Mekanika Fluida
Kelas :B
Kelompok : VII
Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN Jakarta
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
Disusun Oleh :
Mengetahui,
Menyetujui,
ii
INSTITUT TEKNOLOGI - PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER
JL. LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750
TELEPON (021) 5440342, 5440344. EXT 1306
LEMBAR ASISTENSI
KELOMPOK VII
iii
INSTITUT TEKNOLOGI - PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER
JL. LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750
TELEPON (021) 5440342, 5440344. EXT 1306
LEMBAR ASISTENSI
KELOMPOK VII
2. 30/09/2020
ACC MODUL II
iv
INSTITUT TEKNOLOGI - PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER
JL. LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750
TELEPON (021) 5440342, 5440344. EXT 1306
LEMBAR ASISTENSI
KELOMPOK VII
2. 08/10/2020
ACC MODUL III
v
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
LEMBAR ASISTENSI
KELOMPOK VII
2. 14/10/2020
ACC MODUL IV
vi
INSTITUT TEKNOLOGI - PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER
JL. LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750
TELEPON (021) 5440342, 5440344. EXT 1306
LEMBAR ASISTENSI
KELOMPOK VII
2. 22/10/2020
ACC MODUL V
vii
INSTITUT TEKNOLOGI - PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER
JL. LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750
TELEPON (021) 5440342, 5440344. EXT 1306
LEMBAR ASISTENSI
KELOMPOK VII
2. 10/11/2020
ACC MODUL VI
viii
INSTITUT TEKNOLOGI - PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER
JL. LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750
TELEPON (021) 5440342, 5440344. EXT 1306
LEMBAR ASISTENSI
KELOMPOK VII
ix
Nama :
NIM : 2015 – 21 – 025
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami semua, sehingga saya dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Mekanika Fluida ini. Saya selaku Praktikan sangat menyadari bahwa
Praktikum Mekanika Fluida ini tidak cukup hanya teori untuk pemahaman semata, maka
dari itu diperlukan praktek untuk pembuktian lebih nyata.
Damayan document
Location: your signing location
here
Date: 2020.12.11 21:36:
ti 43+07'00'
Foxit Reader Version: 10.1.1
x
DAFTAR ISI
xi
STT-PLN
Nama :AnugerahAyuSeptiani
NIM :2015–21–025
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Modul II. Kalibrasi Alat Ukur Tekanan (Calibration Of A Pressure Gauge)...18
Lampiran Modul III. Teori Bernouli (Bernoulli’s Theorem) .................................. ……..50
Lampiran Modul IV. Pesawat Osborne Reynolds (Osbourne Reynolds Apparatus)…..67
Lampiran Modul V. Tumbukan Pancaran Air (Impact Of Jet) ............................. …….105
Lampiran Modul VI. Aliran Dalam Saluran Terbuka (Open Channel) ................. .…....157
xii
STT-PLN
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Laporan Praktikum
Modul No. I
BANGKU HIDROLIK DIGITAL
(Digital Hydraulic Bench )
Kelas : B
Kelompok : VII
Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
MODUL I
A. TUJUAN
Alat ini dimaksudkan untuk memberikan aliran fluida pada peralatan lainnya,
seperti untuk alat Bernoulli’s Theorem Apparatus, Losses in Piping Systems, Fluid
Friction Apparatus dan lain-lain.
B. DASAR TEORI
Digital Hydraulic Bench adalah alat yang digunakan sebagai tempat sumber air
dan sistem pengukuran sendiri. Tubuhnya bekerja sebagai penampung air atau
'wadah'. Pompa submersible listrik dan katup yang dioperasikan dengan tangan
menghasilkan aliran air yang dapat dikontrol dan diresirkulasi. Flowmeter dan tampilan
digital secara akurat mengukur dan menunjukkan aliran air. Bangku hidrolik juga
memiliki bagian atas datar dengan 'pelek' kecil yang akan mendukung beberapa modul
percobaan yang lebih kecil di laboratorium dan membantu menahan tumpahan air.
Modul percobaan yang lebih besar berdiri di samping bangku hidrolik.
C. PROSEDUR PELAKSANAAN
1.1 Mengisi Tangki
1. Gunakan selang eksternal untuk menuangkan air bersih ke dalam bangku
sampai ketinggian air di pengukur terlihat mencapai indikator tingkat pengisian
maksimum.
2. Tambahkan beberapa perawatan air yang disertakan dengan peralatan. Wadah
pengolahan air menunjukkan jumlah yang harus ditambahkan. 3
3. Hubungkan kabel listrik ke saklar.
4. Pastikan selang pasokan bangku mengarah ke lubang pusat atau lubang di
palung.
5. Tekan tombol on / off untuk memulai pompa dan memeriksa kebocoran.
6. Matikan pompa jika ketinggian air di pengukur terlihat mencapai indikator
tingkat pengisian maksimum.
1.2 Mengosongkan Tangki
1. Lepaskan kabel listrik.
2. Pindahkan bangku ke lubang pembuangan di lantai.
3. Gunakan kunci pas untuk melepas sumbat dibagianbawah bangku.
4. Biarkan semua air mengalir keluar (miringkan dengan lembut di atas bangku
untuk membantu).
5. Pasang kembali sumbat.
6. Gunakan kain bersih untuk menyelap bagian yang kotor dari bagian dalam
bangku hidraulik.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 1
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 2
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Laporan Praktikum
Modul No. II
KALIBRASI ALAT UKUR TEKANAN
( Calibration Of A Pressure Cauge )
Kelas :B
Kelompok : VII
Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
MODUL II
A. TUJUAN
Untuk mengkalibrasikan alat ukur tekanan Boudon dan untuk menentukan
kesalahan pengukuran.
Alat :
1. Alat ukur tekanan “Bourdon”
- Massa piston, Mp = 1 kg
- Diameter piston, d = 0.02 m
Bahan :
Air secukupnya
C. DASAR TEORI
Penggunaan dari piston dan pemberat dengan silinder menghasilkan tekanan yang
dapat diukur, P,
P=F (1)
A
di mana,
F = mg (2)
Dengan :
F :adalah gaya yang diberikan pada cairan dalam silinder kalibrator
m :adalah total massa (termasuk piston) dan
A :adalah luasan piston
dari persamaan 1 dan 2:
mg
P=
A
oleh karena itu, percepatan karena gravitasi (g) dan luas permukaan (A) konstan untuk
peralatan, maka kalian dapat menemukan tekanan dengan perhitungan sederhana:
P=mxk
dimana k adalah sebuah konstanta dari g/A.
Sebagai contoh, untuk luasan piston yaitu 315 mm2 (0.000315 m2) dan g = 9.81
m/s2, kemudian k = 31143.
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 3
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Letakan peralatan pada permukaan yang rata dan datar yang tidak akan rusak oleh air.
2. Pengisian silinder, piston diangkat, kemudian air dituangkan ke dalam silinder sampai
penuh ke tingkat luapan. Setiap udara yang ada didalam selang transparan dapat
dibersihkan dengan cara memiringkan dan dengan lembut menekan selang. Piston
ditempatkan lagi dalam silinder dan dibiarkan menetap. Catat tekanan yang terjadi.
3. Massa logam pemberat ditambahkan secara bertahap sekitar 7 kali hingga maksimum
5,2 kg.
4. Pembacaan pengukur tekanan harus dicatat pada setiap penambahan pemuatan massa
logam pemberat.
5. Disetiap penambahan, putar piston dengan lembut untuk mencegah piston menempel
saat setiap massa ditambahkan.
6. Catat bacaan saat massa logam pemberat dikurangi dan piston diangkat.
7. Area penampang dan massa piston di dokumentasikan.
8. Gambar grafik hubungan antara tekanan sebenarnya dengan tekanan yang terbaca
pada alat ukur. Gambarkan pula grafik hubungan antara pembacaan tekanan dengan
kesalahan absolut pengukur dan juga pembacaan tekanan dengan % kesalahan
pengukur digambar.
NOMENKLATUR
Tabel 2.1 Nomeklatur
Satuan Lambang Tipe Deskripsi
A = D2
2
Luasan piston M A Dihitung
4
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 4
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Kelompok VII
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 5
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Tekanan Silinder
12
10
6
tekanan silinder
4
2
0
0 50 100 150 200 250
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 6
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
200
180
160
140
120
100 Tekanan Naik
80 Tekanan Turun
60
40
20
0
0 50 100 150 200 250
Pada grafik tekanan silinder terhadap pembacaan naik dan turun memiliki nilai
dimana semakin berat beban yang ditambahkan pada praktikum kalibrasi alat ukur
tekanan ini , maka semakin besar pula tekanan yang akan dihasilkan begitu juga
sebaliknya semakin dikuranginya beban pada penurunan maka semakin kecil tekanan-
tekanan yang akan dihasilkan . Dari grafik ini biasanya terlihat perubahannya kenaikan
dan penurunan tekanannya .
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 7
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
E. PERHITUNGAN DATA
Tekanan Silinder (P Silinder)
A = 315 mm2 = 315 x 10– 6 m2
1. Massa 1kg
m.g
P =
A
1 kg x 9,81 m/s2
=
315 x 10-6 m2
= 31.142,8571 N/m2
= 31,1428 KN/m2
2. Massa 1,2 kg
m.g
P = A
1,2 kg x 9,81 m/s2
=
315 x 10-6 m2
= 37.371,4285 N/m2
= 37,3714 KN/m2
3. Massa 1,7 kg
m.g
P =
A
1,7 kg x 9,81 m/s2
=
315 x 10-6 m2
= 52.942,8571 N/m2
= 52,9428 KN/m2
4. Massa 2,2 kg
m.g
P = A
2,2 kg x 9,81 m/s2
=
315 x 10-6 m2
= 68.514,2857 N/m2
= 68,5142 KN/m2
5. Massa 3,2 kg
m.g
P = A
3,2 kg x 9,81 m/s2
=
315 x 10-6 m2
= 99.657,142 N/m2
= 99,6571 KN/m2
6. Massa 4,2 kg
m.g
P = A
4,2 kg x 9,81 m/s2
=
315 x 10-6 m2
= 130.800 N/m2
= 130,80 KN/m2
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 8
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
7. Massa 5,2 kg
m.g
P = A
5,2 kg x 9,81 m/s2
=
315 x 10-6 m2
= 161.942,857 N/m2
= 161,9428 KN/m2
8. Massa 6,2 kg
m.g
P = A
6,2 kg x 9,81 m/s2
=
315 x 10-6 m2
= 193.085,714 N/m2
= 193,0857 KN/m2
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 9
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
1. Massa 1kg
Tekanan Naik (a) = 29 KN/m²
Tekanan Turun (b) = 30 KN/m²
a+b
C = 2
29 KN/m2 + 30 KN/m2
= 2
= 29,5 KN/m2
2. Massa 1,2kg
Tekanan Naik (a) = 34 KN/m²
Tekanan Turun (b) = 36 KN/m²
a+b
C =
2
34 KN/m2 + 36 KN/m2
= 2
= 35 KN/m2
3. Massa 1,7kg
Tekanan Naik (a) = 50 KN/m²
Tekanan Turun (b) = 51 KN/m²
a+b
C =
2
50 KN/m2 + 51 KN/m2
= 2
= 50,5 KN/m2
4. Massa 2,2kg
Tekanan Naik (a) = 65 KN/m²
Tekanan Turun (b) = 65 KN/m²
a+b
C = 2
65 KN/m2 + 65 KN/m2
=
2
= 65 KN/m2
5. Massa 3,2kg
Tekanan Naik (a) = 95 KN/m²
Tekanan Turun (b) = 95 KN/m²
a+b
C = 2
95 KN/m2 + 95 KN/m2
=
2
= 95 KN/m2
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 10
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
6. Massa 4,2kg
Tekanan Naik (a) = 123 KN/m²
Tekanan Turun (b) = 123 KN/m²
a+b
C =
2
= 123 KN/m2
7. Massa 5,2kg
Tekanan Naik (a) = 152 KN/m²
Tekanan Turun (b) = 152 KN/m²
a+b
C = 2
= 152 KN/m2
8. Massa 6,2kg
Tekanan Naik (a) = 182 KN/m²
Tekanan Turun (b) = 182 KN/m²
a+b
C = 2
= 182 KN/m2
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 11
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Kesalahan Absolut
1. Massa 1 kg
Tekanan Silinder (P) = 31,1428 KN/m2
Tekanan Total (C) = 29,5 KN/m2
Kesalahan Absolut =P-C
= 31,1428 KN/m2 - 29,5 KN/m2
= 1,6428 KN/m2
2. Massa 1,2 kg
Tekanan Silinder (P) = 37,3714 KN/m2
Tekanan Total (C) = 35 KN/m2
Kesalahan Absolut =P-C
= 37, 3714 KN/m2 - 35 KN/m2
= 2,3714 KN/m2
3. Massa 1,7 kg
Tekanan Silinder (P) = 52,9428 KN/m2
Tekanan Total (C) = 50,5 KN/m2
Kesalahan Absolut =P-C
= 52,9428 KN/m2- 50,5 KN/m2
= 2,4428 KN/m2
4. Massa 2,2 kg
Tekanan Silinder (P) = 68,5142 KN/m2
Tekanan Total (C) = 65 KN/m2
Kesalahan Absolut =P-C
= 68,5142 KN/m2 - 65 KN/m2
= 3,5142 KN/m2
5. Massa 3,2 kg
Tekanan Silinder (P) = 99,6571 KN/m2
Tekanan Total (C) = 95
Kesalahan Absolut =P-C
= 99,6571 KN/m2 - 95 KN/m2
= 4,6571 KN/m2
6. Massa 4,2 kg
Tekanan Silinder (P) = 130,80 KN/m2
Tekanan Total (C) = 123
Kesalahan Absolut =P-C
= 130,80 KN/m2 -123 KN/m2
= 7,8000 KN/m2
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 12
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
7. Massa 5,2 kg
Tekanan Silinder (P) = 161,9428 KN/m2
Tekanan Total (C) = 152
Kesalahan Absolut =P-C
= 161,9428 KN/m2 - 152 KN/m2
= 9,9428 KN/m2
8. Massa 6,2 kg
Tekanan Silinder (P) = 193,0857 KN/m2
Tekanan Total (C) = 182
Kesalahan Absolut =P-C
= 193,0857 KN/m2- 182 KN/m2
= 11,0857 KN/m2
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 13
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Kesalahan Pembacaan
1. Massa 1 kg
P-C
%Kesalahan = C
x 100 %
= 5,5688 %
2. Massa 1,2 kg
P-C
%Kesalahan = C
x 100 %
= 6,7754 %
3. Massa 1,7 kg
P-C
%Kesalahan = x 100 %
C
= 4,8372 %
4. Massa 2,2 kg
P-C
%Kesalahan = C
x 100 %
= 5,4065 %
5. Massa 3,2 kg
P-C
%Kesalahan = C
x 100 %
= 4,9022 %
6. Massa 4,2 kg
P-C
%Kesalahan = C
x 100 %
= 6,3414 %
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 14
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
7. Massa 5,2 kg
P-C
%Kesalahan = C
x 100 %
= 6,0910 %
8. Massa 6,2 kg
P-C
%Kesalahan = C
x 100 %
= 6,0910 %
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 15
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
F. ANALISA
Pada praktikum ini yaitu Kalibrasi alat ukur tekanan yang dilaksanakan pada
hari Sabtu, 26 September 2020 dan dilakukan secara daring melalui Microsoft Teams
karena kondisi yang tidak memungkinkan. Saat praktikum dilaksanakan, kami
ditampilkan video praktikum dan data hasil pengamatan yang diberi oleh Asisten
Laboratorium kami. Pengertian dari kalibrasi itu sendiri adalah proses pengecekan dan
pengaturan akurasi dari alat ukur dengan cara membandingkan suatu standar yang
tertelusur dengan standar nasional maupun internasional dan bahan acuan yang
sudah tersertifikasi.
Dalam praktikum ini, Kalibrasi dilakukan menggunakan alat – alat seperti ; alat
ukur tekanan bourdon yang terdiri dari logam massa piston, Mp = 1kg – Diameter
piston, d = 0,02 m, Logam pemberat (4 x 1.0 kg, 2 x 0,5 kg, 1 x 0,2 kg) dan bahan yang
digunakan yaitu air secukupnya. Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengkalibrasikan alat ukur tekanan bourdon serta untuk menentukan kesalahan
pengukuran.
Prinsip kerjanya sendiri pun, ketika air masuk kedalam alat ukur tekanan
bourdon dan piston mulai dimasukkan, air memenuhi bourdon tube (tabung C)
sekaligus memberikan tekanan. Tekanan tersebut menyebabkan tabung C meregang
(naik). Karena Bourdon Tube tersambung ke jarum melalui gear, maka bila Bourdon
Tube meregang, jarum akan naik menunjukkan besar tekanan yang diberikan pada
alat.
Yang dilakukan pertama saat praktikum ialah mempersiapkan alat dan bahan,
letakkan peralatan pada permukaan yang rata dan datar yang tidak akan rusak oleh
air. Keadaan tempat yang rata dan datar dapat diukur dengan cara meletakkan
waterpass yang terdapat nivo. Pada proses pengisian silinder, piston diangkat,
kemudian air dituangkan kedalam silinder sampai penuh ke tingkat luapan. Setiap
udara yang ada dalam selang transpran dapat dibersihkan dengan cara memiringkan
dan dengan lembut menekan selang. Piston ditempatkan lagi dalam silinder dan
dibiarkan menetap. Catat hasil tekanan yang terjadi. Massa logam pemberat
ditambahkan secara bertahap sekitar 8 kali hingga maksimum 6,2kg. Pembacaan
pengukur tekanan harus dicatat pada setiap penambahan pemuatan massa logam
pemberat. Di setiap penambahan, putar piston dengan pelan dan lembut untuk
mencegah piston menempel saat massa ditambakan. Catat bacaan saat massa logam
pemberat dikurangi dan piston diangkat. Area penampang dan massa piston di
dokumentasi kan.
Air yang masuk kedalam piston menuju ke selang dan memenuhi Bourdon
Tube, sebelum air menuju ke Bourdon Tube untuk membaca hasil tekanan yang
dihasilkan, gelembung air yang masih ada dalam selang harus dikeluarkan dengan
cara disentil perlahan supaya udara benar benar keluar. Karena alat ukur tekanan
Bourdon sangat sensitif terhadap massa air. Jika masih terdapat gelembung udara,
dapat dipastikan hasil yang didapatkan akan jauh berbeda daripada hasil awal ataupun
hasil akhir. Pada saat melakukan pembacaan harus benar – benar sejajar dengan alat
ukur, karena bisa saja berbeda kedudukannya baik dari sisi kanan maupun sisi kiri.
Dari praktikum ini di dapat data yang akan digunakan untuk melakukan
beberapa perhitungan seperti untuk mengetahui tekanan silinder,tekanan total,
kesalahan absolut,dan % kesalahan pembaca. Dari hasil data tersebut juga bisa
digunakan untuk membuat grafik.
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 16
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
G. KESIMPULAN
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 17
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
H. LAMPIRAN
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Keterangan :
(a) Piston
(b) Alat ukur tekanan “bourdon”
(c) Obeng
(d) Waterpass
(e) Logam pemberat (4 x 1,0 kg ; 2 X 0,5 kg ; 1 X 0,2 kg)
(f) Air
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 18
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 19
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Laporan Praktikum
Modul No. III
TEORI BERNOULI
( Bernoulli’s Theorem)
Kelas : B
Kelompok : VII
Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
MODUL III
TEORI BERNOULI
( Bernoulli’s Theorem)
A. TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah untuk :
1. Untuk menyelidiki validasi Persamaan Bernoulli ketika diaplikasikan ke aliran air yang
steady pada pipa yang bergradasi dimensinya.
2. Menentukan besarnya koefisien debit (Cd) pada alat venturimeter yang digunakan.
3. Mengamati pembagian tekanan sepanjang pipa konvergen-divergen.
Alat :
1. Hydraulic Bench,
2. Peralatan Bernoulli.
Bahan :
Air sebanyak 160 liter.
C. DASAR TEORI
Venturimeter adalah sebuah alat untuk mengukur kelajuan cairan dalam pipa
bernama pipa venturi. Pipa venturi merupakan sebuah pipa yang memiliki penampang
bagian tengahnya lebih sempit dan diletakkan mendatar dengan dilengkapi dengan pipa
pengendali untuk mengetahui permukaan air yang ada sehingga besarnya tekanan dapat
diperhitungkan. Dalam pipa venturi ini luas penampang pipa bagian tepi memiliki
penampang yang lebih luas daripada bagian tengahnya atau diameter pipa bagian tepi
lebih besar daripada bagian tengahnya. Zat cair dialirkan melalui pipa yang
penampangnya lebih besar lalu akan mengalir melalui pipa yang memiliki penampang
yang lebih sempit, dengan demikian, maka akan terjadi perubahan kecepatan.
Manometer air dipasang secara vertikal untuk perbedaan tekanan di ujung yang lebih
besar dan tenggorokan.
(1)
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 20
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
2 g (h − h )
v2=
1 − (A /A )
=
( )
Q = A2 ( / ) (3)
( )
Q = CA2 ( / ) (4)
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 21
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
x (h 1 − h2 )
Q = CA1 ( / ) (5)
Karena dimensi venturi (A1 dan A2) dan gravitasi (g) tetap konstan, bagian tengah
persamaan dapat disederhanakan menjadi konstan (k), sehingga:
2g
1 − (A /A )
k=A
kemudian,
C= x (7)
menunjukkan hubungan linier antara aliran, koefisien aliran dan akar kuadrat dari
tinggi yang berbeda.
untuk dengan mudah membandingkan hasil aktual dengan teori, kalian harus
mengubah istilah-istilah ini menjadi perhitungan tanpa dimensi. untuk melakukan ini,
membaginya dengan cara:
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 22
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
menggunakan persamaan kontinuitas (2) untuk mengganti rasio area di tempat rasio
kecepatan, menjadi:
Oleh karena itu, menghitung rasio luas memberikan perbedaan tekanan berdimensi
teoritis atau 'ideal', atau dikenal sebagai koefisien tinggi piezometrik yang ideal:
A2 2 A2 2 (9)
A1
- An
dan distribusi tekanan berdimensi sebenarnya (atau dikenal sebagai koefisien tinggi
piezometric aktual) ditemukan dari:
hn-h1
(v22 /2g) (10)
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 23
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Letakkan peralatan diatas bangku hidrolik tecquipment (disediakan secara terpisah).
2. Hubungkan selang pasokan bangku ke sisi hulu dari venturimeter.
3. Hubungkan ujung hilir dari venturimeter ke tabung plastik yang disediakan dan
arahkan kembali ke lubang tengah besar dari bangku hidrolik digital.
4. Mengatur kedua kontrol aliran peralatan dan katup pasokan bangku ke sekitar
sepertiga posisi terbuka..
5. Periksa bahwa katup udara pada manifold atas tertutup rapat.
6. Aktifkan pasokan bangku dan biarkan air mengalir untuk membersihkan udara dari
tabung manometer, mungkin membantu sedikit memiringkan peralatan atau dengan
ringan menyentuh tabung dengan jari kalian.
7. Tutup katup aliran peralatan. Udara sekarang akan terperangkap didalam atas
manometer sistem pipa-pipa dan manifold.
8. Buka katup udara hanya cukup untuk memungkinkan air naik kira-kira setengan dari
skala manometer.
9. Tutup katup udara.
10. Amati data pada tiga macam laju aliran debit. Gunakan set pertama pembacaan pada
laju aliran debit maksimum (h1-h11 besar), laju aliran debit dikurangi untuk
memberikan perbedaan tinggi h 1-h11 sekitar 50 mm. Ulang prosedur diatas untuk
menghasilkan perbedaan tinggi yang berada diantara kedua test diatas. Semua data
dicatat.
11. Matikan pasokan bangku. Jika air terperangkap didalam manometer, buka katup
udara untuk membersihkannya. Tutup kembali katup udara.
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 24
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
NOMENKLATUR :
Tabel 3.2 Nomenklatur
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 25
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Kelompok : VII
Hari/ Tgl : Sabtu, 03 Oktober 2020
Pukul : 13:30 WIB
Aliran : 1. 0,277 x 10 ̄ ³ (m3/s)
2 . 0,185 x 10 ̄ ³ (m3/s)
3 . 0,157x 10 ̄ ³(m3/s)
PIPA (mm)
PERCOBAAN
A B C D E F G H J K L
1 212 208 178 128 140 166 178 188 194 198 200
2 172 170 158 134 138 150 156 160 164 165 166
3 156 155 145 128 130 140 144 146 149 150 151
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 26
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Jarak
Luas Tekanan Tanpa
Sepanjang Diameter 2
Pipa Permukaan A2 / An (A2 / An) Dimensi yang Ideal
venturi (mm)
Area (mm2) (A2/A1)2 – (A2/An)2
(mm)
A 0 26 53,9293 0,3787 0,1434 0
D 46 16 201,0619 1 1 -0,8566
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 27
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
A 0 212 0 0
B 20 208 -4 -0,0413
C 32 178 -34 -0,3515
D 46 128 -84 -0,8683
E 61 140 -72 -0,7443
F 76 166 -46 -0,4755
G 91 178 -34 -0,3515
H 91 188 -24 -0,2481
J 121 194 -18 -0,1861
K 136 198 -14 -0,1447
L 157 200 -12 -0,1240
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 28
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
A 0 172 0 0
B 20 170 -2 -0,0463
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 29
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
A 0 156 0 0
B 20 155 -1 -0,0322
Aliran Q h1 h2 h1 - h2
(m3/s) (m) (m) (m) h1-h2 Cd
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 30
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Pada gambar grafik diatas bahwa pada titik pertama yang merupakan data
dari ketinggian air pada aliran debit minimum yang nilainya sebesar 0,1673. Terus
pada titik kedua di grafik merupakan data ketinggian air pada aliran debit
menengah yg nilainya 0,1949. kemudian di titik terakhir atau titik yang teratas
merupakan data dari ketinggian air pada aliran debit maksimum yang nilainya
0,2898. Jadi Dari grafik diatas disimpulkan bahwa dari ketinggian air pada aliran
debit minimum hingga ke ketinggian air debit maksimum mengalami kenaikan. dan
juga dapat diketahui bahwa dari titik pertama ke titik kedua mengalami kenaikan
sebesar 0,0276. Dan pada pada titik kedua ke titik ketiga mengalami kenaikan
sebesar 0,0949. Jadi kenaikan ketinggian air dari titik kedua ke titik ketiga adalah
kenaikan tertinggi jika dibandingkan dengan kenaikan ketinggian air pada titik
pertama ke titik kedua.
