Anda di halaman 1dari 15

SISTEM AKUNTANSI SELAIN KAS

Oleh :
Kelompok I
Nurida Nasution : 0502171006
Sri Widiayati : 0502172321
Krisnawati : 0502173502
Rizka Hidayanti Daulay : 0502172396
Muhammad Hafzan : 0502173443

Dosen pengampu :
Putri Kemala Dewi Lubis

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt, atas segala limpahan rahmat-
Nya dan karunia-Nya yang telah memberikan banyak nikmat kepada kita,
terutama nikmat bagi peneliti dalam menyelesaikan makalah ini hingga hadir
dihadapan pembaca. Serta shalawat dan salam kepada junjungan alam Nabi
Muhammad Saw, semoga kita mendapatkan syafaatnya di yaumil mahsyar.
Aamiin Yaa Robbal ‘Alamin.
Makalah ini disusun sebagai memenuhi tugas pada mata kuliah Sistem
Akuntansi Pemerintah. Adapun judul yang diangkat adalah “SISTEM
AKUNTANSI SELAIN KAS”.
Akhirnya, dengan harapan yang tinggi malakalah ini berharap
menghadirkan manfaat bagi pembaca, serta dengan segala kerendahan hati
memohon maaf atas segala kekurangan yang ada dan kritik serta saran yang
konstruktif sangat diharapkan hadir dari pembaca terhadap hasil makalah ini.
Semoga menuai manfaat. Aamiin Ya Robbal ‘Alamiin.

Medan, 07 Desember 2020

Penulis
Kelompok I

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................... ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................... 2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian sistem akuntansi selain kas ................................ 3


2.2 Prosedur akuntansi selain kas .............................................. 3
2.3 Deskripsi prosedur ............................................................. 4
2.4 Pedoman koreksi ............................................................... 6

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan ............................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di setiap Negara pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang


biasa disebut sebagai Good Governance di seluruh dunia, termasuk di
Indonesia. Dengan bergulirnya otonomi daerah merupakan bagian dari
reformasi hidup dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Melalui
otonomi daaerah kebijakan pemerintah pusat dalam segelintir bidang diubah
menjadi kebijakan daerah termasuk kebijakan dalam pengelolaan keuangan
daerah.

Dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah mengeluarkan


Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan melalui peraturan pemerintah inilah daerah melaksanakan
sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah, guna menjalankan roda
pemerintahan yang baik.dengan adanya peraturan pemerintah ini daerah
dapat menerapkan standar akuntansi yang berbasis akrual.

Sistem akuntansi pemerintah daerah secara garis besar terdiri atas empat
prosedur akuntansi, yaitu: Prosedur akuntansi penerimaan kas, prosedur
akuntansi pengeluaran kas, prosedur akuntansi selain kas dan Prosedur
akuntansi aset. Prosedur akuntansi penerimaan kas meliputi: prosedur
penerimaan melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Prosedur
penerimaan melalui Satuan Kerja Pengelola Keuanga Daerah (SKPKD).
Prosedur akuntansi pengeluaran kas meliputi: Prosedur uang persediaan
(UP), Prosedur ganti uang (GU), Prosedur tambahan uang persediaan dan
prosedur pembebanan langsung (LS). Prosedur akuntansi selain kas meliputi:
Prosedur koreksi kesalahan pencatatan, pengakuan asset, utang dan piutang,
jurnal depresiasi dan jurnal terkait transaksi yang bersifat accrual dan
prepayment.dan prosedur akuntansi asset meliputi: Prosedur pencatatan dan
pelaporan akuntansi asset perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan

1
klasifikasi dan penyusutan terhadap aset.pada makalah ini yang akan dibahas
adalah prosedur pencatatan transaksi selain kas.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana prosedur pencatatan transasksi selain kas ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana prosedur pencatatan akuntansi terhadap
transaksi transaksi atau kejadian selain kas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Akuntansi Selain Kas

Sistem akuntansi selain kas adalah sistem yang digunakan untuk


mencatat semua transaksi atau kejadian selain kas. Prosedur akuntansi selain
kas merupakan serangkaian kegiatan yang menggambarkan aktivitas yang
dilkaukan oleh fungsi/ pihak terkait, dokumen yang digunakan dan aliran
dokumen, catatan yang digunakan dan aliran catatan serta laporan yang
dihasilkan yang berkaitan dengan transaksi atau kejadian selain kas. Sistem
Akuntansi Selain Kas terdiri atas prosedur Akuntansi Selain Kas (Penjelasan
berikut berdasarkan SAP No.24 tahun 2005).

2.2 Prosedur Akuntansi Selain Kas

Prosedur Akuntansi Selain Kas merupakna prosedur yang digunakan


untuk mencatat semua transaksi atau kejadian selain kas. Transaksi atau
kejadian selaian kas, antara lain terdiri atas:

1) Koreksi kesalahan pencatatan


2) Penerimaan donasi selain kas
3) Pembelian secara kredit
4) Retur pembelian kredit
5) Pelepasan hak atas aktiva tetap tanpa konsekuensi kas
6) Penerimaan aktiva tanpa konsekuensi kas

Fungsi/Pihak Yang Terkait

Unit yang terkait dalam prosedur ini adalah: fungsi akuntansi, berfungsi
untuk mencatat semua transaksi atau kejaidan selain kas.

Dokumen Yang Digunakan

Dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi kas adalah:

3
1) Bukti memorial, dokumen ini digunakan untuk mencatat transaksi
atau kejadian selain kas, misalnya saat pemegang kas
pertanggungjawabankan UUDP dan transaksi atau kejadian lainnya.
2) Tanda bukti yang sah. Dokumen ini digunakan sebagai dasar
pencatatan atau tanda bukti yang sah. Tanda bukti yang sah dapat
terdiri atas kuitansi, surat, kontrak, jaminan.

Catatan Yang Digunakan

Catatan yang digunakan dalam prosedur akuntansi selain kas adalah:

1) Jurnal Umum, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi


akuntansi untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau
kejadian yang tidak dicatat dalam jurnal penerimaan kas maupun
jurnal pengeluaran kas
2) Buku Besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat peringkasan(posting) semua transaksi atau
kejadian selain kas dari jurnal umum ke dalam buku besar untuk
setiap rekening neraca,belanja,pendapatan dan pembiayaan.
3) Buku Pembantu, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi untuk mencatat transaksi-transaksi dan kejadian
yang berisi rincian item buku besar untuk setiap rekening yang
dianggap perlu(dalam rincian obyek/digit).

2.3 Deskripsi Prosedur

Uraian kegiatan prosedur Akuntansi Selain Kas secara rinci adalah:


Fungsi Akuntansi mencatat semua transaksi atau kejadian selain kas, antara
lain seperti koreksi kesalahan pencatatan, pembelian secara kredit, retur
pembelian, penerimaan modal donasi selain kas, pengakuan hutang selain kas
dan lain sebagainya ke dalam bukti memorial berdasrkan tanda bukti yang
sah. Mencatat transaksi atau kejadian yang telah dicatat dalam bukti
memorial ke dalam jurnal umum. Mencatat (memposting) dari jurnal umum
ke buku besar pengeluaran, penerimaan serta rekening yang terkait dengan

4
neraca berdasarkan tanda bukti yang sah. Mencatat semua transaksi atau
kejadian ke dalam buku besar pembantu berdasarkan tanda bukti yang sah.

Berikut ini disajikan jenis-jenis transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian


serta tata cara dan contoh untuk membuat jurnalnya.

1. Koreksi kesalahan
Walaupun sistem akuntansi telah dirancang dengan baik dan
buku pedoman telah dibuat dengan jelas, kadang-kadang masih juga
terjadi kesalahan dalam mencatat bahkan dengan menggunkana
komputer sekalipun. Ada beberapa kesalahan yang dapat terjadi.
Yang dibahas disini adalah kesalahan-kesalahan dalam membuat
jurnal dan jurnal tersebut telah telanjur diposting (dicatat di buku
besar).
Jurnal koreksi adalah jurnal yang dibuat untuk mengoreksi
kesalahan yang ditemukan selama periode pembukuan sehingga
kalau jurnal tersebut diposting maka rekening-rekening dan saldo
yang keliru secara otomatis menjadi benar. Dengan kata lain akibat
jurnal koreksi,saldo yang dihasilkan menjadi bebas dari kesalahan,
baik kesalahan klasifikasi maupun kesalahan jumlah rupiah.
2. Jenis kesalahan
Kesalahan sebenarnya dapat terjadi pada berbagai tingkat proses
pencatatan mulai dari kesalahan bukti transaksi sampai kesalahan
penjurnalan dan bahkan pada proses posting ke buku besar. Bisa saja
suatu transaksi sudah dijurnal dengan benar. Tapi pada waktu
memposting terjadi kesalahan. Kesalahan dapat segara ditemukan
pada saat transaksi dicatat atau setelah beberapa lama setelah
transasksi. Bila kesalahan terjadi pada saat melakukan analisis
transaksi, dan telanjur dijurnal dan diposting, kesalahan hanya dapat
diperbaiki dengan jurnal pula. Beberapa kesalahan yang berkaitan
dengan analisis transksi adalah:
a. Kesalahan nama rekening
b. Kesalahan jumlah rupiah akibat:
a) Digit tertukar tempat (transposition)

5
b) Kesalahan desimal (transplancement atau slide)
c) Kesalahan baca (misreading)
d) Kesalahan hitung (miscalculation)
e) Kesalahan tekanan tombol (mistype)
f) Kombinasi kesalahan diatas

Akibat kesalaha diatas tentu angka saldo rekening yang


pencatatannya salah akan juga salah, sehingga laporan
keuang tidak menunjukan posisi yang sesungguhnya. Oleh
karena itu dikoreksi perlu dilakukan. Jurnal koreksi
diperlukan hanya untuk kesalahan yang diakibatkan oleh
kesalahan jurnal yang sudah telanjur diposting.

Alasan Perlunya Jurnal Koreksi

Pada prinsip kesalahan jurnal hanya dapat dikoreksi dengan jurnal pula.
Adapun alasan diperlakukannya jurnal koreksi adalah:

1) Kesalahan ditemukan setelah transaksi yang besangkutan telah


diposting ke buku besar sehingga untuk mengubah angka tidak
dimungkinkan lagi tanpa harus mengubah senua angka yang timbul
setelah kesalahan tercatat dalam buku besar. Mengubah semua
angkah atau jumlah dalam rekening buku besar jelas tidak mungkin
karena selain tidak praktis, menghapus atau mengganti angka yang
sudah tercatat bukan merupakan praktek yang baik atau sehat.
2) Merupakan praktek yang sehat untuk tidak mengahapus kesalahan
yang telanjur dicatat agar penghapusan (misalnya dengan ciran
penghapus) tidak disangka sebagai kecurangan atau agar tidak
menimbulkan keraguan terhadap angka yang dihapus dsn ditumpangi
dengan angka yang baru.

2.4 Pedoman Koreksi

Berikut ini beberapa contoh kesalahan dan prinsip koreksi

a. Kesalahan Rekening

6
Kesalahan ini dapat dinetralkan dengan cara mengkompensasi
rekening yang keliru dengan jumlah rupiah yang sama dengan
sekaligus menimbulkan rekening yang benar dengan jumlah yang
sama pula.
Contoh :
Membayar belanja pegawai Rp100.000.000 dicatat sebagai belanja
sewa.
Transaksi yang salah
Belanja sewa Rp100.000.000

Kas Rp100.000.000

Sedangkan jurnal yang benar adalah :


Belanja Rp100.000.000
pegawai
Kas Rp100.000.000

Maka jurnal koreksinya :

Belanja pegawai Rp100.000.000

Belanja sewa Rp100.000.000

b. Kesalahan Angka (Jumlah)


Kalau jumlah yang dijurnalkan terlalu besar, koreksi dapat
dilakukan dengan cara mengkompensasikan atau mengimbangi
(mendebitkan kalau salah sebelah kredit, atau mengkreditkan kalau
yang salah sebelah debit) rekening yang sama dalam jurnal yang
salah dengan jumlah rupiah selisih antara jumlah rupiah yang salah
sengan jumlah rupiah yang seharusnya.

Contohnya :

7
Menerima pembayaran pajak hotel Rp300.000.000 keliru dicatat menerima
pajak hotel Rp30.000.000

Kesalahan ini mengakibatkan kesalahan jurnal sebagai berikut:

Jurnal yang salah

Kas Rp30.000.000

Pendapatan- Rp30.000.000
pajak hotel

Sedangkan jurnal seharusnya :

Kas Rp300.000.000

Pendapatan- Rp300.000.000
pajak hotel

Maka jurnal koreksinya :

Kas Rp270.000.000

Pendapatan- pajak Rp270.000.000


hotel

c. Kombinasi beberapa kesalahan


Adapun kesalahan yang terjadi logika yang terpenting adalah
bahwa kalau jurnal koreksi digabungkan dengan jurnal yang salah
akan menghasilkan jurnal yang benar. Dengan demikan kalau jurnal
koreksi diposting,saldo rekening dengan sendirinya akan terkoreksi.
Contoh :
Membayar belanja sewa lapangan olaharaga Rp50.000.000 dicatat
secara keliru sebagai penerimaan pendapatan sewa asset daerah
sebesar Rp50.000.000.

