Anda di halaman 1dari 3

Lanjutan Pengamalan pancasila ( Analisis Hakikat Pancasila)

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/


Perwakilan

Sila keempat dalam Pancasila adalah Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Di dalam lambang Garuda, sila ini
mempunyai lambang dengan gambar kepala banteng. Prinsip-prinsip kerakyatan yang
menjadi cita-cita utama untuk membangkitkan bangsa Indonesia,
mengerahkan potensi mereka dalam dunia modern, yakni kerakyatan yang
mampu mengendalikan diri, tabah menguasai diri, walau berada dalam kancah
pergolakan hebat untuk menciptakan perubahan dan pembaharuan. Hikmah
kebijaksanaan adalah kondisi sosial yang menampilkan rakyat berpikir dalam
tahap yang lebih tinggi sebagai bangsa, dan membebaskan diri dari belenggu
pemikiran berazaskan kelompok dan aliran tertentu yang sempit.

Dalam sila ini banyak menyangkut tentang permusyawaratan yang menuju mufakat,
artinya jika kita mempunyai perkara jangan selalu di selesaika dengan adu fisik atau apapun,
karena tidak ada gunanya untuk melakukan tersebut. Kita seharusnya bermusyawarah dan
memikirkan jalan keluar dari suatu permasalahan tersebut, dan akhirnya sampailah kita pada
hasil dari musyawarah yang di sbut dengan mufakat dan semua masalah pasti akan baik-baik
saja. Kita tidak boleh memaksakan kehendak kita maupun orang lain, kita juga harus
menghormati dan menghargai pendapat orang lain. Dan berhati besar dalam menerima
apapun keputusan akhir dari suatu masalah, serta bersedia bertanggung jawab atas keputusan
yang di hasilkan, dan bersangkut dengan sila ketiga kita harus mementikan kepentingan
bersama daripada kepentingan pribadi atau individu. Berikut butir-butir dari sila keempat
yaitu Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat  Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan.

1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.

Keadilan yang Adil dan Beradab

Sila kelima dari Pancasila adalah Keadilan yang Adil dan Beradab, di dalam lambang
Garuda sila ini mempunyai lambang yang bergambarkan padi dan kapas. Nilai keadilan
adalah nilai yang menjunjung norma berdasarkan ketidak berpihakkan,
keseimbangan, serta pemerataan terhadap suatu hal. Mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan cita-cita bernegara dan
berbangsa. Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk
perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai
secara merata. Keadilan, suatu kata yang sudah mulai langka di jaman sekarang ini. Yang
salah dibela, yang benar ditinggalkan. Yang punya salah besar dihukum sebentar, yang punya
salah sedikit saja dipenjara bertahun – tahun. Banyak yang diinjak –injak hanya karena
miskin atau tidak berpendidikan. Banyak orang yang sudah tidak membela keadilan, mungkin
karena materi atau sudah tidak peduli.. Biarpun sekarang sudah jaman emansipasi, namun
masih banyak juga yang memandang rendah terhadap kemampuan wanita. Kita harus belajar
untuk menghargai orang lain. Selain itu, untuk diri sendiri, kita juga harus bisa
menyeimbangkan hak dan kewajiban untuk diri kita. Dalam sila ini ada beberapa buti-
butirnya yaitu:

1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana


kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
8.  Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

Anda mungkin juga menyukai