Anda di halaman 1dari 20

FISIKA INSTRUMEN

DOSEN PENGAMPU :
Ielda Paramitha, S.Pd., M.Pd

FEGI
A 241 17 003

“TERMINOLOGI DALAM PENGUKURAN”


&
“STANDAR PENGUKURAN DAN METODA KALIBRASI”
Prodi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako
Pada dasarnya pengukuran bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai
sifat-sifat fisik,kimia dan biologi dari suatu benda atau suatu
keadaan/proses, atau untuk mengatur sesuai dengan informasi yang diinginkan

Bantuan alat atau dalam hal ini alat ukur dan instrumen diperlukan untuk
mentransformasikan informasi tersebut secara kualitatif dan kuantitatif untuk
ditanggapi oleh indera manusia.
 Kemampuan dari alat ukur untuk
memberikan indikasi pendekatan terhadap
TERMINOLOGI
harga sebenarnya dari obyek yang diukur.
DALAM
(Semua alat ukur dapat diklasifikasikan
PENGUKURAN
dalam tingkat atau kelas yang berbeda-
beda, tergantung pada akurasinya).
1.Ketelitian  Kedekatan nilai-nilai pengukuran individual
(accuracy) yang didistribusikan sekitar nilai rata-
ratanya atau penyebaran nilai pengukuran
2.Ketepatan individual dari nilai rata-ratanya.
(precision)  Perbandingan antara sinyal keluaran atau
respon instrumen terhadap perubahan
3.Sensitivitas variabel masukan yang diukur.
(sensitivity)
 Kemampuan alat ukur untuk
TERMINOLOGI menunjukkan hasil yang
DALAM sama dari proses pengukuran
PENGUKURAN
yang dilakukan berulang-
ulang dan identik.
4. Repeatabilitas  Penyimpangan variabel yang
(repeatability)
diukur dari nilai sebenarnya.
5. Kesalahan  Perubahan terkecil pada nilai
(error) yang diukur dari respon suatu
6. Resolusi instrumen.
(resolution)
 Serangkaian kegiatan untuk menentukan
kebenaran konvensional penunjukan alat
TERMINOLOGI ukur atau menujukkan nilai yang diabadikan
DALAM bahan ukur dengan cara membadingkannya
PENGUKURAN dengan standar ukur yang tertelusuri ke
standar nasional dan/atau international.
 Suatu harga yang ditambahkan secara
7.Kalibrasi aljabar pada hasil dari alat ukur untuk
(calibration) mengkompensasi penambahan kesalahan
sistematik.
8. Koreksi  Terkaitnya hasil pengukuran pada standar
(correction) nasional/internasional melalui peralatan ukur
yang kinerjanya diketahui, standar- standar
9.Ketertelusuran yang dimiliki laboratorium tempat pengukuran
(traceability) dilakukan dan kemampuan personil lab.
tersebut.
 Kesanggupan alat ukur untuk
TERMINOLOGI melaksanakan fungsi yang disyratkan
DALAM untuk suatu periode yang ditetapkan
PENGUKURAN  Perkiraan atau taksiran rentang dari nilai
pengukuran dimana nilai sebenarnya
dari besaran obyek yang diukur
10.Kehandalan (measurand) terletak.
(reliability)
 Bagian dari alat ukur untuk mengubah
11.Ketidakpastian atau mengkonveksikan suatu bentuk
Pengukuran energi atau besaran fisik yang
(uncertainty) diterimanya (sensing elemen) kedalam
bentuk energi yang lain, sehingga
12. Transduser mudah diolah oleh peralatan berikutnya
 Bagian/elemen dari alat ukur
TERMINOLOGI yang secara langsung
DALAM berhubungan dengan obyek
PENGUKURAN yang terukur (elemen perasa).
 Besar daerah ukur antara batas
13. Sensor ukur bawah dan batas ukur atas.
14. Rentang  Beda modulus antara dua batas
ukur (range) rentang nominal dari alat ukur,
Contoh : Rentang nominal – 10V
15. Jangkauan sampai 10 Volt. Jangkauan 20V
(span)
Standar pengukuran merupakan
pernyataan fisis dari sebuah satuan
pengukuran. Dengan adanya satuan
dasar dan turunan dalam pengukuran,
terdapat beberapa jenis standar
pengukuran yang di kelompokkan
m e n u r u t f u n g s i d a n p e m a k a i a n ny a .
Pada awal perkembangan teknik pengukuran, dikenal dua
sistem satuan yaitu sistem metrik (dipelopori Perancis sejak 1795)
A. Standar dan sistem CGS (centimeter-gram-second) yang dipelopori oleh
Amerika Serikat dan Inggris (kedua Negara ini juga menggunakan
Internasional sistem metrik untuk kepentingan internasional). Dan sejak tahun
