Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................1
LARUTAN PENYANGGA...............................................................................................2
KOMPOTENSI DASAR......................................................................................................2
TUJUAN PEMBELAJARAN...............................................................................................2
MATERI............................................................................................................................4
A. PENGERTIAN LARUTAN PENYANGGA.....................................................................4
B. PRINSIP LARUTAN PENYANGGA.............................................................................4
C. KOMPOSISI LARUTAN PENYANGGA...........................................................................5
1. Sistem Penyangga Asam Lemah dan Basa Konjugasinya....................................5
2. Sistem Penyangga Basa Lemah dan Asam Konjugasinya.........................6
D. Menghitung pH Larutan Penyangga...........................................................................8
1. Sistem Penyangga Asam Lemah dan Basa Konjugasinya....................................8
2. Sistem Penyangga Basa Lemah dan Asam Konjugasinya..................................10
E. Fungsi Larutan Penyangga dalam Kehidupan...........................................................11
1. Larutan Penyangga Karbonat......................................................................13
2. Larutan Penyangga Fosfat................................................................................14
3. Sistem Penyangga Asam Amino / Protein........................................................15
4. Sistem Penyangga dalam Ginjal........................................................................15
Daftar Rujukan.................................................................................................................16
LARUTAN PENYANGGA

KOMPOTENSI DASAR
3.12 Menjelaskan prinsip kerja, perhitungan pH, dan
peran larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik
diharapkan mampu :

A. Mendeskripsikan sifat larutan penyangga


melalui
B. Menjelaskan prinsip kerja pH dalam larutan
penyangga melalui
C. Menjelaskan perhitungan pH dalam larutan
penyangga
D. Memberikan contoh larutan penyangga dalam
tubuh makhluk hidup melalui kehidupan sehari
hari
APERSEPSI
Pernah nggak kamu makan bakso, lalu sesaat
kemudian Pernah nggak kamu makan pempek, lalu
sesaat kemudian merasakan perih di bagian
perut? Hal itu karena di dalam kuah Bakso
terdapat cuka yang mengandung asam
asetat.

Asam? Bukankah itu berbahaya? Maka


bersyukurlah kamu karena di dalam tubuh kita
ada larutan penyangga yang bisa menstabilkan
kadar asam asetat dalam pempek yang kita makan.

Contoh lain misalnya, kamu memakan makanan yang asam, seperti jeruk.
Dengan memakan jeruk yang mengandung asam sitrat, nantinya pH
darah kita akan berubah. Nah, senyawa penyangga yang ada di dalam
darah, "mencegah" hal ini.

Nah, kira-kira apa kaitannya antara senyawa


penyangga tadi dengan asam dari bakso atau jeruk
yang kita makan?

Apa itu pengertian larutan penyangga dan


mengapa dia bisa menstabilkan

pH dari asam dan basa? Bagaimana cara


senyawa penyangga ini bisa menstabilkan pH dan membuat kita tetap
sehat? Yuk, mari kita cari tahu
MATERI

A. PENGERTIAN LARUTAN PENYANGGA

Penyangga (buffer) adalah campuran zat-zat terlarut yang dapat


menahan perubahan pH larutan. Larutan yang mengandung campuran
zat terlarut ini disebut sebagai larutan penyangga. Sistem penyangga
dapat menahan perubahan pH ketika sedekit asam atau sedikit basa
ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung sistem penyangga.
Biasanya, sistem penyangga terdiri atas dua zat terlarut yang satu
berperan sebagai asam browsted Lemah dan yang satunya lagi sebagai
basa browsted kuat.

B. PRINSIP LARUTAN PENYANGGA

Berdasarkan Teori Asam- Basa Arrhenius, larutan yang


mengandung campuran asam lemah dan basa konjugasinya yang anionnya
senama dengan asam lemah tersebut akan membentuk larutan
penyangga (buffer). Contohnya, NH3COOH dan CH3COONa.
Demikian juga jika larutan mengandung campuran basa lemah dan
garam yang kationnya senama dengan basa lemah akan membentuk
larutan penyangga. Contohnya, NH4OH dan NH4Cl.
Berdasarkan Teori Asam- Basa Bronsted- Lowry, larutan yang
mengandung campuran dari pasangan asam lemah dan basa konjugat
atau basa lemah dan asam konjugatnya akan membentuk larutan.
a. NH4 (aq) + H2O NH4+(aq) + OH-(aq)
Basa lemah asam konjugat

b.H2PO4- HPO42-(aq) + H+(aq)


asam lemah basa konjugat
Prinsip larutan penyangga berdasarkan teori asam basa
Arrhenius terbatas hanya untuk campuran asam lemah dan basa
konjugasinya atau basa lemah dengan asam konjugasinya, sedangkan
prinsip berdasarkan Bronsted- Lowry lebih umum, selain asam lemah
dan garamnya (contoh a), juga mencakup campuran garam dan garam
(contoh b).

C. KOMPOSISI LARUTAN PENYANGGA

Ditinjau dari komposisi zat penyusunnya, terdapat dua sistem


larutan penyangga, yaitu sistem penyangga asam lemah dengan basa
konjugasinya dan sistem penyangga basa lemah dengan konjugasinya.

1. Sistem Penyangga Asam Lemah dan Basa Konjugasinya


Larutan penyangga asam mengandung suatu asam lemah [HA]
dan basa konjugasinya [A-]. Larutan penyangga asam mempertahankan
pH pada daerah asam (pH <7).

Perhatikan persamaan reaksi tersebut.

CH3COOH (aq) + H2O(l) CH3COO-(aq) + H3O +(aq)

CH3COONa (aq) CH3COO-(aq) + Na+

Ingat

Pengertian asam- basa menurut Bronsted- Lowry, dalam reaksi


diatas:

CH3COOH : asam lemah


Campuran asam lemah CH3COOH dan basa konjugasinya CH3COO,
membentuk suatu larutan penyangga. Dalam membentuk larutan
penyangga, ion CH3COO- dapat berasal dari ion CH3COONa, CH3COOK
atau (CH3COO)2Ba.

Contoh- contoh komponen pembentuk larutan penyangga asam


dapat dilihat dari tabel berikut:

Komponen Pembentuk Buffer Garam pembentuk Basa


Asam lemah Basa konjugasi Konjugasi
HCOOH PO4-
HF HCOO- HCOONa, HCOOK,
(HCOO)2Ca
H3PO4 F- NaF
NaH2PO4 H2PO4- NaH2PO4
NaH2PO4 H2PO42- Na2HPO4
Na3PO4

Bagaimana jika asamnya merupakan asam kuat ?


?

Asam kuat dan basa konjugasinya (garamnya) tidak dapat membentuk larutan
penyangga. Sehingga campuran HCl(aq) dan NaCl(aq), campuran HNO3(aq) dan
NaNO3(aq) serta H2SO4(aq) dan NaHSO4(aq) bukan merupakan penyangga.

2. Sistem Penyangga Basa Lemah dan Asam Konjugasinya


Larutan penyangga basa mengandung suatu basa lemah (B) dan
asam konjugasinya (BH+). Larutan penyangga basa mempertahankan
pH pada daerah basa (pH > 7).
Perhatikan persamaan reaksi berikut!

NH3(aq) + H2O NH4+(aq) + OH-(aq)

NH4Cl(aq) NH4+(aq) + Cl-(aq)

INGAT!!
Menurut teori asam- basa Browsted Lawry :

NH3 (aq) atau NH4OH : Basa lemah

NH4Cl : Asam Konjugasi dari NH4OH

Campuran basa lemah NH4OH dan asam konjugasinya (NH4+)


membentuk larutan penyangga. Dalam pembentukan larutan penyangga,
ion NH4+ dapat berasal dari garam seperti NH4Cl, NH4Br atau
(NH4)2SO4.

Bagaimana jika basanya merupakan basa


? kuat ?

Basa kuat dan asam konjugasinya (garamnya) tidak dapat


membentuk larutan penyangga. Sehingga campuran NaOH (aq) dan
Na2SO4(aq), campuran KOH(aq) dan KCl(aq) serta campuran NaOH(aq)
dan NaH4Cl(aq) bukan merupakan penyangga

D. Menghitung pH Larutan Penyangga


pH dari larutan penyangga (buffer) tergantung pada harga
tetapan ionisasi asam lemah, Ka atau tetapan ionisasi basa lemah, Kb
serta perbandingan konsentrasi asam dengan konsentrasi basa
konjugasi atau konsentrasi basa dengan asam konjugasi dalam larutan
tersebut

1. Sistem Penyangga Asam Lemah dan Basa Konjugasinya


Perhatikan larutan penyangga yang mengandung CH 3COOH
dengan NaCH3COO. Asam asetat akan mengion sebagian menurut
persamaan kesetimbangan:

CH3COOH(aq) CH3COO-(aq) + H+(aq)

sedangkan natrium asetat akan mengion sempurna menurut persamaan


reaksi:

NaCH3COO(aq) Na+(aq) + CH3COO-(aq)

Pada larutan penyangga asam, konsentrasi ion H+ dalam larutan


dapat diketahui dengan menggunakan rumus:

Secara umum dapat dituliskan :

Atau

a
pH= pKa−log
g

Keterangan :

Ka = tetapan ionisasi asam lemah

a = jumlah mol asam lemah


g = jumlah mol basa konjugasi (garam)

Reaksi antara asam lemah dan basa kuat menghasilkan garam


yang anionnya berasal dari asam lemah pembentuknya. Untuk
menghasilkan larutan penyangga, jumlah mol asam lemah harus bersisa
sehingga setelah reaksi terjadi akan diperoleh campuran asam lemah
(sisa) dan garamnya dan basa konjugasinya.

Contoh Perhitungan

Suatu larutan penyangga, yang dibuat dari campuran 100 mL larutan CH3COOH
0,1 M dengan 200 mL larutan CH3COONa. (Ka CH3COOH = 10-5) Maka,

mol
CH 3 COOH =100 mL × 0,1 =10 mmol(asam)
L

mol
CH 3 COONa=200 mL × 0,1 =20 mmol
L

CH 3 C OO−¿ =20 mmol ( basa konjugasi )

pH=−log5 ×10−6=6−log 5
2. Sistem Penyangga Basa Lemah dan Asam Konjugasinya
Perhatikan larutan penyangga yang mengandung NH4OH dan
NH4Cl. Dalam larutan, NH4OH akan mengion menurut reaksi
kesetimbangan:

NH3(aq) + H2O(l) NH4+(aq) + OH-(aq)

sedangkan NH4Cl akan mengion sempurna menurut reaksi:

NH4Cl(aq) NH4+(aq) + Cl-(aq)

pada larutan penyangga basa, konsentrasi ion OH- dapat ditentukan


dengan menggunakan rumus :

Atau

b
pOH =Pka×−log
g

Keterangan :

Kb = tetapan ionisasi basa lemah

b = jumlah mol basa lemah

g = jumlah mol asam konjugasi (garam)


Contoh Perhitungan

Dalam satu liter larutan terdapat 0.01 mol NH3 dan 0.02 mol NH4+ yang
berasal dari kristal (NH4)2SO4. Jika Kb NH3 = 10-5 Maka,

pOH =−log 5 ×10−6 =6−log 5

E. Fungsi Larutan Penyangga dalam Kehidupan

Larutan penyangga digunakan secara luas dalam kimia analitik,

biokimia dan bakteriologi juga dalam fotografi, industri kulit dan zat

warna. Pada umumnya reaksi- reaksi biokimia dalam tubuh makhluk

hidup sangat sensitif dengan perubahan pH. Oleh karena itu, cairan

tubuh harus merupakan larutan penyangga agar pH senantiasa konstan

ketika metabolism berlangsung.

Dalam kondisi normal, pH cairan tubuh termasuk darah berkisar

antara 7,35 hingga 7,45. Adanya penyimpangan pH yang besar dari

rentang ini sangat berbahaya. Jika nilai pH darah lebih besar dari 7,8

atau kurang dari 6,8 akan dapat menyebabkan kerusakan permanen

pada organ tubuh atau bahkan berakibat kematian.


Setiap kondisi dimana pH darah turun dibawah 7,35 dikenal

sebagai asidosis. Sementara itu, jika pH darah naik diatas 7,45

disebut alkalosis. Untuk mencegah asidosis atau alkalosis, tubuh

bergantung pada sistem penyangga dalam cairan tubuh, terutama

darah.

SUMBER : www.google.com

Di dalam tubuh terdapat beberapa larutan penyangga alami untuk

mempertahankan kestabilan pH darah. Sistem penyangga alami ini

terdiri atas larutan penyangga karbonat (pasangan asam karbonat,

H2CO3 dan ion bikarbonat, HCO3-), Larutan penyangga fosfat (pasangan

ion dihidrogen fosfat, H2PO4- dan ion monohidrogen fosfat, HPO42-),

dan larutan penyangga protein, misalnya hemoglobin.


1. Larutan Penyangga Karbonat
Asam Karbonat H2CO3, merupakan asam lemah dan dalam larutan

membentuk kesetimbangan dengan basa konjugatnya, ion bikarbonat,

HCO3- :

H2CO3(aq) H+(aq) + HCO3-(aq)

Dalam kondisi normal, keberadaan ion bikarbonat lebih banyak

doibandingkan dengan asam karbonat, dengan perbandingan 20 : 1. Hal

ini terjadi karena produk metabolism tubuh yang lebih banyak bersifat

asam, contoh asam laktat. Kondisi asam ini kemudian dinetralkan oleh

ion bikarbonat dalam darah melalui rekasi berikut :

HCO3-(aq) + H+(aq) H2CO3-(aq)

Asam Karbonat tidak stabil dalam larutan sehingga terurai

menjadi karbon dioksida dan air.


H 2CO 3(aq) CO 2(aq) + H2 O (l)

Reaksi yang mengkonversi asam karbonat menjadi karbon

dioksida terlarut ini dikatalisis oleh enzim karbonat anhydrase. Karbon

dioksida terlarut yang berlebihan kemudian dikeluarkan melalui paru-

paru. Dengan menggabungkan kedua reaksi dari asam karbonat, maka

sistem penyangga karbonat dapat ditulis dalam reaksi berikut :

HCO3- (aq) + H +(aq) H2CO3 (aq) CO2 (aq) + H2O(l)


Kondisi yang disebut asidosis pernapasan terjadi ketika pH

darah turun akibat menurunnya pernapasan. Ketika pernapasan

dibatasi, konsentrasi karbon dioksida terlarut dalam darah meningkat

sehingga membuat darah terlalu asam. Kondisi ini dapat terjadi

akibat asma, pneumonia, emfisema, atau menghirup asap. Adapun

asidosis metabolic merupakan penurunan pH darah akibat zat asam

yang berlebihan dilepaskan kedalam darah. Hal ini dapat terjadi karena

kelelahan akibat aktivitas fisik yang berkepanjangan, diabetes, atau

asupan makanan yang dibatasi. Respons tubuh yang normal untuk

kondisi ini adalah meningkatkan pernapasan untuk mengurangi jumlah

karbon dioksida terlarut dalam darah. Itulah sebabnya kita bernapas

lebih berat setelah beberapa kali menaiki anak tangga,

Alkalosis pernapasan dihasilkan dari pernapasan yang berlebihan

yang mengakibatkan naiknya pH darah. Hiperventilasi menyebabkan

karbon dioksida terlarut terlalu banyak untuk dikeluarkan dari darah

sehingga menurunkan konsentrasi asam karbonat, akibatnya pH darah

meningkat. Seringkali tubuh akan meresponnya dengan pingsan untuk

memperlambat pernapasan. Sementara itu, alkalosis metabolik adalah

peningkatan pH darah yang dihasilkan dari pelepasan zat alkali atau

basa ke dalam darah.


2. Larutan Penyangga Fosfat
Sistem penyangga fosfat (H2PO4-/HPO42-) merupakan sistem

penyangga yang bekerja untuk menjaga pH cairan intra sel. Jika dari

proses metabolisme dihasilkan banyak zat yang bersifat asam, makan

akan segera bereaksi dengan ion HPO42-

HPO 42- (aq) + H +(aq) H 2PO 4-(aq)

Jika pada proses metabolisme sel menghasilkan senyawa yang

bersifat basa, maka ion OH- akan bereaksi dengan ion H2PO4-

H2PO 4-(aq) + OH -(aq) HPO 42- (aq) + H2O (l)

Dengan demikian, perbandingan [H2PO4-]/[HPO42-] akan selalu tetap,

dan ini akan menyebabkan pH larutan tetap.

3. Sistem Penyangga Asam Amino / Protein


Asam amino mempunyai gugus yang bersifat asam dan gugus yang
bersifat basa. Oleh karena itu, asam amino dapat berfungsi sebagai
sistem penyangga di dalam tubuh. Adanya kelebihan ion H + akan diikat
oleh gugus yang bersifat basa dan jika ada kelebihan ion OH - maka
akan diikat oleh ujung yang bersifat asam. Dengan demikian, larutan
yang mengandung asam amino akan mempunyai pH relatif tetap.

4. Sistem Penyangga dalam Ginjal


Ginjal kita juga menolong untuk mengatur konsentrasi H 3O+
dalam darah agar tetap konstan dengan jalan mengeluarkan
kelebihan asam melalui urin, sehingga pH urin hanya berada sekitar
4,8 – 7,0.
Daftar Rujukan
Haris Watoni,A, Dini Kurniawati, dkk: 2014. Kimia Untuk SMA/MA

Kelas XI. Bandung: Yrama Widya

Purba, Michael dan Eti Sarwiyati. 2018. Kimia Jilid 2 Untuk SMA/MA

Kelas XI. Jakarta : Erlangga

Sudarmo Unggul dan Nanik Mitayani. 2014. Kimia Untuk SMA/MA

Kelas XI. Jakarta : Erlangga


LARUTAN PENYANGGA

HANDOUT
DISUSUN OLEH :

NAMA : NADIA

NPM : 1806103040050

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

TAHUN 2020

Anda mungkin juga menyukai