Anda di halaman 1dari 4

ELIKSIR

1. Menurut Farmakope Indonesia III (hal 32)


Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, kecuali
dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan air suling. Larutan steril yang
digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada
injectiones. Wadah harus dikosongkan dengan cepat, kemasan boleh lebih
dari 1 liter.
2. Menurut Farmakope Indonesia IV (hal 13)
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut, missal : terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur.
3. Menurut Formularium Nasional (hal 332)
Larutan adalah sediaan cair yang dibuat dengan melarutkan satu jenis obat
atau lebih didalam pelarut, dimasudkan untuk digunakan sebagai obat dalam,
obat luar atau yang dimasudkan kedalam organ tubuh.
4. Menurut Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (hal 304)
Larutan didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung satu atau lebih
zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air yang karena bahan-
bahannya, cara peracikan atau penggunaannya tidak dimasukkan kedalam
golongan produk lainnya. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu
atau lebih zat yang terlarut
5. Menurut Farmakope Indonesia III
Elixir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap,
mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti gula dan atau zat pemanis
lainnya, zat warna, zat wangi dan zat pengawet; digunakan sebagai obat
dalam. Sebagai pelarut utama digunakan etanol yang dimaksudkan untuk
mempertinggi kelarutan obat. Dapat ditambahkan Gliserol, sorbitol dan
propilenglikol; sebagai pengganti gula dapat digunakan sirop gula.
6. Menurut M. Anief: Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90 %
yang berfungi sebagai kosolven.
7. Menurut Ansel (hal 19)
Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk
penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan.
Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk
efek terapi dari senyawa obat yang dikandungnya. Dibandingkan dengan
sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental karena mengandung
kadar gula yang lebih rendah dan akibatnya kurang efektif dibanding sirup
dalam menutupi rasa senyawa obat. Walaupun demikian, karena sifat
hidroalkohol, eliksir lebih mampu mempertahankan komponen-komponen
larutan yang larut dalam air dan yang larut dalam alkohol daripada sirup. Juga
karena stabilitasnya yang khusus dan kemudahan dalam pembuatannya, dari
sudut pembuatan eliksir lebih disukaidari sirup.

Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90% yang berfungsi
sebagai kosolven (pelarut) dan untuk mempertinggi kelarutan obat. Kadar etanol
untuk eliksir biasanya sekitar 5 – 10 %. Untuk mengurangi kebutuhan etanol
dapat digantikan kosolven lain seperti glisein,sorbitol, dan propilen glikol. Bahan
tambahan yang digunakan antara lain pemanis, pengawet, pewarna dan pewangi,
sehingga memiliki baud an rasa yang sedap. Sebagai pengganti gula dapat
digunakan sirup gula.

Keuntungan eliksir:
Dosis mudah diatur, terutama buat mereka yang sulit menelan obat.
Kerugian eliksir:
Anak/dewasa yang menghindari alkohol. Karena biasanya mengandung alkohol
dan minyak menguap, eliksir harus tertutup kedap, terlindung dari cahaya dan
panas berlebihan.
Contoh Sediaan Elixir:

DAFTAR PUSTAKA
Gloria murtini. 2016. Modul bahan ajar cetak farmasi: Farmasetika dasar.
KemenKes RI: Jakarta.
Syarat-syarat sediaan emulsi

Sediaan emulsi dapat terbentuk jika :


[1].Terdapat 2 zat yang tidak saling melarutkan
[2].Terjadi proses pengadukan (agitosi)
[3].Terdapat emulgator
[4].Stabil dan homogen
[5].Fase dalam mempunyai ukuran partikel yang kecil dan sama besar mendekati
ukuran partikel koloid
[6].Tidak creaming atau cracking
[7].Warna, bau dan rasa menarik

Sediaan emulsi yang baik adalah sediaan emulsi yang stabil, dikatakan stabil
apabila sediaan emulsi tersebut dapat mempertahankan distribusi yang teratur dari
fase terdispersi dalam jangka waktu yang lama. (R. Voight hal 434)

DAFTAR PUSTAKA
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soendani
N. S. UGM Press: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai