Anda di halaman 1dari 13

KAS & SURAT BERHARGA

DOSEN :
MUHAMMAD BASRI L, SE. M. AK.

DISUSUN OLEH KELOMPOK III


 SRY KUSTIA
 PUTRI RAMADHANI
 RITA RAHMAYANTI
 ELSA RAHAYU
 ANDI JUMIATI
 ASNUN HIDAYAT

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


KELAS : B

POLITEKNIK BOMBANA
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
 KAS

Menurut I Made Sudana;2011 Manajemen  kas adalah suatu sIstem pengelolaan


perusahaan yang mengatur arus kas (cash flow) untuk mempertahankan likuiditas perusahaan
serta memanfaatkan idle cash dan perencanaan cash.  Manajer keuangan harus mampu
mengelola uang yang masuk ke perusahaan dan uang yang dikeluarkan.  Dalam praktiknya
selama perusahaan beroperasi terdapat dua macam aliran kas. Pertama aliran kas masuk (cash in
flow) dan aliran kas keluar (cash out flow).
Aliran kas masuk merupakan uang kas yang masuk ke perusahaan (penerimaan uang),
misalnya perolehan pendapatan baik berupa hasil penjualan atau laba perusahaan. Uang kas
masuk dapat pula diperoleh dari bunga yang diperoleh dari hasil investasi atau pendapatan diluar
usaha serta dapat diperoleh dari pinjaman pihak lain( bank) ataupun dana hibah. Adapun aliran
kas keluar merupakan uang yang dikeluarkan perusahaan untuk membiayai operasi perusahaan
seperti untuk membeli bahan baku, membayar gaji, upah, pajak, atau biaya operasional lainnya.
Uang keluar dapat berupa sejumlah uang yang digunakan untuk melakukan investasi baik yang
berkaitan dengan bidang usaha maupun tidak.
Dikarenakan aliran kas masuk dan aliran kas keluar ini akan terus menerus terjadi
sepanjang perusahaan beroperasi, maka pihak manajemen perlu mengaturnya. Hal-hal yang perlu
diatur misalnya agar jumlah yang masuk selalu lebih besar daripada uang keluar. Dengan
demikian, keseimbangan cash flow perusahaan dapat terjamin.
        Menurut Lukman Syamsudin, dalam bukunya “Manajemen Keuangan Perusahaan”
menyatakan bahwa: “Anggaran kas adalah suatu alat yang dapat digunakan manajer keuangan
untuk meramalkan atau memperkirakan kebutuhan-kebutuhan dana jangka pendek dan untuk
mengetahui kekurangan atau kelebihan uang selama periode budget”.
        Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa anggaran kas akan memiliki peranan yang
penting dalam mengendalikan kas, dimana kegunaannya terutama untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam menambah dana dari sumber-sumber intern dan sekaligus memperkirakan
saldo kas pada setiap akhir tahun anggaran yang ditetapkan. Dalam menjalankan suatu
perusahaan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan, dibutuhkan suatu efektivitas
pengendalian kas terhadap setiap perusahaan dalam kegiatan perusahaannya.
  Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa anggaran kas adalah
gambaran atas seluruh rencana penerimaan dan pengeluaran uang tunai yang bertalian dengan
rencana keuangan perusahaan dan transaksi lainnya yang menyebabkan perubahan-perubahan
pada posisi kas atau menunjukkan aliran kas pada periode tersebut.
Terdapat empat motif dasar dalam menyimpan kas yaitu:
a)      Motif Bertransaksi (Transactions Motive)
Motif transaksi artinya uang kas digunakan untuk melakukan pembelian dan pembayaran,seperti
pembelian barang atau jasa, pembayaran gaji, upah utang, dan pembayaran lainnya. Kas keluar
dan kas masuk tidak selalu tersinkronisasi.Jika kas keluar > kas masuk, perusahaan bisa
menghadapi masalah likuiditas.
b)     Motif Berjaga-Jaga (Precautionary Motive)
Motif berjaga-jaga, artinya uang kas digunakan untuk berjaga-jaga sewaktu dibutuhkan uang kas
untuk keperluan yang tidak terduga.Misalnya pada saat perusahaan mengalami kerugian tertentu
dan harus menutupi kerugian tersebut sesegera mungkin.
c)      Motif Spekulasi (Speculative Motive)
Motif spekulasi, artinya uang kas digunakan untuk mengambil keuntungan dari kesempatan yang
mungkin timbul diwaktu yang akan datang, seperti turunnya harga bahan baku secara tiba-tiba
akan menguntungkan perusahaan dan diperkirakan kemungkinan akan meningkat dalam waktu
yang tidak terlalu lama. Dalam hal ini perusahaan akan memiliki kesempatan untuk membeli
dengan uang kas yang dimilikinya, dan menjualnya pada saat harga naik.
d)     Kebutuhan saldo Kompensasi (Compensating Balance)
Motif saldo kompensasi merupakan salah satu alasan perusahaan untuk mengadakan
kas.Perusahaan memiliki saldo kas tertentu di bank dalam bentuk rekening giro, sebagai
kompensasi atas jasa pelayanan yang diberikan bank kepada perusahaan. Sejumlah dana berupa
saldo  minimum  yang diputuskan  untuk  tetap berada di bank dalam rekening giro, sehingga
perusahaan tidak perlu membayar jasa pelayanan tertentu kepada bank. Dengan adanya saldo ini,
bank dapat meminjamkan dana kepada nasabah dengan jangka waktu yang lebih lama. Bank
akan memperoleh  penghasilan  bunga  yang  merupakan  biaya  jasa  tidak  langsung  yang 
harus dibayar  oleh nasabah tersebut.
  Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kas
1. Adanya penerimaan dari hasil penjualan barang dan jasa. Artinya perusahaan melakukan
penjualan barang, baik secara tunai maupun secara kredit. Bila dilakukan secara tunai, maka
otomatis langsung berpengaruh terhadap kas. Akan tetapi jika dilakukan secara angsuran,
maka perubahan ini akan terjadi untuk beberapa  saat kedepan. Perubahan tentunya akan
menyebabkan uang kas bertambah.
2. Adanya pembelian barang dan jasa, artinya perusahaan memnbeli sejumlah barang, baik
bahan baku, bahan tambahan, atau barang keperluan lainnya, yang tentunya akan berakibat
mengurangi jumlah uang kas.
3. Adanya pembayaran biaya-biaya operasional. Dalam hal ini perusahaan mengeluarkan
sejumlah biaya yang sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk membiayai aktivitas
perusahaan, seperti membayar gaji, upah, telepon, listrik, pajak, biaya pemeliharaan yang
tentunya akan mengakibatkan uang kas akan bertambah.
4. Adanya pengeluaran untuk membayar angsuran pinjaman. Artinya jika dalam memperoleh
sumber dana perusahaan melakukan pinjaman ke bank atau ke lembaga lain, maka
perusahaan tentu akan membayar angsuran pinjaman tersebut, selama beberapa waktu , hal
ini tentunya akan mengakibatkan berkurangnya uang kas.
5. Adanya pengeluaran untuk investasi. Hal ini dilakukan bila perusahaan hendak melakukan
penambahan kapasitas produksi seperti pembelian mesin-mesin baru, atau pembangunan
gedung atau pabrik baru. Hal ini juga dapat terjadi bila perusahaan hendak melakukan
ekspansi kebidang usaha lainnya.
6. Adanya penerimaan dari pendapatan, artinya perusahaan memperoleh tambahan kas dari
pendapatan, baik yang berkaitan langsung dengan kegiatan perusahaan maupun pendapatan
yang tidak langsung. Jelas bahwa pendapat ini akan mempengaruhi jumlah uang kas.
7. Adanya penerimaan dari pinjaman. Dalam hal ini perusahaan memperoleh sejumlah uang
dari lembaga peminjam, seperti bank atau lembaga keuangan lainnya. Pinjaman ini akan
menamabah jumlah uang kas dalam periode tersebut.

 PENGENDALIAN INTERNAL KAS


Pengendalian internal kas ialah suatu tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
dengan tujuan menjamin bahwa kegiatan keluar dan masuk kas berjalan sesuai dengan yang
sebenarnya dan dengan pengendalian kas diharapkan dapat meminimalisir kemungkinan
kecurangan kas. 

Tujuan umum dari pengendalian internal kas adalah sebagai berikut:


1.      Adanya pemisahan tugas
Tindakan pengendalian internal kas dengan pemisahan tugas ini harus dilakukan dengan
tujuan kas dapat lebih terjaga keamanannya dari segala persekongkolan. 
2.      Semua transaksi kas diotorisasi dan dicatat dengan tepat
Pengendalian intern kas bertujuan supaya transaksi yang telah terjadi mendapat persetujuan
dari pihak yang berwenang, dapat dicatat dengan tepat sehingga manajemen dapat
mengevaluasi semua informasi terhadap transaksi dengan benar.
3.      Meyakinkan adanya uang kas yang cukup
Dengan uang kas yang cukup perusahaan dapat menggunakan uang kas tersebut untuk
membayar utang yang telah jatuh tempo. Dan apabila terdapat kelebihan uang kas maka
perusahaan dapat menggunakan uang kas yang menganggur tersebut untuk investasi
perusahaan.
4.      Mencegah hilangnya uang kas akibat kecurangan
Dengan pengendalian intern kas diharapkan segala penyalahgunaan kas dapat ditekan
serendah mungkin. Pengendalian intern yang berfungsi dengan baik dan efektif akan
membantu manajemen dalam mengambil keputusan.

Aliran kas terdiri atas dua jenis yaitu pemasukan dan pengeluaran kas, sehingga
pengendalian internal dibagi menjadi dua jenis juga yaitu pengendalian internal penerimaan
kas dan pengendalian kas untuk pengeluaran kas sebagai berikut:

1. Pengendalian intern untuk penerimaan kas


Dalam jenis pengendalian intern kas ini, maka semua penerimaan kas harus segera dicatat
pada saat terjadinya transaksi ataupun setelah terjadinya transaksi tanpa melewatkan satu pun
transaksi yang terjadi. Untuk menjaga keamanan keuangan perusahaan, maka sebaiknya
semua penerimaan kas pada hari itu juga harus disetor ke bank, dengan tujuan sebagai
tindakan jaga-jaga agar kas tetap dalam keadaan aman. Tindakan pengendalian internal untuk
pemasukan kas juga dilakukan dengan pemisahan fungsi antara petugas kasir atau petugas
yang bertanggungjawab dalam penerimaan kas dengan mesin cash register.

2. Pengendalian intern untuk pengeluaran kas


Dalam jenis pengendalian intern kas ini, tindakan pengendalian internal untuk pengeluaran
kas dilakukan dengan penggunaan cek untuk kegiatan pengeluaran kas, kecuali pengeluaran
yang jumlahnya kecil yang tidak efisien jika dilakukan menggunakan cek dapat dilakukan
dengan menggunakan dana kas kecil. Penggunaan ceek harus ditandatangani minimal dua
orang pejabat dan cek yang batal digunakan/salah tulis harus diasir dengan rapi dan
sebaiknya diberikan cap lunas untuk bukti dan cek yang sudah dikeluarkan

Salah satu bentuk pengendalian internal kas yaitu kas kecil, sebagaimana dalam jenis
pengendalian internal kas dalam kegiatan pengeluaran kas, kas kecil ini bertujuan untuk
kegiatan pengeluaran kas dalam jumlah kecil sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan
dengan menggunakan cek. Kas kecil dibentuk dengan tujuan mengefisienkan kegiatan-
kegiatan yang membutuhkan dana dalam jumlah kecil. 
Pengendalian internal kas ini sangat penting untuk dilakukan, karena pengendalian kas ini
akan menjadikan kegiatan pengeluaran dan pemasukan kas berjalan sesuai dengan yang
diharapkan dan tindak kecurangan dan diminimalisir bahkan dapat dihindarkan.

