Anda di halaman 1dari 66

PENGANTAR TEORI AKUNTANSI

Teori akuntansi adalah susunan konsep, definisi, dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran
fenomena akuntansi yang menjelaskan hubungan antara variabel dengan variabel lainnya dalam
struktur akuntansi dengan maksud dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena yang mungkin akan
muncul. Sofyan Syafri Harahap (2011: 2)

Untuk menggambarkan berbagai sisi akuntansi, Belkaoiu (1986) dan penulis

lain disebutkan beberapa image yang menggambarkan sifat-sifat akuntansi

sebagai berikut.

1. Akuntansi sebagau suatu ideology

2. Akuntansi sebagau suatu bahasa

3. Akuntansi sebagau suatu catatan histories

4. Akuntansi sebagau suatu realitas ekonomi saat ini

5. Akuntansi sebagau suatu komoditas

6. Akuntansi dianggap sebagai pertanggungjawaban (accountability)

7. Akuntansi sebagau teknologi

SIKLUS AKUNTANSI Sofyan Syafri Harahap (2011: 20-25)

Transaksi/bukti

Transaksi adalah setiap kegiatan yang mengubah posisi keuangan (kekayaan, utang, dan modal) dan
hasil usaha perusahaan/lembaga.kejadian yang dicatat dan dibukukan hanya kejadian yang dapat
dikategorikan sebagai transaksi yang mengubah posisi harta, kewajiban modal, pendapatan, dan biaya.

Buku Harian Jurnal

Dalam sistem pembukuan Belanda, transaksi dicatat dalam buku harian tanpa melakukan penjelasan
terhadap transaksi tersebut. Dalam sistem akuntansi Amerika, pencatatan transaksi dilakukan ke buku
yang disebut jurnal dan buku jurnal ini sekaligus telah dilakukan penggolongan, mana yang
dikelompokkan sebagai yang mempengaruhi perkiraan debet dan mana yang akan perkiraan sebelah
kredit, sehingga buku harian dan jurnal digabungkan dalam satu buku yang disebut jurnal.

Buku Besar

Buku besar sering disebut perkiraan, akun, item, pos, dan lain-lain. Buku ini adalah merupakan tempat
menampung seluruh transaksi yang telah diklasifikasikan melalui jurnal.

Neraca Lajur (Worksheet)

Neraca Percobaan

Neraca Saldo

Jurnal Penyesuaian

Lajur Laba Rugi

Lajur Laba Ditahan

Lajur Neraca

Laporan Keuangan

Laporan keuangan sebenarnya banyak, namun laporan keuangan utama ada tiga, yaitu:

Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada satu tanggal tertentu.
Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, dan laba/rugi perusahaan pada periode
tertentu.

arus kas.

DAFTAR PUSTAKA

Syafri Harahap, Sofyan. 2011. TEORI AKUNTANSI. Jakarta : Rajawali Pers.

Belkoui, dan Riahi, Ahmed. 2001. Teori Akuntansi Edisi 5. Jakarta: Salemba

EmpatBelkoui, dan Riahi, Ahmed. 2001. Teori Akuntansi Edisi 5. Jakarta: Salemba

Empat

B. Uraian Materi

Dalam teori akuntansi ada elemen teori akuntansi yang menunjukkan tujuan

laporan keuangan, postulat, konsep akuntansi serta prinsip dan teknik atau standar

akuntansi. Perihal ini akan dibahas di bab tersendiri. Teori akuntansi itu lahir dari

praktik akuntansi, yaitu tujuan dibuatnya laporan keuangan. Di sini dirumuskan

apa sebenarnya tujuan laporan keuangan yang diinginkan oleh para pemakainya.
Berdasarkan tujuan itu, ditarik (reduced) apa yang disebut dengan postulat dan

konsep. Dari postulat dan konsep ini maka dirumuskan prinsip atau ciri dasar

akuntansi yang menjadi dasar penyajian informasi akuntansi.

Sifat dasar atau prinsip yang mendasari akuntansi keuangan merupakan

konsep yang harus diyakini kebenarannya sebagai dasar dari ilmu akuntansi itu

dibangun. Prinsip dasar akuntansi ini bisa menjadi dasar keterbatasan atau

sekaligus kekuatan informasi yang nanti akan dibahas lebih lanjut. Banyak kajian

yang telah menawarkan dan yang menjelaskan prinsup atau sifat dasar akuntansi

itu. Dalam APB Statement No. 4 dijelaskan beberapa sifat dan element dasar dari

akuntansi (keuangan). Sebagai berikut.

1. Accounting Entity

Dalam menyusun informasi akuntansi, yang menjadi fokus pencatatan

akuntansi adalah entity atau lembaga, unit organisasi tertentu yang


harus jelas sebagai suatu entity yang terpisah dari badan atau entity

yang lain. Kita tidak bisa mencatat atau menyajikan informasi

akuntansi sekaligus menyangkut suatu perusahaan atau pemiliknya.

Informasi masing-masing terpisah antara satu entity dengan entity yang

lain.

2. Going concern

Dalam menyusu atau dalam memahami laporan keuangan harus

dianggap bahwa perusahaan (entity) yan dilaporkan akan terus

beroperasi di masa-masa yang akan datang, tidak ada sama sekali

asumsi bahwa perusahaan atau usaha ini akan bunbar, tapiu jangan

salah yang menjadi fokus bukan keterus menerusnya, tapi prinsip ini

yang mejadi dasar bagi kewajaran nilai yang dicantumkan dalm

informasi keuangan. Nilai kekayaan dari suatu perusahaan yang


dianggap hidup terus atau going concern tidak akan sama dengan nilai

atau harga kekayaan atau kewajiban dari suatu perusahaan atau

lembaga yang akan dilikuidasi. B iasanya harga atau nialai aset

perusahaan yang sudah dinyatakan bubar atau likuidasi akan jauh lebih

murah dibandingkan dengan harga atau nilai nilai aset yang masih

berjalan.

Banyak pihak yang salah dalam mengartikan konsep going concern

ini. Ada yang menganggap teori akuntansi hanya bisa melaporkan

entitas yang terus-meneru beroprasi. Padahal saat ini banyak lembaga,

organisasi, perusahaan yang didirikan hanya untuk sementara bukan

untuk terus-menerus going concern seperti BPPN (Bada Penyehatan

Perbankan Nasional), kepa itiaan, yayasan atau perusahaan dalam akte


notaris dibatasi hidupnya selama 75 tahun yang berarti ada asumsi

yang bertentangan dengan prinsip going concern dalam arti

3. Measurement

Akuntansi adalah sebagai alat pengukuran sebagai sumber-sumber

ekonomi (Economic Resources) dan kewajiban (liability) beserta

perubahannya yang terjadi akibat operasi perusahaan. Akuntansi

mencoba mengukur nilai suatu aset, kewajiban, modal,hasil, dan biaya.

Yang namanya pengukuran tentu akan memiliki kemungkinan

kesalahan atau kelemahan dalam pengkuran itu. Metode pengukuran

yang dipakai ada beberapa macam. Dalam prinsip diatur ukurnya

adalah moneter.

4. Time period

Laporan keuangan menyajikan informasi untuk suatu waktu tertentu,


tanggal tertentu atau periode tertantu. Neraca hanya menggambarkan

nilai kekayaan, utang, dan modal pada saat atau pada tanggal tertentu.

Laporan laba rugi menggambarkan informasi hasil (pendapatan dan

biaya) usaha pada periode tertentu. Sementara itu, laporan Arus Kas

menggambarkan informasi arus kas masuk dan keluar pada periode

tertentu, dari satu tanggal ke tanggal yang lain.

5. Monentery unit

Pengukuran yang dipakai dalam akuntansi adalah dalam bentuk

moneter atau uang. Sermua transaksi perusahaan dikuantitatifkan dan

dilaporkan dalam bentuk nilai uang (rupiah atau dolar misalnya)

bukan unit buah, luas meter,kilogram jumlah orang, dan lain

sebagainya.

6. Accrual
Penentuan pendapatan dan biaya dari posisi harta dan kewajiban

ditetapkan tanpa melihat apakah transaksi telah dilakukan atau tidak.

Penentuanya bukan ketelibatan kas, tetapi berdasarkan pada faktor

legalnya apakah memang sudah merupakan hak (pendapatan) atau

kewajiban (biaya) perusahaan atau belum. Kaluan sudah, harus dicatat

tanpa menunggu pembayaran atau penerimaan kas.

7. Exchange price

Nilai yang tedapat pada laporan keuangan umumnya berdasarkan pada

harga pertukaran ya ng di peroleh dari harga pasar sebagai pertemuan

bargaining antara pembeli (demand) dan penjua (supply).

8. Approximation

Dalam akuntansi tidak dapat dihindari penafsiran-penafsiran, baik


nilai,harga,umur, jumlah penyisihan harga ragu, kerugian dan

sebagainya. Misalnya taksiran umur aset, taksiran harga persediaan,

harga surat berharga, penyisihan piutang ragu, dan lain sebagainya.

9. Judgment

Dalam menyusun laporan keuangan banyak diperlakukan

pertimbangan-pertimbangan akuntan atau manajemen berdasarkan atas

keahlian atau pengalaman yang dimilikinya. Misalnya judgment

tentang memilih standar akuntan LIFO, FIFO metode garis lurus, atau

double declining, klasifikasi perkiraan dan sebagainya.

10. General purpose

Informasi yang disajikan dalam keuangan dalam keuangan yang

dihasilkan akuntansi keuangan ditujukan buat pemakai secara umum,

bukan pemakaian khusus.tidak ditujukan kepada bankir,


investor,kreditor,analis,manajemen atau karyawan, tetapi kesemuah

pihak atau publik.

11. Interrelated statement

Neraca, Daftar Laba Rugi, dan Laporan Arus Kas mempunyai

hibungan yang sangat erat dan berkaitan satu sama lain. Ini

merupaakan salah satu alat kontrol akuntansi sehingga tidak mudah

melakukan rekayasa laporan begitu saja tanpa memperhatikan

hubungan satu pos (akun) dengan pos lainnya.

12. Subtance Over From

Karena akuntansi memberikan informasi yang diprcayai bagi

pengambil keputusan, akuntansi lebih menekankan penggunaan

informasi yang berasal dari kenyataan ekonomis dari suatu kejadian

dari [pada bukti legalnya. Misalnya, dalam akta notaris modal telah
disetor penuh, tetapi kenyataan setoran (transaks) belum ada. Maka,

akuntansi berpihak pada kenyataan yang sebenarnya. Kalau memang

belum ada setoran yang benar-benar telah masuk kerekening perusaan

maka belum bisa dicatat kendatipun secara legal formal dianggap

sudah disetor penuh. Kredit bank yang sudah disetujui, tetapibelum

dimanfaatkan seluruhnya akun dicatat sebesar penggunaannya saja

kendatipu secara legal dana sudah dapat dimanfaatkan atau diambil.

13. Materiality

Laporan keuangan hanya memuat informasi yang dianggap penting

dan dalam setiap pertimbangan yang dilakukan tetap melihat

sinifikannya. Pengertian penting di sini adalah jika informasi itu dapat

mempengaruhi para pengambil keputusan yang normal.


Disamping sifat-sifat tersebut sebenarnya para penulis tersebut lain

mengemukakan sifat-sifat yang terkandung dalam akuntansi keunagan seperti:

1. Laporan Historis

Laporan keuangan pada hakikatnya mencatat informasi yang sudah terjadi.

Tidak mencatat informasi yang akan terjadi atau masa depan. Sehingga

informasinya bukan prediksi kendatipun dari laporan historis kita bisa

melakukan prediksi masa depan dalam keadaan situasi normal ataupun

abnormal.

2. Classification

Informasi melalui laporan keuangan diklasifikasikan sesuai dengan sifat

dasar akuntansi yang dapat memudahkan para pemakainya misalnya

klasifikasi perkiraan berdasarkan likuiditasnya, klasifikasi biaya produksi,

biaya operasi, berguna untuk kepentingan pemilik, kreditor, dan pemakai


lainnya.

3. Summaraization

Transaksi dan kejadian-kejadian yang sama dalam perusahaan

dikelompokkan dan diikthisarkan menurut metode tertentu sesuai dengan

pola yang sudah mapan dalam akuntansi sehingga lebih mudah dipahami

dan dianalisis.

4. Measurement Basis

Dalam pengukuran yang diggunakan dalam akuntansi, ada bermacammacam metode pengikiran seperti
harga pokok (cost), harga pasar

(market), harga terendah antar harga pokok dan harga pasar atau Locom

(Lower Of Cost Or Market), harga realisasi (realizable value), dan lainlain.

5. Verifiability

Setiap informasi dalam laporan keuangan harus dapat ditelusuri sampai

kebukit-bikit dan didukung oleh bukti-bukti yang sah.


6. Conservatism

Perusahaan biasanya memiliki kejadian-kejadian yang belum pasti

(ucertainty) atau yang belum terjadi. Dalam keadaan seperti ini laporan

keuangan memilih dan menilai aset dan pendapatnya yang paling minimal.

Jika ada potensi rugi kendatipun belum direalisasi, tetapi sudah ada

dasarnya sudah dapat dicatat atau diinformasikan, sedangkan laba yang

belim direalisasi, walau sudah ada indikasi laba belum dapat sebagai laba.

Hal ini jelas menunjukan keberpihakan akuntansi kepada para pemiliki

modal, kapitalis atau pemilik perudahaan. Karena jika potensi laba akan

terealisasi nantinya, maka akan dinikmati pemilik modal yang terus

bertahan. Tapi positifnya supaya orang tidak over expectation.

7. Technical terminology

Banyak istilah yang digunakan dalam laporan keuangan merupakan istilah


akuntansi yang berlaku khusus untuk akuntansi yang harus dipahami para

pembaca yang belim tentu cocok dengan pengertian dalam disiplin ilmu

yang lain.

Demikian sifat dan ciri akuntansi dan ciri akuntansi yang harus diketahui

agar kita dapat memanfaatkan output-nya. Akuntansi merupakan tool of

management, ia membantu fungsi-fungsi manajement. Dalam fungsi perencanaan

informasi, akuntansi sangat berguna dalam penyusunan anggaran atau

perencanaan. Dalam pengawasan, tugas akuntansi sangat srategis sebagai alat

pembanding dengan planning untuk mengetahui penyimpangan (variance) yang

terjadi sehingga dapat dengan memudah melakuakan usaha-usaha koreksi dan

perbaikan secara lebih dini.

1. Akuntansi: Kapitalisme, Kamera, Netral atau Bias


Banyak pihak yang masih salah persepsi terhadap fungsi akuntansi seolah

akuntansi itu bias melakukan berbagai fungsi di luar fungsinya yang sebenarnya.

Untuk memudahkan pemahaman terhadap fungsi akuntansi itu, penulis

mengibaratkannya sebagai kamera yang mengambil foto dari berbagai objek

kejadian. Dalam konteks pengertian dari sudut ini, memang akuntansi itu bias

dianggap sebagai sesuatu yang bersifat netral karena ia hanya mengungkap apa

yang bias ditangkap oleh lensa yang dimilikinya. Akuntansi mencoba menangkap

transaksi yang terjadi dalam perusahaan dan mengangkat kejadian itu dalam

bentuk “foto” yang bias memberikan gambaran tentang posisi keuangan

perusahaan (Neraca), hasil usaha (Laba Rugu), dan laporan sumber dan

pengeluaran (Arus) Kas (Laporan Arus Kas). Informasi yang dikeluarkan oleh

sistem akuntansi mestinya tidak bias berubah dari objek yang difoto. Perubahan

itu merupakan penyimpangan terhadap fungsinya selaku “kamera”. Ini yang


popular disebut “Earning Management” atau Cosmetic Accounting. Pada saat

yang sama akuntansi jangan dianggap mampu memberikan informasi atau fungsi

diluar fungsinya sebagai tukang foto. Misalnya bias memprediksi, bias melakukan

hal-hal yang sebenarnya hanya bias dilakukan manusia atau manajemen.

Akuntansi itu pasif bukan aktif. Dia hanya mampu memberikan informasi sesuai

objek yang memang merupakan bidangnya, yaitu informasi tentang semua

transaksi keuangan yang dilakukan perusahaan yang memengaruhi kekayaan,

utang, modal, hasil dan biaya.

Akuntansi itu bias memengaruhi orang lain setelah informasinya terwujud

dan dibaca kemudian dipakai dan dipraktikkan. Dalam akuntansi dikenal

Behavioral Accounting yang mencoba mempelajari dampak informasi akuntansi

kepada prilaku pihak lain yang menggunakannya termasuk dalam bidang auditing.

Disinilah pernyataan Iwan Triyuwono sangat tepat ketika beliau menyatakan


bahwa akuntansi tidak netral. Akuntansi adalah buatan atau rekayasa atau

teknologi yang dibuat manusia sesuai dan searah dengan ideologi dan tujuan

hidup yang dimilikinya. Dia desain akuntansi sesuai dengan kepentingannya,

kepentingan para pemakainya dan kepentingan ideologinya, dalam hal ini

kapitalisme.

Dari sisi lain output informasi akuntansi juga dapat memengaruhi perilaku

orang yang menggunakannya. Informasi akuntansi bias menimbulkan orang

marah (manajer atau pemilik), jika misalnya kinerja perusahaan yang yang

dilaporkan tampak rendah. Return On Investment (ROI) tidak sesuai dengan

rencana yang sudah dibuatnya. Akuntansi bisa membuat orang gila atau seperti

orang gila karena akuntansi bisa memberi harapan atau membuat malu. Pengguna

memakai akuntansi dalam kegiatan manajemen misalnya bisa memengaruhi


perilaku orang manakala informasi akuntansi digunakan satu-satunya dalam

menilai kinerja manajemen. Hopwood misalnya menemukan perusahaan yang

menggunakan Budget Constraint Style dalam menilai kinerja bawahan akan

menimbulkan hubungan yang tegang antara atasan dan bawahan, saling curiga,

tidak muncul kerjasama, dan membuat mereka tidak menyusun budget sesuai

dengan yang sebenarnya, mereka melakukan slack budgeting (membuat budget

lebih rendah dari yang sesungguhnya bisa dicapai) agar dalam penilaian

kinerjanya jangan sampai menjatuhkannya. Kesimpulannya akuntansi dalam

konteks ini adalah memiliki bias ideologi. Informasi akuntansi bisa memengaruhi

orang yang menggunakannya dan sistem informasi akuntansi itu disusun oleh

sekelompok masyarakat yang memiliki ideology dan tujuan hidup tersendiri

dalam hal ini ideologi dan tujuan hidup ala kapitalisme.

Pada hakikatnya akuntansi itu adalah mengukur dan melaporkan informasi


tentang Harta atau Kekayaan. Dalam ideologi kapitalisme harta merupakan bukti

kemakmuran, ukuran keberhasilan hidup sehingga pemupukan harta merupakan

sasaran dan tujuan hidup. Sehingga semua tenaga dan resorsis harus diarahkan

untuk mencari, memupuk kekayaan dengan berbagai cara yang dilakukan. Dalam

ideologi kapitalisme pemrakarsa penciptaan dan pendistribusian harta diberikan

kepada pemilik modal bukan kepada negara atau kepada kaum pekerja (buruh).

Dalam kenyataannya, kapitalis berhasil bukan saja menjadi prosedur harta, tetapi

dia berusaha untuk terus menerus menjadi penguasa dalam memupuk harta

sehingga semua kemampuannya diusahakan untuk mejaga perannya ini. Hal inilah

yang membuat kapitalis juga merambah ke bidang-bidang politik, social, dan

keagamaan. Kapitalis membiayai kegiatan elite politik dengan imbalan semua

kebijakan politik harus menguntungkan kapitalis. Dibidang social juga demikian

bahkan dalam bidang keagamaan kapitalis mencoba memengaruhi ulama dalam


pemahaman konsep keagamaan untuk menjamin pemahaman agama tidak

merusak penguasaannya pada kekayaan tadi.

2. Siklus Akuntansi

Berikut ini akan dibahas siklus akuntansi sebagai dasar yang sangat

penting dalam memahami proses kelahiran laporan keuangan. Proses akuntansi

adalah proses pengolahan data sejak terjadinya transaksi, kemudian transaksi ini

memiliki bukti yang sah sebagai dasar terjadinya transaksi, kemudian berdasarkan

data atau bukti ini maka di- input ke proses pengolahan data sehingga

menghasilkan output berupa informasi laporan keuangan. Stettler (1978)

menggambarkan elemen umum yang dipakai dalam setiap pengolahan data (tanpa

komputerisasi penuh).

3. Transaksi/Bukti

Transaksi adalah setiap kejadian yang mengubah posisi keuangan


(kekayaan, utang, modal) dan hasil usaha perusahaan/lembaga. Kejadian

yang terjadi dalam perusahaan yang tidak memengaruhi posisi

harta/utang/modal dan hasil usaha perusahaan bukan merupakan transaksi

yang dicatat dalam akuntansi. Kejadian yang dicatat dan dibukukan hanya

kejadian yang dapat dikategorikan sebagai transaksi yang mengubah posisi

harta, kewajiban modal, pendapatan, dan biaya.

Setiap transaksi harus mempunyai bukti (evidence). Bukti yang

mendukung laporan keuangan dapat digolongkan dalam berbagai jenis.

Bukti dapat dibagi ,menjadi sebagai berikut :

a. Corroborative evidence

Corroborative evidence adalah seluruh dokumen yang sah termasuk

dokumen seperti cek, faktur, kontrak, hasil rapat, konfirmasi,


pernyataan, hasil tanya jawab, laporan pengamatan, dan hasil inspeksi

b. Underlying Accounting Data

Underlying accounting data adalah seluruh catatan dalam bentuk bukubuku, jurnal, neraca lajur, laporan
keuangan, dan lain-lain yang

dijadikan sebagai tempat mencatat transaksi sampai penyajian laporan

keuangan.

Dari segi lain bukti transaksi dapat dibagi dua, yaitu :

a. Bukti yang menyangkut uang seperti kwitansi, kas bon, faktur.

Dalam auditing hal ini disebut juga temporary file.

b. Bukti yang bukan bersifat kaitan dengan uang seperti akta notaris,

daftar tugas, struktur organisasi, hasil rapat, dan pedoman akuntansi.

Dalam auditing bukti ini disebut juga permanent file.

Dari segi kekuatannya (kompetensi) bukti dapat dibagi tiga, yaitu :

a. Bukti yang diperoleh dari pihak yang independen diluar perusahaan


dianggap lebih kuat daripada bukti yang diperoleh dari dalam

perusahaan;

b. Bukti yang diperoleh dari perusahaan yang sistem pengawasan

internnya kuat lebih kompeten daripada bukti yang diperoleh dari

sistem pengawasan intern yang lemah;

c. Bukti yang diperoleh langsung oleh akuntan melalui pemeriksaan fisik,

pengamatan, dan perhitungan sendiri lebih kuat daripada bukti yang

diperoleh secara tidak langsung.

4. Buku Harian Jurnal

Dalam sistem pembukuan Belanda, transaksi dicatat secara kronologis

dalam buku harian tanpa melakukan klasifikasi atau penjelasan lain

terhadap transaksi tersebut. Dalam sistem akuntansi Amerika, pencatatan

transaksi itu dilakukan ke buku yang disebut jurnal dan buku jurnal ini
sekaligus telah dilakukan penggolongan, mana yang dikelompokkan

sebagai yang memengaruhi perkiraan debet dan mana yang akan perkiraan

sebelah kredit, sehingga buku harian dan jurnal digabungkan dalam satu

buku yang disebut jurnal. Dalam menggunakan jurnal ini perusahaan dapat

menempuh dua cara berikut ini.

a. Perusahaan hanya memiliki satu jurnal yang disebut general jurnal.

Dalam sistem ini semua transaksi dimasukkan ke satu buku jurnal ini

saja.

b. Perusahaan menggunakan dua jenis jurnal, yaitu :

1) Jurnal khusus

2) Jurnal umum (serba-serbi).

Jurnal khusus berfungsi sebagai jurnal untuk mencatat transaksitransaksi sejenis yang banyak ditemukan
dalam perusahaan. Transaksi
sejenis yang memengaruhi perkiraan yang sama dikelompokkan dalam

satu jurnal yang disebut jurnal khusus.

Buku jurnal ini biasanya untuk :a. Bukti yang diperoleh dari pihak yang independen diluar perusahaan

dianggap lebih kuat daripada bukti yang diperoleh dari dalam

perusahaan;

b. Bukti yang diperoleh dari perusahaan yang sistem pengawasan

internnya kuat lebih kompeten daripada bukti yang diperoleh dari

sistem pengawasan intern yang lemah;

c. Bukti yang diperoleh langsung oleh akuntan melalui pemeriksaan fisik,

pengamatan, dan perhitungan sendiri lebih kuat daripada bukti yang

diperoleh secara tidak langsung.

4. Buku Harian Jurnal

Dalam sistem pembukuan Belanda, transaksi dicatat secara kronologis


dalam buku harian tanpa melakukan klasifikasi atau penjelasan lain

terhadap transaksi tersebut. Dalam sistem akuntansi Amerika, pencatatan

transaksi itu dilakukan ke buku yang disebut jurnal dan buku jurnal ini

sekaligus telah dilakukan penggolongan, mana yang dikelompokkan

sebagai yang memengaruhi perkiraan debet dan mana yang akan perkiraan

sebelah kredit, sehingga buku harian dan jurnal digabungkan dalam satu

buku yang disebut jurnal. Dalam menggunakan jurnal ini perusahaan dapat

menempuh dua cara berikut ini.

a. Perusahaan hanya memiliki satu jurnal yang disebut general jurnal.

Dalam sistem ini semua transaksi dimasukkan ke satu buku jurnal ini

saja.

b. Perusahaan menggunakan dua jenis jurnal, yaitu :


1) Jurnal khusus

2) Jurnal umum (serba-serbi).

Jurnal khusus berfungsi sebagai jurnal untuk mencatat transaksitransaksi sejenis yang banyak ditemukan
dalam perusahaan. Transaksi

sejenis yang memengaruhi perkiraan yang sama dikelompokkan dalam

satu jurnal yang disebut jurnal khusus.

Buku jurnal ini biasanya untuk :

1. Mencatat transaksi penjualan kredit saja dibuat jurnal penjualan (Sales

Journal);

2. Mencatat transaksi pembelian kredit saja dibuat jurnal pembelian

(purchases transaksi pembelian kredit saja dibuat jurnal pembelian

(Purchases Jornal);

3. Mencatat transaksi penerimaan kas dibuat jurnal penerimaan kas (Cash

Receipts Journal);
4. Mencatat transaksi pengeluaran kas dibuat jurnal pengeluaran kas

(Cash Disbursement, Journal);

5. Apabila diluar jurnal khusus ini ada lagi transaksi yang tidak

tertampung, dapat dibuat jurnal tersendiri yang disebut jurnal umum

atau jurnal serba-serbi (General Journal).

Setiap perusahaan dapat membuat jurnal khususnya sendiri-sendiri.

Bila ada suatu transaksi yang kejadiannya banyak sekali, dapat dibuat

jurnal khusus tersendiri yang mencatat transakasi sejenis itu. Misalnya

transaksi dengan cabang, transaksi pembayaran telepon, transaksi dana

pension, dan bunga deposito.

5. Buku Besar (Ledger)

Buku besar sering juga disebut perkiraan, akun, item, pos, dan lainlain. Buku ini adalah merupakan
tempat menampung seluruh transaksi

yang telah diklasifikasikan melalui jurnal. Jadi seluruh jurnal dimasukkan


kedalam buku besar dengan cara memindahbukukan jurnal (posting) ke

buku besar tadi.

Beberapa klasifikasi perkiraan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Klasifikasi menurut laporan keuangan

1) Perkiraan aktiva, yaitusemua perkiraan yang mencatat aktiva (Asset

Accounts)

2) Perkiraan utang/kewajiban (Liabilities Accounts)

3) Perkiraan modal (Capital Accounts)

4) Perkiraan biaya ( Expense Accounts.

5) Perkiraan penghasilan ( Revenue Accounts).

b. Klasifikasi menurut perlakuan jurnal

Perkiraan Aktiva dan Perkiraan Biaya dapat dikelompokkan dalam

satu golongan apabila ditinjau dari segi perlakuan jurnal. Apabila


perkiraan ini bertambah, dibukukan sebelah debetdan sebaliknya,

apabila berkurang dibukukan sebelah kredit.

Perkiraan Utang, Perkiraan Modal, Dan Perkiraan Penghasilan

diperlakukan sebaliknya. Jadi, apabila perkiraan ketiga jenis ini

bertambah harus dibukukan ke sebelah kredit dan sebaliknya, apabila

berkurang, harus dibukukan ke sebelah debet.

c. Dilihat dari segi pemecahannya perkiraan dibagi dua, yaitu :

1) Perkiraan Kontrol (Controlling/General Ledger Account);

2) Perkiraan Pembantu (Subsidiary Account).

General/Controlling Account adalah perkiraan induk yang dapat

dibagi/dipecah ke beberapa perkiraan pembantu. Contoh: perusahaan

memiliki piutang sebesar Rp.10.000,00. Piutang ini berasal dari si A,


B, C, dan D masing-masing Rp.4.000,00, Rp.3.000,00, Rp.2.000,00

dan Rp.1.000,00. Apabila dibuatb satu buku piutang sebagai kumpulan

seluruh piutang, perkiraan tersebut disebut perkiraan umum atau

perkiraan kontrol, sedangkan apabila kita membukukan buku-buku

piutang untuk si A, B, C, dan D dengan jumlah masing-masing

tersebut diatas, buku besar inidisebut buku tambahan. Total buku

tambahan ini harus sama dengan saldo-saldo perkiraan

piutang(perkiraan kontrol) diatas tadi.

d. Lain-lain

Sering juga kita mengenal perkiraan netral (Neutral Account).

Perkiraan ini merupakan perkiraan yang tidak sampai disajikan laporan

keuangan. Ini hanya dipakai sewaktu proses akuntansi sebagai

perkiraan yang dipakai dalam proses penyusunan laporan keuangan.


Nominal Account adalah perkiraan yang terdapat dalam Daftar Laba

Rudi seperti Perkiraan Penjualan, dan Biaya Kantor. Sedangkan real

account adalah perkiraan yang terdapat di Neraca seperti Kas, Piutang,

Utang. Mixed Account atau perkiraan campuran, yaitu perkiraan yang

terdapat dalam Laba Rugi dan juga terdapat di Neraca, misalnya

Perkiraan Persediaan.

6. Neraca Lajur (Worksheet)

Untuk menyusun laporan keuangan biasanya untuk memudahkan

penyusunan laporan keuangan tadi dipakai neraca lajur. Neraca lajur

mempunyai beberapa lajur yang masing-masingdapat dipakai, yaitu ada

yang 8 lajur, 10 lajur atau 12 lajur yang masing-masing berisi 2 lajur:

a. Neraca (Trial Balance)

Neraca Percobaan, yaitu neraca yang menggabungkan seluruh


perkiraan dengan memasukkan jumlah debet, kredit setiap buku besar.

Disebut Neraca Percobaan karena disini merupakan tempat pertama

untuk mencoba apakah proses pemindahbukuan ini benar atau salah.

Apabila jumlah debet tidak sama dengan jumlah kredit, sudah pasti ada

kesalahan. Sebaliknya, kalau penjumlahan debet dan kredit sama, hal

ini merupakan petunjuk bahwa proses penempatan pemindahbukuan

sudah benar walaupun belum mutlak benar.

b. Neraca Saldo

Neraca saldo, yaitu neraca yang memuat semua perkiraan, tetapi yang

dimasukkan hanya saldo akhirnya saja.

c. Jurnal Penyesuaian (Adjusment)

Disini dimuat semua jurnal yang digunakan untuk


menyesuaikan/meng-uptodate-kan posisi masing-masing perkiraan

sehingga sesuai dengan posisinya pada tanggal laporan.

d. Lajur Laba Rugi

Semua perkiraan yang memengaruhi perhitungan Laba Rugi

perusahaan ditempatkan dilajur ini.

e. Lajur Laba Ditahan

Semua perkiraan dan angka yang memengaruhi Laba Ditahan dibuat

dilajur ini. Laba Ditahan ini dapat juga dipindah langsung ke neraca.

f. Lajur Neraca

Semua perkiraan neraca dipindahkan ke lajur ini.

Berdasarkan neraca lajurnya diatas, kita dapat dengan mudah

menyusun laporan keuangan. Pembuatan neraca lajur ini tidak mutlak.

Kita dapat menggunakan dan juga tidak menggunakannya. Kemajuan


computer sebagai pengolah data memungkinkan kita tidak perlu lagi

menggunakan neraca lajur ini dan bahkan jurnal atau buku besar.

Namun, ilmu akuntansi itu sendiri mutlak dan belum dapat digeser

oleh computer terutama bagi design software atau analisis.

7. Laporan Keuangan

Laporan keuangan sebenarnya banyak, namun laporan keuangan utama

ada tiga, yaitu :

a. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada

satu tanggal tertentu;

b. Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, dan

laba/rugi perusahaan pada periode tertentu;

c. Laporan arus kas. Disini dimuat sumber dan penggunaan kas

perusahaan selama satu periode.


Ikhtisar Arus Kas Masuk dan Arus Kas Keluar dibagi dalam kelompokkelompok berikut :

a. Kegiatan Operasi, yaitu kas yang berasal dari transaksi operasional

yang memengaruhi laba rugi, aktiva, dan utang lancar.

b. Kerugian Investasi, yaitu kas yang berasal dari kegiatan investasi

seperti penambahan aktiva tetap atau penjualannya.

c. Kegiatan Keuangan, yaitu kas yang berasal dari penerimaan dana dari

utang, modal jangka panjang, pembayaran dividen, dan sebagainya.

Orang sering memberikan jenis laporan keuangan lain, seperti :

a. Daftar Laba Ditahan (Retained Earning Statement);

b. Daftar Perubahan Modal (Capital Statement);

c. Daftar Perhitungan Harga Pokok (Cost of Good Manufactured

Statement) dan lain-lain.

Menurut penulis, daftra ini semua merupakan daftar pendukung


(supporting statement) dari laporan keuangan utama, bukan laporan yang

berdiri sendiri. Termasuk catatan atas laporan keuangan dan lampiranlampiran laporan keuangan.

Para ahli menjelaskan bahwa Laporan Neraca adalah laporan yang

menggambarkan keadaan masa kini. Laba Rugi menggambarkan keadaan

masa lalu dan Laporan Perubahan Dana atau Kas menggambarkan keadaan

yang akan datang. Akuntansi sebenarnya lebih dominan pemakaiannya

dipasr modal. Informasi akuntansi yang disajikan melalui laporan

keuangan merupakan media utama bagi investor dipasar modal untuk

memberikan keputusan ekonomis tentang pilihan investasi yang akan

dilakukannya dipasar modal. Bagi bankir atau lembaga keuangan atau

investasi lainnya atau kreditor laporan keuangan inilah yang menjadi dasar

untuk dianalisis dan melihat apakah suatu perusahaan potensial untuk


mendapatkan laba di kemudian hari jika dana yang dimiliki diinvestasikan

disana. Situasi inilah yang menimbulkan teori Hipotesis pasar efisien atau

Efficient Market Hyphothesis (EMH). Menurut teori ini khususnya dipasar

yang efisien fluktuasi harga saham dan surat berharga lainnya dipasar

modal ditentukan oleh informasi yang tersedia di bursa. Jika yang

diterima investor adalah informasi yang bagus, mereka akan bereaksi

positif dan akan menimbulkan kenaikan harga saham yang dihadapkan

investor untuk mendapatkan capital gain. Demikian juga sebaliknya. Jika

informasi itu dinilai jelek misalnya ada kerugian, harga saham akan bias

turun. Fenomena inilah yang menimbulkan manajemen dan analisis

termasuk di dalamnya akuntan memiliki peluang dan kecenderungan

Demikian juga sebaliknya. Jika informasi itu dinilai jelek misalnya ada

kerugian, harga saham akan bias turun. Fenomena inilah yang


menimbulkan manajemen dan analisis termasuk di dalamnya akuntan

memiliki peluang dan kecenderungan untuk melaksanakan dysfunctional

behavior melalui praktik creative accounting, earning management,

income smoothing, lipstick accounting, cosmetic accounting, atau window

dressing.

C. Latihan Soal/Tugas

1. Jelaskan sifat dasar atau prinsip-prinsip yang mendasari akuntansi

keuangan!

2. Jelaskan proses kelahiran laporan keuangan dan siklus akuntansi!

D. Daftar Pustaka

Suwardjono. 2008. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan.

Yogyakarta : BPFE

Sofyan Syafri Harahap, 2007, Teori Akuntansi. Jakarta : Raja Grafindo


Belkoui, dan Riahi, Ahmed. 2001. Teori Akuntansi Edisi 5. Jakarta: Salemba

Empat

Pertemuan 3:

Sejarah Perkembangan Akuntansi

TujuanPembelajaran

Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa mampu:

Menjelaskan sejarah perkembangan akuntansi dari berbagai publikasi umum dan khusus.

Memprediksi perkembangan akuntansi di masamendatang.

UraianMateri

Akuntansi dan “Double Entry”

Untuk mempelajari sejarah akuntansi kita harus dapat membedakan antara tiga hal , yaitu:

Sejarah lahirnya praktik akuntansi itu dalam kehidupanmanusia;

Sistem pencatatan akuntansi itu sendiri sebagai pencatatan transaksi dengan sistem pembukuan yang
sekarang dikenal dengan double entry accountingsystem.

Sejarah perkembangan ilmu akuntansi itu sendiri, sejak ia merupakan satu bidang ilmu akuntansi umum
kemudian berkembang menjadi berbagai subbidang yang sudah dikenal saat ini seperti Akuntansi
Manajemen, Akuntansi Internasional, Akuntansi Sumber Daya Manusia, Auditing, AkuntansiPerpajakan.
Sejarah Metode Pencatatan Double Entry

Kalau kita sependapat bahwa praktik pencatatan transaksi sudah ada sejak kehidupan manusia memulai
kegiatan ekonomi atau pertukaran atau kerja sama,

lain halnya dengan sistem pencatatan akuntansi yaitu double entry. Di mana sistem ini ditemukan
terlebihdahulu?

Dalam berbagai literatur akuntansi konvensional banyak ditulis akuntansi lahir dari seorang pendeta
Italia , yaitu Lucas Pacioli dengan buku Summa de Arithmatica, Geometrica Proportioni et
Proportionalita yang diterbitkan tahun 1949 di Venice.

Pencatatan transaksi tidak hanya mencatat pengaruhnya pada satu perkiraan, tetapi juga
dilakukanpencatatan pada perkiraan lain. Menurut Ijiri ( 1996 ), Pacioli menjelaskan pencatatan
transakasi perdagangan di Italia, dalam bab yang berjudul De Computis et Scripturis dengan double
entry bookkeeping system. Persamaan akuntansi double entry bookkeeping adalah sebagai berikut.

Harta = Utang + Modal

Tidak jelas apakah sistem pencatatan yang dikenal pada masa lalu itu menggunakan sistem single entry
atau double entry yang terakhir inilebih praktis dan menjadi sistem dominant lima abad terakhir ini.
Namun, menurut pendapat Mattessich di atas, sistem double entry sudah ada 5000 tahun yang lalu.
Sementara itu, selama ini kita kenal bahwa penemu sistem double entry ini adalah Lucas Pacioli,
bagaimana kita memahami persoalan ini? Untuk menjawab ini, dapat dikemukakan sebagai berikut.
Sistem double entry accounting telah disepakati mula-mula “diterbitkan” oleh Lucas Pacioli dalam
bukunya yang berisi 36 babyang terbit pada tahun 1494 di Florence, Italia dengan judul Summa d’
Arithmatica, Geometrica Proportioni et Proportionalita.

Mulanya akuntansi merupakan catatan-catatan yang disimpan sebagai bagian dari sistem feodal pada
abad pertengahan. Tuan-tuan tanah biasanya mengumpulkan pajak dari penduduk dan dana ini
dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan negerinya dan untuk kepentingan pribadi. Laporan tentang
pengutipan pajak itu disusun

2
Gambar 2.1 Lucas Pacioli dalam Perangko

Sumber : Ernest Stvelik The Accounting Historical Journal, Vol 13, No. 2, Hall

oleh staf-staf tuan tanah tadi sebagai pedoman baginya atau sebagai bahan yang dapat di periksa oleh
penduduk. Catatan seperti ini juga di perlukan oleh para pedagang yang berniaga ke daerah / negeri lain.
Catatan –catatan ini disimpan untuk satu trip dan setelah tiba kembali dari perdagangan maka
dihitunglah laba rugi dari kegiatan perdagangan itu. Di samping itu, cikal bakal akuntansi ini juga berasal
dari lembaga awal perbankan yang mula-mula timbul pada abad ke-11 dan

12 di Italia. Lembaga ini juga sering memberikan pinjaman pada saudagar- saudagar yang berniaga ke
negeri lain. Kegiatan bisnis ini tentu memerlukan catatan tentang kegiatan tersebut, khususnya catatan
tentang laba/rugi sebagai dasar nantinya dalam pembagian laba rugi di antara para partner.

Pendapat ini sudah banyak dibantah oleh berbagai hasil penelitian lain yang mengatakan bahwa
akuntansi maupun double entry accounting, jauh sebelum itu sudah beerkembang di tempat lain. Lucas
Pacioli sendiri dalam bukunya menyatakan bahwa apa yang ditulisnya tentang double entry
bookkeeping adalah berdasarkan pada metode yang digunakan di Venice, Italia yang berkembang
sebelumnya. Bahkan ia sendiri mengaku melakukan penjiplakan dari bahan manuscript asli dari Venice
( Siswanto,2000).

Ia mengaku bahwa dirinya hanya menuliskan sebuah metode pencatatan pembukuan yang dianggapnya
telah digunakan ratusan tahun sebelumnya, dan sudah digunakan secara umum oleh para pedagang
pada masa itu dan bukan dirinyalah yang menemukan sistem pembukuan berganda tersebut ( Adnan,
1997

). Sejalan dengan pendapat tersebut Kam ( 1986:19 ) , salah satu ahli sejarah akuntansi menyebutkan
sebagai berikut.

Dia sendiri ( Pacioli-pen.) menyatakan bahwa tulisannya didasarkan pada metode yang digunakan di
Venice, yang mungkin saja sudah dimulai paling tidak seratus tahun sebelumnya. Kita dapat
mengasumsikan bahwa penjelasannya ini menggambarkan apa yang terjadi dalam praktik.

Oleh karena itu, keragu-raguan atas pendapat yang menganggap bahwa Lucas

Pacioli sebagai penemu pertama akutansi modern ( double entry accounting


system)semakinjelas.Bukubeliauterbikanselisihduatahundenganpendaratan

Sir Columbus dari Inggris di Benua Amerika, sebenarnya bukanlah buku yang membahas tentang
akuntansi, tetapi lebih tepat merupakan buku matematika, di mana pembahsan pembukuan
berpasangan hanya sedikit disinggung pada bab yang berjudul Particularis de Computis et Scripturis
( Adnan, 1997 ).

Littleton’s Antecedent

Menurut Littleton, agar double entry muncul ke permukaan maka persyaratan tertentu harus dipenuhi.
Persyaratan itu adalah “materi” dan “bahasa.” Untuk kelompok materi, dimasukkkannya kekayaan
pribadi, modal, perdagangan, dan kredit. Untuk kelompok bahasa, dimasukkannya tulisan, uang, dan
perhitungan. Menurut pendapat Littleton, persyaratan ini belum dapat dikenal sebelum pacioli dan
kalaupun ada belum memiliki intensitas sempurna pada masa peradaban kuno, namun setelah hal ini
dikenal, inilah yang menyebabkan munculnya double entry accounting di Italia pada abad ke-13
disebabkan kondisi tersebut benar-benar ada ( Vernon Kam, 1990 ) dan Khir ( Harahap, 1991 ).

Jika kita lihat sejarah ternyata dengan memakai Litteleton’s Antecedent ini kita dapat berpendapat lain.
Apa benar sebelum tahun 1494 belum ada unsur “materi”dan “bahasa”? Sepanjang fakta sejarah jauh
sebelum masa renaissance di Eropa, dunia sudah mengenal sivilisasi yang bahkan lebihmaju dari sivilisasi
sekarang, misalnya kebudayaan Romawi, Yunani, Cina, Babilonia, Mesopotamia, Parsi, India dan Islam
( Arab ). Ini membuktikan bahwa akuntansi sudah ada sebelum Pacioli.

Dalam salah tulisan Littleton ( 1961 ) disebutkan, “ It is especially noteworthy thay all characteristics of
double entry were develop more than ane hundred years before paciolo’s book appeared.” Dan ini
sejalan dengan pendapat Inore ( Harahap, 1993,1995) yang menyatakan sebelum Pacioli, Benedetto
Cortrugli sudah menulis masalah double entry pada tahun 1458, 36 tahun sebelum terbitnya buku
Pacioli ( Harahap, 1995: 22).

Gambar 2.2 Lucas Pacioli (Tengah)

Sumber: Ernest Stevelick, The Accounting Historian Journal, Vol 13, No. 2,Fall 1986, hlm 18.

Kendatipun demikian, wajar jika kita tetap berterima kasih kepada Pacioli atas kontribusi yang
diberikannya karena telah membahas sistem pencatatan double entry book keeping ini ke dalam sebuah
buku yang dapat mudah dipelajari oleh masyarakat dan sebagai salah satu referensi pengembangan
awal akuntansi modern.
Versi yang lain pun, seperti Peragallo, menyebutkan bahwa orang yang pertama menulis tata buku
berpasangan dengan Benedetto Cortrugli, dengan bukunya yang berjudul Della Mercatua e del
Mercante Perfetto yang selesai ditulis pada tahun 1458 dan diterbitkan pada tahun 1573. Sebenarnya
bahan-bahan mengenai sistem pembukuan di Italia. Menurut Kiyoshi Inoue dari Saitama University.
( The Accounting Historian Journal, Spring 1978 ) menyebutkan sebagai berikut.

Orang yang pertama-tama “menulis”( bukan menerbitkan seperti pacioli) tentang double entry adalah
Benedetto Cortrugli pada tahun 1458, 36 tahun sebelum terbitnya buku Pacioli. Namun buku Benedetto
Cortrugli ini baru terbit pada tahun 1573 atau 89 tahun setelah buku pacioli terbit. Dengan penjelasan
ini pertentangan sebenarnya tidakada.

Dalam bukunya ia menyebutkan bahwa terdapat dua factor yang memengaruhi pencatatan pada era
perkembangan perdagangan pada abad ke -9, yaitu sebagai berikut:

Bahan atau material ( sesuatu yang dibutuhkan untuk berkerja ) yang terdiri dari:

Kekayaanpribadi;

Modal;

Berdagang;

Kredit

Bahasa atau Language ( media yang menjelaskan tentang bahan ) yang terdiridari:

Tulisan, yang berartipencatatan;

Uang, sebagai media pertukaran yang dominant;

Arithmetic, yaitu perhitungan atauakuntansi;

Littleton ( 1933 ) dan Mathews & Perra, ( 1996 ) yang dikutip M.Akhyar Adnan ( 1997 ) melalui
pendekatan analitis kesejarahan akuntansi, menyatakan bahwa buku Cotrugli lebih luas di dalam
mengidentifikasikan kelahiran tata buku berpasangan. Dari pemikiran Cotrugli tersebut di atas, mereka
menjabarkan bahwa faktor- faktor tersebut jika digabungkan secara sinergis dengan beberapa
pendekatan ilmu ekonomi dan sosial akan membentuk sebuah metode, yaitu sebuah perencanaan yang
sistematis yang menyebabkan perubahan dari material tersebut diatas menjadi sebuah bahasa atau
komunikasibisnis.

Lebih lanjut, Littleton ( 1933 ) dan Mathews & Perra, ( 1996 ) berpendapat bahwa tidak mungkin sistem
pembukuan berpasangan ada tanpa kegiatan hal tersebut diatas. Ketiga unsur tersebut menjadi prasyrat
untuk dapat diciptakan dan dikembangkan sistem buku berpasangan. Dan mereka juga
mengansumsikan bahwa sistem pembukuan berpasangan sudah ada sebelum terbitnya buku karya
Pacioli ( Adnan, 1997 : 7).
Oleh karena itu, menurut penulis, apa yang telah dijabarkan baik dalam Summa de Arithmatica,
Geometrica Proportioni et Proportionalita maupun dalam Mercatua e del Mercante Perfetto nya
Cotrugli adalah sama-sama suatu bagian

dari prosees pengembangan cara pencatatan yang sistematik dari yang sudah ada dan didasarkan pada
kondisi masyarakat waktu itu.

Beberapa Temuan Double Entry Pre-Pacioli

Temuan mengenai pencatatan dengan sistem buku berpasangan yang merupakan bangunan dasar
akuntansi modern tidak terlepas dari berkembangnya ilmu aritmatika, yaitu yang dikembangkan dari
persamaan aljabar (sebuah ilmu ijtihad pemikir Muslim ternama, yaitu Al-Jabr), aritmatika dan temuan
angka nol oleh Al-Khawarizmi (logaritma) pada abad ke-9 M. Ia menulis tentang Al-Jabr Wa’l Mughabala
atau yang dikenal dengan aljabar atau algebra, yang telah menjadi dasar kesamaan akuntansi. Dari sisi
budaya, bangsa Arab waktu itu pun sudah memiliki administrasi yang cukup maju praktik pemubukuan
telah menggunakan buku besar umum, jurnal umum, buku kas, laporan periodic, dan penutupan buku.

Al-Khawarizmilah yang memberikan kontribusi besar bagi pengembangan matematika modern di Eropa,
akuntansi modern, yang dikembangkan dari persamaan aljabar dengan konsep-konsep dasarnya untuk
digunakan memecahkan persoalan-persoalan pembagian harta warisan secara adil sesuai dengan
Syariah yang ada di Al-Qur’an, perkara hukum (law suit), dan praktik-praktik bisnis perdagangan.

Majunya peradaban sosial budaya masyarakat Arab waktu itu tidak hanya pada aspek ekonomi atau
perdagangan saja, tetap juga pada proses transformasi ilmu pengetahuan yang berjalan dengan baik.
Selain Al-Jabr, Al-Khawarizmi (Logaritma) juga telah berkembang ilmu kedokteran dari Ibnu Sina (Ave
Cenna), Kimia karya besar Ibnu Rusyd (Averos), Ilmu Ekonomi (Ibnu Khaldun), dan lain- lain. Jadi pada
masa itu Islam telah menciptakan ilmu murni atau pure science (aljabar, ilmu ukur, fisika, kimia) dan juga
ilmu terapan atau applied science (kedokteran, astronomi, dan sebagainya).

Transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi ini menarik bagi sejumlah kalangan ilmuwan dari Eropa.
Di antaranya, Leonardo Fibonacci da Pisa

melakukan perjalanan ilmiahnya ke Timur Tengah. Dialah yang mengenalkan angka Arab dan aljabar
atau metode perhitungan ke benua Eropa pada tahun 1202 melalui bukunya yang berjudul Liber Abacci
serta memasyarakatkan penggunaan angka Arab tersebut pada kehidupan sehari-hari termasuk dalam
kegiatan ekonomi dan transaksi perdagangan. Dari pengenalan angka Arab inilah, teknik tata buku
berpasangan ini berkembang. Akan tetapi, pesatnya perkembangan tata buku berpasangan ini di Eropa
itu sendiri dimulai pada tahun 1135 di Palermo, Sicily, Italia yang menunjukkan dominasi pengaruh
pencatatan pembukuan Arab (Triyuwono,1997:9;Siswanto,2000).

Maka jelas sekali selain dari bangsa Eropa yang belajar ke Timur Tengah, pedagang-pedagang Muslim
pun tak kalah andilnya di dalam menyiarkan (transformasi) ilmu pengetahuan. Hal ini tidak terlepas dari
ajaran Al-Qur’an yang menyeruhkan untuk berdakwah. Mengingat juga kekuasaan Islam yang telah
menyebar hampir separuh daratan Eropa melalui Spanyol dan Africa, dari Jazirah Arab meluas ke
Byzantium, Mesir, suriah, Palestina, Irak (Mesopotamia), Persia, seluruh Africa Utara berlanjut ke
Spanyol dengan penyerbuan pasukan yang dikomandani Panglima Jabal Thariq (kemudian dikenal
dengan selat Gibraltar), ke Italia, dan daerah-daerah Asia Timur sampai perbatasan China.

Kota-kota yang berada di wiliyah tersebut seperti Kairo, Alexandria, Damsyik, Baghdad merupakan pusat
perdagangan internasional yang cukup pesat dan ramai. Melalui perdagangan inilah kebudayaan dan
teknologi Muslim tersebar di Eropa Barat. Amalfi, Venice, Pisa, dan Genoa merupakan pelabuhan-
pelabuhan utama terpenting yang menghubungkan perdagangan dari pelabuhan pedagang Muslim di
Afrika Utara dan Laut Tengah bagian Timur, ke kota-kota Kristen seperti Barcelona, Konstantinopel dan
Acre (Triyuwono, 1997:10)

Sejarah membuktikan beberapa system pencatatan perdagangan sebenarnya telah berkembang di


Madinah Al Munawarah pada tahun 622 M atau bertepatan dengan tahun 1 Hijryah (Adnan, 1997).
Petugas yang melakukan pencatatan dan pemeriksaan serta menjaga pencatatan disebut Diwan (yang
mengalami morfologi bahasa menjadi Dewan) Diwan ini telah ada pada zaman Khalifah Umar Ibnu
Khattab pada tahun 634 M dengan Baitul Maalnya.Istilah

awal dalam pembukuan saat itu dikenal dengan Jarridah atau berkembang menjadi istilah di dalam
bahasa Inggris Journal yang secara harfiah berarti berita. Di Venice, istilah ini dikenal dengan sebutan
zornal (Martinelli, 1997 dalam Adnan,1997).

Pada tahun 750 M, zaman pemerintahan Abbasiyah, jurnal dikembangkan lebih semprna menjadi 12
jurnal khusus di antaranya adalah: Al Jaridah Annafakat (Jurnal Pengeluaran atau Expenditure Journal),
Jaridah al-Mal (Jurnal Penerimaan dana untuk Baitul Mal), Jaridah al Musadarin (Jurnal dana Sitaan dari
harta petinggi negara), Al Awraj yang mencatat akun-akun khusus atau buku jurnal pembantu, misalnya
buku jurnal khusus piutang. Buku harian yang saat ini lebih dikenal dengan Daily Book atau Jurnal
Umum, sudah 15 abad yang lalu telah dikembangkan, yaitu Daftar Al Yawmi’ah. Daftar Al Yawmi’ah ini
digunakan oleh Dewan dalam setiap pencatatan transaksi dengan pihka ketiga. Selain itu, juga terdapat
Ash Shad atau Voucher. Selain berbagai jurnal juga dikenal berbagai laporan atau report yang dikenal
dengan al khitmah yang bersifat bulanan, ada pula yang tahunan (Adnan, 1997,Siswanto,2000).

Kalu kita kaji sejarah khusunya sejarah Islam, sebenarnya pada awal pertumbunhannya mestinya sudah
ada sistem akuntansi. Hal ini dapat kita tanya dari adanya kegiatan kafilah atau pedagang. Menurut
sejarahnya, kegiatan perdagangan ini pun sudah ada pemisahan antara pemilik dengan pedagang
(manajer) seperti kisah Muhammad (sebagai mudharib, pedagang, agen) dengan Khadijah (sebagai
shohibul mal, pemilik). Kemudian, keberadaan ini juga dilihat dari adanya perintah dalam Al-Qur’an yang
terdapat dalam surat AL-Baqarah ayat 282 yang mewajibkan dibuatnya pencatatan transaksi-transaksi
yang belum tuntas seperti adanya utang piutang. Sayangnya literatur belum banyak menganalisis
bagaimana bantuk eksistensi akuntansi pada zaman itu (lebih kurang 570 Masehi). Dalam literature
akuntansi, ternyata yang jadi asal mula akuntansi selalu disebut diEropa.

Pada awalnya penerapan akuntansi oleh Muslim waktu itu tidak terlepas sistem perdagangan yang
dikenal dengan konsep mudharabah, perintah syariah yang termaktub dalam Surat Al-Baqarah ayat 282
yang mewajibkan pencatatan

dan pemeriksaan (praktik akuntansi dan audit) dengan baik dan benar, Surat Hud ayat 85 yang
mewajibkan Muslim untuk melakukan proses penakaran atau timbangan dengan benar, yang pada
prinsipnya sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi, yaitu reliability dan verifiability, dan untuk tujuan
perhitungan zakat.

Pada perhitungan zakat, utang diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan kemampuan bayar, yaitu
(Siswanto, 2000) :

Arra’ej Menal Mal (collectable debts);

Al Munkase Menal Mal (uncollectable debts);

Al Muta’adber Wal Mutabayyer (complicated atau doubtfuldebts).

Perkembangan akuntansi tidak berhenti pada zaman khalifah, tetapi dikembangkan oleh filsuf Islam
antara lain Imam Syafi’i (768-820) dengan menjelaskan fungsi akuntansi sebagai Review Book atau
Auditing. Menurut Imam Syafi’I, seorang auditor harus memiliki kualifikasi tertentu, yaitu orang yang
hafidz Qur’an (sebagai value judgment), intelektual, dapat dipercaya, bijaksana, dan kualitas manusia
yang baik lainnya.

Itulah sejarah perkembangan praktik akuntansi dengan teknik tata buku berpasangan yang banyak
diduga oleh ahli akuntansi dewasa ini, sebagai hasil refleksi penelusuran sejarah, lahir peradaban bangsa
Arab yang telah memiliki akidah diennul Islamiyah.

Baru setelah itu banyak sekali teks bahasa Arab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, Italy, dan
Spanyol atau oleh bangsa Eropa lainnya untuk dikembangkan sesuai dengan perkembangan peradaban
masyarakatnya. Seperti juga akuntansi, setelah Pacioli menerjemahkan Manuscript Arab di Venice, buku
pertama ditulis ke dalam bahasa Belanda dan kemudian diterjemahkan ked ala bahasa Prancis, Jerman,
Inggris, dan menyebar ke seluruh daratan Eropa pada abad ke-16 dan17.

Dari sejarah lalu lintas perdagangan dan tranformasi ilmu dan teknologi ini, Littleton dan Yamey yang
disitasi Triyuwono (1997) berpendapat sebagai berikut.
Teknik tata buku berpasangan ini mestinya berasal dari wilayah Islam Spanyol, dengan alasan bahwa
kebudayaan dan teknologi Muslim abad

pertengahan lebih unggul dan canggih dibanding dengan Eropa Barat dan Spanyol (pada waktu itu)
adalah saluran utama di mana kebudayaan dan teknologi Muslim dibawa ke Eropa.

Sementara itu, Lieber (1968:203) dari buku yang sama mengatakan sebagaiberikut.

Pedagang-pedagang Italia; dan Negara-negara Eropa lainnya memperoleh pendidikan pertamanya


dalam menggunakan metode bisnis yang canggih dari rekan bisnis mereka dari daerah sekitar laut
Tengah; kebanyakan mereka adalah Muslim, walaupun terdapat juga segelintir Yahudi dan Nasrani.

Jadi benar dan sejalan apa yang diungkapkan oleh Pacioli bahwa system pencatatan telah ada dan
digunakan di Venice lebih dari 20 tahun sebelumnya dengan mengadopsi angka Arab dan akuntansi yang
telah dikembangkan masyarakat Arab (Islam). Dalam bukunya, setiap transaksi harus dicatat dua kali
pada buku jurnal, yaitu di sisi kredit dan di sisi debit. Seperti dam\lam pernyataan di bawah ini

…tutte le partite che se metteno al lobro a essere dopie: cioe se tu fai uno creditore al si fare uno
debitore

Contoh pencatatan pada buku Jurnal pada tahun 1994 yang masih sederhana adalah sebagai berikut.

Per Ser Zuan d’Antonio da Messina : ACassa contati alui per parte de’spora ditti zuccari second la
formadel mercanto… xxx.

(Siswanto, 2000)

Meskipun Pacioli bukanlah penemu tata buku berpasangan, Pacioli sangat membantu di dalam
menyebarkan gagasan mengenai tata buku berpasangan ke seluruh Eropa.

Sistem Pembukuan

Glautier (1973) membagi perkembangan sejarah akuntnsi dalam lima tahap, yaitu sebagai berikut.

Periodeprakapitalis

Kapitalis Nascent, sejalan dengan penemuan double entry bookkeeping sytem yang berlangsung sekitar
abad ke-11Masehi
Kapitalis Merkantilis yang ditandai dengan perkembangan ekonomi di Eropa dan wilayahTimur

RevolusiIndustri

Perkembangan yang demikian cepat di bidang akuntansi secara terus- menerus.

Perkembangan akuntansi seperti yang dianalisi oleh Belkaoui dipengaruhi perkembangan sistem, kultur,
dan kontruksi sosial masyarakat. Merujuk pada perubahan sistem global dunia dari Alvin Toffler,
Belkaoui, mengklasifikasikan perkembangan sistem pembukuan menjadi tiga.

Tecnonolgy 1st

2nd

3rd

Wave

PhysicalLabor

Machinary

Semi-

conductors

Information

Writing
Printing

Computer

Accounting

Single entry

Double Entry

Triple

Entry

Source : Robert K. Elliot, “ The Third Breaks on the Shores of Accounting, “ Accounting Horizon (June:
1992) :69.

Menurut Yuji Ijiri (1996) dalam sistem single entry transaksi hanya mencatat dalam satu pos atau satu
kali yang tidak menimbulkan pengaruh pada pos lain. Metode ini sama seperti pencatatan informasi
biasa sehingga tampak seperti laporan. Model ini menggambarkan informasi perusahaan saja(wealth

statement). Beberapa keuntungan dari single entry bookkeeping adalah sebagai berikut.

Pencatatan transaksi dan penyimpanan cukup sederhana dan tidak memerlukan keahliankhusus.

Biaya untuk menggunakan system ini cukupminimal.


Untuk menyusun laporan keuangan yang hanya untuk keperluan perpajakan atau
kredit yangsederhana.

Sementara itu, kelemahan single entry bookkeeping adalah:

terdapat kesulitan di dalam melakukan pengecekan validitas dan akurasi dalam pencatatan dan
pembukuan dalam neracapercobaan;

adanya kemungkinan data dan informasi yang hilang sewaktu menyusun laporankeuangan;

dibutuhkan upaya yang rumit dalam melakukan analisis transaksi dalam menyusun laporankeuangan;

tidak dapat memberikan sistem yang baik untuk peningkatan pengawasan internperusahaan.

Belakangan metode single entry berkembang menjadi double entry dan

triple entry accounting sytem.

Sejarah Akuntansi diIndonesia

Sejarah akuntansi di Indonesia tentu tidak bisa lepas dari perkembarngan akuntansi dinegara asal
perkembangannya. Dengan perkataan lain, Negara luarlah yang membawa akuntansi itu masuk ke
Indonesia kendatipun tidak bisa disangkal bahwa dimasyarakat Indonesia sendiri pasti memiliki system
akuntansi atau sistim pencatatan pelaporam tersendiri. Misalnya saja pada zaman keemasan Sriwijaya,
Majapahit, Mataram. Zaman tersebut pasti memiliki sistim akuntansi tersendiri. Sayangnya, sejauh ini
penelitian mengenai hal ini masih belum dilakukan. Namun, Sukoharsono (1997) menilai akuntansi
masuk ke Indonesia melalui pedagang Arab yang melakukan transaksi bisnis di kepulauanNusantara.

Periodisasi perkembangan akuntansi di Indonesia dapat dibagi atas : Zaman Kolonial dan
ZamanKemerdekaan.

Zaman Kolonial

Zaman VOC
Sebelum bangsa Eropa: Portugis, Spanyol, dan Belanda masuk ke Indonesia transaksi dagang dilakukan
secara barter. Cara ini tidak melakukan pencatatan. Pada waktu orang-orang Belanda datang ke
Indonesia kurang lebih akhir abad ke 16, mereka datang dengan tujuan untuk berdagang. Kemudian
merek a membentuk perserikatan Maskapai Belanda yang dikenal dengan nama Vereenigde Oost
Indische Compagnie (VOC), yang didirikan pada tahun 1602, sebagai peleburan dari 14 maskapai yang
beroperasi di Hindia Timur. Selanjutnya VOC membuka cabangnya di Batavia pada tahun 1619 dan di
tempat-tempat lain di Indonesia. Kemudian dibentuk jabatan Gubernur Jenderal untuk menangani
urusan-urusan VOC. Akhir abad ke – 18 VOC mengalami kemunduran dan akhirnya dibubarkan pada 31
Desember1799.

Dalam kurun waktu itu,VOC memperoleh hak monopoli perdagangan rempah-rempah yang dilakukan
secara paksa di Indonesia, dimana jumlah transaksi dagangnya, baik frekuensi maupun nilainya terus
bertambah dari waktu kewaktu. Pada tahun itu bias dipastikan Maskapai Belanda telah melakukan
pencatatan atas mutasi transaksi keuanganya.

Dalam hubungan itu, Ans Saribanon Sapiie (1980), mengemukakan bahwa menurut stible dan
stroomberg, bukti autentik mengenai catatan pembukuan di Indonesia paling tidak sudah ada menjelang
pertengahan abad ke-17.

Hal itu ditunjukan dengan adanya sebuah instruksi gubernur jenderal VOC pada tahun 1642 yang
mengharuskan dilakukan pengurusan pembukuan atas penerimaan uang, pinjaman-pinjaman,dan
jumlah uang yang diperlakukan untuk pengeluaran (exsploitasi) garnisun-garnisun dan galangan kapal
yang ada di Batavia dan Surabaya.

Zaman Penjajahan Belanda

Setelah VOC bubar pada tahun 1799, kekuasaanya diambil alih oleh Kerajaan Belanda, zaman
penjajahan belanda dimulai tahun 1800-1942. Pada waktu itu, catatan pembukuanya menekankan pada
mekanisme debet dan kredit, yang antara lain dijumpai pada pembukuan Amphioen Socyteit di Batavia.
Amphioen Socyteit bergerak dalam usaha peredaran candu atau morfin (amphioen) yang merupakan
usaha monopoli di Belanda.

Pada abad ke- 19 banyak perusaan Belanda didirikan atau masuk ke Indonesia dengan membuka cabang
atau perwakilan, yang antara lain sebagai berikut.

Deli Maatschaappij (perkebunan)

Biliton Maatschaappij(timah)

Bataafche Petroleum Maatschaappij ( minyak)

Koninklijke paketvaart Maatscheappij (pelayaran nusantara), setelah dinasionalisasikan oleh pemerintah


RI menjadi perusahaan pelayaran nasional(PELNI)
Rotterdamsch Lloyd (Maskapai atau agen pelayaran internasional), setelah dinasionalisasikan menjadi
Djakarta Lloyd

Koninklijke Nederlands Indische Luhtvaart Matschaappij (penerbangan nusantara ), setelah


dinasionalisasikan menjadi Garuda IndonesiaAirways.

Stoomvart MaatschaappijNederlands

Firma Ruys of deOost

NederlandsHandel’sBank

Algemene Handel’sBank

Untuk mengangkut hasil produksi perkebunan dan tambang, dibuka jalan kereta api dari daerah asal
menuju ke pelabuhan. Kereta api yang utama diadakan pada tahun 1870 yang menghubungkan antara
daerah pedalaman jawa tengah dengan semarang, menyusul dari pedalaman Jawa Barat ke pelabuhan
Tanjung Priok, dari pedalaman Jawa Timur ke pelabuhan Tanjung Perak dan dari Pedalaman Sumatra
Selatan ke Palembang. Disamping jalan kereta api juga

dibangun dan atau ditingkatkan ke jalan darat untuk melancarkan arus produksi perkebunan dan
pertambangan ke kota-kota pelabuhan.

Catatan pembukuannya merupakan modifikasi system Venesia-Italia, dan tidak dijumpai adanya
kerangka pemikiran konseptual untuk mengembangkan sistim pencatatan tersebut karena kondisinya
sangat menekankan pada praktik- praktik dagang yang semata-mata untuk kepentingan perusahaan
Belanda. Sedangkan, segmen bisnis menengah ke bawah dikuasai oleh pedagang keturunannya, yaitu:
Cina, India, dan Arab. Sejalan dengan itu, ada kebebasan dalam penyelenggaraan pembukuan sehingga
praktik pembukuannya menggunakan atau dipengaruhi oleh sistim asal etnis yang bersangkutan.

Hadibroto (1992) mengikhtisarkan sistim pembukan asal etnis sebagai berikut.

Sistim pembukuan Cina, terdiri dari lima kelompok,yaitu

Sistim Hokkian(Amoy)

SistimKanton;

SistimHokka;

Sistim Tio Tjoe atau SistimSwatows;

Sistim Gaya Baru (NewSystem).

Sistim pembukuan India atau SistimBombay


Sistim pembukuan Arab atauHadramaut

Penjajahan Jepang

Pada zaman penjajahan jepang tahun 1942-1945, banyak orang Belanda yang ditangkap dan dimasukkan
ke dalam sel-sel oleh tentara jepang. Hal ini menyebabkan kekurangan tenaga kerja pada jawatan –
jawatan Negara termasuk Kementrian Keuangan.

Untuk mengatasi hal tersebut, diadakan latihan pegawai dan kursus-kursus pembukuan pola Belanda
dengan tenaga pengajarnya antara lain : J.E. de I’duse, Akuntan, Dr. Abutari, Akuntan, J.D. Masie dan
R.S. Koesoemaputro.

Sejalan dengan itu, kondisi pembukuan pada masa pendudukan Jepang tidak mengalami perubahannya
yang berarti, tetap menggunakan pola Belanda.

Jepang juga mengajarkan pembukuan dengan menggunakan huruf kanji, namun tidak diajarkan pada
orang-orang Indonesia.

1. Zaman Kemerdekaan

Sistim akuntansi yang berlaku awalnya di Indonesia adalah sistim akuntansi Belanda yang lebih dikenal
dengan sistim tata buku. Sistim ini sebetulnya merupakan subsitim dari ilmu akuntansi dalam bidang
metode pencatatan, jadi bukan seperti ilmu disiplin ilmu akuntansi yang dikenal di Amerika. Karena
perusahaan yang bergerak dibidang Indonesia adalah milik Belanda dan susidiari dari perusahaan yang
berpusat di Netherland, wajar tata buku ini yang dipakai sehingga kebutuhan pasar adalah mereka yang
menguasai tata buku ini. Tentu pendidikan akuntansinya juga akan melihat pasar, maka tidak heran
sistim pencatatan yang diajarkan disekolah-sekolah formal maupun disekolah atau kursus-kursus adalah
tehnik pembukuan ini. Pendidikan formal yang mengajarkan tata buku ini adalah SMEP ( Sekolah
Menengah Ekonomi Pertama), SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas) serta SMA (Sekolah Menengah
Atas) jurusan social dan seterusnya di Universitas yang memiliki Fakultas Ekonomi

Di samping lembaga pendidikan formal banyak lembaga pendidikan informal yang menyelenggarakan
kursus-kursus tata buku. Biasanya peserta kursus ini ingin mengikuti ujian nasional tata buku yang
diselenggarakan atas pengakuan pemerintah jenjangnya adalah Bond A, Bond B, dan M.B.A. mereka
yang telah lulus ujian nasional ini biasanya sangat laku dimasyarakat.

Setelah kemerdekaan kebencian kepada Belanda juga memengaruhi eksistensi perusahaan Belanda
sehingga pada tahun 1950-an perusahaan milik Belanda dinasionalisasi dan modal asing pun mulai
masuk. Modal asing yang masuk ini umumnya berasal dari perusahaan Amerika. Sebagaimana awalnya
maka sudah barang tentu perusahaan Amerika juga membawa system akuntansinya sendiri yang harus
diikuti perusahaan miliknya di Indonesia. Pada saat yang sama, perusahaan yang ada masih tetap
mengikuti systemakuntansi

Belanda yang sudah mapan. Sejak saat ini muncullah dualisme system akuntansi diIndonesia.

Masuknya modal asing di Indonesia serentak dengan masuknya bantuan luar negeri khususnya dari
Amerika dan sekutunya sehingga pemerintah Amerika juga memberi bantuan berupa system akuntansi
di pemerintahan, dosen-dosen tamu mengajar di berbagai universitas di Indonesia, dan memberikan
beasiswa kepada dosen di Indonesia untuk belajar di Amerika. Maka muncullah system baru, buku-buku
teks akuntansi Amerika dan menjadi bahan pelajaran di Universitas. Ahli-ahli akuntansi pun semakin
banyak. Keadaan ini semakin meluas sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan hubungan
Internasional dan ekonomi yang semakin erat. System Akuntansi Amerika semakin dominan. Salah
seorang dosen akuntansi senior Indonesia Dr.S.Hadibroto telah menulis disertasi tentang dua system ini
dengan judul yang sudah diterjemahkan : Studi Perbandingan antara Akuntansi Amerika dan Belanda
aan Pengaruhnya terhadap Profesi di Indonesia. Pada kesimpulan disertasinya beliau menyarankan agar
Indonesia lebih baik memilih system akuntansi Amerika dibandingkan dengan system akuntansi Belanda.
Beliau menyarankan agar guru-guru tata buku dan ujian tata buku harus mencakup teknik dan system
tata buku Amerika padakurikulumnya.

Pada tahun 1980 pemerintah Indonesia atas bantuan pinjaman dari World Bank melakukan upaya
harmonisasi system akuntansi sehingga diupayakan untuk menghapus dualisme tadi. Upaya yang
dilakukan antara lain mendirikan Pusat Perkembangan Akuntansi (PPA) di empat universitas UI, UGM,
UNPAD, dan USU. PPA ini di samping memberikan beasiswa kepada dosen-dosen peguruan tinggi juga
melakukan penataran akuntansi kepada seluruh guru-guru Tata buku di SMEA maupun di SMA seluruh
Indonesia. Dengan selesainya proyek itu, makan di SMEA, SMA dan diikuti kemudian oleh lembaga-
lembaga kursus, system akuntansi Amerikalah yang di ajarkan sehingga berakhirnya dualisme system
akuntansi dan pendidikan akuntansi di Indonesia.

Pengaruh Pola Belanda

Sebagai daerah bekas jajahan Belanda, kondisi praktik pembukuan dan perkembangan pemikiran
akuntansinya adalah bagian sejarah perkembangan profesi akuntansi Belanda yang berpengaruh cukup
kuat sampai dengan dasawarsa1960-an.

Profesi akuntansi Belanda memfokuskan pada teori nilai ganti, belum ada usaha konkret untuk
merumuskan standar akuntansi yang berlaku umum, sebagaimana dilakukan profesi akuntan Amerika.
Kebutuhan prinsip atau standar akuntansi sebagai pedoman dalam praktik pembukuan, didasarkan pada
ukuran etika umum yang harus dipegang teguh oleh para saudagar, yaitu adat kebiasaan dagang yang
baik ( goed koompman’s gebruik ) .

Dunia pendidikan tinggi kurikulum akuntansinya berpola Belanda masih berpengaruh kuat sampai
dengan pertengahan dasawarsa tahun 1970-an. Dalam masa itu, untuk memperoleh gelar akuntan harus
melalui system panjang dengan lama pendidikan 6 tahun, yaitu 4 tahun untuk studi ekonomi
perusahaan ( manajemen) ditambah 2 tahun studi akuntansi dengan buku teks karangan penulis
Belanda yang telah diterjemahkan atau disadur kedalam bahasa Indonesia oleh R.Soemita
Adikoesoemah, antara lain Tata Buku Amanuli; Tata Buku Lanjutan ( Vooretgezet Boekhouden) oleh
Dr.A.J.A. Prange; administrasi Perusahaan Modern (APM); Teori Ilmi Biaya dan Neraca oleh Prof.Dr.Mey
Jr; Ilmu Biaya dan Harga Pokok oleh Van Der Scroef; Ilmu Neraca (Bedrijfshuis houndkonde Balansleer)
Prof.Dr.O.Bakker; Dasar-dasar Organisasi Administrasi oleh J.Van Nimwegen: Pengantar Kontrol Bagi
Akuntan ( Inleiding Tot de Leer van de Accountatscontrole) oleh J.E Spinosa Catella dan L.G . Van
DerHoek

Tingkat pendidikan menengah SMEA dan SLTA/SMU, buku pegangannya adalah Tata buku – Amanuli
dan Hitungan Dagang saduran Effendi Harahap maupun buku-buku karangan Z.A Moechtar. Pengajaran
tata buku harus berlangsung bahkan sampai dengan dasawarsa 1970-an, di tandai dengan terbitnya Tata
Buku dalam Masa Pembangunan, dan Hitung Dagang karangan Z.A Moechtar, yang terutama digunakan
untuk pendididkan di luar sekolah atau kursus-kursus guna memperoleh ijazah keterampilan bond A (A1
dan A2) bondB

serta APM. Instansi pemerintah dan swasta memperkerjakan tenaga-tenaga yang berpengetahuan
pembukuan pola Belanda.

Pengaruh Pola Amerika

Pada tahun 1905 dengan ditetapkannya kenijaksanaan pintu terbuka ( open door policy ). Beberapa
perusahaan asing selain Belanda mulai masuk dan beroperasi di Indonesia, antara lain Shell ( Inggris ),
Caltex dan Stanvak ( Amerika Serikat ), maka nuasa baru praktik pembukuan mulai timbul di Indonesia,
namun masih terbatas sekali pengaruhnya.

Perjalanan sejarah menunjukan bahwa sejak diputuskannya hubungan diplomasi antara Indonesia
dengan Belanda pada tahun 1957 karena konfrontasi Irian Barat, antara lain berdampak pada dunia
pendidikan. Dampak yang ditimbulkan, yaitu para pengajar Belanda dikembalikan ke negerinya,
publikasi dan literature-literatur terhenti pengirimannya, dan para pelajar yang memperoleh beasiswa
dari pemerintahan atau yayasan di beri kesempatan studi ke Amerika atau Negara lain selain Belanda.
Para mahasiswa yang telah menyelesaikan tugas belajarnya antara lain S.Hadibroto tahun 1958, Oskar
Surjaatmadja, Soemantri Soedirono, Rasidi, dan Arifin Wirakusumah, mendapat gelar MASc dari
Universitas Illinois dan California sekitar 1963.
Sejarah IAI dan Standar AkuntansiIndonesia

Sejarah IAI

Pada waktu Indonesia merdeka, hanya ada satu orang akuntan pribumi, yaitu Prof. Dr.Ambutari,
sedangan Prof. Soemardjo lulusan pendidikan akuntan di negeri Belanda pada tahun 1956. akuntan-
akuntan Indonesia pertama lulusan dalam negeeri adalah Basuki Siddharta, Hendra Darmawan, Tan
Tong Djoe, dan Go Tie Siem, mereka lulusan pertengahan tahun 1957. ke empat akuntan ini bersama
dengan Prof. Soemardjo mengambil prakasa mendirikan perkumpulan akuntan untuk bangsa Indonesia
saja. Alasanya, mereka tidak mungkin menjadi anggota NIVA ( Nederlands Institute Van Accountants )
atau VAGA (Vereniging Academisch Govormde Accountants). Mereka menyadari keindonesiaannya dan

berpendapat tidak mungkin kedua lembaga itu akan memikirkan perkembangan dan pembinaan
akuntan Indonesia. (www.iai.co.id)

Hari Kamis, 17 Oktober 1957, kelima akuntan tadi mengadakan pertemuan di aula Universitas Indonesia
(UI) dan bersepakat untuk mendirikan perkumpulan akuntan Indonesia. Karena pertemuan tersebut
tidak dihadiri oleh semua akuntan yang ada maka diputuskan membentuk Panitia Persiapan Pendirian
Perkumpulan Akuntan Indonesia. Panitia diminta menghubungi akuntan lainnya untuk menanyakan
pendapat mereka. Dalam Panitia itu Prof. Soemardjo duduk sebagai ketua, Go Tie Siem sebagai penulis,
Basuki Siddharta sebagai bendahara, sedangkan Hendra Darmawan dan Tan Tong Djoe sebagai
komisaris. Surat yang dikirimkan Panitia kepada enam akuntan lainnya memperoleh jawaban setuju.

Perkumpulan yang akhirnya diberi nama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) akhirnya berdiri pada 23
Desember 1957, yaitu pada pertemuan ketiga yang diadakan di aula UI pada pukul 19.30.

Susunan pengurus pertama terdiri dari:


Ketua

Prof. Dr. Soemardjo Tjitrosidojo

Panitera

Drs. Mr. Go Tie Siem

Bendahara

Drs. Sie Bing Tat (Basuki Siddharta)

Komisaris

Dr. Tan Tong Djoe

Drs. Oey Kwie Tek (Hendra Darmawan)

Keenam akuntan lainnya sebagi pendiri IAI adalah

Prof. Dr.Abutari

Tio Po Tjiang

Tan EngOen

Tang SiuTjhan

Liem Kwie Liang

The TikHim
Konsep Anggaran Dasar IAI yang pertama diselesaikan pada 15 Mei 1958 dan naskah finalnya selesai
pada 19 Oktober 1958. Menteri Kehakiman mengesahkannya pada 11 Februari 1959. Namun demikian,
tanggal pendirian IAI ditetapkan pada 23 Desember 1957. Ketika itu, tujuan IAI adalah:

Membimbing perkembangan akuntansi serta mempertinggi mutu pendidikanakuntan.

Mempertinggi mutu pekerjaanakuntan.

Sejak pendiriannya 49 tahun lalu, kini IAI telah mengalami perkembangan yang sangat luas. Hal ini
merupakan perkembangan yang wajar karena profesi akuntansi tidak dapat dipisahkan dari dunia usaha
yang mengalami perkembangan pesat. Salah satu bentuk perkembangan tersebut adalah meluasnya
orientasi kegiatan profesi, tidak lagi semata-mata di bidang pendidikan akuntansi dan mutu pekerjaan
akuntan, tetapi juga upaya-upaya untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dan peran dalam
perumusan kebijakan publik.

Sejarah SAK

Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi keuangan di
Indonesia.

Pertama: menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu merupakan
pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam
suatu buku”Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).”

Kedua: terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973
dan kemudian mengkondifikasikannya dalam buku “Prinsip Akuntansi Indonesia 1984” dengan tujuan
untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia usaha.

Ketiga: pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan melakukan kodifikasi
dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan” (SAK) per 1 Oktober1994.

Sejak tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi
internasional dalam pengembangan standarnya. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan
dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International
Financial Reporting Standards (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai konvergensi
dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana dalam beberapa tahun ke depan. Dalam perkembangannya,
standar akuntansi keuangan terus direvisi secara berkesinambungan, baik berupa penyempurnaan
maupun penambahan standar baru sejak tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan
enamkali,yaitu1Oktober1995,1Juni1996,1Juni1999,1April2002,
1Oktober 2004, dan 1 September 2007. Buku “Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007” ini
didalmnya sudah bertambah dibandingkan revisi sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK
baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK.

Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik maka badan penyusunannya terus
dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan. Awalnya, cikal bakal badan penyusun
standar akuntansi adalah Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan GAAS yang
dibentuk pada tahun 1973. Pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang
bertugas menyusun dan mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah bertugas
selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan laporan
personel yang terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama
Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK).

Kemudian, pada Kongres VIII IAI 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah kembali menjadi
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dengan diberikan otonomi untuk menyusun dan
mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain itu, juga telah dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) Dan Dewan
Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK). Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18
Oktober 2005 untuk menopang kelancaran kegiatan penyusunan PSAK yang terkait dengan perlakuan
akuntansi transaksi

syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan DKSAK yang anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan
luar profesi akuntan, yang mewakili para pengguna, merupakan mitra DSAK dalam merumuskan arah da
pengembangan SAK di Indonesia.

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), sebagai wadah organisasi profesi akuntansi Indonesia, berdiri di Jakarta
pada 23 Desember 1957. IAI berhasil menyusun dan menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) pada
tahun 1973, dengan maksud antara lain: menghimpun prinsip-prinsip yang lazim berlaku di Indonesia
dan sebagai prasarana bagi terbentuknya pasar uang dan modal d Indonesia pada waktu itu, laporan
keuangan dari perusahaan yang akan go pulic, harus disusun atas dasar prinsip-prinsip akuntansi
tersebut.

Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1973 adalah hasil kerja panitia Penghimpun Bahan-bahan dan Strukur
daripada Generally Accepted Accounting Principles and Generally Accepted Auditing Standars yang
terdiri dari Dewan Penasihat Panitia Kerja, antara lain telah berhasil menghimpun dan
mengkodifikasikan prinsip akuntansi. Hasilnya kemudian disahkan pada Kongres III 2 Desember 1973,
yaitu menjelang diaktifkannya kembali Pasar Uang dan Modal. PAI ini merupakan salah satu prasarana
mutlak bagi terbentuknya pasar uang dan modal pada waktu itu, di mana laporan keuangan perusahaan
yang akan mengeluarkan surat-surat berharga kepada masyarakat harus disusun berdasarkan prinsip
akuntansi tesebut. Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk menghimpu Prinsip Akuntansi 1973
adalah sebagaiberikut.
Buku Prinsip-prinsip Accounting yang diterbitkan oleh Direktorat Akuntan Negara, Direktorat Jenderal
Pengawasan Keuangan Negara (DJPKN), Departemen Keuangan RI sekarang bernama Badan
Pengawasan dan Pembangunan(BPKP).

Inventory of Generally Accepted Accounting Principles for Business Enterprise, oleh Paul Grady,
diterbitkan olehAICPA.

Opinions of Accounting Principles Board, diterbitkan olehICPA.

Kumpulan dari Accounting Research Bulletins (ARBs), diterbitkan oleh AICPA.

A Statement of Australian Accounting Principles, diterbitkan oleh Accounting and Auditing Research
Committee dari Accountancy Research Foundation.

Wet op de Jaarekening van Ondernemingen, diterbitkaNIVRA.

Beberapa literaturelainnya.

PAI 1973 ini setelah berjalan selama satu dasawarsa kemudian disempurnakan lagi dengan Prinsip
Akuntansi Indonesia 1984.

Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 adalah sebagai ganti Prinsip Akuntansi Indonesia 1973. Sama halnya
dengan PAI 1973, perumusan prinsip, prosedur, metode, dan teknik-teknik dalam Prinsip Akuntansi
Indonesia 1984 ini, dibatasi pada hal-hal yang berhubungan dengan akuntansi keuangan yang
diungkapkan secara garis besar atau bersifat umum, tidak mencakup praktik akuntansi untuk industri
tertentu. Oleh karena itu, prinsip-prinsip yang memerlukan penjabaran lebih lanjut diatur dengan
“pernyataan” tersendiri.

Sehubungan dengan itu, Komite PAI-IAI mulai tahun 1986 menerbitkan serangkaian Pernyataan PAI dan
Interprestasi PAI untuk mengembangkan, menambah, mengubah serta menjelaskan standar akuntansi
keuangan yang berlaku, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari PAI 1984. Setelah
berlangsung selama sepuluh tahun PAI 1984 diganti dengan Standar Akuntansi 1994. Standar Akuntansi
Keuangan 1994 mengadopsi pernyataan resmi (pronouncements) International ACCOUNTING Standards
Committee (IASC). IAI mengadopsi statemen atau pernyataan IASC sebagai dasar acuan standar
akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia, kemudian dasar acuan standar akuntansi keuangan yang
berlaku di Indonesia, kemudian menerbitkan dua buah buku, yaitu Standar Akuntansi Keuangan –
Oktober 1994, buku satu dan dua yang berisi (1) Kerangka Dasar.

PendidikanAkuntansi

Sebelum dikeluarkannya UU no. 34/1954 tentang gelar akuntan, semua orang dapat menyatakan dirinya
selaku akuntan dan memakai gelar akuntan. Dengan dikeluarkannya ini, maka pemerintah mereka yang
berhak memakai gelar akuntan hanyalah mereka yang lulus dari Fakultas Ekonomi Neheri Jurusan
Akuntansi dan Swasta yang disamakan, diatur oleh panitia persamaan ijasah akuntan. Dengan semakin
banyaknya fakultas ekonomi swasta maka pemerintah bersama IAI mngatur pelaksanaan Ujian Negara
Akuntan. Pelaksanaan ujian ini terus dibenahi samapi pada akhirnya lulusan negeri dan swasta akhirnya
diwajibkan harus mengikuti ujian yang sama jika ingin mendapat gelar akuntan.

Sejarah perkembangan dunia pendidikan tinggi akuntansi waktu itu mengalami kemajuan menarik, yaitu
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dalam dasawarsan 1960-an membuka jurusan akuntansi dengan
muatan kurikulum dan sistemnya berpolaamerika.

Arah perkembangannya makin mantap sejak Konsorsium Ilmu Ekonomi (KIE) Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan berdiri pada tahun 1975, menetapkan
syarat-syarat minimal kurikulum jurusan akuntansi berpola amerika, untuk seluruh Fakultas Ekonomi
Negeri.

Sejalan dengan itu Pusat Pengembangan Akuntansi (PPA) sebagai lembaga di bawah Konsorsium Ilmu
Ekonomi, yang berkedudukan di Fakultas Ekonomi Negeri setempat, yang mulai beroperasi pada tahun
1979, Bertugas antaralain:

Mengintegrasikan satu pola pendidikan akuntansi, yaitu pola amerika;

Sebagai pelaksana Ujian Nasional Akuntansi (UNA) bagi peserta yang berasal dari lulusan Fakultas
Ekonomi Jurusan Akuntansi dari universitas swasta maupun negeri yang belum memenuhi persyaratan
memakai gelarakuntan.

Setelah menempuh dan lulus ujian UNA dalam dua tahap, yaitu UNA Dasar dan UNA Profesi, yang
bersangkutan berhak memakai gelar Akuntan
sesuaidenganUUNo.34Tahun1954,TentangPemakaianGelarAkuntan.

Pendidikan menegah pun diintegrasikan dengan pola amerika, guru-guru SMEA ditatar akuntansi oleh
PPA setempat. Demikian pula, pendidikan diluar sekolah/kampus diajarkan dan diselenggarakan ujian
akuntansi berjenjang, yaitu:

Tingkatdasar;

Terampil;

Mahir;

Sebagai pengganti ujian tata buku (bond A dan B) pola belanda.

Dalam rangka meningkatkan penguasaan akuntansi terhadap pengetahuan dan kompetensi teknis dan
kompentensi teknis di bidang akuntansi, dan untuk menyongsong keterbukaan dalam era pedagangan
bebas, maka IAI dengan dukungan Departemen Keuangan RI menyelenggarakan Ujian Sertifikasi
Akuntan Publik (USAP), dengan tujuan untuk menguji kemampuan akuntan untuk berpraktik sebagai
akuntan publik. Adapun mata kuliah yang diajukan adalah sebagai berikut.

Teori dan Praktik AkuntansiKeuangan

Auditing dan Jasa Profesional Akuntan PublikLainnya

Akuntansi Manajemen dan ManajemenKeuangan

Sistem InformasiAkuntansi

Perpajakan dan HukumKomersial

Peserta USAP hanya dapat diikuti oleh mereka yang memiliki gelar akuntan. Ujian USAP diselenggarakan
pertama kali pada september 1997 dan akan dilaksanakan dua kali dalam setiap periode atau
setiaptahun.

Adapun kesempatan dan batas waktunya adalah sebagai berikut.

Peserta yang mengikuti ujian pertama kali harus menempuh seluruh mata ujian.

Ujian ulangan hanya dapat ditempuh umtuk mata ujian yang belum ;u;us dalam uian-uiansebelumnya

Kesempatan untuk menyelesaikan seluruh mata kuliah adalah empat kali ujian atau dia tahu sejak ujian
pertama kaliditempuh

Apabila dalam periode waktu tersebut masih belum lulus seluruh mata ujian, maka yang bersangkutan
dinyatakan gagal untuk seluruh mataujian.

Dalam hal ini, perserta yang bersangkutan dapatmendaftar kembali sebagai peserta USAP dan
dinyatakan sebagai pesertabaru.

Akuntan peserta USAP yang dinyatakan lulus untuk seluruh mata ujian berhal memperoleh sebutan
Bersertifikas Akuntan Publik (BAP) yang dikeluarkan IAI. Bersertifikat Akuntan Publik tersebut adalah
salah satu syarat utama untuk mendapatkan izin praktik sebagai Akuntan Publik dari Departemen
Keuangan RI.

Disamping itu, IAI sebagai organisasi profesi telah memfasilitasi anggotanya untuk selalu
mempertahankan dan meningkatkan kompetensi profesionalnya, yang terdiri dari tiga unsur, yaitu: (1)
Keterampilan Profesional (2) Pengetahuan Profesional (3) Etika Profesi. Untuk Itu, IAI menyelenggarakan
Program Pendidikan Berkelanjutan (PPL), yang meliputi ketiga unsur tersebut. Program ini dirancang
untuk memudahkan para anggota IAI dalam memenuhi kewajibannya di bidang pendidikan dan latihan.
Sedangkan publikasi berkala IAI adalah News Letter untuk kalangan profesi, dan majalah bulanan Media
Akuntansi.
LatihanSoal/Tugas

Jelaskan sejarah perkembangan akuntansi dari berbagai publikasi umum dan khusus!

Jelaskan prediksi perkembangan akuntansi di masamendatang!

DaftarPustaka

Suwardjono. 2008. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta : BPFE

Anda mungkin juga menyukai