Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

SOLUSI PEKERJAAN DAN PERBAIKAN TANAH


PADA PONDASI TIANG PANCANG

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Rekayasa Bangunan
pada Tanah Lunak, yang diampu oleh :

Ir. H. Fathurrozi, MT.

Disusun Oleh :

Tri Imam Subakti


NIM. A040417022

POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI D IV TEKNIK BANGUNAN RAWA
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala


rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, ssehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai memenuhi salah satu
Tugas dari Mata Kuliah Rekayasa Bangunan pada Tanah Lunak dengan judul
“Solusi Pekerjaan dan Perbaikan Tanah pada Pondasi Tiang”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Banjarmasin, 25 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................


KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
DAFTAR TABEL ..........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................


1.1 Latar Belakang .........................................................................
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................
1.3 Tujuan ......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................


2.1 Pengertian Pondasi Tiang Pancang ..........................................
2.1.1 Kriteria dan Jenis Pemakaian Tiang Pancang ..............
2.2 Penggolongan Pondasi Tiang Pancang ....................................
2.2.1 Pemakaian Bahan dan Karakteristik Strukturnya .........
2.2.2 Pondasi Tiang Pancang Menurut Pemasangannya .......
2.3 Alat Pancang Tiang ..................................................................
2.4 Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang ..........................

BAB III PENUTUP ...............................................................................


3.1 Kesimpulan ..............................................................................
3.2 Saran .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tiang pancang beton precast concrete pile (Bowles, 1991) .......
Gambar 2.2 Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile ( Bowles, 1991 )
Gambar 2.3 Skema pemukul tiang .................................................................
Gambar 2.4 Pengangkatan Tiang dengan Dua Tumpuan ...............................
Gambar 2.5 Pengangkatan Tiang dengan Satu Tumpuan ..............................
Gambar 2.6 Urutan Pemancangan ..................................................................
Gambar 2.7 Tiang ditinjau dari cara mendukung bebannya ..........................
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Faktor empirik Fb dan Fs ..............................................................


Table 2.2 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah yang berbeda .....................
Table 2.3 Harga Effisiensi Hammer dan koef. Restitusi ..............................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teknik penggunaan pondasi tiang pancang merupakan salah satu cara
perbaikan tanah lunak untuk tujuan meningkatkan daya dukung serta mengurangi
penurunan konsolidasi tanah. Masalah yang sering dijumpai pada bidang jalan di
atas tanah lunak meliputi masalah penurunan yang berlebihan, amblasan dan
longsoran ke samping ataupun terdorongnya pangkal jembatan oleh opritnya.
Kerusakan tersebut pada umumnya dikarenakan oleh kurang mempunyai tanah
lunak dalam menerima beban timbunan. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka
diperlukan upaya penambahan daya dukung tanah lunak agar dapat mampu
memikul beban timbunan ataupun konstruksi lainnya.
Salah satu metode penambahan daya dukung tanah adalah dengan
melakukan pemancangan tiang-tiang cerucuk ke dalam tanah lunak mencapai
kedalaman tertentu, sehingga beban timbunan yang akan diterima oleh permukaan
tanah dasar diambil alih oleh tiang cerucuk tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana cara mengatasi pekerjaan dan perbaikan tanah lunak dengan
penggunaan pondasi tiang pancang ?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui permasalahan pekerjaan dan perbaikan tanah lunak pada
penggunaan pondasi tiang pancang.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pondasi Tiang Pancang


Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang
digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur
atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu. Tiang pancang
bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah yang lebih
dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton. Tiang pancang
yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, dibor atau di dongkrak ke dalam tanah
dan dihubungkan dengan pile cap (poer). Tergantung juga pada tipe tanah,
material dan karakteristik penyebaran beban tiang pancnag diklasifikasikan
berbeda-beda.
Pondasi tiang sudah digunakan sebagai penerima beban dan sistem transfer
beban bertahun-tahun. Pada awal peradaban, dari komunikasi, pertahanan, dan
hal-hal yang strategik dari desa dan kota yang terletak dekat sungai dan danau.
Oleh sebab itu perlu memperkuat tanah penunjang dengan beberapa tiang. Tiang
yang terbuat dari kayu (timber pile) dipasang dengan dipukul ke dalam tanah
dengan tanah atau lubang yang digali dan diisi dengan pasir dan batu.
Pada tahun 1740, Christoffoer Polhem menemukan peralatan pile driving
yang mana menyerupai mekanisme Pile driving saat ini. Tiang baja (steel pile)
sudah digunakan selama 1800 dan tiang beton (concrete pile) sejak 1900.
Revolusi industri membawa perubahan yang penting pada sistem pile driving
melalui penemuan mesin uap dan mesin diesel. Lebih lagi baru-baru ini,
meningkatnya permintaan akan rumah dan konstruksi memaksa para pengembang
memanfaatkan tanah-tanah yang mempunyai karakteristik yang kurang bagus. Hal
ini membuat pengembangan dan peningkatan sistem pile driving. Saat ini banyak
teknik-teknik instalansi tiang pancang bermunculan. Seperti tipe pondasi yang
lainnya, tujuan dari pondasi tiang adalah:
1.        Untuk menyalurkan beban pondasi ke tanah keras
2.        Untuk menahan beban vertikal, lateral, dan beban uplift.
Struktur yang menggunakan pondasi tiang pancang apabila tanah dasar tidak
mempunyai kapasitas daya pikul yang memadai. Kalau hasil pemeriksaan tanah
menunjukkan bahwa tanah dangkal tidak stabil dan kurang keras apabila besarnya
hasil estimasi penurunan tidak dapat diterima pondasi tiang pancang dapat
menjadi bahan pertimbangan. Lebih jauh lagi, estimasi biaya dapat menjadi
indicator bahwa pondasi tiang pancang biayanya lebih murah daripada jenis
pondasi yang lain dibandingkan dengan biaya perbaikan tanah.
Dalam kasus konstruksi berat, sepertinya bahwa kapasitas daya pikul dari
tanah dangkal tidak akan memuaskan, dan konstruksi seharusnya di bangun di
atas pondasi tiang. Tiang pancang juga digunakan untuk kondisi tanah yang
normal untuk menahan beban horizontal. Tiang pancang merupakan metode yang
tepat untuk pekerjaan diatas air, seperti jertty atau dermaga.
Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah
yang berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing
capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan beban yang bekerja padanya
(Sardjono HS, 1988). Atau apabila tanah yang mempunyai daya dukung yang
cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban yang bekerja berada
pada lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman > 8 m (Bowles,
1991). Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk
memindahkan atau mentransfer beban-beban dari konstruksi di atasnya (super
struktur) ke lapisan tanah keras yang letaknya sangat dalam.
Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya dipancangkan tegak lurus
dalam tanah, tetapi ada juga dipancangkan miring (battle pile) untuk dapat
menahan gaya-gaya horizontal yang bekerja. Hal seperti ini sering terjadi pada
dermaga dimana terdapat tekanan kesamping dari kapal dan perahu. Sudut
kemiringan yang dapat dicapai oleh tiang tergantung dari alat yang dipergunakan
serta disesuaikan pula dengan perencanaannya.
Pondasi tiang digolongkan berdasarkan kualitas bahan material dan cara
pelaksanaan. Menurut kualitas bahan material yang digunakan, tiang pancang
dibedakan menjadi empat yaitu tiang pancang kayu, tiang pancang beton, tiang
pancang baja, dan tiang pancang composite (kayu – beton dan baja – beton).Tiang
pancang umumnya digunakan:
1. Untuk mengangkat beban-beban konstruksi diatas tanah kedalam atau melalui
sebuah stratum/lapisan tanah. Didalam hal ini beban vertikal dan beban lateral
boleh jadi terlibat.
2. Untuk menentang gaya desakan keatas, gaya guling, seperti untuk telapak
ruangan bawah tanah dibawah bidang batas air jenuh atau untuk menopang
kaki-kaki menara terhadap guling.
3. Memampatkan endapan-endapan tak berkohesi yang bebas lepas melalui
kombinasi perpindahan isi tiang pancang dan getaran dorongan. Tiang pancang
ini dapat ditarik keluar kemudian.
4. Mengontrol lendutan/penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau telapak
berada pada tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang kemampatannya
tinggi.
5. Membuat tanah dibawah pondasi mesin menjadi kaku untuk mengontrol
amplitudo getaran dan frekuensi alamiah dari sistem tersebut.
6. Sebagai faktor keamanan tambahan dibawah tumpuan jembatan dan atau pir,
khususnya jika erosi merupakan persoalan yang potensial.
7. Dalam konstruksi lepas pantai untuk meneruskan beban-beban diatas
permukaan air melalui air dan kedalam tanah yang mendasari air tersebut. Hal
seperti ini adalah mengenai tiang pancang yang ditanamkan sebagian dan yang
terpengaruh oleh baik beban vertikal (dan tekuk) maupun beban lateral
(Bowles, 1991).
Pondasi  tiang  pancang  dibuat  ditempat  lain (pabrik,  dilokasi)  dan  baru
dipancang sesuai dengan umur beton setelah 28 hari, karena tegangan tarik beton
adalah kecil, sedangkan berat sendiri beton adalah besar, maka tiang pancang
beton ini haruslah diberi tulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur
yang akan timbul  pada  waktu  pengangkatan  dan  pemancangan.

2.1.1Kriteria dan jenis pemakaian tiang pancang


Dalam perencanaan pondasi suatu konstruksi dapat digunakan beberapa
macam tipe pondasi. Pemilihan tipe pondasi yang digunakan berdasarkan atas
beberapa hal, yaitu :
1. Fungsi bangunan atas yang akan dipikul oleh pondasi tersebut.
2. Besarnya beban dan beratnya bangunan atas.
3. Kondisi tanah tempat bangunan didirikan.
4. Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.
Kriteria pemakaian tiang pancang dipergunakan untuk suatu pondasi bangunan
sangat tergantung pada kondisi :
1. Tanah dasar di bawah bangunan tidak mempunyai daya dukung (misalnya
pembangunan lepas pantai).
2. Tanah dasar di bawah bangunan tidak mampu memikul bangunan yang ada
diatasnya atau tanah keras yang mampu memikul beban tersebut jauh dari
permukaan tanah.
3. Pembangunan diatas tanah yang tidak rata.
4. Memenuhi kebutuhan untuk menahan gaya desak keatas (uplift).

2.2 Penggolongan Pondasi Tiang Pancang


Pondasi tiang pancang dapat digolongkan berdasarkan pemakaian bahan
dengan karakteristik strukturnya dan cara pemasangannya.

2.2.1 Pemakaian bahan dan karakteristik strukturnya


Tiang pancang dapat dibagi kedalam beberapa kategori (Bowles, 1991)
antara lain:
1. Tiang Pancang Kayu
Tiang pancang dengan bahan material kayu dapat digunakan sebagai
tiang pancang pada suatu dermaga. Tiang pancang kayu dibuat dari batang
pohon yang cabang-cabangnya telah dipotong dengan hati-hati, biasanya diberi
bahan pengawet dan didorong dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian yang
runcing. Kadang-kadang ujungnya yang besar didorong untuk maksud-maksud
khusus, seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana tanah tersebut akan
bergerak kembali melawan poros. Kadang kala ujungnya runcing dilengkapi
dengan sebuah sepatu pemancangan yang terbuat dari logam bila tiang pancang
harus menembus tanah keras atau tanah kerikil.
Pemakaian tiang pancang kayu ini adalah cara tertua dalam penggunaan
tiang pancang sebagai pondasi. Tiang kayu akan tahan lama dan tidak mudah
busuk apabila tiang katu tersebut dalam keadaan selalu terendam penuh di
bawah muka air tanah. Tiang pancang dari kayu akan lebih cepat rusak atau
busuk apabila dalam keadaan kering dan basah yang selalu berganti-ganti.
Sedangkan pengawetan serta pemakaian obat-obatan pengawet untuk kayu
hanya akan menunda atau memperlambat kerusakan daripada kayu, akan tetapi
tetap tidak akan dapat melindungi untuk seterusnya. Pada pemakaian tiang
pancang kayu ini biasanya tidak diijinkan untuk menahan muatan lebih besar
dari 25 sampai 30 ton untuk setiap tiang.
Tiang pancang kayu ini sangat cocok untuk daerah rawa dan daerah-
daerah dimana sangat banyak terdapat hutan kayu seperti daerah Kalimantan,
sehingga mudah memperoleh balok/tiang kayu yang panjang dan lurus dengan
diameter yang cukup besar untuk digunakan sebagai tiang pancang.
Persyaratan dari tiang pancang tongkat kayu tersebut adalah : bahan kayu
yang dipergunakan harus cukup tua, berkualitas baik dan tidak cacat,
contohnya kayu berlian. Semula tiang pancang kayu harus diperiksa terlebih
dahulu sebelum dipancang untuk memastikan bahwa tiang pancang kayu
tersebut memenuhi ketentuan dari bahan dan toleransi yang diijinkan. Semua
kayu lunak yang digunakan untuk tiang pancang memerlukan pengawetan,
yang harus dilaksanakan sesuai dengan AASHTO M133–86 dengan
menggunakan instalasi peresapan bertekanan.
Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia, pengawetan dengan tangki
terbuka secara panas dan dingin, harus digunakan. Beberapa kayu keras dapat
digunakan tanpa pengawetan, tetapi pada umumnya, kebutuhan untuk
mengawetkan kayu keras tergantung pada jenis kayu dan beratnya kondisi
pelayanan.
a. Kepala Tiang Pancang
Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada kepala
tiang pancang harus diambil. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan
pemangkasan kepala tiang pancang sampai penampang melintang menjadi
bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin baja atau
besi yang kuat atau dengan metode lainnya yang lebih efektif. Setelah
pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap
panjangnya sampai nagian kayu yang keras dan diberi bahan pengawet
sebelum pur (pile cap) dipasang.
Bilama tiang pancang kayu lunak membentuk pondasi struktur
permanen dan akan dipotong sampai di bawah permukaan tanah, maka
perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa tiang pancang
tersebut telah dipotong pada atau di bawah permukaan air tanah yang
terendah yang diperkirakan. Bilamana digunakan pur (pile cap) dari beton,
kepala tiang pancang harus tertanam dalam pur dengan kedalaman yang
cukup sehingga dapat memindahkan gaya. Tebal beton di sekeliling tiang
pancnag paling sedikit 15 cm dan harus diberi baja tulangan untuk
mencegah terjadinya keretakan.

