Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MENELAAH STANDAR KOMPETENSI LULUSAN, STANDAR PROSES


DAN STANDAR PENILAIAN KURIKULUM 2013
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Telaah Kurikulum dan Buku Teks
Fisika)

DOSEN PENGAMPUH
Supartin, S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH
Kelompok 5
Merlinda Apriyani (4214180007)
Paulutu
Fira Lakoro (421418015)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah Telaah Kurikulum dan Buku Teks Fisika dengan judul “
Menelaah Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses dan Standar Penilaian Kurikulum
2013 “.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Gorontalo, Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................1
1.3 Tujuan Pembahasan.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 KTSP dan Kurikulum 2013.............................................................................................3
2.2 Menelaah Standar kompetensi lulusan (SKL)
Pada KTSP dan Kurikulum 2013...................................................................................3
2.2.1 Tujuan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)........................................................3
2.2.2 Perbedaan Standar kompetensi lulusan (SKL)
kurikulum KTSP dan kurikulum 2013.................................................................4
2.3 Menelaah Standar Proses Pada KTSP dan Kurikulum 2013.......................................5
2.3.1 Beberapa Permasalahan Pada Standar Proses Ktsp 2006...................................5
2.3.2 Upaya Perbaikan Standar Proses Ktsp Pada Kurikulum 2013..........................7
2.4 Menelaah Standar Penilaian Pada KTSP dan Kurikulum 2013..................................10
2.4.1 Penilaian KTSP........................................................................................................10
............................................................................................................................................
2.4.2 Penilaian Kurikulum 2013......................................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................12
3.2 Saran................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan Nasional di Indonesia berlandaskan Pancasila dan Undang –Undang dasar
1945 yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan Nasional
juga bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman, dan
bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Peningkatan dapat
terwujud melalui proses pendidikan yang terencana, terarah, intensif, efektif, dan efisien
sehingga setiap individu memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensinya.

Sekolah merupakan salah satu sistem pendidikan yang berfungsi untuk membantu
meningkatkan kualitas SDM sehingga mampu mengubah pola pikir dan kreativitas untuk
meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian. Sekolah dibuat oleh pemerintah di bidang
pendidikan dengan berlandasan operasionalnya adalah kurikulum. Kurikulum dibentuk bertujuan
untuk mencapai tujuan bangsa dan negara Indonesia.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang tujuan, isi dan bahan
pelajaran yang dikembangkan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional
serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta
didik serta kebutuhan lapangan kerja.

Kurikulum yang sudah mulai digunakan sekarang adalah kurikulum 2013.Kurikulum


tersebut merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya (KTSP). Berlakunya kurikulum
2013 diharapkan dapat memacu pengembangan kompetensisiswa kearah yang lebih analisis dan
tuntutan guru agar lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran karena guru dianggap mampu
semua hal yang dapat membantu siswa berkembang. Pada makalah ini akan dianalisis salah satu
standar kompetensi lulusan, standar proses dan standar penilaian yang ada pada KTSP dan
kurikulum 2013. Dimana pada pengembangan KTSP menjadi kurikulum 2013 ini akan
melahirkan output yang sesuai dengan tuntutan masyarakat saat ini dan yang akan datang.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perbedaan KTSP dan kurikulum 2013?

1
2. Bagaimana perbedaan Standar Kompetensi Lulusan di KTSP dan kurikulum2013?
3. Bagaimana perbedaan Standar Proses dan Standar Penilaian di KTSP dan
kurikulum2013?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui perbedaan KTSP dan kurikulum 2013.
2. Untuk mengetahui perbedaan Standar Kompetensi Lulusan di KTSP dan kurikulum2013.
3. Untuk mengetahui perbedaan Standar Proses dan Standar Penilaian di KTSP dan
kurikulum2013.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KTSP dan Kurikulum 2013

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU sisdiknas No. 20 Tahun 2003). Kurikulum
adalah sesuatu program pendidikan yang drencanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu (Surachmad, 1977). Dari pengertian-pengertian yang adadapat ditarik
kesimpulan bahwa kurikulum adalah program yang direncakan dandigunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 pasal 1 ayat 15 dan PP No. 32Tahun 2013 pasal 1
ayat 20 menyatakan bahwa Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dandilaksanakan di setiap satuan pendidikan. Kurikulum tersebut
dilaksanakan dandikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan sekolah sesuai
denganStandar Nasional Pendidikan (SNP) yang telah ditetapkan pemerinta.

