PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN
adalah unit organisasi yang dipimpin oleh manajer yang bertanggung jawab,
adalah sistem yang mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output).
1
PUSAT BIAYA
Adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diukur prestasinya atas
dasar biayanya (nilai inputnya).
Berdasarkan karakteristik hubungan antara input dan output, pusat biaya dibagi
menjadi :
1. Pusat biaya teknik (engineered expense center)
Pusat pertanggungjawaban yang sebagian besar inputnya mempunyai
hubungan yang nyata dan erat dengan outputnya.
Dengan demikian dapat dihitung ratio antara input & output, ratio ini
merupakan ukuran efisiensi pusat biaya teknik.
Contoh : departemen produksi
2. Pusat biaya kebijakan (discretinary expense center)
Pusat pertanggungjawaban yang sebagian besar inputnya mempunyai
hubungan tak langsung dengan outputnya.
Karena pada umumnya biaya-biaya yang terjadi dalam pusat pendapatan
merupakan biaya kebijakan, maka pusat pendapatan umumnya juga
merupakan pusat biaya kebijakan.
Pusat biaya kebijakan tidak dapat diukur prestasinya berdasarkan ukuran
efisiensi karena tidak adanya hubungan yang nyata antara input dan output
atau karena sering output pusat biaya kebijakan tidak dapat diukur secara
kuantitatif.
Contoh : departemen penelitian dan pengembangan, departemen akuntansi,
departemen personalia, departemen hubungan masyarakat, departemen
pemasaran.
PUSAT PENDAPATAN
Adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang
mengendalikan pendapatan (outputnya).
Contoh : departemen pemasaran bertanggungjawab atas keberhasilan
perusahaan dalam mencapai penjualan tertentu.
Dalam pusat pendapatan, tidak berarti tidak ada pengeluaran biaya sama sekali,
namun biaya yang terjadi umumnya tidak menunjang secara langsung dengan
prestasi pendapatan yang dicapai.
PUSAT LABA
Adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi
wewenang mengendalikan pendapatan dan biaya.
Manajer pusat laba diukur kinerjanya berdasarkan laba
yang diperoleh dan investasi.
Untuk menjadi pusat laba, suatu unit organisasi tidak
harus menjual produk/jasa keluar perusahaan, tapi dapat juga menjual
kepada bagian lain dalam perusahaan (Transfer pricing)
Contoh :
Departemen produksi dapat menjadi pusat laba jika departemen
tersebut menjual outputnya pada departemen penjualan
Departemen pemeliharaan dapat menjual jasanya kepada bagian
lain yang membutuhkan jasa tersebut.
PUSAT INVESTASI
Adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diukur
prestasinya dengan menghubungkan laba yang diperoleh dengan investasi.
2
Ukuran prestasi manajer pusat investasi :
1. Kembalian investasi (Return on investment=ROI)
2. Residual income
3. Produktivitas (Ratio antara output dengan input)
Agar perusahaan dapat berkembang, maka perusahaan harus
menghasilkan laba dan mengembalikan asset yang dipakai.
2) Pencondongan (biasing)
Penyimpangan dengan cara memberikan gambaran yang paling
menguntungkan bagi kinerja manajer tersebut.
Contoh : Jika dimungkinkan untuk memilih, manajer cenderung akan
memilih metode akuntansi yang memberikan gambaran yang paling baik bagi
keinerjanya.
3) Permainan (gaming)
Manipulasi hasil kinerja yang dilaksanakan dengan memanfaatkan berbagai
aspek hubungan antara atasan dengan bawahannya.
Contoh : Manajer pembelian membeli bahan baku dengan kualitas rendah
demi mendapatkan selisih harga yang menguntungkan.
3
1. Membandingkan kinerja sesungguhnya dengan sasaran dan membuat
laporan hasil penilaian.
2. Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya dari
yang ditetapkan dalam standar
3. Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk
mencegah perilaku yang tidak diinginkan.
UKURAN KINERJA
Terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
secara kuantitatif :
Masalah akan timbul jika pusat pendapatan mentransfer produk atau jasanya
kepada pusat pertanggungjawaban lain dalam perusahaan, yaitu apakah
pendapatan dari transfer produk atau jasa ke pusat pertanggungjawaban lain
dalam perusahaan diperhitungkan sebagai pendapatan pusat laba dan pada
harga transfer berapa, harga diperhitungkan sebagai beban pusat
pertnggungjawaban yang menerima transfer.
4
pertanggungjawaban lain dalam perusahaan, dipakai sebagai tolok ukur kinerja
manajer pusat pendapatan.
Informasi akuntansi yang dipakai sebagai ukuran kinerja pusat biaya adalah
biaya.
Masalah yang timbul dalam penggunaan biaya sebagai ukuran kinerja pusat
biaya adalah :
a. Masalah perilaku biaya
Dalam menentukan terkendalikan atau tidaknya biaya, perlu dihubungkan
antara biaya tertentu dengan wewenang yang dimiliki oleh manajer pusat
biaya atas biaya tersebut.
Laba yang merupakan selisih antara pendapatan dan biaya, tidak dapat berdiri
sendiri sebagai ukuran kinerja pusat laba, sehingga laba perlu dihubungkan
dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.
ROI = Laba
Investasi
Invesment Profit
5
Turnover margin
20X2
Pendapatan penjualan Rp 50.000.000 Rp 117.000.000
Laba bersih usaha 4.000.000 3.000.000
Rata-rata aktiva (investasi) 15.000.000 21.000.000
Kembalian investasi 26,7% 14,9%
6
2. RESIDUAL INCOME (RI)
Dihitung dengan mengurangi laba yang diperoleh pusat laba dengan beban
modal (capital charge).
Lihat contoh 8 hal 460 (data-data dari contoh 6)
Keunggulan RI
1. Penggunaan RI sebagai pengukur kinerja pusat laba mengakibatkan
semua pusat laba memiliki sasaran laba yang sama untuk investasi yang
sebanding.
2. RI dapat menggunakan tariff beban modal yang berbeda untuk aktiva
yang memilki resiko yang berbeda.
Kelemahan RI
1. ROI mengakibatkan manajer pusat laba memusatkan perhatiannya pada
sasaran jangka pendek dengan mengorbankan sasaran jangka panjang.
2. ROI sebagai pengukur kinerja pusat laba sangat dipengaruhi oleh metode
depresiasi aktiva tetap.
3. RI merupakan angka absolute yang tidak dapat digunakan untuk
membandingkan kemampuan berbagai pusat laba dalam menghasilkan laba.
3. PRODUKTIVITAS
Pusat pertanggungjawaban yang dapat diukur kinerjanya dengan menggunakan
ukuran produktivitas adalah pusat pertanggungjawabaan yang outputnya dapat
diukur secara kuantitatif.
Contoh : Pusat biaya teknik, pusat biaya kebijakan yang keluarannya dapat
diukur secara kuantitatif (departemen pemasaran), pusat laba dan pusat
investasi.
Pengukuran produktivitas dapat dilakukan untuk setiap masukan secara terpisah
(parsial) atau secara total untuk keseluruhan masukan yang digunakan untuk
menghasilkan keluaran.
PRODUKTIVITAS PARSIAL
Adalah pengukuran produktivitas untuk satu masukan pada suatu saat (partial
productivity measurement).
7
Pengukuran Perubahan Produktivitas dengan Ukuran Produktivitas
Parsial
PRODUKTIVITAS TOTAL
Adalah pengukuran produktivitas untuk seluruh masukan pada suatu saat (Total
productivity measurement).
20X1 20X2
Rasio produktivitas TK 220.000 / 22.000 = 10 220.000 / 20.000 = 11
Rasio produktivitas BB 220.000 / 220.000 = 1 220.000 / 176.000 = 1,25
8
Dari perbandingan rasio produktivitas setiap masukan, manajemen dapat
melakukan evaluasi terhadap perkembangan usaha peningkatan produktivitas
yang dilakukannya.
Perhitungan kuantitas masukan tahun kini jika tidak ada perubahan produktivitas
Kuantitas Rasio Kuantitas bebas
produk produktivitas perubahan
tahun ini tahun lalu produktivitas
(1) (2) (1) : (2) = (3)
Tenaga kerja 220.000 10 22.000
Bahan baku 220.000 1 220.000
Keterangan :
KBPP = Kuantitas Bebas Perubahan Produktivitas
H = Harga masukan per unit
KS = Kuantitas sesungguhnya yang digunakan untuk menghasilkan
keluaran dalam tahun kini
PLP = Profit linked produktivity
Dari data di atas terlihat dampak perbaikan produktivitas tenaga kerja dan
bahan baku terhadap laba Divisi X dalam dua tahun tersebut yang menyebabkan
kenaikan laba sebesar Rp. 240.000. Dengan demikian profit linked productivity
9
mengukur dampak perubahan laba yang disebabkan oleh perubahan
produktivitas masukan.
20X1 20X2
Jumlah produk yang dihasilkan (unit) 110.000 120.000
Tenaga kerja yang dipakai (jam) 11.000 10.000
Bahan baku yang dipakai (kg) 110.000 125.000
Energi (kwh) 200.000 200.000
Produktivitas tenaga kerja 10 12
Produktivitas bahan baku 1 0,96
Produktivitas energi 0,55 0,60
Harga jual produk per unit Rp. 25 Rp. 25
Upah tenaga kerja per jam Rp. 10 Rp. 10
Biaya bahan baku per kg Rp. 5 Rp. 5
Biaya energi dan lain-lain per jam Rp. 6 Rp. 6
10
Price Recovery Component
Adalah perbedaan antara total perubahan laba dengan profit linked productivity
(PLP)
20X1 20X2
Pendapatan penjualan :
110.000 unit x Rp. 25 Rp 2.750.000
120.000 unit x Rp. 25 Rp.
3.000.000
Biaya Masukan :
Tenaga Kerja :
11.000 jam x Rp. 10 110.000
10.000 jam x Rp. 10 100.000
Bahan baku :
110.000 kg x Rp. 5 550.000
125.000 kg x Rp. 5 625.000
Energi dan lain-lain :
200.000 jam x Rp. 6 1.200.000
200.000 jam x Rp. 6 1.200.000
Price recovery component menunjukkan bahwa laba tahun 20X2 hanya akan
naik sebesar Rp. 80.908, jika tidak terjadi perbaikan produktivitas dalam tahun
tersebut.
Jika seandainya tidak ada perbaikan produktivitas, biaya masukan akan
mengalami kenaikan sebesar Rp. 169.092 ( Rp. 2.029.092 – Rp. 1.860.000 ),
sehingga kenaikan pendapatan sebesar Rp. 250.000 akan digunakan untuk
menutup kenaikan biaya masukan tersebut dan akan mengakibatkan kenaikan
laba hanya sebesar Rp. 80.908 ( Rp. 250.000 – Rp. 169.092 ).
Namun karena dalam tahun 20X2 terdapat perbaikan produktivitas tenaga kerja
dan energi, yang menyebabkan kenaikan laba sebesar Rp. 104.092 (dampak
perubahan produktivitas terhadap perubahan laba atau profit linked
productivity ),maka total perubahan laba dalam tahun 20X2 adalah sebesar Rp.
185.000 ( Rp. 104.092 + Rp. 80.908).
11
12