Anda di halaman 1dari 12

Jurnal AGRIFOR Volume XVIII Nomor 1, Maret 2019 ISSN P : 1412-6885

ISSN O : 2503-4960

ANALISIS PRODUKSI KAYU BULAT DAN PELUANG USAHA BAGI


HASIL JENIS SHOREA LEPROSULA DAN SHOREA SMITHIANA DI
PT INHUTANI I BUKIT BANGKIRAI BALIKPAPAN

Moises Soares1, Abubakar M. Lahjie2*, B.D.A.S. Simarangkir2 dan Yosep Ruslim2**


1
Program Magister Ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan
Universitas Mulawarman.
Email: moises.dishut@gmail.com
2
Fakulltas Kehutanan Universitas Mulawarman. Jl. Ki Hajar Dewantara, Gunung Kelua,
Samarinda 75116, Kalimantan Timur, Indonesia.Tel.: +62-541-735089, Fax.: +62-541-
735379.*Email: prof_abudir@yahoo.com;** Email: yruslim@gmail.com

ABSTRAK

Analisis Produksi Kayu Bulat dan Peluang Usaha Bagi Hasil Jenis Shorea leprosula Dan Shorea
smithiana di PT Inhutani I Bukit Bangkirai Balikpapan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
simulasi riap pertumbuhan, tingkat pengembalian nominal dan kelayakan keuntungan profit sharing secara
konvensional Shorea leprosula dan Shorea smithiana di PT Inhutani I Bukit Bangkirai Balikpapan. Analisis
pertumbuhan riap dan produksi menggunakan simulasi riap MAI dan CAI pada perhitungan total volume,
diameter dan tinggi pohon, serta untuk profit sharing dengan menggunakan analisis kelayakan i (tingkat
pengembalian nominal). Hasil penelitian menunjukkan bahwa simulasi produksi/pertumbuhan Shorea
leprosula mencapai riap yang optimal pada umur 40 tahun dengan total volume sebesar 311,22 m 3/ha, riap
MAI mencapai 7,78 m3/ha/thn dan CAI 7,81 m3/ha/thn sedangkan jenis Shorea smithiana mencapai riap
yang optimal pada umur 50 tahun dengan total volume sebesar 333,34 m3/ha, riap MAI mencapai
6,67m3/ha/thn dan riap CAI mencapai 6,54 m3/ha/thn. Analisis tingkat pengembalian nominal dan peluang
usaha bagi hasil berbasis ekonomi konvensional Shorea leprosula dengan sistem bagi hasil 55% untuk
investor dan 45% untuk pengelola menghasilkan tingkat pengembalian nominal berturut-turut sebesar 7,8%
dan 8,3%. Analisis tingkat pengembalian nominal dan peluang usaha bagi hasil berbasis ekonomi
konvensional Shorea smithiana dengan sistem bagi hasil 55% untuk investor dan 45% untuk pengelola
menghasilkan tingkat pengembalian nominal berturut-turut sebesar 6,3% dan 6,7%. Shorea leprosula dan
Shorea smithiana sama-sama layak untuk diusahakan karena nilai tingkat pengembalian nominalnya lebih
besar daripada tingkat bunga minimal yang diterima oleh investor (MAR).
Kata kunci : Shorea leprosula, Shorea smithiana, peluang usaha.

ABSTRACT

Analisys of round wood production and profit sharing of Shorea leprosula andShorea
smithiana at PT Inhutani I Bukit Bangkirai Balikpapan.This study investigated the roundwood
production and profit sharing for Shorea leprosula and Shorea smithiana in case of PT Inhutani I
Bukit Bangkirai, Balikpapan. Five research aims pursued in order to better understand the
economic valuation of Shorea tree species, are: 1) analyse the increments of woody; 2) identify the
age of trees reached the highest increments of woody; 3) measure the highest value of mean annual
increments (MAI); 4) examine the nominal rate of return (i) for roundwood production; 5) examine
the profit sharing between the management of PT Inhutani I Bukit Bangkirai and investors.
Additionally, the policy of profit sharing has been determined by the proportion of 55% for
investors and 45% for the management.The results demonstrated that: 1) the wood potential of
Shorea leprosula reached the highest value at the age of 40 years by producing 7.78 m3 ha-1 year-1,
and Shorea smithiana reached the highest value at the age of 50 years by producing 333.34 m3 ha-1
year-1; 2) the highest value of MAI for Shorea leprosula and Shorea smithiana are 7.78 and 6.67 m3
ha-1 year-1 respectively; 3) the nominal rate of return (i) of Shorea leprosula is 7.8% for investors

1
Analisis Produksi Kayu Bulat … Moises Soares et al.

and 8.3% for the management, and Shorea smithiana is 6.3% for investors and 6.7% the
management. Overall, this research found that the economic value of Shorea leprosula and Shorea
smithiana provide the nominal rate of return (i), which is higher than minimum acceptable rate of
return (MAR).
Key words : Shorea leprosula, Shorea smithiana, profit sharing.

1. PENDAHULUAN menganalisanya untuk kepentingan


Hutan bekas tebangan merupakan pengelolaan hutan.Pertambahan dalam
hutan alam produksi yang sudah kurun waktu tertentu baik dalam waktu
mengalami proses pemanenan atau singkat ataupun periodic (misalnya 1,5,
pohon-pohon yang bernilai ekonomi atau sepuluh tahun) dikenal dengan
sudah ditebang pada diameter yang sudah istilah riap (Ruchaemi, 2013). Dalam
ditentukan biasanya pada kawasan hutan prinsip pengelolaan hutan yang lestari
bekas tebangan yang masuk dalam modern sebaiknya pengelolaan tersebut
kawasan hutan alam produksi. Tetapi mencakup semua kelestarian yaitu
pada kenyataannya banyak kawasan kelestarian produksi dan kelestarian
bekas tebangan pada kawasan hutan alam ekologi. Selain itu diperlukan adanya
produksi yang memiliki tegakan miskin upaya untuk memperbaiki sistem
riap, pertumbuhan tegakan tinggal yang pemanenan yang berdampak rendah
tidak maksimal akibat dari pemeliharaan terhadap kerusakan tegakan tinggal dan
tegakan tinggal yang maksimal (Yusuf, keterbukaan tanah alat pancang tarik
2016). Senanda dengan Soekotjo (2008) (monocable winch), sehingga lingkungan
menyatakan bahwa Hutan alam produksi hutan setelah pemanenan akan lebih baik
kita sekarang ini banyak menyisakan (Ruslim, 2011 dan Ruslim dkk. 2016).
kawasan bekas tebangan yang cukup luas. Untuk mencapai tujuan itu maka semua
Luasan hutan alam yang diusahakan kawasan hutan seharusnya dikategorikan
tetapi potensinya jauh mengalami sebagai hutan produksi. Hal ini
penurunan. Penurunan tersebut mencapai bermaksud agar semua fungsi hutan dapat
12,98 juta hektar. Standing stok sebagian diartikan sebagai produksi dari fungsi
hutan bekas tebangan sekarang ini tersebut (Ruchaemi, 2013). Lebih lanjut
berkisar antara 30-40 m3/ha,namun menurut Lahjie (2013), konsep
sebagian besar kurang dari 30 m3/ha dan pengelolaan hutan dengan metode
bahkan banyak yang sudah tidak ada Restorasi Sistem Silvikultur Indonesia
kayunya lagi dan hal ini didukung juga merupakan suatu manajemen budidaya
oleh menyebabkan pada kawasan hutan hutan yang memperhatikan pemulihan
bekas tebangan terjadi penambahan fungsi hutan dengan memperhatikan
banyak jenis yang kurang berharga secara prinsip-prinsip ilmiah dibidang silvikultur
ekonomi, tegakan tinggal jenis meliputi : pemilihan jenis, pemeliharaan
dipterokarpa yang sangat minim, tegakan, penjarangan dan tegakan
diameter dan tinggi pohon yang sangat dengan didasarkan pada kualitas kayu,
bervariasi sehingga menyusahkan ruang dan basal area sebagai indikator
pemeliharaannya dan produktivitasnya utama untuk mengetahui produksi
sangat rendah (Suparna, N, 2008). tegakan dengan memperhatikan faktor
Salah satu faktor yang harus sosial ekonomi dan lingkungan.
diperhatikan dalam pengelolaan hutan Meranti adalah salah satu jenis
yang lestari yaitu pengetahuan tentang pohon dari family Dipterocarpaceae yang
riap, yang mencakup bagaimana cara mendominasi hutan alam di wilayah
menghasilkan riap yang optimal serta Kalimantan, dengan kualitas kayu yang

2
Jurnal AGRIFOR Volume XVIII Nomor 1, Maret 2019 ISSN P : 1412-6885
ISSN O : 2503-4960

baik. Jenis ini mendominasi realisasi konvensional yang banyak dikenal


produksi kayu bulat dari hutan alam dan dengan system klasik ini mempunyai
menjadi primadona industri kayu lapis kaitannya dengan “kebebasan alami”
(plywood) dan wood working di era 80- (proses) yang di pahami oleh tokoh-tokoh
90-an. Dengan demikian tanaman meranti ekonomi sebagai ekonomi liberal klasik
untuk meningkatkan produksi hutan yang cenderung hanya menguntungkan
adalah langkah tepat untuk menjawab salah satu pihak saja dalam hal ini
kelangkaan akan bahan baku kayu sipemilik modal saja. Konsep profit
diindonesia (Kristiningrum, 2013). sharing atau disebut juga dengan profit
PT Inhutani I Bukit Bangkirai and loss sharing adalah pembagian hasil
Balikpapan adalah perusahaan yang usaha dengan perhitungan
berdiri sejak tahun 1973 (PP No 21 pendapatan/keuntungan bersih (net
Tahun 1972), lanjutan dari PN Perhutani benefit), laba kotor dikurangi beban biaya
Kalimantan Timur dengan Bidang usaha yang dikeluarkan selama operasional
pokok (core business) Perseroan adalah usaha (Rivai dan Arifin, 2010).
pengelolaan hutan dan produksi hasil Atas dasar itulah yang
hutan. Alasan kami melakukan penelitian melatarbelakangi penelitian mengenai
di PT Inhutani I Bukit Bangkirai simulasi produksi dan profit sharing
Balikpapan karena didalam Rencana pengusahaan tanaman hutan jenis Shorea
Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan leprosula dan Shorea smithiana berbasis
Kayu,Hutan Tanaman Industri konvensional yang mampu memberikan
JangkaWaktu 10 (sepuluh) Tahun Periode keuntungan bagi investor dan pengelola.
2010-2019 an PT. Inhutani I Bukit
Bangkirai Balikpapan menetapkan jenis- 2. METODA PENELITIAN
jenis terpilih seperti Shorea leprosula dan
Shorea smithiana.Pengusahaan tanaman 2.1. Tempat dan Waktu
dipterocarpa tersebut berkaitan dengan Lokasi penelitian dilaksanakan di
investasi atas sumber daya dan memiliki Kelurahan Karya Merdeka,
jangka waktu pengusahaan yang panjang Kecamatan Balikpapan Utara,
sehingga perlu dilakukan penilaian dari Provinsi Kalimantan Timur.
segi finansial berdasarkan daur finansial. Pelaksanaan kegiatan penelitian
Berbagai kebijakan-kebijakan dilaksanakan bulan Juli sampai
ekonomi dan finansial harus seimbang dengan bulan Desember 2017.
dengan system perekonomian yang (Gambar 1).
digunakan. Selama ini system ekonomi

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (Muliadi dkk, 2017)

3
Analisis Produksi Kayu Bulat … Moises Soares et al.

2.2. Objek dan Plot Penelitian diestimasi/diperkirakan dengan model


Objek penelitiannya berupa tegakan regresi linear sederhana.Adapun
jenis dipterokarpa yaitu Shorea metode pengambilan datanya secara
leprosuladan Shorea smithiana. Jarak metode sistematik random sampling.
tanam kedua jenis dipterokarpa seluas Menurut Arikunto (1993), bahwa bila
3m x 3m pada umur 3, 6, 10, 13, 17 objek penelitian jumlahnya kurang
dan 20 tahun, sedangkan umur yang dari 100 lebih baik diambil semua,
lainya dilakukan simulasi secara jika jumlahnya besar atau lebih dari
sistematis dengan menggunakan uji 100 dapat diambil antara 10-15% atau
regersi linier sederhana. Penelitian ini 20-25% atau lebih, tergantung waktu,
juga didasarkan pada penelitian yang tenaga dan luas wilayah pengamatan,
telah dilakukan oleh Kristiningrum atau besar sedikitnya data dan
(2013) dan Sist, dkk (2003), bahwa besarnya risiko penelitian serta
pembentukan model simulasi yang tingkat homogenitas sampel. Maka
dibentuk secara aritmatik dan operasi kami mengambil sampel penelitian
logika pada daur hasil dan pemanenan sebesar 20%. Adapun jumlah sampel
yang berkelanjutan pada hutan pada masing-masing plot dapat dilihat
dataran rendah dipterokarpa di pulau pada Tabel 1.
Kalimantan dapat

Tabel 1. Jumlah Sampel pada Masing-Masing Plot


No. Jenis tegakan Jarak Tanam Luas (m2) N/ha Sampel 20%
99
1. Shorea leprosula 3 m x 3m 10.000 1.111 222
2. Shorea smithiana 3 m x 3m 10.000 1.111 222

2.3. Analisis Data (Klemperer, 2003) yang dapat


2.3.1. Menghitung volume suatu diterima (Minimum acceptable
tegakan dengan menggunkaan rate of return/MAR) oleh
rumus : investor, sebagai pembanding
V = π x h x f, sedangkan hasil dari tingkat bunga
pengembalian tingkat bunga
untuk menghitung riap dengan nominal. Apabila MAR ‹ NRR,
menggunakan rumus MAI dan maka usaha tersebut disebut
CAI. layak.
2.3.2. Menghitung bagi hasil dan
kelayakan dengan MAR =
menggunakan rumus tingkat
bunga pengembalian nominal Dimana:
(Nominal rate of return/NRR) i = tingkat bunga deposito (saat ini
yaitu : 10%)
f = inflasi (saat ini 7%)
-1

2.3.3. Menghitung tingkat bunga


pengembalian minimial

4
Jurnal AGRIFOR Volume XVIII Nomor 1, Maret 2019 ISSN P : 1412-6885
ISSN O : 2503-4960

3. HASIL PENELITIAN DAN 2,6 cm dan rata-rata tinggi sebesar 3 m.


PEMBAHASAN Rata-rata pertambahan diameter pertahun
sebesar 0,86 cm dan rata-rata
3.1. Simulasi Pertumbuhan Tanaman pertambahan tinggi pohon sebesar 1 m.
dipterokarpa Jenis Shorea leprosula Pada umur 10 tahun, jumlah pohon
Riap dibedakan ke dalam riap menjadi 800 pohon, dengan rata-rata
tahunan berjalan (Current Annual diameter sebesar 8 cm dan rata-rata tinggi
Increament/ CAI) dan riap rata-rata sebesar 6,2 m dengan total volume
tahunan (Mean Annual Increament sebesar 16,20 m3 dan riap MAI dan CAI
/MAI). CAI adalah riap dalam satu tahun berturut-turut sebesar 1,62 dan 2,8 m3
berjalan atau riap dalam satu waktu /ha/thn.
periode tertentu, sedangkan MAI adalah Pada umur 20 tahun, jumlah
riap rata-rata per tahun yang terjadi pohon menjadi 650 pohon, dengan rata-
sampai periode waktu tertentu (Prodan, rata diameter sebesar 14,6 cm dan rata-
M., 1968). rata tinggi sebesar 12 m dengan total
Shorea leprosula di PT Inhutani I volume sebesar 77,01 m3 dan riap MAI
Bukit Bangkirai dengan jarak tanam 3m x dan CAI berturut-turut sebesar 3,85 dan
3m pada awal penanaman memiliki 7,81 m3 /ha/thn. Sedangkan pada
jumlah pohon sebanyak 1.111 Ha. berumur 40 tahun memiliki total volume
Setelah berumur 3 tahun mengalami 311,22 m3/ha/thn, sehingga diperoleh
pengurangan jumlah pohon sebanyak 111 MAI mencapai 7,78 m3/ha/thn dan CAI
pohon sehingga jumlah pohon menjadi mencapai 7,81 m3/ha/thn. Adapun data
1.000 pohon akibat adanya kematian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
alami dengan rata-rata diameter sebesar

Tabel 2. Simulasi Pertumbuhan Jenis Shorea leprosula

y n d h f TV MAI CAI
3 1000 2,6 3 0,68 1,08 0,36
6 950 5 5 0,67 6,25 1,04 1,72
10 800 8 6,2 0,65 16,20 1,62 2,49
13 750 10 8 0,61 28,73 2,21 4,18
17 700 12,5 10,4 0,60 53,58 3,15 6,21
20 650 14,6 12 0,59 77,01 3,85 7,81
25 600 18,1 15 0,57 131,93 5,28 10,98
30 550 21,6 18 0,56 203,05 6,77 14,22
35 500 25,2 21 0,52 272,18 7,78 13,83
40 480 28 21,5 0,49 311,22 7,78 7,81
50 450 31 22 0,48 358,48 7,17 4,73
Keterangan :
y = umur tanaman
n = populasi (phn/ha)
d = diameter pohon (cm)
h = tinggi pohon bebas cabang (m)
f = faktor bentuk
TV = total volume (m3/ha)
MAI = riap rata-rata tahunan (m3/ha/thn)
CAI = riap tahunan berjalan (m3/ha/thn)

5
Analisis Produksi Kayu Bulat … Moises Soares et al.

Tabel 2 menjelaskan bahwa berkurangnya jumlah pohon setiap tahun


pertumbuhan tanaman dipterokarpa jenis disebabkan oleh kematian alami dan
Shorea leprosula mempunyai riap penjarangan.
maksimal pada umur 40 tahun, dengan Hubungan antara MAI dan CAI
total volume 311,22 m3/ha, sehingga Shorea leprosula di PT Inhutani I Bukit
diperoleh MAI mencapai 7,78 m3/ha/thn Bangkirai berdasarkan Tabel 2 dapat
dan CAI mencapai 7,81 m3/ha/thn dan dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Perpotongan MAI dan CAI Shorea leprosula pada umur 40 tahun

Perpotongan MAI dan CAI pada diameter 32 cm, jumlah pohon karet
hutan tanaman diterocarpa jenis Shorea sekitar 420 pohon, rendahnya riap rata
leprosula terjadi pada umur 40 tahun tahunan Shorea spp, cenderung
dengan riap optimal MAI sebesar 7,78 disebabkan bahwa karet lebih banyak
m3/ha/thn dan CAI sebesar 7,81 penyerapan hara dari lahan dibandingkan
m3/ha/thn serta riap mengalami dengan Shorea spp.
penurunan pada tahun-tahun berikutnya.
Hal ini berarti bahwa jika ingin 3.2. Simulasi Pertumbuhan dipterokarpa
melakukan kegiatan produksi maka pada Jenis Shorea smithiana
umur 40 tahun S. leprosula layak untuk Shorea smithiana di PT Inhutani I
ditebang meskinpun pada tahun Bukit Bangkirai dengan jarak tanam 3m x
berikutnya memiliki total volume yang 3m pada awal penanaman memiliki
lebih besar, namun riapnya mengalami jumlah pohon sebanyak 1.111 ha. Setelah
penurunan. Hasil penelitian ini serupa berumur 3 tahun mengalami pengurangan
dengan hasil yang diperoleh Mulyadi, jumlah pohon sebanyak 111 pohon
dkk, (2017) bahwa riap maksimum sehingga jumlah pohon menjadi 1.000
Shorea leprosula di capai pada umur 40 pohon akibat adanya kematian alami
tahun, namun riap rata maksimun tahunan dengan rata-rata diameter sebesar 3 cm
yang ditemukan Mulyadi, M. dkk lebih dan rata-rata tinggi sebesar 3 m. Rata-rata
tinggi 11 persen. Ini disebabkan jumlah pertambahan diameter pertahun sebesar 1
pohonnyan lebih banyak, yaitu 900 cm dan rata-rata pertambahan tinggi
pohon walaupun diameternya lebih pohon sebesar 1 m. Pada umur 10 tahun,
rendah yaitu 25,4 cm. Demikian pula jumlah pohon menjadi 900 pohon,
penelitian Lahjie dkk. (2018), Shorea spp dengan rata-rata diameter sebesar 6,5 cm
campur dengan tanaman karet, jumlah dan rata-rata tinggi sebesar 6,3 m dengan
kedua tanaman pada awalnya 950 pohon. total volume sebesar 11,66 m3 dan riap
Shorea spp riap maksimum dicapai 40 MAI dan CAI berturut-turut sebesar 1,17
tahun, namun riap rata rata tahunan 3,61 dan 2,16 m3 /ha/thn.
m3/ha/ tahun, dimana jumlah pada umur Pada umur 25 tahun, jumlah
40 tahun Shorea spp 230 pohon dengan pohon menjadi 630 pohon, dengan rata-

6
Jurnal AGRIFOR Volume XVIII Nomor 1, Maret 2019 ISSN P : 1412-6885
ISSN O : 2503-4960

rata diameter sebesar 17 cm dan rata-rata total volume sebesar 267,96 m3/ha/thn,
tinggi sebesar 15 m dengan total volume dengan riap MAI mencapai 6,70
sebesar 109,34 m3, riap MAI dan CAI m3/ha/thn dan CAI mencapai 9,66
berturut-turut sebesar 4,37 dan 8,76 m3 m3/ha/thn. Adapun data tersebut dapat
/ha/thn. Pada umur 40 tahun memiliki dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Simulasi Pertumbuhan Jenis Shorea smithiana

y n d h f TV MAI CAI
3 1000 3 3 0,65 1,38 0,46
6 950 4 4 0,63 3,01 0,50 0,54
10 900 6,5 6,3 0,62 11,66 1,17 2,16
13 880 8,3 8 0,6 22,84 1,76 3,73
17 840 11 10 0,55 43,88 2,58 5,26
20 650 14 12,6 0,52 65,53 3,28 7,21
25 630 17 15 0,51 109,34 4,37 8,76
30 600 20 17,3 0,5 162,97 5,43 10,73
35 580 23 19 0,48 219,66 6,28 11,34
40 500 26,3 21 0,47 267,96 6,70 9,66
50 450 30 23,3 0,45 333,34 6,67 6,54
60 400 33 25 0,42 359,04 5,98 2,57
Keterangan :
y = umur tanaman
n = populasi (phn/ha)
d = diameter pohon (cm)
h = tinggi pohon bebas cabang (m)
f = faktor bentuk
TV = total volume (m3/ha)
MAI = riap rata-rata tahunan (m3/ha/thn)
CAI = riap tahunan berjalan (m3/ha/thn)

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan pemanenan yang paling efisien untuk
bahwa pertumbuhan riap maksimal pada mendapatkan produksi maksimum. Hal
jenis tanaman Shorea smithiana dicapai ini disebabkan setelah titik potong
pada umur 50 tahun dengan riap MAI dan tersebut kedua kurva akan menurun yang
CAI berturut-turut sebesar 6,67 m3/ha/thn berarti riap akan terus menurun.
dan 6,54 m3/ha/thn dengan total volume Perpotongan MAI dan CAI pada
sebesar 333,34 m3/ha. hutan tanaman dipterokarpa jenis Shorea
Menurut Avery (1952), titik potong smithiana dapat dilihat pada Gambar 3.
antara CAI dan MAI merupakan saat

Gambar 3. Perpotongan MAI dan CAI Shorea smithiana pada tahun ke 50

7
Analisis Produksi Kayu Bulat … Moises Soares et al.

Dari grafik tersebut dijelaskan peluang usaha bagi hasil pengusahaan


bahwa titik perpotongan antara CAI dan dipterokarpa.
MAI Shorea smithiana bertemu pada g. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
umur 50 tahun dengan total volume No.6 Tahun 2007, dimana pemerintah
sebesar 333, 34 m3/ha dengan MAI memberikan lahan seluas 15 hektare
mencapai 6,67 m3/ha/thn dan CAI bagi setiap Kepala Keluarga (KK).
mencapai 6,54 m3/ha/thn setelah itu Dengan asumsi 100 Kepala Keluarga
riapnya mengalami penurunan pada umur (KK) maka luas lahan yaitu 1500 ha
60 tahun sebagaimana gambar diatas. untuk memenuhi kapasitas pabrik.
Shorea leprosula mempunyai
produksi maksimal pada umur 40 tahun,
3.3. Analisis Tingkat Pengembalian sedangkan untuk populasi tegakan
Nominal dan Peluang Usaha Bagi berkurang setiap tahunnya akibat
Hasil Berbasis Ekonomi kematian tanaman secara alami dan
Konvensional jenis Shorea leprosula kegiatan penjarangan untuk
dan Shorea smithiana di PT Inhutani meningkatkan riap diameternya.
I Bukit Bangkirai Balikpapan. Tingkat pengembalian nominal (i)
Sebelum melakukan kegiatan merupakan tingkat pengembalian yang di
pengusahaan dipterokarpa jenis Shorea dapatkan dari investasi dan di ukur dalam
leprosula dan Shorea smithiana di PT dollar yang sedang berlaku (termasuk
Inhutani I Bukit Bangkirai Balikpapan inflasi) (Muluk, 2014). Untuk
dengan sistem konvensional terdapat menentukan nilai net benefit yang
beberapa asumsi yang harus diperhatikan didapatkan investor, terlebih dahulu
dan digunakan dalam pengelolaan profit menghitung nilai (i) atau pengembalian
sharing/bagi hasilnya yaitu : nominal yang akan diperoleh, nilai (i)
a. Para pengelola harus menanam digunakan untuk menentukan diskon
terlebih dahulu, paling tidak tanaman faktor yang akan didapatkan oleh investor
dipterokarpa berumur 40 tahun. dan pengelola sesuai dengan sistem yang
b. Antara investor dan pengelola harus telah disetujui. Untuk mendapatkan nilai
ada kerjasama atau perjanjian (MOU) (i) harus mengetahui pendapatan total
dengan suatu pabrik, dan mengenai (Vn), modal (Vo) dan daur (n). Modal
harga kayu harus ada kontinyuitas atau awal dari biaya penanaman adalah Rp.
sudah ditetapkan sebelumnya, untuk 25.000.000,-/ha dimana dari investor
menghindari harga fluktuatif yang sebesar Rp 15.000.000 dan dari pengelola
disebabkan oleh makelar kayu. Rp 10.000.000,- dan untuk harga kayu
c. Harus didukung oleh perbankan dalam log yaitu sebesar Rp. 1.750.000,-/m3
pemberian modal awal untuk dengan daur 40 tahun. Sedangkan untuk
pengusahaan dipterokarpa mengingat memperoleh pendapatan total pada daur
jangka pengusahaan yang panjang. optimal, kita harus mengetahui Total
d. Curah hujan > 2000 mm/thn dan tidak Volume (TV).
ada kebakaran serta hama dan Perhitungan dapat dilihat sebagai
penyakit bisa diatasi sebelumnya. berikut:
e. Tersedianya pembenihan dan bibit a. TV = V * n
yang cukup dalam jumlah yang
dibutuhkan.
f. Perlu adanya sosialisasi kepada
masyarakat sekitar kawasan terkait

8
Jurnal AGRIFOR Volume XVIII Nomor 1, Maret 2019 ISSN P : 1412-6885
ISSN O : 2503-4960

= 311,22 m3/ha usahakan karena nilainya lebih besar dari


MAR, dimana saat ini MAR adalah 2,8%.
b. Vn =TV * harga Pertumbuhan S. smithiana
= 311,22 * Rp 1.750.000,-/m3 mencapai riap optimal pada umur 50
= Rp. 544.600.000/ha/thn tahun dengan riap MAI sebesar 6,57
m3/ha/thn dan riap CAI sebesar 6,54
Hasil Vn tersebut dibagi sesuai m3/ha/thn, serta total volume sebesar
dengan sistem yang telah disetujui yaitu 333,34 m3/ha. Jika harga kayu sebesar
untuk investor sebesar 55% dan untuk Rp.1.750.000, dan total volume sebesar
pengelola sebesar 45% sehingga 333,34 m3/ha, maka total pendapatan dari
diperoleh Vn untuk investor sebesar Rp S. smithiana sebesar Rp.583.345.000 dan
299.530.000,- dan untuk pengelola biaya investasi sebesar Rp.25.000.000.
sebesar Rp 245.070.000. Maka tingkat dimana dari pihak investor sebesar
pengembalian nominal S.leprosula dapat Rp.15.000.000 dan dari pengelola
dilihat di bawah ini: Rp.10.000.000,-. Sedangkan untuk
a. memperoleh pendapatan total pada daur
optimal, kita harus mengetahui Total
Volume (TV).
= 7,8 %
Perhitungan dapat dilihat sebagai
berikut:
b. c. TV = V * n

= 8,3 %

Berdasarkan perhitungan tingkat


pengembalian nominal S. leprosula yang
riap optimalnya di capai pada umur 40
tahun ternyata dapat simpulkan bahwa
= 333,34 m3/ha
peluang kerjasama bagi hasil secara
konvensional antara investor dan
d. Vn = TV x harga
pengelola dengan persentase 55% untuk = 333,34 x Rp 1.750.000,-/m3
investor menghasilkan tingkat = Rp. 583.345.000/ha/thn
pengembalian nominal sebesar 7,8% dan
persentase 45% untuk pengelola Hasil Vn (total pendapatan) S.
menghasilkan tingkat pengembalian smithiana pada umur 50 tahun sebesar
nominal sebesar 8,3%. Dari data tersebut Rp.583.345.000tersebut dibagi sesuai
meskipun peluang bagi hasil bagi dengan sistem bagi hasil secara
pengelola lebih sedikit daripada pihak konvensional yang telah disetujui yaitu
investor, ternyata pihak pengelola untuk investor sebesar 55% dan untuk
menghasilkan tingkat pengembalian pengelola sebesar 45% sehingga
nominal yang lebih tinggi daripada diperoleh Vn untuk investor sebesar
tingkat pengembalian nominal pihak Rp.320.840.000,- dan untuk pengelola
investor yaitu dengan selisih sebesar 6%. sebesar Rp.262.505.000. Maka tingkat
Hal ini berarti bahwa pengusahaan pengembalian nominal untuk investor
S.leprosula yang memiliki riap optimal dan pengelola dapat dilihat dalam
pada umur 40 tahun layak untuk di perhitungan di bawah ini:

9
Analisis Produksi Kayu Bulat … Moises Soares et al.

Penelitian yang serupa tentang


a. analisis profit sharing bagi hasil yang
= 50 320 .840 .000 -1 dilakukan oleh Aida (2017) menyatakan
15 .000 .000 bahwa Pengusahaan hutan tanaman jenis
= 6,3% Eucalyptus di PT Surya Hutani Jaya
sangat layak untuk diusahakan karena
b. memiliki kriteria NPV > 0 (nol). Tingkat
bunga pengembalian nominal bagi
= 50
262 .505 .000 = 6,7 %
Investor dan Pengelola dalam sistem
10 .000 .000
Berdasarkan perhitungan tingkat ekonomi konvensional masing-masing
pengembalian nominal S. smithiana yang sebesar 18% dan 16% untuk plot
riap optimalnya di capai pada umur 50 pertama, dan untuk plot kedua berturut-
tahun ternyata dapat simpulkan bahwa turut sebesar 17% dan 15%. Begitu juga
peluang kerjasama bagi hasil secara penelitian yang dilakukan oleh Anggoro
konvensional antara investor dan (2016) dimana pengusahaan hutan
pengelola dengan persentase 55% untuk tanaman jenis jabon merah di PT Intraca
investor menghasilkan tingkat Wood menggunakan profit sharing sangat
pengembalian nominal sebesar 6,3% dan layak untuk digunakan karena memiliki
persentase 45% untuk pengelola kriteria NPV > 0 (nol). Tingkat bunga
menghasilkan tingkat pengembalian pengembalian nominal bagi investor dan
nominal sebesar 6,7%. Dari data tersebut pengelola dalam sistem ekonomi
meskipun peluang bagi hasil bagi konvensional masing-masing sebesar
pengelola lebih sedikit daripada pihak 28% dan 33%. Sedangkan penelitian
investor, ternyata pihak pengelola yang di lakukan oleh Rosalina (2016)
menghasilkan tingkat pengembalian juga menyatakan bahwa Profit sharing
nominal yang lebih tinggi daripada sengon berbasis konvensional
tingkat pengembalian nominal pihak menunjukkan tingkat pengembalian
investor yaitu dengan selisih sebesar 6%. nominal untuk plot 1 sebesar 30% dan
Hal ini berarti bahwa pengusahaan S. plot 2 sebesar 33%.Pada pengusahaan
smithiana yang memiliki riap optimal hutan tanaman sengon sangat layak untuk
pada umur 50 tahun layak untuk di diusahakan karena nilai indikator
usahakan karena nilainya lebih besar dari kelayakan net present value dengan nilai
MAR, dimana saat ini MAR adalah 2,8%. lebih dari nol (0). Dari ketiga penelitian
Pada jenis S. leprosula, tingkat terdahulu dan penelitian yang telah
pengembalian nominal investor sebesar dilakukan saat ini maka dapat
7,8% dan pengelola sebesar 8,3% maka disimpulkan bahwa pengusahaan hutan
usaha tersebut dikatakan layak karena tanaman dengan menggunakan analisis
nilai tingkat pengembalian nominalnya profit sharing/bagi hasil secara
lebih besar dari tingkat suku bunga bank. konvensional semuanya layak untuk
Sedangkan jenis S. smithiana, tingkat diusahakan.
pengembalian nominal investor sebesar
6,3% dan pengelola sebesar 6,7% maka 4. KESIMPULAN
usaha tersebut dikatakan layak karena
nilai tingkat pengembalian nominalnya Simulasi produksi/pertumbuhan
lebih besar dari tingkat suku bunga bank. Shorea leprosula mencapai riap yang
Jadi dapat disimpulkan bahwa optimal pada umur 40 tahun dengan total
S.leprosula dan S. smithiana sama-sama volume sebesar 311,22 m3/ha, riap MAI
layak untuk diusahakan. mencapai 7,78 m3/ha/thn dan CAI 7,81

10
Jurnal AGRIFOR Volume XVIII Nomor 1, Maret 2019 ISSN P : 1412-6885
ISSN O : 2503-4960

m3/ha/thn sedangkan jenis Shorea Konvensional di PT Intraca Hutani


smithiana mencapai riap yang optimal Lestari Kabupaten Tana Tidung
pada umur 50 tahun dengan total volume Provinsi Kalimantan Utara. Skripsi.
sebesar 333,34m3/ha, riap MAI mencapai Fakultas Kehutanan Universitas
6,67m3/ha/thn dan riap CAI Mulawarman, Samarinda.
3
mencapai6,54 m /ha/thn. Besarnya riap
rata tahunan maksimal tergantung dari Arikunto, S. 1993. Prosedur Penelitian
kerapatan/jumlah pohon per hektar dan Suatu Pendekatan Praktek. PT
jenis tanaman campuran. Adapun Shorea Rineka Cipta, Jakarta.
spp dengan genus yang sama mempunyai
riap maksimum dengan umur yang sama. Klemperer, D.W. 2003. Forest resource
Analisis tingkat pengembalian economics and finance. McGraw-
nominal dan peluang usaha bagi hasil Hill. Inc. United States of America.
berbasis ekonomi konvensional Shorea
leprosula dengan sistem bagi hasil 55% Kristiningrum, R. 2013. Simulasi
untuk investor dan 45% untuk pengelola Pertumbuhan Dan Finansial Hutan
menghasilkan tingkat pengembalian Tanaman Dipterokarpa Dengan
nominal berturut-turut sebesar 7,8% dan Teknik Silvikultur Intensif (Silin)
8,3%. Tingkat pengembalian nominal dan di PT Balikpapan Forest Industries
peluang usaha bagi hasil berbasis (PT BFI). Tesis. Magister Ilmu
ekonomi konvensional Shorea smithiana Kehutanan. Fakultas Kehutanan.
dengan sistem bagi hasil 55% untuk Universitas Mulawarman,
investor dan 45% untuk pengelola Samarinda.
menghasilkan tingkat pengembalian
nominal berturut-turut sebesar 6,3% dan Lahjie, A.M. 2013. Analisis
6,7%. S.leprosula dan S. smithiana Pertumbuhan dan Kelayakan
sama-sama layak untuk diusahakan Finansial Hutan Tanaman Shorea
karena nilai tingkat pengembalian johorensis dan Dryobalanops
nominalnya lebih besar daripada lanceolata dengan Restorasi
Minimum Acceptable Rate of return SistemSilvikultur Indonesia (RSSI)
(MAR). Sebagai Model Pengelolaan
Hutan Alam Berkelanjutan di
5. Ucapan Terima Kasih Provinsi Kalimantan Timur.
Prosiding Seminar Nasional
Disampaikan ucapan terima kasih Silvikultur I Dan Pertemuan
kepada Pimpinan PT Inhutani I Unit Ilmiah Tahunan
Balikpapan yang telah memberikan MasyarakatSilvikultur Indonesia,
kesempatan untuk melakukan penelitian 29-30 Agustus 2013, Makasar.
di Kawasan Bukit Bangkirai dan Bapak
Umbar Sujoko, yang telah membantu Lahjie A.M., Lepong A., B.D.A.S.
dalam pembuatan peta lokasi penelitian. Simarangkir, R. Kristiningrum,
Ruslim, Y. 2016. Financial analysis
of dipterocarp log production and
DAFTAR PUSTAKA rubber production in the forest and
lang rehabilitation program of
Anggoro, F. T. 2016. Analisis Profit Sekolaq Muliaq, West Kutai
Sharing Pengusahaan Hutan District, Indonesia. Biodiversitas 19
Tanaman Jabon Merah berbasis (3): 677-686.

11
Analisis Produksi Kayu Bulat … Moises Soares et al.

Perbankan Dan Ekonomi Global.


Muliadi, M., Lahjie A.M., B.D.A.S. Bumi Aksara, Jakarta.
Simarangkir, Ruslim, Y. 2016.
Bioeconomic and enviromental Rosalina, Mada, 2016. Analisis profit
valuation of dipterocarp estate sharing pengusahaan Sengon
forest based on local wisdom in berbasis ekonomi konvensional.
Kutai Kertanegara, Indonesia. Skripsi. Fakultas Kehutanan
Biodiversitas 19 (1): 401-408. Universitas Mulawarman,
Samarinda.
Muluk, Abdul. 2014. Simulasi Kayu
Bulat Dan Investasi Shore Ruchaemi, A., 2013. Ilmu Pertumbuhan
leprosula di PT. Kutai Timber Hutan. Penerbit Mulawarman
Indonesia. Tesis. Magister Ilmu University Press, Samarinda.
Kehutanan. Fakultas Kehutanan.
Universitas Mulawarman, Ruslim Y. 2011. Implementing reduced
Samarinda. impact logging with mono-cable
winch. Jurnal Management Hutan
Pamoengkas, P dan Juniar. 2011. Tropika 17 (3): 103-110.
Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea
leprosula Miq) dalam Sistem Ruslim Y, Sihombing R, Liah Y. 2016.
Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur Stand damage due to mono-
(Studi Kasus di Areal IUPHHK-HA cablewinch and bulldozer yarding
PT Sari Bumi Kusuma, Kalimantan
in a selectively logged tropical
Tengah dalam Jurnal Silvikultur
Tropika 2(1): 9 – 13. forest.Biodiversitas 17 (1): 222-
228.
Rahmanto, D. N. A. 2012. “Profit
Sharing vs Revenue Sharing” Soekotjo. 2008. Arah danStrategi
(online), Pengelolaan Hutan Produksi
http://jejakimawan.wordpress.com/ Alami dan Tanaman Pada Masa
2012/05/30/profit-sharing-vs- Mendatang. Seminar PAPSI,
revenue-sharing/, diakses tanggal Samarinda.
17 Februari 2017).
Suparna, N. 2008. Status terkini dan
Rindawati, 2016. Analisis Profit Sharing Harapan Pegusaha Terhadap
Pengusahaan Hutan Tanaman jenis Pengelolaaan Hutan Produksi
Binuang Berbasis Alami dan Tanaman. Seminar
Ekonomi Syariah di PT Intraca PAPSI, Samarinda.
Hutani Lestari Kabupaten
Tana Tidung. Skripsi. Fakultas Yusuf. 2016. Simulasi Produksi Kayu
Kehutanan Universitas Bulat dan Anaisis Finansial
Mulawarman. Shorea leprosula di PT ITCIKU
Kabupaten Penajam Paser Utara
Rivai, Veithzal., Arviyan Arifin. Kalimantan Timur dan PT
2010.Islamic Bangking System Inhutani II Kabupaten Kota Baru
Bank Islam Bukan Hanya Solusi Kalimantan Selatan. Tesis.
Menghadap Krisis, Namuan Solusi Magister Ilmu Kehutanan
Dalam Menghadapi Persoalan Universitas Mulawarman,
Samarinda.

12

Anda mungkin juga menyukai