JEMBER
2021
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan , sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada baginda kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat sehat baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu menyelesaikan pembuatan makalah
dari mata kuliah Akhlak Tasawuf dengan judul “TOKOH DAN KONSEP PEMIKIRAN
TASAWUF (Al-Hallaj, Al-Ghazali, Imam Araby)”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini tanpa
adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami sangat berterima
kasih kepada dosen mata kuliah Akhlak Tasawuf yaitu Musdhalifah, M.H.I dan teman-teman
kelas Akuntansi Syariah 1 yang telah mendukung pembuatan makalah ini.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan masalah....................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................4
D. Manfaat....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Al-Hallaj : Konsep Hulul.........................................................................................5
B. Al-Ghazali : Konsep Al-Ma’rifah............................................................................7
C. Ibnu Araby : Konsep Wihdatul Wujud....................................................................9
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang dibawa oleh seluruh Nabi dan Rasul mulai dari
Nabi Adam hingga Nabi Muhammad shallaahu alaihi wasallam. Islam pula adalah
satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah. Oleh kerena Islam adalah agama
yang diridhoii oleh allah, sudah tentu islam adalah agama yang mencakup segala
aspek kehidupan ini.Sebagaimana Nabi Muhammad diutus untuk memperbaiki
akhlak ummat, maka Islam mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan akhlak
manusia. Salah satu yang termasuk adalah akhlak tasawuf.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
Salah satu manfaat dari adanya makalah ini adalah untuk mengetahui apa
itu konsep al-hullul, al-ma’rifah dan wahdatul wujud.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Nama lengkap tokoh sufi legendaris ini adalah Abu al-Mughits al-Husain
Bin Mansur bin Muhammad al-Baidhawi, tetapi kemudian lebih dikenal sebagai
Al-Hallaj. Ia lahir pada tahun 244 H/ 858 M di Thur, salah satu desa sebelah
Timur Laut Baidha’ di Persia, di mana Sibawaih pernah di lahirkan. Kakeknya,
Muhammad, adalah seorang Majusi sebelum masuk Islam. Namun riwayat ini
kurang begitu kuat. Adapun yang banyak di pegangi oleh ahli sejarah Sufi adalah
yang menyatakan bahwa ia keturunan Abu Ayyub, sahabat Rasulullah.
Paham bahwa Allah dapat mengambil tempat pada diri manusia, bertolak
dari dasar pemikiran Al-Hallaj yang mengatakan bahwa pada diri manusia
terdapat dua sifat dasar, yaitu Lahut (keTuhanan) dan Nasut (kemanusiaan).
Tuhan pun, menurutnya, mempunyai sifat kemanusiaan di samping sifat
keTuhanan-Nya. Dengan dasar inilah maka persatuan antara Tuhan dengan
manusia bisa terjadi. Dan persatuan inilah, dalam ajaran Al-Hallaj, disebut Al-
Hulul (mengambil tempat).
5
Nya sendiri, dialog yang didalamnya tidak ada kata-kata ataupun huruf-huruf.
Yang dilihatnya hanyalah kemuliaan dan ketinggian Zat-Nya. Dan Dia pun cinta
terhadap zat-Nya itu. Cinta yang tak dapat disifatkan dan cinta inilah yang
menjadi sebab dari segala yang ada (makhluk-Nya). Kemudian Dia pun
mengeluarkan dari yang tiada bentuk dari diri-Nya dan bentuk itu adalah Adam.
Maka diri Adamlah, Tuhan muncul dalam bentuk-Nya. Dengan demikian pada
diri Adam terdapat sifat-sifat yang dipancaran Tuhan yang berasal dari Tuhan.
Teori lahut dan nasut ini mempuya mempunyai dasar yang ada di dalam Al-Quran
yakni;
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: “Sujudlah kamu
kepada Adam,” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan
adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir”.
Tentang sifat lahut dan nasut Tuhan, dapat di lihat dari syair Al-Hallaj berikut :
6
Dan jika engkau lihat Dia, Engkau lihat kami.
Bentuk-bentuk Al-Hulul
1).Al-Hulul Al-Jawari yaitu dua, keadaan dimana esensi yang satu dapat
mengambil tempat pada yang lain (tanpa ada penyatuan) sebagaimana halnya
terlihat air bertempat dalam tempayang.
2).Al-Hulul Al-Sayorani ialah menyatunya dua esensi sehingga tampat hanya satu
esensi, seperti zat cair yang telah mengalir dalam bunga. Rupanya paham kedua
inilah yang di kembangkan Al-Hallaj.
B. Al-Ghazali ( Konsep Al-ma’rifah)
Al-Ghazali yang nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad bin
Muhammad al-Ghazali, dilahirkan di Thus, salah satu kota di Khurasan (Persia)
pada pertengahan abad kelima Hijriyah (450 H/1058 M). Ia adalah salah seorang
pemikir besar Islam yang dianugerahi gelar Hujjatul Islam (bukti kebenaran
agama Islam) dan zain ad-din (perhiasan agama). Al-Ghazali meninggal di kota
kelahirannya, Thus pada tanggal 14 Jumadil Akhir 505 H (19 Desember 1111 M).
Al-Ghazali pertama-tama belajar agama di kota Thus, kemudian meneruskan di
kota Jurjan, dan akhirnya di Naisabur pada Imam Juwaini sampai yang terakhir ini
wafat pada tahun 478 H/1085 M .
7
demikian, menurutnya, tasawuf adalah semacam pengalaman maupun penderitaan
yang riil.
Ma’rifah kepada Allah Swt. dengan sendirinya adalah zikir kepada Allah
Swt. karena ma’rifah berarti hadir bersama-Nya dan musyahadah kepada-Nya.
Tandatanda ma’rifah, pada mulanya, munculnya kilatan-kilatan kecermelangan
cahaya lawa`ih, tawali’, lawami’ dan barq. Kata-kata tersebut masing-masing
sinonim yang berarti kilatan cahaya dan kecemerlangan. Beda antara al-barq dan
al-wajd, adalah al-barq lebih merupakan proses memasuki jalan tauhid,sedangkan
al-wajd (perasaan) adalah yang menyertai di dalamnya. Baru setelah keduannya
mendarah daging maka jadilah zauq (rasa sukma).
8
cermin kalbu tidak bening, maka ia tidak dapat memantulkan realitas-realitas
ilmu. Menurutnya lagi, yang membuat cermin kalbu tidak bening adalah hawa
nafsu tubuh. Sementara ketaatan kepada Allah serta keterpalingan dari tuntutan
hawa-nafsu itulah yang justru membuat kalbu berlinang dan cemerlang .
9
tahun untuk memperluas pengetahuan dbidang hukum Islam dan Ilmu Kalam serta
mulai belajar tasawuf. Dari Sevilla ia sering berkunjung ke Cordoba dengan
tujuan utama untuk menimba ilmu dari Ibnu Russyd, kunjungan inibiasanya ia
lanjutkanke wilayah Tunisia dan Maroko.
Wihadat al-wujud adalah ungkapan dua kata, yaitu wihdat dan al-wujud.
Wihdat artinya sendiri tunggal atau kesatuan, sedangkan al-wujud adrtinya ada.
Dengan demikian wihdat al-wujud berarti kesatuan wujud.[8] Menurut ulama
klasik ada yang mengartikan wihdah sebagai sesuatu yang dzatnya tidak dapat
dibagi-bagi pada bagian yang lebih kecil. Menurut para ahli filsafat dan sufisme
al-wihdah sebagai satu kesatuan antara materi dan roh, subtansi (hakikat) dan
forma (bentuk), antara yang tampak dan yang bathin, antara alam dan Allah.
Konsep kesatuan wujud sendiri sangat kompleks dan sulit ditangkap. Ibnu
Arabi memberikan ilistrasi tentang bagaimana hubungan antara tuhan dan alam
dalam konsep kesatuan wujudnya. “ wajah sebenarnya satu, tapi jika engkau
perbanyak cermin, maka ia akan menjadi banyak.” Segala macam benda dan
mahluk yang terdapat di alam semesta sebagai manifestasi (tajalliyat) tuhan.
Faham wahdat al-wujud oleh Ibn al-Arabi menjadi Khalq –makhluk– dan
lahut menjadi haq –Tuhan–. Khalq dan haq adalah dua aspek bagi tiap sesuatu.
Aspek yang sebelah luar disebut khalq dan aspek yang sebelah dalam disebut haq.
Konsep dasar pertama dari filsafat Ibn ‘Arabi adalah pengakuan bahwa
hanya ada dzat tunggal saja, dan tidak ada yang mewujud selain itu. Istilah Arab
untuk mewujud-wujud, yang dapat disamakan dengan kepribadian (eksisten).
Perbedaan, yang banyak dilakukan di masa kini, antara mewujud dan mengada
(being and existence) tidak dilakukan oleh Ibn Arabi. Maka ketika dia
mengatakan bahwa hanya ada zat tunggal, menurutnya yaitu : Bahwa semua yang
ada adalah zat tunggal, Bahwa zat tunggal tidak terpecah ke dalam bagiannya[12],
Bahwa tidaklah ada berlebih di sini atau juga tidak kekurangan di sana. Oleh
sebab itu, dalam setiap kepribadian tidaklah ada sesuatu kecuali zat tunggal, yang
secara mutlak tak terpecahkan atau terbagikan dan seragam.
10
Dengan kata lain, makhluk atau yang dijadikan, wujudnya tergantung pada wujud
Tuhan yang bersifat wajib. Tegasnya yang sebenarnya mempunyai wujud
hanyalah satu, yaitu Tuhan. Wujud selain dari Tuhan adalah wujud bayangan.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan:
Artinya: “ dialah yang awal dan yang akhir dan yang dahir dan yang bathin dan
dia maha mengetahui segala sesuatu”. (Q.S. 57:3)
manusia berasal dari pancaran tuhan, sehingga antara manusia dengan tuhan pada
hakikatnya satu wujud. Perbedaanya hanya rupa dan ragam.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tasawuf adalah merupakan suluk menuju tuhan yang dilakukan oleh seorang
hamba untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta. Dengan mengerjakan
perintah dan menjauhi larangan tuhan. Dalam pelaksanaanya pendekatan seorang
hamba berbeda dalam bentuk dan coraknya.
Pemikiran Al-Hallaj yang sangat kontroversial yakni Hulul, Nur Muhammad, dan
kesamaan semua agama. Hulul artinya Tuhan mengambil tempat dalam tubuh
manusia tertentu, yaitu manusia yang telah dapat melenyapkan sifat-sifat
kemanusiaannya melalui fana.
Ma’rifah secara etimologis, adalah pengetahuan tanpa ada keraguan sedikit pun.
Dalam terminologi kaum sufi, ma’rifah disebut pengetahuan yang tidak ada
keraguan lagi di dalamnya ketika pengatahuan itu terkait dengan persoalan Zat
Allah swt.
Konsep wihdat dan al-wujud dalam pandangan Ibnu Arabi adalah kesatuan dzat
yang tunggal. Namun perlu dipahami walaupun Ibnu Arabi mempunyai konsep
wihadatul wujud, ibnu arabi tetap memberikan konsep tanzih dan tasybih dalam
hubungan manusia dengan tuhan. Penyatuan disini yaitu penyatuan nama-nama
dan sifat tuhan dalam jiwa manusia. Dengan konsep ilahiyah manusia akan
menginternalisasi nama-nama dan sifat-sifat tuhan dalam dirinya. Sedangkan
dalam konsep rububiyah manusia akan mengetahui tuhan dengan eksistensi
kosmos sebagai wujud tuhan
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
http://tp.iainsurakarta.ac.id/2019/03/22/pemikiran-al-hulul-abu-mansyur-al-hallaj/
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/esoterik/issue/view/225
https://kunjugi.wordpress.com/2012/03/31/sejarah-pemikiran-tasawuf-ibnu-arabi-
oleh-abdul-karim/
13