Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA

KELOMPOK 2
“PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK”

Oleh :

Nama Kelompok :
1. Putu Gede Mahesa Budi Wahyuda : 1915644100
2. Ni Komang Wri Aryantini : 1915644028
3. Ni Komang Tri Apsari Danarasmi : 1915644148
4. Luh Gede Lismadiana Dewi : 1915644184

POLITEKNIK NEGERI BALI


TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunianya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan tepat waktu yang
membahas mengenai “ Pancasila sebagai Etika Politik “, meskipun masih banyak
kekurangan didalamnya. Tidak lupa kami semua mengucapkan terima kasih kepada
Putu Adi Suprapto. S.H., LL.M. selaku dosen Pendidikan Pancasila di Politeknik Negeri
Bali yang telah memberikan tugas ini serta telah membimbing kami dalam
menyelesaikan tugas.
Kami semua sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan, khususnya bagi kami serta bagi teman – teman
semua dalam memahami Pancasila sebagai etika politik. Kami juga menyadari bahwa di
dalam tugas makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap kepada teman-teman maupun dosen yang telah membaca tugas kami
ini agar memberikan kritik, saran ataupun usulan yang membangun demi
kesempurnaannya tugas yang telah kami buat.
Semoga tugas ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Kami
semua mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata – kata ataupun penulisan yang
kurang berkenan di hati teman – teman. Semoga tugas makalah ini dapat memenuhi
fungsinya sebagaimana yang diinginkan.
Bukit Jimbaran, 17 September 2019

Penyusun.
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika dan Etika Politik
2.2 Nilai – nilai Etika yang Terkandung dalam Pancasila
2.3 Pancasila dalam Kedudukannya Sebagai Etika Politik
2.4 Penerapan Etika dalam Kehidupan Kenegaraan dan Hukum

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika dan Etika Politik


Etika menjadi bersifat rasional,karena etika mengandaikan kebebasan sebagai
unsur hakiki dan etika. Kebebasan dalam praktik hidup sehari – hari mempunyai ragam
yang banyak yaitu kebebasan rohani dan jasmani,kebebasan sosial, dan kebebasan
moral. Tetapi semua kebebasan itu adalah kebebasan yang beratanggung jawab yang
memiliki nilai etis dan moralitas yang tinggi.
A. Pengertian Etika
Pada dasarnya pengertian etika adalah salah satu cabang filsafat yang mendalami
pertanyaan tentang moralitas,mulai dari dasar bahasa yang dipakai,ontologi, dan hakikat
pengetahuan terhadap etika atau moral bagaimana seharusnya nilai moral dibatasi
bagaimana akibat moral dapat muncul dalam satu situasi, bagaimana kapasitas moral
atau pelaku moral dapat mengeluarkan pendapat dan apa hakikatnya,dan memaparkan
apa nilai moral yang biasanya dipatuhi oleh orang. Etika tidak mempunyai pretense
untuk secara langsung dapat membuat manusia menjadi lebih baik.
B. Pengertian Etika Politik
Sebagai salah satu cabang etika, khususnya etika politik termasuk dalam
lingkungan filsafat. Filsafat yang langsung mempertanyakan praksis manusia adalah
etika. Etika mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia. Ada pelbagai
bidang etika khusus, seperti etika individu, etika sosial, setika keluarga, etika profesi
dan etika pendidikan. Dalam hal ini termasuk etika politik yang berkenaan dengan
demensi politis kehidupan manusia.
Etika berkaitan dengan norma moral, yaitu norma untuk mengukur betul-salahnya
tindakan manusia sebagai manusia. Dengan demikian, etika politik mempertanyakan
tanggungjawab dan kewajiban manusia sebagai manusia dan bukan hanya sebagai
warga terhadap Negara, hukum yang berlaku dan lain sebagainya .
Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis
untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara bertanggungjawab.
Tugas etika politik membantu agar pembahasan masalah-masalah ideologis dapat
dijalankan secara objektif . Etika politik membahas hukum dan kekuasaan. Prinsip-
prinsip etika politik yang menjadi titik acuan moral bagi suatu Negara adalah adanya
cita-cita (the rule of law), partisipasi demokratis masyarakat, jaminan hak-hak asasi
manusia menurut kekhasan paham kemanusiaan dan struktur social budaya masyarakat
masing-masing dan keadilan social.