Perbedaan pada kurikulum yang ada pada PP No.19 Tahun 2005 dengan PP No.32 Tahun
2013 adalah pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang telah dirubah atau disempurnakan.
SNP yang disempurnakan meliputi Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Proses, Standar
Isi, dan StandarPenilaian. Perbandingan antara Standar Kompetensi Lulusan yang ada pada PP
No 19 Tahun 2005 dengan PP No 32 tahun 2013 kemudian diatur dalamPermendikbud No. 54
Tahun 2013.

2.2 Menelaah Standar kompetensi lulusan (SKL) Pada KTSP dan Kurikulum 2013
2.1.1 Tujuan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 26 ayat 1-3 disebutkan bahwa:

1. Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untukmeletakkan


dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, sertaketerampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2. Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklakmulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikanlebih lanjut.

3
3. Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlakmulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Sedangkan pada Permendikbud No.54 Tahun 2013 dijelaskan bahwaStandar Kompetensi


Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembanganstandar isi, standar proses, standar
penilaian pendidikan, standar pendidik dantenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, danstandar pembiayaan (tertuang pula dalam PP No. 32 Tahun 2013 ayat
2A).

Pada PP No. 32 Tahun 2013 sesungguhnya masih tetap ada pasal 26 seperti yang
disebutkan pada PP No. 19 Tahun 2005. Perbedaan ada penambahan antara pasal 2 dan 3 yang
kemudian disebut pasal 2A yang bunyinya seperti yang tertulis tersebut di atas. Pada kurikulum
2013 sesuai dengan PP No. 32 Tahun2013 dan Permendikbud No. 54 Tahun 2013 sudah ada
dasar hukum yang menganjurkan bahwa standar pendidikan yang lain disusun dengan mengacu
pada SKL. Hal ini berbeda pada PP No. 19 Tahun 2005 dimana SKL mengacu pada SK (Standar
Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar) setiap mata pelajaran.

2.2.2 Perbedaan Standar kompetensi lulusan (SKL) kurikulum KTSP dan kurikulum 2013

Beberapa perbedaan antara standar kompetensi lulusan (SKL) dalam KTSP dan
kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:

KTSP Kurikulum 2013

SKL terdiri dari setiap mata pelajaran, setiap Hanya ada 1 SKL pada setiap jenjang kelas
mata pelajaran memiliki SK dan KD sendiri, yang menjadi acuan untuk semua mata
disetiap jenjang kelas. pelajaran.
Menitikberatkan pada kemampuan kognitif, Pembelajaran lebih menekankan pendidikan
sehingga beban belajar terlalu berat. karakter. Adanya keseimbangan antara soft
skill dan hard skill.
Pembentukan karakter belum secara jelas Pendidikan karakter sudah dimunculkan dalam
diuraikan dalam SKL, hanya dimunculkan SKL dalam ranah K11 (religious), dan K12
dalam silabus dan RPP. (sikap sosial individual).
Pembelajaran bersifat pasif dan abstrak . Pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah
yang bersifat interaktif, menyelidiki konteks
dunia nyata.
SKL diuraikan berasal dari standar isi. SKL diuraiakan berdasarkan kebutuhan,
dimanan SKL digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan 7 SNP yang lainnya.
Terdapat pemisahan antara mata pelajaran Semua mata pelajaran harus mampu
sikap, keterampilan, dan pembentukan membentuk sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. pengetahuan.
Potensi diuraikan dari mata pelajaran. Mata pelajaran diuraikan dari kompetensi yang

4
ingin dicapai
Mata pelajaran terpisah – terpisah sehingga Semua mata pelajaran disatukan oleh K1
terlihat seperti kumpulan mata pelajaran. disetiap kelas.
Mata pelajaran belum relevan dengan Sesuai dengan perkembangan anak, mata
kompetensi yang dibutuhkan terlalu berat dan pelajarannya esensial, dan sesuai dengan yang
terlalu luas. dibutuhkan.
Cakupan SKL terdiri dari satuan pendidikan, Cakupan SKL untuk semua satuan pendidikan
mata pelajaran, dan kelompok mata pelajaran. yang meliputi mata pelajaran, jenjang kelas,
maupun kelompok pelajaran.
Penjurusan dimulai ketika kelas XI SMA. Tersedia kelompok permintaan (sebagai ganti
Tidak tersedia mata pelajaran pilihan antar pejurusan) dan pilihan antar kelompok
jurusan peminatan dan bebas pada awas masuk sekolah
SMA.

2.3 Menelaah Standar Proses Pada KTSP dan Kurikulum 2013


2.3.1 Beberapa Permasalahan Pada Standar Proses Ktsp 2006

Berikut ini beberapa permasalah pada standar proses ktsp 2006

1. Umumnya pembelajaran hanya berorientasi pada penguasaan konsep ilmu dan


dominan dilakukan di dalam kelas.
Dalam KTSP 2006, proses pembelajaran tidak disertai tagihan penilaian secara
tegas dan simultan antara aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian
lebih ditekankan pada aspek pengetahuan saja. Guru menganggap siswa telah
mencapai standar kompetensi manakala siswa tersebut mendapat nilai bagus dalam
bentuk tes tertulis. Sementara tes tertulis hanya mengukur aspek kognitif saja. Ini
merupakan kelemahan KTSP yang memengaruhi cara kerja guru di mana desain
pembelajaran umumnya hanya berorientasi pada penguasaan konsep saja.
Untuk matematika misalnya, walaupun ada KD yang dirumuskan ‘mampu
menerapkan konsep ilmu matematika dalam memecahkan persoalan dalam
kehidupan sehari-hari’. Kompetensi dasar ini ‘dieksekusi’ dengan hanya
memberikan instrumen berupa soal terapan (matematika realistik), tetapi itu hanya
dilakukan di atas kertas. Fenomena ini menimbulkan kesan seolah-olah KTSP 2006
mendukung pembelajaran hanya berorientasi pada penguasaan konsep ilmu saja.
Dampak lanjutannya adalah pembelajaran dominan terjadi di dalam kelas.
PR/Tugas yang diberikan juga hanya untuk mendukung upaya penguasaan konsep
belaka. Ini bertentangan dengan prinsip pedagogis: kurikulum adalah rancangan
pendidikan yang memberi kesempatan untuk peserta didik mengembangkan potensi
dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan
kemampuan dirinya untuk memiliki kualitas yang diinginkan masyarakat dan
bangsanya (Kemdikbud, 2012:2).
2. Pembelajaran cenderung berpusat pada guru
5
Dampak lanjutan dari pembelajaran ‘hanya’ berorientasi pada penguasaan konsep
adalah kecenderungan bahwa pembelajaran didominasi guru. Tekanan psikologis
seorang guru yang telah diberi tugas membawahi suatu mata pelajaran, jelas tidak
ingin ketinggalan materi matapelajarannya. Situasi ini membuat ia lebih
mementingkan pencapaian target ketuntasan materi daripada pembentukan
keterampilan dan sikap pada siswa. Di sinilah muncul desain pembelajaran yang
lebih didominasi guru.
Padahal, pembelajaran yang ideal adalah berpusat pada orang yang sedang belajar.
Situasi ini hampir sama dengan nasib kusikulum Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
dimana siswa seharusnya aktif melakukan kegiatan belajar. Namun kegiatan belajar
di kelas cenderung didesain sebagai kegiatan pengajaran, guru mengajar dan siswa
menyimak atau memperhatikan materi pelajaran. Ini sulit untuk membentuk
pengalaman belajar apalagi pemahaman materi pelajaran oleh siswa.
3. Proses belajar dengan sistem penjurusan di tingkat SMA/SMK
KTSP 2006 menggunakan sistem penjurusan. Ini berarti, siswa diharuskan
mempelajari beberapa mata pelajaran yang telah dikemas pada suatu jurusan. Entah
siswa berminat atau tidak berminat, ia tetap mempelajari semua bidang studi yang
ada. Sebagai gambaran, andaikan seorang siswa lebih berminat mempelajari bahasa
China daripada bahasa Jerman. Selama ini, Bahasa Jerman telah ada dalam sistem
penjurusan, dan kurikulum akan terlalu padat jika mengakomodir bahasa China.
Minat siswa tersebut jadinya tidak dilayani pendidikan kita. Sebaliknya, ia
‘dipaksakan’ untuk mempelajari semua konten matapelajaran Bahasa Jerman yang
telah diatur kurikulum.
Kendala lain adalah bahwa di negara-negara lain, sistem penjurusan di SMA sudah
ditiadakan. Akan menemui kesulitan untuk penyetaraan ijazah pendidikan SMA di
Indonesia dengan pendidikan SMA luar negeri.
4. Proses evaluasi: terjadi fenomena menyontek
Proses (pelaksanaan) evaluasi pada tengah atau akhir semester oleh pihak sekolah,
umumnya tidak disertai pengawasan ketat seperti pelakasaan UN. Pelaksanaan UN
sendiri rawan kebocoran soal. Karena proses evaluasi pembelajaran lebih dominan
dilakukan dengan tes, maka besar kemungkinan nilai perolehan siswa tidak
menunjukkan kemampuan dirinya. Sebab, dalam menjalankan tes tertulis, bisa
terjadi siswa melakukan tindakan penyontekan. Penyontekan bisa terjadi entah
dengan melihat pekerjaan teman, maupun dengan mendapat bocoran soal tes.
5. Pembelajaran yang berorientasi pada buku teks
Pada KTSP 2006, SK/KD diturunkan dari mata pelajaran. Mata pelajaran memuat
pokok-pokok bahasan tertentu yang disusun dalam suatu buku teks siswa/buku
pelajaran. Tiap pokok bahasan dijabarkan KD yang harus dicapai siswa, dan sudah
dikemas dalam satu buku pelajaran, Maka resiko pembelajaran dilakukan untuk
mengejar target materi/pokok bahasan yang telah disusun tersebut.

6
Dampaknya adalah guru memilih metode dan mendesaian pembelajaran cenderung
hanya berorientasi pada buku teks yang ada. Sementara, ada pihak sekolah yang
menggunakan buku teks yang disusun/diterbitkan penerbit di luar daerahnya.
Contoh, sekolah-sekolah di luar pulau Jawa umumnya menggunakan buku terbitan
Erlangga, Tiga Serangkai, dan penerbit lain yang ada di pulau Jawa.
Idealnya tujuan desain pembelajaran adalah menata situasi belajar dalam kelas agar
siswa memperoleh kesempatan belajar yang efektif untuk mencapai kompetensi
tertentu. Seharusnya, faktor siswa lebih dipertimbangkan dengan mendesain
pembelajaran sesuai dengan realita kehidupan siswa atau lingkungan hidup siswa
pada satuan pendidikan. Artinya, pembelajaran harus bersifat kontekstual, bukan
hanya membahas materi yang termuat dalam buku pelajaran, yang belum tentu
sesuai konteks satuan pendidikan.
Orientasi pembelajaran seharusnya memberdayakan siswa, bukan sekedar
menuntaskan materi dalam satu buku pelajaran. Salah satu faktor yang
mempengaruhi hal ini adalah masih terdapat kecenderungan satuan pendidikan
menyusun kurikulum tanpa mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan,
kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah.
6. Buku teks hanya memuat materi bahasan
Pada KTSP 2006, buku teks sebagai sumber belajar berupa hanya memuat materi
bahasan. Bukut teks tidak disertai dengan proses (metode) pembelajaran dan sistem
penilaian. Hal ini oleh sebagian guru diterapkan secara kaku. Penilaian monoton
hanya dengan tes, sehingga siswa hanya terangsang untuk mengembangkan aspek
kognitif saja. Penilaian sikap dan keterampilan umumnya tidak dilakukan.
Jika dibiarkan, proses seperti ini akan menghasilkan out come pendidikan yang
memiliki pengetahuan tetapi tidak diimbangi oleh keterampilan. Dengan kata lain,
lulusan suatu lembaga pendidikan hanya dibekali soft skill, tidak diimbangi hard
skill. Sehingga di tengah masyarakat, ilmu yang diperoleh akan menjadi mubasir,
siswa sulit menerapkan konsep ilmu yang telah dipelajarinya karena hard skill yang
tak terdidik. Situasi ini menciptakan anomali produk pendidikan di tengah
masyarakat, sehingga pendidikan kita dianggap gagal.

2.3.2 Upaya Perbaikan Standar Proses Ktsp Pada Kurikulum 2013

Di tengah masyarakat, tuntutan kualitas siswa secara utuh sebagai manusia harus
mencakup tiga aspek kompetensi: (1) sikap, (2) pengetahuan, dan (3) keterampilan. Untuk
mengatasi kelemahan KTSP 2006, pemerintah menyusun kurikulum 2013 dengan perubahan
Standar Proses sebagai berikut:

1. Perbaikan bagian inti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Bagian inti RPP pada KTSP 2006, yang memuat (a) eksplorasi, (b) elaborasi dan (c)
konfirmasi diubah menjadi pelaksanaan standar (a) sikap; (b) pengetahuan, (c)
keterampilan pada kurikulum 2013. RPP dengan aspek keterampilan dan sikap, berarti

7
tuntutan kurikulum dilengkapi dengan mencipta. Sebelumnya, eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi tentu terjadi melalui proses mengamati, menanya, mengolah, menalar,
menyajikan, dan menyimpulkan.
Tuntutan sikap pada bagian inti RPP berarti membina (langsung) siswa untuk
menjalankan sikap yang sesuai karakter bangsa. Dengan demikian, kurikulum 2013
mendukung pendidikan karakter.
Dengan tuntutan mencipta, maka siswa dirangsang bukan hanya untuk menguasai konsep
ilmu saja. Dengan pengalaman (langsung) siswa digembleng untuk memperoleh
keterampilan sesuai kemampuan belajarnya. Perbedaan proses belajar ini digambarkan
sebagai berikut:
2. Mengganti sistim penjurusan dengan sistim peminatan tingkat SMA
Sistem penjurusan berarti telah ada satu paket mata pelajaran dalam satu jurusan (IPA,
Bahasa, atau IPS). Artinya, siswa hanya belajar mata pelajaran yang menjadi jurusannya
sekalipun materi pelajaran itu tidak diminati. Pada kurikulum 2013, proses belajar diubah
seiring perubahan standar isi di mana ada kelompok: (1) mata dan (2) mata pelajaran
pilihan. Ketentuan pengambilan mata pelajaran wajib dan pilihan sebagai berikut:
a) Untuk SMA dan SMK
 Semua peserta didik wajib mengikuti mata pelajaran wajib kelompok A
dan kelompok B
 Pramuka adalah ekstra kurikuler wajib demi keterlibatan siswa dalam
kegiatan kemasyarakatan dan lingkungan.
b) Untuk SMA
 Setiap peserta didik memilih salah satu perminatan (matematika dan
sains, IPS atau bahasa) sesuai dengan pendidikan lanjutan yang akan
dipilih
 Setiap peserta didik wajib mengikuti 40 jam pelajaran perminggu, terdiri
dari 18 jam pelajran wajib, 16 jam pelajaran peminatan, dan 6 jam
pelajran pilihan.
3. Mengubah pendekatan pembelajaran yakni:
• Tematik Integratif
Pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu: tiap mata pelajaran membuat pembelajaran
secara terintegratif terpadu. Artinya KD antar mata pelajaran tidak berjalan sendiri-
sendiri dan tidak saling mengabaikan, tetapi diikat oleh tuntutan pembentukan
kompetensi inti: sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan
(Poerwadarminta, 1983; dalam Kemdikbud, 2012). Dengan tema diharapkan akan
memberikan banyak keuntungan, di antaranya:
 Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu
 Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama

8
 pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan
 kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata
pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa
 Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas
 Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata,
untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus
mempelajari matapelajaran lain
 guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik
dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan,
waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau
pengayaan.

• Pendekatan saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau


pembelajaran yang menghasilkan ‘karya’ berbasis pemecahan masalah (project
based learning)

Pendekatan saintifik (scientific approach) disesuaikan dengan karakteristik


kompetensi dan jenjang pendidikan. Tuntutan menghasilkan ‘karya’ berarti siswa
mendemonstrasikan kemampuannya, yang dipandu kegiatan inti pembelajaran
dengan simultansi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ini akan
mencegah pembelajaran terpusat ada guru, menghindari orientasi pada buku teks
atau hanya pada materi dalam buku teks. Siswa tidak terpaku pada buku teks,
tetapiu siswa dirangsang untuk menyampaikan pikiran secara kontekstual,
menyingkap masalah riil lingkungan hidup sehari-hari.

4. Mengatasi Fenomena Nilai Hasil Menyontek


Adanya rancangan keseimbangan penilaian antara sikap, pengetahuan dan
keterampilan diharapkan dapat mengatasi fenomena menyontek. Sebab tuntutan
pembuatan karya nyata/mencipta dapat mengurangi bahkan menghilangkan peluang
siswa untuk menyontek. Nilai prestasi hasil belajar bukan hanya berdasarkan jawaban di
atas kertas, tetapi diimbangi dengan penilaian sikap dan portofolio atau hasil karya nyata.

5. Perubahan jam pelajaran


Tak dapat dihindari bahwa aspek sikap dan keterampilan berdampak pada lama (durasi
waktu) proses pembelajaran. Sikap dibina melalui teladan. Keterampilan dibentuk dengan
kegiatan mencipta. Proses pembelajaran seperti ini jelas memakan waktu tidak sedikit.
Karena itu, walaupun integrasi mata pelajaran mengurangi jumlah mata pelajaran, tetapi
alokasi waktu pembelajaran dinaikkan. Pemerintah mengubah alokasi waktu
pembelajaran sebagai berikut:

9
Jumlah waktu pelajaran pada kelas
Kurikulum
I II III IV V VI
KTSP 2006 26 27 28 32 32 32
K13 30 32 34 36 36 36
(disadur dari Bahan Uji Publik Kurikulum 2013)

6. Pembelajaran lebih mengaktifkan siswa


Kata-kata operasional menuntun guru untuk mencegah terjadinya pembelajaran berpusat
pada guru. Guru lebih ditekankan untuk hadir sebagai mediator dan penuntun antara
siswa dengan tuntutan kompetensi inti (sikap, pengetahuan, keterampilan) secara utuh.
7. Perubahan buku teks siswa
Pada kurikulum 2013, buku teks siswa dirancang tidak hanya memuat materi pelajaran
tetapi disertai dengan proses pembelajaran, sistem penilaian, serta kompetensi yang
diharapkan (Bahan Uji Publik Kurikulum 2013:15). Hal ini mendukung siswa untuk
melakukan perbuatan mencipta di luar kelas, di luar jam pelajaran reguler secara mandiri.

2.4. Menelaah Standar Penilaian Pada KTSP dan Kurikulum 2013


2.4.1 Penilaian KTSP

Penilaian dalam KTSP adalah penilaian otentik yaitu penilaian yang secara langsung
bermakna, dalam arti bahwa apa yang dinilai memang demikian yang sesungguhnya
terjadi dan dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari. penilaiannya lebih dominan pada
aspek pengetahuan. Penilaian otentik mengharuskan pembelajaran berpusat pada siswa
sebab pelaku belajar adalah siswa. Sifat-sifat penilaian otentik:
 Berbasis kompetensi yaitu penilaian yang mampu memantau kompetensi siswa.
 Individual, dapat secara langsung mengukur kemampuan individu.
 Berpusat pada siswa, karena direncanakan, dilakukan dan dinilai oleh siswa
sendiri, mengungkapkan seoptimal mungkin kelebihan individu dan juga
kekurangannya.
 Tak terstruktur dan open-ended, penyelesaian tugas-tugas otentik tidak bersifat
uniformed dan klasikal. Juga kinerja yang dihasilkan tidak harus sama antar
individu di suatu kelompok atau kelas.
 Terintegrasi dengan proses pembelajaran, sehingga siswa tidak selalu dalam
situasi tes yang menegangkan.
 On-going atau berkelanjutan, oleh karena itu penilaian harus secara langsung
dilaksanakan pada saat proses pembelajara.