 SISTEM VOUCHER
Dalam dunia akuntansi, voucher berarti suatu dokumen yang digunakan sebagai bukti pengesahan
untuk pembayaran kas. Setelah disetujui oleh pihak yang berwenang, setiap voucher dicatat dalam
buku harian yang disebut register voucher.Lembaran asli voucher dilampiri dengan faktur penjualan,
laporan penerimaan dan order pembelian.Dengan pencatatan sistem voucher, maka kita dapat
memantau atau mengawasi siklus perolehan dan pembayaran, data internal dan data akuntasi
perusahaan.Setelah melakukan pencatatan pada register voucher, untuk voucher yang belum dibayar
diarsipkan dalam file voucher yang belum dibayar berdasarkan tanggal jatuh tempo sampai tibanya
waktu pembayaran voucher tersebut. Register cek adalah pencatatan mengenai semua cek dalam
bentuk jurnal pengeluaran kas. Pencatatan ini dilakukan untuk voucher yang telah dilakukan
pembayarannya. Setelah dilakukan pembayaran, voucher diberi tanda LUNAS dan diarsip ke dalam
file voucher yang telah dibayar. File ini dapat digunakan oleh karyawan yang memerlukan informasi
mengenai pembayaran masa lalu. Memiliki pencatatan dan pelaporan keuangan yang baik akan
memudahkan Anda dalam mengevaluasi serta menentukan strategi dan rencana keuangan jangka
panjang setelahnya.

 REKONSILIASI BANK
Rekonsiliasi bank adalah kegiatan merinci adanya perbedaan terhadap catatan transaksi milik
bank sebagai pengelola transaksi serta catatan yang dimiliki oleh perusahaan dengan pihak bank
berupa rekening koran atau biasa disebut bank statement. Tujuan dari proses ini adalah untuk
memastikan persamaan dan perbedaan antara keduanya. Rekonsiliasi bank harus dilakukan karena
informasi yang terdapat pada laporan bank merupakan catatan bank dari semua transaksi yang
terdapat dan berdampak pada rekening bank perusahaan selama sebulan terakhir. Rekonsiliasi juga
harus diselesaikan secara berkala pada semua rekening bank, untuk memastikan bahwa catatan kas
perusahaan adalah benar. Hal ini juga digunakan sebagai kontrol yang lebih baik atas penerimaan
dan pembayaran yang dilakukan secara tunai.

Rekonsiliasi bank sangat diperlukan bagi perusahaan karena untuk mengetahui informasi penting
seperti contoh:

1. Perusahaan dapat mengetahui jumlah selisih dari saldo kas pada laporan bank yang berbeda
dengan pembukuan perusahaan.
2. Untuk mengetahui penyebab-penyebab selisih saldo kas pada catatan bank dan perusahaan.

Komponen dalam Rekonsiliasi Bank 


Ada beberapa komponen yang muncul ketika melakukan rekonsiliasi bank, yaitu adalah sebagai berikut
ini:

1. Deposit in Transit (Setoran dalam Proses) adalah Uang tunai dan/atau cek yang telah diterima dan
dicatat oleh suatu perusahaan, tetapi belum dicatat dalam catatan bank tempat perusahaan tersebut
menyimpan dana. Jika hal ini terjadi pada akhir bulan, setoran tidak akan muncul dalam laporan bank,
dan karenanya menjadi item rekonsiliasi dalam rekonsiliasi bank. Setoran dalam proses terjadi ketika
data tersebut terlambat sampai di bank sehingga tidak dapat dimasukkan dalam catatan pada hari
tersebut. Penyebab lainnya jika perusahaan mengirimkan setoran namun tertunda ataupun perusahaan
belum mengirim deposit ke bank sama sekali.
2. Outstanding Check (Cek Beredar) adalah cek yang telah dicatat oleh perusahaan, tetapi belum
dicairkan. Jika belum diselesaikan maka tidak akan muncul pada laporan bank.
3. Non-Sufficient Fund Check (Cek Kosong) adalah cek yang tidak diterima oleh bank karena dana di
dalam rekening perusahaan tidak mencukupi. Jika ini terjadi, maka bank tetap akan mengeluarkan nota
debit dengan jumlah ketidakjujuran (dishonored) dan saldo di rekening akan dikurangi. Untuk
mengeluarkan cek ini, peruahaan akan dikenakan biaya pemrosesan.

Berikut ini adalah langkah-langkah melakukan prosedur rekonsiliasi bank:

1. Melakukan perbandingan antara saldo kas di buku besar perusahaan dan rekening koran dari bank
2. Catat transaksi yang dilakukan oleh bank
3. Lakukan penelusuran terhadap transaksi yang masih diproses
4. Buat lembar kerja rekonsiliasi dan hitung selisihnya
5. Penelusuran dan pengecekkan ulang.

 KAS KECIL

Esensi dari petty cash atau kas kecil sendiri adalah dana yang dikeluarkan perusahaan dengan jumlah
yang relatif kecil. Sesuai dengan namanya, tentunya dana ini akan dikeluarkan untuk pengeluaran-
pengeluaran yang nominalnya juga kecil. Salah satu contoh dana yang termasuk kas kecil adalah dana
konsumsi rapat.

Biasanya petty cash dikelola oleh petugas keuangan perusahaan yang masih Fresh graduated atau pemula.
Tujuannya sederhana, supaya mereka bisa belajar membuat neraca yang baik dari sistem kalkulasi yang
paling sederhana.

Tujuan Dibuatnya Kas Kecil


petty cash dimasukkan ke dalam manajemen keuangan perusahaan didasarkan pada tujuan-tujuan
tertentu. Ini dia tujuan-tujuan yang dimaksudkan:

1. Menangani Masalah Perlengkapan di dalam Perusahaan


Tujuan yang pertama adalah untuk menangani masalah pembiayaan perlengkapan atau perbekalan yang
terjadi di dalam perusahaan. Karena biasanya biaya yang terkait perbekalan usaha relatif lebih kecil
dibandingkan biaya yang lain.

Karena nominal pembiayaan kecil, tentu pembukuan yang digunakan untuk mencatat transaksi juga
khusus, pembukuan inilah yang disebut petty cash.

2. Mencegah Terjadinya Alokasi Pembayaran


Dengan adanya pencatatan petty cashl, tentu kesalahan alokasi pembayaran tidak akan terjadi. Tidak
mungkin perusahaan membayar mahal pada biaya transaksi yang kecil atau sebaliknya. Karena semuanya
terpetakan di dalam pembukuan yang berbeda.

Artinya jika ingin membayar biaya yang kecil, tentu datanya ada di kas kecil. Sedangkan jika ingin
membayar biaya kebutuhan perusahaan yang besar, tentu datanya harus dilihat di pembukuan yang
berbeda.

3. Meringankan Pekerjaan Karyawan


Tujuan yang selanjutnya adalah untuk meringankan karyawan di dalam melayani pelanggan. Selain itu,
kas kecil juga membantu meringankan tugas karyawan dalam melaporkan kinerjanya kepada relasi bisnis
maupun atasan.

Karena dengan adanya kas kecil, tentu pemetaan dana yang dikeluarkan menjadi jelas. Itu artinya, analisis
untuk bahan laporan juga lebih mudah dan tidak rumit.
4. Mempercepat Penentuan Kebijakan Insidental
Terkadang atasan mengeluarkan kebijakan insidental atau kebijakan mendadak untuk perusahaan, dengan
adanya kas kecil dan kas besar, tentu analisis pra kebijakan menjadi lebih mudah.

Dasar keputusan juga kuat, sehingga tidak akan terjadi permasalahan di belakang hari. Artinya, kebijakan
mendadak yang dikeluarkan memang didasarkan pada data yang ada sekalipun analisisnya dilakukan
dengan cepat dan juga mendadak.

Manfaat Kas Kecil


Selain ada tujuan tertentu, petty cash juga harus dibuat karena ada manfaat-manfaat darinya. ini dia
manfaat-manfaat yang dimaksud:

1. Mempermudah Akuntan Mencatat Keuangan


Tugas seorang akuntan sangat berat. Salah satunya adalah harus membuat laporan keuangan untuk
periode tertentu. Maka dari itu, seorang akuntan harus memiliki kemampuan menganalisis keuangan yang
mumpuni serta memiliki ketelitian yang akurat.

Dengan adanya pembukuan petty cash tentu kerja akuntan ketika mencatat keuangan perusahaan menjadi
lebih mudah. Karena sistem analisisnya hanya dengan menyatukan data-data keuangan di setiap bidang di
dalam perusahaan.

2. Untuk Meningkatkan Pelayanan Pelanggan


Manfaat pembukuan kas kecil yang kedua adalah untuk meningkatkan pelayanan pelanggan. Faedah yang
membuat pembukuan ini wajib ada di dalam manajemen finansial usaha.

Rapat di kantor adalah hal lumrah. Bahkan ada agenda khusus untuk kegiatan ini. Termasuk rapat
eksternal kantor yang diadakan  dalam periode tertentu.

