Anda di halaman 1dari 57

PENGARUH PENDEKATAN INKUIRI BERBASIS EKSPERIMEN

DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA SEDERHANA UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI
IPA MAN INSAN CENDEKIA KOTA PALU

PROPOSAL

FEGI
A 241 17 003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU, 2020
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBMBING

Judul : Pengaruh Pendekatan Inkuiri Berbasis Eksperimen

dengan Menggunakan Media Sederhana untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI

IPA MAN Insan Cendekia Kota Palu.

Nama : Fegi

Nomor Stambuk : A 241 17 003

Telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan

Palu, 31 April 2020

Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator Program Studi Pendidikan Pembimbing
Fisika FKIP Universitas Tadulako

Dr. Sahrul Saehana, M.Si Drs. H. Muhammad Ali, M.Si


NIP. 19810917 200501 1 002 NIP. 19591231 198503 1023

i
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................4

1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................4

1.5 Batasan Istilah.......................................................................................5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PENELITIAN..........................................................................................................7

2.1 Penelitian yang Relevan.......................................................................7

2.2 Kajian Pustaka......................................................................................8

2.3 Kerangka Pemikiran...........................................................................33

2.4 Hipotesis Penelitian............................................................................34

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................35

3.1 Jenis Penelitian...................................................................................35

3.2 Desain Penelitian................................................................................35

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................36

3.4 Variabel Penelitian.............................................................................36

3.5 Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel...........................37

3.6 Definisi Operasional Variabel............................................................37

ii
3.7 Jenis dan Sumber Data.......................................................................39

3.8 Tahapan Penelitian.............................................................................40

3.9 Instrumen Penelitian..........................................................................41

3.10 Teknik Analisa Data........................................................................42

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................51

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fisika merupakan ilmu yang mempelajari fenomena alam (Sutrisno, 2006).

Ilmu yang sangat bermanfaat dalam kehidupan berdasarkan hukum alam. Fisika

tidak hanya bertujuan untuk membekali peserta didik dengan ilmu tetapi juga

bertujuan untuk menciptakan peserta didik yang mengagungkan kebesaran Allah

(Pratama, 2015; Setiawan, Sutarto, & Indrawati, 2012). Salah satu karakteristik

fisika adalah mempunyai objek yang bersifat real (nyata). Sifat real ini

merupakan salah satu faktor pendukung yang dapat membantu siswa mempelajari

fisika. Tetapi kenyataannya, fakta dilapangan menunjukkan bahwa fisika

termasuk mata pelajaran tersulit di sekolah.

Kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan fisika

ke dalam situasi kehidupan real. Hal lain yang menyebabkan sulitnya fisika bagi

siswa adalah karena pembelajaran fisika kurang bermakna. Siswa kurang

diberikan kesempatan untuk menemukan kembali, mencari tahu

dan mengkonstruksi sendiri ide-ide fisika sehingga anak cepat lupa tentang

konsep fisika dan tidak dapat mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari.

Dalam proses pembelajaran, pengembangan suasana kesetaraan melalui

komunikasi dialogis yang transparan, toleran, dan tidak arogan seharusnya

terwujud di dalam aktivitas pembelajaran (Aunurrahman, 2016). Dalam hal ini

peran guru dalam aktivitas pembelajaran sangat kompleks. Guru tidak sekedar

menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya, akan tetapi guru

1
2

dituntun untuk memainkan berbagai peran yang bertujuan untuk mengembangkan

potensi anak didiknya secara optimal (Sugihartono dkk. 2013) Sehingga guru

harus bisa menciptakan suasana yang memberi kesempatan yang luas bagi peserta

didik untuk berdialog dan mempertanyakan berbagai hal yang berkaitan dengan

pengembangan diri dan potensinya. Selain itu, guru sebagai fasilitator

bertugas/berperan untuk membimbing dan mengarahkan peserta didik yang

mengalami kesulitan. Peserta didik harus aktif dan kreatif dalam proses belajar.

Berdasarkan penelitian di Madrasah Aliyah (MA) Al-Hikmah Bandar

Lampung dengan melakukan penyebaran angket kepada guru Fisika dan peserta

didik. Hasil angket menyatakan bahwa pembelajaran Fisika saat ini berjalan

dengan baik tidak ada kendala saat proses belajar mengajar khususnya pada materi

suhu dan kalor karena menggunakan metode khusus tapi belum menggunakan

pendekatan seperti inkuiri. Pendekatan inkuiri peserta didik belajar menggunakan

keterampilan berpikir kritis saat mereka berdiskusi dan menganalisis bukti,

mengevaluasi ide dan proposisi, merefleksi validitas data, memproses, membuat

kesimpulan. Pendekatan inkuiri terbimbing dimanaguru membimbing peserta

didik melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan

pada suatu diskusi (Wahyuni, Sarwanto, dan Masykuri, 2013). Tujuan umum dari

pendekatan inkuiri terbimbing adalah untuk membantu peserta didik

mengembangkan keterampilan intelektual dan keterampilan-keterampilan lainnya,

seperti mengajukan pertanyaan dan menemukan (mencari) jawaban yang berawal

dari keingintahuan mereka (Purwanto, 2013). Sumber belajar dan media

pembelajaran yang dapat membantu siswa maupun guru dalam proses


3

pembelajaran adalah Eksperimen. Metode eksperimen merupakan bagian dari

penelitian kuantitatif,dan memiliki ciri khas tersendiri terutaman dengan adanya

kelompok kontrol. Eksperimen adalah bagian yang sulit dipisahkan dari Ilmu

Pengetahuan Alam..Eksperimen dapat dilakukan di laboratorium maupun di alam

terbuka. Metode ini mempunyai arti penting karena selain memberi pengalaman

praktis yang dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga

melibatkan aktivits secara langsung.

Menurut Farida dalam Adiningtyas (2006) metode eksperimen merupakan

salah satu metode pembelajaran yang memberi pengalaman belajar langsung

dan melibatkan aktivitas pada siswa. Kegiatan pembelajaran dengan metode

eksperimen dapat dirancang sebagai kegiatan penemuan. Kegiatan penemuan

ini dilakukan sebelum siswa mengetahui atau mempelajari suatu konsep atau

teori, dengan tujuan siswa yang dituntut untuk menemukan konsep atau teori

tersebut (Poedjiadi dalam Susana, 2006).

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode

eksperimen adalah suatu cara mengajar yang sesuai untuk pembelajaran IPA

karena dapat melibatkan aktivitas siswa secara langsung dengan cara

melakukan percobaan untuk menemukan konsep atau teori, selanjutnya dapat

diaplikasikan dalam kehidupannya dengan indikator kegiatan pembukaan,

kegiatan inti dan kegiatan akhir. Dari uraian di atas maka peneliti tertatik

melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh pendekatan inkuiri berbasis

eksperimen dengan menggunakan media sederhana untuk meningkatkan hasil

belajar fisika pada siswa kelas XI IPA MAN Insan Cendekia Kota Palu”.
4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh pendekatan inkuiri

berbasis eksperimen dengan menggunakan media sederhana terhadap hasil belajar

fisika pada siswa kelas XI IPA MAN Insan Cendekia Kota Palu?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pendekatan inkuiri berbasis eksperimen

dengan menggunakan media sederhana terhadap hasil belajar fisika pada siswa

kelas XI IPA MAN Insan Cendekia Kota Palu.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

berbagai pihak diantaranya :

a. Bagi Siswa

1. Memberikan suatu pengalaman belajar yang baru untuk meningkatkan hasil

belajar fisika siswa kelas XI IPA MAN Insan Cendekia Kota Palu.

