Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH PANCASILA

SILA KEDUA PANCASILA

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 2

Siti Az Zahra Bahri J011191009

Nur Amelia Ramdani J011191010

Nur Ain Latjompoh J011191011

Sumarni J011191012

Teysha Aurangga Mafri J011191013

Andi Apriliqa Megumi J011191014

Sasmita J011191015

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat-Nya
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas
mata kuliah pancasila dengan judul “SILA KEDUA PANCASILA”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Makassar, 9 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang… .......................................................................................3


B. Rumusan Belakang… .................................................................................4
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ...................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Nilai dan Realita .........................................................................................6


B. Dampak dan Solusi ...................................................................................13

BAB III PENUTUPAN

A. Kesimpulan ...............................................................................................17
B. Saran .........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................18

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II
No.7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945. Pancasila sebagai dasar
filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan terbentuk secara
mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana yang terjadi
pada ideologi-ideologi lain di dunia. Namun, terbentuknya Pancasila melalui proses
yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Seperti yang kita ketahui,

Pancasila berasal dari kata Panca yaitu lima dan Sila yang berarti prinsip. Jadi
dapat diartikan bahwa Pancasila adalah lima prinsip. Lima sila tersebut yaitu :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sebagai suatu dasar filsafat negara maka sila-sila Pancasila merupakan suatu
sistem nilai, oleh karena itu sila-sila Pancasila itu pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan. Meskipun dalam sila-sila terkandung nilai-nilai yang memiliki perbedaan
antara satu dengan lainnya namun kesemuanya itu tidak lain merupakan suatu
kesatuan yang sistematis.

Dalam makalah ini, kita akan membahas secara khusus mengenai sila kedua
yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Dalam sila kemanusiaan terkandung
nilai-nilai bahwa negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk yang beradab. Oleh karena itu, dalam kehidupan kenegaraan
terutama dalam peraturan perundang-undangan negara harus mewujudkan
tercapainya tujuan ketinggian harkat 2 dan martabat manusia, terutama hak-hak
kodrat manusia sebagai hak dasar (hak asasi) harus dijamin dalam peraturan
perundang-undangan negara.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Nilai dan Realita Pada Pancasila ke – 2 ?
2. Bagaimana Dampak dan Solusi Pada Pancasila ke – 2?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Bagaimana Nilai dan Realita Pada Pancasila ke – 2
2. Untuk mengetahui Bagaimana Dampak dan Solusi Pada Pancasila ke – 2

D. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a) Menambah wawasan dan pemahaman tentang penanaman nilai-nilai sila
kemanusiaan yang adil dan beradab dalam kegiatan berorganisasi di sekolah.
b) Hasil makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
a) Hasil makalah ini diharapkan dapat memberi pemahaman dan perbaikan
tentang penanaman nilai-nilai sila kemanusiaan yang adil dan beradab dalam
kegiatan berorganisasi di kampus.
b) Makalah ini diharapkan mampu memberi informasi mengenai penanaman
nilai-nilai sila kemanusiaan yang adil dan beradab dalam kegiatan
berorganisasi di kampus
c) Manfaat bagi siswa. Diharapkan mampu menambah wawasan tentang
penanaman nilai-nilai sila kemanusiaan yang adil dan beradab dalam
kegiatan berorganisasi di sekolah sehingga terwujud moral dan karakter yang
baik pada mahasiswa/i

4
d) Manfaat bagi Dosen. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
masukan dalam menanamkan nilai-nilai sila kemanusiaan yang adil dan
beradab kepada mahasiswa/i
e) Manfaat bagi Kampus. Kampus akan dikenal memiliki kepedulian sosial dan
mampu menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh penghuni kampus
maupun masyarakat.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Nilai dan Realita Pancasila pada Sila ke-2

Sila kedua, yaitu ‘Kemanusiaan yang Adil dan Beradab’.

Nilai-nilai pada Sila Ke-2 Pancasila

Nilai yang terkandung dalam Pancasila dapat dikategorikan sebagai nilai dasar,
nilai instrumental dan nilai praktis.
Nilai dasar yang terkandung dari sila kedua ini adalah nilai kemanusiaan.
Kemanusiaan yang dimaksud adalah manusia yang adil dan beradab, menjunjung
tinggi nilai-nilai keadilan dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan, yang
diwujudkan dalam semangat saling menghargai, toleran, saling tolong menolong,
dan bersikap sebagai manusia yang beradab yang dalam perilaku sehari-hari
didasarkan pada nilai-nilai moral yang tinggi, serta untuk kepentingan bersama.1,2
Adapun nilai instrumental dari Pancasila sebagai nilai dasar adalah pasal- asal
dalam UUD 1945. Pasal 1 ayat (3), Pasal 26 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 27 ayat (1)
dan ayat (2), Pasal 28A, 28B, 28C, 28D, 28F, 28J, dan pasal lain.
1. Pasal 1 ayat (3) berbunyi ‘Negara indonesia adalah negara hukum’.
2. Pasal 26
(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga negara.
(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia.
3. Pasal 27
(1) Segala warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya.
(2) Tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
4. Pasal 28A berbunyi ‘Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya’.
5. Pasal 28B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah.
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
6. Pasal 28C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan
kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan
negaranya.
7. Pasal 28D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintah.
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
8. Pasal 28F berbunyi ‘Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia.

7
9. Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas
hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis.3
Nilai praktis yang kita dapatkan dalam sila kedua adalah kita harus
menghormati sesama manusia, tanpa membeda-bedakan sesamanya, serta juga
harus menghormati hak asasi sesama. Kemanusiaan yang adil dan beradab berarti
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, gemar melakukan kegiatan-kegiatan
kemanusiaan, dan berani membela kebenaran dan keadilan. Sadar bahwa manusia
adalah sederajat, maka bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh
umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja
sama dengan bangsa-bangsa lain.2
Notonagoro (1995: 19) mengatakan bahwa prinsip pergaulan hidup sesama
manusia bukan hanya bersifat lokal, tetapi juga bersifat nasional bahkan
internasional. Hal ini ditegaskan pada sila kemanusiaan yang adil dan beradab
bangsa Indonesia sama derajatnya dengan bangsa-bangsa di dunia, duduk sama
rendah berdiri sama tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Notonagoro bahwa Sila
Kemanusiaan yang mengandung prinsip pergaulan antara umat manusia
berdasarkan kemanusiaan yang adil dan beradab untuk membangun kekeluargaan
antar bangsa-bangsa di dunia.4
Effendi (1995: 39) mengatakan bahwa sila kedua ini menghendaki agar negara
mengakui adanya hak dan kewajiban yang sama pada setiap warganegara
Indonesia, dan mengharuskan kepada negara untuk memperlakukan manusia
Indonesia dan manusia lainnya secara adil dan tidak sewenang-wenang. Di samping
itu negara harus menjamin setiap warganegaranya untuk mendapatkan kedudukan
hukum dan pemerintahan yang sama, serta membebani kewajiban yang sama dalam

8
hukum dan pemerintahan. Negara wajib menciptakan suasana kehidupan
masyarakat yang berbudi luhur sesuai dengan harkat dan martabat manusia.4
Pitoyo dkk. (2012: 16-18) menguraikan bahwa tuntunan Pancasila sebagai
pandangan hidup bagi bangsa Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku harus
sesuai dengan sila-sila Pancasila. Dengan sila Kemanusiaan yang adil dan beradab,
manusia diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya, yang sama hak dan
kewajiban asasinya, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama dan
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. Karena
itu dikembangkan sikap saling mencintai (menghormati) sesama manusia, sikap
tenggang rasa dan tepa selira” serta sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.4
Dengan mengimplementasikan sila kedua ini diharapkan bahwa permasalahan
yang dialami bangsa saat ini seperti tidak adanya toleransi, konflik antar golongan,
pengangguran, kemiskinan, mafia kasus, korupsi, diskriminasi dan kesenjangan
sosial, tindakan kekerasan, baik secara vertikal maupun horizontal, dapat teratasi. 1,2

Realita Sila ke-2 di Kehidupan Bermasyarakat

Pancasila merupakan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)


dimana isi yang terkandung di dalamnya menarik nilai-nilai kehidupan asli
masyarakat Indonesia dengan keberagamannya dipersatukan dalam suatu
dasar/ideologi Negara sehingga Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup
bangsa sekaligus menjadi dasar rumusan hokum Indonesia. Nilai-nilai luhur
pancasila pada era modern ini seharusnya mampu memotivasi warga Negara
Indonesia untuk berperilaku baik sebagaimana cita-cita bangsa dan Negara yang
memiliki makna atau nilai-nilai yang sangat bijaksana dan penuh dengan kebaikan
pada setiap sila menjadi konsep kehidupan berbangsa dan bernegara yang
sempurna. Nilai kemanusiaan dalam pancasila membawa angin segar bagi warga
Negara karena makna yang terkandung membawa kesetaraan antara sesama yaitu
derajat, hak dan kewajiban antara sesama manusia. Namun, realitanya pada era
modern ini nilai luhur tersebut hanya sebatas ungkapan tertulis diatas potongan-
potongan kertas, tidak bermakna bagi sebagian besar warga Negara dimana begitu

9
banyak kita temukan perilaku yang menunjukkan penyimpangan terhadap nilai
kemanusiaan ini. Seperti, orang kaya lebih dihormati, perilaku yang semena-mena
terhadap orang lain (penganiayaan) menunjukkan bahwa nilai kemanusiaan pada
hari ini sangat menyedihkan dan menyimpang dari makna nilai yang diidamkan
dalam pancasila. Oleh karena itu, pengimplementasian terhadap nilai-nilai
Pancasila khususnya sila kedua perlu dilakukan untuk mengembalikan nilai-nilai
yang telah hilang di masyarakat. Hal yang dapat dilakukan yaitu
1. Mengakui dan Memperlakukan Manusia sesuai dengan Harkat dan
Martabatnya sebagai Makhluk Tuhan Yang Maha Esa

Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan


martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa mengandung makna bahwa
sebagai individu yang beragama harus bisa mengahargai orang lain karena semua
orang memiliki harkat dan martabatnya masing-masing bila dalam kehidupan
tidak ada yang mengakui persamaan harkat dan martabat pasti hidup manusia tidak
akan mendapakan ketenangan dalam melakukan segala hal, negara indonesia juga
pasti tidak akan makmur dan sejahtera bila masyarakatnya tidak saling menghargai
antara satu dengan yang lainnya, agar kehidupan bangsa indonesia menjadi lebih
baik dari negara-negara yang lain maka masyarakat indonesia perlu berkerjasama
antara satu dengan yang lain.

2. Mengakui Persamaan Derajat, Persamaan Hak, dan Persamaan Kewajiban


antara Sesama Manusia

Nilai-nilai sila kedua mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan


persamaan kewajiban antara sesama manusia. Semua orang memiliki derajat yang
sama dan persamaan hak didalam menentukan hidupnya kearah yang lebih baik
atau kearah yang lebih buruk, setiap orang memiliki hak untuk mendapat
perlindungan, memiliki agama, antara sesama manusia berhak untuk membantu
orang lain yang sedang dalam kesusahan dan berhak memberikan pertolongan
kepada orang yang membutuhkan dengan hati yang ikhlas. Semua orang yang
hidup didunia ini semuanya sama, baik dari warna kulit yang sama maupun suku
yang sama dari itu seharusnya rasa kebencian terhadap sesama harus dihilangkan”.

10
3. Saling Mencintai sesama Manusia

Nilai-nilai sila kedua saling mencintai sesama manusia. Harus diwujudkan


demi mencapai perdamaian manusia kadang harus mengerti terhadap manusia
lainnya dalam kehidupan, untuk mencegah manusia dari perbuatan atau sesuatu
yang buruk. tanpa rem tersebut, seseorang yang panas akan terus berjuang demi
sakit hatinya. Bila ada orang dari suku lain sedang panas hatinya dan membuat
suasana menjadi semakin buruk, lihat dulu, rem dahulu, mungkin saja itu memang
sifatnya, setelah itu baru ditelaah maksudnya orang tersebut sengaja atau tidak
sengaja membuat kita marah, bila sudah mengetahui hal itu, barulah tindakan lebih
lanjut, bila sengaja kita baik-baik dulu tegur halus itu cara yang damai. Bila tidak
sengaja jangan menyudutkan untuk minta maaf biarkan melihat perbuatannya itu.
Saling mencintai sesama manusia memiliki ruang lingkup yang luas, mencintai
seseorang bukan cuman orang terdekat saja melainkan setiap orang yang dijumpai
juga harus dicintai agar tercipta suatu kerukunan dalam hidup bermasyarakat dan
bernegara”.
4. Mengembangkan Sikap Tenggang Rasa

Nilai-nilai sila kedua mengembangkan sikap tenggang rasa. Manusia


menyukai rasa damai dalam dirinya, maka manusia tersebut pasti akan merasa
nyaman, menerima tanpa membeda-bedakan, maka tenggang rasa meminimalisir
rasa semena-mena akan pudar dalam mengembangkan sikap tenggang rasa
diperlukan sikap baik dalam melakukan segala hal seperti, menghargai perasaan
orang lain, menghormati, dalam kehidupan sangat diperlukan sikap saling
mengahargai dan menghormati agar bangsa indonesia memiliki jiwa-jiwa yang
orang-orang yang berakhlak mulia dan bangsa indonesia bisa menjadi bangsa yang
makmur dan damai sejahtera”.
5. Mengembangkan Sikap Tidak Semena-mena terhadap Orang Lain

Nilai-nilai sila kedua mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap


orang lain dapat dilakukan dengan kemampuan memecahkan masalah dengan
seksama, hal itu adalah penilaian masing-masing dalam diri manusia, yang utama
adalah kekuatan untuk berhenti menyakiti, mengontrol sesuatu adalah bagian dari

11
kekuatan manusia, kontrol untuk tidak menyakiti manusia adalah yang paling
utama. Menyakiti seseorang itu mudah, tapi bagaimana dengan membuat manusia
itu tidak takut dan merasa dilindungi, sebagai manusia yang memiliki agama tidak
boleh bersikap semena-mena serhadap orang lain. Didalam kehidupan tidak boleh
saling menyakiti satu dengan yang lain karena kalau saling menyakiti satu dengan
yang lain maka hidup tidak akan pernah rukun pasti sesalu ada rasa ini menyakiti
dalam diri manusia maka dengan itu tidak boleh memperlakukan orang dengan
semena-mena karena semua orang memiliki hak masing-masing dalam
kehidupan”.
6. Menjunjung Tinggi Nilai Kemanusiaan

Nilai-nilai sila kedua, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Banyak orang


yang menganggap kesuksesan adalah tanda bahwa manusia itu telah berhasil, tapi
berapa banyak seseorang yang tidak dapat meraih sukses didunia ini, apakah
mereka telah gagal sebagai manusia? Pendapat seperti itu salah. Menjunjung
tinggi nilai kemanusiaan, bukan dinilai melalui kesuksesan seseorang saja, tetapi
melalui pengertian dasar terhadap manusianya sendiri. Ada banyak tipe manusia
dimuka bumi, melakukan perbuatan baik dan buruk, tetapi tidak menutup
kemungkinan untuk melakukan hal yang keterbalikannya pula. orang baik belum
tentu bisa menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, bisa saja sisi berbeda yang
melakukannya. Hal tersebut bukan dinilai melalui sikap dasar manusia, melainkan
dari kesadaran manusia sendiri untuk berbagi, memberi serta hidup bersama.
Supaya kehidupan bangsa indonesia bisa terus bersatu harus bisa menjunjung
tinggi nilai kemanusiaan, salah satunya dengan cara saling menghormati antara
sesama pemeluk agama yang berbeda agar tidak terjadi kesalah pahaman anatara
umat beragama yang ada dinegara indonesia”.5

12
B. Dampak dan Solusi Pancasila pada Sila Ke-2

Dampak Sila Ke-2 dalam Kehidupan Masyarakat

Pada sila kedua (Kemanusiaan yang adil dan beradab) yaitu konflik social
di perkampungan pancasila merupakan hal yang tidak bisa dihindari, seperti contoh
masih ada konflik antar masyarakat dalam setiap keputusan yang dilakukan oleh
aparat desa. Hal itu bertentangan dengan prinsip kemanusiaan yang
mengedepankan kasih sayang sesama manusia dan rasa saling menghormati antar
manusia.

Dampak yang terjadi dalam perkampungan pancasila yaitu sebagian masyarakat


masih belum berpartisipasi maksimal dalam penerapan nilai-nilai Pancasila karena
masih banyak masyarakat yang kurang mendukung serta menumbuhkan
kesadarannya akan pentingnya penanaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila
dalam penguatan karakter masyarakat. sikap apatis tersebut dipengaruhi oleh
pengaruh globalisasi yang dibawa oleh masyarakat yang pulang setelah berkerja di
luar kota. Pengaruh inilah yang menjadikan masyarakat individualistis,
kecenderungan kurang rasa tanggung jawab dan tidak mengindahkan aturan yang
ada di perkampungan.1

Selain dari pihak masyarakat sendiri, pergeseran makna Pancasila juga


dilakukan oleh pihak penguasa.Pada masa tertentu, secarasistematis Pancasila telah
dijadikan sebagai alat politik untuk melanggengkankekuasaan.Tindakan yang
dilakukan terhaap Pancasila ini turut menggoncang eksistensi Pancasila.Pancasila
seakan-akan momok yang menakutkan, sehingga oleh sebagian masyarakat
dijadikan sebuah simbol kekuasaan dan kelanggengan salah satu pihak. Dalam era
kesemrawutan global sekarang, ideologi asing mudah bermetamorfosa dalam aneka
bentuknya dan menjadi pesaing Pancasila.Hedonisme (aliran yang mengutamakan
kenikmatan hidup) dan berbagai isme penyerta, misalnya, semakin terasa menjadi
pesaing yang membahayakan potensialitas Pancasila sebagai kepribadian
bangsa.Nilai intrinsik Pancasila pun masih sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
kondisional. Padahal, gugatan terhadap Pancasila sebagai dasar negara dengan

13
sendirinya akan menjadi gugatan terhadap esensi dan eksistensi kita sebagai
manusia dan warga bangsa dan negara Indonesia.

Untuk menghadapi kedua ekstrim (memandang nilai-nilai Pancasila terlalu sulit


dilaksanakan oleh segenap bangsa Indonesia di satu pihak dan di pihak lain
memandang nilai-nilai Pancasila kurang efektif untuk memperjuangkan pencapaian
masyarakat adil dan makmur yang diidamkan seluruh bangsa Indonesia) diperlukan
usaha bersama yang tak kenal lelah guna menghayati Pancasila sebagai warisan
budaya bangsa yang bernilai luhur, suatu sistem filsafat yang tidak bertentangan
dengan nilai-nilai agama, bersifat normatif dan ideal, sehingga pengamalannya
merupakan tuntutan batin dan nalar setiap manusia Indonesia.6

Dampak negatif dari arus globalisasi yang ditimbulkan tidak mencerminkan


nilai budaya bangsa Indonesia, dapat dilihat pada beberapa aktivitas kehidupan
masyarakat Indonesia saat ini. (Hairunisya, 2014) . Hal tersebut dapat dilihat dari
gaya hidup masyarakat yang semakin gaya dan konsumtif, dimulai dari gaya
berpakaian mereka yang kekinian atau kebarat-baratan hingga menonton film khas
negara lain. Pudarnya nilai gotong royong, sikap individualisme dan terbentuknya
sikap materialistis, selain itu arus globalisasi seakan telah mampu menciptakan
hubungan interpesonal masyarakat Indonesia menjadi lebih individualistik dan
mementingkan diri sendiri. Pemahaman mengenai nilai Pancasila masyarakat mulai
berkurang, disaat negara membutuhkan persatuan hingga sikap gotong royong
dilingkungan masyarakat bahkan mereka lebih mementingkan kepentingan
kelompok, golongan, dan negara lain dibandingkan negara sendiri. 7

Solusi Sila Ke-2 Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat

Sila kedua Pancasila yakni “kemanusiaan yang adil dan beradab” sangatlah
penting pada situasi seperti ini. Bila masyarakat Indonesia menerapkan sila kedua
secara baik, maka Indonesia mempunyai kemungkinan yang kokoh dalam
menghadapi tantangan-tantangan dunia pada saat ini. Jadi sila kedua dapat
dikatakan sebagai salah satu jaring pengaman atas permasalahan yang ditimbulkan
arus globalisasi.

14
Pada saat ini penerapan sila kedua dari Pancasila di negara kita masih sangat
kurang. Hal tersebut tercermin dari masih banyaknya kejahatan di bidang hak azasi
manusia (HAM) dan suasana yang berbau SARA, seperti kampanye dari kubu-kubu
tertentu yang menggunakan isu-isu SARA. Kasus pelanggaran HAM merupakan
hal yang sangat erat dengan penyelewengan sila kedua dari Pancasila. Beberapa
contoh kasus-kasus besar pelanggaran HAM dan isu SARA, antara lain kasus
peristiwa G30S/PKI tahun 1965, tragedi 1998, bom Bali, kasus Salim Kancil, dan
kerusuhan di kota Tanjungbalai, serta masih banyak lagi kasus-kasus pelanggaran
HAM lainnya yang sampai saat ini masih marak terjadi.
Sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”
mengandung pengertian bahwa manusia Indonesia seharusnya diakui dan
diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya selaku mahluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa, yang memliki derajat yang sama, mempunyai hak dan kewajiban
yang sama, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, dan keturunan. Sila kedua
dibutuhkan guna menangkal berbagai ancaman kemanusiaan serta untuk
menegakkan nilai-nilai universal kemanusiaan di negara ini. Selain itu sila ini juga
harus mampu menjamin hukum yang adil bagi masyarakat secara keseluruhan,
utamanya demi penegakan HAM yang bermartabat. 8

Pitoyo dkk. (2012: 16-18) menguraikan bahwa tuntunan Pancasila sebagai


pandangan hidup bagi bangsa Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku harus
sesuai dengan sila-sila Pancasila. Dengan sila Kemanusiaan yang adil dan beradab,
manusia diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya, yang sama hak dan
kewajiban asasinya, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama dan
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. Karena
itu dikembangkan sikap saling mencintai (menghormati) sesama manusia, sikap
tenggang rasa dan tepa selira” serta sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
Kemanusiaan yang adil dan beradab berarti menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, gemar melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan, dan berani
membela kebenaran dan keadilan. Sadar bahwa manusia adalah manusia adalah
sederajat, maka bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat

15
manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama
dengan bangsa-bangsa lain.
Berdasarkan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ketetapan
MPR No. II/ MPR/1978 meskipun sudah dicabut), memberikan pedoman kepada
Bangsa Indone- sia untuk mengamalkan sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
sebagai berikut:

1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan


martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan,
jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja sama dengan
bangsa lain.4

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penanaman nilai-nilai Pancasila hendaknya dilakukan sedini mungkin dan


secara totalitas, termasuk menanamkan prinsip-prinsip keadilan yang dimana
bersifat umum jika dapat mencakup semua persoalan keadilan sosial yang mungkin
muncul. Prinsip keadilan ini sebagaimanan dicantumkan dalam Sila Kemanusiaan
yang adil dan beradab memberikan bimbingan kepada kita bagaimana seharusnya
kita bergaul, berhubungan, dan berkomunikasi sesama manusia. Dengan sila
Kemanusiaan yang adil dan beradab, manusia diakui dan diperlakukan sesuai
dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang sama
derajatnya, yang sama hak dan kewajiban-kewajiban asasinya, tanpa membeda-
bedakan suku, keturunan, agama dan kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
warna kulit dan sebagainya. Karena itu dikembangkan sikap saling mencintai
sesama manusia sikap tenggang rasa dan tepa selira, serta sikap tidak semena-mena
terhadap orang lain.

B. Saran

Sebaiknya Pemerintah Indonesia mengaplikasikan apa yang menjadi tujuan


utama dari sila ke-2 ke kehidupan sehari hari masyarakat Indonesia sebagaimana
semestinya. Yang dimana Sila kedua ini menghendaki agar negara mengakui
adanya hak dan kewajiban yang sama pada setiap warganegara Indonesia, dan
mengharuskan kepada negara untuk memperlakukan manusia Indonesia dan
manusia lainnya secara adil dan tidak sewenang-wenang. Di samping itu negara
harus menjamin setiap warganegaranya untuk mendapatkan kedudukan hukum dan
pemerintahan yang sama, serta membebani kewajiban yang sama dalam hukum dan
pemerintahan. Negara wajib menciptakan suasana kehidupan masyarakat yang
berbudi luhur sesuai dengan harkat dan martabat manusia.
DAFTAR PUSTAKA

1. Damanhuri, Hardika W, Alwan FB, Rahman IN. Implementasi nilai-nilai


Pancasila sebagai upaya pembangunan karakter bangsa. UCEJ. 2016; 1(2):
189-90.
2. Octavian WA. Urgensi memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sebagai sebuah bangsa. Jurnal Bhinneka
Tunggal Ika. 2018; 5(2): 126.
3. Kaderi MA. Pendidikan Pancasila untuk perguruan tinggi. Banjarmasin:
Antasari Press. 2015. pp. 102.
4. Abduh M, Tukiran. Penanaman nilai-nilai sila II Pancasila pada peserta didik
kelas V sekolah dasar. J Moral and Civic Education. 2017; 1(1): 37-9.
5. Rianto H. Implementasi nilai kemanusiaan yang adil dan beradab di lingkungan
sekolah. Jurnal Pendidikan Sosial 2016 ; 3 (1) : 85-6.
6. Aminullah, A. Implementasi nilai-nilai pancasiladalam kehidupan
bermasyarakat. Jurnal Ilmiah IKIP Mataram. 2018. 3(1), 620-628.
7. Cahyandi, O., Hairunisya, N., & Hadi, N. Implementasi nilai-nilai pancasila
sila ke 2 pelajaran ppkn SMK PGRI 3 tulungagung. Jurnal Inovasi
Penelitian. 2020; 1(6). 1092-93.
8. Udah A. Mempertegas Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa. AL HIKMAH
Jurnal Studi Keislaman.2018;8(1):25-6.

18

Anda mungkin juga menyukai