Anda di halaman 1dari 53

Proposal Penelitian

PENELITIAN PENGAJARAN FISIKA

‘’ Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis E-Learning Berbantu AppYet

Web Untuk Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Mata Pelajaran Fisika Materi

Usaha di Kelas VII-1 SMP N 8 Kota Gorontalo ”

Diajukan untuk memenuhi nilai UTS Penelitian Pengajaran Fisika

OLEH

NAMA : CINDY REGINA LIPUTO

NIM : 421418013

KELAS : A-S1 PENDIDIKAN FISIKA 2018

DOSEN : TRISNAWATY JUNUS BUHUNGO S.Pd, M.Pd

PRODI S1-PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik dan hidayah-Nya
kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan proposal penelitian ini. Shalawat dan salam
selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW dan para sahabat dari
dulu, sekarang hingga ahir zaman.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada tim
dosen pembimbing dan serta teman-teman yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya
kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan proposal ini yang berjudul “Pengembangan
Media Pembelajaran Interaktif Berbasis E-Learning Berbantu AppYet Web Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Mata Pelajaran Fisika Materi Usaha di Kelas
VII-1 SMP N 8 Kota Gorontalo” karena telah menyelesaikan proposal penelitian yang
merupakan tugas dan kewajiban kami sebagai mahasiswa.
Dalam proposal penelitian ini saya menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan, “Bahwa tidak ada gading yang tak retak dan bukanlah gading kalau tidak retak”
oleh karena itu dengan segala kerendahan hati mohon kritik dan saran demi kesempurnaan
proposal penelitian ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT, kami berserah diri. Semoga laporan ini dapat
menambah wawasan dan memberi manfaat bagi semua. Amin, Ya Rabal ‘Alamiin.

Gorontalo, November 2020

Cindy Regina Liputo

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1,1 Latar Belakang............................................................................................ 5
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 5
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 5
1.4 Manfaat....................................................................................................... 5
BAB 2 LANDASAN TEORI................................................................................ 7
2.1 Kajian Teori................................................................................................ 7
2.2 Penelitian Yang Relevan........................................................................... 34
2.3 Kerangka Berfikir...................................................................................... 35
BAB 3 METODE PENELITIAN....................................................................... 37
3.1 Jenis Penelitian.......................................................................................... 37
3.2 Model Penelitian....................................................................................... 39
3.3 Prosedur Penelitian.................................................................................... 39
3.4 Subjek, Lokasi, dan Tempat Penelitian..................................................... 41
3.5 Variabel Penelitian.................................................................................... 41
3.6 Populasi dan Sampel................................................................................. 41
3.7 Instrumen Pengumpulan Data................................................................... 42
3.8 Teknik pengumpulan Data........................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok

orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan,

proses, cara, dan perbuatan mendidik. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

2002 : 263).

Pada masa milenial sekarang para siswa cenderung telah bosan dengan model

pembelararan yang hanya begitu saja yang tentu hal ini dapat menuruntkan keaktifan

siswa yang telah tidak tertarik pada proses belajar itu sendiri hal in tentu dapat menjadi

kendala bagi seorang guru untuk melakukan pembelajaran salah satu kasusnya yaitu

terdapat pada SMPN 8 Kota Gorontalo yang tingkat keaktifan siswanya sangat rendah

dan membuat tidak sedikit siswa justru keluar dari kelas pada saat ada proses

pembelajaran yang tentu hal ini membuat para siswa kurang ilmu pengetahuan dan

sikapnya.

Perkembangan IPTEK yang sangat pesat pada masa kini mempengaruhi hampir

seluruh aktivitas yang ada di dunia. Oleh karenanya, banyak inovasi-inovasi yang

tercipta untuk membantu pekerjaan agar cepat lebih mudah dan cepat selesai. Jika dahulu

orang-orang belajar di sekolah menggunakan papan tulisd dengan menggunakan kapur

sedangkan di jaman teknologi sekarang papa yang di gunakan lebih banyak memakai

spidol yang notabene warna dari spidol tersebut lebih beragam dan lebih tajam serta pada

jaman sekarang banyak pula pembelajaran menggunakan proyektor hal ini tentu dapat

membantu dikarenakan guru tak perlu lagi menulis materi di papan hanya menulis yang

perlu di jelaskan, contoh lainya ada di bidang informasi yang mana dulu ketika ingin

memperoleh infrmasi dengan mendengar radio atau menonton tv, sekarang dengan

4
berselancar di internet sepersekian detik kita sudah menemukan informasi yang

diinginkan.

Perkembangan IPTEK mempengaruhi berbagai dimensi kehidupan mulai dari

infrastruktur,transportasi bahkan sampai dengan militer, tak terkecuali pada bidang

pendidikan. Sedikit banyak perkembangan IPTEK memberikan berbagi kontribusi yang

positif dalam bidang pendidikan banyak contoh yang bisa di ambil dari kemudahan

pendidikan di akibatkan perkembangan IPTEK yang semakin berkembang yang paling

banyak dan laris sekarang adalah les privat secara online hal ini tentu dapat tercapai

akrena adanya kemajuan IPTEK dalam bidang komunikasi sehingga memudahkan suatu

pembelajran secara daring.

Kemajuan suatu negara tak lepas dari pengaruh perkembangan pendidikan di negara

itu sendiri. Perkembangan IPTEK dapat membawa suatu bangsa untuk lebih maju.

Sehingga salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam memajukan bangsa yaitu dengan

meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dengan meningkatkan mutu

pendidikan.

Ada berbagai cara yang di lakukan oleh pemerintah dalam upaya perkembangan

mutu pendidikan mulai dari melakukan perubahan kurikulum,memperbaik kualitas guru

sampai dengna memberikan inovasi-inovasi dengan memanfaatkan perkembangan

IPTEK hal ini tentunya bisa di lihat dengan penggunaan berbagai aplikasi yang di

kembangkan untuk mempermudah proses pembelajaran serta dapat membuat proses

pembelajaran tersebut makin menarik dan diminati.

Berkat adanya aplikasi-aplikasi sebagai bagian dari perkembangan IPTEK itu

sendiri memudahkan kita untuk belajar jarak jauh, sehingga tak perlu dilakukan cuti

pendidikan. Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan

didorong untuk mampu mengembangkan potensi yang ada dalam diri setiap siswa.

5
Mutu pendidikan adalah kemampuan sistem pendidikan, baik dari segi pengelolaan

maupun dari segi proses pendidikan itu sendiri, di arhkan secara efektif untuk

meningkatkan nilai tambah dari faktor-faktor input (besarnya kelas sekolah, guru, buku

pelajaran, situasi belajar dan kurikulum, manajemen sekolah, keluarga) agar

menghasilkan out-put setinggitingginya.

Strategi peningkatan mutu pendidikan adalah usaha yang dilakukan dalam perbaikan

kualitias dari mutu pendidikan yang dapat dilakukan dengan cara melakukan inovasi-

inovasi dalam pembelajaran, inovasi-inovasu tersebut bisa dilakukan dengan berbagai

cara yang antara lain seperti melakukan proses belajar mengajar dengan diskusi yang

tetnu dapat meransang para siswa untuk dapat berfikir kritis serta dapat meransang siswa

tersebut untuk bisa berbicara di depan umum, seiring perkembangan teknologi strategi

peningkata mutu pembelajaran tidak hanya dilakukan dengan perubaha metode belajar

penggunaan teknologi yang mempermudah proses belajar mengajarpun bisa dilakukan

satu satu contoh penggunaan teknologi dalam strategi pembelajaran adalah dengan

penggunaan media pembelajran interaktif.

Media pembelajaran interaktif diyakini dapat meningkatkan minat belajar siswa

karena tampilan yang menarik dan dilengkapi dengan gambar bergerak serta audio dapat

menimbulkan ketertarikan di diri siswa untuk memperhatikan apa yang disajikan dalam

media pembelajaran ini sehingga efektifitas dalam belajar siswa makin meningkat serta

dengan adanya gambar dan audio dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam

menyerap materi yang disuguhkan di dalam media pembelajaran interaktif.

Perkembangan mobile smartphone sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang berkembang pesat beberapa tahun kebelakang. Banyaknya inovasi-

inovasi dari teknologi dan aplikasi diciptakan sebagai wujud dukungan dan untuk

6
membantu aktivitas ataupun pekerjaan kehidupan manusia tak terkecuali untuk aktivitas

pembelajaran di dunia pendidikan.

Penggunaa gawai sebagai media dalam pembelajaran interaktif menjadi salah satu

pilihan yang menjajikan dikarenakan mayoritas anak pada usia smp-sma sudah mahir

dalam menggunakan gawai sehingga ketertarikan para siswa untuk melakukan

pembelajaran makin meningkat serta penggunaan gawai juga agar mempermudah siswa

dalam mengakses media interaktif yang diberikan selain mempermudah akses

penggunaan gawa juga bertujuan agar siswa dapat membuka media interaktif dimana

saja dan kapan saja.

Media yang diguanakan untuk membantu proses pembelajaran seperti radio, koran,

majalah, dan video dimasa sekarang menimbulkan kebosanan di diri siswa. Sedangkan

adanya alat peraga yang cenderung ketinggalan jaman sudah kurang diminati oleh para

siswa milenial yang lebih condong untuk memperlari sesuatu dengan menggunakan

teknologi yang canggih seperti mobile smartphone. Oleh karenanya kreativitas pendidik

sangat dibutuhkan untuk memanfaatkan teknologi yang ada dengan baik dan efetik .

Oleh karenanya pendidik dituntut untuk mengusai teknologi android untuk

mengembangkan media pembelajaran bahkan untuk menjadikan android sebagai media

pembelajaran. Tujuan dalam penguasaan ini untuk memudahkan proses pembelajaran

dengan memanfaatkan perkembangan IPTEK yang sejalan dengan tujuan pendidikkan

itu sendiri serta juga bertujan dalam menghadapi revolusi industri 4.0 .

Dengan pembuatan media pembelajaran interaktif yang saya buat diharapkan agar

mutu pendidikan semakin berkembang dan saya berharap dengan adanya media

pembelajaran interaktif ini dapat memotivasi siswa dalam minat belajar yang nantinya

dapat meningkatkan pemahaman para siswa dalam menyerap materia yang diberikan di

dalam media interaktif yang saya buat.