2.4.2 Penilaian Kurikulum 2013

10
Penilaian pada Kurikulum 2013 adalah penilaian otentik, yaitu mengukur semua
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.
Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK
merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan
minimal (KKM). Dalam kurikulum 2013 mengisyarakatkan penggunaan penilaian otentik
(authentic assesment), dimana siswa dinilai kesiapannya, proses, dan hasil belajar secara
utuh.
Diantara teknik dan isntrumen penilaian dalam kurikulum 2013 sebagai berikut :
 Penilaian kompetensi sikap
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian
diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal.
Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian
antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
 Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
 Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.
Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale)
yang dilengkapi rubrik.

BAB III
11
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Kurikulum dilaksanakan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan
sekolah sesuai dengan Standar nasional pendidikan (SNP) yang telah ditetapkan pemerintah.
Perbedaan KTSP dan kurikulum 2013 terletak pada penyempurnaan SNP yang menyusun
didalamnya diantaranya Standar kompetensi lulusan (SKL), isi, proses dan penilaian.

Beberapa perbedaan antara standar kompetensi lulusan (SKL) dalam KTSP dan
kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:

KTSP Kurikulum 2013

SKL terdiri dari setiap mata pelajaran, setiap Hanya ada 1 SKL pada setiap jenjang kelas
mata pelajaran memiliki SK dan KD sendiri, yang menjadi acuan untuk semua mata
disetiap jenjang kelas. pelajaran.
Menitikberatkan pada kemampuan kognitif, Pembelajaran lebih menekankan pendidikan
sehingga beban belajar terlalu berat. karakter. Adanya keseimbangan antara soft
skill dan hard skill.
Pembentukan karakter belum secara jelas Pendidikan karakter sudah dimunculkan dalam
diuraikan dalam SKL, hanya dimunculkan SKL dalam ranah K11 (religious), dan K12
dalam silabus dan RPP. (sikap sosial individual).
Pembelajaran bersifat pasif dan abstrak . Pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah
yang bersifat interaktif, menyelidiki konteks
dunia nyata.
SKL diuraikan berasal dari standar isi. SKL diuraiakan berdasarkan kebutuhan,
dimanan SKL digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan 7 SNP yang lainnya.
Terdapat pemisahan antara mata pelajaran Semua mata pelajaran harus mampu
sikap, keterampilan, dan pembentukan membentuk sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. pengetahuan.
Potensi diuraikan dari mata pelajaran. Mata pelajaran diuraikan dari kompetensi yang
ingin dicapai
Mata pelajaran terpisah – terpisah sehingga Semua mata pelajaran disatukan oleh K1
terlihat seperti kumpulan mata pelajaran. disetiap kelas.
Mata pelajaran belum relevan dengan Sesuai dengan perkembangan anak, mata
kompetensi yang dibutuhkan terlalu berat dan pelajarannya esensial, dan sesuai dengan yang
terlalu luas. dibutuhkan.
Cakupan SKL terdiri dari satuan pendidikan, Cakupan SKL untuk semua satuan pendidikan
mata pelajaran, dan kelompok mata pelajaran. yang meliputi mata pelajaran, jenjang kelas,
maupun kelompok pelajaran.

12
Penjurusan dimulai ketika kelas XI SMA. Tersedia kelompok permintaan (sebagai ganti
Tidak tersedia mata pelajaran pilihan antar pejurusan) dan pilihan antar kelompok
jurusan peminatan dan bebas pada awas masuk sekolah
SMA.

Pada KTSP, proses penilaian lebih dominan pada aspek pengetahuan. Pada Kurikulum
2013, penilaian dilakukan secara otentik dengan mengukur semua kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.

3.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca agar dapat memahami tentang kurikulum yang digunakan
pada sistem pendidikan sekarang ini.

13
DAFTAR PUSTAKA
Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Permendikbud No 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Kurikulum 2013.

Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses KTSP 2006.

14

Anda mungkin juga menyukai