Penyediaan konsumsi untuk agenda ini perlu dilakukan. Tentunya membutuhkan dana untuk memberikan
pelayanan konsumsi yang bagus. Misal, dengan adanya kas kecil karyawan yang bertugas tidak perlu
bingung dan takut suguhan tidak akan memuaskan, karena semua dana diambilkan dari perusahaan dan
nanti akan dicatat di dalam pembukuan.

3. Untuk Mengeluarkan Dana Darurat Perusahaan


Tidak dimungkiri, kalau di setiap divisi perusahaan terkadang membutuhkan dana yang haru dipersiapkan
dengan cepat. Tentunya divisi ini tidak akan mengajukan dana yang kecil pada perusahaan teras yang
dananya sendiri dialokasikan untuk transaksi-transaksi yang besar.

Lain soal kalau divisi itu memiliki uang tunai sendiri yang bisa dialokasikan untuk membiayai divisi-nya
sendiri. Tak hanya itu, dana yang tercatat di dalam petty cash ini, juga bisa diperbantukan pada divisi lain
yang kebetulan membutuhkan dana darurat.

Metode Pencatatan Kas Kecil


Untuk mengelola setiap unsur manajemen finansial perusahaan diperlukan metode-metode khusus. Tanpa
terkecuali yang terkait dengan pencatatan petty cash. Pencatatan kas kecil juga membutuhkan metode-
metode atau cara-cara pencatatan tertentu. Ini dia metode-metode tersebut:

1. Metode Tetap
Metode pencatatan kas kecil yang pertama adalah metode tetap atau istilah akuntansi-nya disebut Imprest
Fund System. Maksud dari metode ini adalah sebuah pembukuan petty cash yang jumlah nominalnya
selalu sama.
Hal ini biasanya terjadi akibat jumlah dana yang dikeluarkan dengan dana yang dimasukkan sama.
Karena itu, saldo kas di dalam petty cash jumlahnya selalu tetap.

2. Metode Fluktuasi
Metode Fluktuasi adalah metode pencatatan kas kecil yang jumlah nominalnya selalu berubah. Tentunya
ini merupakan metode kebalikan dari metode pencatatan petty cash yang pertama yaitu Imprest Fund
System atau metode tetap.

Metode fluktuasi terjadi karena adanya ketimpangan antara pengeluaran dengan pemasukan. Yang mana
jumlah uang yang dikeluarkan dengan deposit dana tidak sama. Bisa lebih banyak saldo daripada dana
yang dikeluarkan atau sebaliknya.

 SURAT BERHARGA
Surat berharga adalah surat yang dijual dengan cepat tanpa mengalami suatu kerugian. Ada
dua alasan perusahaan untuk melakukan investasi dalam surat berharga, yaitu pertama, sebagai
pengganti kas, dalam hal ini perusahaan mempertahankan suatu portofolio surat berharga untuk
mengurangi saldo kas yang terlalu besar untuk sementara dan akan menjualnya kembali jika arus
kas keluar melebihi arus kas masuk. Kedua, sebagai investasi sementara, biasanya dilakukan
untuk membelanjai kegiatan perusahaan yang bersifat musiman atau untuk membelanjai
kebutuhan yang telah direncanakan pada waktu yang akan mendatang.
  Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu surat berharga
sebagai alternatif untuk menginvestasikan kelebihan kas yang bersifat sementara, yaitu: 
1. Default risk , yaitu risiko kegagalan perusahaan yang menerbitkan surat berharga untuk
melunasi bunga dan pokok pinjaman. 
2. Event risk, yaitu risiko suatu kejadian yang tiba-tiba dapat segera mengakibatkan
perusahaan yang menerbitkan surat berharga dalam kondisi yang sulit. 
3. Interest rate price risk, yaitu risiko turunnya harga pasar suatu surat berharga karena
terjadinya kenaikan suku bunga di pasar. 
4. Inflation risk, yaitu risiko inflasi yang akan menurunkan daya beli dari sejumlah uang.
5. Marketability risk, yaitu risiko kesulitan untuk menjual surat berharga pada tingkat harga
yang berlaku di pasar. 
6. Return on securities, yaitu tingkat pendapatan dari surat berharga, hal ini biasanya
berkaitan dengan tingkat risiko dari surat berharga tersebut. Semakin besar risiko semakin
tinggi tingkat pendapatan yang disyaratkan.

