Anda di halaman 1dari 21

SPESIALITE DAN ALAT KESEHATAN

“ALAT KESEHATAN TINDAKAN MEDIS”

Oleh:

Erika Yuda Colatama (171002)

Gusti Ayu Putu Prima P. (171006)

I Gede Komang Aditya P. (171007)

I Putu Bagus Perana W. (171013)

I Putu Eka Budiarta (171015)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA
2020
DEFINISI

Pengertian Alat Kesehatan

Menurut Permenkes RI No. 220/Men.Kes/Pe/IX/1976 Alat kesehesatan adalah


barang, instrument, apparat atau alat termasuk tiap komponen, bagian atau
perlengkapannya yang di produksi, dijual atau dimaksud untuk digunakan dalam :

1. Pemeliharaan dan oerawatan kesehatan, diagnose, penyembuhan,


peringan/pencegah penyakit, kelainan keadaan badan atau gejalanya pada
manusia.
2. Pemulihan, perbaikan atau perubahan fungsi badan atau struktur badan
manusia.
3. Diagnose kehamilan pada manusia/ pemeliharaan selama hamil dan
setelah melahirkan termasuk pemeliharaan bayi.
4. Usaha mencegah kehamilan pada manusia dan yang tidak termasuk
golongan obat.

Alat Kesehatan Tindakan Medis

Tindakan medik adalah tindakan professional oleh dokter terhadappasien


dengan tujuan memelihara, meningkatkan, memulihkan kesehatan,atau
menghilangkan atau mengurangi penderitaam. Meski memang harus dilakukak,
tetapi tindakan medik tersebut ada kalanya atau sering dirasa tidak
menyenangkan.

Alat kesehatan tindakan medik yaitu alat yang digunakan untuk membantu
tindakan untuk memelihara, meningkatkatn, memulihkan kesehatan, atau
menghilangkan atau mengurangi penderitaan.

JENIS FUNGSI dan CARA PENGGUNAAN ALAT

1. Gloves(Ing.) Handschoen(Beld.) Sarung Tangan


a. Sarung tangan steril.
b. Sarung tangan steril untuk bedah (bentuknya lebih panjang).

c. Sarung tangan bersih.

d. Sarung tangan kerja.

Fungsi : untuk melindungi tangan dari pengaruh lingkungan sekeliling


dan mencegah terjadinya infeksi silang dan penularan kuman
Merk : Sensi,Nitrile,maxter,safeguard, dll.

2. Masker Wajah

Fungsi : Untuk melindungi diri agar tidak tertular penyakit melalui udara
Merk : Sensi, aviamed, skrineer, onemed, nexcare
3. Cathether
a. Nelaton Cathether

Jenis Cathether yang terbuat dari latex/ karet


b. Metal Cathether

Jenis Cathether yang terbuat dari stainlessteel


c. Ballon Cathether

Jenis Cathether yang terbuat dari latex/ karet yang dilengkapi


dengan balon dengan cara menyuntikan aqua pada ventilnya bila
telah masuk agar Cathether tidak terlepas.
Fungsi : Untuk mengeluarkan/ pengambilan urin
Merk : Rusch, Uro ONE, GEA

4. Urine Bag

Fungsi : Untuk menampung urine yang dihubungkan dengan Cathether


untuk mengeluarkan/ pengambilan urine pada system tertutup
Merk : GEA, UroPlast, ONEMED
5. Stomach tube, maag slang/ maag sonde (selang penduga lambung)
Fungsi : untuk megumpulkan cairan/ getah lambung, untuk membilas/
mencuci isi perut, untuk pemberiaan obat-obatan
Merk : NGT, Terumo, SAFEED
6. Feeding Tube, Selang NGT

Fungsi : untuk memasukan nutrisi cair dengan selang plastic yang


dipasang melalui hidung sampai lambung.
Ukuran NGT diantaranya dibagi menjadi 3 kategori yaitu : untuk dewasa
16-18 Fr, untuk anak-anak 12-14 Fr, dan untuk bayi berukuran 6 Fr
Merk : TERUMO, JMS, Mastha
7. Mucus Extractor