7
Dalam rangka peningkatan keaktifan siswa di dalam kelas kali ini saya membuat

sebuah media interaktif dengan aplikasi media interaktif dengan menggunakan software

AppYet web diharapkan dapat meningkatkan keaktfian siswa di dalam kelas sehingga

proses pembelajaran dapat berlansung dengan baik dan tidak kaku dan monopon serta

dapat membuat proses belajar menjadi menyenangkan dan tidak membosankan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat kelayakan media pembelajaran interaktif berbasis e-

learning berbantu Appyet web pada materi usaha mata pelajaran fisika di kelas

VII-1 SMP N.8 Kota Gorontalo?

2. Bagaimana tingkat keaktifan siswa setelah menggunakan media pembelajaran

interaktif berbasis e-learning berbantu Appyet web di kelas VII-1 SMP N.8

Kota Gorontalo?

1.3 Tujuan

1. Mendeskripsikan tingkat keefektifan media pembelajaran interaktif berbasis

android berbantu Appyet web di kelas VII SMP N.8 Kota Gorontalo.

2. Mendeskripsikan tingkat keaktifan siswa setelah menggunakan media

pembelajaran interaktif berbasis android berbantu Appyet web di kelas VII-1

SMP N.8 Kota Gorontalo.

1.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Dalam penelitian ini, peneliti berharap agar para pembaca mendapatkan ilmu yang

bermanfaat mengenai media pembelajaran interaktif yang digunakan untuk membantu

proses pembelajaran di sekolah menengah pertama (SMP) terutama pada mata pelajaran

fisika.

8
2. Manfaat Praktis

Berdasarkan kepraktisan aplikasi, penelitian ini bermanfaat bagi guru, siswa, dan

peneliti.

1. Bagi siswa, penelitian ini bermanfaat untuk membantu memahami isi materi

dengan suasana yang baru, dengan aplikasi android yang ada pada gawai

sehingga dapat dibawa dan belajar dimana dan kapan saja.

2. Bagi guru, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pilihan dalam inovasi

yang pembelajaran yang mudah dan praktis.

3. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetauan dan

wawasan mengenai media pembelajaran interaktif.

9
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pendidikan dan Tujuan Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan negara (UU. RI No. 20 Th. 2003).

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan, proses, cara, dan perbuatan mendidik. (Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional. 2002 : 263).

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas seseorang

yang sangat berpengaruh dalam peningkatan mutu sumber daya manusia (SDA).

Pendidikan merupakan suatu tahapan yang dilakukan untuk mengubah kepribadian

seseorang yang dilakukan secara berkelanjutan dan bertahap agar untuk dapat

mencapai suatu standar atau ketentuan yang telah dibuat sebagai upaya dalam

peningkatan kualitas suatu individu yang baik.

2.1.2 Belajar dan Pembelajaran Pembelajaran

Belajar menurut Skinner dalam Belajar Dan Pembelajaran (2009:9) adalah suatu

perilaku. Dimana pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik.

Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun, Belajar menurut

Muhibbinsyah (2010:87). “belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan

10
unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

pendidikan. Ini berarti berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat

bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah

maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri”.

Menurut Hintzman belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri

manusia disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku

manusia (Muhibbin Syah, 2005:90). Kegiatan belajar merupakan unsur yang sangat

mendasar dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Jadi perubahan

yang ditimbulkan oleh pengalaman baru dapat dikatakan belajar apabila

mempengaruhi prilaku dalam kehidupan sehari-hari sampai batas tertentu.

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi

dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor (Mayer,

2008: 7).

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan

sebuah tahapan dalam merubah perilaku atau karakter melalui proses latihan dan

pengalaman. Dalam mendapatkan sebuah pelatihan dan pengalaman guru berperan

sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar. Perubahan karakter atau tingkah laku

antara lain berupa fisik atau mental.

Sementara itu, Chauhan (1979: 4) mengatakan bahwa pembelajaran adalah

upaya dalam memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan

kepada siswa agar terjadi proses belajar, lebih lanjut Chauhan, (1979: 4)

mengungkapkan bahwa, “learning is the process by which behavior (in the broader

11
sense) is or changed through practice or training” (Belajar adalah proses perubahan

tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan).

Adapun pengertian pembelajaran itu sendiri adalah kombinasi yang tersusun

meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang

saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Gerry & Kingsley dalam

Snelbecker,1980:12).

Pengertian lain pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru

untuk membelajarkan siswa dalam belajar, bagaimana belajar memperoleh dan

memproses pengetahuan, ketrampilan dan sikap (Gagne & Briggs,1979: 3).

Dari beberapa penjelasan pendapat diatas mengenai pembelajaran dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran adalah segala rangkaian kegiatan timbal balik yang

beredukasi antara pengajar (guru) dan pelajar (siswa) dengan acuan tujuan antara

lain : pengetahuan, sikap ataupun keterampilan.

Pentingnya guru dalam memiliki dan menguasai teknik pengelolaan kelas

dikarenakan pembelajaran merupakan salah satu tahapan pengalaman belajar siswa

yang yang ditandai dengan perubahan perilaku siswa. (Sunaryo dan Nyoman, 1996:

75) Dampak pembelajaran dapat dibedakan ke dalam bentuk langsung atau proses

interaksi antara guru dan peserta didik, antara peserta didik dengan iklim atau suasana

belajar yang dikembangkan. Hal ini diperlukan supaya sistematik yang berkaitan

dengan pengembangan lingkungan belajar yang diciptakan oleh guru agar tujuan

pembelajaran tercapai.

Sunaryo dan Nyoman Dantes (1996/a1997a:75) menyebutkan: “Dampak

pembelajaran dapat dibedakan ke dalam dampak langsung atau dampak instruksional

dan dampak tak langsung atau dampak kegiatan pembelajaran yang telah

12
diprogramkan semula. Sedangkan dampak iringan muncul sebagai pengaruh dari atau

terjadi sebagai pengalaman dari lingkungan belajar”. Menurut Sunaryo (1988: )

bahwa: setiap guru akan menghadapi dua masalah pokok, yaitu masalah pengajaran

dan masalah manajemen

Dimyati dan Mudjiono tersebut, Sardiman (Yensy. B, 2012: 29)

menjelaskan penggolongan kegiatan siswa yang termasuk dalam aktifitas

belajar antara lain sebagai berikut:

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,

memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening activities,sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,

angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya : menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,

berternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa tidak

bosan, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

13
2.1.3 Interaksi dan Motivasi Pembelajaran Siswa

Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan

berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001:98).

Keaktifan Siswa Secara harafiah keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti

sibuk, giat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988: 17). Aktif mendapat awalan ke-

dan akhiran-an, sehingga menjadi keaktifan yang mempunyai arti kegiatan atau

kesibukan. Jadi, keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam

kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di luar sekolah yang menunjang

keberhasilan belajar siswa.

Silberman (2007: 1) Kekatifan belajar adalah belajar yang meliputi berbagai

cara untuk membuat siswa aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang

membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berpikir

tentang materi pelajaran.

Keaktifan Belajar Siswa Menurut Riswanil dan Widayati (2012:7)

Keaktifan belajar siswa adalah aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar

yang melibatkan kemampuan emosional dan lebih menekan pada kreativitas

siswa, meningkatkan kemampuan minimalnya, serta mencapai siswa yang kreatif

serta mampu menguasai konsep-konsep.

Menurut Riswanil dan Widayati (2012 : 7) keaktifan belajar siswa yaitu

aktivitas siswa dalam proses belajar yang melibatkan kemampuan emosional dan lebih

menekankan pada kreativitas siswa, meningkatkan kemampuan yang dimiliki, serta

mencapai siswa yang kreatif dan mampu menguasai konsep-konsep.

Menurut Hamdani (2011: 48) pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang

bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Untuk mencapai keterlibatan siswa

14
agar efektif dan efisien dalam belajar, dibutuhkan berbagai pendukung di dalam

proses pembelajaran, yaitu dari sudut siswa, guru, situasi belajar, program belajar dan

dari sarana belajar.

Menurut Ahmad (2019: 176) keaktifan belajar merupakan suatu hal yang sangat

berperan penting di dalam setiap peroses belajar mengajar. Dengan adanya daya

keaktifan dari siswa di dalam proses pembelajaran, maka siswa sebgai peserta didik

akan lebih cenderung akan memiliki rasa ketertarikan dan semangat yang tinggi dalam

mengikuti proses kegiatan belajar mengajar.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan suatu unsur penting

yang didalamnya berisikan segala aktivitas timbal balik antara siswa dan guru .

Keaktifan suatu pembelajaran sebagai salah satu tolak ukur dalam mengukur

seberapa berhasilkah pembelajaran itu.

Diedrich dalam Rohani, (2004:9), membagi keaktifan belajar siswa menjadi 6

kelompok, yaitu : 1. Keaktifan fisual berhubungan dengan membaca, memperhatikan

gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, mengamati orang lain bekerja, dan

sebagainya. 2. Keaktifan lisan (berbicara), yaitu keaktifan dalam penyampaian pokok-

pokok pikiran secara teratur dan bermakna dengan cara mengeluarkan bunyi-bunyi

ataupun kata-kata melalui alat ucap manusia. 3. Keaktifan mendengarkan

(menyimak). Keaktifan mendengarkan berhubungan dengan usaha secara sadar untuk

mendengarkan bukan hanya kata-kata yang diucapkan orang lain, tetapi yang lebih

penting ialah berusaha memahami pesan yang disampaikan secara menyeluruh. 4.

Keaktifan menulis : Menulis merupakan penggambaran visual tentang pikiran,

perasaan, dan ide dengan menggunakan simbol-simbol sistem bahasa penulisannya

untuk keperluan komunikasi atau mencatat. 5. Keaktifan kelompok : aktif

15
memberikan komentar, mengemukakan dengan fakta, memperhatikan orang

lain,bersikap terbuka. 6. Keaktifan mental : merenungkan, mengingat, memecahkan

masalah, menganalisis faktorfaktor, menemukan hubungan dan membuat keputusan

Menurut Muhibbin Syah (2012: 146) bahwa faktor yang mempengaruhi

keaktifan belajar peserta didik dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu faktor

internal (faktor dari dalam peserta didik), faktor eksternal (faktor dari luar peserta

didik), dan faktor pendekatan belajar (approach to learning). Secara sederhana faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut.

1. Faktor internal peserta didik, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri

peserta didik itu sendiri, yang meliputi:

a) aspek fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot)

yang menandai tingkat kebugaran organorgan tubuh dan sendi-

sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas peserta didik

dalam mengikuti pelajaran.

b) aspek psikologis, belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis.

Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja

mempengaruhi belajar seseorang. Adapun faktor psikologis peserta

didik yang mempe- ngaruhi keaktifan belajarnya adalah sebagai

berikut: (1) intelegensi, tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) peserta

didik tidak dapat diragukan lagi dalam menentukan keaktifan dan

keberhasilan belajar peserta didik. Ini bermakna bahwa semakin tinggi

tingkat intelegen- sinya maka semakin besar peluangnya untuk meraih

sukses, begitu juga sebaliknya; (2) sikap, adalah gejala internal yang

berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau meres-

16
pon dengan cara yang relatif tetap ter- hadap objek orang, barang, dan

seba- gainya, baik secara positif maupun negatif; (3) bakat, adalah

potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir yang berguna

untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan

kapasitas masing-masing; (4) minat, adalah kecenderungan atau

kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu;

dan

(5) motivasi, adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi belajar adalah kondisi

psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.

2. Faktor eksternal peserta didik, merupakan faktor dari luar siswa yakni kondisi

lingkungan di sekitar siswa. Adapun yang termasuk dari faktor eksternal

diantaranya adalah: a. lingkungan sosial, yang meliputi: para guru, para staf

administrasi, dan teman teman sekelas; serta b. lingkungan non sosial, yang

meliputi: gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga peserta

didik dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang

digunakan peserta didik.

3. Faktor pendekatan belajar, merupakan segala cara atau strategi yang

digunakan peserta didik dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses

pembelajaran materi tertentu. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu

pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk aktif, kreatif, dan berlatih

kemampuan bekerjasama, kemandirian, serta meningkatkan kemampuan

berpikir tingkat tinggi.

17
Dalam keaktifan belajar siswa, banyak sekali kegiatan-kegiatan yang

terlibat seperti yang disebutkan oleh Paul D. Dierich (Riswanil dan Widayati,

2012:7)

keaktifan belajar dapat diklasifikasikan dalam 8 kelompok yaitu Kegiatan-

kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, metrik, mental, dan

emosional.

Menurut Marno dan M. Idris (2012), terdapat beberapa cara bagi guru, supaya

siswa aktif dalam pembelajaran, yaitu:

1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan memorinya bekerja

secara optimal, dengan cara memberikan kesempatan untuk mengungkapkan

dengan bahasanya dan melakukan dengan kreativitasnya sendiri, jangan dibatasi

selama kreativitas siswa masih dalam kerangka menunjang pencapaian kompetensi.

2. Memberikan layanan bimbingan belajar sesuai dengan gaya belajar siswa yang

berbeda-beda.

3. Memberikan berbagai pengalaman belajar bermakna yang bermanfaat bagi

kehidupan siswa dengan memberikan rangsangan tugas, tantangan, memecahkan

masalah, atau mengembangkan pembiasaan agar dalam dirinya tumbuh kesadaran

bahwa belajar itu kebutuhan hidup.

Di antara metode yang dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam

pembelajaran adalah: diskusi terbuka, kartu respons, pemungutan suara, diskusi

kelompok, berpasangan, berkeliling, panel, fish bowl, permainan, menunjuk

pembicara selanjutnya. (Mel Silberman, 2010).

18
Yensy. B (2012: 29) menjelaskan penggolongan kegiatan siswa yang

termasuk dalam aktifitas belajar antara lain sebagai berikut:

1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,

memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3) Listening activities,sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,

angket, menyalin.

5) Drawing activities, misalnya : menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,

berternak.

7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8) Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa tidak

bosan, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

2.1.4 Perkembangan Iptek di Dunia pendidikan

Teknologi adalah implementasi dari perkembangan ilmu pengetahuan yang ada

dalam dimensi pendidikan. Karenanya, sesuai dengan pendapat Tondeur et al (dalam

Selwyn, 2011) yang menyatakan bahwa teknologi digital kini sudah mulai digunakan

di dalam lembaga pendidikan sebagai sarana untuk mendukung pembelajaran, baik

19
sebagai alat informasi (yaitu sebagai sarana mengakses informasi) atau sebagai alat

pembelajaran (yaitu sebagai sarana penunjang kegiatan belajar dan tugas).

Menurut William & Sawyer (Abdul Kadir & Terra CH, 2003), teknologi

informasi didefinisikan sebagai teknologi yang menggabungkan komputer dengan

jalur komunikasi kecepatan tinggi, yang membawa data, suara, dan video.

Menurut Martin (1999), Teknologi informasi tidak hanya terbatas pada

teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang akan digunakan

untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi

komunikasi untuk mengirim/menyebarkan informasi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

teknologi informasi merupakan pengetahuan yang dibutuhkan untuk memproses

segala informasi agar dengan mudahnya dapat ditemukan lagi. Sehingga jika dalam

penerapan dalam mengelola informasi secara baik, cepat, dan efektif maka diperlukan

perangkat keras seperti komputer atau handpone yang digunakan sebagai perangkat

jarak jauh dalam mengelola informasi tersebut.

Menurut Christine E. Sleeter & Peter L, yang dikuti oleh H.A.R. Tilaar, (2012,

55) mengatakan bahwa terdapat tiga kekuatan yang dominan yaitu : 1). Ilmu

pengetahuan, 2) Teknologi sebagai penerapan ilmu pengetahuan, 3) informasi. Ketiga

kekuatan ini tidak berhubungan lagi secara langsung dengan nasionalitas.

Pendidikan merupakan salah satu dimensi yang mendapatkan dampak dari

perkembangan IPTEK itu sendiri, dimana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu

proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi

informasi-informasi pendidikan, yang memiliki unsur-unsur pendidik sebagai sumber

20
informasi, media sebagai sarana penyajian ide, gagasan dan materi pendidikan serta

peserta didik itu sendiri (Oetomo dan Priyogutomo, 2004).

UNESCO (1996) melalui jurnal “The International Commission on Education

for the Twenty First Century” merekomendasikan Pendidikan yang berkelanjutan

(seumur hidup) yang dilaksanakan berdasarkan empat pilar proses pembelajaran, yaitu

: Learning to know (belajar untuk menguasai pengetahuan), learning to do (belajar

untuk mengetahui keterampilan), learning to be (belajar untuk mengembangkan diri),

dan Learningto live Jamun, Dampak Teknologi Terhadap Pendidikan 49 together

(belajar untuk hidup bermasyarakat), untuk dapat mewujudkan empat pilar pendidikan

di era globalisasi informasi sekarang ini, para guru sebagai agen pembelajaran perlu

menguasai dan menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam

pembelajaran (Abdillah, 2015: 269). Menurut Rosenberg (2001: 8), dengan

berkembangnya penggunaan TIK ada beberapa pergeseran dalam proses pembelajaran

yaitu: a. Dari ruang kelas ke dimana dan kapan saja, b. Dari kertas ke “on line” atau

saluran, c. Dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja.

Didalam pesatnya perkembangan teknologi, pendekatan sistem perlu

dilaksaakan di era global. Toffler (1992:4) menyatakan bahwa sekolah atau lembaga

pendidikan masa depan harus mengarahkan peserta didiknya untuk belajar bagaimana

belajar (learn how learn).

Karakteristik pada kurikulum 2004 merupakan suatu bentuk penerapan dan

pemanfaatan IPTEK yang telah masuk dalam dunia pendidikan. Tujuannya supaya

mahasiswa dapat mengoptimalkan keterampilannya, sehingga dapat diaplikasikan

pada mata pelajaran lain sebagai lintas kurikulum (Budiman, 2012). Dalam penelitian

yang dilakukan oleh (Abrianto & Sitompul, 2014; Gunawan, 2016; Idris, 2015;

21
Khairunnisa, 2017; Riasnelly, 2013; Roza, 2010; Sunarwan, 2013) berpendapat bahwa

penggunaan TIK juga tidak hanya bermanfaat dalam proses pembelajaran saja

melainkan TIK dapat digunakan dalam beberapa penelitian umum, seperti yang

dilakukan oleh (Andriyani, Cangara, & Sadjad, 2014; Budiman, Yusrizal, &

Damanik, 2014; Febriani, 2012; Kristiyono, 2015; Santoso, 2014).

Menurut Yusuf (2012) teknologi pendidikan adalah suatu proses sistemik dalam

membantu memecahkan masalah-masalah pembelajaran. Pendapat ini sejalan dengan

pendapat Muffoletto (dalam Selwyn, 2011) yang menyatakan bahwa teknologi

pendidikan bukan tentang perangkat, mesin, komputer atau artefak lainnya, melainkan

itu adalah tentang sistem dan proses yang mengarah ke hasil yang diinginkan. Dari

beberapa pendapat di atas dapat dikatakan teknologi pendidikan adalah suatu sistem

yang dimanfaatkan untuk pembelajaran sehingga tercapai hasil yang diingingkan.

Menurut H. Hamzah B. Uno dan Hj. Nina Lamatenggo, (2011, 61). Mengatakan

bahwa kecendrungan pendidikan di Indonesia di masa mendatang adalah sebagai

berikut : 1. Berkembangnya pendidikan terbuka dengan modus belajar jarak jauh

(distance learing). Kemudian untuk menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak

jauh perlu dimasukkan sebagai strategi utama; 2. Shareng resource bersama antar

lembaga pendidikan/latihan dalam sebuag jaringan perpustakaan dan istrumen

pendidikan lainnya (guru, laboraturiom) berubah fungsi menjadi sumber informasi

daripada sekedar rak buku; 3. Penggunaan perangkat teknologi informasi interaktif,

seperti CD-ROM multi media dalam pendidikan secara bertahap menggantuikan

televisi dan vedio.

Adanya perkembangan IPTEK yang memengaruhi di dimensi penddikan,

dimungkinkan untuk terjadinya proses pembelajaran virtual menggunakan internet

22
dalam menghubungkan anatara guru dan siswa atau mahasiswa. Perkembangan

teknologi yang semakin pesat dan berbarengan dengan kecanggihannya terdapat

dampak positif maupun negatif dalam dunia pendidikan. Nicholas Gane (dalam

Selwyn, 2011) berpendapat bahwa teknologi internet terkait secara langsung dalam

mengubah pola kehidupan sehari-hari, termasuk cara bekerja, akses dan pertukaran

informasi, berbelanja, bertemu orang-orang, dan memelihara dan mengatur hubungan

sosial yang ada. Adanya internet memudahkan seseorang berkomunikasi tanpa

dibatasi ruang dan waktu. Dengan adanya internet, seseorang juga dapat belajar atau

menempuh pendidikan jarak jauh dengan mudah. Selwyn (2011) mengatakan bahwa

teknologi telah melakukan lebih dari sekedar 'menambah' pengaturan sosial yang ada;

teknologi telah secara radikal mengubah tiga bidang utama kehidupan sosial, lingkup

produksi, konsumsi dan komunikasi. Dalam dunia pendidikan, salah satu

keterampilan yang dipelajari adalah keterampilan berbicara dan berkomunikasi. Clark

(dalam Selwyn, 2011) mengatakan bahwa teknologi hanya sebagai kendaraan untuk

menyampaikan pengajaran dan karena itu tidak lebih mungkin untuk mempengaruhi

belajar siswa atau prestasi daripada sebagai sebuah truk yang menghadirkan segala

kebutuhan untuk memperbaiki gizi. Sehingga pemanfaatan teknologi di dalam

dimensi pendidikan hanya bertugas sebagai sarana pembelajaran dalam mencapai

tujuan pembelajaran yang hendak dicapai suatu lembaga pendidikan. Pemanfaatan

teknologi oleh siswa digunakan untuk mencari ataupun menambah wawasan

pengetahuan atau keterampilan sebagai usaha dalam meraih prestasi dibidangnya,

akan tetapi jika siswa tidak memanfaatkan teknologi dengan baik, maka teknologi itu

sendiri akan berdampak bruruk untuk dirinya sendiri. Di sisi lain, Clark (dalam

Selwyn, 2011) mengakui bahwa ada manfaat ekonomis yang signifikan yang bisa

didapat dari penggunaan teknologi untuk menyampaikan pembelajaran, yaitu manfaat

23
dari waktu, biaya, logistik dan masalah kelembagaan lainnya. Salah satu contoh

dampak positif dari teknologi dalam pendidikan adalah dapat diselenggarakannya

pendidikan jarak jauh. Pembelajaran yang dilakukan secara virtual atau jarak jauh

bermanfaat dalam mengatasi masalah perbedaan waktu, geografi dan biaya. Peraturan

mengenai pendidikan jarak jauh juga diatur di dalam pasal 31 UU no.20 tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional.

Pengembangan dan penerapan teknologi informasi juga bermanfaat untuk

pendidikan (Suripto dkk, 2014: 3), antara lain:

a. Munculnya Media Massa, khususnya media elektronik sebagai sumber ilmu

dan pusat Pendidikan. Seperti jaringan Internet, Lab. Komputer Sekolah dan

lain-lain. Dampak dari hal ini yaitu guru bukanlah satusatunya sumber ilmu

pengetahuan, sehingga siswa dalam belajar tidak perlu terlalu terpaku terhadap

Informasi yang diajarkan oleh guru, tetapi juga bisa mengakses materi

pelajaran langsung dari Internet, olehnya itu guru disini bukan hanya sebagai

pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing siswa untuk mengarahkan dan

memantau jalannya pendidikan, agar siswa tidak salah arah dalam

menggunakan Media Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran.

b. Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa

dan guru dalam proses pembelajaran. Dengan kemajuan Teknologi terciptalah

metode-metode baru yang membuat siswa mampu memahami materi-materi

yang abstrak, karena materi tersebut dengan bantuan Teknologi bisa dibuat

abstrak, dan dapat dipahami secara mudah oleh siswa.

c. Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka. Selama ini, proses

pembelajaran yang kita kenal yaitu adanya pembelajaran yang disampaikan

hanya dengan tatap muka langsung, namun dengan adanya kemajuan

24
teknologi, proses pembelajaran tidak harus mempertemukan siswa dengan

guru, tetapi bisa juga menggunakan jasa pos Internet dan lainlain.

d. Adanya sistem pengolahan data hasil penilaian yang menggunakan

pemamfaatan Teknologi. Dulu, ketika orang melakukan sebuah penelitian,

maka untuk melakukan analisis terhadap data yang sudah diperoleh harus

dianalisis dan dihitung secara manual. Namun setelah adanya perkembangan

IPTEK, semua tugasnya yang dulunya dikerjakan dengan manual dan

membutuhkan waktu yang cukup lama, menjadi sesuatu yang mudah untuk

dikerjakan, yaitu dengan menggunakan media teknologi, seperti Komputer,

yang dapat mengolah data dengan memamfaatkan berbagai program yang

telah di installkan.

e. Pemenuhan kebutuhan akan fasilitas pendidikan dapat dipenuhi dengan cepat.

Dalam bidang pendidikan tentu banyak hal dan bahan yang harus

dipersiapkan, salah satu contoh, yaitu; Penggandaan soal Ujian, dengan adanya

mesin foto copy, untuk memenuhi Jamun, Dampak Teknologi Terhadap

Pendidikan 51 kebutuhan akan jumlah soal yang banyak tentu membutuhkan

waktu yang lama untuk mengerjakannya kalau dilakukan secara manual. Tapi

dengan perkembangan teknologi semuanya itu dapat dilakukan hanya dalam

waktu yang singkat. Khususnya dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa

manfaat yang dapat diperoleh dari perkembangan IPTEK, yaitu: 1)

Pembelajaran menjadi lebih efektif dan menarik. 2) Dapat menjelaskan sesuatu

yang sulit / Kompleks. 3) Mempercepat proses yang lama. 4) Menghadirkan

peristiwa yang jarang terjadi. 5) Menunjukkan peristiwa yang berbahaya atau

diluar jangkauan.

2.1.5 Media dan Pembelajaran Interaktif

25
Menurut Depdiknas (2003) istilah media berasal dari bahasa Latin yang

merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harafiah berarti perantara atau

pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan

informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.

sementara, Marshall McLuhan (dalam OemarHamalik, 2003: 201)

berpendapat bahwa media adalah suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya

mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia.

Sesuai dengan rumusan ini, media komunikasi mencakup surat-surat, televisi, film

dan telepon, bahwa jalan raya dan jalan kereta api merupakan media yang

memungkinkan seseorang berkomunikasi dengan orang lain.

Lebih lanjut OemarHamalik (2003) membedakan pengertian media menjadi dua

yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, media

pengajaran hanya meliputi media yang dapat digunakan secara efektif dalam

proses pengajaran yang terencana, sedangkan dalam artian luas, media tidak hanya

meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks, tetapi juga mencakup alat-alat

sederhana, seperti slide, fotografi, diagram, dan bagan buatan guru, objek-objek

nyata, serta kunjungan ke luar sekolah. Sejalan dengan pandangan itu, guru-

gurupun dianggap sebagai media penyajian, disamping radio dan televisi karena

sama-sama membutuhkan dan menggunakan banyak waktu untuk menyampaikan

informasi kepada siswa.

Menurut Suparman dalam Sutikno (2013: 106) media didefinisikan sebagai alat

yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim ke penerima

pesan. Media dalam aktivitas pembelajaran dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang

dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara

pendidik dengan siswa.

26
Yudhi Munandi (2013: 8) mengartikan bahwa media adalah segala sesuatu yang

dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga

tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan

proses belajar secara efisien dan efektif. Dari kedua pengertian di atas dapat dipahami

bahwa media pembelajaran adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai

penyalur pesan untuk memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal.

Sadiman, dkk (2003:6) mengemukakan pendapat tentang media adalah Berbagai

jenis komponen dalam lingkungan, siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar .

Menurut Smaldino (2008:7) juga mengemukakan lima tipe dasar media, yaitu (1)

teks, yang dapat disajikan dalam berbagai format seperti buku,poster, papan tulis,

layar komputer, dan sebagainya, (2) audio, termasuk di dalamnya segala sesuatu yang

dapat didengar seperti suara manusia, musik, (suara deru mesin),suara berisik, dan

sebagainya, (3) visual, termasuk diagram dalam poster, gambar di papan tulis,

foto,grafik di buku, kartun, dan sebagainya, (4) Video, yaitu media yang

menampilkan gerakan termasuk DVD, rekaman video, animasi komputer, dan

sebagainya (5) perekayasa, yaitu bersifat tiga dimensi dan bisa disentuh dan dipegang

oleh siswa (6) Orang-orang, berupa guru, siswa dan ahli bidang studi.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media meruapakan

perangkat yang digunakan dalam menyalurkan informasi dari sumber informasi ke

penerima. Di dalam pembelajaran kegiatan belajar mengajar terdapat proses

komunikasi anatar pengajar dan pelajar, sehingga media yang digunakan dalam

menyampaikan informasi atau materi disebut media pembelajaran.

Hamdani dalam Cut Muti (2012) mengemukakan bahwa media

pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yangdigunakan dalam kegiatan belajar

27
mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi dengan

guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna.

Menurut Musfiqon (2012:28) mendefinisikan media pembelajaran sebagai

alat bantu berupa fisik maupun nonfisik yang sengaja digunakan sebagai alat

perantara antara guru dan siswa dalam memahami materi pembelajaran agar lebih

efektif dan efisien.

Ruth Lautfer (1999) mengemukanan bahwa media pembelajaran adalah salah

satu alat bantu mengajar bagi guru untuk menyampaikan materi pengajaran,

meningkatkan kreatifitas siswa dan meningkatkan perhatian siswa dalam proses

pembelajaran.

berikan andil yang besar dalam menarik perhatian mahasiswa dalam PBM, karena

pada dasarnya media mempunyai dua fungsi utama, yaitu media sebagai alat bantu dan

media sebagai sumber belajar bagi mahasiswa (Djamarah, 2002; 137). Umar Hamalik

(1986), Djamarah (2002) dan Sadiman, dkk (1986), mengelompokkan media ini

berdasarkan jenisnya ke dalam beberapa jenis : a). Media auditif, yaitu media yang

hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti taperecorder. Jurnal Warta Edisi :

56 April 2018 | ISSN : 1829 - 7463 Universitas Dharmawangsa b). Media visual, yaitu

media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud visual. c). Media

audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media

ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi ke dalam dua jenis : -

Audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film sound slide. -

Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang

bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.