2. Memberikan suasana pembelajaran yang variatif sehingga pembelajaran

fisika menjadi lebih menarik.

b. Bagi Guru

Memberikan solusi terhadap hambatan dalam pembelajaran fisika,

khususnya terkait dengan peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas XI IPA
5

MAN Insan Cendekia Kota Palu.Menambah pengetahuan tentang pelaksanaan

pendekatan inkuiri berbasis eksperimen dengan menggunakan media sederhana.

c. Bagi Instansi

Memberikan masukan dalam upaya mengembangkan proses pembelajaran

yang mampu meningkatkan hasil belajar fisika siswa sehingga dapat

meningkatkan sumber daya pendidikan dan mencetak generasi dengan pemikiran-

pemikiran yang kreatif.

d. Bagi Peneliti

Dapat menjadi media belajar dalam usaha melatih diri menyatakan dan

menyusun buah pikiran secara tertulis dan sistematis, sekaligus mengaplikasikan

ilmu yang diperoleh.

1.5 Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam pemahaman judul penelitian, ada

istilah-istilah yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Pendekatan Inkuiri merupakan metode pendekatan dalam pembelajaran

yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, kreatif,

dan lebih aktif. Pada pembelajaran ini guru bertugas sebagai fasilitator dan

pembimbing dalam pembelajaran, yaitu meluruskan atau memberi

penjelasan mengenai materi yang tidak dapat dipecahkan dalam

pembelajaran.

2) Eksperimen adalah bagian yang sulit dipisahkan dari Ilmu Pengetahuan

Alam..Eksperimen dapat dilakukan di laboratorium maupun di alam


6

terbuka. Metode ini mempunyai arti penting karena selain memberi

pengalaman praktis yang dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa,

metode ini juga melibatkan aktivits secara langsung.

3) Media sederhana merupakan media pembelajaran yang tidak berbasis

teknologi dan dapat dibuat sendiri. Media pembelajaran sederhana identik

dengan hal yang simple yang tidak memerlukan biaya mahal.

4) Hasil belajar fisika adalah perubahan tingkah laku sebagai dari akibat proses

pembelajaran yang bersifat relative dan sesuai dengan tujuan yang telah

ditentukan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS


PENELITIAN

2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Purniadi Putra (2017) dengan judul

penelitian “Penerapan Pendekatan Inkuiri pada Mata Pelajaran IPA untuk

Mengembangkan Karakter Siswa di SDN 01 Kota Bangun”, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa Penerapan pendekatan inkuiri dengan pendekatan

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPA

dengan perencanaan yang matang mampu meningkatkan karakter di kelas V SDN

01 Kota Bangun Kabupaten Sambas. Penerapan pendekatan inkuiri pada siswa

kelas V SDN 1 Kota Bangun meningkatkan aktivitas siswa dalam mengajukan

pertanyaan, menjawab pertanyaan, terlibat aktif, kerja sama dan inovatif, hal ini

pendidikan karakter sudah diterapkan. Penerapan pendekatan inkuiri dalam

pembelajaran IPA meningkatkan rata-rata aktivitas belajar siswa. Yakni pada

siklus I sebesar 46 % meningkat menjadi 76 %.

Selanjutnya Tegar Ananda et al (2016) menjelaskan bahwa Inkuiri

merupakan suatu pendekatan penemuan yang berpusat pada siswa (student center)

namun berbeda dengan discovery. Inkuiri lebih menekankan pada pencarian. Oleh

karena itu inkuiri disebut juga sebagai pendekatan penemuan terbimbing.

Tekanan utama pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah: 1)

mengembangkan kemampuan berpikir individual lewat penelitian; 2) peningkatan

7
8

kemampuan mempraktekkan metode dan teknik penelitian; 3) latihan

keterampilan intelektual khusus yang sesuai dengan cabang ilmu tertentu; dan 4)

latihan menemukan sesuatu, seperti “belajar bagaimana belajar” sesuatu. Dengan

kata lain, pada penerapan pendekatan inkuiri, siswa dituntut untuk menjadi

seorang peneliti. Oleh karena itu, peranan guru yang penting adalah: 1)

menciptakan suasana bebas berpikir sehingga siswa berani bereksplorasi dalam

penemuan dan pemecahan masalah; 2) fasilitator dalam penelitian; 3) rekan

diskusi dalam klasifikasi dan pencarian alternatif pemecahan masalah; dan 4)

pembimbing penelitian, pendorong keberanian berpikir alternatif dalam

pemecahan masalah.

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Pendekatan Inkuiri

Inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara

maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara

sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri

penemuannya dengan penuh percaya diri. Pembelajaran inkuiri beriorientasi pada

keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan

kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, mengembangkan sikap

percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri

(Mahmuddin, 2009).

Pendekatan inkuiri adalah pendekatan mengajar di mana siswa merumuskan

masalah, mendesain eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data sampai


9

mengambil keputusan sendiri (Zuhdan, 2009). Selanjutnya Mahmuddin (2009)

mengemukakan bahwa penggunaan inkuiri harus memperhatikan beberapa

prinsip, yaitu berorientasi pada pengembangan intelektual (pengembangan

kemampuan berfikir), prinsip interaksi (interaksi antara siswa maupun interaksi

siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan), prinsip bertanya

(guru sebagai penanya), prinsip belajar untuk berfikir (learning how to think),

prinsip keterbukaan (menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada

siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran

hipotesis yang diajukan).

1. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual

Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan

berpikir. Dengan demikian , strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada

hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria

keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunkan strategi inkuiri bukan

ditentukan sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi

sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan.

2. Prinsip Interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi

antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan

lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru

bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur

interaksi itu sendiri.


10

3. Prinsip Bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan pendekatan inkuiri

adalah guru sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap

pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.

4. Prinsip Belajar untuk Berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah

proses berpikir (learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi

seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah

pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.

5. Prinsip Keterbukaan

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan

berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.

Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada

siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran

hipotesis yang diajukan.

2.2.1.1 Ciri-ciri Pendekatan Inkuiri

Ada tiga ciri pembelajaran inkuiri, yaitu pertama, strategi inkuiri

menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan

(siswa sebagai subjek belajar). Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa

diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri yang sifatnya sudah

pasti dari sesuatu yang sudah dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat

menumbuhkan sifat percaya diri. Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi


11

pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara

sistematis, logis dan kritis (Mahmuddin, 2009).

2.2.1.2 Langkah-langkah Pendekatan Inkuiri

Dalam implementasinya, pembelajaran inkuiri memiliki sintaks sebagai

berikut :

1. Menyajikan pertanyaan atau masalah, guru membimbing siswa

mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan. Guru membagi

siswa dalam kelompok.

2. Membuat hipotesis, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah

pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam

menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan

memproiritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

3. Merancang percobaan, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk

menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan

dilakukan.

4. Mengumpulkan dan menganalisis data, guru memberi kesempatan kepada

setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

5. Membuat kesimpulan, guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

Untuk seluruh kegiatan siswa menurut Zuhdan K. Prasetyo (2006) dapat

dibagi atas 5 fase :

Fase 1 : Siswa menghadapi masalah yang dianggap oleh siswa memberikan

tantangan untuk diteliti.


