Anda di halaman 1dari 6

TRUE AND FAIR VIEW DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

Suatu perusahaan, baik besar maupun kecil tidak luput dari berbagai macam

aktivitas yang menunjang kehidupan perusahaan itu sendiri. Aktivitas-aktivitas

tersebut secara lebih spesifik terbentuk dari transaksi-transaksi antar pihak yang

berkepentingan di dalam perusahaan maupun transaksi-transaksi antara perusahaan

dengan pihak luar. Transaksi yang terjadi pun dapat berupa transaksi keuangan

maupun non keuangan. Puluhan bahkan ratusan transaksi, khususnya transaksi

keuangan dapat terjadi dalam satu periode, tentu saja keseluruhan transaksi tersebut

akan mempengaruhi posisi keuangan. Misalnya apabila perusahaan menjual

produknya sehingga mendapatkan laba, maka laba tersebut akan mempengaruhi saldo

laba ditahan. Contoh lainnya adalah transaksi jual beli aktiva tetap akan

mempengaruhi saldo aktiva tetap dalam neraca. Aktiva yang paling likuid, yaitu kas,

sangat sering mengalami perubahan saldo akibat transaksi keuangan yang melibatkan

pengeluaran dan penerimaan kas.

Keseluruhan transaksi keuangan tersebut perlu dirangkum menjadi suatu

laporan agar pihak yang berkepentingan dapat mempelajarinya dengan mudah dan

dapat mengetahui bagaimana posisi keuangan perusahaan saat ini agar dapat

mengambil keputusan yang relevan. Oleh karena itu dibuatlah laporan keuangan yang

terdiri dari laporan laba rugi, laporan arus kas, neraca, laporan perubahan ekuitas, dan

catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan dimanfaatkan sebagai sumber

informasi keuangan suatu perusahaan oleh pihak yang berkepentingan, misalnya

investor. Berdasarkan SAK, laporan keuangan disusun dan disajikan setahun sekali

untuk memenuhi kebutuhan pemakainya (IAI : 2004).


Dalam penyajian laporan keuangan, dikatakan laporan keuangan yang baik

harus benar dan wajar (true and fair presentation). Konsep true and fair view ini

pertama kali digunakan dalam hokum Inggris, tepatnya dalam Companies Act

(Undang-undang Perusahaan) pada tahun 1947 yang kemudian diadopsi oleh Uni

Eropa dalam Fourth Directive pada tahun 1978 (Selling :2008). Namun hingga saat

ini, baik dalam IFRS pun, definisi dari “benar” dan “wajar” tersebut tidak secara jelas

dan eksplisit diungkapkan namun dengan tetap mengatakan bahwa laporan keuangan

harus disajikan secara “benar” dan “wajar”. Berbagai intepretasi mengenai kata-kata

tersebut pun menjadi berbeda dalam wilayah yang berbeda. Dalam SAK sendiri,

tepatnya dalam ED PSAK No. 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan,

dikatakan bahwa laporan keuangan harus disajikan secara wajar, dimana dapat

dikatakan secara wajar apabila dapat memenuhi SAK terkait (terdapat dalam

paragraph 15). AICPA dalam Committee on Auditing Procedures, mengatakan bahwa

penyajian secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum

(AICPA dalam Belkaoui :2006). Jadi bisa dikatakan bahwa kewajaran laporan

keuangan secara umum adalah apabila laporan keuangan tersebut sudah sesuai dengan

SAK (di Indonesia). Dalam kerangka dasar juga telah sedikit disinggung mengenai

penyajian secara wajar.

Lalu bagaimana dengan konsep true view ?. konsep “kebenaran” merupakan

hal yang sangat sulit untuk diinterpretasikan. Dalam kerangka dasar IFRS, penyajian

laporan keuangan dengan “benar dan wajar” biasanya terpenuhi dengan penerapan

karakteristik kualitatif dan standar akuntansi keuangan yang sesuai (http://www.ifrs-

portal.com). Menurut penulis, “benar” disini lebih menitikberatkan pada karakteristik

kualitatif keandalan, terutama pada Penyajian Jujur. Kata lain dari benar adalah sesuai

fakta. Jadi, dengan menekankan pada penyajian jujur, maka transaksi pun dapat
dicatat sesuai keadaan sebenarnya tanpa menyembunyikan fakta dari transaksi

tersebut ataupun menyembunyikan sebagian kecil transaksi. Maka secara teoritis

kebenaran memang bisa diwujudkan apabila mengacu pada penyajian yang jujur dari

laporan keuangan. Namun, pertanyaannya adalah, apakah suatu laporan keuangan

harus dan dapat disajikan secara benar dan wajar ? Dan apakah kelayakan suatu

laporan keuangan dapat menunjang kebenarannya?

Menurut penulis, laporan keuangan harus disajikan secara benar dan wajar,

karena dalam IFRS, secara implicit diharuskan demikian, yang diadaptasi dari

Company Act. Secara teori pun dapat terjadi. Namun pertanyaan kedua, apakah dalam

realisasinya bisa disajikan secara benar dan wajar ? Penulis berpendapat tidak. Hal

tersebut dapat dijelaskan melalui beberapa uraian. Permasalahan yang mendasar

adalah definisi dari fakta. Apabila konsep benar tersebut berarti mengungkapkan

fakta, maka diasumsikan bahwa informasi yang disajikan adalah sesuatu yang nyata,

pasti, dapat dibuktikan, sudah terjadi, bukan kemungkinan ataupun perkiraan, oleh

karena itu, kebenaran sangatlah objektif. Namun dalam laporan keuangan, misalkan

saja laporan laba rugi, terdapat komponen biaya yang ditentukan bukan karena

memang benar-benar terjadi demikian, melainkan melalui estimasi, contohnya adalah

biaya penyusutan dan amortisasi aktiva yang dihitung berdsasarkan umur ekonomis.

Penentuan umur ekonomis melalui estimasi sangat subjektif, tergantung dari

pengetahuan dan pengalaman manajemen.

Contoh lain adalah dalam neraca, terdapat akun kontra piutang dagang, yaitu

cadangan kerugian piutang, dimana nilainya merupakan hasil estimasi berdasarkan

kerugian piutang tahun lalu. Selain itu, penambahan nilai aktiva akibat penilaian,

(appraisal) salah satunya akibat adanya kelebihan nilai investasi terhadap nilai wajar

aktiva pada pembelian kepemilikan. Penentuan nilai wajar maupun penambahan nilai
aktiva yang tidak lagi sesuai dengan harga perolehan merupakan proses yang

berdasarkan estimasi dan dan subjektif. Apabila dilihat dari sudut pandang uraian

diatas, maka dapat dikatakan bahwa laporan keuangan mengandung unsure

subjektifitas dan terdapat komponen yang tidak secara riil atau belum terjadi sehingga

tidak sepenuhnya mewakili penyampaian fakta, sedangkan laporan keuangan yang

benar adalah laporan yang sangat objektif, bukan opini, karena berdasarkan fakta.

Maka dari itu laporan keuangan tidak bisa 100% benar walaupun sudah disajikan

secara jujur, karena terdapat informasi yang walaupun secara jujur diungkapkan,

namun tidak memenuhi definisi dari kebenaran.

Konsep yang kedua adalah disajikan secara wajar. Secara teori dan dalam

realisasinya, hal tersebut memang mungkin, karena interpretasi wajar menurut PSAK

No.1 adalah sesuai dengan SAK terkait. Dalam hubungannya dengan auditor pun,

penyajian secara wajar dapat dinilai, yaitu berdasarkan pendapat atau opini dari

auditor, misalnya wajar tanpa pengecualian, artinya laporan keuangan tersebut taliah

sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, dalam hal ini SAK. Jadi,

untuk mendapatkan laporan keuangan yang wajar, maka manajemen harus menusun

laporan keuangan sesuai dengan SAK. Untuk membuktikan apakah laporan keuangan

tersebut wajar atau tidak, maka dapat digunakan jasa auditor dalam memberikan

pendapat. Jadi dapat dikatakan bahwa laoporan keuangan dapat disajikan secara

wajar.

Namun perlu diketahui, laporan keuangan yang wajar tidak dapat dikatakan

100% benar, karena banyak hal di dalam SAK yang mengatur mengenai nilai

estimasi, seperti penyusutan. Hal lain seperti perataan dan manajemen laba, sepanjang

tidak berlebihan dan tidak menyimpang dari SAK, maka tetap dikatakan wajar,

padahal tidak dapat diketahui apakah laba yang dihasilkan benar nilainya. Selain itu
cara untuk mengetahui bahwa laporan keuangan tersebut wajar atau tidak adalah

dengan melakukan audit laporan keuangan. Apabila tidak terdapat salah saji yang

material misalnya, maka menurut pendapat auditor, laporan tersebut wajar tanpa

pengecualian, namun hasil audit tidak dapat menjamin laoran keuangan tersebut 100%

benar, karena penyajian wajar tersebut merupakan pendapat dari auditor. Walaupun

didukung oleh bukti audit yang memadai, namun dalam menentukan criteria wajar

auditor menentukan risiko audit dimana sebesar apa tingkat kesalahan auditor dalam

mengekspresikan pendapat yang tepat (Halim : 2003). Jadi dalam laporan yang wajar

pun terdapat salah saji yang material maupun tidak yang tidak mampu dideteksi oleh

auditor, jadi laporan keuangan tersebut tidak 100% benar. Maka dari itu, suatu laporan

keuangan dapat disajikan secara wajar namun tidak dapat disajikan dengan benar.

Pembahasan diatas telah menjawab permasalahan mengenai True and Fair

View dalam penyajian laporan keuangan menurut perspektif penulis. Hal yang bisa

disimpulkan dari pembahasan di atas adalah suatu laporan harus disajikan secara

benar dan wajar, namun kenyataannya, kewajaran dan kebenaran laporan keuangan

tidak dapat berjalan seimbang. Dalam implementasinya, laporan keuangan dapat

disajikan secara wajar sesuai dengan SAK, namun tidak dapat dianggap 100% benar,

karena informasi yang disajikan tidak mengandung fakta secara penuh. Namun

kesimpulan ini tidak terlepas dari sudut pandang penulis sehingga terdapat

kemungkinan topic pembahasan tulisan ini akan diinterpretasikan secara berbeda oleh

pihak lain karena pendapat setiap orang berbada. Maka dari itu diharapkan pihak-

pihak lain dapat mengembangkan tulisan ini menjadi tulisan yang lebih mendekati

fakta dan tentu saja relevan serta bermanfaat bagi masyarakat.


REFERENSI :

Anonim ‘Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements’

http://www.ifrs-portal.com/Texte_emglisch/Framework/Framework_05.htm

Accessed 27/04/2011

Belkaoui,Ahmed Riahi. (2006) ‘Accounting Theory : Teori Akuntansi’. Jakarta :

Salemba Empat

Halim, Abdul (2003) ‘ Auditing (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan)’. Yogyakarta

: Akademi MAnajemen Perusahaan YKPN

Ikatan Akuntan Indonesia (2004) ‘Standar Akuntansi Keuangan’. Jakarta : Salemba

Empat

Ikatan Akuntan Indonesia (2009) ‘Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan, Penyajian Laporan Keuangan’ PSAK, no. 1,

http://ww.iaiglobal.or.id/ Accessed 27/04/2011

Selling, Tom (2008) ‘The Fairy Tale of ‘True and Fair View’ and a Modest Proposal

for Real ‘Core Principles’’, http://accountingonoin.typepad.

com/theaccountingonion/2008/07/the-core-prin-1.html Accessed 27/04/2011

Anda mungkin juga menyukai