2.2 Pancasila Sebagai Sistem Etika Negara Indonesia


Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonsia
pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis. Oleh karena itu
sebagai suatu dasar filsafat maka sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan yang
bulat, hirarkis dan sistematis. Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat
fundamental dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Di dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia
Indonesia dalam semua aspek kehidupannya. Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika
bagi bangsa Indonesia ialah menjadi rambu normative untuk mengatur perilaku
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dengan demikian,
pelanggaran dalam kehidupan bernegara seperti korupsi (penyalahgunaan kekuasaan)
dapat diminimalkan.
Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada
nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
kerakyatan dan nilai keadilan. Suatu perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila
tidak bertentangan dengan nilai-nilai tersebut, namun juga sesuai dan mempertinggi
nilai-nilai Pancasila tersebut. Adapun nilai-nilai etika yang terkandung di dalam
Pancasila yaitu :
1. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
Secara hirarkis nilai ini bisa dikatakan sebagai nilai yang tertinggi karena
menyangkut nilai yang bersifat mutlak. Seluruh nilai kebaikan diturunkan dari nilai
ini. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila tidak bertentangan dengan nilai, kaedah
dan hukum Tuhan. Pandangan demikian secara empiris bisa dibuktikan bahwa
setiap perbuatan yang melanggar nilai, kaedah dan hukum Tuhan, baik itu
kaitannya dengan hubungan antara manusia maupun alam pasti akan berdampak
buruk. Misalnya pelanggaran akan kaedah Tuhan tentang menjalin hubungan kasih
sayang antar sesama akan menghasilkan konflik dan permusuhan. Pelanggaran
kaedah Tuhan untuk melestarikan alam akan menghasilkan bencana alam, dan lain-
lain.
2. Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Prinsip pokok dalam nilai kemanusiaan Pancasila adalah keadilan dan keberadaban.
Keadilan masyarakat keseimbangan, antara lahir dan batin, jasmani dan rohani,
individu dan sosial, makhluk bebas mandiri dan makhluk Tuhan yang terkait
hukum-hukum Tuhan. Keberadabadan mengidentifikasikan keunggulan manusia
dibanding dengan makhluk lain yaitu hewan, tumbuhan, dan benda tak hidup.
Karena itu perbuatan itu dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan yang didasarkan pada konsep keadilan dan keberadaban.
3. Nilai Persatuan Indonesia
Suatu perbuatan dikatakan baik apabila dapat memperkuat persatuan dan
kesatuan. Sikap egois dan menang sendiri merupakan perbuatan buruk, demikian
pula sikap yang memecah belah persatuan. Sangat mungkin seseorang seakan-akan
mendasarkan perbuatannya atas nama agama (sila ke-1), namun apabila perbuatan
tersebut dapat memecah belah persatuan dan kesatuan maka menurut pandangan
etika Pancasila bukan merupakan perbuatan baik.
4. Nilai Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Dalam kaitan dengan kerakyatan ini terkandung nilai lain yang sangat penting
yaitu nilai hikmat/kebijaksanaan dan permusyawaratan. Kata hikmat/kebijaksanaan
berorientasi pada tindakan yang mengandung nilai kebaikan tertinggi. Atas nama
mencari kebaikan pandangan minoritas belum tentu kalah disbanding mayoritas.
Pelajaran yang sangat baik misalnya peristiwa penghapusan tujuh kata dalam sila
pertama Piagam Jakarta. Sebagian besar angota PPKI menyetujui tujuh kata
tersebut, namun memperhatikan kelompok yang sedikit (dari wilayah timur) yang
secara argumentatif dan realistis bisa diterima, maka pandangan minoritas
‘dimenangkan’ atas pandangan mayoritas. Dengan demikian, perbuatan belum tentu
baik apabila disetujui/bermanfaat untuk orang banyak, namun perbuatan itu baik
jika atas dasar musyawarah yang didasarkan pada konsep hikmat/kebijaksanaan.
5. Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Apabila dalam sila kedua disebutkan kata adil, maka kata tersebut lebih dilihat
dalam konteks manusia selaku individu. Adapun nilai keadilan pada sila kelima
lebih diarahkan pada konteks sosial. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai
dengan prinsip keadilan masyarakat banyak. Menurut Kohlberg (1995: 37),
keadilan merupakan kebajikan utama bagi setiap pribadi dan masyarakat. Keadilan
mengandaikan sesama sebagai partner yang bebas dan sama derajatnya dengan
orang lain.
Melihat nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, maka Pancasila dapat
menjadi sistem etika yang sangat kuat, nilai-nilai yang ada tidak hanya besrsifat
mendasar, namun juga realistis dan aplikatif. Apabila dalam kajian aksiologi dikatakan
bahwa keberadaan nilai mendahului fakta, maka nilai-nilai ideal yang sudah ada dalam
cita-cita bangsa Indonesia yang harus diwujudkan dalam realitas kehidupan. Nilai-nilai
tersebut dalam istilah Notonagoro merupakan nilai yang bersifat abstrak umum dan
universal, yaitu nilai yang melingkupi realitas kemanusiaan di manapun, kapanpun dan
merupakan dasar bagi setiap tindakan dan munculnya nilai-nilai yang lain. Sebagai
contoh, nilai ketuhanan akan menghasilkan nilai spiritualitas, ketaatan, dan toleransi.
Nilai kemanusiaan menghasilkan nilai kesusilaan, tolong menolong, penghargaan,
penghormatan, kerjasama. Nilai persatuan menghasilkan nilai cinta tanah air dan
pengorbanan. Nilai kerakyatan menghasilkan nilai menghargai perbedaan serta
kesetaraan. Nilai keadilan menghasilkan nilai kepedulian, kesejajaran ekonomi,dan
kemajuan bersama.

Anda mungkin juga menyukai