Anda di halaman 1dari 15

ENSEFALITIS

A. Definisi 
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau
mikro organisme lain yang non purulent.
Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau
komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis
(disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis,
malaria, atau primary amoebic meningoencephalitis, juga dapat menyebabkan
ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi
karena otak terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian.
 
B. Etiologi
1. Ensefalitis Supurativa
Bakteri penyebab ensefalitis supurativa adalah : staphylococcus aureus,
streptococcus, E.coli dan M.tuberculosa.
Patogenesis:
Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis media, mastoiditis,
sinusitis, atau dari piema yang berasl dari radang, abses di dalam paru, bronchiektasi,
empiema, osteomeylitis cranium, fraktur terbuka, trauma yang menembus ke dalam
otak dan tromboflebitis. Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang
adalah edema, kongesti yang disusul dengan pelunakan dan pembentukan abses.
Disekeliling daerah yang meradang berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang
membentuk kapsula. Bila kapsula pecah terbentuklah abses yang masuk ventrikel. Bila
berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda
meningkatnya tekanan intracranial yaitu : nyeri kepala yang kronik dan
progresif,muntah, penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun, pada pemeriksaan
mungkin terdapat edema papil.
2. Ensefalitis Siphylis
Patogenesis
Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui permukaan tubuh
umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang terluka,
kuman tiba di sistim limfatik, melalui kelenjar limfe kuman diserap darah sehingga
terjadi spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi
susunansaraf pusat Treponema pallidum akan tersebar diseluruh korteks serebri dan
bagianbagian lain susunan saraf pusat.
3. Ensefalitis Virus
Virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia :
a. Virus RNA
Paramikso virus : virus parotitis, irus morbili
Rabdovirus : virus rabies
Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus dengue)
Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A,B,echovirus)
Arenavirus : virus koriomeningitis limfositoria
b. Virus DNA
Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks, sitomegalivirus,
virus Epstein-barr
Poxvirus : variola, vaksinia
Retrovirus : AIDS
4. Ensefalitis Karena Parasit
a. Malaria serebral Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria serebral.
Gangguan utama terdapat didalam pembuluh darah mengenai parasit. Sel darah
merah yang terinfeksi plasmodium falsifarum akan melekat satu sama lainnya sehingga
menimbulkan penyumbatan-penyumbatan. Hemorrhagic petechia dan nekrosis fokal
yang tersebar secara difus ditemukan pada selaput otak dan jaringan otak. Kelainan
neurologik tergantung pada lokasi kerusakan-kerusakan.
b. Toxoplasmosis
Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan gejala-gejala
kecuali dalam keadaan dengan daya imunitas menurun. Didalam tubuh manusia parasit
ini dapat bertahan dalam bentuk kista terutama di otot dan jaringan otak.
c. Amebiasis
Amoeba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika berenang
di air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan meningoencefalitis akut. Gejala-
gejalanya adalah demam akut, nausea, muntah, nyeri kepala, kaku kuduk dan kesadaran
menurun.
d. Sistiserkosis
Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus mukosa dan
masuk kedalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh badan. Larva dapat tumbuh
menjadi sistiserkus, berbentuk kista di dalam ventrikel dan parenkim otak. Bentuk
rasemosanya tumbuh didalam meninges atau tersebar didalam sisterna. Jaringan akan
bereaksi dan membentuk kapsula disekitarnya.
Gejaja-gejala neurologik yang timbul tergantung pada lokasi kerusakan.
5. Ensefalitis Karena Fungus
Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida albicans,
Cryptococcus neoformans,Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor mycosis.
Gambaran yang ditimbulkan infeksi fungus pada sistim saraf pusat ialah meningo-
ensefalitis purulenta. Faktor yang memudahkan timbulnyainfeksi adalah daya imunitas
yang menurun.(2,4)
6. Riketsiosis Serebri
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat
menyebabkan Ensefalitis. Di dalam dinding pembuluh darah timbul noduli yang terdiri
atas sebukan sel-sel mononuclear, yang terdapat pula disekitar pembuluh darah di
dalam jaringan otak. Didalam pembuluh darah yang terkena akan terjadi trombosis.
Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam, mula-mula sukar tidur, kemudian mungkin
kesadaran dapat menurun. Gejala-gejala neurologik menunjukan lesi yang tersebar.
 
C. Manifestasi Klinis
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis Ensefalitis lebih kurang sama
dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum, gejala
berupa Trias Ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun.
(Mansjoer, 2000). Adapun tanda dan gejala Ensefalitis sebagai berikut:

1. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia


2. Kesadaran dengan cepat menurun
3. Muntah
4. Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja (kejang-kejang di
muka)
5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama,
misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya (Hassan, 1997)
Inti dari sindrom Ensefalitis adalah adanya demam akut, dengan kombinasi tanda
dan gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia, hemiparesis dengan
asimetri refleks tendon dan tanda Babinski, gerakan involunter, ataxia, nystagmus,
kelemahan otot-otot wajah.
 
D. Patofisiologi
 Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah
masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:

1. Setempat: virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau organ
tertentu.                                                       
2. Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke
organ dan berkembang biak di organ tersebut.
3. Penyebaran melalui saraf-saraf: virus berkembang biak di permukaan selaput lendir
dan menyebar melalui sistem saraf.
E. Pemeriksaan Diagnostik
a. Biakan:
1. Dari darah viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk
mendapatkan hasil yang positif. 
2. Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat
gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika. 

3. Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif 

4. Dari swap hidung dan tenggorokan, didapat hasil kultur positif.

5. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan


uji neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi
tubuh. IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.

6. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.

7. Punksi lumbal  Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-


kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.

8. EEG/ Electroencephalography
EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran
yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses,
jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama
dan kecepatan.(Smeltzer, 2002)

b. CT scan

Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula
didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex,
ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus frontal.
 
F. Komplikasi 
Komplikasi jangka panjang dari ensefalitis berupa sekuele neurologikus yang
nampak pada 30 % anak dengan berbagai agen penyebab, usia penderita, gejala klinik,
dan penanganan selama perawatan. Perawatan jangka panjang dengan terus mengikuti
perkembangan penderita dari dekat merupakan hal yang krusial untuk mendeteksi
adanya sekuele secara dini. Walaupun sebagian besar penderita mengalami perubahan
serius pada susunan saraf pusat (SSP), komplikasi yang berat tidak selalu
terjadi.Komplikasi pada SSP meliputi tuli saraf, kebutaan kortikal, hemiparesis,
quadriparesis, hipertonia muskulorum, ataksia, epilepsi, retardasi mental dan motorik,
gangguan belajar, hidrosefalus obstruktif, dan atrofi serebral.
 
G. Penatalaksanaan
a. Isolasi
Isolasi bertujuan untuk mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai
tindakan pencegahan.
Terapi antimikroba :        

1. Ensefalitis supurativa
a) Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.

b) Cloramphenicol 4 x 1g/24  jam intra vena selama 10 hari.


2. Ensefalitis syphilis

a) Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari 

b) Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskulat + probenesid 4 x


500mg oral selama 14 hari.

Bila alergi penicillin :  

a) Tetrasiklin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari 


b) Eritromisin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari 

c) Cloramfenicol 4 x 1 g intra vena selama 6 minggu

d) Seftriaxon 2 g intra vena/intra muscular selama 14 hari.

e) Ensefalitis virus

b. Pengobatan simptomatis: 
 Analgetik dan antipiretik: Asam mefenamat 4 x 500 mg 
   Anticonvulsi : Phenitoin 50 mg/ml intravena 2 x sehari.
c. Pengobatan antivirus diberikan pada ensefalitis virus dengan penyebab herpes
zoster-varicella:
 Asiclovir 10 mg/kgBB intra vena 3 x sehari selama 10 hari atau 200 mg
peroral tiap 4 jam selama 10 hari.