Media pembelajaran adalah bagian yang terhubung dan tidak dapat dipisahkan

dalam metode, strategi dalam sistem pembelajaran. Hal ini selaras dengan pernyataan

28
oleh Sumiati (2008:159-160) mengatakan bahwa media pembelajaran merupakan

bagian integral dalam sistem pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyalurkan

pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa

sehingga terdorong proses belajar.

Sejalan dengan itu Hamid (2009:55) mengemukakan bahwa media pembelajaran

adalah komponen strategi penyampaian yang dapat dimuati pesan yang akan

disampaikan kepada pebelajar, apakah itu orang, alat atau bahan. Menurut Dengeng

(dalam Weda,2013:9) menyebutkan media pembelajaran adalah komponen

penyampaian strategi penyampaian yang dapat dimuati pesan yang disampaikan

kepada siswa, baik berupa orang, alat ataupun bahan.

Media pembelajaran merupakan hal yang terpenting untuk berlangsungnya suatu

pembelajaran dikelas, pembelajaran yang kreatif, komunikatif, dan inovatif yang

dapat mendukung dalam meningkatkan hasil belajar siswa, dalam hal ini kata “media”

berasal dari bahasa latin dan merupakan jamak dari kata “medium”, yang secara

harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Media merupakan wahana penyalur

informasi belajar atau penyalur pesan. (Djamrah dan Aswan, 2010: 120).

Arsyad (2007: 6) menyatakan bahwa “media pembelajaran mempunyai beberapa

istilah diantaranya alat pandang dengar, bahan pengajaran (instructional material),

komunikasi pandang dengar (audio visual communication), pendidikan alat peraga

pandang (visual education), teknologi pendidikan (educational technology), alat

peraga dan alat penjelas.

Dari beberapa pendapat mengenai pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa

media pembelajaran merupakan ssuatu bahan yang digunakan dalam menyampaikan

materi pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

29
Salah satu bidang yang mendapatkan dampak yang cukup berarti dengan

perkembangan teknologi ini adalah bidang pendidikan, dimana pada dasarnya

pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada

peserta didik yang berisi informasi-informasi pendidikan, yang memiliki unsur-unsur

pendidik sebagai sumber informasi, media sebagai sarana penyajian ide, gagasan dan

materi pendidikan serta peserta didik itu sendiri (Oetomo dan Priyogutomo, 2004),

beberapa bagian unsur ini mendapatkan sentuhan media teknologi informasi, sehingga

mencetuskan lahirnya ide tentang e-learning (Utomo, 2001)

E-learning adalah teknologi informasi dan komunikasi untuk mengaktifkan siswa

untuk belajar kapanpun dan dimanapun (Dahiya,2012). Pembelajaran elektronik atau

e-learning telah dimulai pada tahun 1970-an (Waller and Wilson, 2001).

E-learning Menurut Onno W. Purbo (2002), E-learning merupakan bentuk

teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk maya.

Melalui elearning belajar tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Belajar dapat

dilakukan dimana saja dan kapan saja. Belajar mandiri berbasis kreativitas peserta

didik yang dilakukan melalui e-learning mendorong peserta didik untuk melakukan

analisa dan sintesa pengetahuan, menggali, mengolah, dan memanfaatkan informasi,

menghasilkan tulisan, informasi dan pengetahuan sendiri. Peserta didik dirasang untuk

melakukan eksplorasi ilmu pengetahuan.

E-Learning menurut Dharma Oetomo (2002) dalam Efendi dan Megasari (2005)

merupakan konvergensi atau penggabungan antara teknologi komputer, jaringan

internet, dengan aspek komunikasi dan materi pendidikan dalam mendukung

terciptanya sistem pengajaran berbasis internet.

30
Sedangkan menurut Brown (2000) dan Feasey (2001) dalam Prabantoro, Gatot

dan Agus Hidayat (2005) e-learning merupakan kegiatan pembelajaran yang

memanfaatkan jaringan (Internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian,

interaksi, dan fasilitasi serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya.

Dari beberpa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa e-learning merupakan

impelmentasi dari perkembangan IPTEK di dunia pendidikan yang dapat membantu

proses pembelajaran terlaksana dimana dan kapan saja.

e-learning merupakan salah satu model pembelajaran yang timbul karena adanya

perkembangan ilmu teknologi. Menurut Rosenberg (2001: 28), e-learning merupakan

satu penggunaan Tekonologi Internet dalam penyampaian pembelajaran dalam

jangkauan luas yang berlandaskan tiga kriteria, yaitu: a. E-learning merupakan

jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan

membagi materi ajar atau Informasi, b. Pengiriman sampai kepengguna terakhir

melalui komputer dengan menggunakan teknologi Internet yang standar, c.

Memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik

paradigma pembelajaran tradisional. Selaras dengan berkembanganya IPTEK

pengertian e-learning bisa menjadi lebih luas yaitu pembelajaran yang pelaksanaannya

didukung oleh jasa teknologi seperti video-audio, smartphone, komputer dan internet.

E-learning mempunyai ciri-ciri, antara lain (Clark & Mayer 2008: 10): 1)

memiliki konten yang relevan dengan tujuan pembelajaran; 2) menggunakan metode

instruksional, misalnya penyajian contoh dan latihan untuk meningkatkan

pembelajaran; 3) menggunakan elemen-elemen media seperti kata-kata dan gambar-

gambar untuk menyampaikan materi pembelajaran; 4) memungkinkan pembelajaran

langsung berpusat pada pengajar (synchronous e-learning) atau di desain untuk

pembelajaran mandiri (asynchronous e-learning); 5) membangun pemahaman dan

31
keterampilan yang terkait dengan tujuan pembelajaran baik secara perseorangan atau

meningkatkan kinerja pembelajaran kelompok.

Sedangkan menurut Rusman dkk (2011: 264) e-learning memiliki karakteristik,

antara lain (a) interactivity (interaktivitas); (b) independency (kemandirian); (c)

accessibility (aksesibilitas); (d) enrichment (pengayaan). E-learning dapat

didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan di bidang

pendidikan dalam bentuk dunia maya. Istilah e-learning lebih tepat ditujukan sebagai

usaha untuk membuat sebuah transformasi proses pembelajaran yang ada di sekolah

atau perguruan tinggi ke dalam bentuk digital yang dijembatani teknologi internet

(Munir, 2009: 169).

Keefektifan E-learning sebagai Media Pembelajaran Seok (2008:725)

menyatakan bahwa “e-learning is a new form of pedagogy for learning in the 21st

century. e-Teacher are elearning instructional designer, facilitator of interaction, and

subject matter experts”. Penerapan e-learning untuk pembelajaran online pada masa

sekarang ini sangatlah mudah dengan memanfaatkan modul Learning Management

System yang mudah untuk diinstalasi dan dikelola seperti Moodle.

Robin Paul Ajjelo (Hariningsih, 2005: 36) mengemukakan secara ilustratif bahwa

di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis

seperti sekarang ini, akan tetapi berupa: a. Komputer notebook dengan akses internet

tanpa kabel, yang bermuatan materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi

untuk dilihat atau di dengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam

suara. b. Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode

security untuk masuk rumah, kalkulator dan sebagainya. c. Videophone bentuk saku

dengan perangkat lunak, akses internet, permainan, musik, dan TV. d. Alat-alat

32
musik. e. Alat-alat olahraga. f. Bingkisan untuk makan siang. Hal itu menunjukkan

bahwa gejala kelengkapan anak sekolah dimasa itu nanti berupa perlengkapan yang

bernuansa Internet sebagai alat bantu belajar.

Khoe Yao Tung (2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran dosen dalam arti

sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil

guru yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia. Cisco (2001) menjelaskan

filosofis e-learning sebagai berikut. Pertama, elearning merupakan penyampaian

informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line. Kedua, e-learning

menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara

konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan

pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan

globalisasi.

Sementara itu Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib

dipenuhi dalam merancang elearning, yaitu : sederhana, personal, dan cepat. Sistem

yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan

menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi

pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat

diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan

sistem e-learningnya. Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik

seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas.

Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan

kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat

peserta didik betah berlamalama di depan layar komputernya. Kemudian layanan ini

ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan

33
peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan

secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.

2.1.6 Media Interaktif

Multimedia adalah salah satu jenis media yang menggabungkan unsur, suara, gambar,

dn teks atau elemen media lainnya yang dipresentasikan di dalam perangkat keras seperti

komputer. Salah satu pilihan dalam menyalurkan informasi atau materi dalam pembelajaran

yang dapat memudahkan yakni dengan menggunakan multimedia interaktif dibandingkan

dngan buku teks yang monoton. Dalam penelitian Farida & Rahayu (2017) menunjukkan

adanya perbedaan hasil belajar signifikan dalam penggunaan multimedia interaktif daripada

menggunakan buku teks.

Menurut Wiana (2017), Multimedia didefinisikan sebagai sistem komputer yang terdiri

dari perangkat keras dan perangkat lunak yang membuatnya mudah untuk menggabungkan

gambar, video, fotografi, grafik dan animasi dengan suara, teks dan data suara interaktif yang

dikendalikan oleh program komputer.

Pengembangan multimedia interaktif diharapkan bisa membantu siswa meningkatkan

hasil belajarnya melalui pemanfaatan multimedia. Multimedia interaktif yang dikembangkan

memiliki keunggulan mudah dioperasikan, siswa bisa memilih materi yang diinginkan,

menggunakan kontrol yang sistematis dalam belajar (Munir, 2008). Menurut Azhar (2002)

menjelaskan bahwa media pembelajaran bisa memperjelas penyajian pesan/informasi/materi

sehingga dapat meningkatkan proses dan hasil belajar serta memperlancar belajar siswa.