Fungsi : untuk aspirasi sekresi, untuk memastikan kelancaran respirasi


pada oropharynx bayi yang baru lahir.
Merk : ONEMED, Serenity, Lotus
8. Wing needle
Fungsi : sebagai perpanjangan vena untuk pemberian cairan infus atau
obat intravena dalam jangka lama.
Merk : ONEMED, TERUMO
9. Infusion Set

Fungsi : selang untuk pemberian cairan infus


Merk : ONEMED, TERUMO, GEA
10. Transfusion Set

Fungsi : Untuk melakukan transfuse darah


Merk : GEA,TERUMO, AVICO, ONEMED
11. Spuit/Syringe

Fungsi : alat untuk injeksi atau menyuntik. Selain itu untuk tempat cairan
yang akan dimasukan atau yang akan diambil dari dalam tubuh
Merk : ONEMED, TERUMO, BD
12. Injection Needle, Jarum suntik
Fungsi : untuk menyuntikan suatu zat ke tubuh dan untuk mengambil
sampel cair dalam tubuh dengan cara digabungkan dengan alat suntik
(spuit=syringe)

Semakin besar nomor jarum menandakan semakin kecil diameternya.


Merk : ONEMED, TERUMO
13. Glyserin Syringe, spuit gliserin

Fungsi : Untuk menyemprotkan lavament/ clysma melalui anus. Cairan


yang sering digunakan adalah gliserin atau larutan sabun
Merk : TAMACO, RENZ

CARA PENGGUNAAN :
A. Gloves(Ing.) Handschoen(Beld.) Sarung Tangan
1. Lakukanlah sanitasi tangan dengan sabun atau cairan pembersih
2. Pastikan integritas kemasan. Buka kemasan luar non-steril tanpa
menyentuh kemasan steril di dalamnya
3. Letakkan kemasan dalam yang steril pada permukaan rata yang
bersih dan kering, tanpa menyentuh permukaan kemasan steril.
Bukalah kemasan dengan menyentuh ujung kemasan lalu lipat
hingga menghadap ke bawah, dan biarkan kemasan terbuka
4. Dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk salah satu tangan,
pegang sarung tangan pada bagian ujung yang terlipat
5. Masukkan tangan lain ke dalam sarung tangan dengan satu gerakan
tunggal, biarkan lipatan sarung tangan pada daerah pergelangan
tangan
6. Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan jari-jari
tangan yang telah menggunakan sarung tangan ke dalam lipatan
manset sarung tangan kedua
7. Dengan satu gerakan tunggal, masukkan tangan yang belum
memakai sarung tangan ke sarung tangan kedua dengan
menghindari kontak / sentuhan antara tangan yang telah memakai
sarung tangan dengan area selain sarung tangan yang akan dipakai
(adanya kontak menyebabkan kurangnya asepsis dan
membutuhkan penggantian sarung tangan)
8. Jika dibutuhkan, setelah kedua sarung tangan terpasang, perbaiki
letak sarung tangan pada jarijari hingga sarung tangan terpasang
dengan nyaman
9. Bukalah lipatan pada manset dengan menyelipkan jari-jari tangan
lain di bawah lipatan, hindari kontak atau sentuhan dengan
permukaan selain permukaan luar sarung tangan (adanya kontak
menyebabkan kurangnya asepsis dan membutuhkan penggantian
sarung tangan). Lakukan pada kedua sarung tangan
10. Tangan yang telah memakai sarung tangan hanya boleh menyentuh
area dan alat-alat yang telah disterilkan serta area tubuh pasien
yang telah didisinfeksi

B. Masker Steril
1. Pastikan ukuran masker hidung cocok dengan wajah Anda,
tidak kebesaran ataupun kekecilan.
2. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau hand
sanitizer terlebih dahulu sebelum menggunakan masker. 

