakukan
ekspansi kebidang usaha lainnya.
6.    Adanya penerimaan dari pendapatan, artinya perusahaan memperoleh tambahan kas dari
pendapatan, baik yang berkaitan langsung dengan kegiatan perusahaan maupun
pendapatan yang tidak langsung. Jelas bahwa pendapat ini akan mempengaruhi jumlah
uang kas.
7.         Adanya penerimaan dari pinjaman. Dalam hal ini perusahaan memperoleh sejumlah
uang dari lembaga peminjam, seperti bank atau lembaga keuangan lainnya. Pinjaman ini
akan menamabah jumlah uang kas dalam periode tersebut.
8.      Dan faktor lainnya.
Disamping faktor yang dapat mempengaruhi kas perusahaan terdapat pula faktor-faktor
yang tidak mempengaruhi perubahan jumlah uang kas, yaitu:
      a)      Adanya penghapusan dan pengurangan nilai buku dari aktiva.
     b)    Penghentian pengguanaan aktiva yang sudah habis umur ekonomisnya (disusut) dan
tidak dapat dipakai lagi.
     c)    Adanya pembenaan terhadap aktiva tetap seperti depresiasi, omortisasi, deplesi (karena
biaya ini tidak memerlukan biaya kas).
     d)   Adanya pengakuan kerugian piutang dan penghapusan piutang karena sudah tidak dapat
ditagih lagi.
      e)      Adanya pembayaran deviden dalam bentuk saham.
      f)       Adanya penyisihan atau pembatasan pengguanaan laba.
      g)      Adanya penilaian kembali (revaluasi) terhadap aktiva yang dimiliki.

Manajemen Kas Versus Manajemen Likuiditas


            Dalam membahas manajemen kas perlu dibedakan antara manajemen kas yang
sesungguhnya dan manajemen likuiditas.Perbedaan ini sering merupakan sumber
ketidakjelasan karena istilah kas dalam praktik sering digunakan untuk dua pengertian yang
berbeda. Pertama, kas yang merujuk pad akas sesungguhnya yang ada di perusahaan.
Kedua, manajer keuangan sering menggunakan istilah kas tetapi meliputi juga surat-surat
berharga, yang kadang-kadang disebut setara kas.
                  Perbedaan manajemen kas dengan manajemen likuiditas adalah jelas.Manajemen
likuiditas berkaitan dengan jumlah optimal aktiva likuid yang harus dimiliki perusahaan,
sedangkan manajemen kas lebih erat kaitannya dengan mengoptimalkan mekanisme untuk
pengumpulan dan pendistribusian kas.
   
      B. Memahami Float dalam manajemen kas
                  Dalam praktik bisnis, suatu perusahaan yang sudah besar pada umumnya
menggunakan jasa bank untuk memfasilitasi berbagai transaksi yang dilakukan perusahaan.
Sering kali terdapat perbedaan antara saldo kas yang ada dalam catatan buku perusahaan
dan saldo yang ada pada rekening perusahaan di bank. Perbedaan inilah yang dikenal
dengan istilah float, yang mencerminkan dampak dari adanya cek perusahaan yang masih
dalam proses kliring.  
     
Disbursement Float (Pengeluaran mengambang)
            Cek yang ditulis perusahaan akan menimbulkan disbursement float, karena akan
menurunkan saldo kas dalam catatan buku perusahaan, tetapi belum mengubah saldo kas
perusahaan di bank sampai dengan cek tersebut diuangkan. Sebagai contoh, perusahaan
General, mempunyai 100 juta rekening Giro di bank. Pada tanggal 8 Oktober 2008
perusahaan membeli bahan baku dan membayar dengan menggunakan cek Rp 100 juta.
Saldo kas pada catatan buku perusahaan akan segera berkurang sebesar Rp 100 juta.
                  Bank perusahaan General tidak akan mengetahui cek tersebut sampai saat diuangkan
ke bank, misalkan tanggal 15 Oktober 2008. Dengan demikian sampai dengan cek
diuangkan, saldo kas perusahaan di bank akan lebih tinggi sebesar Rp 100 juta dibandingkan
dengan saldo kas dalam catatan buku perusahaan. Jadi, sebelum 8 Oktober 2008
perusahaan General mempunyai zero float.
Float    = firm’s available balance – Firm’s book balance
                  = Rp 100 juta – Rp 100 juta
                  = Rp 0
Posisi perusahaan General antara 8 Oktober sampai dengan 15 Oktober 2008 adalah:
Disbursement float      = firm’s available balance – Firm’s book balance
                                          = Rp 100 juta – Rp 0
                                          = Rp 100 juta
            Selama cek dalam proses kliring, perusahaan dapat memperoleh manfaat dengan
menginvestasikan sementara kas yang ada di bank pada surat berharga, sehingga
perusahaan memperoleh bunga.