b. Kepala Tiang Pancang


Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada kepala
tiang pancang harus diambil. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan
pemangkasan kepala tiang pancang sampai penampang melintang menjadi
bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin baja atau
besi yang kuat atau dengan metode lainnya yang lebih efektif. Setelah
pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap
panjangnya sampai nagian kayu yang keras dan diberi bahan pengawet
sebelum pur (pile cap) dipasang.
Bilama tiang pancang kayu lunak membentuk pondasi struktur
permanen dan akan dipotong sampai di bawah permukaan tanah, maka
perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa tiang pancang
tersebut telah dipotong pada atau di bawah permukaan air tanah yang
terendah yang diperkirakan. Bilamana digunakan pur (pile cap) dari beton,
kepala tiang pancang harus tertanam dalam pur dengan kedalaman yang
cukup sehingga dapat memindahkan gaya. Tebal beton di sekeliling tiang
pancnag paling sedikit 15 cm dan harus diberi baja tulangan untuk
mencegah terjadinya keretakan.

c. Sepatu Tiang Pancang


Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang cocok untuk
melindungi ujung tiang selama pemancangan, kecuali bilamana seluruh
pemancangan dilakukan pada tanah yang lunak.  Sepatu harus benar-benar 
konsentris (pusat  sepatu  sama  dengan  pusat  tiang pancang) dan dipasang
dengan kuat pada ujung tiang. Bidang kontak antara sepatu dan kayu harus
cukup untuk menghindari tekanan yang berlebihan selama pemancangan.

d. Pemancangan
Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang pancang,
memecah ujung dan menyebabkan retak tiang pancang harus dihindari
dengan membatasi tinggi jatuh palu dan jumlah penumbukan pada tiang
pancang. Umumnya, berat palu harus sama dengan beratnya  tiang  untuk 
memudahkan  pemancangan.  Perhatian  khusus  harus diberikan selama
pemancangan untuk memastikan bahwa kepala tiang pancang harus selalu
berada sesumbu dengan palu dan tegak lurus terhadap panjang tiang
pancang dan bahwa tiang pancang dalam posisi yang relatif pada tempatnya.

e. Penyambungan
Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang terdiri
dari dua batang atau lebih, permukaan ujung tiang pancang harus dipotong
sampai tegak lurus terhadap panjangnya untuk menjamin bidang kontak
seluas seluruh penampang tiang pancang. Pada tiang pancang yang
digergaji, sambungannya harus diperkuat dengan kayu atau pelat
penyambung baja, atau profil baja seperti profil kanal atau profil siku yang
dilas menjadi satu membentuk kotak yang dirancang untuk memberikan
kekuatan yang diperlukan. Tiang pancang   bulat harus diperkuat dengan
pipa penyambung. Sambungan di dekat titik-titik yang mempunyai lendutan
maksimum harus dihindarkan.

Keuntungan pemakaian tiang pancang kayu :


 Tiang pancang dari kayu relatif lebih ringan sehingga mudah dalam
pengangkutan.
 Kekuatan tarik besar sehingga pada waktu pengangkatan untuk
pemancangan tidak menimbulkan kesulitan seperti misalnya pada tiang
pancang beton precast.
 Mudah untuk pemotongannya apabila tiang kayu ini sudah tidak dapat
masuk lagi ke dalam tanah.
 Tiang pancang kayu ini lebih baik untuk friction pile dari pada untuk end
bearing pile sebab tegangan tekanannya relatif kecil.
 Karena tiang kayu ini relatif flexible terhadap arah horizontal
dibandingkan dengan tiang-tiang pancang selain dari kayu, maka apabila
tiang ini menerima beban horizontal yang tidak tetap, tiang pancang kayu
ini akan melentur dan segera kembali ke posisi setelah beban horizontal
tersebut hilang. Hal seperti ini sering terjadi pada dermaga dimana
terdapat tekanan kesamping dari kapal dan perahu.
Kerugian pemakaian tiang pancang kayu :
 Karena tiang pancang ini harus selalu terletak di bawah muka air tanah
yang terendah agar dapat tahan lama, maka kalau air tanah yang terendah
itu letaknya sangat dalam, hal ini akan menambah biaya untuk
penggalian.
 Tiang pancang yang di buat dari kayu mempunyai umur yang relatif kecil
di bandingkan dengan tiang pancang yang di buat dari baja atau beton
terutama pada daerah yang muka air tanahnya sering naik dan turun.
 Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu (gravel) ujung tiang
pancang kayu dapat berbentuk berupa sapu atau dapat pula ujung tiang
tersebut hancur. Apabila tiang kayu tersebut kurang lurus, maka pada
waktu dipancangkan akan menyebabkan penyimpangan terhadap arah
yang telah ditentukan.
 Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang agresif dan
jamur yang menyebabkan kebusukan.

2. Tiang Pancang Beton


 Precast Reinforced Concrete Pile
Precast renforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton
bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian
setelah cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan. Karena tegangan tarik
beton adalah kecil dan praktis dianggap sama dengan nol, sedangkan berat
sendiri dari pada beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah
dieri penulangan-penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen
lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan.
Karena berat sendiri adalah besar, biasanya pancang beton ini dicetak dan
dicor di tempat pekerjaan, jadi tidak membawa kesulitan untuk transport.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar (>50 ton untuk
setiap tiang), hal ini tergantung dari dimensinya. Dalam perencanaan tiang
pancang beton precast ini panjang dari pada tiang harus dihitung dengan
teliti, sebab kalau ternyata panjang dari pada tiang ini kurang terpaksa harus
dilakukan penyambungan, hal ini adalah sulit dan banyak memakan waktu.
Reinforced Concrete Pile penampangnya dapat berupa lingkaran, segi
empat, segi delapan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.1 Tiang pancang beton precast concrete pile (Bowles, 1991)

Keuntungan pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile :


- Precast Concrete Reinforced Pile ini mempunyai tegangan tekan yang
besar, hal ini tergantung dari mutu beton yang di gunakan.
- Tiang pancang ini dapat di hitung baik sebagai end bearing
pile maupun friction pile.
- Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka air
tanah seperti tiang pancang kayu, maka disini tidak memerlukan galian
tanah yang banyak untuk poernya.
- Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap
pengaruh air maupun bahan-bahan yang corrosive asal beton dekkingnya
cukup tebal untuk melindungi tulangannya.
Kerugian pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile :
- Karena berat sendirinya maka transportnya akan mahal, oleh karena
itu Precast reinforced concrete pile ini di buat di lokasi pekerjaan.
- Tiang pancang ini di pancangkan setelah cukup keras, hal ini berarti
memerlukan waktu yang lama untuk menunggu sampai tiang beton ini
dapat dipergunakan.
- Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih
sulit dan memerlukan waktu yang lama.
- Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang pancang ini
tergantung dari pada alat pancang ( pile driving ) yang tersedia maka
untuk melakukan panyambungan adalah sukar dan memerlukan alat
penyambung khusus.

 Precast Prestressed Concrete Pile


Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton
prategang yang menggunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai gaya
prategangnya.

Gambar 2.2 Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile ( Bowles, 1991 )

Keuntungan pemakaian Precast prestressed concrete pile:


- Kapasitas beban pondasi yang dipikulnya tinggi.
- Tiang pancang tahan terhadap karat.
- Kemungkinan terjadinya pemancangan keras dapat terjadi.
Kerugian pemakaian Precast prestressed concrete pile:
- Pondasi tiang pancang sukar untuk ditangani.
- Biaya permulaan dari pembuatannya tinggi.
- Pergeseran cukup banyak sehingga prategang sukar untuk disambung.

 Cast in Place Pile


Pondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang di cetak di tempat
dengan jalan dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan cara
mengebor tanah seperti pada pengeboran tanah pada waktu penyelidikan
tanah. Pada Cast in Place ini dapat dilaksanakan dua cara :
1. Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi
dengan beton dan ditumbuk sambil pipa tersebut ditarik keatas.
2. Dengan pipa baja yang di pancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi
dengan beton, sedangkan pipa tersebut tetap tinggal di dalam tanah.
Keuntungan pemakaian Cast in Place :
- Pembuatan tiang tidak menghambat pekerjan.
- Tiang ini tidak perlu diangkat, jadi tidak ada resiko rusak dalam
transport.
- Panjang tiang dapat disesuaikan dengan keadaan dilapangan.
Kerugian pemakaian Cast in Place :
- Pada saat penggalian lubang, membuat keadaan sekelilingnya menjadi
kotor akibat tanah yang diangkut dari hasil pengeboran tanah tersebut.
- Pelaksanaannya memerlukan peralatan yang khusus.
- Beton yang dikerjakan secara Cast in Place tidak dapat dikontrol.

3. Tiang Pancang Baja


Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil baja gilas
biasa, tetapi tiang pancang pipa dan kotak dapat digunakan. Bilamana tiang
pancang pipa atau kotak digunakan, dan akan diisi dengan beton, mutu beton
tersebut minimum harus K250.
Kebanyakan tiang pancang baja ini berbentuk profil H. Karena terbuat
dari baja maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam
pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah seperti
halnya pada tiang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang baja ini akan
sangat bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang yang panjang
dengan tahanan ujung yang besar.
Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda terhadap
texture tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan kelembaban
tanah.
a. Pada tanah yang memiliki texture tanah yang kasar/kesap, maka karat yang
terjadi karena adanya sirkulasi air dalam tanah tersebut hampir mendekati
keadaan karat yang terjadi pada udara terbuka.
b. Pada tanah liat (clay) yang mana kurang mengandung oxygen maka akan
menghasilkan tingkat karat yang mendekati keadaan karat yang terjadi
karena terendam air.
c. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah lapisan tanah
yang padat akan sedikit sekali mengandung oxygen maka lapisan pasir
tersebut juga akan akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada tiang
pancang baja.
Pada umumnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas yang
dekat dengan permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena Aerated-
Condition (keadaan udara pada pori-pori tanah) pada lapisan tanah tersebut dan
adanya bahan-bahan organis dari air tanah. Hal ini dapat ditanggulangi dengan
memoles tiang baja tersebut dengan (coaltar) atau dengan sarung beton
sekurang-kurangnya 20” (± 60 cm) dari muka air tanah terendah.
Karat /korosi yang terjadi karena udara (atmosphere corrosion) pada
bagian tiang yang terletak di atas tanah dapat dicegah dengan pengecatan
seperti pada konstruksi baja biasa.

 Perlindungan Terhadap Korosi


Bilamana korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat terjadi, maka
panjang atau ruas-ruasnya yang mungkin terkena korosi harus dilindungi
dengan pengecatan menggunakan lapisan pelindung yang telah disetujui
dan/atau digunakan logam yang lebih tebal bilamana daya korosi dapat
diperkirakan dengan akurat dan beralasan. Umumnya seluruh panjang tiang
baja yang terekspos, dan setiap panjang yang terpasang dalam tanah yang
terganggu di atas muka air terendah, harus dilindungi dari korosi.
 Kepala Tiang Pancang
Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus
terhadap panjangnya dan topi pemancang (driving cap) harus dipasang untuk
mempertahankan sumbu tiang pancang segaris dengan sumbu palu. Sebelum
pemancangan, pelat topi, batang baja atau pantek harus ditambatkan pad pur,
atau tiang pancang dengan panjang yang cukup harus ditanamkan ke dalam pur
(pile cap).

 Perpanjangan Tiang Pancang


Perpanjangan tiang pancang baja harus dilakukan dengan pengelasan.
Pengelasan harus dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja
semula dapat ditingkatkan. Sambungan harus dirancang dan dilaksanakan
dengan cara sedemikian hingga dapat menjaga alinyemen dan posisi yang
benar pada ruas-ruas tiang pancang. Bilamana tiang pancang pipa atau kotak
akan diisi dengan beton setelah pemancangan, sambungan yang dilas harus
kedap air.

 Sepatu Tiang Pancang


Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan pada profil H atau
profil baja gilas lainnya. Namun bilamana tiang pancang akan dipancang di
tanah keras, maka ujungnya dapat diperkuat dengan menggunakan pelat baja
tuang atau dengan mengelaskan pelat atau siku baja untuk menambah
ketebalan baja. Tiang pancang pipa atau kotak dapat juga dipancang tanpa
sepatu, tetapi bilamana ujung dasarnya tertutup diperlukan, maka penutup ini
dapat dikerjakan dengan cara mengelaskan pelat datar, atau sepatu yang telah
dibentuk dari besi tuang, baja tuang atau baja fabrikasi.

Keuntungan pemakaian Tiang Pancang Baja:


- Tiang pancang ini mudah dalam dalam hal penyambungannya.
- Tiang pancang ini memiliki kapasitas daya dukung yang tinggi.
- Dalam hal pengangkatan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya
patah.
Kerugian pemakaian Tiang Pancang Baja:
- Tiang pancang ini mudah mengalami korosi.
- Bagian H pile dapat rusak atau di bengkokan oleh rintangan besar.

4. Tiang Pancang Komposit.


Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua
bahan yang berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan satu
tiang. Kadang-kadang pondasi tiang dibentuk dengan menghubungkan bagian
atas dan bagian bawah tiang dengan bahan yang berbeda, misalnya dengan
bahan beton di atas muka air tanah dan bahan kayu tanpa perlakuan apapun
disebelah bawahnya. Biaya dan kesulitan yang timbul dalam pembuatan
sambungan menyebabkan cara ini diabaikan.

 Water Proofed Steel and Wood Pile


Tiang ini terdiri dari tiang pancang kayu untuk bagian yang di bawah
permukaan air tanah sedangkan bagian atas adalah beton. Kita telah
mengetahui bahwa kayu akan tahan lama/awet bila terendam air, karena itu
bahan kayu disini diletakan di bagian bawah yang mana selalu terletak dibawah
air tanah. Kelemahan tiang ini adalah pada tempat sambungan apabila tiang
pancang ini menerima gaya horizontal yang permanen. Adapun cara
pelaksanaanya secara singkat sebagai berikut :
- Casing dan core (inti) dipancang bersama-sama dalam tanah hingga
mencapai kedalaman yang telah ditentukan untuk meletakan tiang pancang
kayu tersebut dan ini harus terletak dibawah muka air tanah yang terendah.
- Kemudian core ditarik keatas dan tiang pancang kayu dimasukan dalam
casing dan terus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras.
- Secara mencapai lapisan tanah keras pemancangan dihentikan dan core
ditarik keluar dari casing. Kemudian beton dicor kedalam casing sampai
penuh terus dipadatkan dengan menumbukkan core ke dalam casing.

 Composite Dropped in – Shell and Wood Pile


Tipe tiang ini hampir sama dengan tipe diatas hanya bedanya di sini
memakai shell yang terbuat dari bahan logam tipis permukaannya di beri alur
spiral. Secara singkat pelaksanaanya sebagai berikut :
- Casing dan core dipancang bersama-sama sampai mencapai kedalaman yang
telah ditentukan di bawah muka air tanah.
- Setelah mencapai kedalaman yang dimaksud core ditarik keluar dari casing
dan tiang pancang kayu dimasukkan dalam casing terus dipancang sampai
mencapai lapisan tanah keras. Pada pemancangan tiang pancang kayu ini
harus diperhatikan benar-benar agar kepala tiang tidak rusak atau pecah.
- Setelah mencapai lapisan tanah keras core ditarik keluar lagi dari casing.
- Kemudian shell berbentuk pipa yang diberi alur spiral dimasukkan dalam
casing. Pada ujung bagian bawah shell dipasang tulangan berbentuk sangkar
yang mana tulangan ini dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat masuk
pada ujung atas tiang pancang kayu tersebut.
- Beton kemudian dicor kedalam shell. Setelah shell cukup penuh dan padat
casing ditarik keluar sambil shell yang telah terisi beton tadi ditahan terisi
beton tadi ditahan dengan cara meletakkan core diujung atas shell.

 Composit Ungased – Concrete and Wood Pile.


Dasar pemilihan tiang composit tipe ini adalah:
- Lapisan tanah keras dalam sekali letaknya sehingga tidak memungkinkan
untuk menggunakan cast in place concrete pile, sedangkan kalau
menggunakan precast concrete pile terlalu panjang, akibatnya akan susah
dalam transport dan mahal.
- Muka air tanah terendah sangat dalam sehingga bila menggunakan tiang
pancang kayu akan memerlukan galian yang cukup dalam agar tiang
pancang kayu tersebut selalu berada dibawah permukaan air tanah terendah.

Adapun prinsip pelaksanaan tiang composite ini adalah sebagai berikut:


- Casing baja dan core dipancang bersama-sama dalam tanah sehingga sampai
pda kedalaman tertentu (di bawah m.a.t).
- Core ditarik keluar dari casing dan tiang pancang kayu dimasukkan casing
terus dipancang sampai kelapisan tanah keras.
- Setelah sampai pada lapisa tanah keras core dikeluarkan lagi dari casing dan
beton sebagian dicor dalam casing. Kemudian core dimasukkan lagi dalam
casing.
- Beton ditumbuk dengan core sambil casing ditarik ke atas sampai jarak
tertentu sehingga terjadi bentuk beton yang menggelembung seperti bola
diatas tiang pancang kayu tersebut.
- Core ditarik lagi keluar dari casing dan casing diisi dengan beton lagi
sampai padat setinggi beberapa sentimeter diatas permukaan tanah.
Kemudian beton ditekan dengan core kembali sedangkan casing ditarik
keatas sampai keluar dari tanah.
- Tiang pancang composit telah selesai.
Tiang pancang composit seperti ini sering dibuat oleh The Mac Arthur
Concrete Pile Corp.

 Composite Dropped – Shell and Pipe Pile


Dasar pemilihan tipe tiang seperti ini adalah:
- Lapisan tanah keras letaknya terlalu dalam bila digunakan cast in place
concrete.
- Muka air tanah terendah terlalu dalam kalai digunakan tiang composit yang
bagian bawahnya terbuat dari kayu.
Cara pelaksanaan tiang tipe ini adalah sebagai berikut:
- Casing dan core dipasang bersama-sama sehingga casing seluruhnya masuk
dalam tanah. Kemudian core ditarik.
- Tiang pipa baja dengan dilengkapi sepatu pada ujung bawah dimasukkan
dalam casing terus dipancang dengan pertolongan core sampai ke tanah
keras.
- Setelah sampai pada tanah keras kemudian core ditarik keatas kembali.
- Kemudian sheel yang beralur pada dindingnya dimasukkan dalam casing
hingga bertumpu pada penumpu yang terletak diujung atas tiang pipa baja.
Bila diperlukan pembesian maka besi tulngan dimasukkan dalam shell dan
kemudian beton dicor sampai padat.
- Shell yang telah terisi dengan beton ditahan dengan core sedangkan casing
ditarik keluar dari tanah. Lubang disekeliling shell diisi dengan tanah atau
pasir. Variasi lain pada tipe tiang ini dapat pula dipakai tiang pemancang
baja H sebagai ganti dari tiang pipa.

 Franki Composite Pile


Prinsip tiang hampir sama dengan tiang franki biasa hanya bedanya disini
pada bagian atas dipergunakan tiang beton precast biasa atau tiang profil H dari
baja.
Adapun cara pelaksanaan tiang composit ini adalah sebagai berikut:
- Pipa dengan sumbat beton dicor terlebih dahulu pada ujung bawah pipa baja
dipancang dalam tanah dengan drop hammer sampai pada tanah keras. Cara
pemasangan ini sama seperti pada tiang franki biasa.
- Setelah pemancangan sampai pada kedalaman yang telah direncanakan, pipa
diisi lagi dengan beton dan terus ditumbuk dengan drop hammer sambil pipa
ditarik lagi ke atas sedikit sehingga terjadi bentuk beton seperti bola.
- Setelah tiang beton precast atau tiang baja H masuk dalam pipa sampai
bertumpu pada bola beton pipa ditarik keluar dari tanah.
- Rongga disekitar tiang beton precast atau tiang baja H diisi dengan kerikil
atau pasir.

2.2.2 Pondasi tiang pancang menurut pemasangannya


Pondasi tiang pancang menurut cara pemasangannya dibagi dua bagian
besar, yaitu:
1. Tiang pancang pracetak
Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor
didalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat
dan dipancangkan. Tiang pancang pracetak ini menurut cara pemasangannya
terdiri dari, antara lain :
a. Cara penumbukan
Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan cara
penumbukan oleh alat penumbuk (hammer).
b. Cara penggetaran
Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan cara
penggetaran oleh alat penggetar (vibrator).
c. Cara penanaman
Dimana permukaan tanah dilubangi terlebih dahulu sampai kedalaman
tertentu, lalu tiang pancang dimasukkan, kemudian lubang tadi ditimbun lagi
dengan tanah.
Cara penanaman ini ada beberapa metode yang digunakan :
 Cara pengeboran sebelumnya, yaitu dengan cara mengebor tanah
sebelumnya lalu tiang dimasukkan kedalamnya dan ditimbun kembali.
 Cara pengeboran inti, yaitu tiang ditanamkan dengan mengeluarkan tanah
dari bagian dalam tiang.
 Cara pemasangan dengan tekanan, yaitu tiang dipancangkan kedalam tanah
dengan memberikan tekanan pada tiang.
 Cara pemancaran, yaitu tanah pondasi diganggu dengan semburan air yang
keluar dari ujung serta keliling tiang, sehingga tidak dapat dipancangkan
kedalam tanah.

2. Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile)


Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) ini menurut teknik
penggaliannya terdiri dari beberapa macam cara yaitu :
 Cara penetrasi alas
Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan kedalam tanah
kemudian pipa baja tersebut dicor dengan beton.
 Cara penggalian
Cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang digunakan antara
lain, yaitu :
- Penggalian dengan tenaga manusia
Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga manusia adalah
penggalian lubang pondsi yang masih sangat sederhana dan merupakan cara
konvensional. Hal ini dapat dilihat dengan cara pembuatan pondasi dalam,
yang pada umumnya hanya   mampu dilakukan pada kedalaman tertentu.
- Penggalian dengan tenaga mesin
Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga mesin adalah
penggalian lubang pondasi dengan bantuan tenaga mesin, yang memiliki
kemampuan lebih baik dan lebih canggih.

2.3 Alat Pancang Tiang


Dalam pemasangan tiang kedalam tanah, tiang dipancang dengan alat
pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar atau
pemukul yang hanya dijatuhkan. Skema dari berbagai macam alat pemukul
diperlihatkan dalam Gambar 2.3a sampai dengan 2.3d. Pada gambar terebut
diperlihatkan pula alat-alat perlengkapan pada kepala tiang dalam pemancangan.
Penutup (pile cap) biasanya diletakkan menutup kepala tiang yang kadang-kadang
dibentuk dalam geometri tertutup.

1. Pemukul Jatuh (drop hammer)


Pemukul jatuh terdiri dari blok pemberat yang dijatuhkan dari atas.
Pemberat ditarik dengan tinggi jatuh tertentu kemudian dilepas dan menumbuk
tiang. Pemakaian alat tipe ini membuat pelaksanaan pemancangan berjalan
lambat, sehingga alat ini hanya dipakai pada volume pekerjaan pemancangan yang
kecil.

2. Pemukul Aksi Tiang (single-acting hammer)


(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2.3 Skema pemukul tiang : (a) Pemukul aksi tunggal (single acting
hammer), (b) Pemukul aksi double (double acting hammer), (c) Pemukul diesel
(diesel hammer), (d) Pemukul getar (vibratory hammer) ( Hardiyatmo,H.c.,
2002 )
3. Pemukul Aksi Double (double-acting hammer)
Pemukul aksi double menggunakan uap atau udara untuk mengangkat ram
dan untuk mempercepat gerakan ke bawahnya (Gambar 2.3b). Kecepatan pukulan
dan energi output biasanya lebih tinggi daripada pemukul aksi tunggal.

4. Pemukul Diesel (diesel hammer)


Pemukul diesel terdiri dari silinder, ram, balok anvil dan sistem injeksi
bahan bakar. Pemukul tipe ini umumnya kecil, ringan dan digerakkan dengan
menggunakan bahan bakar minyak. Energi pemancangan total yang dihasilkan
adalah jumlah benturan dari ram ditambah energi hasil dari ledakan (Gambar
2.3c).

5. Pemukul Getar (vibratory hammer)


Pemukul getar merupakan unit alat pancang yang bergetar pada frekuensi tinggi
(Gambar 2.3d).

2.4 Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang


Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya,
aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode pelaksanaan pekerjaan
konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat
membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga
target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan dapat tercapai.
Langkah - langkah dari pekerjaan untuk dimensi kubus/ ukuran dan tiang
pancang:
1. Menghitung daya dukung yang didasarkan pada karakteristik tanah dasar yang
diperoleh dari penyelidikan tanah. Dari sini, kemudian dihitung kemungkinan
nilai daya dukung yang diizinkan pada berbagai kedalaman, dengan
memperhatikan faktor aman terhadap keruntuhan daya dukung yang sesuai,
dan penurunan yang terjadi harus tidak berlebihan.
2. Menentukan kedalaman, tipe, dan dimensi pondasinya. Hal ini dilakukan
dengan jalan memilih kedalaman minimum yang memenuhi syarat keamanan
terhadap daya dukung tanah yang telah dihitung. Kedalaman minimum harus
diperhatikan terhadap erosi permukaan tanah, pengaruh perubahan iklim, dan
perubahan kadar air. Bila tanah yang lebih besar daya dukungnya berada dekat
dengan kedalaman minimum yang dibutuhkan tersebut,dipertimbangkan untuk
meletakkan dasar pondasi yang sedikit lebih dalam yang daya dukung tanahnya
lebih besar. Karena dengan peletakan dasar pondasi yang sedikit lebih dalam
akan mengurangi dimensi pondasi, dengan demikian dapat menghemat biaya
pembuatan pelat betonnya.
3. Ukuran dan kedalaman pondasi yang ditentukan dari daya dukung diizinkan
dipertimbangkan terhadap penurunan toleransi. Bila ternyata hasil hitungan
daya dukung ultimit yang dibagi faktor aman mengakibatkan penurunan yang
berlebihan, dimensi pondasi diubah sampai besar penurunan memenuhi syarat.
Tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan Persiapan
a. Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda serta tanggal
saat tiang tersebut dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar
harus dibubuhi tanda dengan jelas pada tiang pancang. Untuk
mempermudah perekaan, maka tiang pancang diberi tanda setiap 1 meter.
b. Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus dipindahkan/diangkat
dengan hati-hati sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang
tidak diinginkan.
c. Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana
pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data
jumlah pukulan terakhir (final set).
d. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan
manuver alat. Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi
pemancangan.
e. Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.
f. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang
berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah
sedangkan level tanah keras yang diharapkan belum tercapai.
Proses penyambungan tiang :
 Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang
dilakukan pada batang pertama.
 Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang pertama
sedemikian sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit
dan menempel menjadi satu.
 Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat
 Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.
g. Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang
dilakukan pada batang pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai
mencapai kedalaman tanah keras yang ditentukan.
h. Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai
lapisan tanah keras/final set yang ditentukan.
i. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.

2. Proses Pengangkatan
a. Pengangkatan tiang untuk disusun ( dengan dua tumpuan )
Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat
penyusunan tiang beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer ke
penyusunan lapangan.
Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat dari kepala
tiang adalah 1/5 L. Untuk mendapatkan jarak harus diperhatikan momen
maksimum pada bentangan, haruslah sama dengan momen minimum pada titik
angkat tiang sehingga dihasilkan momen yang sama.
Pada prinsipnya pengangkatan dengan dua tumpuan untuk tiang beton
adalah dalam tanda pengangkatan dimana tiang beton pada titik angkat berupa
kawat yang terdapat pada tiang beton yang telah ditentukan dan untuk lebih
jelas dapat dilihat oleh gambar.

Gambar 2.4 Pengangkatan Tiang dengan Dua Tumpuan

b. Pengangkatan dengan satu tumpuan


Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap
akan dipancang oleh mesin pemancangan sesuai dengan titik pemancangan
yang telah ditentukan di lapangan.
Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan ini
adalah jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3. Untuk
mendapatkan jarak ini, haruslah diperhatikan bahwa momen maksimum pada
tempat pengikatan tiang sehingga dihasilkan nilai momen yang sama.

Gambar 2.5 Pengangkatan Tiang dengan Satu Tumpuan

3. Proses Pemancangan
a. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada
patok titik pancang yang telah ditentukan.
b. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang.
c. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada
helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala
tiang.
d. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang
telah ditentukan.
e. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur
panjang backstay sambil diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh
posisi yang betul-betul vertikal. Sebelum pemancangan dimulai, bagian
bawah tiang diklem dengan center gate pada dasar driving lead agar posisi
tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang batang
pertama.
f. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara
kontiniu ke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang.

4. Quality Control
a. Kondisi fisik tiang
 Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak
 Umur beton telah memenuhi syarat
 Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan
b. Toleransi
Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses pemancangan
berlangsung. Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan
penyimpangan arah horizontal dibatasi tidak leboh dari 75 mm.
c. Penetrasi
Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter
di sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat
jumlah pukulan untuk penetrasi setiap setengah meter.

d. Final set
Pamancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai
perhitungan.
Gambar 2.6 Urutan pemancangan : (a) pemancangan tiang, (b) penyambung
tiang, (c) kalendering/final set

5. Tiang Dukung Ujung dan Tiang Gesek


Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2 (dua)
macam (Hardiyatmo, 2002), yaitu :
a. Tiang dukung ujung (end bearing pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya
ditentukan oleh tahanan ujung tiang. Umumnya tiang dukung ujung berada
dalam zone tanah yang lunak yang berada diatas tanah keras. Tiang-tiang
dipancang sampai mencapai batuan dasar atau lapisan keras lain yang dapat
mendukung beban yang diperkirakan tidak mengakibatkan penurunan
berlebihan. Kapasitas tiang sepenuhnya ditentukan dari tahanan dukung lapisan
keras yang berada dibawah ujung tiang.
b. Tiang gesek (friction pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih
ditentukan oleh perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah disekitarnya.
Tahanan gesek dan pengaruh konsolidasi lapisan tanah dibawahnya
diperhitungkan pada hitungan kapasitas tiang. 
Gambar 2.7 Tiang ditinjau dari cara mendukung bebannya (Hardiyatmo,
H.C.,2002)

6. Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Dari Hasil Sondir


Diantara perbedaaan tes dilapangan, sondir atau cone penetration test (CPT)
seringkali sangat dipertimbangkan berperanan dari geoteknik. CPT atau sondir ini
tes yang sangat cepat, sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat dipercaya
dilapangan dengan pengukuran terus-menerus dari permukaan tanah-tanah dasar.
CPT atau sondir ini dapat juga mengklasifikasi lapisan tanah dan dapat
memperkirakan kekuatan dan karakteristik dari tanah. Didalam perencanaan
pondasi tiang pancang (pile), data tanah sangat diperlukan dalam merencanakan
kapasitas daya dukung (bearing capacity) dari tiang pancang sebelum
pembangunan dimulai, guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari tiang
pancang. Kapasitas daya dukung ultimit ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut :
Qu = Qb + Qs = qbAb + f.As
dimana :
Qu = Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang.
Qb = Kapasitas tahanan di ujung tiang.
Qs = Kapasitas tahanan kulit.
qb  = Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas.
Ab = Luas di ujung tiang.
f = Satuan tahanan kulit persatuan luas.
As = Luas kulit tiang pancang.
Dalam menentukan kapasitas daya dukung aksial ultimit (Qu) dipakai Metode
Aoki dan De Alencar. Aoki dan Alencar mengusulkan untuk memperkirakan
kapasitas dukung ultimit dari data Sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas
(qb) diperoleh sebagai berikut :

dimana :
qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D dibawah
ujung tiang dan Fb adalah faktor empirik tergantung pada tipe tanah.Tahanan kulit
persatuan luas (f) diprediksi sebagai berikut :

dimana :
qc (side) = Perlawanan konus rata-rata pada masing lapisan sepanjang tiang.
Fs = Faktor empirik tahanan kulit yang tergantung pada tipe tanah.
Fb = Faktor empirik tahanan ujung tiang yang tergantung pada tipe tanah.
Faktor Fb dan Fs diberikan pada Tabel 2.1 dan nilai-nilai faktor empirik
αs diberikan pada Tabel 2.2

Tipe Tiang Pancang Fb Fs


Tiang Bor 3,5 7,0
Baja 1,75 3,5
Beton Pratekan 1,75 3,5

Tabel 2.1 Faktor empirik Fb dan Fs (Titi & Farsakh, 1999 )


Tipe Tanah αs (%) Tipe αs (%) Tipe αs (%)
Tanah Tanah
Pasir 1,4 Pasir 2,2 Lempung 2,4
berlanau berpasir
Pasir 2,0 Pasir 2,8 Lempung 2,8
kelanauan berlanau berpasir
dengan dengan
lempung lanau
Pasir 2,4 Lanau 3,0 Lempung 3,0
kelanauan berlanau
dengan dengan
lempung pasir
Pasir 2,8 Lanau 3,0 Lempung 4,0
berlempung berlempun berlanau
dengan g dengan
lanau pasir
Pasir 3,0 Lanau 3,4 Lempung 6,0
berlempung berlempun
g

Tabel 2.2 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah yang berbeda ( Titi dan Farsakh,
1999)

Pada umumnya nilai αs untuk pasir = 1,4 persen, nilai αs untuk lanau = 3,0
persen dan nilai αs untuk lempung = 1,4 persen. Untuk menghitung daya dukung
tiang pancang berdasarkan data hasil pengujian sondir dapat dilakukan dengan
menggunakan metode Meyerhoff.
Daya dukung ultimate pondasi tiang dinyatakan dengan rumus :
Qult = (qc x Ap)+(JHL x K11)
dimana :
Qult = Kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal.
qc = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
K11 = Keliling tiang.
Daya dukung ijin pondasi dinyatakan dengan rumus

dimana :
Qijin = Kapasitas daya dukung ijin pondasi.
qc = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
K11 = Keliling tiang.

7. Faktor Aman
Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk membagi
kapasitas ultimit dengan faktor aman tertentu. Faktor aman ini perlu diberikan
dengan maksud :
a. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode hitungan yang
digunakan.
b. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan kompresibilitas
tanah.
c. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban
yang bekerja.
d. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau
kelompok masih tetap dalam batas-batas toleransi.
e. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang masih
dalam batas toleransi.
Sehubungan dengan alasan butir (d), dari hasil banyak pengujian-pengujian
beban tiang, baik tiang pancang maupun tiang bor yang berdiameter kecil sampai
sedang (600 mm), penurunan akibat beban bekerja (working load) yang terjadi
lebih kecil dari 10 mm untuk faktor aman yang tidak kurang dari 2,5 (Tomlinson,
1977).
Besarnya beban bekerja (working load) atau kapasitas tiang ijin (Qa) dengan
memperhatikan keamanan terhadap keruntuhan adalah nilai kapasitas ultimit (Qu)
dibagi dengan faktor aman (SF) yang sesuai. Variasi besarnya faktor aman yang
telah banyak digunakan untuk perancangan pondasi tiang pancang, sebagai
berikut:

Tipe Hammer Efficiency, E


Single and double acting hammer 0.7 - 0.8
Diesel Hammer 0.8 - 0.9
drop Hammer 0.7 - 0.9
Pile Material Coefficient of restitution, n
Cast iron hammer and concrette pile 0.4 - 0.5
( whitout cap )
Wood cushion on steel pile 0.3 - 0.4
Wooden pile 0.25 - 0.3

Tabel 2.3 Harga Effisiensi Hammer dan koef. Restitusi

Pemakaian pondasi tiang pancang beton mempunyai keuntungan dan


kerugian antara lain adalah sebagai berikut:
Keuntungannya yaitu,
a. Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kualitas ketat, hasilnya lebih
dapat diandalkan. Lebih-lebih karena pemeriksaan dapat dilakukan setiap saat.
b. Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
c. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang pancang sehingga
mempermudah pengawasan pekerjaan konstruksi.
,Cara penumbukan sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.
Kerugiannya yaitu:
a. Karena dalam pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan maka
pada daerah yang berpenduduk padat di kota dan desa, akan menimbulkan
masalah disekitarnya.
b. Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.
c. Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan penyambungannya
sulit dan memerlukan alat penyambung khusus.
d.  Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit
dan memerlukan waktu yang lama.
Metode pelaksanaan:
a. Penentuan lokasi titik dimana tiang akan dipancang
b.  Pengangkatan tiang.
c. Pemeriksaan kelurusan tiang.
d. Pemukulan tiang dengan palu (hammer) atau dengan cara hidrolik.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tujuan pembuatan pondasi adalah untuk meneruskan beban atau gaya ke
dalam tanah tanpa menimbulkan penurunan. Pondasi tiang digunakan untuk
memikul beban pada lapisan di bawahnya melalui lapisan lembek atau material
yang kompresibel. Tiang sering digunakan pada lapisan lempung yang dalam.
Tiang ini akan didukung oleh gaya adhesi atau gesekan dari lempung yang berada
pada sekeliling tiang. Uji pembebanan tiang dilakukan umumnya untuk
menentukan hubungan antara beban dengan penurunan, khususnya dalam
mengantisipasi beban yang bekerja atau menentukan daya dukung yang
sebenarnya sebagai komtrol terhadap perhitungan rumus dinamis atau statis.

3.2 Saran
Bila sebuah tiang vertikal diberikan beban aksial di atas kepala tiang, maka
bentuk penurunan akan tergantung dari panjang tiang dan adhesi tanah lempung
terhadap kulit permukaan tiang. Bila sebuah tiang vertikal di dorong dari posisi
semula dengan menggunakan gaya lateral yang diberikan pada kepala tiang, maka
bentuk pergerakan tiang tergantung dari kondisi kepala tiang, panjang tiang dan
kekakuan antara tiang dengan tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Rizaldy. 2012. Pondasi Tiang Pancang (Pile Foundation).


http://rizaldyberbagidata.blogspot.com/2012/06/pondasi-tiang-pancang-pile-
foundation.html [diunduh 25 November].

Suherman, M. 2001. Kemampuan Dukung Vertikal dan Lateral Tiang Cerucuk


pada Tanah Lunak. Jurnal Litbang Jalan, 18(2), 78-85.
http://jurnal.pusjatan.pu.go.id/index.php/jurnaljalanjembatan/article/downlo
ad/793/546 [diunduh 25 November].

Anda mungkin juga menyukai