1960 dikenalkan Sistem Internasional (SI Unit) sebagai kesepakatan
internasional. Standar internasional didefinisikan oleh perjanjian
internasional karenanya disebut juga standar konvensional. Definisi
standar di bawah ini diacu dari The international System Unit (SI)
cetakan ke 7 tahun 1998 (BIPM), Sistem Satuan Internasional (nama
aslinya dalam bahasa Perancis: Système International
d'Unités atau SI) adalah sistem satuan atau besaran yang paling
umum digunakan. Pada awalnya sistem ini merupakan sistem MKS,
yaitu panjang (meter), massa (kilogram), dan waktu (detik/sekon).
Sistem SI ini secara resmi digunakan di semua negara di
dunia kecuali Amerika Serikat (yang menggunakan Sistem
Imperial), Liberia, dan Myanmar.Dalam sistem SI terdapat 7 satuan
dasar/pokok SI dan 2 satuan tanpa dimensi. Selain itu, dalam sistem
SI terdapat standar awalan-awalan (prefix) yang dapat digunakan
untuk penggandaan atau menurunkan satuan-satuan yang lain.
Secara praktis besaran listrik yang sering No Besaran Nama Lambang Simbol
pokok unit unit besaran
digunakan adalah volt, amper, ohm, henry 1 Panjang Meter m l
dsb. Kini sistem SI sudah membuat daftar 2 Massa Kilogram kg m
3 Waktu Sekon s t
besaran, satuan dan simbol dibidang
4 Suhu Kelvin K T
kelistrikan dan kemagnetan yang berlaku 5 Arus listrik Ampere A i
internasional. 6 Intensitas Kandela cd j
cahaya
7 Jumlah Mol Mol n
Ukuran Standar Kelistrikan molekul
Ukuran standar dalam pengukuran sangat *Dua satuan SI tanpa dimensi adalah Radian (rad)
penting, karena sebagai acuan dalam dan Steradian (sr).
peneraan alat ukur yang diakui oleh
komunitas internasional. Ada enam besaran
yang berhubungan dengan kelistrikan yang
dibuat sebagai standart, yaitu standar amper,
resistansi, tegangan, kapasitansi, induktansi,
kemagnetan dan temperatur.
Standar primer adalah turunan pertama dari
standar internasional yang merupakan standar tertinggi di
B. Standar suatu negara (Standar Nasional). Prototip standar primer
Primer untuk masing-masing besaran adalah sebagai berikut:
· Prototip standar primer untuk massa dan dimensi sama
dengan standar internasionalnya.
· Prototip untuk standar primer waktu adalah sebuah jam
atom yang didasarkan pada waktu peralihan atom
cesium.
· Prototip standar primer untuk kuat arus adalah standar
primer resistor dan standar primer tegangan.
· Prototip standar primer suhu adalah termometer tahanan
platina. Tahun 1927 IPTS (International Practical of
Temperature Scale) menyetujui penggunaan skala praktis
untuk pengukuran suhu.
· Prototip standar primer kuat cahaya adalah alat
pengukur kekuatan radiasi optik dengan metode
radiometri.
Standar sekunder
C. Standar
merupakan turunan dari standar
Sekunder
primer yang disimpan atau
dipelihara di berbagai industri alat
ukur atau di laboratorium kalibrasi.
Standar sekunder dapat diproduksi
dan di gunakan untuk kalibrasi alat
standar dibawahnya. Standar
sekunder waktu berupa alat yang
disebut frequency counter dijual
secara bebas.
Standar kerja adalah standar
D. Standar kalibrasi yang digunakan untuk
Kerja mengkalibrasi alat ukur atau alat uji.
Dengan kata lain standar kerja
merupakan Standar yang dikalibrasi
dengan standar lain dan digunakan
secara kontinu untuk mengkalibrasi
dan mengecek alat ukur atau
material yang diukur. Standar kerja
sering disebut sebagai kalibrator
karena digunakan untuk memeriksa
dan mengkalibrasikan instrumen-
instrumen laboratorium yang umum.
1 . JANGKA SORONG
2 . MIKROMETER SEKRUP
3 . MULTIMETER
4 . OSILOSKOP
5 . NERACA OHAUS
Jangka sorong merupakan salah satu alat ukur dengan tingkat
ketelitian 0.05 mm dan 0.02 mm. Ukuran ketelitian Jangka Sorong
1. Jangka biasanya dituliskan pada alat, namun ada juga yang tidak
Sorong dituliskan. Untuk mengetahui berapa ketelitian Jangka Sorong
adalah dengan menghitung jumlah strip dari 0 sampai 1 atau dari 1
sampai 2 pada Skala Geser (Kaliper).

Cara mengkalibrasi jangka sorong tidaklah sulit, namun


membutuhkan ketelitian. Berikut langkah – langakah mengkalibrasi
jangka sorong.
a.Bersihkan jangka sorong dari kotoran yang menempel,
b.Longgarkan baut pengunci jangka sorong,
c.Geser rahang caliper dan rahang geser sehingga saling
berhimpit,
d.Lakukan pembacaan kalibrasi seperti berikut ini:
– Strip Angka NOL (0) awal pada Skala Geser tepat segaris strip
Angka NOL (0) pada Skala Utama.

– Strip Angka NOL (0) akhir pada Skala Geser tepat segaris salah
satu strip pada Skala Utama.
e.Jika kondisi tersebut tidak tercapai, maka lakukan hal
berikut :
– Jika pembacaan kalibrasi melebihi nilai seharusnya,
dalam arti Strip 0 awal pada Skala Gesermelewati Strip 0
pada Skala Utama, maka bersihkanlah kembali Jangka
Sorong terutama dari debu dan karat pada bagian-
bagian yang bergeser.

– Jika pembacaan kalibrasi kurang dari nilai seharusnya,


dalam arti Strip 0 awal pada Skala Geser belum mencapai
Strip 0 pada Skala Utama, maka lakukanlah pembacaan
selisih pergeserantersebut dengan mencari strip pada
Skala Geser yang segaris dengan strip pada Skala Utama.
Bacalah selisih pergeseran tersebut dengan hitungan
mundur. Artinya jika strip pada Skala Geseryang segaris
dengan strip pada Skala Utama menunjukkan pada
angka 0.85 mm, maka selisihpergeseran tersebut adalah
0.15 mm dari Nilai 0 Skala Utama. Selanjutnya apabila alat
tersebutdigunakan untuk mengukur, maka hasil
pengukuran harus ditambah dengan 0.15 mm.
Mikrometer sekrup memiliki tingkat
ketelitian yang lebih bagus dibandingkan dengan
2. Mikrometer jangka sorong, sebab tingkat ketelitian mikrometer
Sekrup berkisar antara 0.001 mm. Oleh sebab itu,
diperlukan kalibrasi untuk memastikan standar
pengukuran tetap sesuai dengan standarisasi.
Berikut tahap – tahap dalam mengkalibrasi
mikrometer sekrup :

–Pengunci dalam keadaan terbuka.


–Angka nol pada Skala putar tepat pada sumbu
skala utama.
–Apabila angka nol pada skala putar belum tepat
pada sumbu utama mengkalibrasi dengan cara
memutar lubang yang ada dibagian skala utama
dan pada bagian dekat rapid drive (gigi pemutar)
pada mikrometer sekrup menggunakan alat
pemutar.
Langkah dalam meng-kalibrasi Multimeter :

3. Multimeter 1. Jarum penunjuk meter diperiksa apakah


sudah tepat pada angka 0;
2. Jika belum putar sekrup pengatur
kedudukan jarum penunjuk meter ke kiri
atau ke kanan dengan menggunakan
obeng pipih (-) kecil;
3. Pasang Probe pada konektor + dan –;
4. Putar range selektor switch ke skala
Ohmmeter;
5. Tempelkan probe + ke probe – agar
terjadi Short Circuit;
6. Pastikan jarum penunjuk sudah mengarah
ke nol pada skala ohmmeter atau
tidak, jika belum maka putar zero
adjustment agar jarum menunjuk ke nol.
 Sebelum menggunakan osiloskop perlu dilakukan kalibrasi
untuk mendapatkan hasil pengukuran yang tepat.
Proses kalibrasi dilakukan dengan:
4. Osiloskop
1. Siapkan osiloskop beserta probe
2. Pastikan osiloskop sudah terhubung dengan sumber
daya
3. Pasang probe pada salah satu channel yang akan
dikalibrasi
4. Tekan tombol on.
5. Posisikan sinyal pada titik nol Vpp (horizontal)
6. Pasang ujung probe pada titik kalibrasi dan baca nilai
Vpp yang tertera pada titik kalibrasi, dan cocokkan
dengan hasil pembacaan.
7. Putar potensiometer pada Vol/div untuk mengatur
amplitudo.
8. Ketika amplitudo hasil pembacaan sudah sama dengan
nilai Vpp pada titik kalibrasi, maka osiloskop sudah siap
digunakan.
 Sebelum melakukan penimbangan,
5. Neraca neraca ohaus terlebih dahulu harus
Ohaus dikalibrasi agar hasil penimbangan
nantinya dapat akurat. Untuk
melakukan kalibrasi, pertama
letakan semua anting pada lengan
neraca di titik terendah dari skala
yang ditunjukan. Kemudian putar
sekrup atau tombol kalibrasi yang
letaknya berada di bawah tempat
beban. Putar sekrup hingga neraca
mencapai garis kesetimbangan
(titik 0). Setelah itu, neraca ohaus
siap digunakan.

Anda mungkin juga menyukai