4. Ensefalitis karena parasit

 Malaria serebral 

 Kinin  10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam, setiap 8 jam hingga tampak
perbaikan.
 Toxoplasmosis
a) Sulfadiasin 100 mg/KgBB per oral selama 1 bulan
b) Pirimetasin 1 mg/KgBB per oral selama 1 bulan
c) Spiramisin 3 x 500 mg/hari
 Amebiasis
a) Rifampicin 8 mg/KgBB/hari.
5. Ensefalitis karena fungus

a) Amfoterisin 0,1- 0,25 g/KgBB/hari intravena 2 hari sekali minimal 6 minggu


b) Mikonazol 30 mg/KgBB intra vena selama 6 minggu.
 Riketsiosis serebri
a) Cloramphenicol 4 x 1 g intra vena selama 10 hari 
b) Tetrasiklin 4x 500 mg per oral selama 10 hari.

e. Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial, management edema otak :


a) Mempertahankan hidrasi, monitor balance cairan : jenis dan jumlah cairan yang
diberikan tergantung keadaan anak.
b) Glukosa 20%, 10ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan.
c) Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk menghilangkan
edema otak
 

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Esefalitis
A. Anamnesa

1. Identitas:

Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah
sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan
untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan
kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.  ensefalitis dapat
terjadi pada semua kelompok umur.

2. Keluhan utama:

Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.


3. Riwayat penyakit sekarang:
Mula-mula anak rewel ,gelisah ,muntah-muntah ,panas badan meningkat kurang
lebih 1-4 hari , sakit kepala.           
4. Riwayat penyakit dahulu:
Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita
penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga:

Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh:
Herpes dan lain-lain. Bakteri contoh: Staphylococcus Aureus, Streptococcus , E. Coli ,
dan lain-lain.

6. Imunisasi:

kapan terakhir diberi imunisasi DTP karena ensafalitis dapat terjadi post
imunisasi pertusis.

7. Pemeriksaan fisik (ROS)

B1 (Breathing)       : Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra


cranial menyebabakan kompresi pada batang otak yang menyebabkan pernafasan tidak
teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas fatal akan terjadi paralisa otot
pernafasan (F. Sri Susilaningsih, 1994).
B2 (Blood)            : Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi
iskemik pada daerah tersebut, hal ini akan merangsaang vasokonstriktor dan
menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan
meningkatnya transmitter rangsang parasimpatis ke jantung.
B3 (Brain)              : Kesadaran menurun. Gangguan tingkat kesadaran dapat
disebabkan oleh gangguan metabolisme dan difusi serebral yang berkaitan dengan
kegagalan neural akibat prosses peradangan otak.
B4 (Bladder)         : Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal
frekuensi normal.
B5 (Bowel)            : Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan
tekanan intrakranial yang menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus vagus sehingga
meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula terjadi diare akibat terjadi peradangan
sehingga terjadi hipermetabolisme (F. Sri Susilanigsih, 1994).
B6 (Bone)              : Kelemahan
B.  Analisa Data
Analisa Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS: Nyeri kepala, Pusing, CO 2 Gangguan perfusi jaringan serebral
kehilangan memori, bingung,
kelelahan, kehilangan visual, Hipoksia serebri
kehilangan sensasi
DO: Bingung / disorientasi, Permiabilitas vaskuler
penurunan kesadaran,
perubahan status mental, Transudasi cairan
gelisah, perubahan motorik,
dekortikasi, deserebrasi, Edema serebri
kejang, dilatasi pupil, edema
papil Volume tengkorak

TIK

Vasospasme pembuluh
darah serebri

Sirkulasi terhenti

Gangguan perfusi jaringan


DS:- Gangguan transmisi impulsRisiko tinggi terhadap cedera
DO: pasien mengalami
kejang, gangguan motorik, Kejang
ataksia.
Risiko tinggi terhadap
cedera
 
 
 
DS: merasa lemah Kejang Gangguan mobilitas fisik
DO: pasien terlihat pucat dan
lemah Kelemahan
Gangguan mobilitas fisik
DS: Klien mengeluh frustasi. Peradangan Perubahan persepsi sensori
DO: pasien mengalami
kebingungan, emosi yang Kerusakan myelin pada
berlebihan, frustasi, akson dan whitematter
disorientasi realitas
Gangguan sensori persepsi
DS : klien merasa kedinginan Peradangan Hypertermi
DO : suhu tubuuh klien lebih
dari 37,5 C Suhu tubuh

Hipertermi
 
DS : klien mengeluh pusing Peradangan Risiko tingi terjadinya infeksi
dan nyeri pada kepala
DO : suhu tubuh lebih dari Suhu tubuh
37,5C
Terdapat bengkak di kepala Metabolisme tubuh
Leukosit lebih dari 40.000
Penyebaran toksin ke
jaringan tubuh

Sepsis

Risiko tinggi infeksi


DS : klien mengeluh nyeri Peradangan Nyeri
pada kepala
DO : skala nyeri 4-7 Nyeri
 
C.  Diagnosa
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral yang
mengubah/menghentikan darah arteri/virus

2. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kejang umum/fokal, kelemahan


umum.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan
kekuatan.

4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan myelin pada akson dan
whitematter

5. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan sepsis.

7. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.

 
D. Intervensi
Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi
Tujuan : Nyeri klien berkurang
Kriteria Hasil : Skala nyeri menjadi > 4                     
Intervensi Rasional
Mandiri  
Letakkan kantung es pada kepala, pakaianMeningkatkan vasokonstriksi, penumpukan
dingin di atas mata, berikan posisi yangresepsi sensori yang selanjutnya akan
nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan menurunkan nyeri
rentang gerak aktif atau pasif dan masage otot
leher.
Dukung untuk menemukan posisi yangMenurunkan iritasi meningeal, resultan
nyaman(kepala agak tinggi) ketidaknyamanan lebih lanjut

Berikan latihan rentang gerak aktif/ pasif. Dapat membantu merelaksasikan ketegangan
otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau
tidak nyaman tersebut
Gunakan pelembab hangat pada nyeri leherMeningkatkan relaksasi otot dan menurunkan
atau pinggul rasa sakit/ rasa tidak nyaman

Kolaborasi  
Berikan anal getik, asetaminofen, codein Mungkin diperlukan untuk menghilangkan
nyeri yang berat
 
Diagnosa 2: Risiko tinggi terhadap terjadinya infeksi berhubungan dengan sepsis.
Tujuan : Meminimalkan proses penyebaran infeksi
Kriteria hasil : Leukosit normal 10.000-40.000
Tidak ditemukan tanda-anda inflamasi
Intervensi Rasional
Mandiri  
Pada fase awal meningitis, isolasi mungkin
Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan
diperlukan sampai organisme diketahui/dosis
antibiotik yang cocok telah diberikan untuk
menurunkan resiko penyebaran pada orang
lain
Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci Menurunkan resiko pasien terkena infeksi
tangan yang tepat. sekunder. Mengontrol penyebaran sumber
infeksi
Ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkanMemobilisasi secret dan meningkatkan
nafas dalam kelancaran secret yang akan menurunkan
resiko terjadinya komplikasi terhadap
pernapasan
Kolaborasi  
Obat yang dipilih tergantung pada tipe infeksi
Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G,
dan sensitivitas individu
ampisilin, klorampenikol, gentamisin.
 
Diagnosa 3 : gangguan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral yang mengubah/
menghentikan darah arteri/virus
Tujuan : Perfusi jaringan menjadi adekuat
Kriteri hasil : Kesadaran kompos mentis       
Intervensi Rasional
Mandiri  
Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan
Tirah baring dengan posisi kepala datar.
potensi adanya resiko herniasi batang otak yang
memerlukan tindakan medis dengan segera
Bantu berkemih, membatasi batuk,Aktivitas seperti ini akan meningkatkan tekanan
muntah mengejan. intratorak dan intraabdomen yang dapat
men9ingkatkan TIK.
Kolaborasi.  
Tinggikan kepala tempat tidur 15-45Peningkatanaliran vena dari kepal akna
derajat. menurunkan TIK

Berikan cairan iv (larutan hipertonik,Meminimalkan fluktuasi dalam aliran vaskuler dan


elektrolit ). TIK.

1. Berikan obat : steroid,Menurunkan permeabilitas kapiler untuk


clorpomasin, asetaminofen membatasi edema serebral, mengatasi kelainan
postur tubuh atau menggigil yang dapat
meningkatkan TIK, menurunkan konsumsi oksigen
dan resiko kejang
 
Diagnosa 4 : Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kejang umum/lokal,
kelemahan umum.
Tujuan             : Mengurangi risiko cidera akibat kejang
Kriteria hasil  : Tidak ditemukan cidera selama kejang
Intervensi Rasional
Mandiri  
Pertahankan penghalang tempat tidur tetapMelindungi pasien bila terjadi kejang
terpasang dan pasang jalan nafas buatan

Tirah baring selama fase akut Menurunkan resiko terjatuh/trauma ketika


terjadi vertigo, sinkop, atau ataksia
Kolaborasi  
Merupakan indikasi untuk penanganan dan
Berikan obat : venitoin, diaepam,
pencegahan kejang
venobarbital.
 
Diagnosa 5 : gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,
penurunan kekuatan.
Tujuan : Klien dapat beraktifitas kembali dengan normal
Kriteria Hasil :Klien tidak merasa lemah
Intervensi Rasional
Bantu latihan rentang gerak. Mempertahankan mobilisasi dan fungsi
sendi/posisi normal akstremitas dan
menurunkan terjadinya vena yang statis
Berikan perawatan kulit, masase denganMeningkatkan sirkulasi, elastisitas kulit, dan
pelembab. menurunkan resiko terjadinya ekskoriasi kulit

Berikan matras udara atau air, perhatikan Menyeimbangkan tekanan jaringan,


kesejajaran tubuh secara fumgsional. meningkatkan sirkulasi dan membantu
meningkatkan arus balik vena untuk
menurunkan resiko terjadinya trauma
jaringan.
Berikan program latihan dan penggunaan alatProses penyembuhan yang lambat seringkali
mobilisasi. menyertai trauma kepala dan pemulihan
secara fisik merupakan bagian yang amat
penting dari suatu program pemulihan
tersebut.
 
Diagnosa 6 : Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan myelin pada akson
dan whitematter
Tujuan : Meminimalkan perubahan persepsi sensori
Kriteria : Klien dapat mengontrol emosi dirinya
Intervensi Rasional
Mandiri  
Menurunkan ansietas, respons emosi yang
Hilangkan suara bising yang berlebihan.
berlebihan/bingung yang berhubungan
dengan sensorik yang berlebihan
Validasi persepsi pasien dan berikan umpanMembantu pasien untuk memisahkan pada
balik. realitas dari perubahan persepsi

1. Beri kesempatan untuk berkomunikasiMenurunkan frustasi yang berhubungan


dan beraktivitas. dengan perubahan kemampuan/pola respons
yang memanjang
 
 
Kolaborasi ahli fisioterapi  
Pendekatan antardisiplin dapat menciptakan
Terapi okupasi,wicara dan kognitif.
rencana penatalaksanaan terintegrasi yang
didasarkan atas kombinasi
kemampuan/ketidakmampuan secara individu
yang unik dengan berfokus pada fungsi fisik,
kognitif, dan keterampilan perceptual
 
Diagnosa 7 : hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan : suhu tubuh kembali normal.
Kriteria hasil : suhu tubuh 36,5 - 37,5 ° C
Intervensi Rasional
Mandiri 1. Pengeluaran panas secara konduks
2. Pengeluaran panas secara evaporasi
1. Berikan kompres hangat
3. .Menentukan keberhasilan tindakan
2. Anjurkan klien untuk menggunakan
baju yang tipis.

3. Observasi Suhu tubuh klien


Kolaborasi dengan dokter Membantu menurunkan suhu
berikan obat penurun panas.

Anda mungkin juga menyukai