Collection float dan net float


            Cek yang diterima perusahaan akan menimbulkan collection float, yang akan segera
meningkatkan saldo kas dalam catatan buku perusahaan tetapi tidak segera menimbulkan
perubahan pada saldo kas perusahaan di bank. Sebagai contoh, perusahaan General pada
tanggal 20 Oktober 2008 menerima cek dari pelanggan Rp 100 Juta. Perusahaan mencatat
penerimaan cek tersebut pada buku perusahaan General sehingga meningkatkan saldo
kasnya sebesar Rp 100 juta menjadi Rp 200 Juta. Akan tetapi tambahan saldo kas tidak
tampak pada saldo kas perusahaan General di Bank, sampai cek tersebut diuangkan ke bank
pelanggan pada tanggal 30 Oktober 2008. Sebelum 20 Oktober 2008 posisi perusahaan
General adalah:
Float     = firm’s available balance – Firm’s book balance
                    = Rp 100 juta – Rp 100 juta
                    = Rp 0
Posisi perusahaan General antara 20 Oktober sampai dengan 30 Oktober 2008 adalah:
Disbursement float       = firm’s available balance – Firm’s book balance
                                                      = Rp 100 juta – Rp 200 juta
                                                      = -Rp 100 juta
            Pada umunya, aktivitas pembayaran (disbursement) akan menghasilkan
disbursement float dan aktivitas pengumpulan (collection) akan menghasilkan Collection
float. Jumlah dari disbursement float dan collection float disebut net float. Net float pada
saat tertentu menunjukkan seluruh perbedaan antara firm’s available balance dan Firm’s
book balance. Jika net float positif, berarti disbursement float lebih besar dari collection
float, dan firm’s available balance lebih besar dari Firm’s book balance. Jika firm’s available
balance dlebih kecil dari Firm’s book balance, berarti perusahaan mempunyai net collection
float.
            Perusahaan seharusnya lebih memerhatikan net float dan available balance lebih
besar dari book balance. Jika manajer keuangan mengetahui cek yang telah ditulis
perusahaan belum dikliringkan selama beberapa hari, manajer keuangan dapat
mempertahankan saldo kas yang rendah di bank, sehingga memungkinkan perusahaan
untuk menginvestasikannya.
            Sebagai contoh, rata-rata penjualan perusahaan Exxon Mobil per hari mencapai USD
690 juta. Jika pengumpulan kas Exxon Mobil dapat dipercepat satu hari saja, maka
perusahaan akan mempunyai kas USD690 juta untuk diinvestasikan. Misalkan tingkat
keuntungan sebesar 001% per hari, maka jumlah bunga yang diperoleh setiap hari sebesar
USD69.000.

Mengelola disbursement float


            Sebagaimana kita ketahui, keterlambatan waktu pembayaran dapat bersumber dari
pengiriman check, pemrosesan check, dan penagihan. Disbursement float dapat
ditingkatkan dengan menuliskan check pada bank yang bertempat di lokasi yang jauh secara
geografis atau menuliskan check dari kantor pos yang terpencil. Dilihat dari sudut pandang
etika dan ekonomi taktik yang digunakan untuk meningkatkan disbursement float masih
dalam perdebatan. Hal ini disebabkan oleh beberapa argumen antara lain:
    a.    Secara ekonomi pada umumnya setiap syarat pembayaran selalu mencantumkan diskon
di mana diskon tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan keuntungan dari
meningkatkan disbursement float.
     b.      Secara etika menunda pembayaran yang sudah jatuh tempo merupakan  prosedur
bisnis yang tidak etis. Disamping itu terdapat konsekuensi negatif yaitu rusaknya hubungan
dengan pemasok. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mengelola
disbursement float, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan semaksimal
mungkin diskon yang diberikan oleh pemasok dan memperbaiki  pengendalian terhadap
pengeluaran.

      C. Manajemen Float
            Manajemen Float mencakup pengendalian penerimaan dan pengeluaran kas. Tujuan
penerimaan kas adalah mempercepat pemasukan kas dan mengurangi periode antara saat
pelanggan melakukan pembayaran dan saat kas tersedia di perusahaan. Tujuan pengeluaran
kas adalah untuk mengendalikan pembayaran dan meminimalkan biaya yang terkait dengan
proses pembayaran.
            Total waktu penerimaan atau pengeluaran kas dapat dibagi menjadi tiga komponen,
yaitu: mailing time, processing delay, dan availability delay.
a.    mailing time, adalah bagian dari proses penerimaan dan pembayaran, saat cek masuk
dalam sistem pengiriman
b.      processing delay adalah waktu yang diperlukan oleh penerima cek untuk memproses
pembayaran dan menyimpannya di bank
c.       Availability delay adalah waktu yang dibutuhkan untuk kliring cek dalam sistem
perbankan.
Mempercepat penerimaan kas meliputi pengurangan satu atau lebih komponen waktu
tersebut.

Mengukur float
            Mengukur Float Besar kecilnya float tergantung pada jumlah dollar atau rupiah dan
waktu penundaan. Sebagai contoh, misalkan perusahaan Anda mengirim check senilai
Rp500 ribu setiap bulan. Dibutuhkan waktu lima hari waktu pengiriman untuk sampai
ditempat tujuan (mailing time), dan satu hari bagi penerima untuk menyampaikan check
tersebut kepada bank penerima (processing delay). Bank penerima memproses check
selama tiga hari (availability delay). Dengan demikian total waktu adalah 9 hari.
            Dalam kasus ini Berapa rata-rata disbursement float per hari ? Pertama, perusahaan
Anda punya Rp 500 ribu float selama sembilan hari, dengan demikian total float adalah 9 x
Rp 500 ribu = Rp 4.500.000,- . Kedua, jika diasumsikan satu bulan adalah 30 hari, maka rata-
rata float per hari adalah :

Average daily float = Rp 4.500.000,- / 30 = Rp 150.000,-


            Hal ini berarti bahwa rata-rata perhari book balance perusahaan anda Rp 150.000
lebih rendah daripada available balance di bank. Jika terjadi lebih dari satu kali penerimaan
atau pembayaran dalam setiap bulan, perhitungannya menjadi sedikit kompleks.
 Contoh, perusahaan Anda menerima dua macam penerimaan setiap bulan:
Amount Processing and availability Total float
delay
1.      Rp 5.000.000 X9 Rp 45.000.000
2.      Rp 3.000.000 X5 Rp 15.000.000
  Total Rp 8.000.000 Rp 60.000.000

            Berdasarkan informasi tersebut jika satu bulan sama dengan 30 hari, maka dapat
dihitung:
Average daily float = Total float / Total days = Rp 60.000.000 / 30 = Rp 2.000.000
Dengan demikian rata-rata per hari sebanyak Rp 2.000.000 kas yang tidak diterima dan tidak
tersedia.

Biaya Float
            Biaya yang timbul dengan adanya collection foat bagi suatu perusahaan adalah
berupa opportunity cost karena perusahaan tidak dapat segera menggunakan kas. Paling
tidak perusahaan dapat memperoleh bunga, jika kas untuk investasi telah tersedia.
            Sebagai Contoh, Perusahaan Lambo, mempunyai ratarata penerimaan check per hari
Rp1.000.000,dan rata-rata tertimbang penundaan selama tiga hari. Dengan demikian
average daily float = 3 x Rp1.000.000 = Rp3.000.000. Hal ini berarti ada Rp 3.000.000 dana
yang tidak menghasilkan bunga dalam satu hari.

Electronic Data Interchange


            Electronic Data Interchange (EDI) merupakan istilah yang menunjukkan
perkembangan praktik yang secara langsung berkaitan dengan pertukaran informasi
elektronik antara berbagai bentuk bisnis. Salah satu bagian penting penggunaan EDI adalah
financial EDI atau FEDI, yang merupakan pengiriman data finansial secara elektronik
antarpihak sehingga mengurangi penggunaan kertas dalam pembuatan invoice, penulisan
cek, pengiriman, dan pemrosesan. Secara umum penggunaan EDI memungkinkan penjual
mengirim tagihan secara elektronik kepada pembeli. Penjual kemudian melakukan otorisasi
pembayaran, yang juga dilakukan secara elektronik. Bank yang ditunjuk untuk menerima
pembayaran dari pembeli kemudian mentransfer dana ke rekening penjual di bank yang
berbeda. Secara keseluruhan dampaknya adalah jangka waktu mulai transaksi sampai
penyelesaian transaksi menjadi berkurang secara berarti, dan float akan turun secara
drastis.

      D. Pengumpulan dan Konsentrasi Kas 


Lamanya waktu yang diperlukan pada setiap komponen proses pengumpulan kas
tergantung pada lokasi perusahaan pelanggan dan bank, serta efisiensi perusahaan dalam
pengumpulan kas.

Pengumpulan Kas
            Bagaimana perusahaan mengumpulkan kas dari pelanggannya, sebagian besar
tergantung pada sifat bisnis yang dilakukan perusahaan. Pada bisnis restoran, umumnya
para pelanggan membayar secara tunai, cek atau kredit pada saat terjadi transaksi, dengan
demikian tidak ada masalah dalam penundaan pengiriman. Biasanya dana disimpan di bank
lokal dan perusahaan mempunyai beberapa cara untuk menggunakan dana tersebut.
            Jika sebagian besar atau semua pembayaran penerimaan perusahaan dilakukan
dengan cek yang disampaikan melalui pengiriman, semua komponen waktu pengumpulan
menjadi relevan dipertimbangkan. Perusahaan dapat memilih untuk mengirim cek ke satu
lokasi,atau perusahaan dapat menggunakan beberapa lokasi yang berbeda untuk
mengurangi waktu pengiriman. Perusahaan juga dapat melakukan pengumpulan sendiri
atau menunjuk perusahaan lain yang mempunyai spesialisasi dalam pengumpulan kas.
            Pendekatan yang lain dalam mempercepat pengumpulan kas adalah dengan
melakukan kesepakatan dengan pelanggan untuk melakukan preauthorized payment.
Dengan kesepakatan tersebut, jumlah pembayaran dan waktu pembayaran ditetapkan di
awal. Setelah disepakati, pembayaran secara otomatis ditransfer dari rekening bank
pelanggan ke rekning bank perusahaan, dan cara ini dapat mengurangi waktu pengumpulan
kas.
Lockboxes
            Ketika perusahaan menerima pembayaran melalui pengiriman cek, perusahaan harus
memutuskan ke mana cek dikirim dan bagaimana penanganan cek akan ditangani serta
disimpan. Pemilihan yang dilakukan secara hati-hati terhadap jumlah dan lokasi
pengumpulan dapat mengurangi waktu pengumpulan kas secara berarti. Banyak
perusahaan menggunakan kantor pos yang dikenal dengan lockbooxes untuk menerima
pembayaran dan mempercepat pengumpulan kas

Konsentrasi Kas
            Perusahaan dapat memiliki sejumlah titik pengumpulan kas, yang ditangani oleh
banyak bank yang berbeda dan banyak rekening bank. Perusahaan memerlukan beberapa
prosedur untuk memindahkan kas dari banyak bank ke rekening utama perusahaan, yang
disebut dengan cash concentration. Dalam membangun sistem konsentrasi, perusahaan
dapat menggunakan satu atau lebih concentration banks. Satu concentration bank
mengumpulkan dana yang diperoleh dari bank-bank lokal yang tersebar di beberapa lokasi
yang berbeda.

      E. MANAJEMEN PENGELUARAN KAS


            Dari sudut pandang perusahaan, tujuan dari pengelolaan disbursement float adalah
untuk memperlambat disbursement kas. Untuk itu perusahaan perlu mengembangkan
strategi untuk meningkatkan mailfloat, procesing float, dan availability float atas cek yang
ditulis perusahaan. Disamping itu perusahaan juga harus mengembangkan prosedur untuk
meminimalkan kas untuk tujuan pembayaran.

Meningkatkan Disbursement Float


            Sebagaimana telah dipahami, memperlambat pembayaran dapat mencakup waktu
pengiriman check, pemrosesan check, dan pengumpulan dana. Disbursement float dapat
ditingkatkan dengan menulis cek atas bank yang secara geografis lokasinya jauh. Hal ini akan
memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk kliring cek melalui sistem perbankan.
            Taktik untuk memaksimalkan  Disbursement float masih menjadi perdebatan, baik
dari sudut pandang etika maupun ekonomi. Syarat pembayaran sering kali menawarkan
potongan yang cukup besar bagi pelanggan yang membayar lebih cepat. Potongan biasanya
lebih besar daripada penghematan yang diperoleh dari memainkan float. Di samping itu,
pemasok sering tidak menyukai upaya untuk memperlambat pembayaran. Akibat buruk
yang mungkin terjadi adalah hubungan yang kurang baik dengan pemasok dapat
menimbulkan biaya yang mahal.

Pengendalian Pengeluaran
            memaksimumkan waktu penundaan pembayaran mungkin merupakan praktek bisnis
yang kurang baik, namun demikian perusahaan berusaha untuk tetap menahan kas sekecil
mungkin dengan menunda waktu pembeyaran. Oleh karena itu, perusahaan perlu
mengembangkan sistem yang dapat mengelola proses pembayaran secara efisien. Dasar
pemikiran sistem yang demikian adalah perusahaan tidak boleh memiliki kas yang disimpan
di bank melebihi jumlah minimum yang diperlukan untuk membayar tagihan.

Zero-Balance Accounts
            Dalam sistem zero-balance accounts, perusahaan bekerja sama dengan bank
membuat satu master account dan sejumlah subaccount. Ketika cek yang ditulis di salah
satu subaccount harus dibayar, jumlah dana yang diperlukan ditransfer dari master account.
Dengan cara demikian, saldo kas pada subaccount tidak perlu ada atau nol.

Pengendalian Disbursement Accounts


            Dalam sistem ini semua pembayaran yang harus dilakukan pada hari tertentu telah
diketahui pada pagi harinya. Bank memberitahu perusahaan jumlah uang yang harus
dibayar, dan perusahaan mentransfer jumlah yang dibutuhkan.

