Kartika Pratiwi M Jabir TUTOR KMB I
Kartika Pratiwi M Jabir TUTOR KMB I
Oleh:
C. JADWAL KEGIATAN
Sebelum dilakukan pertemuan antara kelompok mahasiswa dibagi menjadi kelompok-
kelompok diskusi yang terdiri dari 10-25 orang tiap kelompok. Kegiatan tutorial dilakukan
secara daring (online) dengan menggunakan media yang telah disepakati dengan
tutor/pembimbing masing-masing kelompok.
1. Pertemuan pertama: tutor menjelaskan tata tertib selama kegiatan tutorial, menunjuk satu
mahasiswa sebagai moderator dan satu mahasiswa sebagai notulen. Moderator memimpin
jalannya tutorial step 1-5 dan tetap dipantau oleh tutor. dalam kelas besar dengan
2. Pertemuan kedua: melaporkan informasi baru yang diperoleh dari pembelajaran mandiri dan
melakukan klasifikasi, analisa data dan sintese dari semua informasi. Bila ada masalah yang
belum jelas atau kesalahan persepsi, bisa diselesaikan oleh tutor pada pertemuan ini.
Laporan penyajian dibuat oleh kelompok dalam bentuk sesuai urutan yang tercantum pada
buku kerja.
D. STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Diskusi kelompok difasilitasi oleh tutor
2. Aktivitas pembelajaran individu menggunakan buku ajar, majalah, slide, tape atau video
dan internet
E. SUMBER INFORMASI
a. Buku ajar dan jurnal
b. Diktat dan hand-out
c. Sumber lain : internet, slide, tape
d. Narasumber (dosen pengampu)
Skenario 1 “batuk darah”
Seorang laki-laki berusi 50 tahun dirawat diruang di ruang perawatan khusus dengan keluhan
sesak disertai batuk berlendir yang dirasakan sejak 1 bulan yang lalu terus menerus disertai rasa
demam pada malam hari dan sering berkeringat pada malam hari, kadang batuk disetai darah, yang
semakin memberat 3 hari SMRS.keluhan yg dirasakan semakin memberat jika melakukan aktivitas.
Klien mengeluh juga susah mengeluarkan sputum yang berwarna putih kehijau-hijauan. Klien mmiliki
Riwayat merokok sejak 15 tahun yang lalu dengan menghabiskan minimal satu bungkus per hari.
Hasil pemerikasaan fisik ditemukan, keadaan umum lemah, komposmentis, type pernafasan
kussmaul, terdengar ronchi pada apeks paru kiri/kanan, sonor kiri dan kanan, klien juga mengatakan
mual, nafsu makan menurun dan lemas. Pasien mengatakan susah tidur apalagi dengan posisi posisi
tidur terlentang, posisi lebih nyaman semi fowler tidur 4 – 5 jam sehari semalam karena sering
terbangun pada malam hari, Klien mengatakan semua aktifitas dilayani di tempat tidur seperti makan,
minum dan mandi, karena merasa Lelah jika melakukan aktivitas, diet yang diberikan TKTP. frekuensi
nafas: 29 x/mnt, TD= 150/70 mmHg, Nadi= 90 x/mnt, Suhu 38oC. BB 45 Kg, TB 168 cm. Hasil
pemeriksaan penunjang WBC: 18,9 H103/mm3, HGB: 10,2 gr/dl , Sputum BTA (+), hasil foto toraks:
kesan KP Duplex. Saat ini klien mendapatkan terapi O2: 4 lt/menit , IFVD; 200tt/menit, Ciprofloxacin2 x
500 mg, INH, 1 x 400 mg, Ethambutol 2 x 500 mg, Rifampicin 2 x 500 mg, OBH irup, 3 x 1 sendok the,
Norvas 1 x 10 mg, Provita 3 x 1.
Pasien sudah menikah dan mempunyai 2 orang putra yang masih kecil, anak pertama masih
kelas 1 SD dan yang Kedua masih berusia 2 tahun, klien bekerja sebagai tukang sapu dijalan,
sedangkan istrinya hanya ibu rumah tangga. Selama klien menderita suatu panyakit klien merasa tidak
berguna karena tidak mampu bekerja secara maksimal, tampak menunduk jika berkomunikasi pasien
jarang berinterkasi dengan lingkungan sekitarnya karena malu menderita penyakit TB yang dianggap
penyakitnya tidak akan sembuh
LEMBAR KERJA
2. KATA/PROBLEM KUNCI
Tuberculosis Paru yang ditandai dengan gejala:
a. Demam pada malam hari
b. Kadang batuk disetau darah
c. Riwayat perokok sejak 15 tahun yg lalu
d. Sputum BTA (+)
e. Hasil pemeriksaan foto toraks kesan KP duplex
f. Mengeluh susah mengeluarkan sputum yg berwarna putih kehijau2an
3. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1. Seperti yang diketahui bahwa penyakit TB ini menular, bagaimana ketika pasien TB dapat
menginfeksi orang yang kontak langsung dengan pasien, jelaskan bagaimana penularan TB?
2. Penyebab utama dari penyakit TB dan apakah TB disebabkan juga karena merokok ?
3. Mengapa sesak nafas disertai batuk? Jelaskan mekanismenya?? ( LO)
4. Bagaimana penatalaksanaan medis TB PARU? ( LO)
5. Apa yang harus dilakukan perawat untuk menimalisir atau menghilangkan harga diri rendah
oleh klien di lingkungannya?
6. Bagaimana mengeluarkan sputum? Apa yang perlu di lakukan oleh pasien maupun perawat?
7. Dalam skenario terdapat sputum BTA (+), Kapan sputum BTA tersebut dapat dikatakan positif
dan seperti apa kriteria sputum BTA positif?
8. Apa yang dimaksud dengan hasil foto toraks : kesan KP Duplex?
9. Apakah ada peran keluarga dalam perawatan pasien TB dan Jelaskan upaya keluarga untuk
pencegahan penularan anggota keluarga??
10. Jelaskan Terkait diet tktp?
4. JAWABAN
1. Penularan bakteri Mycobacterium Tuberculosis terjadi ketika pasien TB paru mengalami batuk
atau bersin sehingga bakteri Mycobacterium Tuberculosis juga tersebar ke udara dalam
bentuk percikan dahak atau droplet yang dikeluarkan penderita TB paru. Jika penderitaTB
paru sekalimengeluarkan batuk maka akan menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak dan
percikan dahak tersebut telah mengandung bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pasien
suspek TB paru yang mengalami gejala batuk lebih dari 48kali/malam akan menginfeksi 48%
dari orang yang kontak dengan pasien suspek TB paru, sedangkan pasien suspek TB paru
yang mengalami batuk kurang dari 12 kali/malam maka akan dapat menginfeksi 28% dari
orang yang kontak dengan pasien yang suspek TB paru (Kemenkes RI, 2016).
2. Jadi kejadian TB juga dipengerahi oleh faktor kebiasan merokok, karena dapat menurunkan
daya tahan tubuh sehingga mudah untuk terserang penyakit terutama laki-laki yang
mempunyai kebiasan rokok. (Ardhitya & liena, 2015)
3. ( LO)
4. (LO)
5. Hal yang dapat dilakukan perawat ialah Promosi harga diri yang dimana meningkatkan
penilaian perasaan/persepsi terhadao diri sendiri atau kemampuan diri, dengan cara:
a. Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
b. Motivasi menerima tantangan atau hal baru
c. Diskusikan pernyataan tentang harga diri
d. Diskusikan kepeercayaan terhadap penilaian diri
e. Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri
f. Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah
g. Berikan umpan balik positif atau peningkatan mencapai tujuan
h. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga diri.
PPNI (2018)
6. Intervensi yang dapat dilakukan ialah Latihan batuk efektif yang dimana melatih pasien yang
tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif untuk membersihkan larin trakhea dan
bronkiolus dari sekret atau benda asing di jalan napas.
Cara melakukannya ialah:
a. Ajarkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik. ditahan selama 2 detik
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu selama 8 detik.
b. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
c. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ketiga
(PPNI,2018)
7. Kriteria sputum BTA positif adalah bilang sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman
pada BTA pada suatu kesediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1ml
sputum (buku ilmu penyakit dalam kedokteran, 2015 )
8. Yg dimaksud Hasil foto toraks kesan KP Duplex adalah terdapat infeksi dikedua paru (tb) yg
sedang aktif dan dapat menular. (Siti dkk, 2015)
9. Menurut Friedman perilaku perawatan Tb Paru berhubungan dengan keluarga terhadap
penderita Tb Paru, dimana peran keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh
dalam menentukan progam Perawatan, karena keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung
bagi anggota yang menderita Tb Paru. Untuk menciptakan suatu kondisi yang sehat dan
terkontrol, maka keluarga diharapkan mempunyai pengetahuan dan sikap tentang penyakit Tb
Paru agar tercipta suatu perilaku perawatan yang tepat pada penderita Tb Paru, dalam hal
pencegahan penatalaksanaan yang benar dan cepat pada penderita Tb Paru .
Adapun beberapa upaya yang dilakukan keluarga untuk pencegahan TB parusebagai berikut;
a. Menjauhkan anggota keluarga lain dari penderita TB Paru saat batuk,
b. Menghindari penularan melalui dahak pasien penderita TB Paru,
c. Membuka Jendela rumah untuk pencegahan penularan TB Paru dalam keluarga,
d. Menjemur kasur pasien TB Paru untuk pencegahan penularan TB Paru dalam keluarga
( Nur, rohma & azar, 2015)
10. Diet ETPT merupakan singkatan dari Diet Energi Tinggi Protein Tinggi. Diet ini sering
juga disebut Diet TKTP atau Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein. Diet ETPT adalah diet yang
mengandung energi dan protein di atas kebutuhan normal seseorang. Biasanya, Diet ETPT
diberikan seperti makanan biasa akan tetapi disertai dengan bahan makanan sumber protein
tinggi, misalnya susu, telur, dan daging.
Diet ETPT bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat
untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh. Selain itu, diet ETPT dapat
digunakan untuk menambah berat badan agar kembali mencapai berat badan normal. Pasien
yang mendapat Diet ETPT adalah pasien dengan indikasi KEP (Kurang Energi Protein), luka
bakar berat, hipertiroid, hamil, post-partum, sebelum dan setelah operasi tertentu, trauma,
pasien yang sedang
Menjalani radioterapi atau kemoterapi, ataupun keadaan lainnya dimana kebutuhan
energi dan protein meningkat.
Syarat Diet ETPT diantaranya energi tinggi (40-45 kkal/kg berat badan), protein tinggi
(2.0 – 2.5 g/kg berat badan), lemak cukup (10-25% dari kebutuhan energi total), karbohidrat
cukup, serta vitamin dan mineral cukup (sesuai kebutuhan). Terdapat dua macam Diet ETPT,
yaitu Diet ETPT I dan II. Perbedaannya adalah kandungan energi dan proteinnya. Diet ETPT I
mengandung energi 2600 kkal dan protein 100 gram (2 g/kg berat badan), sedangkan Diet
ETPT II mengandung energi 3000 kkal dan protein 125 gram (2.5 g/kg berat badan).
Diet ETPT memang mengandung kalori yang tinggi, akan tetapi bukan berarti kalori
yang dikonsumsi sembarangan dan hanya mengedepankan jumlahnya. Terdapat bahan
makanan yang tidak dianjurkan dalam Diet ETPT ini makanan yang diolah dengan banyak
minyak atau kelapa/santan kental serta minuman rendah energi. Penggunaan bumbu yang
tajam seperti cabe dan merica juga tidak dianjurkan dalam diet ini. ( Almatsier,2004)
6. INFORMASI TAMBAHAN
7. KLARIFIKASI INFORMASI
Jawaban :
1. Sesak napas atau Dispnea adalah keadaan sulit bernapas dan merupakan gejala Utama dari
penyakit kardiopulmonal. Seseorang yang mengalami sesak napas sering mengeluh napasnya
menjadi pendek atau merasa tercekik menyebabkan sesak nafas berulang, perasaan tercekik
dan batuk. Ujung sensoris vagus pada epitel jalan nafas, disebut reseptor batuk atau iritan,
tergantung pada lokasinya, mencetuskan refleks arkus cabang aferens, yang pada ujung
eferens merangsang kontraksi otot polos bronkus. Neurotransmisi Peptida Intestinal Vasoaktif
(PIV) memulai relaksasi otot polos bronkus. Neurotransmisi Peptida Vasoaktif merupakan suatu
Neuropeptida dominan yang dilibatkan pada terbukanya jalan nafas (Mukhamad & khairun,
2015)
2. Penatalaksanaan pada pasien ini dilakukan dengan mengintervensi pasien beserta keluarga
sebanyak 3 kali. Intervensi yang diberikan pada pasien ini adalah edukasi dan konseling
mengenai penyakitnya, pencegahan agar tidak terjadi komplikasiyang terbagi atas patient
center, family focus dan community oriented.Patient center
Non medikamentosa
a. Konseling mengenai pentingnya tipe pengobatan preventif dibandingkan kuratif
b. Konseling mengenai penyakit TBpada pasien
c. Konseling kepada pasien untuk melakukan kontrol rutin jika ada keluhan dan mengambil
obat di Puskesmas jika obatnya habis
d. Konseling kepada pasien untuk memeriksakan kembali dahaknya setelah dua bulan dan
enam bulan pengobatane. Konseling kepada pasien untuk makan makanan yang bergizi
berupa tinggi kalori dan tinggi protein
e. Konseling kepada pasien efek samping obat yang timbul seperti buang air kecil akan
berwarna merah yang menandakan itu bukanlah darah hanya menandakan reaksi obat.
Selain itu juga bisa timbul gatal-gatal dan kepala terasa pusing. Hal ini dilakukan agar
pasien tetap minum obatnya dan tidak berhenti minum obat
f. Konseling kepada pasien untuk mengalihkan stress psikososial dengan hal-hal bersifat
positif
g. Edukasi mengenai gaya hidup bersih dan sehat seperti tidak merokok sertafungsi dari
ventilasi dalam rumah.
Medikamentosa OAT-FDC tablet sehari tiga kali sehari .(
zahra & mery, 2017
8. Daftar Pustaka
Sumber: PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesa, Defenisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi1. Jakarta: DPP PPNI
Referensi : Siti, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Kedokteran cetakan II. Jakarta Pusat:
Interna Publishing.
Almatsier S. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta (ID): Grameda Pustaka Utama.
Kemenkes RI. (2016). Petunjuk teknis manajemen dan tatalaksana TB anak .Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Lailatul nur, Rohmah & Wicaksana Yoga azar. (2015).Upaya Keluarga Untuk Mencegah Penuaran
Dalam Perawatan Anggota Keluarga Dengan TB Paru. Jurnal Keperawatan. Volume 6. Nomor
Wuysang Devi & bahar ashari. (2015).Pemeriksaan darajat (glasgowcoma scale) kesadaran fungsi
kortikal luhur (mini mental state examination. Dapertemen neurologi fakultaskedokteran universitas
hasanudin makassar.
Ending, Hanik dkk (2015). Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa. Selena medika. Jakarta selatan.
Siti, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Kedokteran Cetakan II. Jakarta pusat: Interna
Publishing.
Widiyanti , Efri.dkk.2017.gambaran strategi koping keluraga dalam merawat anggota keluarga yang
menderita gangguan jiwa berat.jurnal keperawatan padjajaran,Vol,4 No.1
Laksana Aria mukhamad & Berawi nisa khairun. 2015.Factors - Factors Influencing the Incidence of
Genesis Shortness of Breath Bronchial Asthma Sufferers.Volume 4 Nomor 9 Desember 2015
Zettira zahra & sari indah merry. 2017.Penatalaksanaan Kasus Baru TB Paru dengan Pendekatan
Kedokteran Keluarga.Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung .Volume 7 Nomor 3 Juni 2017
Skenario 2 “Batuk berkepanjangan”
Seorang pasien laki-laki berusia 40 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan sesak
napas dan batuk yang dialami sejak sejak 4 bulan yang lalu, namun bertambah berat dua hari
sebelum masuk rumah sakit. Klien memiliki riwayat batuk sejak 2 tahun yang lalu yang tertama pada
pagi hari. Pasien memiliki riwayat merokok sejak 20 tahun dengan menghabiskan minimal 1
bungkus/hari.
Hasil pemeriksaan paru ditemukan keadaan umum pasien lemah, composmentis, bentuk
dada barel chest, suara napas wheezing, dari hasil perkusi ditemukan adanya hepersonor pada kedua
lapang paru, vocal fremitus menurun pada kedua paru. Saat klien mengatakan nafsu makan menurun,
porsi makan dihabiskan hanya ½ porsi, TD : 120/80mmhg, Frekuensi Nadi 98x/m, frekuensi Napas :
31x/mt, S: 38’C , tampak retraksi dada, Pemeriksaan penunjang ditemukan leukosit : 18.5 106/ mm3.
Hasil AGD : PH : 7.30, PCO2 : 48.mmH, PaO2: 85 mmH, HCO3: 23.3, Sa02 93%, Pemeriksaan foto
Thorax didapatkan kesan hiperinflasi., Spirometri: FEV1 % = 45%, FEV1/FVC%=60% , , BB: 59 kg,
TB:167cm.
Pasien bekerja sebagi supir angkutan umum memiliki 3 orang anak yang masih sekolah dan
istri sebagai ibu rumah tangga sejak mengalamisesak dan batuk, pasien jarang berinteraksi dengan
tetangga dan tidak lagi terlibat kegiatan di lingkungan rumahnya, tidak pernah lagi ke masjid karena
malu dengan kondisi selalu batuk dan sesak
LEMBAR KERJA
a. Hipersonor adalah suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong (Veraysnti,
2016)
b. Vocal fremetus = Getaran yang dirasakan pada saat mengkaji dinding dada (Esri
ruminingsih, 2018)
c. Hiperinflasi yang merupakan akibat dari adanya obstruksi saluran pernapasan
menyebabkan bagian thorax merenggang sehingga kapasitas paru menjadi turun dan
kerja pernapasan meningkat, ini dideteksi oleh saraf sensorik pada dinding dada ( Yulia
Rahmawati. 2016).
d. Retraksi dada. Jadi untuk arti retraksi itu sendiri adalah penarikan kembali ke belakang
dari posisinya yang normal (M. Dachlan,2020)
e. Barrel chest merupakan penurunan perbandingan diameter antero-posterior dan
transversal pada rongga dada akibat usaha memperbesar volume paru. Bila telah terjadi
gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai.(luh
&teodore, 2017)
f. Spirometri adalah pemeriksaan standar yang dilakukan untuk menilai fungsi paru-paru.
spirometri akan mengukur jumlah udara yang dapat dihirup serta dikeluarkan dalam satu
tarikan napas ( Arif & reny, 2017).
2. KATA/PROBLEM KUNCI
Sesak Nafas dan batuk yang dialami sejak 4 bulan yang lalu Pasien Riwayat perokok sejak 20
tahun yang lalu dengan minimal 1 bungkus/hari Bentuk dada barel chest suara napas
wheezing, vocal fremitus menurun pada kedua paru Hiperinflasi pada pemeriksaan foto thorax
PH: 7,30.
3. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1. Diagnosis keperawatan apa yang bisa muncul untuk mengatasi sesak nafas dan batuk
pada kasus dan sertakan alasannya?
2. Penyebab seseorang mengalami batuk berkepanjangan, apakah kondisi tersebut
berbahaya dan apa yg harus dilakukan ?
3. Edukasi apa yg efektif d lakukan oleh perawat agar pasien tdk merasa malu terhadap
penyakitnya agar dia bisa berinteraksi dgn lingkungan sekitarnya?
4. Jelaskan apa hubungan rokok dengan gejala, dan apa saja kandungan dalam rokok ?
5. Pada kasus tersebut klien nampaknya mengisolasi diri (paragraf terakhir), nah apa yg
harus d lakukan oleh perawat agar si klien tdk mengisolasi diri yg d mana it dapat
mempengaruhi kesehatan jiwanya jg
6. Apa yang menyebabkan sehingga terdengarnya suara napas wheezing ?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada ppok ?
4. JAWABAN
1. LO
2. Rokok mengandung lebih dari 4000 jenis bahan berbahaya kimia, empat ratus di
anyarany bisa berefek racun sedangkan 40 diantaranya mengakibtkan penyakit salah
satunya kangker dan memperlemah paru-paru, akan tetapi dalam tubuh manusia terdapat
sistem imun.. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk merasakan gejala karena
adanya kekuatan melawannya sistem imun dalam tubuh.. Ketika sistem imun itu menurun
atau sudah tidak bisa lagi menahan tubuh maka akan di rasakan oleh si perokok tersebut.
Mengapa pula terjadi batuk berdarah?
Karena kuman tb masuk ke saluran pernapasan akan menginfeksi saluran saluran
pernapasan bawah dan dapat menimbulkan terjadinya batuk produktif dan darah. Hal ini
menurunkan fungsi kerja silia dan mengakibatkan penumpukan sekret. Nahh terjadi iritasi
pada bronkus dan terjadi pula peradangan setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan
saat peradangan bermula. Keadaan batuk darah karena terdapat pembuluh darah yaang
pecah.(Rohman,2018)
5. Hal yang dapat dilakukan perawat ialah dengan memberikan intervensi Promosi Sosialisasi
yg dimana meningkatkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain. dengan cara:
a. Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
b. Motivasi kesabaran dalam mengembangkan suatu hubungan
c. Motivasi berinteraksi di luar lingkungan
d. Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain
e. Berikan umpan balik positif dalam perawatan diri
f. Berikan umpan balik positif pada setiap peningkatan kemampuan
PPNI (2018).
6. Hal itu tersebut disebabkan oleh penyempitan saluran respiratorik distal. (Novita Verayanti.
2016)
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan baik dengan deteksi dini. Kita menghindari
atau mengurangi polusi indoor berupa pembakaran bahan bakar biomass dan pemanasan
atau memasak diruangan yang ventilasinya buruk, sarankan pasien untuk memperhatikan
pengumuman publik tentang tingkat polusi udara. Semua pasien PPOK mendapat
keuntungan yang baik dari aktivitas fisik dan disarankan untuk selalu aktif.
Interpretasi AGD pada kasus, jelaskan hasil spirometri Dan kesan foto pada kasus tersebut?!
Jawab :
Diagnosis -> Gangguan fungsi disfusi pulmo -> Difusi / penukaran O2 dan CO2 -> Asidosis
respiratorik tidak terkompensasi
1. Diagnosis keperawatan apa yang bisa muncul untuk mengatasi sesak nafas dan batuk pada
kasus dan sertakan alasannya?
7. KLARIFIKASI INFORMASI
Jawaban :
Manalu, Novita Verayanti. 2016. Pelaksanaan Pemeriksaan Fisik Oleh Perawat Rumah Sakit Advent
Bandar Lampung. Jurnal Skolastik Keperawatan, Vol. 2, No.1 Hlm. 13 sudarta, I. W. 2012.
Pengkajian Fisik Keperawatan . Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Bakhtiar Arief & Tantri Eka irvana renny. (2017). Faal Paru Dinamis. Jurnal Respirasi (JR), Vol. 3.
No. 3 Mei 2017: 57−64
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesa, Defenisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi1. Jakarta: DPP PPN
Referensi: Manalu, Novita Verayanti. 2016. Pelaksanaan Pemeriksaan Fisik Oleh Perawat Rumah
Sakit Advent Bandar Lampung. Jurnal Skolastik Keperawatan, Vol. 2, No.1 Hlm. 13 Sudarta, I. W.
2012. Pengkajian Fisik Keperawatan . Yogyakarta: Gosyen Publishing
Lindayani putu luh & Tedjamartono dharma Theodore. 2017.PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF
KRONIS (PPOK).FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
Skenario 3 “ Dada berdebar-debar”
Seorang laki-laki berusia 50 tahun masuk IGD dengan keluhan sesak disertai nyeri dada sebelah kiri
menjalar hingga kebahu, sehingga langsung diberikan tindakan pemasangan O2 6 L/menit (simple
mask) dengan posisi semifowler.
Setelah klien nampak baikan perawat datang mengkaji dan mendapatkan data yaitu klien mengatakan
nyeri dada yang dirasakan hilang timbul dan sudah dirasakan dari 1 bulan yang lalu. Klien mengatakan
pernah mengalami sesak sekitar 2 minggu yang lalu setelah perjalanan dari Makassar menuju
kampung halamannya, namun berangsur membaik ketika klien istirahat. Klien mengatakan memiliki
riwayat penyakit hipertensi yang sudah dialami ±10 tahun lamanya. Klien mengatakan waktu muda
dulu klien perokok aktif dan bisa menghabiskan 2 bungkus rokok dalam sehari namun sekarag klien
sudah tdk merokok lagi sudah 6 tahun lamanya. Klien mengatakan 2 hari yang lalu dari melakukan
perjalanan jauh menggunakan mobil dari kampung halamannya Pasang Kayu menuju Makassar dan
klien mengatakan kurang tidur yang nyenyak karena selama perjalanan klien mengatakan sering
terbangun karena merasa jantung berdebar debar.
Pemeriksaan fisik didapatkan : TD 140/100 mmHg, Suhu 35,50C, RR 30 x/menit dan Nadi 110 x/menit,
akral dingin, nampak pucat. Pemeriksaan foto toraks, kesan: cardiomegali. Pemeriksaan EKG nampak
kesan ST elevasi. Pemeriksaan Laboratorium : Hb 12.4, leukosit 14.000, trombosit 140.000, Hematokrit
39%. GDS 177, Kreatinin 1.49, kolesterol 203 mg/dL, SGOT 101 u/L, SGPT 28 u/L.Bagaiamana anda
menjelaskan apa yang dialami Klien?
LEMBAR KERJA
a. Semifowler adalah posisi dimana kepala lebih tinggi dan dilakukan biasanya pada pasien
sesak untuk mempertahankan rasa nyaman
b. Cardiomegali = pembesaran jantung
c. Leukosit merupakan sel darah putih
d. SGOT itu adalah pemeriksaan yang ditemukan pada hati,ginjal,jantung serta otot
sedangkan SGPT adalah pemeriksaan mendalam pada hati
e. Akral diingin adalah ujung jari dingin.
f. St Elevasi adalah pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) merupakan salah satu kriteria
infark miokard akut (IMA).Adanya elevasi segmen-ST pada kasus infark miokard akut
biasanya menunjukkan oklusi total pembuluh darah koroner yang membutuhkan tindakan
reperfusi segera.
g. Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.Keratin sebagai besar dijumpai di otot
rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat
h. Hematokrit perbandingan jumlah sel darah merah dengan volume darah keseluruhan yang
dihitung dalam persentase.
2. KATA/PROBLEM KUNCI
Infark miokard akut mengapa demikian karena infark miokard akut suatu akibat adanya
penyempitan pada pembuluh darah jantung sehingga terjadi nekrosis otot jantung(ayub.2020)
Dapat di lihat gejala pada kasus.
Data subjektif
-pasien mengatakan perokok aktif selama10 thn dan menghabiskan 2 bungkus perhari
-selama perjalanan pasien mengatakan sering terbangun karena merasa jantung berdebar"
Data objetif:
- St elevasi -kolestrol: 203 -Hb: 12,4 -SGOT : 101 terjadi pemeriksaan pada
jantung
Dari hasil data subjektif maupun objektif membuktikan bahwa pada kasus ini adalah infark
miokard, untuk lebih meyakinkan adalah terjadi cardiomegali di mana terjadi pembesaran pada
jantung dan di dukung oleh pemeriksaan labolatorium SGOT dan SGPT
3. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
4. JAWABAN
1. Prinsip penatalaksanaan pada pasien IMA meliputi pemberian morfin, terapi oksigen, obat
nitrat dan antiplatelet untuk menghentikan perkembangan serangan jantung, menurunkan
beban jantung, dan komplikasi lebih lanjut(Novita,2020)
2. Gagal jantung merupakan sindrom kompleks dengan tampilan gejala khas: sesak saat
istirahat atau saat aktivitas, kelelahan, serta tanda retensi cairan seperti kongesti paru atau
edema pergelangan kaki, tanda khas: takikardi, takipnea, ronki, efusi pleura, peningkatan
JVP, edema perifer, hepatomegali serta bukti objektif kelainan struktural atau fungsional
jantung saat istirahat: kardiomegali, bunyi jantung 3, murmur, kelainan pada ekokardiografi ,
peningkatan natriuretic peptide. Pada gagal jantung, jantung tidak dapat menghantarkan
curah jantung yang cukup untuk untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh sedangkan
serangan jantung : adanya sumbatan total dan menyebabkan kerusakan pada otot jantung.
(elvinaria, 2015)
3. Infark miokard dapat terjadi ketika penurunan perfusi miokard, sehingga terjadi penyempitan,
sehingga cukup untuk menyabab nekrosis sel. peristiwa menghasut adalah pecah atau
pecahnya plak aterosklerotik,yang mengekspor darah untuk lipid trombogenik dan
menyebabkan aktivitas plateletdan plak dengan inti lipid yang banyak dan tutup fibrosa yang
tipis dan jika dalam kasus td 140/100 mengapa demikian. karena adanya ketegangan yang
membuat jantung dan pembuluh darah tegang karena adanya penyempitan boating and
sanbom,2013).
4. Penyebab penurunan suplai darah dimungkinkan akibat adanya penyempitan kritis arteri
koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau trombus. Oleh
karena itu, pada setiap kasus ini selalu terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen jantung. (novita.2020)
6. Penyebab akral dingin pada pasien infark miokrd, infark miokard terjadi ketika gumpalan
darah menghalangi aliran darah ke jantung. Tanpa darah, jaringan kehilangan oksigen dan
mati. Gejala berupa rasa sesak atau nyeri di dada, leher, punggung, atau lengan, serta
kelelahan, limbung, detak jantung abnormal, dan kecemasan. ( abu bakar. 2015)
7. Infark Miokard Akut (IMA) adalah penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab kematian
utama di dunia didapatkan angka fatalitas kasus (case fatality rate/CFR) IMA adalah yang
tertinggi dibandingkan dengan penyakit jantung lainnya, Suatu keadaan dimana suplai darah
pada suatu bagian jantung terhenti sehingga sel otot jantung mengalami kematian4 . Keadaan
ini mengacu pada proses rusaknya jaringanjaringan miokard jantung yang mengalami
nekrosis akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang
(Novita,2020) sehingga ima tidak membedakan antara usia dia dapat menyerang siapa saja.
8. Pola diet pasien infark miokard : pasien harus puasa atau hanya minum air dengan mulut
dalam 4-12jam pertama. Diet mencakup lemak <30% kalori total dan kandungan kolesterol
>300mg/hari. Menu harus diperkaya dengan makanan yang kaya serat, kalium, magnesium,
dan rendah natrium. Referensi : ipd, 2015
10. Rokok bukan penyebab utama dari terjadi ima. ima terjadi karena adanya penumpukan plak
dan menyumbat pembuluh darah.
11. St elevasi dapat diketahui apabila dilakukan pemeriksaan ekg. Pemeriksaan ekg merupakan
slah satu kriteria untuk mengetahui infark miokard. Adanya segmen st elevasi pada kasus
infark miokard akut biasanya menunjukkan oklusi total pembuluh darah koroner yang
membutuhkan tindakan reperfusi segera. Pada keadaaan normal st elevasi 1-3 mm di satu
atau lebih sadapan prekordial terutama sadapan v2 pada laki laki . Sedangkan pada
perempuan menunjukkan segmen st elevasi 1 mm dengan prevalensi tidak tergantung pada
usia.(Banduaradja,2017)
12. Jadi intervensi yg diberikan pada pasien hipotermia yaitu intervensi utamanya Manejemen
hipotermia:
a. sediakan lingkungan yang hangat
b. Ganti pakean atau linen yang basah
c. Lakukan penghangatan pasif ( mis. selimut, menutup kepala, pakaian tebal
d. Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis. Kompres hangat, botol hangat, selimut
hangat)
e. Lakukan penghangatan aktif internal (mis. Infus cairan hangat, oksigen hangat) (SIKI
PPNI, 2018)
5. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA
Jelaskan Diagnosa, intervensi dan komplikasi jika diagnosa keperawatanx ketika tidak di
tangani?
Jawaban :
A. Diagnosa
Diagnosa Berdasarkan patofisiologi dan data pengkajian di atas, diagnosis keperawatan utama
untuk pasien tersebut menurut diagnosis keperawatan NANDA mencakup hal- hal sebagai
berikut:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (iskemia)
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
3) Ansietas/ ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian, ancaman pada status terkini
atau perubahan besar (kesehatan dan status sosioekonomi).
4) Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan faktor risiko
perubahan frekuensi jantung, perubahan irama jantung
5) Risiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan faktor risiko
hipovolemia, hipoksia, hipoksemia
6) Risiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan faktor
7) Risiko peningkatan natrium/ retensi urin ( Dina,2018)
B. Intervensi
Berdasarkan diagnosa yang telah ditetapkan, maka intervensi yang akan dilakukan :
(Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2016)
1) Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
NOC : Tingkat Nyeri Kode : 2102
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri pasien berkurang
Kriteria Hasil :
TD 120/80 mmHg
Kaji nyeri secara komprehensif, catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas lama dan
penyebarannya.
Lakukan manajemen nyeri keperawatan yang meliputi, atur posisi, istirahat pasien
Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanul atau masker sesuai dengan indikasi
Pastikan tingkat aktivitas pasien yang tidak membahayakan curah jantung atau memprovokasi
serangan jantung
Dorong peningkatan aktivitas bertahap ketika kondisi sudah distabilkan (misalnya., dorong
aktivitas yang lebih ringan atau waktu yang lebih singkat dengan waktu istirahat yang sering
dalam melakukan aktivitas)
Instruksikan pasien tentang pentingnya untuk segera melaporkan bila merasakan nyeri dada;
evaluasi episode nyeri dada (intensitas, lokasi, radiasi, durasi dan faktor yang memicu serta
meringankan nyeri dada)
Lakukan penilaian komprehensif pada sirkulasi perifer (misalnya., cek nadi perifer, edema,
pengisian ulang kapiler, warna ekstremitas dan suhu ekstremitas) secara rutin sesuai
kebijakan agen
Monitor nilai laboratorium yang tepat (enzim jantung dan nilai elektrolit)
(Yeni,2019)
C. Komplikasi
1. Aritmia
Beberapa bentuk aritmia mungkin timbul pada IMA. Hal ini disebabkan perubahan-perubahan
listrik jantung sebagai akibat iskemia pada tempat infark atau pada daerah perbatasan yang
mengelilingi, kerusakan sistem konduksi, lemah jantung kongestif atau keseimbangan
elektrolit yang terganggu.
2. AV Blok
Blok jantung bukan penyakit pada jantung, tetapi dihubungkan dengan berbagai jenis
penyakit jantung, khususnya penyakit arteri koroner dan penyakit jantung reumatik. Pada
blok jantung atrioventrikuler (AV), kontraksi jantung lemah dan tidak memiliki dorongan
yang cukup untuk
mengirim darah dari atrium ke ventrikel. Denyut nadi dapat rendah, mencapai 30 kali per
menit.
3. Gagal jantung
Pada IMA, heart failure maupun gagal jantung kongestif dapat timbul sebagai akibat
kerusakan ventrikel kiri, ventrikel kanan atau keduanya dengan atau tanpa aritmia.
Penurunan cardiac output pada pump failure akibat IMA tersebut menyebabkan perfusi
perifer berkurang. Peningkatan resistensi perifer sebagai kompensasi menyebabkan beban
kerja jantung bertambah. Bentuk yang paling ekstrim pada gagal jantung ini ialah syok
kardiogenik.
4. Emboli/tromboemboli
Emboli paru pada IMA: adanya gagal jantung dengan kongesti vena, disertai tirah baring
yang berkepanjangan merupakan faktor predisposisi trombosis pada vena-vena tungkai
bawah yang mungkin lepas dan terjadi emboli paru dan mengakibatkan kemunduran
hemodinamik. Embolisasi sistemik akibat trombus pada ventrikel kiri tepatnya pada
permukaan daerah
infark atau trombus dalam aneurisma ventrikel kiri.
5. Ruptura
Komplikasi ruptura miokard mungkin terjadi pada IMA dan menyebabkan kemunduran
hemodinamik. Ruptura biasanya pada batas antara zona infark dan normal. Ruptura yang
komplit (pada free wall) menyebabkan perdarahan cepat ke dalam cavum pericard
sehingga terjadi tamponade jantung dengan gejala klinis yang cepat timbulnya.
( Yeni, 2019)
6. INFORMASI TAMBAHAN
7. KALRIFIKASI INFORMASI
8. DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Ramadhani indri & lestari suci.(2017) Hubungan aktivitas fisik Dan stres dengan nyeri pada
pasien penyakit jantung koroner. Volume 2 no 3 tahun 2017
ivan. Banduaradja. 2017. Kondisi-kondisi penyebab elevasi segmen-ST selain infark Miokard.
Jakarta: salemba medika
Iwan Mahmud, Reza Pertiwi, Nofa Risma Azis, Desi Novita Reviana. Pemanfaatan Potensi
Ganggang Hijau (Ulva Lactuca) Sebagai Antioksidan Alami Pada Pencegahan Infark Miokard
Akut.2015.web
Imaligy uly elvinaria. 2015.Gagal Jantung pada Geriatri. vol. 41 no. 1, th. 2014
Fitriana.2018. Penerapan Mobilisasi Dini Pada Pasien Pasca Infark Miokard Akut (IMA) Dengan
Gangguan Kebutuhan Aktivitas Di RSUD Wates Yogyagarta. Prodi DIII Keperawatan Jurusan
Keperawatan. Politeknik Kementrian Kesehatan Yogyakarta
Erenim Wadu. 2019. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Tn. M.N.M Dengan ST Elevasi
Miokard Infark Di Ruang ICCU RSUD Prof Dr. W. Z. Johannes Kupang. Program Studi Diploma III
Keperawatan Jurusan Keperawatan. Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang Badan
Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
Skenario 4 ”mata burkunang-kunang”
Klien bernama Ny. V berusia 20 tahun, beragama Islam, masuk RS pada tanggal 1 Mei 2020 dengan
diagnosa medik Anemia + GE, klien masuk melalui UGD. Alasan pasien masuk rumah sakit dan
mencari perawatan adalah diare, mual, muntah, panas dingin, pusing dan berkunang-kunang lalu
penglihatan gelap lalu pasien memeriksakan diri ke UGD dan dianjurkan untuk dirawat. Keadaan
umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, konjungtiva tampak pucat, observasi tanda-
tanda vital : TD 100/70 mmHg, N 76 x/menit, Suhu 36°C. pernapasan 25 x/menit. Pasien mengatakan
sudah tidak diare, mual ada, pusing dan berkunang-kunang ada kadang-kadang dan berkeringat. Kulit
teraba dingin, pucat CRT: lebih dari 3 detik, TB: 162 cm, BB: 45 kg, IMT : 17,2. Kesimpulan berat
badan berkurang. Pasien mengatakan bila duduk dan langsung berdiri kepala pusing, kunang-kunang
dan gelap. Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit anemia.
Dalam hasil pemeriksaan diagnostik pada tanggal 1 Mei 2020 : Hb: 8,9 g/dl, Ht: 28% (37-
52%), leukosit : 7200 /ul (4.800 – 10.800 /ul), trombosit : 420.000 /ul (150.000-450.000/ul). Tanggal 2
Mei 2020 : Si: 7,9 ug/dl (38-148 ug/dl), retikulosit : 8% (5-12%), gambaran darah tepi: kesan GDT
sesuai dengan anemia mikrositik. Terapi yang digunakan adalah New Diatab 3x2 tab, imodium 1x1 tab,
Danaflox 3x200 mg, Wiacid 2x1, dan Sotatic 2x1 amp. Diit yang diberikan diit lunak.
LEMBAR KERJA
2. KATA/PROBLEM KUNCI
Defisit Nutrisi :
Karena dalam kasus itu IMT : 17,2 ( berat badan menurun), klien jg mual, muntah, dan diare,
makanan yang di konsumsi juga beruba diit..
Intoleransi aktifitas :
-Pemeriksaab penunjang
Ditandai dengan dx
-Pengisian kapiler lebih dari 3 detik -Klien mengatakan kulit teraba dingin
Data subjektif :
- pasien saat masuk rs mengeluh mual, muntah,diare,panas dingin, pusing berkunang" lalu
gelap
Data objektif:
Dapat di lihat bahwa ny.V kekurangan darah sedangkan fungsi darah adalah Transport
internal Dan mempertahankan temperatur tubuh. Jika seseorang kekurangan darah maka
akan menimbulkan lelah karena hipoksia yang di sebabkan oksigen yang tersedia untuk
jaringan tubuh kurang sehingga menimbulkan kelemahan/keletihan.
Menurut sdki : keletihan adalah penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih
dengan istirahat, dan jika di liat dari buku sdki gejala untuk mayor dan minornya terpenuhi dan
kondisi klinis terkait yang salah satunya adalah anemia
3. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
4. JAWABAN
( SIKI PPNI,2018)
3. (LO)
4. Sebenarnya keterkaitan anemia dengan pemberian terapi new diatabs dalam kasus ialah
karena dalam kasus disebutkan bahwa pasien dengan diagnosa medis anemia + GE
mengalami diare,, new diatabs sendiri adalah untuk mengobati diare tersebut, sebagai mana
dalam artikel yang saya dapat "new diatabs mengandung 600mg Attapulgit yang bekerja
dengan adsorbent, menyerap, membuang racun, bakteri, dan virus, serta menghentikan diare
tanpa menyebabkan kembung maupun sembelit" (Ni Luh Komang Candrawati, 2019)
5. Intervensi yang dapat dilakukan ialah edukasi aktivitas/istirahat ialah mengajarkan pengaturan
aktivitas dan istirahat dengan:
Tindakan
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan iistirahat
- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kkesepakata
- Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin.
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau aktivitas llainnya
- anjurkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat
- Ajakan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan (SIKI
PPNI)
7. (LO)
1. Jelaskan Diagnosa, intervensi dan komplikasi jika diagnosa keperawatannya ketika tidak
di tangani?
JAWAB :
A. Diagnosa
Menurut Wijaya (2013) dari hasil pengkajian di atas dapat disimpulkan diagnosa
keperawatan sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin dalam darah
B. Intervensi
a. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi
g. Anjurkan pasien untuk makan pada porsi yang sedikit dan sering
b. Letakkan handuk, sabun mandi, shampo, lotion dan peralatan lainnya disisi
tempat tidur atau kamar mandi
3.
4. Konrol infeksi :
c. Anjurkan keluarga untuk cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan
klien.
i. Tingkatkan intake nutrisi. Dan cairan yang adekuat berikan antibiotik sesuai
programProteksi terhadap infeksi
C. Komplikasi
Komplikasi dari anemia yaitu: gagal jantung kongestif, parestesia, konfusi kanker, penyakit
ginjal, gondok, gangguan pembentukan heme, penyakit infeksi kuman, thalasemia, kelainan
jantung, rematoid, meningitis, gangguan sistem imun. (Alif,2019)
6. INFORMASI TAMBAHAN
1. Apakah intervensi pada diagnosis keperawatan ini dapat berpengaruh dalam proses
penyembuhan diagnosa medis?
2. Tujuan dari pemberian terapi Diit untuk mengatasi masalah apa?
7. KALRIFIKASI INFORMASI
Jawaban :
8. DAFTAR PUSTAKA
Candrawati. Ni Luh Komang (2019) Analisa Gaya Bahasa Iklan Kosmetika dan Obat-obatan
Berbahasa Indonesia Pada Media Massa Cetak Bali. Vol. 20 No. 2. e-ISSN 2613-9308 p-ISSN 1907-
3232. Denpasar : Balai Bahasa Bali
PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI
Festi pipit W. 2018.Buku Ajar Gizi Dan diet. Surabaya. UM Surabaya publishing
Trisnia Fresty Idun. 2018. Studi Kasus Asuhan Keperawatan Penyakit Anemia An. A.S Di Ruang
Kenanga RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes. Jurusan Keperawatan Prodi DIII. Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kupang
Erva Arif Deswita Wandasari. 2019. Hubungan Asupan Protein Vitamin C Dan Kebiasaan Sarapan
Dengan Kaadar Hemoglobin Pada Mahasiaswi Gizi ITS Muhammadiyah Surakarta. Institut Teknologi
Sains Dan Kesehatan. PKU Muhammadiyah Surakarta
Amaliah. 2010. Hubungan Antar Hipertensi Dengan Gangguan Keseimbangan Di Poli Rawat Jalan
Saraf RSUD Dr. Morewardi Surakarta. Fakultas Kedokteran. Univesitas Sebelas Maret