8
Kesalahan ini menghasilkan jurnal yang salah sebagai berikut:
Kas Rp500.000.000

Pendapatan sewa Rp500.000.000

Sedangakn jurnal yang seharusnya adalah sebagai berikut:


Belanja biaya sewa Rp50.000.000

Kas Rp50.000.000

Sehingga untuk membetulkannya diperlukan jurnal koreksi sebagai berikut:

Belanja Biaya Rp50.000.000


Sewa

Pendapatan sewa Rp500.000.000

Kas RP550.000.000

Untuk memudahkan menganalisis kesalahan dengan jalan pikiran di atas dan


membuat koreksinya, kasus tersebut dapat dipecahkan dengan analisis sebagai
berikut

Jurnal yang keliru Jurnal koreksi Jurnal yang seharusnya

Kas 500 Jutat (D) ? Biaya sewa 50.000.000


(D)

Pend sewa 500 Kas 50.000.000


juta (K) (K)

Sekali lagi, cara berfikirnya adalah bahwa jurnal yang keliru ditambah
dengan jurnal koereksi akan menjadi jurnal yan benar (jurnal yang seharusnya).
Hal yang perlu dicatat adalah bahwa koreksi berbeda dengan penyesuaian.
Koreksi bersangkutan dengan kesalahan yang kadang-kadang terjadi dalam
pencatatan. Penyesuaian bukan merupakan pengoreksian kesalahan. Penyesuaian

9
adalah pencatatan rutin dan merupakan salah satu prosedur dalam akuntansi.
Peneyesuaian merupakan keharusan sebagai konsekuensi dianutnya konsep dasar
tertentu, yaitu konsep akrual sedangkan koreksi merupakan suatu yang harus
dihindari atau merupakan sesuatu yang seharusnya tidak terjadi.

Penerimaan Donasi Selain Kas

Penerimaan donasi non kas adalah penerimaan sumber ekonomi non kas yang
berasal dari donasi. Transkasi semacam ini biasanya bukan merupakan
pelaksanaan APBD, tetapi karena mengandung konsekuensi ekonomi bagi
pemerintah Daerah, maka tetap harsu dicatat. Sebagai contoh Pemda menerima 5
unit ada penggantian berupa kas. Pelepasan ini biasa terjadi karena adanya
kerjasama, investasi dan dapat juga karena pemberian bantuan pada pihak tertentu
yang memang dibenarkan menurut peraturan perundangang yang berlaku.
Misalnya Pemda memberikan bantuan kepada ormas tertentu berupa tanah senilai
Rp100.000.000. Peristiwa ini akan dicatat dalam jurnal sebagai berikut :

Bantuan pada ormas Rp100.000.000

Tanah Rp100.000.000

Penerimaan Aktiva Tanpa Konsekuensi Kas

Penerima aktiva tanpa koskuensi kas ini dapat terjadi karena adanya
penyerahan fasilitas yang telah dibnagun oleh pihak ketiga kepada Pemda.
Misalnya penyerahan fasilitas (infrastruktur) dari pengembangan kepada Pemda
senilai Rp2.000.000.000

Fasilitas umum Rp2.000.000.000

Ekuitas dana Rp2.000.000.000


umum

10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem akuntansi pemerintah daerah secara garis besar terdiri atas empat
prosedur akuntansi, yaitu: Prosedur akuntansi penerimaan kas, prosedur akuntansi
pengeluaran kas, prosedur akuntansi selain kas dan Prosedur akuntansi aset.
Sistem akuntansi selain kas adalah sistem yang digunakan untuk mencatat
semua transaksi atau kejadian selain kas. Prosedur akuntansi selain kas merupakan
serangkaian kegiatan yang menggambarkan aktivitas yang dilkaukan oleh fungsi/
pihak terkait, dokumen yang digunakan dan aliran dokumen, catatan yang
digunakan dan aliran catatan serta laporan yang dihasilkan yang berkaitan dengan
transaksi atau kejadian selain kas.
Prosedur Akuntansi Selain Kas merupakna prosedur yang digunakan
untuk mencatat semua transaksi atau kejadian selain kas. Transaksi atau
kejadian selaian kas, antara lain terdiri atas :Koreksi kesalahan pencatatan,
Penerimaan donasi selain kas, Pembelian secara kredit, Retur pembelian
kredit, Pelepasan hak atas aktiva tetap tanpa konsekuensi kas

11
DAFTAR PUSTAKA

Arfan ikhsan, Muhammad Yamin Noch, 2018. Akunyansi Sektor Publik Edisi
Revisi.Medan. Penerbit Madenatera.

12

Anda mungkin juga menyukai