Anda di halaman 1dari 3

1.

Jika dilihat dari teori-teori etika yang ada, maka perilaku Haji Bambang dan Nyoman Bagiana
Karang dalam menghadapi kasus bom Bali sesuai dengan teori etika teonom, yaitu seseorang
yang melakukan suatu tindakan berdasarkan hakekat utuh sebagai manusia dengan melibatkan
kecerdasan fisik (PQ), kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan
spiritual (SQ) yang dimlikinya. Haji Bambang, Nyoman Bagiana Karang dan masyarakat Kuta
lainnya menggunakan kecerdasan fisik (PQ) dan kecerdasan intelektual (IQ) untuk berusaha
menyelamatkan diri masing-masing agar terhindar dari musibah yang sedang terjadi, serta
mereka menggunakan kecerdasan emosional (EQ) untuk menolong warga lainnya yang terluka
maupun yang tewas. Apa yang mereka lakukan merupakan perintah dari Tuhan yang terdapat
dalam kitab suci mereka masing-masing, yaitu saling menolong sesama makhluk Tuhan.
Tindakan saling menolong mereka sebagai bentuk rasa hormat dan cinta kepada Tuhannya, yang
melibatkan kecerdasan spiritual (SQ).

2. Sikap Haji Bambang dan Nyoman dalam menangani kasus teroris dengan kecerdasan fisik
(PQ), kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ)
dengan tidak terpancing emosi dan tidak saling menyalahkan namun lebih memilih membantu
menyelamatkan korban terorisme, sedangakan sikap Amerika Serikat dan sekutunya
menggunakan kecerdasan fisik (PQ) dan kecerdasan intelektual (IQ) dengan melakukan
pembalasan kepada Afganistan dan Irak.

3. Perbedaan antara masyarakat Bali dan masyarakat Amerika dapat dilihat dari kecerdasan
spiritual (SQ) yang dimilikinya, yaitu lebih terkait kepada soal seberapa masing-masing
masyakarat dekat dengan Tuhannya. Masyarakat Amerika Serikat lebih memilih untuk membalas
dendam karena mereka masih menganggap bahwa negara mereka berkuasa dan cenderung tidak
menggunakan kecerdasan spiritualnya, sedangkan masyarakat Bali lebih memilih untuk hidup
rukun, damai dan menggunakan kecerdasan spiritualnya. Karena jika kita menggunakan
kecerdasan spiritual (mendekatkan diri kepada Tuhan) maka suasana batin akan menjadi tenang
dan damai, tidak akan ada rasa dendam, kebencian, dan ketakutan. kecerdasan spiritual (SQ)
sangat penting karena kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang paling mendasar yang mampu
mempengaruhi ketiga kecerdasan lainnya.
4. Dalam menghadapi setiap perbedaan agama, budaya, suku, adat, dan sebagainya, hendaknya
setiap manusia kembali berpedoman terhadap kitab sucinya masing-masing, karena tujuan utama
yang diajarkan pada kitab suci semua agama adalah untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia
dan di akhirat. Perbedaan agama, budaya, suku, adat, dan sebagainya, bukan berarti adanya suatu
halangan untuk hidup damai dengan umat manusia lainnya dan bukan halangan untuk saling
tolong menolong sesama umat manusia. Kecerdasan fisik (PQ), kecerdasan intelektual (IQ), dan
kecerdasan emosional (EQ) itu penting, tetapi kecerdasan spiritual (SQ) lebih penting karena
kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang paling mendasar yang mampu mempengaruhi ketiga
kecerdasan lainnya

5.

Opsi jawaban lain

1. Jika dilihat dari teori-teori etika yang ada, maka perilaku Haji Bambang dan Nyoman Bagiana
Karang dalam menghadapi kasus bom Bali sesuai dengan teori etika teonom, yaitu seseorang
yang melakukan suatu tindakan berdasarkan hakekat utuh sebagai manusia dengan melibatkan
kecerdasan fisik (PQ), kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan
spiritual (SQ) yang dimlikinya. Haji Bambang, Nyoman Bagiana Karang dan masyarakat Kuta
lainnya menggunakan kecerdasan fisik (PQ) dan kecerdasan intelektual (IQ) untuk berusaha
menyelamatkan diri masing-masing agar terhindar dari musibah yang sedang terjadi, serta
mereka menggunakan kecerdasan emosional (EQ) untuk menolong warga lainnya yang terluka
maupun yang tewas. Apa yang mereka lakukan merupakan perintah dari Tuhan yang terdapat
dalam kitab suci mereka masing-masing, yaitu saling menolong sesama makhluk Tuhan.
Tindakan saling menolong mereka sebagai bentuk rasa hormat dan cinta kepada Tuhannya, yang
melibatkan kecerdasan spiritual (SQ).

2. Dalam menghadapi setiap perbedaan agama, budaya, suku, adat, dan sebagainya, hendaknya
setiap manusia kembali berpedoman terhadap kitab sucinya masing-masing, karena tujuan utama
yang diajarkan pada kitab suci semua agama adalah untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia
dan di akhirat. Perbedaan agama, budaya, suku, adat, dan sebagainya, bukan berarti adanya suatu
halangan untuk hidup damai dengan umat manusia lainnya dan bukan halangan untuk saling
tolong menolong sesama umat manusia. Kecerdasan fisik (PQ), kecerdasan intelektual (IQ), dan
kecerdasan emosional (EQ) itu penting, tetapi kecerdasan spiritual (SQ) lebih penting karena
kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang paling mendasar yang mampu mempengaruhi ketiga
kecerdasan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai