Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENANGGUNG JAWABAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah metodologi keperawatan


Dosen pengampu : Ainun Kumiati, S.Kep, Ners., M. Tr.Kep

Disusun oleh kelompok 9 :


1. Dina Anjelina 742003.S.19009
2. Rossanti 742003.S.19027
3. Runingsih 742003.S.19029

DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA CIREBON
TAHUN 2020/2021

1
I. Laporan penanggung jawaban
1. Defenisi
Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau tekanan
diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik ini dapat dipastikan dengan mengukur
rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI, 2001).
Menurut WHO (1978) batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90
mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di atas normal yaitu bila tekanan
sistolik (atas) 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic (bawah) 90 mmHg atau lebih.
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg
Pre- hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 89-99 mmHg
Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi
tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran
normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan
darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus
meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan
menurun drastis.
Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan
bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor risiko dan
sebaiknya diberikan perawatan.

2. Etiologi
a) Usia
Hipertensi akan makin meningkat dengan meningkatnya usia hipertensi pada yang
berusia dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insiden penyakit arteri dan kematian
premature.
b) Jenis Kelamin
Berdasar jenis kelamin pria umumnya terjadi insiden yang lebih tinggi daripada
wanita. Namun pada usia pertengahan, insiden pada wanita mulai meningkat,
sehingga pada usia di atas 65 tahun, insiden pada wanita lebih tinggi.
c) Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang berkulit
putih.
d) Pola Hidup
Faktor seperti halnya pendidikan, penghasilan dan faktor pola hidup pasien telah
diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah dan

2
kehidupan atau pekerjaan yang penuh stress agaknya berhubungan dengan insiden
hipertensi yang lebih tinggi. Obesitas juga dipandang sebagai faktor resiko utama.
Merokok dipandang sebagai faktor resiko tinggi bagi hipertensi dan penyakit
arteri koroner. Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia adalah faktor faktor utama
untuk perkembangan arterosklerosis yang berhubungan dengan hipertensi.
Berdasarkan penyebab, hipertensi di bagi dalam 2 golongan :
a) Hipertensi primer / essensial
Merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, biasanya berhubungan
dengan faktor keturunan dan lingkungan.
b) Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui secara pasti, seperti
gangguan pembuluh darah dan penyakit ginjal.

3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor
ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem
pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan
ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah

3
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).

Pathway

4
4. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah
sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang
bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
a) Sakit kepala
b) Kelelahan
c) Mual
d) Muntah
e) Sesak nafas
f) Gelisah
g) Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.
h) Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan
koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Edward K Chung, 1995).
a) Tidak Ada Gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur.
b) Gejala Yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

5. Komplikasi
Sebagai akibat hipertensi yang berkepanjangan adalah
a) Insufisiensi koroner dan penyumbatan
b) Kegagalan jantung
c) Kegagalan ginjal
d) Gangguan persyarafan

6. Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan Laboratorium

5
Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas)
dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
b) CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
c)  EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d) IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan
ginjal.
e) Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.

7. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Non Farmakologis
 Diet Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam
plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
 Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepeda atau berenang.
b) Farmakologik
Sesuai dengan rekomendasi WHO/ISH dengan mengingat kondisi pasien,
sasarkan pertimbangan dan prisif sebagai berikut:
 Mulai dosis rendah yang tersedia, naikkan bila respon belum belum optimal,
contoh agen beta bloker ACE.
 Kombinasi dua obat, dosis rendah lebih baik dari pada satu obat dosis tinggi.
Contoh: diuretic dengan beta bloker.
 Bila tidak ada respon satu obat, respon minim atau ada efek samping ganti
DHA yang lain
 Pilih yang kerja 24 jam, sehingga hanya sehari sekali yang akan meningkatkan
kepatuhan.
 Pasien dengan DM dan insufistensi ginjal terapi mula lebih dini yaitu pada
tekanan darah normal tinggi.

II. Asuhan Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN HIPERTENSI


TINJAUAN KASUS

6
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama : Ny. N
Umur : 70 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan terakhir. : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku / bangsa : Sunda/ Indonesia
Tanggal masuk : 10 Oktober 2020
Tanggal pengkajian : 12 Oktober 2020
Ruang : I0A/ penyakit dalam dewasa
No. Medrek : 05010109
Diagnosa kesehatan : Hipertensi
Alamat : Citepus RT 01 RW 06, Pajajaran Bandung.

2. Identitas Penanggung jawab


Nama : Ny. R
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir : SD
Hubungan dengan klien : anak
Alamat : Citepus RT 01 RW 06, Pajajaran Bandung.
3. Keluhan penyakit pasien
a) Keluhan utama pasien
Keluhan saat masuk : klien mengatakan badannya lemah, kepalanya pusing, dadanya
sesak, dan nafsu makan menurun.
Keluhan saat pengkajian : klien mengatakan dadanya sesak, ketika bernafas,
kepalanya pusing.
b) Riwayat penyakit sekarang
Paliatif : klien datang riwayat hipertensi dan gastritis
Quality : klien dengan keadaan pingsan
Regio : skala nyeri 5
Time : -+ 1 Minggu yang lalu
c) Penyakit riwayat yang lalu
Klien mengatakan mempunyai penyakit hipertensi -+ 3 bulan dan hanya berobat di
Puskesmas saja.
d) Riwayat kesehatan kelurga
Klien mengatakan bahwa dalam keluarga klien tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit yang sama dengan klien.

4. Pola kehidupan sehari hari

No Jenis Sebelum sakit Sesudah sakit

7
1 Nutrisi
a. Makan
Frekuensi 3 x/ sehari habis 1 porsi 3x / sehari habis 1 porsi
Jenis Nasi, sayur, lauk – pauk Sesuai diit yang diberikan
Pantangan Tidak ada Tidak ada
b. Minum
Frekuensi 6 – 7 gelas 6- 7 gelas
Jenis Air putih Air putih
Pantangan Tidak ada Tidak ada
2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1 x/ hari 1x / hari
Konsistensi Lembek Lembek
Warna Kuning khas feces Kuning khas feces
b. BAK
Frekuensi 3 x/ hari 3x / hari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
3 Istirahat tidur
a. Tidur malam 6 jam / hari dari pukul 09.00 – 6 jam / hari dari pukul 09.00 –
b. Tidur siang 03.00 03.00
2 jam / hari 2 jam / hari
4 Personal hygiene
a. Mandi 2x / hari mandiri 2x / hari diseka oleh keluarga
dan perawat
b. Sikat gigi 2x / hari Belum pernah
c. Cuci rambut 2x / hari sekali Belum pernah

5. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan kepala
Inspeksi : bentuk kepala Dolicephalus, kesimetrisan +, luka -,
Palpasi : nyeri tekan +, pusing.
b) Pemeriksaan mata
Inspeksi :
1) Kelengkapan dan kesimetrisan +
2) Warna iris merah
3) Kelopak mata atau palpebra : oedema -, perdangan -, benjolan -,
4) Pemeriksaan visus tanpa snelen card : kurang jelas
5) Konjungtiva dan sclera : konjungtiva anemia dan sclera coklat.
c) Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan Palpasi : pembengkakan -, sekret -, perdarahan -, polip -.
d) Pemeriksaan Telinga
Inspeksi : bentuk simetris, lesi -, peradangan -, penumpukan serumen -, perdarahan
-, perforasi -,
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
e) Pemeriksaan mulut dan faring
Inspeksi dan Palpasi : kelainan konginetal labil -, warna bibir merah muda, lesi -,
caries +, kotoran +, gigi palsu +, gingi vitis +, warna lidah kotor, perdarahan -, abses -,

8
f) Pemeriksaan wajah
Inspeksi : ekspresi wajah klien tegang, kondisi klien lesu dan letih, kelumpuhan otot-
otot facialis.
g) Pemeriksaan leher
Inspeksi dan Palpasi : bentuk leher simetris dan adanya pembesaran Vena jugularis.
h) Pemeriksaan thoraks dan paru
Inspeksi
1) Bentuk thoraks: normal chest,susunan ruas tulang belakang, bentuk dada
simetris.
2) Retraksi otot Bantu pernapasan : retraksi intercoste +, retraksi suprasternal-,
pernapasan cuping hidung +.
3) Pola nafas : Takipneu.
Palpasi
Pemeriksaan taktil/vocal vermitus: -, getaran antara kanan dan kiri sama, cianosis -.
Perkusi
Area paru sonor
Auskultasi
1) Suara nafas: Area vesikuler bersih, area bronchial bersih,area bronchovasikuler
bersih.
2) Suara ucapan : Eghophoni –.
3) Suara tambahan : Rales +.
i) Pemeriksaan jantung
Inspeksi
Ictus cordis -, pulsasi pada dinding thoraks lemah.
Palpasi
Palsasi pada dinding thoraks teraba: tidak teraba/tidak terkaji.
Perkusi
Tidak ada pembesaran.
1) Batas atas              : ICS II.
2) Batas bawah          : ICS V.
3) Batas kiri               : ICS VMid Clavikula.
4) Batas kanan          : ICS IV Mid Sternalis Dextra.
Auskultasi
1) BJ I           : Terdengar “LUB” tunggal (reguler), keras.
2) BJ II          : Terdengar “LUB” tunggal (reguler), keras.
j) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
Bentuk abdomen datar.
Masa atau benjolan -, kesimetrisan +, bayangan pembuluh darah vena -.
Auskultasi
Frekuensi peristaltik usus 15x/menit.
Palpasi
 Hepar : Perabaan lunak.
 Lien : tidak terdapat nyeri tekan dan tidak ada pembesaran.
 Appendik : Nyeri tekan -, nyeri lepas -, nyeri menjalar kontralateral -.
k) Pemeriksaan muskuloskeletal (ekstremitas)
Inspeksi
Otot antara sisi kanan dan kiri simetris, Deformitas -, fraktur -, terpasang gips -.

9
Palpasi
Oedem - -/- -/-
Uji kekuatan otot 5/5 5/5
l) Pemeriksaan neurologis
Respon membuka mata spontan, respon verbal 5, respon motorik 6.Kesimpulan
compor mentris.
Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak : peningkatan suhu -, nyeri kepala +, kaku
kuduk -, mual muntah +, kejang -, penurunan kesadaran -.
Memeriksa nervus cranialis :
1) Nervus III    : Ocumua latorius reaksi pupil terhadap cahaya +.
2) Nervus VIII : Ketajaman pendengaran +.
3) Nervus XII  : Gerakan lidah menjulur dan menonjolkan lidah +.
Pemeriksaan fungsi motorik :Ukuran otot simetris, atropi -.
Pemeriksaan fungsi sensorik : Kepekaan benda tumpul +.

6. Pemeriksaan Laboratorium

a) Darah Lengkap :
Leukosit : 6,250 / µℓ
Hemoglobin : 15,4
b) Kimia darah

Ureum       : 50 mg/dl

Creatinin   : 0,89 mg/dl

SGDT        : 20

SGPT        : 16

       Gula darah : 95 mg/dl

7. Terapi yang diberikan

a) Acran 3 x 1
b) Amino drip ½ ampul
c) Cairan RL 20 tetes/menit

ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem


1 DS : Medulla Peningkatan tekanan
Klien mengatakan klien mempunyai Saraf simpatis darah
riwayat hipertensi Ganglia simpatis
DO : Tekanan darah
Tekanan darah klien meningkat Kontriksi
TD : 175/100 mmHg Peningkatan tekanan
darah
2 DS : kelurga klien mengatakan klien Saraf simpatis Nyeri / sakit kepala
merasa sakit kepala yang sangat Saraf pasca ganglion

10
hebat Kontriksi
DO : Sakit kepala
Klien meringis menahan sakit kepala
yang dirasakan
TD : 175/100 mmHg
KDL : klien sakit terhambat
3 DS : Peningkatan tekanan Gangguan pola
Keluarga klien mengatakan klien tidak vaskuler serabral istirahat
tidur semalam dan terus merasakan Saraf simpatis
sakit kepalanya. Tidak mampu mengatasi
DO : nyeri
TD : 175 /100 mmHg Gangguan pola istirahat
KSL : Klien sedikit terlambat

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peningkatan tekanan darah b/d penurunan curah jantung ditandai dengan karena punya
riwayat hipertensi dengan tekanan darah 175/100 mmHg.
2. Nyeri b/d peningkatan vaskuler d/d kepala sakit yang dirasakan oleh pasien
3. Gangguan pola tidur b/d ketidakmampuan menggasi nyeri d/d mata klien tpak cekung,
tekanan darah 175/100mmHg.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi keperawatan


1 Peningkatan tekanan darah  Tekanan darah  Pantau tekanan darah
b/d penurunan curah jantung menurun  Berikan lingkungan tenang,
ditandai dengan karena  Nyeri berkurang nyaman, kurangi aktivitas
punya riwayat hipertensi  Lakukan tindakan yang
dengan tekanan darah nyaman seperti pijatan leher
175/100 mmHg. dan kepala
 Kolaborasi dalam pemberian
obat tiazid
2 Nyeri b/d peningkatan Menurunkan skala  Mempertahankan titah
vaskuler d/d kepala sakit yang rangsangan nyeri baring selama fase aktif
dirasakan oleh pasien yang dikepala  Berikan tindakan non
begitu hebat farmakologi untuk
menghilangkan sakit kepala
seperti kompres dingin dan
pijat
 Kolaborasi dalam pemberian
analgetik
3 Gangguan pola tidur b/d  Pola tidur klien  Batasi jumlah pengunjung
ketidakmampuan mengatasi terpenuhi dan lamanya tinggal
nyeri d/d mata klien tampak  Klien tidak  Kolaborasi dalam pemberian
cekung, tekanan darah terbangun lgi obat
175/100 mmHg pada malam  Membaca ayat suci Al-
hari Qur’an sebelum waktu tidur