Menurut Warsita (2008:36) Pengertian interaktif menurut Warsita (2008:156) terkait

dengan komunikasi dua arah. Komponen komunikasi dalam multimedia interaktif (berbasis

komputer) adalah hubungan antara manusia (sebagaiuser/pengguna produk) dan komputer

(software/ aplikasi/produk dalam format filetertentu biasanya dalam bentuk CD). Dengan

34
demikian produk/CD/aplikasi yang diharapkan memiliki hubungan dua arah/ timbal balik

antara software/ aplikasi dengan usernya. Interaktifitas dalam multimedia diberikan batasan

sebagai berikut (1) pengguna (user) dilibatkan untuk berinteraksi dengan program aplikasi,

(2) aplikasi informasi interaktif bertujuan agar pengguna bisa mendapatkan hanya informasi

yang diinginkan saja tanpa harus melahap semuanya.

Menurut Cheng (2009:204) mengatakan bahwa multimedia interaktif dirancang untuk

menawarkan untuk pembelajaran yang interaktif dalam bentuk 3D, grafik, suara, video,

animasi dan menciptakan interaksi.

Sedangkan menurut Heinich (1997:187) mengemukakan kumpulan materi

pembelajaran yang menyertakan lebih dari satu jenis media yang disusun dalam satu topik

yang di dalamnya terdapat film strip, slide, videotape, rekaman, gambar, OHP, film pendek,

peta, lembar kerja, grafik, bagan, brosur, objek nyata dan model. Tujuan dari pembelajaran

interaktif adalah siswa diharapkan dapat berinteraksi selama pelajaran, bukan hanya sekedar

menonton dan memperhatikan penyajian media pembelajarannya. Menurut Miarso

(2009:465) paling sedikit ada tiga macam interaksi yang dapat diidentifikasi. Pada tingkat

pertama siswa dengan sebuah program, misalnya mengisi blanko pada teks yang terprogram.

Tingkat berikutnya siswa berinteraksi dengan mesin, misalnya mesin pembelajaran,

simulator, laboratorium bahasa atau terminal komputer. Bentuk ketiga media interaktif adalah

yang mengatur interaksi antar siswa secara teratur tetapi tidak terprogram.

Menurut Zaman, dkk ( 2012:3) mengemukakan bahwa karakteristik media

pembelajaran interaktif adalah :1) curriculum,desain pembelajaran harus sesuai dengan

kurikulum pendidikan yang sudah ditetapkan. Aspek desain kurikulum dan pembelajaran

terdiri dari 6 penilaian yaitu (1) kesesuaian sasaran, (2) kelengkapan unsur pembelajaran,(3)

kejelasan tujuan, (4) konsistensi tujuan-materi-evaluasi,(5) pemberian contoh dan (6) aspek-

35
aspek pedagogik. 2) content, penilaian content pada media interaktif didasarkan beberapa

aspek, yakni (1) kebenaran substansi materi, (2) kecukupan cakupan , (3) kedalam, (4)

aktualitas, (5)kelengkapan sumber. 3) communication, (1) aspek kejelasan

pesan,menumbuhkan motivasi 4) computer capasity, kemampuan komputer multimedia 5)

creativity, tidak melanggar etika 6) compability, dapat diterima secara umum, dan mudah

digunakan 7) cosmetic, tampilan desain yang menarik dan 8) interaktivity memunculkan

produk yang interaktif.

2.1.7 Appyet

Appyet adalah layanan online untuk membuat aplikasi yang dapat berjalan di platfrom

android gratis tanpa pemograman, aplikasi AppYet mendukung RSS/Atom, HTML5,

Podcast, Youtubem TapaTalk, Forum, Twitter, Mapbox. Dengan menggunakan layanan

online AppYet penulis dapat dengan mudah membuat aplikasi sistem informasi KJPAI

berbasis android, mengingat banyaknya mahasiswa yang menggunakan smartphone dan

tablet sehingga media ini sangat cocok untuk di gunakan21 Jadi menurut penulis AppYet ini

sangat cocok sekali untuk yang telah mempunyai sebuah website ataupun blog, yang ingin

dirubah kedalam versi android. Dimana AppYet ini akan mengubah website menjadi aplikasi

android.

Appyet merupakan layanan secara online yang dimanfaatkan untuk membuat aplikasi

yang dapat berjalan di platform android gratis tanpa pemrograman, aplikasi Appyet ini

mendukung RSS/Atom, HTML5, Podcast, Youtube, TapaTalk, Forum, Twittter,

Mapbox.Dengan pemanfaatan Appyet seorang pengajar dengan mudah membuat aplikasi

untuk pembelajaran yang berbasis android, dimasa sekarang dimana banyak pelajar yang

menggunakan smartphone dan tablet android sehingga media ini sangat cocok untuk

digunakan untuk proses pembelajaran .

36
Langkah-langkah membuat aplikasi android menggunakan Appyet adalah sebagai

berikut:

a. Buka www.appyet.com

b. b. Pilih menu “Sign Up” untuk registrasi ke Appyet, isi semua kolom dan klik “Sign

Up”

c. Masukkan Nama Aplikasi, Nama Apk (Aplikcation Package), dan Create App

d. Langkah selanjutnya klik tab appyet v2

e. Lalu isi aplication name/nama aplikasi yang ingin dicreate

f. Isi RSS/ATOM Blog atau website, kemudian klik create App g. Langkah selanjutnya

adalah buat icon untuk aplikasi android di bagian general

g. Langkah selanjutnya klik tab build dan klik button Submit to Build

h. Langkah terakhir, silahkan buka e-mail yang telah didaftarkan saat mendaftar Appyet.

Disana akan ada e-mail masuk dan melampirkan aplikasi android yang baru saja

dibuat.

Dari beberapa landasan teori yang telah dikemukakan diatas, yang menjadi dasar

acuan peneliti melakukan penelitian pengembangan ini didasari oleh pendapat Dahiya (2012)

yang mengemukakan bahwa E-learning adalah teknologi informasi dan komunikasi untuk

mengaktifkan siswa untuk belajar kapanpun dan dimanapun. Hal ini menjadi acuan peneliti

dalam melakukan penelitian pengembangan dikarenakan zaman yang semakin maju dan

canggih, sehingga pemanfaatan kemajuan IPTEK dalam bidang pendidikan tentu dapat

membawa perubahan positif yang cukup berpengaruh dalam bidang pendidikan itu sendiri

yang berdampak pada kualitas sumber daya manusia itu sendiri yang berpengaruh pada

kemajuan suatu negara.

2.2 Penelitian yang relevan

37
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti relevan dengan penelitian terdahulu. Penelitian yang

berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut :

1) Kiki Alfiyansyah pada tahun 2019 dengan judul “Pengembangan Aplikasi

Smartphone KJPAI Berbasis Android Menggunakan AppYet Untuk Menunjang

Sistem Informasi Jurusan Pendidikan Agama Islam” menjelaskan bahwa berdasarkan

hasil penelitian menunjukkan (1) Pengembangan aplikasi smartphone KJPAI berbasis

Android menggunakan layanan online appyet. Dengan mengintegrasikan beberapa

website pai.tarbiyah.radenintan.ac.id dan pairadenintan.com. Aplikasi smartphone

KJPAI yang dikembangkan telah melalui tahap validasi oleh ahli media, ahli desain

dan ahli praktisi. Aplikasi KJPAI dikemas dalam aplikasi Android dan kemudian

dimuat ke Play Store. (2) Bedasarkan hasil penelitian, penilaian kelayakan dan

kemenarikan aplikasi smartphone dinilai oleh ahli media, desain dan praktisi. penilian

ahli media mendapatkan persntase 95,14%. (sangat layak), penilian ahli desain

mendapatkan persentase 88,00% (sangat layak), penilaian ahli praktisi mendapatkan

persentase 94,17%. Dengan total rata-rata persentase 92,44% termasuk dalam kriteria

sangat layak. Penilaian dari responden mendapatkan persentase 89,75% termasuk

dalam kriteria sangat layak.

2.3 Kerangka Pikir

Materi usaha yang disajikan pada mata pelajaran fisika oleh guru pengajar di dalam

pembalajaran kurang memiliki variasi maupun pemanfaatan media pembelajaran

sehingga hal ini menyebabkan kurang tertariknya peserta didik dalam memperhatikan

penyampaian materi pada pelajaran fisika, dalam pembelajaran, alangkah baiknya

pengajar mengguanakan strategi, metode, serta media yang strategis dan efektif, agar

tujuan pembelajaran yang hendak dicpai terlaksana dengan baik.

38
Perkembangan IPTEK yang semakin berkembang dengan pesat hingga sampai saat ini

memungkinkan seseorang dapat memperoleh data maupun informasi secara lebih praktis.

Perkembangan IPTEK juga memiliki dampak positif dalam dunia pendidikan terutama

dalam proses pembelajaran yang menjadikan pengalaman belajar peserta didik lebih

menyenangkan sehingga meningkatkan motivasi belajar siswa. Media pembelajaran yang

menarik dipercaya peneliti dalam meningkatkan minat belajar peserta didik mealalui

pemanfaatan perkembangan IPTEK. Pada penelitian ini peniliti menggunakan model

pengembangan ADDIE ( Analysis, Design, Development, Implementation and

Evaluation). Hasil pengembangan media pembelajaran interaktif berbasis e-learning

berbantu AppYet web ini diguanakan dalam membantu menyampaikan materi usaha pada

pelajaran fisika untuk kelas VII-1 yang dapat membuat siswa belajar mandiri, serta dapat

meningkatkan minat belajar siswa.

39
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang yang dilakukan oleh peneliti menggunakan metode penelitian dan

pengembangan (Research and Development). Nana Syaodih Sukmadinata (2009: 165)

menyebutkan “penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah

untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada

dan dapat dipertanggungjawabkan”. Penelitian ini merupakan penelitian yang digunakan

untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut

(Sugiyono, 2015 : 407). Selain menguji keefektifan produk yang dihasilkan, penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa, serta penelitian ini digunakan

dalam menambah wawasan mengenai fenomena fundamental dengan penelitian dasar

(basic research), dan juga dalam penelitian praktik di dunia pendidikan dilakukan dengan

penelitian terapan (applied research).

40
Tercetusnya penelitian dan pengembangan di dalam dunia pendidikan ditandai dengan

adanya permasalahan yang membutuhkan suatu penyelesaian masalah melalui suatu produk.

Penelitian ini menggunakan model penelitian yang diadaptasi dan diimplementasikan melalu

model pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Develop, Implement, dan Evaluate). Di

dalam model ini digunakan 5 tahap terstruktur yakni, analisis, desain, pengembangan,

implementasi dan evaluasi. Akan tetapi, peneliti hanya menggunakan 4 tahap yakni, analisis,

desain, pengembangan dan implementasi. Peneliti hanya menggunakan 4 tahap dalam

penelitian ini karena peneliti hanya menguji bahwa produk yang akan dihasilkan nantinya

akan layak dalam mengatasi kurangnya keaktifan siswa di dalam pembelajaran yang sering

digunakan dengan menggunakan media pembalajaran buku ajar. Peneliti tidak sampai di

tahap menguji tingkat keefektifan produk di dalam penelitian ini.

Produk yang akan dihasilkan merupakan pengembangan yang menghasilkan produk

berbentuk media pembelajaran. Media pembelajaran yang dikembangkan akan dinilaikan

kepada ahli media, ahli materi, dan siswa sebagai pengguna media pembelajaran. Sehingga

diharapkan dengan hadirnya inovasi produk dalam media pembelajaran ini dapat digunakan

dalam membantu meningkatkan keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran fisika materi

usaha. Tercetusnya penelitian dan pengembangan di dalam dunia pendidikan ditandai dengan

adanya permasalahan yang membutuhkan suatu penyelesaian masalah melalui suatu produk.

Penelitian ini menggunakan model penelitian yang diadaptasi dan diimplementasikan melalu

model pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Develop, Implement, dan Evaluate). Di

dalam model ini digunakan 5 tahap terstruktur yakni, analisis, desain, pengembangan,

implementasi dan evaluasi. Peneliti hanya menggunakan 4 tahap yakni, analisis, desain,

pengembangan dan implementasi. Peneliti hanya menggunakan 4 tahap dalam penelitian ini

karena peneliti hanya menguji bahwa produk yang akan dihasilkan nantinya akan layak

dalam mengatasi kurangnya keaktifan siswa di dalam pembelajaran yang sering digunakan

41
dengan menggunakan media pembalajaran buku ajar. Peneliti tidak sampai di tahap menguji

tingkat keefektifan produk di dalam penelitian ini.

Produk yang akan dihasilkan merupakan pengembangan yang menghasilkan produk

berbentuk media pembelajaran berbasis multimedia menggunakan AppYet.Media

pembelajaran yang dikembangkan akan dinilaikan kepada ahli media, ahli materi, dan siswa

sebagai pengguna media pembelajaran. Sehingga diharapkan dengan hadirnya inovasi produk

dalam media pembelajaran ini dapat digunakan dalam membantu meningkatkan keaktifan

siswa di dalam proses pembelajaran fisika materi usaha. Dalam bidang pendidikan, desain

produk dapat langsung diujicobakan setelah divalidasi dan direvisi (Sugiyono, 2015: 414).

3.2 Model Penelitian

Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pengembangan waterfall (air

terjun). Menurut I Made, dkk (2015) menyatakan bahwa model ini merupakan model

desain pembelajaran secara terprogram dengan urutan-urutan kegiatan yang sistenatis.

Model waterfal. Model penelitian ini disusun yang terdiri atas 5 tahap yakni,

analisis,desain, implementasi, pengujian, dan pemeliharaan. Akan tetapi di dalam

penelitian ini, peneliti hanya menggunakan sampai di tahap keempat. Hal ini dikarenakan

di tahap pemeliharaan membutuhkan pemantauan yang terus berkelanjutan, sedangkan

waktu peneliti dan perizinan yang diberikan oleh sekolah yang menjadi sasaran terbatas,

sehingga peneliti hanya dapat melakukan penelitian dengan keempat tahapan tersebut.

3.3 Prosedur Penelitian

Peneliti menggunakan model penelitian waterfall . Didalam Prosedur pengembangan

media pengembangan berbasis media interaktif dengan model penelitian waterfall terdiri

beberapa tahapan yaitu:

1) Analysis (analisis kebutuhan)

42
Pada tahapan ini peneliti mengumpulkan data-data yang digunakan dalam

pemngembangan media pembelajaran berbasis media interaktif.

Mengumpulkan data berupa masalah hasil belajar siswa bersama guru kelas,

yang di dalamnya juga berisi informasi mengenai potensi sekolah berupa kemampuan

siswa dan guru dalam mengoperasikan ponsel. Selain itu inforasi yang diberikan oleh

guru juga berupa standar kompetensi materi usaha dalam pelajaran fisika. Kemudian,

peneliti menentukan gagasan berupa solusi dalam mengatasi pemasalahan tersebut.

Solusi yang diberikan oleh peneliti berupa pengembangan media pembelajaran

berbasis e-learning dengan menggunakan ponsel. Hasil-hasil wawancara dengan guru

kelas dijadikan sebagai dasar analisisis kebutuhan disertai angket kepada siswa dan

guru. Angket ini berisikan pilihan-pilihan rencana yang akan diwujudkan ke dalam

media pembelajaran.

2) Design (Desain)

Tahapan ke-2 ini sering disebut dnegan tahap perencaan yang digunakan

sebagai tahap dalam menyelesaikan pernasalahan. Di tahap ini desain media yang

akan dikerjakan berdasarkan data-data yang diperoleh dari tahap analisis kebutuhan

yang telah dilakukan. Pembuatan desain yang dikerjakan oleh peneliti dirancang

sesuai kebutuhan guru dan siswa di sekolah tujuan. Desain penelitian ini digambarkan

melalui prototype sebagai desain produk yang menjadi gambaran awal dalam

penuangan ide peneliti. Prototype yang dibuat sebagai dasar acuan dalam pengerjaan

produk sehingga hasil akhirnya sesuai dengan gagawan awal peneliti.

3) Implementation (Implementasi)

Di tahap ini, peneliti melakukan kegiatan implementasi atau realisasi terhadap

desain yang telah ddirancang sesuai dengan analisis kebutuhan. Desain yang akan

direalisasikan merupakan media pembelajaran yang meliputi beberapa komponen

43
pendukung seperti, teks, gambar, animasi, video, suara, dan lain-lain. Impelementasi

media yang akan dihasilkn merupakan media pembelajaran interaktif bagi pengguna.

Media pmbelajaran yang dihasilkan diwujudkan dengan menggunakan AppYet web.

Tahap berikutnya yaitu validasi. Validasi ini terbagi atas validasi ahli materi dan ahli.

Terakhir tahapan yang dilakukan yaitu revisi. Setakah dilakukan validasi selanjutnya

dilakukan proses revisi. Acuan revisi yang akan dilakukan berdasar kepada komentar

dan saran dari pihak validasi ahli materi dan ahli media agar produk yang dihasilkan

lebih menarik dan tepat sasaram dengan kebutuhan peserta didk.

4) Testing (Pengujian)

Setelah produk yang telah diwujudkan kedalam bentuk media pembelajaran,

selanjutnya dilakukan tahapan pengujian atau implementasi dimana kegiatan yang

dilakukan adalah menilai produk yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan

peserta didik. Produk diujicobakan dengan melibatkan siswa SMP N.8 Kota

Gorontalo. Dengan uji coba kelompok kecil yang teridir dari 6 siswa. Ujia kelompok

kecil membuktikan hasil belajar siswa pelajaran Fisika dari keenam siswam terjadi

perbedaan sebeleum dan setelah digunakannya media pembelajaran menggunakan

media ini. Perbedaan dapat dilihat dari adanya peningktan hasil belajara kognitif

siswa pada materi usaha menggunakan media. Setalah dilakukannya revisi kemudia

produk diterapkan di seluruh siswa kelas VII-1 SMP N.8 Kota Gorontalo. Di tahapan

ini peneliti mendaptkan hasil apakah produk yang dihasilkan dapat meningkatlkan

keaktifan siswa di dalam sampel penelitian.

3.4 Subjek, Lokasi dan Tempat Penelitian

1) Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 30 siswa kelas VII-1 SMP N.8 Kota Gorontalo

2) Lokasi Penelitian

44
Penelitian dilaksanakan di SMP N.8 Kota Gorontalo.

3) Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2020 sampai dengan Januari 2020.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan

yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian

ditarik kesimpulan. (Sugiyono, 2015: 61). Dibawah ini merupakan variabel penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini :

1) Kelayakan media pembelajaran interaktif berbasis e-learning berbantu Appyet web

pada materi usaha mata pelajaran fisika di kelas VII-1 SMP N.8 Kota Gorontalo.

2) Keaktifan siswa setelah menggunakan media pembelajaran interaktif berbasis e-

learning berbantu Appyet web di kelas VII-1 SMP N.8 Kota Gorontalo.

3.6 Populasi dan Sampel

1) Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek, subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015: 117). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII-1 SMP N.8 Kota Gorontalo yang

berjumlah 30 siswa.

2) Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2015: 118). Sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik nonprobability. Pada teknik ini peneliti menetapkan sampling jenuh. Sampling

jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa sampel dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas VII-1 SMP N.8 Kota Gorontalo yang berjumlah 30 siswa.

45
3.7 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam menghimpun data selama proses penelitian

pengembangan media pembelajaran berbasis media interaktif pada materi usaha di mata

pelajaran fisika untuk kelas VII yakni instrumen yang berupa angket. Angket yang

disusun meliputi tiga jenis yang disesuaikan dengan responden dari penelitian ini, adapun

angket itu sendiri diberikan untuk ahli materi, angekt untuk ahli media, dan angket untuk

peserta didik. Cakupan penilaian dalam penilaian ini adalah sebagai berikut : (a) aspek

yang dinilai oleh ahli materi adalah aspek pembelajaran dan aspek isi. (b) Aspek yang

dinilai oleh ahli media adalah aspek tampilan. (c) Aspek yang dinilai oleh peserta didik

adalah aspek penggunaan.