3. Selanjutnya, cara pakai masker yang tepat adalah


menggunakan masker dengan sisi luar masker berwarna hijau
atau biru, sedangkan bagian dalam masker yang menempel
langsung dengan area mulut dan hidung berwarna putih.
Kemudian, pastikan sisi atas masker yang ditandai dengan
adanya garis kawat hidung. 
4. Untuk jenis masker karet, Anda hanya perlu mengaitkan tali
karet di belakang kedua telinga. 
5. Sedangkan, bagi yang memakai masker tali, posisikan garis
kawat di atas hidung, lalu ikat kedua sisi tali pada bagian atas
kepala. Jika masker sudah menggantung, tarik masker ke
bawah untuk bisa menutup mulut hingga dagu. Selanjutnya,
ikat tali bagian bawahnya di tengkuk atau belakang leher
Anda. 
6. Setelah masker sudah terpasang aman di wajah, cubit atau
cocokkan bagian kawatnya untuk mengikuti lekuk hidung
Anda agar masker lebih tertutup rapat. 
7. Apabila masker sudah terpasang dengan benar, hindari
menyentuh masker. Jika ingin menyentuh masker, pastikan
untuk mencuci tangan terlebih dahulu. 

C. Kateter
 Pemasangan kateter pada pria
1. Lakukanlah cuci tangan asepsis
2. Pasanglah sarung tangan steril pada kedua tangan
3. Pemeriksa berdiri di samping kanan pasien
4. Mintalah penderita untuk berbaring tertelentang dengan kedua
tungkai lurus dan terpisah satu sama lain dengan sudut yang
menyenangkan
5. Dengan bantuan pasangannya bersihkanlah dan lakukanlah
desinfeksi daerah genitalia eksterna dengan betadine. (Oleskan
betadine pada seluruh bagian penis, OUE dan sekitar mons
pubis)
6. Tutuplah daerah sekitar genitalia eksterna dengan doek steril
sehingga daerah yang terbuka hanyalah yang dibutuhkan untuk
pemasangan kateter
7. Oleskanlah xylocaine jelly pada kateter, kemudian isilah spoit
dengan xylocaine jelly dan semprotkan sebanyak 20 cc ke
dalam urethra
8. Tunggulah kira-kira 5 menit, agar penderita tidak merasa sakit
ketika pemasangan kateter
9. Peganglah penis dengan tangan kiri dimana ibu jari di satu
pihak dan telunjuk dan jari tengah di pihak lain. (Bila penis
licin dapat dipegang dengan memakai kasa steril)
10. Bukalah orificium urethra externa (OUE) dengan ibu jari dan
jari telunjuk dan tariklah penis lurus ke atas agar urethra
meregang
11. Ujung kateter dijepit dengan klem atau pinset yang dipegang
dengan tangan kanan, sedang pangkal kateter dijepit antara jari
keempat dan kelima dari punggung tangan kanan (lihat gambar)
12. Doronglah kateter perlahan-lahan kedalam urethra dengan
tekanan sekecil mungkin sampai urine keluar
13. Bila menggunakan kateter ‘non self retaining’, setelah urine
keluar, kateter ditarik pelan-pelan sampai urine berhenti
mengalir, kemudian didorong pelan-pelan masuk sampai urine
mengalir kembali, kemudian kateter difiksasi pada penis
dengan plester
14. Bila menggunakan kateter ‘self retaining’, setelah urine keluar,
kateter didorong masuk sampai dekat percabangan kateter.
Urine yang mengalir ditampung pada wadah yang telah
disiapkan. Balon kateter diisi/disuntikkan dengan air
steril/larutan NaCl 0,9%, sebanyak 5-20 cc tergantung
kapasitas balon, kemudian kateter ditarik keluar sampai
tertahan pada balonnya. Hal ini penting untuk mencegah
pengisian balon sementara ujung kateter masih di dalam urethra
yang dapat menyebabkan ruptura urethra
15. Bukalah doek yang terpasang
16. Hubungkanlah kateter yang telah terpasang ini dengan
penampung urine baik berupa botol yang sebelumnya telah
dimasukkan 50 cc larutan antiseptik (formaldehida) atau urine
bag
17. Fiksasilah kateter ke kranial pada pangkal paha sampai ke
pinggang
18. Berilah zalf antibiotik pada Orificium urethra eksterna
kemudian ditutup dengan kasa steril untuk mencegah infeksi,
dan kasa diganti setiap 12 jam
19. Lakukanlah dekontaminasi sarung yangan dengan memasukkan
tangan yang masih bersarung tangan ke dalam baskom berisi
larutan khlorin 0,5%, go-sokkan kedua tangan untuk
membersihkan bercak-bercak cairan/duh tubuh yang menempel
pada sarung tangan
20. Lepaskanlah sarung tangan dan masukkan ke dalam tempats
ampah medis
21. Lakukan cuci tangan asepsis
 Pemasangan kateter pada wanita
1. Lakukanlah cuci tangan asepsis
2. Pasanglah sarung tangan steril pada kedua tangan
3. Pemeriksa berdiri di samping kanan pasien
4. Genitalia eksterna dan sekitarnya disterilkan dengan betadine .
Oleskan betadine pada daerah sekitar OUE , vulva dan mons
veneris
5. Penderita berbaring terlentang dengan kedua tungkai
difleksikan pada lutut dan kedua paha dalam keadaan abduksi
selebar-lebarnya (Lithothomi)
6. Sekitar genitalia eksterna ditutup dengan doek steril sehingga
daerah yang terbuka hanyalah yang dibutuhkan untuk
pemasangan kateter
7. Pemasang kateter berdiri di sebelah kanan penderita, sebaiknya
didampingi perawat wanita kalau pemasangnya adalah pria
8. Peganglah kateter diantara ibu jari dengan telunjuk dan
masukkan ke dalam orificium urethra eksterna (OUE)
9. Kateter didorong masuk sampai urine keluar
10. Bila menggunakan kateter ‘non self retaining’, setelah urine
keluar (dengan menempatkan lobang ujung kateter di atas leher
kandung kemih) kateter difiksasi dengan dua plester, masing-
masing pada paha dan bokong
11. Bila menggunakan kateter ‘self retaining’, setelah urine keluar,
kateter didorong masuk sampai dekat percabangan kateter.
Urine yang mengalir ditampung pada wadah yang telah
disiapkan. Balon kateter diisi/disuntikkan dengan air
steril/larutan NaCl 0,9%, sebanyak 5-20 cc tergantung
kapasitas balon, kemudian kateter ditarik keluar sampai
tertahan pada balonnya. Hal ini penting untuk mencegah
pengisian balon sementara ujung kateter masih di dalam urethra
yang dapat menyebabkan ruptura urethra
12. Bukalah doek yang terpasang
13. Kateter yang telah terpasang ini dihubungkan dengan
penampung urine baik berupa botol yang sebelumnya telah
dimasukkan 50 cc larutan antiseptik (formaldehida) maupun
urine bag
14. Kateter difiksasi ke kranial pada pangkal paha sampai ke
pinggang
15. Masukkan tangan yang masih bersarung tangan ke dalam
baskom berisi larutan khlorin 0,5%, go-sokkan kedua tangan
untuk membersihkan bercak-bercak cairan/duh tubuh yang
menempel pada sarung tangan
16. Pegang salah satu sarung tangan pada lipatannya lalu tarik
kearah ujung jari-jari tangan sehingga bagian dalam dari sarung
tangan pertama terletak di sisi luar
17. Jangan dibuka sampai terlepas sama sekali, biar-kan sebagian
masih berada pada tangan sebelum melepas sarung tangan yang
kedua
18. Biarkan sarung tangan yang pertama sampai di sekitar jarijari,
lalu pegang sarung tangan yang kedua pada lipatannya lalu
tarik ke arah ujung jari hingga bagian dalam sarung tangan
terletak di sisi luar. Demikian dilakukan secara bergantian
19. Setelah hampir di ujung jari, maka secara bersa-maan dan
dengan sangat berhati-hati kedua sarung tangan dilepas
20. Kedua sarung tangan dilepas ke dalam tempat sampah medik
21. Lakukan cuci tangan asepsis
D. Feeding Tube
1. Pastikan pasien sedang dalam posisi duduk tegak dengan leher
sedikit fleksi/mendongak ke atas
2. Lumasi ujung distal nasogastric tube (sekitar + 10 cm) dengan
pelumas berbasis air
3. Masukkan nasogastric tube secara hati-hati dan parallel menyusuri
lantai/floor hidung (posisi selang adalah horizontal dan parallel
dengan mulut, bukan ke atas mengikuti bentuk luar hidung),
hingga mencapai belakang nasofaring di mana akan terasa adanya
tahanan (umumnya pada 10- 20 cm nasogastric tube)
4. Saat terasa adanya tahanan, sedikit tundukkan kepala pasien dan
minta pasien untuk menelan ludah atau minum segelas air dengan
menggunakan sedotan. Pada bayi dan anak kecil, berikan minum
untuk membantu nasogastric tube masuk ke dalam esofagus
5. Jika tahanan masih dirasakan, tarik selang sebanyak 1-2 cm, lalu
secara perlahan putar nasogastric tube sambil mendorong ke
bawah
6. Terus masukkan nasogastric tube hingga batas yang telah
ditentukan di awal
7. Hentikan pemasangan dan keluarkan selang sepenuhnya jika:
 Pasien mengalami distres pernafasan
 Pasien tidak dapat bicara
 Ada pendarahan nasal yang signifikan
 Nasogastric tube mengalami tahanan yang signifikan
 Nasogastric tube tergulung di mulut

E. Mucus Extractor
Memasukan selang yang tidak ada tonjolannya kedalam hidung atau
mulut, kemudian ditarik sambil dihisap

F. Wing needle
1. Pertama, tentukan vena yang akan ditusuk
2. pasang torniquet setinggi 2 atau 3 jari diatas area penusukan yang
telah ditentukan
3. Kemudian, pasien diminta untuk melakukan pengepalan tangan
4. Lakukan palpasi dengan menggunakan telunjuk dalam memastikan
vena yang akan ditusuk
5. Selanjutnya, disinfeksi permukaan kulit menggunakan alkohol 70%
6. Tusuk bagian yang akan diambil darahnya menggunakan jarum
yang sudah dipasang pada holder.
7. Kemudian, saat indikator darah mulai terlihat maka jarum dipasang
menggunakan tabung vacum.
8. Darah akan mengalir dengan sendirinya menyesuaikan ukuran
tabung.
9. Jika sudah selesai, maka darah akan berhenti dengan sendirinya.
10. Lepaskan tabung tersebut yang terisi dengan darah.
11. Terakhir lepaskan wingneedle dari vena sambil menekan bekas
tusukan dengan kapas dan buang wingneedle kedalam sampah
medis.
G. Infusion Set
1. Perlak dipasang di bawah anggota tubuh yang akan dipasang infus
2. Memasang infus set pada kantung infuse :
- Buka tutup botol cairan infus.
- Tusukkan pipa saluran udara, kemudian masukkan pipa saluran
infus.
- Tutup jarum dibuka, cairan dialirkan keluar dengan membuka
kran selang sehingga tidak ada udara pada saluran infus, lalu
dijepit dan jarum ditutup kembali. Tabung tetesan diisi sampai ½
penuh.
- Gantungkan kantung infus beserta salurannya pada tiang infus.
3. Cucilah tangan dengan seksama menggunakan sabun dan air
mengalir, keringkan dengan handuk bersih dan kering
4. Lengan penderita bagian proksimal dibendung dengan torniket
5. Kenakan sarung tangan steril, kemudian lakukan desinfeksi daerah
tempat suntikan
6. Jarum diinsersikan ke dalam vena dengan bevel jarum menghadap
ke atas, membentuk sudut 30-40o terhadap permukaan kulit
7. Bila jarum berhasil masuk ke dalam lumen vena, akan terlihat
darah mengalir keluar
8. Turunkan kateter sejajar kulit. Tarik jarum tajam dalam kateter
vena (stylet) kira-kira 1 cm ke arah luar untuk membebaskan ujung
kateter vena dari jarum agar jarum tidak melukai dinding vena
bagian dalam. Dorong kateter vena sejauh 0.5 – 1 cm untuk
menstabilkannya
9. Tarik stylet keluar sampai ½ panjang stylet. Lepaskan ujung jari
yang memfiksasi bagian proksimal vena. Dorong seluruh bagian
kateter vena yang berwarna putih ke dalam vena
10. Torniket dilepaskan. Angkat keseluruhan stylet dari dalam kateter
vena
11. Pasang infus set atau blood set yang telah terhubung ujungnya
dengan kantung infus atau kantung darah
12. Penjepit selang infus dilonggarkan untuk melihat kelancaran
tetesan
13. Bila tetesan lancar, pangkal jarum direkatkan pada kulit
menggunakan plester
14. Tetesan diatur sesuai dengan kebutuhan
15. Jarum dan tempat suntikan ditutup dengan kasa steril dan fiksasi
dengan plester
16. Pada anak, anggota gerak yang dipasang infus dipasang bidai
(spalk) supaya jarum tidak mudah bergeser
17. Buanglah sampah ke dalam tempat sampah medis, jarum dibuang
ke dalam sharp disposal (jarum tidak perlu ditutup kembali).

H. Transfusion Set
1. Jelaskan prosedur kepada pasien
2. Pastikan bahwa pasien telah menandatangani
persetujuan (informed consent)
3. Identifikasi kebenaran produk darah dan klien
4. Cuci tangan
5. Gantungkan larutan NaCl 0,9%
6. Gunakan selang infus yang mempunyai filter (selang Y atau
Tunggal)
7. Pakai sarung tangan
8. Lakukan pemasangan infus NaCl 0,9% terlebih dahulu sebelum
pemberian transfusi darah
9. Lakukan lebih dahulu transfusi darah dengan memeriksa
identifikasi kebenaran produk darah : periksa komtabilitas dalam
kantong darah, periksa kesesuaian dengan identifikasi pasien,
periksa kadaluwarsa, dan periksa adanya bekuan
10. Buka set pemberian darah
· Untuk selang Y, atur ketiga klem
· Untuk selang Tunggal, klem pengatur pada posisi off
11. Transfusi darah dengan selang Y
· Tusuk kantong NaCl 0,9%
· Isi selang dengan NaCl 0,9%
· Buka klem pengatur pada selang Y dan hubungkan ke kantong
NaCl 0,9%
· Tutup/klem pada selang yang tidak digunakan
· Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan ruan
filter terisi sebagian)
· Buka klem pengatur bagian bawah dan biarkan selang terisi NaCl
0,9%
· Kantong darah perlahan dibalik-balik 1-2 kali agar sel-selnya
tercampur. kemudian tusuk kantong darah dan buka klem pada
selang dan filter terisi darah
12. Transfusi darah dengan selang Tunggal
· Tusuk kantong darah
· Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan ruan
filter terisi sebagian)
· Buka klem pengatur biarkan selang infuse terisi darah
13. Hubungkan selang transfusi ke kateter IV dengan membuka klem
pengatur bawah
14. Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit selama 15
menit pertama , dan  tiap 15 menit selama 1 jam berikutnya
15. Setelah darah diinfuskan, bersihkan selang dengan NaCl 0,9%
16. Catat tipe, jumlah, dan komponen darah yang diberikan
17. Tahap terminasi
· Mengevaluasi hasil tindakan
· Berpamitan dengan pasien
· Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
· Mencuci tangan
I. Jarum suntik
1. Cuci dan bersihkan tangan. Kenakan sarung tangan yang bersih.
2. Kumpulkan peralatan yang akan butuhkan. Peralatan yang
harus dimiliki: tabung pengumpul darah, torniket, kapas, perban
atau perban medis berperekat, dan tisu yang mengandung alkohol.
Pastikan tabung darah dan botol kultur darah tidak kedaluarsa.
3. Pilih jarum yang sesuai. Jenis jarum yang pilih akan tergantung
pada usia, karakteristik fisik dan jumlah darah pasien yang akan
diambil.
4. Dudukkan pasien di kursi. Kursinya harus memiliki
sandaran tangan untuk menopang lengan pasien tetapi tidak
harus memiliki roda. Pastikan siku pasien tidak ditekuk. Jika
pasien berbaring, letakkan bantal di bawah lengan pasien
untuk penopang tambahan.
5. Tentukan lengan mana yang akan ambil darahnya. Ikatkan
torniket pada lengan pasien sekitar 7,5 cm sampai 10 cm di atas
tempat akan menusukkan jarum pada pembuluh darah pasien.
6. Mintalah pasien untuk mengepalkan tangan. Hindari meminta
pasien untuk memompakan tinjunya.
7. Telusuri pembuluh darah pasien dengan jari telunjuk. Tekan
pembuluh darahnya dengan jari telunjuk agar semakin membesar.
8. Sterilkan area yang akan di tusuk dengan tisu beralkohol.
Gunakan gerakan melingkar, dan hindari mengusapkan tisu di
bagian kulit yang sama dua kali.
9. Biarkan area yang disterilkan itu kering selama 30 detik
sehingga pasien tidak merasakan sengatan ketika jarum
dimasukkan.
10. Periksa jarumnya jika ada yang cacat. Ujung jarum tidak boleh
ada penghalang atau sesuatu yang tersangkut yang bisa membatasi
aliran darah.
11. Masukkan jarum ke dalam dudukannya. Gunakan selubung
jarum untuk mengencangkan jarum di dalam dudukan.
12. Masukkan tabung penampung darah pada dudukannya.
Hindari mendorong tabung melewati garis berlekuk pada dudukan
jarum karena vakumnya bisa terlepas.
13. Pegang lengan pasien. Ibu jari harus menarik kulitnya dengan
kencang sekitar 2,5cm sampai 5cm di bawah tempat tusukan.
Pastikan lengan pasien mengarah sedikit turun untuk menghindari
refluks (darah keluar dari tabung dan kembali ke pembuluh darah).
14. Sejajarkan jarum dengan pembuluh darah. Pastikan
mengarahkan jarum miring ke arah atas.
15. Masukkan jarum ke pembuluh darah. Dorong tabung
penampung darah pada dudukannya sampai pangkal gagang jarum
menembus penyumbat pada tabung. Pastikan tabung tersebut
berada di bawah tempat tusukan.
16. Setelah selesai, mintalah pasien untuk membuka tangannya.
Tempelkan sepotong kain kasa di atas tempat tusukan.
17. Angkat jarumnya. Tempelkan kain kasa di atas tempat tusukan
dan berilah pijatan lembut untuk menghentikan pendarahan.
18. Rekatkan kain kasa ke tempat tusukan dengan plester setelah
pendarahan berhenti. Beritahu pasien agar membiarkan kain kasa
tetap menempel selama minimal 15 menit.
19. Buang semua sampah dan beresi peralatan. Sekalah sandaran
tangan dengan tisu anti kuman.
J. Glyserin Syringe
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan..
3. Atur ruangan. Apabila pasien sendiri, maka tutup pintu. Namun bila
pasien di ruang bangsal umum, maka digunakan sampiran.
4. Atur posisi pasien (miringkan ke kiri), dan berikan pengalas di
bawah glutea, serta buka pakaian bawah pasien.
5. Gunakan sarung tangan, kemudian spuit diisi gliserin + 10-20 cc dan
cek kehangatan cairan gliserin.
6. Masukkan gliserin perlahan-lahan ke dalam anus dengan tangan kiri
mendorong perenggangan daerah rektum, sedangkan tangan kanan
memasukkan spuit ke dalam anus sampai pangkal kanula dengan ujung
spuit diarahkan ke depan. Anjurkan pasien napas dalam.
7. Setelah selesai, cabut dan masukkan ke dalam bengkok. Anjurkan
pasien untuk menahan sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot.
Apabila pasien tidak mampu ke toilet, bersihkan dengan air hingga
bersih lalu keringkan dengan tisu.
8. Pasang pispot atau anjurkan ke toilet.
9. Lepaskan sarung tangan, catat jumlah feses yang keluar, warna,
konsistensi, dan respons pasien.
10. Cuci tangan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Penuntun Pembelajaran Teknik Memasang Kateter. Fakultas


Kedokteran: Universitas Hasanuddin

Ariningrum, D, Subandono, J. 2018. Buku Pedoman Keterampilan Klinis


Pemasangan Infus untuk Semester 7. Fakultas Kedokteran: Universitas Sebelas
Maret Surakarta

Menteri Kesehatan RI. 2002. Peraturan Menteri Kesehatan RI No


220/Men.Kes/Per/IX/76 tentang Produksi dan Peredaran Kosmetika dan Alat
Kesehatan

Minhajat, R, Bayu, D. 2015. Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunan


Sarung Tangan. Fakultas Kedokteran: Universitas Hasanuddin

Uliyah, M, Aziz, A. 2008. Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik: Aplikasi


Dasar-Dasar Praktik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai