Dewan menjalankan proyek kerja sama dalam delapan tahapan. Masing-masing dari tujuh
tahapan awal akan membahas dan meliputi perencanaan, riset, pertimbangan awal anggota
dewan, tanggapan masyarakat, serta pertimbangan ulang atas aspek utama dalam kerangka
kerja dewan. Tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Taha
Topik
p
A Tujuan dan Karakteristik Kualitatif
B Elemen dan Pengakuan
C Pengukuran
D Pelaporan Entitas
Penyajian dan Pengungkapan, termasuk Batasan
E
Pelaporan Keuangan (Tidak Aktif)
Tujuan dan Status Kerangka dalam Hierarki GAAP
F
(tidak aktif)
G Penerapan ke Sektor Nirlaba (Tidak Aktif)
H Masalah Tersisa (Tidak Aktif)
Beberapa hal yang diperdebatkan terkait Tahap Draf Pengungkapan (Phase a Exposure Draft),
yaitu:
Perspektif Entitas vs Kepemilikan
Sudut pandang entitas dan perseorangan akan merepresentasikan pendekatan yang bebeda
terhadap pelaporan keuangan. Banyak kalangan yang sepakat bahwa dalam hal pelaporan
keuangan maka sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang entitas dan bukan sudut
pandang perseorangan. Sudut pandang yang digunakan merupakan hal yang penting karena
akan mempengaruhi pekerjaan pada tahapan D penyusunan kerangka kerja konseptual, yaitu
Pelaporan Entitas. Pada tahapan ini, sudut pandang alternatif kembali didiskusikan demi
memperoleh keputusan terbaik.
Grup Pengguna Utama
Dewan FASB/IASB menyepakati bahwa pengguna utama laporan keuangan adalah penyedia
modal saat ini dan potensi di masa yang akan datang. Penyedia modal ini adalah investor,
peminjam dana (lenders), atau kreditur lainnya dari suatu perusahaan. Namun perlu dicatat
bahwa terdapat beragam jenis kelompok utama yang terlalu menyederhanakan hubungan
antara entitas dan pengguna individu. Penyederhanaan hubungan antara entitas dengan
pengguna individu ini akan menghilangkan karakter unik yang dimiliki oleh masing-masing
pihak. Hal lain yang menjadi perhatian adalah dengan adanya fokus pada pengguna utama
maka timbul kebutuhan untuk pihak lain, yaitu yayasan (foundation) dan kelompok pengawas
corporate governance.
Karakteristik Kualitatif
Kerangka kerja IASB meiliki empat karakteristik kualitatif, yaitu dapat dimengerti
(understandability), relevan (relevance), dapat diandalkan (reliability), dan dapat
dibandingkan (comparability). Draf pengungkapan (exposure draft) yang diajukan oleh
dewan IASB mengusulkan bahwa karakteristik kualitatif yang membuat informasi berguna
adalah relevan, penyajian yang meyakinkan, dapat dibandingkan, dapat diverifikasi, tepat
waktu, dan dapat dipahami. Dewan juga menyatakan bahwa hambatan dalam pelaporan
keuangan adalah materialitas dan biaya.
Karakteristik kualitatif dibedakan menjadi karakteristik dasar, seperti relevan dan penyajian
yang meyakinkan serta karakteristik tambahan seperti dapat dibandingkan, dapat diverifikasi,
tepat waktu, dan dapat dipahami. Semua pihak setuju dengan proposal yang diajukan dewan
dalam draf pengungkapan (exposure draft) bahwa relevan adalah karakteristik dasar namun
terjadi perdebatan atas usulan penyajian yang meyakinkan sebagai karakteristik dasar.
Circularity of Reasoning
Salah satu tujuan dari kerangka kerja konseptual adalah memberikan panduan kepada akuntan
dalam menjalankan praktik akuntansi sehari-hari. Jika kerangka kerja konseptual dilihat
secara sederhana maka setidaknya akuntan harus mengikuti sebuah langkah ilmiah yaitu
prinsip dan praktik diperoleh dari teori yang berlaku secara umum. Namun, ada kalanya
kerangka kerja konseptual tidak berlaku umum secara penuh karena terjebak dalam lingkaran
internal. Ilustrasi yang bisa digunakan adalah standar reliabilitas dalam Pernyataan FASB No.
2 yang sangat tergantung pada pencapaian kualitas lainnya seperti penyajian yang
meyakinkan, netralitas, dan dapat diverifikasi. Untuk mengatasi masalah circularity of
reasoning ini, FASB telah mencoba mengajukan gagasan bahwa seseorang yang bekerja di
bidang akuntansi wajib memiliki pengetahuan yang sesuai dan mencukupi dalam mengartikan
sebuah laporan keuangan.
Riset Positif
Sudah sering menjadi perdebatan bahwa fokus utama kerangka konseptual telah mengabaikan
temuan empiris dari riset akuntansi positif. Riset pasar mula-mula menyatakan keragu-raguan
atas kemampuan data akuntansi yang dipublikasikan dalam memberi pengaruh pada pasar
saham, dan juga keraguan atas pentingnya data akuntansi dalam pengambilan keputusan
ekonomi dalam pasar saham. Lebih jauh lagi, perdebatan antara apakah riset akuntansi positif
bertentangan dengan kerangka konseptual terkadang mengabaikan bukti bahwa pasar modal
tidak sepenuhnya efisien.