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

11
No Tanggal Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi
1 13 Peningkatan tekanan darah  Mengkaji tekanan darah S : Keluarga
oktober b/d penurunan curah TD : 175/100mmHg mengatakan
2020 jantung ditandai dengan  Mengurangi aktivitas nyeri kepala klien
karena punya riwayat klien dan menghindari masih dirasakan
hipertensi dengan tekanan keributan di dalam O : TD : 175/100
darah 175/100mmHg ruangan mmHg
 Melakukan pijatan pada A : masalah
punggung dan leher belum teratasi
 Memberikan obat P : intervensi
caltopril 2 x 12,5 mg dilanjutkan
2 13 Nyeri b/d peningkatan  Mempertahankan agar S : keluarga
oktober vaskuler d/d kepala sakit klien titah baring selama mengatakan
2020 yang dirasakan oleh pasien nyeri masih terasa nyeri klien masih
yang begitu hebat  Melakukan pijatan terasa
ringan pada leher O: klien tamak
 Memberikan obat meringis
anelgetik asam A : masalh belum
mefanamat 3 x 500 teratasi
mmHg P : intervensi
dilanjutkan
3 13 Gangguang pola tidur b/d  Menganjurkan agar S: keluarga
oktober ketidakmampuan keluarga yang mengatakan
2020 mengatasi nyeri d/d mata berkunjung agar tidak klien masih
klien tampak cekung, terlalu ramai dan ribut sering terbangun
tekanan darah 175/100  Membacakan ayat suci O: mata klien
mmHg Al-Qur’an sebelum klien tampak cekung
istirahat A : masalah
belum teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
1 14 Peningkatan tekanan darah  Mengkaji tekanan darah S : keluarga
Oktobe b/d penurunan curah TD : 150/100 mmHg memgatakan
r 2020 jantung ditandai dengan  Mengurangi aktivitas nyeri kepala
karena punya riwayat klien dan menghindari Klien terkadang
hipertensi dengan tekanan keributan di dalam terasa
darah 175/100 mmHg ruangan O : TD : 150/100
 Melakukan pijatan pada mmHg
punggung dan leher A : masalah
 Memberikan obat sebagian teratasi
captopril 2x 12,5mg P : intervensi
dilanjutkan
2 14 Nyeri b/d peningkatan  Mempertahankan agar S : keluarga
Oktobe vaskuler d/d kepala sakit klien titah bring selama mengatakan
r 2020 yang dirasakan pasien yang nyeri masih terasa sesekali nyeri
begitu hebat  Melkaukan pijatan klien masih
ringan pada leher terasa
 Memberikan obat O : klien tampak
anelgetik asam meringis
mefanamat 3 x 500mg A : masalah
sebagian teratasi

12
P : intervensi
dilanjutkan
3 14 Gangguan pola tidur b/d  Menganjurkan keluarga S : keluarga
Oktobe ketidakmampuan yang berkunjung agar mengatakan
r 2020 mengatasi nyeri d/d mata tidak terlalu ramai dan klien masih
klien tampak cekung ribut sering terbangun
tekanan darah 175/100  Membacakan ayat suci O : mata klien
mmHg Al-Qur’an sebelum klien Tampak cekung
istirahat A : masalah
belum teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
1 15 Peningkatan tekanan darah  Mengkaji tekana darah S : keluarga
Oktobe b/d penurunan curah TD : 140/90 mmHg mengatakan
r 2020 jantung ditandai dengan  Mengurangi aktivitas nyeri kepala klien
karena punya riwayat pasien dan menghindari sudah hilang
hipertensi dengan tekanan keributan di dalam O : TD : 140/90
darah 175/100 mmHg ruangan mnHg
 Melakukan pijatan pada A : masalah
punggung dan leher teratasi
 Memberikan obat P : intervensi
captopril 2 x 12,5 mg dihentikan
2 15 Nyeri b/d peningkatan  Mempertahankan agar S : Keluarga
Oktobe vaskuler d/d kepala sakit klien tirah baring mengatakan
r 2020 yang dirasakan pasien yang selama nyeri masih sesekali nyeri
begitu hebat terasa klien masih
 Melakukan pijatan terasa
ringan pada leher O : wajah klien
 Memberikan obat tampak rileks
anelgetik asam A : masalah
mefanamat 3 x 500 mg teratasi
P : intervensi
dihentikan

3 15 Gangguan pola tidur b/d  Menganjurkan keluarga S : kelurga


Oktobe ketidakmampuan yang berkunjung agar mengatakan
r 2020 mengatasi nyeri d/d mata tidak terlalu ramai dan klien sudah bisa
klien tampak cekung ribut tertidur
tekanan darah 175/100  Membacakan ayat suci O : mata klien
mmHg Al-Qur’an sebelum klien tidak tampak
istirahat cekung
A : masalah
teratasi
P : intervensi
dihentikan

13

Anda mungkin juga menyukai