12

Fase 2 : Siswa melakukan pengumpulan data untuk menguji kondisi, sifat khusus

dari objek teliti dan pengujian terhadap situasi masalah yang dihadapi

Fase 3: Siswa mengumpulkan data untuk memisahkan variabel yang relevan,

berhipotesis dan bereksperimen untuk menguji hipotesis , sehingga

diperoleh hubungan sebab-akibat.

Fase 4 : Merumuskan penemuan inkuiri hingga diperoleh penjelasan, pernyataan,

atau prinsip yang lebih formal.

Fase 5 : Melakukan analisis terhadap proses inkuiri, strategi yang dilakukan oleh

guru maupun siswa. Analisis diperlukan untuk membantu siswa terarah

mencari sebab-akibat.

Dengan demikian, menurut Zuhdan K. Prasetyo (2006) ada 4 fungsi selama

inkuiri : Pertama, menuntun siswa dalam kegiatan mencari data. Kedua,

menyajikan pernyataan atau penjelasan yang lebih formal dari masalah yang

dihadapi. Proses ini berlangsung selama fase 4 dengan melibatkan diskusi

antarasiswa dan guru. Ketiga, pembentukan model-model dari fenomena alam

melalui proses analogi. Keempat, siswa dapat menggeneralisasi dari peristiwa

lain.

2.2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Inkuiri

Zuhdan K. Prasetya (2006) mengemukakan kelebihan dari pendekatan

inkuiri antara lain :

1. Titik berat kegiatan terletak pada siswa bukan pada guru. Siswa

berkesempatan untuk mengembangkan bakatnya sehingga timbul rasa percaya


13

diri untuk menyelesaikan masalah khususnya masalah yang berhubungan

dengan pelajaran fisika.

2. Menghindari siswa terlalu banyak belajar melalui hafalan.

3. Memotivasi siswa untuk dapat belajar mandiri.

Di samping memiliki keunggulan, pembelajaran ini juga mempunyai

kelemahan, di antaranya:

1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

2. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan

kebiasaan siswa dalam belajar.

3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang

panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah

ditentukan.

2.2.2 Eksperimen

Eksperimen adalah bagian yang sulit dipisahkan dari Ilmu Pengetahuan

Alam. Eksperimen dapat dilakukan di laboratorium maupun di alam terbuka.

Metode ini mempunyai arti penting karena selain memberi pengalaman praktis

yang dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga

melibatkan aktivitas secara langsung.

Menurut Farida dalam Adiningtyas (2006) metode eksperimen merupakan

salah satu metode pembelajaran yang memberi pengalaman belajar langsung

dan melibatkan aktivitas pada siswa. Kegiatan pembelajaran dengan metode

eksperimen dapat dirancang sebagai kegiatan penemuan. Kegiatan penemuan


14

ini dilakukan sebelum siswa mengetahui atau mempelajari suatu konsep atau

teori, dengan tujuan siswa yang dituntut untuk menemukan konsep atau teori

tersebut (Poedjiadi dalam Susana, 2006). Menurut Sumantri dalam Mazrawul

(2010) metode eksperimen adalah suat cara belajar mengajar yang melibatkan

peserta didik untuk ikut mengalami, membuktikan sendiri proses dan hasil

percobaan. Kemudian Roestiyah (2001: 80) juga mengemukakan bahwa metode

eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu

percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil

percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan

dievaluasi oleh guru. Penggunaan metode ini memiliki tujuan agar siswa mampu

mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang

dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Siswa juga dapat terlatih

dalam cara berpikir ilmiah (scientific thinking).

2.2.3 Media Sederhana

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah artinya

tengah, perantara atau pengantar. Menurut Djamarah (1995:136) media adalah alat

bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan

pembelajaran. Sederhana adalah tidak berlebih-lebihan atau simple.

Jadi, media sederhana merupakan media pembelajaran yang tidak berbasis

teknologi dan dapat dibuat sendiri. Media pembelajaran sederhana identik dengan

hal yang simple yang tidak memerlukan biaya mahal. Oleh karena itu, dalam
15

proses pembuatan media pembelajaran sederhana itu harus diperhatikan unsur-

unsur desain tertentu, antara lain:

1. Kesederhanaan

Secara umum kesederhanaan itu mengacu kepada jumlah elemen yang

terkandung dalam suatu visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit memindahkan

siswa untuk menangkap dan memahami pesan yang disajikan. Kalimat harus

ringkas tetapi padat dan mudah dimengerti.

2. Keterpaduan

Keterpaduan mengacu pada hubungan yang terdapat diantara elemen-

elemen visual yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama. Elemen-

elemen itu harus saling terkait dan menyatu sehingga membantu pemahaman

pesan dan informasi yang dikandungnya.

3. Penekanan

Konsep yang disajikan memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur

yang terpenting, dengan menggunakan ukuran, hubungan-hubungan perspektif

warna atau ruang.

4. Keseimbangan

Bentuk yang dipilih sebaiknya menempati ruang penayangan yang

memberikan persepsi keseimbangan meskipun tidak seluruhnya simetris.

5. Bentuk

Bentuk yang aneh dan asing bagi siswa dapat membangkitkan minat dan

perhatian. Oleh karena itu, pemilihan bentuk sebagai unsur visual dalam penyajian

pesan perlu diperhatikan.


16

6. Garis

Garis digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sehingga dapat

menuntun perhatian siswa untuk mempelajari suatu urutan khusus.

7. Tekstur

Tekstur adalah unsur visual yang dapat menimbulkan kesan kasar atau halus

yang dapat digunakan untuk penekanan unsur.

8. Warna

Warna digunakan untuk memberi kesan pemisahan, penekanan, untuk

membangun keterpaduan, mempertinggi tingkat realisme objek, menunjukkan

persamaan dan perbedaan, serta menciptakan respons emosional tertentu.

2.2.4 Hasil Belajar

Setiap orang yang melakukan kegiatan belajar tentunya ada hasil yang ingin

dicapai. Hasil belajar tersebut mencangkup proses dan pengalaman secara

individu maupun kelompok baik yang berlangsung disekolah maupun diluar

sekolah. Hasil belajar ini dinamakan prestasi yang dicapai. Belajar merupakan

suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Reber (dalam Sugihartono dkk, 2013) mendefinisikan belajar

dalam 2 pengertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan

kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang realtif langgeng

sebagai hasil latihan yang diperkuat. Adapun tingkah laku yang dikategorikan
17

sebagai perilaku belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Sugihartono dkk,

2013):

a. Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar

b. Perubahan bersifat kontinu dan fungsional

c. Perubahan bersifat positif dan aktif

d. Perubahan bersifat permanen

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Sudjana (2005) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah menerima pengalaman belajar atau proses belajar. Dari ulasan

tersebut dapat disimpulkn bahwa Keberhasilan belajar tidak hanya dilihat dari

hasil yang dicapai siswa saja, tetapi juga perlu dilihat dari proses belajarnya.

Karena pada dasarnya hasil belajar merupakan akibat dari proses belajar itu

sendiri.

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui

kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa

terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang diajarkan. Sebuah kegiatan

belajar dapat dikatakan efektif apabila dengan usaha belajar tertentu memberikan

prestasi belajar. Sedangkan menurut Munawar hasil nelajar merupakan tingkat

perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum dan

setelah belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis

ranah kognitif, afektif dan psikomotorik (Mulyono,2007)


18

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah pencapaian keberhasilan siswa yang diperoleh dari proses belajar mengajar

dalam waktu tertentu menggunakan sikap, keterampilan dan pengetahuan serta

kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran fisika setelah melalui proses

bejar dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2.2.5 Pembelajaran Konvensional menggunakan Pendekatan Open-Ended

Problem

Adapun pendekatan pembelajaran konvensional yang diterapkan pada kelas

yang telah di observasi sebelumnya adalah pendekatan Open-Ended problem.

Menurut Suherman dkk, problem yang diformulasikan memiliki multijawaban

yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-Ended problem

atau soal terbuka. Siswa yang dihadapkan dengan Open-Ended problem, tujuan

utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara

bagaimana sampai pada suatu jawaban.

Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau metode dalam

mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak. Sifat „keterbukaan‟ dari

suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu cara dalam menjawab

permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu jawaban yang mungkin untuk

masalah tersebut. Pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended diawali dengan

memberikan masalah terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran harus

mengarah dan membawa siswa dalam menjawab masalah dengan banyak cara

serta mungkin juga dengan banyak jawaban (yang benar), sehingga merangsang
19

kemampuan intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu

yang baru.

2.2.6 Materi dalam Pembelajaran

2.2.6.1 Pengertian Fluida Dinamis

Fluida dinamis adalah fluida (bisa berupa zat cair, gas) yang bergerak.

memiliki kecepatan yang konstan terhadap waktu), tidak mengalami perubahan

volume, tidak kental, tidak turbulen (tidak mengalami putaran-putaran).

2.2.6.2 Ciri-ciri Fluida Dinamis

Adapun ciri-ciri atau karakteristik dari fluida dinamis adalah sebagai

berikut:

a. Tak temampatkan (tidak kompresibel), artinya bahwa fluida ideal tidak akan

mengalami perubahan volum atau massa jenis ketika mendapatkan pengaruh

tekanan.

b. Tidak kental (non-viskos), artinya fluida ideal tidak akan mengalami gesekan

antara lapisan fluida satu dengan lapisan yang lain maupun dengan dinding

saluran akibat gejala viskositas.

c. Alirannya laminer, artinya alirannya tidak berputar-putar dan selalu

mempunyai lintasan tertentu.

d. Alirannya stasioner, artinya kecepatan pada setiap titik dalam fluida adalah

konstan.
20

1. Debit

Debit dilambangkan dengan Q adalah besaran yang menyatakan volume

fluida yang mengalir melalui suatu penampang tertentu dalam satuan waktu.

Secara matatematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

atau,
𝒗
𝑸=
𝒕

Gambar 2.1 Fluida mengalir melalai pipa

Dalam selang waktu t fluida mengalir melalui pipa dengan luas penampang

A dengan menempuh panjang lintasan S. Satuan debit menurut SI adalah m3/t.

Misalnya sejumlah fluida mengalir dalam penampang A dalam selang waktu

tertentu menempuh jarak sepanjang L. Karena V= A L dan L = v t, maka:

( )
= = =

𝑸 = 𝑨𝒗

Ket : Q = Debit fluida (m3/s)

V = volume (m3)

t = selang waktu (s)

v = kecepatan fluida (m/s2)


21

2. Persamaan Kontinuitas

Menurut hukum kekekalan massa, massa fluida yang masuk ke satu ujung

pipa adalah sama dengan massa fluida yang keluar pada ujung yang lainnya dalam

selang waktu yang sama. Ingat pada aliran tunak tidak ada fluida yang keluar

melalui dinding-dinding pipa. Tinjau Gambar 2.2 aliran fluida pada suatu pipa.

Jika ditinjau daerah (1) dan daerah (2) sebagai tempat pengukuran laju fluida dan

massa fluida yang mengalir, maka:

 A1 dan A2 adalah luas penampang pipa pada (1) dan (2).

 ρ1 dan ρ2 adalah massa jenis fluida pada (1) dan (2).

 v1 dan v2 adalah laju partikel-partikel fluida pada (1) dan (2).

Selama selang waktu t, fluida pada (1) bergerak kekanan menempuh jarak x1

= v1 t, dan fluida pada (2) bergerak kekanan menempuh jarak x2 = v2 t. Sehingga

volume fluida yang mengalir masuk lewat (1) pada pipa adalah V1 = A1 x1 = A1 v1

t, dan volume fluida yang mengalir keluar lewat (2) pada pipa adalah V2 = A2 x2 =

A2 v2 t.

Gambar 2.2
Hukum Kontinuitas Aliran
22

Massa fluida yang masuk pada penampang 1 sama dengan massa fluida

yang masuk pada penampang 2. Maka,

karena pada materi ini kita mempelajari fluida ideal yaitu fluida yan tak

termampatkan maka massa jenis fluida konstan ( = ), sehingga persamaan

kontinuitas kita menjadi :

Secara umum kita nyatakan,

𝑨𝟏 𝒗𝟏 = 𝑨𝟐 𝒗𝟐 = 𝒌𝒐𝒏𝒔𝒕𝒂𝒏

Keterangan : A1 = luas penampang 1 (m2)

A2 = luas penampang 2 (m2)

v1 = kecepatan aliran fluida pada penampang 1 (m/s)

v2 = kecepatan aliran fluida pada penampang 2 (m/s)

Kita juga telah mengetahui bahwa Q = A v, maka persamaan kontinuitas

dapat dinyatakan sebagai persamaan debit konstan:

𝑸𝟏 + 𝑸𝟐 + 𝑸𝟑 = 𝒌𝒐𝒏𝒔𝒕𝒂𝒏

Persamaan kontinuitas dapat dimodifikasi menjadi beberapa bagian, yaitu :

a. Perbandingan kecepatan fluida dengan luas penampang

=
23

b. Perbandingan kecepatan fluida dengan diameter penampang

= =

Jadi, kelajuan aliran fluida tak termampatkan berbanding terbalik dengan

kuadrat jari-jari atau diameter penampang pipa.

3. Azas dan Bernoulli

Dasar dari azas Bernoulli adalah: Bagaimana tekanan pada ketinggian yang

sama untuk fluida yang bergerak? Dari konsep fluida statis diperoleh bahwa

tekanan fluida sama pada setiap titik yang memiliki ketinggian yang sama.

Kemudian dari konsep fluida dinamis diperoleh bahwa banyaknya fluida yang

mengalir melalui pipa kecil maupun besar adalah sama.

Selanjutnya dari kedua konsep diatas, diperoleh bahwa aliran fluida pada

pipa kecil kecepatannya lebih besar dibanding aliran fluida pada pipa besar.

Tekanan fluida paling besar terletak pada bagian yang kecepatan alirannya paling

kecil, dan tekanan paling kecil terletak pada bagian yang kelajuannya paling

besar. Pernyataan ini dikenal dengan Azas Bernoulli.

Jadi pertanyaan di atas, bisa dijawab, yakni “besarnya tekanan disamping

bergantung pada luas penampang, ketinggian, juga bergantung pada kecepatan

aliran fluida”.

Gambar 2.3 Aliran fluida dalam pipa (penurunan persamaan Bernoulli)


24

Tinjau ilustrasi pada Gambar 2.3 di atas, maka berdasarkan konsep: usaha–

energi mekanik yang melibatkan besaran tekanan p (usaha), besaran kecepatan

aliran fluida v (mewakili energi kinetik), dan besaran ketinggian (mewakili energi

potensial), Bernoulli menurunkan persamaan matematis, yang dikenal dengan

Persamaan Bernoulli, sebagai berikut:

+ + = + +

atau, 𝟏
𝑷 + 𝝆𝒗𝟐 + 𝝆𝒈𝒉 = 𝒌𝒐𝒏𝒔𝒕𝒂𝒏
𝟐

Persamaan ini menyatakan bahwa jumlah total antara besaran‐besaran dalam

persamaan mempunyai nilai yang sama sepanjang tabung alir.

4. Penerapan Azas Bernoulli

a. Teori Torricelli

Sebuah bejana yang berukuran besar diisi zat cair. Pada dinding bejana

terdapat lubang kebocoran kecil yang berjarak h dari permukaan zat cair. Zat cair

mengalir pada lubang dengan kecepatan v. Tekanan di titk A pada lubang sama

dengan tekanan di titik B pada permukaan zat cair sama dengen tekanan udara

luar (B). Teorema ini hanya berlaku jika ujung wadah terbuka terhadap atmosfer

dan luas lubang jauh lebih kecil dari lusa penampang wadah.Karena lubang

kebocoran kecil, permukaan zat cair dalam bejana turun perlahan-lahan, sehingga

v2 dapat dianggap nol, dan dapat di rumuskan :

=√

Keterangan : v = kecepatan zat cair keluar dari lubang (m/s)


25

h = jarak permukaan zat cair terhadap lubang (m)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

Hubungan itu disebut teori Torricelli kecepatan aliran zat cair darilubang

sama dengan kecepatan yang akan di peroleh benda jika jatuh bebasdari

ketinggian h. Hal itu merupakan suatu hal yang istimewa dari persamaan

Bernouli.

Waktu yang diperlukan zat cair keluar dari lubang hingga menyentuh lantai

ditentukan dengan konsep benda jatuh bebas. Dapat di rumuskan :

=√

Keterangan : t = waktu zat cair dari lubang sampai ke lantai (s)

h1 = tinggi lubang dari lantai(m)

g = percepatan gravitsi (m/s2)

Jarak mendatar tempat jatuhnya zat cair di lantai terhadap dinding bejana

adalah :

Keterangan : x = jarak jatuhnya zat cair di lantai terhadap dinding (m)

v = kecepatan zat cair keluar dari lubang (m/s)

t = waktu zat cair dari lubang sampai ke lantai (s)

Jika luas lubang kebocoran A maka debit zat cair yang keluar dari lubang

adalah :

= √
26

Keterangan :

Q = debit (m3/s)

A = luas penampang lubang (m2)

h = jarak permuakan zat cair terhadap lubang (m)

b. Persamaan Bernoulli pada Venturimeter tanpa Manometer

Tabung atau pipa dapat dimanfaatkan untuk menentukan kelajuan fluida

didalam sebuah pipa dan juga dimanfaatkan dalam kaburator. Ada beberapa hal

yang harus diperhatikan, pada venturimeter tanpa manometer berlaku :

a. Hukum Bernoulli

b. Persamaan kontinuitas

c. Hukum utama hidrostatis

Gambar 2.4 Venturimeter tanpa manoeter

Pada Gambar 2.4, fluida mengalir dari arah kiri ke kanan sehingga P1 lebih

besar daripada P2. Tinjau ilustrasi sederhana venturimeter tanpa manometer

seperti tampak pada Gambar 6, untuk menentukan kelajuan zat cair v1, dinyatakan

dengan besaran: h, A1 dan A2. Zat cair yang diukur kecepatannya mengalir pada

titik yang tidak mempunyai perbedaan ketinggian (h2-h1=0), dengan meninjau

persamaan Bernoulli, diperoleh:


27

= ( )

dari persamaan kontinuitas diperoleh :

Kemudian perbedaan tekanan zat cair pada titik (1) dan titik (2) sama

dengan tekanan hidrostatis karena selisih ketinggian zat cair dalam tabung vertikal

h, yaitu:

dari persamaan di atas diperoleh :

= ( )

sehingga diperoleh laju aliran fluida :

= √ = √
( ) ( )

Keterangan :

v1 = kecepatan aliran penampang pipa lebar (m/s)

A1 = luas penampang pipa besar (m2)

A2 = luas penampang pipa kecil (m2)

h = selisih tinggi permukaan fluida pada pipa pengukur beda tekanan ( m )

g = percepatan gravitasi (m/s2)

c. Persamaan Bernoulli pada Venturimeter dengan Manometer

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, pada venturimeter dengan

manometer berlaku :
28

1. Hukum Bernoulli

2. Persamaan kontinuitas

3. Hukum utama hidrostatis

Gambar 2.5 Venturimeter dengan manometer

Pada Gambar 2.5, fluida mengalir dari arah kiri ke kanan sehingga P2 lebih

besar daripada P1 (P2> P1) dan v1 lebih besar daripada v2 (v1> v2). Zat cair

yang berada dalam manometer tidak mengalir (diam).

Fluida dengan massa jenis ρ mengalir di dalam tabung dengan luas

penampang A1kemudian diteruskan masuk ke tabung dengan luas penampang

yang lebih besar, yaitu A2. Kedua bagian tabung ini dihubungkan dengan

manometer zat cair yang diisi zat cair dengan massa jenis ρ’. Dengan mengukur

tinggi perbedaan zat cair di dalam manometer, dapat ditentukan kecepatan fluida

di dalam tabung venturi tersebut.

Diketahui persamaan Bernoulli :

+ + = + + (1)

karena tabungnya mendatar maka persamaan Bernoulli menjadi :

+ = + (2)
29

dengan menggunakan tekanan hidrostatis akan didapatkan bahwa tekanan di titik

P sama dengan tekanan di titik Q sehingga :

= + = +

diperoleh

= +( ) (3)

dari persamaan Kontinuitas diketahui bahwa :

= =

dengan mensubstistusikan Persamaan (2) dan Persamaan (3) ke dalam

Persamaan (1) akan didapatkan :

+ ( ) = +( ) + (4)

Kedua ruas kiri dan kanan mengandung P1 sehingga dapat dihilangkan.

Kemudian, kedua ruas dikalikan untuk menghilangkan pembagian terhadap

dan menghilangkan bilangan . Persamaan (4) akan menjadi :

= ( ) +

( )= ( )

Untuk laju aliran (v2) diperoleh :

( )
=
( )

( ) ( )
= √ = √
( ) ( )

Keterangan :

v1 = kecepatan aliran penampang pipa lebar (m/s)


30

A1 = luas penampang pipa kecil (m2)

A2 = luas penampang pipa besar (m2)

ρ’ = massa jenis fluida dalam manometer (kg/m3)

ρ = massa jenis fluida (kg/m3)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

d. Persamaan Bernoulli pada Tabung Pitot

Tabung pitot adalah alat yang digunakan untuk mengukur kelajuan gas di dalam

pipa tertutup. Kemudian dengan mengukur perbedaan tinggi permukaan zat cair di

dalam manometer, dapat ditentukan kelajuan fluida di dalam tabung pitot.

Gambar 2.6 Bagan sederhana tabung pitot

Berbeda dengan tabung venturi, tabung pitot memiliki luas penampang yang

sama. Pada tabung pitot, ada bagian dari pipa manometer yang menembus ke

dalam tabung. Pipa manometer yang menembus tabung pitot tersebut dihadapkan

ke arah datangnya fluida. Dengan demikian, fluida yang mengalir akan menekan

permukaan zat cair yang menempati pipa kiri manometer.

Berdasarkan persamaan Bernoulli akan diperoleh :

+ + = + +
31

Fluida di bagian pipa manometer (1) tidak dapat mengalir karena tertahan

oleh ujung pipa manometer sehingga v1 = 0. Diketahui pula bahwa ketinggian

tabung (1) dan tabung (2) sama tinggi (h1=h2) diukur dari bidang acuan karena

tabung ditempatkan mendatar sehingga persamaan Bernoulli menjadi :

= + (5)

lalu dengan menggunakan persamaan tekanan hidrostatis, tekanan di titik P sama

dengan tekanan di titik Q sehingga diperoleh :

= = + (6)

dengan menggabungkan Persamaan (5) dan Persamaan (6) akan didapatkan

+ = + =√

Jadi, secara umum kecepatan aliran fluida di dalam tabung pitot adalah :

= √

Keterangan :

v = kecepatan aliran gas dalam tabung (m/s)

ρ‟ = massa jenis zat cair dalam manometer (kg/m3)

ρ = massa jenis gas (kg/m3)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

h = selisih tinggi permukaan zat cair dalam manometer (m)


32

e. Persamaan Bernoulli pada Gaya angkat sayap pesawat terbang

Gambar 2.7 Gaya-gaya yang bekerja pada pesawat terbang

Ada empat macam gaya yang bekerja pada sebuah pesawat terbang yang

sedang mengalami perjalanan di angkasa (lihat Gambar 9), di antaranya:

 gaya angkat (Fa), yang dipengaruhi oleh desain pesawat;

 gaya berat (W), yang dipengaruhi oleh gravitasi bumi;

 gaya dorong (fd), yang dipengaruhi oleh tenaga mesin;

 gaya hambat (fg), yang dipengaruhi oleh gesekan udara.

Tinjau dengan hukum Bernoulli:

 Laju aliran udara pada sisi atas pesawat (v2) lebih besar dibanding laju aliran

udara pada sisi bawah pesawat (v1). Sesuai dengan azas bernoulli, maka

tekanan udara pada sisi bawah pesawat (P1) lebih besar dari tekanan udara

pada sisi atas pesawat (P2) sehingga:

= =( )

= = ( )

Dari persamaan di atas, tampak bahwa semakin besar laju pesawat, maka

gaya angkat pesawat semakin besar, A adalah luas penampang total sayap dan ρ =

massa jenis udara.


33

 Syarat agar pesawat bisa terangkat, maka gaya angkat pesawat (Fa) harus

lebih besar dari gaya berat (W = mg), Fa> mg. Ketika sudah mencapai

ketinggian tertentu, untuk mempertahankan ketinggian pesawat, maka harus

diatur sedemikian sehingga: Fa = mg.

 Jika pesawat ingin bergerak mendatar dengan percepatan tertentu, maka: gaya

dorong harus lebih besar dari gaya hambat (fd> fg), dan gaya angkat harus

sama dengan gaya berat, (Fa = mg).

 Jika pesawat ingin naik/ menambah ketinggian yang tetap, maka gaya dorong

harus sama dengan gaya hambat (fd = fg), dan gaya angkat harus sama dengan

gaya berat (Fa = mg).

2.3 Kerangka Pemikirian

Pembelajaran fisika pada umumnya masih berorientasi pada guru. Siswa

cenderung menerima apa saja yang dijelaskan oleh guru tanpa harus mengetahui

makna dari pembelajaran tersebut. Siswa juga cenderung menghafal isi bacaan

dan juga rumus, karena penggunaan strategi pembelajaran yang masih terpusat

pada guru. Hal ini menyebabkan siswa pasif dan kurang termotivasi dalam belajar

karena siswa menganggap bahwa pelajaran fisika itu sulit serta membosankan,

sehingga siswa kesulitan belajar dan menyebabkan hasil belajar atau prestasi

siswa rendah.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di sekolah MAN Insan

Cendekia Kota Palu, guru mengajar masih menggunakan pendekatan Open-Ended

Problem. Dimana pendekatan pembelajaran ini merupakan model pembelajaran


34

yang berpusat pada guru, sehingga siswa yang diajarkan kurang aktif dalam

proses pembelajaran dikelas.

Dari uraian diatas, salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti adalah

dengan menerapkan metode pendekatan pembelajaran yang baru. Peneliti memilih

metode pendekatan inkuiri berbasis eksperimen. Melalui metode pendekatan

inkuiri berbasis eksperimen siswa akan menjadi lebih mandiri karena metode ini

terpusat pada siswa yang mendorong siswa untuk lebih kreatif dan inovatif dalam

bertanya, menjawab, mempredisi (mengklarifikasi masalah/soal), serta memahami

konsep. Adapun kerangka pemikiran dapat digambarakan dalam Gambar 2.8.

Pendekatan Open-Ended
Problem

Pembelajaran berpusat
pada guru

Menyebabkan

Siswa kurang termotivasi dalam Siswa terpaku pada rumus dan


proses pembelajaran rendahnya hasil belajar siswa

solusi

Pendekatan Inkuiri
Berbasis Eksperimen +
Media Sederhana

Hasil Belajar Siswa


Meningkat

Gambar 2.8 Kerangka pemikiran


35

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini ialah terdapat pengaruh pendekatan inkuiri berbasis

eksperimen dengan menggunakan media sederhana terhadap hasil belajar fisika

pada siswa kelas XI IPA MAN Insan Cendekia Kota Palu.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan merupakan eksperimen Kuasi (semu).

Metode eksperimen kuasi (quasi experimental) pada dasarnya sama dengan

eksperimen murni, bedanya adalah pada pengontrolan variabel. Pengontrolannya

hanya dilakukan pada satu variabel saja, yaitu variabel yang paling dominan

(Sukmadinata, 2010).

3.2 Desain Penelitian

Pada penelitian ini digunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Pada kelas eksperimen digunakan pendekatan inkuiri berbasis eksperimen

dengan menggunakan media sederhana sedangkan kelas kontrol digunakan

pendekatan Open-Ended Problem, dimana pendekatan ini merupakan pendekatan

yang dilakukan oleh guru fisika disekolah tersebut.

Adapun desain penelitian yang digunakan adalah the equivalent pretest

posttest goup design, yaitu menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai

kelompoknya dengan memilih kelas-kelas yang diperkirakan sama

keadaan/kondisinya, dalam hal ini sama berdasarkan tingkat kecerdasan. Satu

kelas berfungsi sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol.

Adapun desainnya adalah sebagai berikut:

35
36

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Desain Penelitian: The equivalen pretest-posttest design

Kelas Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

KE

KK X2

Sugiono (2009)

Keterangan :

 KE : Kelompok Eksperimen
 KK : Kelompok Kontrol
 : Strategi pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri berbasis Eksperimen
dengan menggunakan media sederhana
 : Strategi pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended Problem
 : Pretest-posttest untuk mengukur peningkatan pemahaman konsep
siswa

3.3 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di MAN Insan Cendekia Kota Palu, provinsi

Sulawesi Tengah. Pada tahap ini akan mulai dilakukan pada tahun ajaran

2020/2021 yang meliputi dari observasi ke sekolah yang direncanakan menjadi

tempat penelitian dan pembuatan proposal.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel terikat (Dependent Variable)


37

Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat.

Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar fisika pada materi fluida

dinamis di MAN Insan Cendekia Kota Palu.

3.5 Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi yang diperkirakan akan digunakan pada penelitian ini adalah

siswa kelas XI IPA MAN Insan Cendekia Kota Palu tahun ajaran 2020/2021.

Adapun yang diperkirakan akan menjadi sampel pada penelitian ini adalah kelas

XI IPA Al-Furqan sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA Al-Qalam sebagai

kelas kontrol.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu purposive sampling,

merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan dari guru mata

pelajaran fisika (IPA) pada kedua kelas disekolah tersebut.

3.6 Definisi Operasional Variabel

Berikut ini penulis menjelaskan secara singkat istilah-istilah yang

berhubungan dengan judul penelitian agar tidak terjadi kesalahan penafsiran,

sebagai berikut:

1. Pendekatan Inkuiri

Pendekatan inkuiri adalah pendekatan mengajar di mana siswa

merumuskan masalah, mendesain eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis

data sampai mengambil keputusan sendiri (Zuhdan, 2009). Dalam Mahmuddin

(2009) mengemukakan bahwa penggunaan inkuiri harus memperhatikan beberapa


38

prinsip, yaitu berorientasi pada pengembangan intelektual (pengembangan

kemampuan berfikir), prinsip interaksi (interaksi antara siswa maupun interaksi

siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan), prinsip bertanya

(guru sebagai penanya), prinsip belajar untuk berfikir (learning how to think),

prinsip keterbukaan (menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada

siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran

hipotesis yang diajukan).

2. Eksperimen

Eksperimen adalah bagian yang sulit dipisahkan dari Ilmu Pengetahuan

Alam. Eksperimen dapat dilakukan di laboratorium maupun di alam terbuka.

Metode ini mempunyai arti penting karena selain memberi pengalaman praktis

yang dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga

melibatkan aktivitas secara langsung. Menurut Farida dalam Adiningtyas (2006)

metode eksperimen merupakan salah satu metode pembelajaran yang memberi

pengalaman belajar langsung dan melibatkan aktivitas pada siswa. Kegiatan

pembelajaran dengan metode eksperimen dapat dirancang sebagai kegiatan

penemuan. Kegiatan penemuan ini dilakukan sebelum siswa mengetahui atau

mempelajari suatu konsep atauteori, dengan tujuan siswa yang dituntut untuk

menemukan konsep atau teori tersebut (Poedjiadi dalam Susana, 2006).

3. Media Sederhana

Media sederhana merupakan media pembelajaran yang tidak berbasis

teknologi dan dapat dibuat sendiri. Media pembelajaran sederhana identik dengan
39

hal yang simple yang tidak memerlukan biaya mahal. Dalam proses pembuatan

media pembelajaran sederhana itu harus diperhatikan unsur-unsur desain tertentu

4. Hasil Belajar

Hasil Belajar adalah pencapaian keberhasilan siswa yang diperoleh dari

proses belajar mengajar dalam waktu tertentu menggunakan sikap, ketrampilan-

ketrampilan dan pengetahuan serta kemampuan siswa dalam menguasai materi

pelajaran fisika setelah melalui proses belajar sesuai dengan tujuan

pembelajararan yang ingin dicapai.

3.7 Jenis dan Sumber Data

3.7.1 Jenis Data

Jenis data penelitian ini adalah data kuantitatif yang berbentuk angka atau

bilangan. Sesuai jenisnya data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis

menggunakan teknik perhitungan matematika.

3.7.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang dapat

memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan

menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer yaitu data yang diambil oleh peneliti langsung dari sumber

pertama atau objek penelitian yang dilakukan. Data primer tersebut berupa

hasil belajar siswa.


40

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data yang sudah dikelola pihak

lain yang sudah dipublikasikan. Adapun data sekunder ini diperoleh dari

sekolah ataupun guru. Data sekunder tersebut berupa jumlah kelas XI IPA,

jumlah siswa kelas XI IPA dan jenis kelamin siswa.

3.8 Tahapan Penelitian

1) Tahapan Persiapan

(1) Mencari literature yang berkaitan dengan judul penelitian.

(2) Menemukan lokasi penelitian;

(3) Menentukan populasi dan sampel penelitian;

(4) Menyusun Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian;

2) Tahap Pelaksanaan

(1) Pemberian pre-test;

(2) Pemberian perlakuan (penyajian materi);

(3) Observasi pembelajaran yang telah dilakukan dikelas;

(4) Pemberian post-test;

3) Tahap Akhir

Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah tabulasi data,

pengolahan data, menganalisis data sampel dan menarik kesimpulan pada laporan

hasil penelitian.
41

3.9 Instrumen Penelitian

3.9.1 Tes Hasil Belajar Siswa

Tes objektif untuk pilihan ganda yang dikembangkan oleh peneliti. Tes ini

akan oleh validator ahli. Tes khusus hasil belajar ini sebanyak 20 nomor yang

akan digunakan sebanyak dua kali taitu diawal (Pre-test) dan akhir (Posttest) yang

dimana sesuai dengan indikator.

3.9.2 Lembar Observasi

Instrumen ini digunakan untuk mengobservasi pelaksanaan proses

pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Inkuiri berbasis eksperimen dengan

menggunakan media sederhana di kelas. Intrumen observasi digunakan untuk

mengamati kegiatan siswa dan guru selama proses pembelajaran.

3.9.3 Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan inkuiri

berbasis eksperimen dengan menggunakan media sederhana dan pendekatan

Open-Ended meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi

aktivitas guru dan siswa, LKPD dan bahan ajar berupa buku bacaan dan alat

peraga ataupun media visual terkait dengan materi pelajaran.


42

3.10 Teknik Analisa Data

3.10.1 Analisis Instrumen

3.10.1.1 Validitas Ahli

Suatu instrumen akan dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat

mengukur apa yang hendak diukur. Validitas instrumen pada penelitian ini

dilakukan oleh validator yaitu dosen yang kompeten di bidangnya.

3.10.1.2 Validitas Butir Soal

Arikunto S (2007), mengemukakan bahwa validitas item dapat dilakukan

dengan menggunakan persamaan korelasi biseral (rpbi).

= ………………………………………………..…….(3.1)

Keterangan :

: Koefisien korelasi poin biseral

Mp : Rata-rata skor dari subjek yang menjawab benar

Mt : Rata-rata skor total

q : Proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1-p)

p : Proporsi siswa yang menjawab benar

Dimana,

= ……………(3.2)
43

Table 3.2 Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

Soal-soal yang telah diuji cobakan akan valid jika soal tersebut memenuhi

kriteria nilai Semua soal yang valid selanjutnya akan

disaring kembali berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam

penelitian ini.

3.10.1.3 Analisis Tingkat Kesukaran Tes

Analisis tingkat kesukaran tes bertujuan untuk melihat kriteria dari tes yang

di ujikan kepada siswa. Indeks kesukaran soal dapat ditentukan dengan

menggunakan rumus:

= ……………………………………………………………………...(3.3)

Keterangan:

P : Indeks Kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab tes dengan benar

Js : Jumlah siswa peserta tes


44

Hasil yang diperoleh kemudian akan diuji kriterianya berdasarkan Tabel 3.4

Tabel 3.3 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Tes

Indeks Kesukaran Kategori

Sukar

0,70 Sedang

Mudah

Butir soal yang ditoleransi sebagai tes standar adalah soal yang memiliki

indeks kesukaran jika

3.10.1.4 Analisis Daya Pembeda Tes

Analisis daya pembeda tes bertujuan untuk membedakan tingkat atau

kriteria dari butir soal atau tes yang di ujikan kepada siswa. Arikunto (2007),

mengemukakan bahwa untuk menentukan daya pembeda digunakan persamaan:

= ……………………………………………………...(3.4)

Keterangan:

D : Daya Pembeda

Ba : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar

Bb : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar

Ja : Banyaknya peserta kelompok atas

Jb : Banyaknya peserta kelompok bawah


45

Berdasarkan persamaan tersebut, maka hasil yang diperoleh akan diuji

kriterianya berdasarkan table 3.4

Table 3.4 Klasifikasi Daya pembeda Tes

Batasan Kategori

Baik Sekali

Baik

Cukup

20 Jelek

Kriteria yang diginakan untuk menentuan daya pembeda butir soal yaitu

memenuhi jika

3.10.1.5 Analisis Reliabilitas Tes

Reliabilitas bertujuan untuk mengukur instrumen terhadap ketetapan

(konsisten). Untuk menentukan nilai reliabilitas tes digunakan rumus Kuder-

Richardson 20 (KR-20) yaitu :


=( )( )…………………………………………................................(3.5)

Keterangan:

r11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan

p : Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q : Proporsei subjek yang menjawab item dengan salah

∑pq : Jumlah hasil perkalian antara p dan q


46

n : Banyaknya item

s : Standar deviasi dari tes

Klasifikasi reliabilitas butir soal dapat dilihat pada tabel 3.5

Table 3.5 Klasifikasi reliabilitas butir soal

Reliabilitas Kategori

0,00-0,20 Sangat Rendah

0,21-0,40 Rendah

0,41-0,60 Sedang

0,61-0,80 Tinggi

0,81-1,00 Sangat Tinggi

Tes dinyatakan reliable/reliabilitas tinggi jika kriteria pengujian

0,41 r11 1,00 (Arikunto,2007).

3.10.2 Analisis Data Hasil Penelitian

3.10.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan

kelas kontrol setelah dikenal perlakuan berdistribusi normal atau tidak. Untuk

menguji normalitas, data yang digunakan adalah nilai semester gasal dan uji yang

digunakan adalah uji Chi-Kuadrat, dengan hipotesis sudjana (2005)

H0 : data berdistribusi normal

H1 : data tidak berdistribusi normal


47

( )
=∑ …………………….............……......(3.6)

Keterangan:

= Chi Kuadrat

= Frekuensi hasil pengamatan

= Frekuensi yang diharapkan

Kriteria yang digunakan diterima = hitung < tabel. Adapun langkah-langkah

uji normalitas data awal sebagai berikut:

a. Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah.

b. Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.

c. Menghitung rata-rata dan simpangan baku.

d. Membuat tabulasi data ke dalam interval kelas.

e. Menghitung nilai Z dari setiap batas kelas dengan rumus sebagai berikut:

̅
=

f. Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan

tabel

g. Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva dengan rumus sebagai

berikut:

( )
=∑

Keterangan:

= Chi Kuadrat
48

= Frekuensi hasil pengamatan

= Frekuensi yang diharapkan

K = Banyaknya interval kelas

Kriteria yang digunakan pada dk = (k-3) dan peluang (1- ) dengan taraf

nyata = 0,05 yaitu :

 jika x2 hitung < x2 tabel maka data berdistribusi normal,

 jika x2 hitung > x2tabel maka data tidak berdistribusi normal.

3.10.2.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah suatu data yang diperoleh

dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diambil dari data hasil

belajar fisika homogen atau tidak homogen. Maka analisis pengujian homogenitas

pada suatu sampel yang diambil dapat dilakukan dengan menggunakan rumus uji

F (Kesamaan dua variansi) dengan rumus yaitu: (Sugiyono, 2014)

F = ………………………..…………………………………..(3.7)

Keterangan:

= Variansi terbesar

= Variansi terkecil

 Jika Fhitung > Ftabel, maka data tidak homogen

 Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka data homogen

Data dikatakan homogen jika Fhitung F (1-1/2 ) (VI : V2) dengan taraf

signifikansi = 0,1.
49

3.10.2.3 Uji Hipotesis

Pengujian kebenaran hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan uji

statistik parametrik uji-t untuk melihat data yang berdistribusi normal dan

homogen. Jika data berdistribusi normal tetapi tidak homogen maka perlu

dilakukan uji non-parametrik. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan uji statistik parametrik melalui uji t dua pihak. (Sugiyono, 2014)

̅ ̅
= ………………………….………..…………….(3.8)

Dimana:

( ) ( )
S=√ ………………………………………………(3.9)

Keterangan :

̅ Skor rata-rata kelas eksperimen

̅ Skor rata-rata kelas kontrol

: Jumlah siswa kelas eksperimen

: jumlah siswa kelas kontrol

: Simpangan baku

: Variansi kelompok eksperimen dengan pendekatan inkuiri berbasis

eksperimen dengan menggunakan media sederhana

: Variansi kelompok eksperimen dengan pendekatan Open-Ended

Dengan pasangan hipotesis sebagai berikut:

a. H0 : = Tidak terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara kelas

menggunakan pendekatan inkuiri berbasis eksperimen dengan menggunakan


50

media sederhana dengan kelas yang menggunakan pendekatan Open-Ended

Problem pada siswa kelas XI IPA MAN Insan Cendekia Kota Palu.

b. H0 : terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara kelas yang

menggunakan pendekatan inkuiri berbasis eksperimen dengan menggunakan

media sederhana dengan kelas yang menggunakan pendekatan Open-Ended

Problem pada siswa kelas XI IPA MAN Insan Cendekia Kota Palu. Dengan

kriteria pengujian adalah: diterima H0 jika –(t1 - ) (t1 - ) dimana t1 -

didapat dari daftar distribusi t dengan (dk = n1 + n2 - 2) dan peluang (1 - ).

Untuk harga t lainnya H0 ditolak (Sudjana, 2005).

Jika terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara peserta didik yang

menggunakan pendekatan inkuiri berbasis eksperimen dengan menggunakan

media sederhana dengan peserta didik yang menggunakan pendekatan Open-

Ended , maka dapat diketahui bahwa pendekatan inkuiri berbasis eksperimen

dengan menggunakan media sederhana berpengaruh terhadap hasil belajar peserta

didik.
DAFTAR PUSTAKA

Sutrisno. (2006). Fisika dan Pembelajarannya. Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan UPI, 1-24.

Pratama, N. Septa. (2015). Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika Berbasis

Higher Order Thinking ( HOTS ). Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan

Fisika (SNFPF), 6(1), 104–112.

Purwanto, A. (2013). Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Negeri 8 Kota

Bengkulu dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing dalam

Pembelajaran Fisika. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 10(2), 133-

135.

Wahyuni, P., Sarwanto, & Masykuri. (2013). Dengan Menggunakan Media Kit

Listrik Paket Dan Swakarya Ditinjau Dari Kreativitas. Jurnal Inkuiri, 2(1),

43–56.

Purniadi, Puta. (2017). Penerapan Pendekatan Inkuiri pada Mata Pelajaran IPA

untuk Mengembangkan Karakter Siswa di SDN 01 Kota Bangun.

Muallimuna, Jurnal Madrasah Ibtidaiyah. 3(1), 29-30.

51
Tegar Ananda, et al. (2016). Penerapan Pendekatan Inkuiri Dalam Pembelajaran

Matematika Di Sekolah Dasar. UPI. Jurnal Pendidikan UPI.

Mahmuddin. (2009). Pembelajaran Berbasis Peta Pikiran (Mind Mapping).

Tersedia : http://mahmuddin.wordpress.com/2009/12/01. [22 Februari

2020].

Prasetyo, Zuhdan K, dkk . (2006). Kapita Selekta Pembelajaran Fisika. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Sugihartono,.dkk. (2013). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press

Sukmadinata. (2010). Metode penenelitian pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sugiono. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Udin S. (2001). Model-model pembelajaran Inovatif. Universitas Terbuka,

Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. (1989). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Anda mungkin juga menyukai