      F.   INVESTASI KELEBIHAN KAS DAN SURAT BERHARGA


            Apabila perusahaan memiliki surplus kas untuk sementara waktu, perusahaan dapat
menginvestasikan pada surat berharga jangka pendek di pasar uang. Pada umumnya,
perusahaan besar mengelola sendiri aset keuangan jangka pendeknya, dan melakukan
transaksi melalui bank dan dealer.
            Surat berharga adalah surat yang dijual dengan cepat tanpa mengalami suatu
kerugian. Ada dua alasan perusahaan untuk melakukan investasi dalam surat berharga,
yaitu pertama, sebagai pengganti kas, dalam hal ini perusahaan mempertahankan suatu
portofolio surat berharga untuk mengurangi saldo kas yang terlalu besar untuk sementara
dan akan menjualnya kembali jika arus kas keluar melebihi arus kas masuk. Kedua, sebagai
investasi sementara, biasanya dilakukan untuk membelanjai kegiatan perusahaan yang
bersifat musiman atau untuk membelanjai kebutuhan yang telah direncanakan pada waktu
yang akan mendatang.
 Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu surat berharga
sebagai alternatif untuk menginvestasikan kelebihan kas yang bersifat sementara, yaitu:
    1.   Default risk , yaitu risiko kegagalan perusahaan yang menerbitkan surat berharga untuk
melunasi bunga dan pokok pinjaman.
     2.      Event risk, yaitu risiko suatu kejadian yang tiba-tiba dapat segera mengakibatkan
perusahaan yang menerbitkan surat berharga dalam kondisi yang sulit.
    3.  Interest rate price risk, yaitu risiko turunnya harga pasar suatu surat berharga karena
terjadinya kenaikan suku bunga di pasar.
     4.      Inflation risk, yaitu risiko inflasi yang akan menurunkan daya beli dari sejumlah uang.
   5.   Marketability risk, yaitu risiko kesulitan untuk menjual surat berharga pada tingkat harga
yang berlaku di pasar.
     6.   Return on securities, yaitu tingkat pendapatan dari surat berharga, hal ini biasanya
berkaitan dengan tingkat risiko dari surat berharga tersebut. Semakin besar risiko semakin
tinggi tingkat pendapatan yang disyaratkan.

Model Baumol-Allais-Tobin (BAT) dalam Manajemen Kas


            Model BAT, merupakan cara klasik dalam menganalisis permasalahan manajemen
kas. Model ini dipakai untuk menentukan saldo kas yang ditargetkan perusahaan, yaitu
saldo kas yang ditentukan berdasarkan keseimbangan antara biaya penyimpanan kas dan
biaya transaksi untuk memperoleh kas. Model ini hanya cocok untuk diterapkan dalam
kondisi yang bersifat pasti. Model ini mirip dengan model manajemen persediaan yang
dikenal dengan nama economic order quantity (EOQ). Dalam menentukan saldo kas
optimal, model BAT berorientasi pada biaya, yaitu jumlah biaya penyimpanan kas dan biaya
transaksi yang minimal.
Secara matematis besarnya saldo kas optimal dapat dihitung dengan rumus:
C* = √2xTxF
         k
Keterangan:
C* = Saldo kas optimal yang diperoleh dengan menjual surat berharga
F = Biaya transaksi yang jumlahnya tetap setiap kali transaksi dilakukan
T = Jumlah kas yang diperlukan selama satu periode tertentu ( biasanya satu tahun )
k = Biaya opportunity yang timbul karena menyimpan kas.
            Berdasarkan model BAT, semakin banyak jumlah kas yang dimiliki perusahaan,
semakin tinggi biaya penyimpanan kas, sedangkan biaya transaksi semakin rendah. Hal ini
terjadi karena biaya transaksi akan berkurang jika frekuensi transaksi semakin kecil. Dengan
demikian, jika jumlah saldo kas yang dimiliki perusahaan semakin banyak, frekuensi
perusahaan dalam menjual surat berharga untuk memperoleh kas akan semakin berkurang,
sehingga biaya transaksi juga semakin kecil.
            Sebagai contoh, misalkan perusahaan membutuhkan kas selama satu satu tahun
sebesar Rp18.000.000 . Biaya setiap kali transaksi Rp250 dan suku bunga yang relevan
adalah 10%. Berdasarkan informasi tersebut, maka jumlah kas yang optimal adalah:
C*=       2(250)(18.000.000) =
Rp300.000
                                                                     0,10
            Setelah menghitung C*, sebagai jumlah kas optimal yang ditransfer, besarnya saldo
kas rata-rata selama periode (satu tahun) adalah:
Saldo kas rata-rata = C*= Rp300.000=Rp150.000
                                                                           2              2
Frekuensi transaksi atau transfer yang harus dilakukan dalam satu tahun adalah:
Frekuensi transaksi =  T     = Rp18.000.000 = 60 kali
                   C*       Rp 300.000
Total biaya untuk mempertahankan saldo kas dalam satu tahun adalah:
Total biaya = F(T) + k(C*)
                       C*         2
                                                                             = Rp250(60) + 0,10(Rp150.000)
                                                                             = Rp30.000,-
Berdasarkan asumsi yang digunakan dalam analisis, biaya ini merupakan biaya minimum
untuk mengelola persediaan kas.
            Model BAT merupakan model yang sederhana dan sangat logis dalam menentukan
saldo kas yang optimal. Hal ini didasarkan pada sumsi arus kas keluar yang tetap stabil dan
pasti, dan merupakan kelemahan model BAT. Berikut ini akan dijelaskan model Miller-Orr,
yang dirancang sehubungan dengan keterbatasan model BAT.

Model Miller-Orr dalam manajemen kas


            Model ini dirancang untuk sistem manajemen kas perusahaan yang arus kasnya
berfluktuasi secara acak dari hari ke hari. Model ini juga memfokuskan pada saldo kas,
tetapi diasumsikan saldo kas berfluktuasi secara acak dan rata-rata perubahannya sama
dengan nol.
            Model Miller-Orr bekerja atas dasar saldo kas perusahaan maksimum sampai dengan
batas atas (h) dan saldo kas minimum atau batas bawah (r) dan target saldo kas (z).
Perusahaan mengizinkan saldo kas berfluktuasi diantara batas atas atau batas bawah. Ketika
saldo kas mencapai batas atas pada T1, perusahaan harus mengubah kas sebesar h-z untuk
diinvestasikan ke dalam surat berharga. Tindakan ini akan menurunkan saldo kas menjadi z.
sebaliknya, jika saldo kas turun sampai dengan batas bawah (r) pada T2, perusahaan harus
menjual surat berharga sebesar z-r untuk dikonversikan menjadi kas.
            Dalam penggunaan model ini, pertama-tama perusahaan harus menentukan saldo
kas minimum sebagai batas bawah (r), hal ini tergantung pada seberapa besar risiko
kekurangan kas yang dapat ditolerir oleh manajemen perusahaan. Biasanya didasarkan pada
saldo kas kompensasi, yaitu saldo kas minimum yang disyaratkan oleh bank tempat
perusahaan menyimpan kasnya.
Fungsi biaya manajemen kas pada model Miller-Orr dapat dinyatakan sebagai berikut:
E(c) = bE(N)/T + iE(m)
Keterangan:
E(N)    = perkiraan jumlah transfer antara kas dan surat-surat berharga selama satu periode.
b          = biaya setiap kali transaksi
T          = jumlah hari dalam satu periode
E(m)    = perkiraan saldo kas harian
i           = suku bunga harian
            Tujuan dari model ini adalah meminimumkan biaya manajemen kas E(c), dengan
variable h sebagai batas atas saldo kas dan z sebagai saldo kas yang ditargetkan.
Solusi yang dihasilkan oleh Miller -Orr menjadi
Z* = (3bo2) 1/3
  4i
Keterangan:
o2 = variance saldo kas harian
Jika diasumsikan probabilitas saldo kas naik adalah 50% dan probailitas saldo kas turun 50%,
dan r = 0, maka batas atas h akan selalu tiga kali lebih besar dari z :
h* = 3z*
Sebagai contoh, misalkan b = Rp25, m = Rp10, T = 8, i = 20%, r = 0, dan 2 = m2T = 800, dan
satu tahun dianggap sama dengan 365 hari, maka besarnya z*:
Z*= 3(Rp25)(800) 1/3
4(0,20/365)
                                                                    = (Rp27.375.000)1/3
                   = Rp301,38=Rp300, dan
        h* = 3(Rp300) = Rp900
Jika r = Rp100, maka h* = r + 3Z* = Rp100 + Rp900 = Rp1.000 dan
Z* = Rp100 + Rp300 = Rp400.
            Keberhasilan penerapan model Miller-Orr tidak hanya ditentukan oleh seberapa
akurat prediksi tentang kondisi yang direncanakan, seperti perkiraan frekuensi transfer dan
perkiraan saldo kas dengan keadaan yang sesungguhnya, tetapi juga ditentukan oleh
seberapa akurat estimasi parameter biaya suku bunga.

DAFTAR PUSTAKA

I Made Sudana. 2011.Manajemen keuangan perusahaan.Erlangga,Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai