Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN AKHIR

PPM PIP UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

PEMANFAATAN POTENSI HUTAN MANGROVE SEBAGAI MAKANAN


BERNILAI JUAL DI KAWASAN KONSERVASI MANGROVE DAN
BEKANTAN (KKMB) KOTA TARAKAN

Oleh:
1. Gazali Salim S.Kel., M.Si (1123018401)
2. Dhimas Wiharyanto, S.Pi., M.Si (1124098001)

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN


2013
HALAMAN PENGESAHAN

Judul PPM-PIP UBT :


Pemanfaatan Potensi Hutan Mangrove Sebagai Makanan Bernilai Jual
Di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) Kota Tarakan

1. Mitra Program PPM-PIP UBT : Kelompok Ibu Rumah Tangga di sekitar


KKMB
2. Ketua Tim Pengusul
a. Nama : Gazali Salim, S.Kel., M.Si
b. NIDN : 1123018401
c. Jabatan/golongan : - / IIIb
d. Jurusan/Fakultas : Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
e. Perguruan Tinggi : Universitas Borneo Tarakan
f. Bidang Keahlian : Konservasi Sumberdaya Perairan
g. Alamat Kantor : Jl. Amal Lama No.1 Kota Tarakan
h. Alamat Rumah/ E-mail : Jl. P. Mangkudulis RT. 15 SKIP Kp. 1 Kota
Tarakan / Axza_oke@yahoo.com
3. Anggota Tim Pengusul
a. Jumlah Anggota : 1 orang
b. Nama Anggota 1 / : Dhimas Wiharyanto, S.Pi., M.Si /
bidang keahlian Sumberdaya Pesisir dan Laut
c. Mahasiswa yang terlibat : 2 orang
4. Lokasi Kegiatan / Mitra (1)
a. Wilayah Mitra (Desa/ Kec.) : Karang Rejo/ Kec. Tarakan Barat
b. Kabupaten/ Kota : Kota Tarakan
c. Propinsi : Kalimantan Utara
d. Jarak PT ke lokasi Mitra : 8 km
5. Luaran yang dihasilkan : Peningkatan keterampilan IRT mengolah
makanan berbahan dasar mangrove
6. Jangka waktu pelaksanaan

Mengetahui, Tarakan, 2013


Pjs. Dekan FPIK UBT Ketua Tim Pengusul

Amrullah Taqwa, S.T., M.Si Gazali Salim, S.Kel., M.Si


NIDN. 1109066901 NIDN. 1123018401
Mengetahui,
Kepala LPPM
Universitas Borneo Tarakan

Abdul Rahim, S.P., M.Si


NIDN. 1116127801

2
BAB 1. PENDAHULUAN

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, didominasi


oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada
daerah pasang-surut, pantai berlumpur (Bengen, 2002). Ekosistem ini mempunyai
sifat yang unik dan khas, dengan fungsi dan manfaat yang beranekaragam bagi
manusia serta mahluk hidup lainnya. Hutan mangrove sebagai ekosistem alamiah,
mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Secara ekonomis hutan
mangrove banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitarnya untuk mendukung
kehidupan mereka. Namun, pemanfaatan oleh masyarakat yang dilakukan secara
tidak arif dan bijaksana dimana mangrove dimanfaatkan tanpa mempertimbangkan
daya dukungnya seringkali berdampak negatif terhadap keberadaan hutan
mangrove. Hutan mangrove menjadi rusak yang pada akhirnya juga berdampak
pada hilangnya pekerjaan kelompok masyarakat tertentu.
Kegiatan perlindungan terhadap keberadaan hutan mangrove manjadi
sangat perlu untuk dilakukan. Salah satu pengelolaan yang dilakukan oleh
pemerintah adalah menjadikan hutan mangrove dengan luasan tertentu menjadi
kawasan konservasi adalah dengan menerapkan konsep ekowisata. Penerapan
sistem ekowisata di ekosistem hutan mangrove merupakan salah satu pendekatan
dalam pemanfaatan ekosistem hutan mangrove secara lestari.
Ekowisata adalah kegiatan perjalanan wisata yang bertanggung jawab, di
daerah yang masih alami atau di daerah – daerah yang dikelola dengan kaidah
alam.Tujuannya, selain untuk menikmati keindahan alam juga melibatkan unsur-
unsur pendidikan, pemahaman dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi
alam dan peningkatan pendapatan masyarakat setempat. Penerapan konsep
ekowisata di kawasan ekosistem hutan mangrove secara umum diharapkan dapat
mengurangi tingkat perusakan kawasan tersebut oleh masyarakat dan berpengaruh
pada peningkatan ekonomi.

3
Konsep ini juga menjadi pilihan pemerintah Kota Tarakan, dimana telah
menetapkan beberapa kawasan hutan mangrove di sekitar pesisir pantai Pulau
Tarakan menjadi kawasan konservasi. Saat ini salahsatu kawasan hutan mangrove
yang telah ditetapkan sebagai kawasan mangrove adalah hutan mangrove di
sekitar Kawasan Pelabuhan Tengkayu II dan telah diberi nama sebagai Kawasan
Konservasi Mangrove dan Bakantan (KKMB). KKMB Kota Tarakan ditetapkan
pada tahun 2003 dengan luasan awal 8 Ha, Kemudian diperluas menjadi 20 Ha
pada tahun 2006. Konsep pengelolaan KKMB ini menggunakan konsep
ekowisata, dengan harapan selain melindungi hutan mangrove di kawasan ini juga
dapat mempengaruhi perekonomian dan meningkat pendapatan masyarakat di
sekitar hutan mangrove ini dengan cara pelibatan mereka dalam mengelola
keberadaan hutan mangrove.
Namun, dalam beberapa tahun pengelolaannya, konsep ini tidak berjalan
sebagai mana yang diharapkan dimana manfaat yang diharapkan terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat dari sector pemanfaatan hutan mangrove
masyarakat masih kurang. Selama ini, hutan mangrove dimanfaatkan hanya
sebatas sebagai penyedia kayu bakar saja, sehingga bukan mendukung program
pelestarian, tetapi sebaliknya, masyarakat di sekitar akan merambah dan merusak
keberadaan hutan ini untuk keperluan hidup mereka. Dengan demikian perlu
meningkatkan keterlibatan masyarakat yang lebih nyata dan lebih baik untuk
mendukung pelestarian KKMB dan mendukung konsep menjalankan ekowisata.
Pada umumnya masyarakat di sekitar KKMB kebanyakan berprofesi
sebagai nelayan memliki ciri umum memiliki tingkat pendidikan yang rendah
dan taraf perekonomian yang masih jauh dari kesejateraan. Untuk mendukung
kehidupan mereka, maka hutan mangrove bukan hanya harus untuk dilindungi
tetapi juga harus memberikan manfaat secara nyata kepada mereka dalam hal
penyediaan pangan dan ketahanan hidup. Untuk itu, pemanfaatan hutan mangrove
ini harus lebih diarahkan pada pemanfaatan yang dapat diterima secara langsung
oleh masyarakat sekitar.

4
Pemanfaat dan pelestarian hutan mangrove diharapkan dapat langsung
mengena dan menggerakkan perekonomian masyarakat. Masyarakat dapat
memanfaatkan hutan mangrove dan sekaligus untuk melindungi keberadaannya
karena nilai manfaat yang mereka dapatkan. Pemanfaatan potensi hutan mangrove
selain dari sektor jasa juga dapat berupa produk dari materi hutan mangrove itu
sendiri. Salah satu produk yang dapat diambil dari potensi sumberdaya hutan
mangrove adalah menjadikannya sebagai makanan oleh masyarakat. Makanan
olahan hasil dari hutan mangrove ini memiliki karakteristik yang khas dan unik
sesuai dengan bentuk dan keberadaan hutan ini, sehingga dengan produk makanan
ini diharapkan menjadi salah satu pendukung dalam pengembangan prinsip
ekowisata pada KKMB Kota Tarakan. Kedepan nantinya, produk makanan
olahan berbahan dasar buah mangrove ini dapat menjadi oleh-oleh khas KKMB
Kota Tarakan yang menarik minat pengunjung yang dating ke hutan ini. Dengan
demikian jika kondisi telah berjalan dengan baik makan akan berdampak kepada
peningkatan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan KKMB Kota Tarakan
menjadi lebih baik.

5
BAB 2. TARGET DAN LUARAN

A. Target Kegiatan
Target kegiatan ini adalah masyarakat nelayan khususnya ibu rumah
tangga nelayan di sekitar KKMB. Dengan adanya informasi dan keterampilan
dalam pemanfaatan terhadap sumberdaya hutan mangrove khususnya pada buah
mangrove menjadi makanan olahan yang bernilai jual yang dilakukan dalam
bentuk pelatihan mendukung tahap awal terbentuknya rumah tangga produksi
yang mampu menghasilkan dan menjual makanan yang berbahan dasar buah
mangrove. Dengan demikian, kegiatan ini dapat membantu rumah tangga nelayan
untuk mendapatkan pendapatan tambahan.

B. Luaran Kegiatan
Luaran yang diharapkan dengan adanya kegiatan ini diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat sekitar KKMB
terutama ibu rumah tangga nelayan dalam mengolah dan memanfaatkan
potensi hutan mangrove menjadi makanan yang bernilai jual.
2. Tersedianya beberapa jenis makanan olahan berbahan dasar buah mangrove
yang dihasilkan dari kegiatan pelatihan peningkatan keterampilan mengolah
dan memanfaatkan potensi sumberdaya hutan mangrove.
3. Peningkatan partsipasi masyarakat dalam mendukung pelestarian hutan
mangrove khususnya di KKMB Kota Tarakan.

6
BAB 3. METODE PELAKSANAAN

A. Teknik Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan ini direncanakan selama 7 (tujuh) bulan meliputi persiapan
berupa penyusunan proposal, pelasaksanaan kegiatan dan pelaporan. Untuk
pelaksanaan kegiatan akan dilaksanakan dengan teknik ceramah, diskusi yang
disertai praktek dan pendampingan langsung selama proses pelatihan berlangsung.
Materi pelatihan dipilih berkaitan dengan potensi dan pemanfaatan hutan
mangrove dalam upaya mendukung perekonomian masyarakat, yang
dilanjutkandengan tutorial, praktek dan pendapingan pembuatan makanan olahan
berbahan dasar buah mangrove.

B. Jenis dan Pemanfaatan Hutan Mangrove


Dalam kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan
peningkatan keterampilan kepada masyarakat sekitar KKMB khususnya ibu
rumah tangga nelayan dalam bentuk seminar tentang pelestarian dan pemanfaatan
mangrove serta praktek pembuatan makanan yang berbahan dasar buah mangrove
dalam bentuk pelatihan.
Untuk melaksanakan kegiatan ini, maka akan dilakukan koordinasi
bersama dengan instansi terkait diantaranya pihak kelurahan Karang Rejo
Kecamtan Tarakan Barat Kota Tarakan, Pengelola KKMB Kota Tarakan dalam
hal ini adalah Dinas Pariwisata Kota Tarakan dan Dinas Perdagangan,
Perindustrian dan Koperasi Kota Tarakan.
Dalam kegiatan ini, buah yang berasal dari hutan mangrove akan diolah
menjadi beberapa jenis makanan yang harapan kedepannya dapat dijual pada
KKMB Kota Tarakan atau tempat pemasaran lainnya oleh masyarakat dan bahkan
menjadi oleh-oleh khas Kota Tarakan. Berikut ini beberapa jenis makanan yang
merupakan produk olahan buah mangrove.
1. Dodol Mangrove
2. Sirup Mangrove
3. Tepung Mangrove

7
C. Prosedur Pembuatan Makanan Mangrove
1) Dodol Mangrove
Bahan dan pengolahannya sebagai berikut.
1. Buah bogem (buah mangrove dari spesies sonneratia spp.) Yang telah matang
konsumsi, dan daging buahnya lunak (1 kg)
2. Gula pasir. (0,25 kg). Gula ini di rebus sampai menjadi gula cair.
3. Gula merah (100 gram). Gula merah juga di rebus sampai menjadi gula cair.
4. Garam dapur (10 gram)
5. Tepung ketan (50 gram)
6. Santan kelapa kental (450 ml)
7. Natrium benzoat (1 gram).
8. Lemak hewani secukupnya.
Peralatan yang digunakan adalah :
1. Wajan besar. Alat ini digunakan untuk memanaskan adonan dodol.
2. Penggilingan. Alat ini digunakan untuk menghaluskan daging buah pisang
menjadi bubur. Penggilingan dapat dilakukan dengan mesin penggiling. Untuk
usaha kecil, penggilingan dapat dilakukan dengan menggunakan blender.
3. Cetakan dodol. Cetakan dodol dapat berupa baki dengan ketebalan 1~2 cm.
4. Alat pengering. Alat ini digunakan untuk mengeringkan dodol yang sedang
berada di dalam cetakan. Jika tidak tersedia alat pengering, adonan dapat
dijemur dengan sinar matahari.
Cara pembuatan :
1. Pembuatan adonan dodol. Buah bogem dikupas, kemudian digiling sampai
halus. Setelah itu ditambahkan bahan-bahan berupa gula pasir, gula merah,
tepung ketan, santan kental dan natrium benzoat. Bahan-bahan tadi diaduk
sampai semua merata. Hasilkan campuran ini yang disebut dengan adonan
dodol.
2. Memasak adonan dodol. Adonan dodol yang telah tercampur merata
kemudian dimasak di dalam wajan sambil diaduk. Pengadukan dilakukan
sampai adonan menjadi liat, berminyak dan tidak lengket. Hasil masakan
nantinya yang disebut dengan adonan dodol masak.

8
3. Pencetakan adonan dodol masak. Adonan dodol yang telah masak
kemudian diangkat dari wajan, kemudian dimasukkan ke dalam cetakan
berbentuk baki dengan ketinggian 1-2 cm. Adonan ditekan-tekan agar padat
dan rata. Sebelum adonan dimasukkan, permukaan dalam baki dialasi dengan
plastik atau daun pisang
4. Pengeringan/penjemuran. Adonan dodol di dalam cetakan kemudian
dikeringkan dengan cara dijemur atau dikeringkan dengan alat pengering
hingga adonan agak kering.
5. Pemotongan dan pelapisan dengan minyak. Dodol yang telah mengeras
dipotong-potong, kemudian dicelupkan ke dalam minyak kelapa., dan
kemudian segera diangkat. Dodol ini dibiarkan beberapa saat sampai lemak
pada permukaannya mengeras. Ini bertujuan agar dodol tidak lengket pada
kemasan nantinya.
6. Pengemasan. Potongan-potongan dodol tadi kemudian dibungkus dengan
menggunakan kertas minyak, kertas kue atau plastik. Setelah itu, dodol
dikemas di dalam kantong plastik.

2) Sirup Mangrove
Pembuatan Sirup Mangrove
1. Buah sonneratia yang sudah matang dikupas kulitnya lalu dicuci sampai
bersih, kemudian dipisahkan dengan bijinya.
2. Di tambahkan air dengan perbandingan 1 kg:1 liter, misalnya 2 ons maka
airnya sebanyak 200 mL.
3. Kemudian di rebus sampai buahnya lunak atau empuk (kurang lebih satu jam),
agar getahnya hilang . Setelah itu di dinginkan beberapa saat.
4. Lalu buah yang sudah dingin di haluskan dalam panci, kemudian di saring
dengan ayakan untuk memisahkan sari buah dengan daging buahnya.
5. Setelah terpisah antara daging buah dan sari buah, kemudian pada daging buah
tadi ditambahkan lagi air sebanyak 1 liter lalu disaring lagi.
6. Lalu hasil saringan di saring kembali dengan kain, agar diperoleh air buah
yang bebas dari ampas.

9
7. Kemudian air buah di panaskan agar bakteri-bakteri yang ada mati. Hingga
diperoleh sirup rasa buah.

3) Tepung Mangrove
Buah mangove dapat dijadikan sebagai tepung yang merupakan bahan
untuk berbagai macam makanan. Berikut ini prosedur pembuatan tepung
mangrove.
1. Buah (yang sudah matang) dikupas kulitnya kemudian daging buah dicincang
sekecil mungkin
2. Untuk mengurangi kandungan tanin, buah yang telah dicincang direndam
selama 3 hari dengan air biasa ( air diganti setiap hari ). Namun jika tergesa-
gesa buah tidak perlu direndam melainkan dicuci sambil diremes-
remes kemudian direbus dengan air yang telah mendidih sambil diaduk
kurang lebih 20-30 menit. Perebusan dan perendaman dimaksudkan untuk
menginaktifkan enzim juga dapat mengurangi dan menghilangkan racun-racun
yang ada pada buah Bruguiera gymnorhiza antara lain dari jenis tanin dan
HCN.
3. Buah yang telah direndam atau direbus dicuci dengan air biasa sambil diuleni
4. Buah dijemur di bawah sinar matahari kurang lebih hingga 1 hari
5. Buah yang telah dijemur akan kering dan menyusut, bila ingin langsung
dijadikan nasi atau belendung buah direndam kemudian ditanak
6. Jika ingin dijadikan tepung, buah bisa langsung digiling setelah dijemur atau
diblender dulu dalam keadaan basah sebelum dijemur, setelah jadi bubur
dijemur di atas karung bekas baru digiling sampai halus.
7. Setelah digiling, tepung di ayak, hasil pengayakan tepung yang halus
digunakan sebagai tepung sebagai bahan dasar pembuatan roti, kerupuk, dll,
hasil pengayakan tepung yang kasar dapat ditanak sebagai nasi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D.G. 2002. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir.Sinopsis. Pusat


Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Fakultas Perikanan dan
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Jakarta 66 hal.

Bengen, 2000. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. PKSPL-IPB.


Bogor.

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita.
Jakarta.

Dirawan, D. G. 2003. Analisis Sosio-Ekonomi dalam Pengembangan Ekotourisme


pada Kawasan Suakamarga Satwa Mampie Lampoko (Desertasi).Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Kusmana, C. 1997. Ekologi dan Sumberdaya Ekosistem Mangrove. Makalah.


Pelatihan Pengelolaan Hutan Mangrove Lestari Angkatan I. PKSPL.
Institiut Pertanian Bogor. Bogor. 67 hal.

Pemerintah Kota Tarakan. 2001. Evaluasi dan Perencanaan Sumberdaya Pesisir


dan Laut Kota Tarakan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Mulawarman. Samarinda.

Pemerintah Kota Tarakan. 2003. Penyusunan Perencanaan Umum Tata Ruang


Kota (Town PLanning) Kota Tarakan. PT Wiswakharman. Semarang.

Ruitenbeek, H. J. 1991. Mangrove Management: An Economic Analysis of


Management Option with a Focus on BintuniBay,Irian Jaya. EMDI.

Soekardjo, S. 1986. Memahami Beberapa Aspek Sosial Ekonomi Hutan Mangrove


di Delta Cimanuk. Oseana 1: 17 – 27.

11
PETA LOKASI KEGIATAN

12
DIAGRAM PELAKSANAAN KEGIATAN

Gambaran Ipteks yang akan ditransfer kepada mitra

Input Out Put Produk

Pengenalan Hutan  Makanan Olahan


Mangrove dan  Peningkatan Buah Mangrove
Potensinya pengetahuan,  Masyarakat ikut
wawasan dan menjaga
keterampilan IRT kelestarian
Pelatihan Pengolahan Nelayan di sekitar hutan mangrove
Makanan berbahan dasar KKMB KKMB Kota
buah mangrove Tarakan

Metode:
 Ceramah
 Diskusi
 Pendampingan

13
Surat pernyataan kesediaan bekerjasama dari mitra PPM-PIP-UBT

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN BEKERJASAMA

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Berry Riduan
Umur : 38 Tahun
Jabatan : Ketua RT 2
Alamat : Jl. Gajah Mada Karang Rejo
Tarakan Barat Kota Tarakan
No. Hp. : -

Selanjutnya dalam surat pernyataan ini disebut sebagai pihak pertama

Nama : Gazali Salim, S.Kel, M.Si


Umur : 29 Tahun
NIDN : 1123018401
Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan
Jurusan : Manajemen Sumberdaya Perairan
Alamat : Jl. P. Mangkudulis RT 15 Skip KP. I Kota Tarakan/
axza_oke@yahoo.com

Selanjutnya dalam surat pernyataan ini disebut sebagai pihak kedua

Pihak pertama menyatakan bersedia kerjasama dengan pihak kedua dalam


kegiatan Program Pengabdian Kepada Masyarakat PPM-PIP-UBT dengan judul
Pemanfaatan Potensi Hutan Mangrove Sebagai Makanan Bernilai Jual Di
Kawasan Konservasi Mangrove Dan Bekantan (KKMB) Kota Tarakan Kota
Tarakan Kalimantan Utara yang dilaksanakan oleh Staff pengajar Universitas
Borneo Tarakan serta bersedia memanfaatkan atau menggunakan produk yang
dihasilkan untuk menunjang Konservasi Hutan Mangrove di Tarakan.

Tarakan, 2013
Ketua Tim Pengusul, Ketua RT 2,

(Gazali Salim, S.Kel, M.Si) (Berry Riduan)

14

Anda mungkin juga menyukai