Adapun kisi-kisi dari masing-masing instrumen yang digunakan ialah sebagai berikut :

1) Angket Validasi Materi

Validasi ahli materi akan dilakaukan oleh guru pengajar fisika di kelas VII-1 SMP

N.8 Kota Gorontalo. Instrumen yang digunakan oleh ahli materi yakni berupa angket.

Angket unstrumen oleh ahli materi dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Ahli Materi

No Aspek yang Indikator

Dinilai
1 Pembelajaran Relevansi materi dengan kompetensi dasar
Sistematika penyajian materi
Kesesuaian materi dengan indikator
Kejelasan uraian materi
Kecukupan pemberian latihan
Kecukupan pemberian umpan balik terhadap

motivasi belajar
Kesesuaian penyajian soal test sesuai indikator

keberhasilan

46
Kejelasan penggunaan istilah
Kejelasan penggunaan bahasa
2 Kebenaran isi Kecukupan bobot materi untuk pencapaian

tujuan
Kejelasan penyajian materi
Sistematika penyajian materi
Kebenaran materi
Kesesuaian pemberian contoh dengan materi
Penggunaan bahasa mudah dipahami
Gambar yang disajikan mendukung materi
Kesesuaian animasi untuk memperjelas isi
Rumusan soal sesuai dengan kompetensi dasar
Tingkat kesulitan soal sudah sesuai dengan

pencapaian kompetensi yang diharapkan

2) Angket Validasi Media

Validasi ahli media akan dilakukan oleh dosen pembimbing. Instrumen ahli media

berupa angket. Angket instrumen oleh ahli media dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Ahli Media

No Aspek yang Indikator

Dinilai
1 Tampilan Kejelasan petunjuk penggunaan program
Keterbatasan teks atau tulisan
Ketepatan pemilihan dan komposisi warna
Konsistensi penempatan button
Kualitas tampilan gambar
Sajian animasi
Daya dukung musik pengiring
Tampilan layar
Kejelasan suara
Ketepatan penggunaan bahasa
Warna background dengan teks

3) Angket Penilaian Peserta Didik

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Peserta Didik

47
No Aspek yang Indikator

Dinilai
1 Penggunaan Kejelasan tujuan pembelajaran
Kejelasan petunjuk belajar
Kejelasan uraian materi
Pemberian contoh
Pemberian kesempatan kepada siswa untuk

berlatih sendiri
Pemberian penguatan untuk jawaban yang

benar
Kejelasan bahasa yang digunakan
Kesesuaian gambar untuk memperjelas isi
Kesesuaian video untuk memperjelas isi
Kesesuian animasi untuk memperjelas isi
Kebebasan memilih menu
Daya dukung music
Ketepatan pemilihan warna background dan

warna tulisan
Ketepatan memilih jenis dan ukuran huruf
Tampilan animasi yang disajikan apakah

menarik

E. Teknis Analisis Data

Dari data yang diperoleh melalui uji coba di dalam kelas, data tersebut diklasifikasikan

menjadi 2 bagian, yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualittatif yang diperoleh berupa

tanggapam, kritik dan saran yang dikemukakan oleh ahli materi, ahli media dan peserta didik

yang akan dihimpum untuk diperbaiki pada produk media pembelajaran interaktif tersebut.

Data kuantitatif yang telah diperoleh dari kuisioner, kemudian akan dikonversikan ke data

kualitatif dengan skala likert (skala 5) untuk kemudian peneliti mengethui kualitas produk

yang dihasilkan, dengan uraian sebagai berikut :

48
Sangat Kurang (SK) diberi skor 1

Kurang (K) diberi skor 2

Cukup Baik (CB) diberi skor 3

Baik (B) diberi skor 4

Sangat Baik (SB) diberi skor 5

Kemudian data yang diperoleh dikonversikan dengan menggunakan Pendekatan Acuan

Patokan yang telah dikembangan oleh Widyoko (2009).

49
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Willy dan Jogiyanto. (2015). Partial Least Squares: Alternatif Structural. Equation
Modelling Dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta.
Abdul Kadir & Terra CH. Triwahyuni 2003. “Pengenalan Teknologi Informasi”. Andi

Yogyakarta.

Abdul Hamid. 2009. Teori belajar dan pembelajaran. Medan.


Ahmad Rohani. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Antonius Aditya Hartanto dan Onno W. Purbo. (2002). E-Learning berbasis PHP dan MySql,
Elex Media Komputindo, Jakarta
 Arief S Sadiman, dkk. 2003. Media Pendidikan: Pengertian, Pengambangan dan.
Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo
Arif S. Sadiman, dkk. 1986. Media Pendidikan, pengertian, Pengembangan, dan.
Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali.
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran, edisi 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Brown, H-Douglas. 2000. Principles of Language Learning and Teaching. London: Longman
Budi Sutedjo Dharma Oetomo. 2002. e-Education. Konsep, Teknologi dan. Aplikasi Internet
Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Budiman, Nandang. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: UPIPRESS
Chauhan, S. S. 1979. Innovation in Teaching - Learning Process. New Delhi, Vikas Publising

House PVT LTD.

Cisco. 2001. e-learning: Combines Communication, Education, Information, and Training,


http://www.cisco.com.
Clark, R.C. & Mayer, R.E. (2008). E-learning and the science of instruction: proven

guidelines for consumers and designers of multimedia learning, second edition. San

Francisco: John Wiley & Sons, Inc.

Clark, R.C., & Mayer, R.E. (2008). E-Learning and the Science of Instruction. San Francisco:
John Wiley & Sons, Inc

50
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka.

Depdiknas .2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang sistem pendidikan nasional.

Depdiknas .2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang sistem pendidikan nasional. 


 Djamarah Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta. 
einich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S.E. (2002). Instructional. Media And
Technology For Learning, 7th Edition. New Jersey
Gagne dan Briggs. 1979. Pengertian Pembelajaran

Hamalik, Oemar. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 
Hamalik, Oemar. 1986. Media Pendidikan. Bandung : Alumni. Mulyasa. 2011. Praktik
penelitian tindakan kelas. Bandung: PT. Remaja. Rosdakarya.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.

Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo. (2011). Teknologi Komunikasi &. Informasi


Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hariningsih. 2005. Teknologi Informasi. Yogyakarta : Graha Ilmu. Jogiyanto.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1988. Jakarta: Balai Pustaka

Khoe Yao Tung. 2015. Pembelajarandan Perkembangan Belajar. Jakarta: Indeks.


Marno, dan Idris, M. (2012). Strategi dan Metode Pengajaran. Yogyakarta: Ar-. Ruzz

Miarso, Yusufhadi. (2009). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group
Muhibbin Syah.2010.Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru.Bandung:PT Remaja

Rosdakarya

Muhibbin, Syah. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: Raya Grafindo Perkasa

Munadi, Yudhi. 2013. Media Pembelajaran ( Sebuah Pendekatan Baru). Jakarta: Referensi.


Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Bandung: Alfabeta

51
Musfiqon. 2012. Pengembangan Media Belajar Dan Sumber Belajar. Jakarta : Prestasi
Oetomo, B.S.D dan Jarot Priyogutomo, 2004, Kajian Terhadap Model e-Media dalam
Pembangunan Sistem e-Education, Makalah Seminar Nasional Informarika di
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta pada 21 Februari 2004.
Oetomo, B.S.D dan Jarot Priyogutomo, 2004, Kajian Terhadap Model e-Media dalam

Pembangunan Sistem e-Education, Makalah Seminar Nasional.

Rosenberg, Marc. J. (2001). E-Learning : Strategies For Delivering Knowledge In The


Digital Age. USA : McGraw-Hill Companies
Rusman, dkk (2011) Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi :
Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:Rajawali Pers. PT. Raja Grafindo
Persada
Ruth, Y E and Ulrich, Orth. (2011). Self-Esteem Development From Age 14 to 30 Years: A
Longitudinal Study. Journal of Personality and Social Psychology : Vol. 101, No. 3,
607–619.
Sardiman. 2001. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja. Grafindo Persada. 

 Selwyn, Neil (2011) Education and technology Continuum ( London SE1 & New York) isbn
978‐1‐4411‐5036‐3 197
Selwyn, Neil (2011) Education and technology Continuum ( London SE1 & New

York) isbn 978‐1‐4411‐5036‐3 197

Seok. (2008). The Aspect of E-learning. International Journal E learning Proquest, 7(4).
Silberman, Melvin L. 2007. Active Learning Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:

Pustaka Insan Madani.

Silberman, Mel. (2010). 101 Cara Pelatihan & Pembelajaran Aktif. Jakarta: Index.

Skinner, B. F. (2013). Ilmu pengetahuan dan perilaku manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Smaldino, Sharon E, dkk ( 2012). Instructional Technology & Media For Learning.Pearson
Education. Inc.
Sumiati dan Asra. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
Sutikno, Sobry. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Lombok: Holistica.
Syah, Muhibbin. (2012). Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada

52
Tilaar, H.A.R. 2012. Kaleidoskop Pendidikan Nasional. Jakarta: Kompas. 

Toffler, Alvin. (2012). Literacy Information. London: Pan Books Ltd.


Waller, Vaughan and Wilson, Jim. (2001). A Definition for E-Learning” in Newsletter of
Open and Distance Learning Quality Control.
Warsita, Bambang. (2008) Teknologi Pembelajaran: Landasan &Aplikasinya,. Jakarta:
Rineka
Wiana, W. (2017). Application Design Of Interactive Multimedia Development Based
Motion Graphic On Making Fashion Design Learning In Digital Format.
International Journal Of Scientific & Technology Research 6(5), 102–108.
[TersediaOnline]: http://www.ijstr.org/final-print/may2017/Application-Design-Of-
InteractiveMultimedia-Development-Based-Motion-Graphic-On-Making-
FashionDesign-Learning-In-Digital-Format.pdf.
Yensy, Nurul Astuty.2012. Penerapan Model pembelajaran Kooperatif Examples Non

Examples Dengan Menggunakan Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Di Kelas VIII SMP N 1 Argamakmur. Exacta, 10 (1). pp. 24-35. ISSN 1412-

3617

Yusuf, Syamsu. (2012). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Zaman, dkk. 2012. Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif Menggunakan
Macromedia Flash Professional pada Pembelajaran Fisika. Indonesian Jornal Of
Curriculum and Educational Technology Studies. Jurnal. 1(1)1

53

Anda mungkin juga menyukai