Oleh:
1. Gazali Salim S.Kel., M.Si (1123018401)
2. Dhimas Wiharyanto, S.Pi., M.Si (1124098001)
2
BAB 1. PENDAHULUAN
3
Konsep ini juga menjadi pilihan pemerintah Kota Tarakan, dimana telah
menetapkan beberapa kawasan hutan mangrove di sekitar pesisir pantai Pulau
Tarakan menjadi kawasan konservasi. Saat ini salahsatu kawasan hutan mangrove
yang telah ditetapkan sebagai kawasan mangrove adalah hutan mangrove di
sekitar Kawasan Pelabuhan Tengkayu II dan telah diberi nama sebagai Kawasan
Konservasi Mangrove dan Bakantan (KKMB). KKMB Kota Tarakan ditetapkan
pada tahun 2003 dengan luasan awal 8 Ha, Kemudian diperluas menjadi 20 Ha
pada tahun 2006. Konsep pengelolaan KKMB ini menggunakan konsep
ekowisata, dengan harapan selain melindungi hutan mangrove di kawasan ini juga
dapat mempengaruhi perekonomian dan meningkat pendapatan masyarakat di
sekitar hutan mangrove ini dengan cara pelibatan mereka dalam mengelola
keberadaan hutan mangrove.
Namun, dalam beberapa tahun pengelolaannya, konsep ini tidak berjalan
sebagai mana yang diharapkan dimana manfaat yang diharapkan terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat dari sector pemanfaatan hutan mangrove
masyarakat masih kurang. Selama ini, hutan mangrove dimanfaatkan hanya
sebatas sebagai penyedia kayu bakar saja, sehingga bukan mendukung program
pelestarian, tetapi sebaliknya, masyarakat di sekitar akan merambah dan merusak
keberadaan hutan ini untuk keperluan hidup mereka. Dengan demikian perlu
meningkatkan keterlibatan masyarakat yang lebih nyata dan lebih baik untuk
mendukung pelestarian KKMB dan mendukung konsep menjalankan ekowisata.
Pada umumnya masyarakat di sekitar KKMB kebanyakan berprofesi
sebagai nelayan memliki ciri umum memiliki tingkat pendidikan yang rendah
dan taraf perekonomian yang masih jauh dari kesejateraan. Untuk mendukung
kehidupan mereka, maka hutan mangrove bukan hanya harus untuk dilindungi
tetapi juga harus memberikan manfaat secara nyata kepada mereka dalam hal
penyediaan pangan dan ketahanan hidup. Untuk itu, pemanfaatan hutan mangrove
ini harus lebih diarahkan pada pemanfaatan yang dapat diterima secara langsung
oleh masyarakat sekitar.
4
Pemanfaat dan pelestarian hutan mangrove diharapkan dapat langsung
mengena dan menggerakkan perekonomian masyarakat. Masyarakat dapat
memanfaatkan hutan mangrove dan sekaligus untuk melindungi keberadaannya
karena nilai manfaat yang mereka dapatkan. Pemanfaatan potensi hutan mangrove
selain dari sektor jasa juga dapat berupa produk dari materi hutan mangrove itu
sendiri. Salah satu produk yang dapat diambil dari potensi sumberdaya hutan
mangrove adalah menjadikannya sebagai makanan oleh masyarakat. Makanan
olahan hasil dari hutan mangrove ini memiliki karakteristik yang khas dan unik
sesuai dengan bentuk dan keberadaan hutan ini, sehingga dengan produk makanan
ini diharapkan menjadi salah satu pendukung dalam pengembangan prinsip
ekowisata pada KKMB Kota Tarakan. Kedepan nantinya, produk makanan
olahan berbahan dasar buah mangrove ini dapat menjadi oleh-oleh khas KKMB
Kota Tarakan yang menarik minat pengunjung yang dating ke hutan ini. Dengan
demikian jika kondisi telah berjalan dengan baik makan akan berdampak kepada
peningkatan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan KKMB Kota Tarakan
menjadi lebih baik.
5
BAB 2. TARGET DAN LUARAN
A. Target Kegiatan
Target kegiatan ini adalah masyarakat nelayan khususnya ibu rumah
tangga nelayan di sekitar KKMB. Dengan adanya informasi dan keterampilan
dalam pemanfaatan terhadap sumberdaya hutan mangrove khususnya pada buah
mangrove menjadi makanan olahan yang bernilai jual yang dilakukan dalam
bentuk pelatihan mendukung tahap awal terbentuknya rumah tangga produksi
yang mampu menghasilkan dan menjual makanan yang berbahan dasar buah
mangrove. Dengan demikian, kegiatan ini dapat membantu rumah tangga nelayan
untuk mendapatkan pendapatan tambahan.
B. Luaran Kegiatan
Luaran yang diharapkan dengan adanya kegiatan ini diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat sekitar KKMB
terutama ibu rumah tangga nelayan dalam mengolah dan memanfaatkan
potensi hutan mangrove menjadi makanan yang bernilai jual.
2. Tersedianya beberapa jenis makanan olahan berbahan dasar buah mangrove
yang dihasilkan dari kegiatan pelatihan peningkatan keterampilan mengolah
dan memanfaatkan potensi sumberdaya hutan mangrove.
3. Peningkatan partsipasi masyarakat dalam mendukung pelestarian hutan
mangrove khususnya di KKMB Kota Tarakan.
6
BAB 3. METODE PELAKSANAAN
7
C. Prosedur Pembuatan Makanan Mangrove
1) Dodol Mangrove
Bahan dan pengolahannya sebagai berikut.
1. Buah bogem (buah mangrove dari spesies sonneratia spp.) Yang telah matang
konsumsi, dan daging buahnya lunak (1 kg)
2. Gula pasir. (0,25 kg). Gula ini di rebus sampai menjadi gula cair.
3. Gula merah (100 gram). Gula merah juga di rebus sampai menjadi gula cair.
4. Garam dapur (10 gram)
5. Tepung ketan (50 gram)
6. Santan kelapa kental (450 ml)
7. Natrium benzoat (1 gram).
8. Lemak hewani secukupnya.
Peralatan yang digunakan adalah :
1. Wajan besar. Alat ini digunakan untuk memanaskan adonan dodol.
2. Penggilingan. Alat ini digunakan untuk menghaluskan daging buah pisang
menjadi bubur. Penggilingan dapat dilakukan dengan mesin penggiling. Untuk
usaha kecil, penggilingan dapat dilakukan dengan menggunakan blender.
3. Cetakan dodol. Cetakan dodol dapat berupa baki dengan ketebalan 1~2 cm.
4. Alat pengering. Alat ini digunakan untuk mengeringkan dodol yang sedang
berada di dalam cetakan. Jika tidak tersedia alat pengering, adonan dapat
dijemur dengan sinar matahari.
Cara pembuatan :
1. Pembuatan adonan dodol. Buah bogem dikupas, kemudian digiling sampai
halus. Setelah itu ditambahkan bahan-bahan berupa gula pasir, gula merah,
tepung ketan, santan kental dan natrium benzoat. Bahan-bahan tadi diaduk
sampai semua merata. Hasilkan campuran ini yang disebut dengan adonan
dodol.
2. Memasak adonan dodol. Adonan dodol yang telah tercampur merata
kemudian dimasak di dalam wajan sambil diaduk. Pengadukan dilakukan
sampai adonan menjadi liat, berminyak dan tidak lengket. Hasil masakan
nantinya yang disebut dengan adonan dodol masak.
8
3. Pencetakan adonan dodol masak. Adonan dodol yang telah masak
kemudian diangkat dari wajan, kemudian dimasukkan ke dalam cetakan
berbentuk baki dengan ketinggian 1-2 cm. Adonan ditekan-tekan agar padat
dan rata. Sebelum adonan dimasukkan, permukaan dalam baki dialasi dengan
plastik atau daun pisang
4. Pengeringan/penjemuran. Adonan dodol di dalam cetakan kemudian
dikeringkan dengan cara dijemur atau dikeringkan dengan alat pengering
hingga adonan agak kering.
5. Pemotongan dan pelapisan dengan minyak. Dodol yang telah mengeras
dipotong-potong, kemudian dicelupkan ke dalam minyak kelapa., dan
kemudian segera diangkat. Dodol ini dibiarkan beberapa saat sampai lemak
pada permukaannya mengeras. Ini bertujuan agar dodol tidak lengket pada
kemasan nantinya.
6. Pengemasan. Potongan-potongan dodol tadi kemudian dibungkus dengan
menggunakan kertas minyak, kertas kue atau plastik. Setelah itu, dodol
dikemas di dalam kantong plastik.
2) Sirup Mangrove
Pembuatan Sirup Mangrove
1. Buah sonneratia yang sudah matang dikupas kulitnya lalu dicuci sampai
bersih, kemudian dipisahkan dengan bijinya.
2. Di tambahkan air dengan perbandingan 1 kg:1 liter, misalnya 2 ons maka
airnya sebanyak 200 mL.
3. Kemudian di rebus sampai buahnya lunak atau empuk (kurang lebih satu jam),
agar getahnya hilang . Setelah itu di dinginkan beberapa saat.
4. Lalu buah yang sudah dingin di haluskan dalam panci, kemudian di saring
dengan ayakan untuk memisahkan sari buah dengan daging buahnya.
5. Setelah terpisah antara daging buah dan sari buah, kemudian pada daging buah
tadi ditambahkan lagi air sebanyak 1 liter lalu disaring lagi.
6. Lalu hasil saringan di saring kembali dengan kain, agar diperoleh air buah
yang bebas dari ampas.
9
7. Kemudian air buah di panaskan agar bakteri-bakteri yang ada mati. Hingga
diperoleh sirup rasa buah.
3) Tepung Mangrove
Buah mangove dapat dijadikan sebagai tepung yang merupakan bahan
untuk berbagai macam makanan. Berikut ini prosedur pembuatan tepung
mangrove.
1. Buah (yang sudah matang) dikupas kulitnya kemudian daging buah dicincang
sekecil mungkin
2. Untuk mengurangi kandungan tanin, buah yang telah dicincang direndam
selama 3 hari dengan air biasa ( air diganti setiap hari ). Namun jika tergesa-
gesa buah tidak perlu direndam melainkan dicuci sambil diremes-
remes kemudian direbus dengan air yang telah mendidih sambil diaduk
kurang lebih 20-30 menit. Perebusan dan perendaman dimaksudkan untuk
menginaktifkan enzim juga dapat mengurangi dan menghilangkan racun-racun
yang ada pada buah Bruguiera gymnorhiza antara lain dari jenis tanin dan
HCN.
3. Buah yang telah direndam atau direbus dicuci dengan air biasa sambil diuleni
4. Buah dijemur di bawah sinar matahari kurang lebih hingga 1 hari
5. Buah yang telah dijemur akan kering dan menyusut, bila ingin langsung
dijadikan nasi atau belendung buah direndam kemudian ditanak
6. Jika ingin dijadikan tepung, buah bisa langsung digiling setelah dijemur atau
diblender dulu dalam keadaan basah sebelum dijemur, setelah jadi bubur
dijemur di atas karung bekas baru digiling sampai halus.
7. Setelah digiling, tepung di ayak, hasil pengayakan tepung yang halus
digunakan sebagai tepung sebagai bahan dasar pembuatan roti, kerupuk, dll,
hasil pengayakan tepung yang kasar dapat ditanak sebagai nasi.
10
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita.
Jakarta.
11
PETA LOKASI KEGIATAN
12
DIAGRAM PELAKSANAAN KEGIATAN
Metode:
Ceramah
Diskusi
Pendampingan
13
Surat pernyataan kesediaan bekerjasama dari mitra PPM-PIP-UBT
Tarakan, 2013
Ketua Tim Pengusul, Ketua RT 2,
14