Disusun Oleh:
Angel Gabryella Simangunsong 7193220004
Stevani Angelia 7193220007
Yos Anggi Stevani Adira Sormin 7192520006
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nyalah pada akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Pajak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Definisi Faktur Pajak menurut UU PPN 1984 adalah bukti pungutan pajak
yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak. Di "dunia" pemeriksaan pajak, ada
istilah Faktur Pajak yang tidak ditemukan di UU PPN 1984 yaitu : Faktur Pajak
palsu, Faktur Pajak fiktif, atau Faktur Pajak bermasalah. Tetapi di Pasal 39A UU
KUP (Undang - Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan) disebutkan
Setiap orang yang dengan sengaja:
Dengan adanya faktur pajak palsu atau faktur pajak bermasalah ini membuat
penulis tertarik untuk membahas penyalahgunaan pajak tentang faktur pajak
bermasalah yang akhir akhir ini sering menjadi kasus dalam perpajakan.
1
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dia menambahkan pada 2015 Ditjen Pajak akan lebih menguatkan kegiatan
penegakan hukum di bidang perpajakan, dengan dukungan penuh dari Kepolisian
dan Kejaksaan. Kami imbau para pelaku usaha untuk tidak menggunakan faktur
3
pajak fiktif, akhirnya akan kami ketahui dan bisa diambil tindakan keras.
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan 2015, akan difokuskan pada
penerbit dan pengguna faktur pajak fiktif, serta wajib pajak yang tidak memenuhi
kewajibannya dengan benar.
Pada 18 dan 21 Sepetember 2015 penyidik telah menyita asset milik RAS
berupa apartemen di Central Park Residence dan apartemen SOHO Capital di
Jakarta Barat. Penyidik juga telah memnblokir rekening bank yang dimiliki
tersangka dan perusahaannya.
4
Untuk mengamankan penerimaan negara dan menindak tegas pelaku tindak
pidana di bidang perpajakan, DJP terus mengawasi dan menegakkan hukum
sembari menjalin kerja sama dengan institusi penegak hukum.
Permasalahan faktur pajak fiktif sebenarnya sudah bukan hal yang baru
walau tetap menjadi salah satu sorotan utama atas permasalahan-permasalahan
yang terjadi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Beberapa
permasalahan yang berkaitan dengan faktur pajak fiktif yang melibatkan oknum
petugas pajak, wajib pajak, dan pihak-pihak lainnya telah berhasil diungkap oleh
DJP dengan melibatkan pihak aparat hukum yang berwenang. Walaupun beberapa
oknum yang berkaitan dengan faktur pajak fiktif tersebut telah dijatuhi hukuman,
ternyata efek jera yang ditimbulkan tidak begitu berpengaruh, dengan kata lain
permasalahan tersebut masih dapat muncul setiap saat.
Dalam hal permintaan klarifikasi dari KPP tempat PKP Penjual terdaftar
belum dijawab, maka aparat pemeriksa pajak membuat Berita Acara Pelaksanaan
Pengujian Arus Kas dan Arus Barang atas Faktur Pajak yang Dimintakan
Klarifikasi, dilengkapi dengan Kertas Kerja Pemeriksaan beserta dokumen-
dokumen yang mendukung hasil pengujian tersebut, seperti rekening koran, bukti
5
penerimaan barang, voucher, kartu gudang, atau dokumen terkait lainnya. Lebih
meningkatkan pengendalian terhadap data PK-PM dengan melakukan pembatasan
terhadap pejabat yang dapat mengakses menu dan petugas yang melakukan peng-
input-an maupun penggunaan, disertai dengan peningkatan pengawasan atasan
langsung sehingga dapat mencegah terjadinya pengubahan data oleh oknum-
oknum yang tidak bertanggung jawab.
- TIDAK SAH: Yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya dan/ atau
sebelum Wajib Pajak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
- TIDAK SAH: Yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya dan/ atau
dari Wajib Pajak yang belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
- Dari Wajib Pajak penerbit Faktur Pajak TIDAK SAH atau Suspect List
Direktorat Jenderal Pajak
3. Terhadap Wajib Pajak dan/ atau pengguna Faktur Pajak TIDAK SAH dapat
dilakukan tindakan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan dan dituntut
6
di pengadilan dengan ancaman pidana penjara paling sedikit 2 tahun dan paling
lama 6 tahun sesuai Pasal 39A Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan
(KUP).
7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Permasalahan faktur pajak fiktif sebenarnya sudah bukan hal yang baru
walau tetap menjadi salah satu sorotan utama atas permasalahan-permasalahan
yang terjadi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Beberapa kasus faktur
pajak bermasalah yang terjadi akhir-akhir ini menunjukan bahwa pihak Direktorat
Jendral Pajak (DJP) perlu melakukan peningkatan pengawasan langsung sehingga
dapat mencegah terjadinya pengubahan data oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab.
3.2. Saran
8
DAFTAR PUSTAKA
http://pajaktaxes.blogspot.sg/2010/04/faktur-pajak-palsu.html