Anda di halaman 1dari 5

Nama: Siti Patimah

NPM: 1910631080170
Kelas: 3E

Judul Buku: Fragmen: Sajak-sajak Baru


Nama Penyair: Goenawan Mohamad
Judul Puisi: Ada Sebuah dinding

ADA SEBUAH DINDING


Karya Goenawan Mohamad

Ada sebuah dinding


dengan ajal yang bergerak
Seperti siluet tangan
Seorang anak

Ada selembar pagar


ada sepasang inisial
ada nama yang mati
namaku yang mati

Analisis Unsur Fisik dan Batin Puisi


A. Unsur Fisik
1. Diksi: Siluet, sepasang inisial.
Argumen: diksi ialah pilihan kata-kata yang unik, khas yang digunakan oleh penyair.
pada diksi 'siluet' memiliki arti pembentukan yang hitam atau terblok dengan warna yang
gelap. Dan 'sepasang inisial' bisa memiliki arti sepasang nama.
Bait 1, larik ke-3 / seperti siluet tangan /
Bait 2, larik ke-2 / ada sepasang insial /

2. Imaji: citraan penglihatan (visual), dan citraan gerak.


Argumen: Citraan visual yaitu sesuatu benda seolah-olah bisa dilihat bentuknya dalam imaji
yang kita ciptakan.
'ada sebuah dinding’ ketika membaca larik pertama bait pertama ini imaji yang tergambar
yaitu seperti ada dinding yang terlihat.
'seperti siluet tangan' pada saat penggambaran siluet tangan ini seolah-olah kita akan melihat
adanya bayangan hitam ataupun bayangan gelap tangan yang terlihat.
Pada 'selembar pagar' kita akan merealisasikan bagaimana bentuk yang terlihat dari selembar
pagar tersebut, seperti yang kita ketahui juga bahwa pagar biasanya dibentuk dari bahan dasar
kayu ataupun pagar bambu dan juga pagar besi.

Selain adanya citraan penglihatan, ada juga citraan gerak. Citraan gerak ialah sebuah imaji
yang bisa bergerak, dan bagaimana sesuatu hal itu bisa bergerak, maka akan tergambar oleh
kita, gerakannya.

Larik puisi pertama bait 1 /Ada sebuah dinding/, larik ke-2 /...ajal yang bergerak/ serta larik
ketiga /seperti siluet tangan/.
Citraan gerak pada bait 2 larik pertama /ada selembar pagar/

3. Kata Konkret: sebuah dinding, selembar pagar, sepasang inisial, ada nama yang mati.
Argumen: kata 'dinding' memiliki arti sebuah penyekat ruang, pembatas. Jadi pada bait
pertama larik pertama ini memiliki kata konkret yang menandakan bahwa ada sebuah
pembatas antar kehidupan dengan kematian namun tidak terlihat karena terhalang oleh
pembatas tersebut, sesuai dengan ketetapanNya.

‘selembar pagar' jika dikonkretkan bisa memiliki arti 'batu nisan' bentuk nisan ini ialah di
kiaskan dengan kata 'selembar pagar' pagar yang dimaksud ini terbuat dari kayu ataupun
sepapan kayu untuk dijadikan media penulisan nama nisan.

Kata kongkret dari ‘sepasang inisial' ini bisa dikonkretkan dengan sebuah nama yang akan
terukir pada batu nisan. Nama yang terukir di nisan, akan diberi nama dan juga Bin/Binti. Ini
menjadi penjelas dari penggunaan 'selembar pagar' yaitu batu nisan yang dituliskan nama
orang yang meninggal.
Lalu kata konkret 'ada nama yang mati' ialah merajuk pada seseorang yang telah tiada yang
namanya tertulis pada nisan.
Jadi pada puisi ini. Kata konkret dikiaskan agar pembaca menerka-nerka apa maksud dari tiap
lariknya.
Bait pertama larik 1
/Ada sebuah dinding/
Bait kedua larik 1, 2, dan 3.
/ada selembar pagar/
/ada sepasang inisial/
/ada nama yang mati/

4. Majas: personifikasi, simile, metafora.


Argumen:
1. Majas personifikasi yaitu majas yang menganggap atau menggunakan benda mati lalu
seolah-olah hidup. contoh yang menggunakan majas personifikasi yaitu pada bait
pertama larik kedua /dengan ajal yang bergerak/ ajal tidak mungkin bergerak karena
yang kita ketahui yang bergerak itu adalah manusia atau anggota badan. Jadi maksud
dari ajal yang bergerak ini ialah kata kiasan untuk menyampaikan bahwa kematian itu
sudah pasti dan akan datang.
2. Majas perbandingan (simile) yaitu majas yang membandingkan sesuatu dengan hal
lainnya dengan menggunakan kata-kata penghubung ataupun pembanding pada
sebuah kegiatan dengan sebuah ungkapan. Misalnya seperti, bak, laksana, bagai,
seumpama, dll., Pada bait pertama larik ke-3 /sepeti siluet tangan/ Pada kata 'seperti'
ini mengungkapkan bahwa seolah-olah terlihat adanya bayangan hitam dan
membandingkan ataupun menghubungkan antara larik ke-2 dengan ke-3.
3. Majas metafora diartikan sebagai pemakaian kata yang bukan merujuk kepada arti
yang sebenarnya, melainkan sebagai penggambaran yang berdasarkan atas persamaan
maupun perbandingan yang hampir mirip dengan majas simile. Namun, metafora
tidak menggunakan kata seperti, bagai, bak, dll.

Pada bait pertama /dengan ajal yang bergerak/ Pada 'dengan' memiliki arti bersama-
sama. Lalu 'ajal' ialah kematian yang telah di tetapkan olehNya. Pada kata 'yang'
sebagai penjelas kata berikutnya. Kemudian 'bergerak' adalah posisi yang berpindah,
misalnya dari satu tempat ke tempat lainnya. Jadi, jika di gabungkan bisa menjadi
sebuah kalimat 'kematian akan segera tiba'

Pada bait kedua larik 3 /ada nama yang mati/ 'ada' memiliki arti sudah hadir atau
telah sedia. 'nama' kata yang digunakan untuk menyebut seseorang, hewan dan
lainnya. 'yang' merupakan kata untuk menyatakan kata ataupun kalimat selanjutnya.
'mati' tidak lagi menghembuskan nafas, atau sudah hilang nyawanya. Pada larik ini
bisa menjadi kalimat 'ada seseorang yang meninggal'

5. Versifikasi: rima bebas, rima akhir yang berangkai atau berpasangan.


Argumen: Rima bebas ialah sebuah suku kata yang memiliki persamaan bunyi bebas. Yaitu
Pada bait pertama
/Ada sebuah dinding/ memiliki rima /a/
/dengan ajal yang bergerak/ rima /b/
/Seperti siluet tangan/ rima /b/
/Seorang anak/ rima /b/

Pada bait ke-2 menggunakan rima akhir yang berangkai atau berpasangan, karena larik
pertama dan kedua adalah berima /a/ dan larik keriga serta keempat adalah /b/
/Ada selembar pagar/ berima /a/
/ada sepasang inisial/ berima /a/
/ada nama yang mati/ berima /b/
/namaku yang mati/ berima /b/

Pada puisi ini, menggunakan ritma, ritma yaitu bisa berupa suatu ikatan pada bait dengan
menggunakan keterangan kalimat.
Pada bait pertama larik 1 digunakan frasa /... sebuah dinding/
Pada bait kedua digunakan kata /...selembar pagar/ pada larik kedua digunakan kata /...
sepasang inisial/ pada larik kedua digunakan frasa /...nama yang mati/

Setiap bait puisi 'ada sebuah dinding' ini diikat dengan kata-kata pengikat sehingga pada bait
seakan muncul sebuah gelombang irama baru, yang menjadikan puisi ini beritma.
6. Tipografi: adalah bentuk keindahan visual yang ada dalam sebuah puisi (gaya penulisan
puisi)
Argumen: Tipografi pada puisi 'ada sebuah dinding' memiliki keunikan pada setiap larik dan
juga baitnya. Yang membuatnya unik adalah tidak adanya penggunaan tanda baca titik (.)

B. Unsur Batin
1. Tema: Ketuhanan atau religi
Argumen: karena pemilihan diksi kiasannya menunjukkan sisi religius si Penyair dengan
mengingat pada kematian, dan juga pengalaman religi Penyair. pada beberapa diksi 'mati'
ditulis dua kali.
Misalnya pada bait kedua, larik ketiga /ada nama yang mati/ lalu larik keempat /namaku
yang mati/

2. Perasaan: keharuan, sedih.


Argumen: Seperti pada bait pertama larik keempat / dengan ajal yang bergerak/ pada larik
ini, penyair seperti mengingatkan bahwa ajal (kematian) terus berjalan kearah kita dan seolah
menyadarkan bahwa kematian itu pasti akan datang.
dan bait ke-2 larik ke-4 /namaku yang mati/ pada bait ini penyair seoalh menegaskan bahwa
kelak kematian itu akan menghampiri dirinya.

3. Nada dan suasana: nada yang terdapat dalam puisi ini adalah mengingatkan kepada ajal
atau kematian, penyair juga menyadari bahwa penyair pun tidak bisa lari dari kematian.
Suasana pada puisi ini yaitu keharuan, kesedihan (elegi)
Bait pertama larik ke-2 /dengan ajal yang bergerak/
Bait kedua ke-4 pada /namaku yang mati/

4. Amanat
Dari puisi 'ada sebuah dinding' ada sebuah hikmah yang di ambil. Diantaranya ialah kita
harus senantiasa mengingat akan kematian yang sudah pasti akan datang. Seperti yang ada
pada bait pertama larik ke-2 /dengan ajal yang bergerak/

Anda mungkin juga menyukai