Berikut ini contoh jenis-jenis surat berharga yang diperjualbelikan di pasar uang, antara lain :
1.      Treasury Bills (T-Bills) 
T-Bills merupakan instrument utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau Bank Sentral
atas unjuk dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegang pada tanggal yang
telah ditetapkan.  Instrumen ini berjangka waktu jatuh tempo satu tahun atau kurang  Instrumen
yg sangat aman karena diterbitkan oleh pemerintah atau biasanya oleh Bank Sentral.  Oleh
karena itu instrumen ini sangat mudah diperjualbelikan dan disukai oleh perusahaan-perusahaan,
terutama oleh lembaga-lembaga keuangan untuk dijadikan sebagai cadangan likuiditas sekuner
yg memberikan hasil.
2.      Commercial Paper 
 Commercial Paper (CP) pada dasarnya merupakan promes yang tidak disertai dengan jaminan
(unsequred promissory notes), diterbitkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana jangka
pendek dan dijual kepada investor dalam pasar uang.  Penerbit berjanji akan membayar sejumlah
tertentu uang pada saat jatuh tempo. Penerbit CP adalah perusahaan yang mempunyai
kredibilitas tinggi.
 Jangka waktu jatuh tempo CP ini berkisar mulai dari beberapa hari sampai 270 hari. Penjualan
CP dilakukan umumnya dengan sistem diskonto, namun beberapa diantaranya menggunakan
bunga sebagaimana halnya dengan kredit.

3.  Sertifikat Deposito atau negotiable certificate of deposit (CD) 


 Deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan. Jadi mempunyai ciri pokok
dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan sebelum jangka waktu jatuh temponya.  Di
Indonesia, CD diterbitkan oleh bank-bank umum atas dasar diskonto.  Perhitungan diskonto CD
tersebut sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. 

4.  Banker’s Acceptance (BA) 


BA adalah time draft (wesel berjangka) yang ditarik oleh seorang eksportir atau importir atas
suatu bank untuk membayar sejumlah barang atau untuk membeli valuta asing.  Apabila bank
menyetujui wesel tersebut, bank akan menstempel dengan kata ”accepted” di atas wesel tersebut
dan memprosesnya.  Dengan demikian bank yang menerima dan memproses tersebut memiliki
suatu janji atau jaminan tak bersyarat untuk membayar sebesar nilai nominal aksep tersebut pada
saat jatuh tempo.  Hal tersebut berarti bank yang bersangkutan menjamin eksportir dan investor
dalam pasar uang internasional dari kemungkinan adanya gagal bayar (default).  Jangka waktu
akseptasi biasanya berkisar 30 sampai 270 hari, namun umumnya 90 hari. Aksep ini merupakan
instrumen pasar uang yang berkualitas tinggi.  Akseptasi bank sangat aktif diperdagangkan antar
lembaga-lembaga keuangan, perusahaan industri, dealer surat-surat berharga sebagai investasi
yang berkualitas tinggi dan sangat mudah diuangkan.  Aksep digunakan dalam perdagangan
ekspor impor karena banyak eksportir yang tidak pasti dan tidak yakin betul terhadap credit
standing importir yang dikirimi barang.  Eksportir sangat tergantung paa pembiayaan akseptasi
oleh bank domestik atau suatu bank asing. 
5. Bill of Exchange 
Bill of Exchange atau wesel adalah suatu perintah tertulis tak bersyarat yang ditujukan oleh
seseorang kepada pihak lainnya untuk membayar sejumlah uang pada saat diperlihatkan atau
pada tanggal tertentu kepada penarik atau order atau pembawa. 
 Karena sifatnya yang likuid, artinya penjual boleh melakukan pembayaran lebih awal sebelum
wesel tersebut jatuh tempo dengan cara mendiskontokannya kepada bank-bank atau lembaga-
lembaga keuangan lainnya sebagai investasi jangka pendek, maka instrumen ini sangat umum
digunakan dalam perdagangan. 
6. Repurchase Agreement (Repo) 
Repo adalah transaksi jual beli surat-surat berharga disertai dengan perjanjian bahwa penjual
akan membeli kembali surat-surat berharga yang dijual; tersebut pada tanggal dan dengan harga
yang telah ditetapkan lebih dahulu. 
Surat-surat berharga yang biasanya dijadikan sebagai instrumen dalam transaksi Repo adalah
surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan secara diskonto, misalnya SBI, SBPU, CD, CP
dan T-bills
7. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 
SBI  adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai
pengakuan utang berjangka waktu pendek. 
SBI sebagai instrumen kebijaksanaan operasi pasar terbuka, terutama untuk tujuan kontraksi
moneter. SBI yang ditebitkan dan diperdagangkan dengan sistem lelang, pada dasarnya
penggunaannya sama dengan penggunaan T-Bills di pasar uang Amerika Serikat.  Melalui
penggunaan SBI tersebut, BI dapat secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat bunga di
pasar uang dengan cara mengumumkan Stop Out Rate (SOR). 
8. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) 
SBPU adalah surat-surat berharga berjangka pendek yang dapat diperjualbelikan secara diskonto
dengan Bank Indonesia atau lembaga diskonto yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. 
SBPU sama halnya dengan SBI merupakan instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka
ekspansi moneter oleh BI dengan menetapkan tingkat diskonto SBPU.

 PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK SURAT BERHARGA


Metode pengendalian internal secara konvensional dan manual dapat dikelompokkan dalam 4
(empat) kategori:
1. Penjagaan fisik (Physical safeguards)
2. Pengendalian keorganisasian (organizational control)
3. Kebijakan-kebijakan akuntansi (Accounting policies )
4. Praktik-praktik klerikal (clerical practises)

 PENILAIAN DAN PELAPORAN SURAT BERHARGA


Penilaian Surat-Surat Berharga
Dalam hubungan dengan penilaian surat-surat berharga, Prinsip Akuntansi Indonesia menyebutkan:
Surat berharga yang segera dapat dijual dinyatakan dalam neraca sebesar harga perolehannya atau harga
terendah antara harga perolehan dan harga pasarnya.
Prinsip di atas menyatakan bahwa penilaian suratberharga dalam neraca dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu harga perolehan (cost) atau dengan yang lebih rendah antara harga perolehan atau harga pasar.
·         Harga Perolehan
Cara ini digunakan jika perubahan harga surat-surat berharga hanya sementara saja dan jumlahnya
tidak terlalu besar sehingga dalam neraca surat-surat berharga tercantum sebesar harga perolehannya.
Di sini tidak ada pengakuan terhadap kerugian yang berasal dari turunnya harga surat-surat berharga
sebelum surat-surat berharga tersebut dijual. Apabila ternyata ada penurunan harga, maka neraca bisa
diberi penjelasan baik berbentuk keterangan, maupun catatan kaki.
·         Yang Labih Rendah antara Harga Perolehan atau Harga Pasar
Apabila harga pasar surat-surat berharga yang dimiliki ternyata lebih rendah dari harga perolehannya
dengan selisih yang cukup berarti dan nyata bahwa penurunan tersebut tidak bersifat sementara,
maka suratberharga yang dicantumkan dalam kelompok aktiva lancar dalam neraca tidak boleh
melebihi harga pasarnya. Di sini akan diakui adanya kerugian yang belum terjadi. Jumlah kerugian
yang diakui adalah sebesar selisih dari harga perolehan dengan harga pasarnya pada tanggal neraca.
Pencatatan kerugian yang diakui dilakukan dengan mendebit rekening rugi penurunan
nilai suratberharga dan kreditnya cadangan penurunan nilai surat berharga. Rugi penurunan
nilai surat berharga termasuk kelompok rugi di luar usaha dalam laporan rugi laba sedang cadangan
penurunan nilai suratberharga akan dicantumkan di dalam neraca mengurangi
rekening surat berharga. Apabila terjadi penjualan surat berharga yang sudah diturunkan nilainya
maka laba rugi penjualan dihitung dengan membandingkan harga jual dengan harga perolehan yang
baru (sesudah dikurangi cadangan penurunan nilai surat berharga). Cara yang lebih rendah antara
harga perolehan atau harga pasar dapat diterapkan kepada surat-surat berharga dengan dua cara:
1.    Diterapkan kepada jumlah keseluruhan surat-surat berharga.
2.    Diterapkan kepada masing-masing elemen surat berharga.

Anda mungkin juga menyukai