Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FAKTUR PAJAK BERMASALAH

Disusun untuk memenuhi Tugas :


Dalam Mata Kuliah Manajemen Pajak
Dosen Pengampu Ok Sofyan Hidayat,SE,AK,M.Si.

Disusun Oleh:
Angel Gabryella Simangunsong 7193220004
Stevani Angelia 7193220007
Yos Anggi Stevani Adira Sormin 7192520006

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nyalah pada akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Pajak.

Dalam penyusunan Makalah ini kami menemukan berbagai


kendala,hambatan, dan tantangan, tetapi dengan kerja keras dan Ridho Tuhan
Yang Maha Esa, akhirnya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik,dan
semua itu tidak lepas dari dukungan, bantuan, dan dorongan dari orang-orang
yang berada di sekeliling penulis. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan yang Maha Esa, Orang tua
tercinta, dan semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah
ini. Terutama terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak Ok Sofyan
Hidayat,SE,AK,M.Si. selaku dosen mata kuliah ini yang selalu memberikan
arahan demi terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan maupun kesalahan


dalam penyusunan Project ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
sekalian sangat kami harapkan guna perbaikan kualitas dalam penyusunan
Makalah selanjutnya. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
semua.

Medan, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II .............................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................... 3
2.1 Kasus Faktur Pajak Bermasalah ............................................................ 3
2.2 Solusi Penanganan Kasus Faktur Pajak Bermasalah ............................. 5
BAB III ............................................................................................................. 8
PENUTUP ........................................................................................................ 8
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 8
3.2 Saran ................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Definisi Faktur Pajak menurut UU PPN 1984 adalah bukti pungutan pajak
yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak. Di "dunia" pemeriksaan pajak, ada
istilah Faktur Pajak yang tidak ditemukan di UU PPN 1984 yaitu : Faktur Pajak
palsu, Faktur Pajak fiktif, atau Faktur Pajak bermasalah. Tetapi di Pasal 39A UU
KUP (Undang - Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan) disebutkan
Setiap orang yang dengan sengaja:

a. Menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti pemungutan pajak,


bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak yang tidak berdasarkan
transaksi yang sebenarnya; atau

b. Menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena


Pajak dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama 6
tahun serta denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti
pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak dan
paling banyak 6 kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak,
bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak.

Karena itu, sekarang Direktorat Jendral Pajak sering menggunakan istilah


Faktur Pajak bermasalah. Hal ini berkaitan dengan pengertian hukum. Disebut
Faktur Pajak palsu, katanya harus ada yang asli. Disebut Faktur Pajak fiktif,
padahal jelas-jelas ada (tidak fiktif). Jika disebut Faktur Pajak bermasalah maka
sesuai maksud Pasal 39A diatas adalah Faktur Pajak yang tidak berdasarkan
transaksi sebenarnya.

Dengan adanya faktur pajak palsu atau faktur pajak bermasalah ini membuat
penulis tertarik untuk membahas penyalahgunaan pajak tentang faktur pajak
bermasalah yang akhir akhir ini sering menjadi kasus dalam perpajakan.

1
1.2. Rumusan Masalah

Banyak persoalan yang perlu dibahas mengenai “Faktur Pajak Bermasalah”.


Namun untuk membatasi ruang lingkup dalam pembahasan masalah, maka
penulis hanya akan membahas masalah sebagai berikut :

1. Apa saja kasus faktur pajak bermasalah yang telah terjadi ?

2. Bagaimana solusi untuk mengatasi kasus faktur pajak bermasalah tersebut ?

1.3. Tujuan

Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang


diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua dalam menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kasus Faktur Pajak Bermasalah

Menurut NRMnews.com pada bulan Januari 2015, proporsi pidana pajak


terkait penyalahgunaan faktur fiktif mencapai 60 persen, seperti disampaikan
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan.

Menurut Direktur Intelijen dan Penyidikan Ditjen Pajak, Yuli Kristiyono


kepada pers di Jakarta, Kamis (29/01/2015) menyatakan bahwa angka tersebut
terdiri baik dari penerbit, pengedar dan juga pengguna. Bahkan SDM kita
dialokasikan begitu besar untuk menangani kasus tersebut. Akan tetapi hingga
saat ini masih terdapat perbedaan pendapat antara Ditjen Pajak dan Kejaksaan,
terkait status pengguna faktur pajak palsu tersebut. Sebab, Kejaksaan menganggap
pengguna faktur pajak palsu sebagai korban.

Pada 2014 terdapat 15 kasus yang telah disidangkan dipengadilan, dengan


hasil putusan menyatakan seluruh terdakwa bersalah dan menyebabkan kerugian
negara sebesar Rp 383 miliar, ditambah denda pidana Rp 582,5 miliar.

Selain melakukan penyidikan terhadap penerbit faktur pajak fiktif, Ditjen


Pajak juga melakukan pengamanan penerimaan terhadap wajib pajak yang
menggunakan faktur bermasalah tersebut. Selama 2014, para wajib pajak
pengguna faktur fiktif yang telah dikonfirmasi sebanyak 499, dan 392 atau 79%
di antaranya telah mengakui perbuatannya tersebut. Sisanya masih ditangani oleh
tim satuan tugas khusus yang dibentuk untuk membuktikan perbuatan mereka.
Bagi wajib pajak yang tidak mengakui juga sudah kami tingkatkan ke penyidikan.
Nilai faktur pajak fiktif dari 392 WP tersebut mencapai Rp 696 miliar, namun
baru Rp 154 miliar yang diterima, dan sisanya akan dilunasi dengan cara dicicil.

Dia menambahkan pada 2015 Ditjen Pajak akan lebih menguatkan kegiatan
penegakan hukum di bidang perpajakan, dengan dukungan penuh dari Kepolisian
dan Kejaksaan. Kami imbau para pelaku usaha untuk tidak menggunakan faktur

3
pajak fiktif, akhirnya akan kami ketahui dan bisa diambil tindakan keras.
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan 2015, akan difokuskan pada
penerbit dan pengguna faktur pajak fiktif, serta wajib pajak yang tidak memenuhi
kewajibannya dengan benar.

Selain itu berdasarkan berita pada Liputan6.com, Tim Gabungan yang


terdiri dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jakarta Selatan dan
Direktorat Intelejen dan Penyidikan baru saja membongkar penerbitan faktur
pajak yang tidak berdasarkan transaksi sebenarnya (faktur fiktif)

Direktur Intelejen dan Penyidikan Yuli Kristiyono mengungkapkan, salah


satu tersangka berinisial RAS ditangkap di Apartemen Central Park pada 23 Juni
2015. Dari penggeledahan yang dilakukan, ditemukan antara lain bukti berupa
dokumen Surat Pemberitahuan (SPT), 58 stempel perusahaan yang diduga terlibat
jaringan penerbitan faktur pajak fiktif

Ternyata dia menggunakan 58 perusahaan. Tempatnya di Daan Mogot,


Mediterania. Dan dia tinggal di apartemen Central Park. Akhirnya kami bawa ke
sini, dan kami yakin dia tersangka lalu Bareskrim tahan. Modus operandi yang
dilakukan, RAS menerbitkan faktur pajak fiktif menggunakan perusahaan yang
tidak memiliki kegiatan usaha. Dia menjadikan pegawai-pegawainya sebagai
direktur pada perusahaan tersebut menggunakan Kartu Tanda Penduduk (KTP)
palsu.

Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Yuli Kristiyono menyatakan kerugian


negara dari kasus faktur pajak fiktif yang melibatkan tersangka berinisial RAS
mencapai Rp577,4 miliar. Berkas perkara atas nama RAS telah dinyatakan
lengkap oleh kejaksaan dan sudah dilimpahkan ke pengadilan, kerugian sebesar
Rp577,4 miliar ini baru dari satu kasus, kami terus melakukan penyidikan.

Pada 18 dan 21 Sepetember 2015 penyidik telah menyita asset milik RAS
berupa apartemen di Central Park Residence dan apartemen SOHO Capital di
Jakarta Barat. Penyidik juga telah memnblokir rekening bank yang dimiliki
tersangka dan perusahaannya.

4
Untuk mengamankan penerimaan negara dan menindak tegas pelaku tindak
pidana di bidang perpajakan, DJP terus mengawasi dan menegakkan hukum
sembari menjalin kerja sama dengan institusi penegak hukum.

2.2. Solusi Penanganan Faktur Pajak Bermasalah

Permasalahan faktur pajak fiktif sebenarnya sudah bukan hal yang baru
walau tetap menjadi salah satu sorotan utama atas permasalahan-permasalahan
yang terjadi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Beberapa
permasalahan yang berkaitan dengan faktur pajak fiktif yang melibatkan oknum
petugas pajak, wajib pajak, dan pihak-pihak lainnya telah berhasil diungkap oleh
DJP dengan melibatkan pihak aparat hukum yang berwenang. Walaupun beberapa
oknum yang berkaitan dengan faktur pajak fiktif tersebut telah dijatuhi hukuman,
ternyata efek jera yang ditimbulkan tidak begitu berpengaruh, dengan kata lain
permasalahan tersebut masih dapat muncul setiap saat.

Dalam rangka meningkatkan langkah antisipatif untuk menanggulangi


terjadinya kasus penggunaan faktur pajak fiktif, maka perlu kiranya pihak DJP
meningkatkan pengendalian internal terhadap permasalahan tersebut dengan
langkah-langkah antara lain sebagai berikut: Memberikan penegasan kembali
tentang pentingnya melakukan langkah-langkah pengamanan berkaitan dengan
faktur pajak fiktif dan klarifikasi/konfirmasi PK-PM sebagaimana diatur dalam
Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-745/PJ/2001 tanggal 26 Desember
2001 tentang Tata Cara Pelaksanaan Konfirmasi Faktur Pajak dengan Aplikasi
Sistem Informasi Perpajakan. Pengawasan (klarifikasi) terhadap PK-PM
hendaknya dilakukan secara periodik dan tidak hanya pada saat melakukan
pemeriksaan. Bila dijumpai adanya kejanggalan dapat segera diambil langkah-
langkah pencegahan terjadinya penyimpangan lebih lanjut.

Dalam hal permintaan klarifikasi dari KPP tempat PKP Penjual terdaftar
belum dijawab, maka aparat pemeriksa pajak membuat Berita Acara Pelaksanaan
Pengujian Arus Kas dan Arus Barang atas Faktur Pajak yang Dimintakan
Klarifikasi, dilengkapi dengan Kertas Kerja Pemeriksaan beserta dokumen-
dokumen yang mendukung hasil pengujian tersebut, seperti rekening koran, bukti

5
penerimaan barang, voucher, kartu gudang, atau dokumen terkait lainnya. Lebih
meningkatkan pengendalian terhadap data PK-PM dengan melakukan pembatasan
terhadap pejabat yang dapat mengakses menu dan petugas yang melakukan peng-
input-an maupun penggunaan, disertai dengan peningkatan pengawasan atasan
langsung sehingga dapat mencegah terjadinya pengubahan data oleh oknum-
oknum yang tidak bertanggung jawab.

Berdasarkan kasus faktur pajak bermasalah tersebut maka di butuhkan


aturan tentang faktur pajak sebagai berikut :

1. Kepada Wajib Pajak DILARANG untuk menerbitkan Faktur Pajak:

- TIDAK SAH: Yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya dan/ atau
sebelum Wajib Pajak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

- Yang tidak sesuai dengan ketentuan perpajakan tentang bentuk, ukuran,


prosedur pemberitahuan dalam rangka pembuatan, tata cara pengisian
keterangan, tata cara pembetulan atau penggantian dan tata cara pembatalan
Faktur Pajak serta dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan
dengan Faktur Pajak

2. Kepada Wajib Pajak DILARANG untuk menggunakan Faktur Pajak:

- TIDAK SAH: Yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya dan/ atau
dari Wajib Pajak yang belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

- Dari Wajib Pajak penerbit Faktur Pajak TIDAK SAH atau Suspect List
Direktorat Jenderal Pajak

- Yang tidak sesuai dengan ketentuan perpajakan tentang bentuk, ukuran,


prosedur pemberitahuan dalam rangka pembuatan, tata cara pengisian
keterangan, tata cara pembetulan atau penggantian dan tata cara pembatalan
Faktur Pajak serta dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan
dengan Faktur Pajak

3. Terhadap Wajib Pajak dan/ atau pengguna Faktur Pajak TIDAK SAH dapat
dilakukan tindakan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan dan dituntut

6
di pengadilan dengan ancaman pidana penjara paling sedikit 2 tahun dan paling
lama 6 tahun sesuai Pasal 39A Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan
(KUP).

7
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Permasalahan faktur pajak fiktif sebenarnya sudah bukan hal yang baru
walau tetap menjadi salah satu sorotan utama atas permasalahan-permasalahan
yang terjadi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Beberapa kasus faktur
pajak bermasalah yang terjadi akhir-akhir ini menunjukan bahwa pihak Direktorat
Jendral Pajak (DJP) perlu melakukan peningkatan pengawasan langsung sehingga
dapat mencegah terjadinya pengubahan data oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab.

3.2. Saran

Untuk meminimalisir timbulnya kasus faktur pajak bermasalah maka


sebaiknya saat penerbitan faktur pajak oleh pengusaha kena pajak harus
mendapatkan pegawasan dari direktorat jendral pajak secara langsung agar tidak
terjadi kecurangan-kecurangan dalam pembuatan faktur pajak.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen Pajak Bongkar Pabrik Faktur Pajak Fiktif


http://www.pajak.go.id/content/news/ditjen-pajak-bongkar-pabrik-faktur-
pajak-fiktif diakses pada 3 Juli 2015

DJP Jakarta Selatan Bongkar Penerbitan Faktur Pajak Fiktif


http://bisnis.liputan6.com/read/2259514/djp-jakarta-selatan-bongkar-
penerbitan-faktur-pajak-fiktif diakses pada 25 Juni 2015

Faktur pajak fiktif RAS rugikan negara Rp577,4 miliar


http://www.antaranews.com/berita/519612/faktur-pajak-fiktif-ras-rugikan-
negara-rp5774-miliar diakses pada 22 September 2015

http://pajaktaxes.blogspot.sg/2010/04/faktur-pajak-palsu.html

Anda mungkin juga menyukai