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 31
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Cd
0,995
0,99
0,985
Cd
0,98
0,975
0,97
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025 0,0003
Pada grafik diatas diketahui pada titik pertama yaitu data koefisien
debit pada aliran debit minimum, besar nilai pada titik pertama yaitu 0,9752.
Terus titik yang kedua adalah data koefisien debit pada aliran debit
menengah yang nilainya 0,9864. Dan titik ketiga merupakan titik tertinggi
pada grafik ini adalah data dari koefisien debit aliran maksimum yang
memiliki nilai 0,9934. pada grafik ini disimpulkan bahwa dari kofisian debit
aliran minimum mengalami kenaikan. Kemudian pada koefisien debit
dialiran debit minimum ke koefisien debit pada aliran debit menengah
mengalami kenaikan sebesar 0,0112. Sedangkan koefisien debit dialiran
menengah ke koefisien debit aliran maksimum mengalami kenaikan
sebesar 0,0070.
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 32
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Grafik tekanan ideal dan tekanan aktual terhadap jarak sepanjang venturi
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 33
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
E. PERHITUNGAN DATA
1
A2 = 4
× π × (d terkecil)2
1 2
= × π × (16 mm)
4
= 201.0619 mm2
1
A1 = 4
× π × (d terbesar)2
1 2
= × π × (26 mm)
4
= 530.9292 mm2
A2 201.0619 mm2
A1
= 530.9292 mm2
= 0.3787 mm2
A 2
( 2) = (0.3787)2
A1
= 0.1434
= 0.1434 - 0.1434
=0
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 34
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
2. Pipa B
Jarak Sepanjang Venturi = 20 mm
Diameter (d) = 23,30 mm
1
Luas Permukaan Area (Ab) = 4 × π × d2
1
= 4
× π × (23.20 mm)2
= 422,7327 mm²
A2 201.0619 mm2
Ab
=
422.7327 mm2
= 0.4756
A 2
( 2)
Ab
= (0.4756)2
= 0.2262
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
( 2) - ( 2)
A A
= ( 530.9292 mm2 ) - ( 422.7327 mm2 )
1 b
= 0.1434 - 0.2262
= -0.0829
3. Pipa C
Jarak Sepanjang Venturi = 32 mm
Diameter (d) = 18,40 mm
1
Luas Permukaan Area (Ac) = 4 × π × d2
1
= 4
× π × (18.40 mm)2
= 265,9044 mm²
A2 201.0619 mm2
Ac
= 265.9044 mm2
= 0.7561
A2 2
( ) = (0.7561)2
Ac
= 0.5717
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
( 2) - ( 2)
A A
= ( 530.9292 mm2 ) - ( 265.9044 mm2 )
1 𝑐
= 0.1434 - 0.5717
= -0.4283
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 35
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
4. Pipa D
Jarak Sepanjang Venturi = 46 mm
Diameter (d) = 16 mm
1
Luas Permukaan Area (Ad) = 4 × π × d2
1
= 4
× π × (16.00 mm)2
= 201,0619 mm²
A2 201.0619 mm2
Ad
= 201.0619 mm2
=1
A 2
2
( 2)
Ad
= (1)
=1
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
( 2) - ( 2 )
A A
= ( 530.9292 mm2 ) - (201.0619 mm2
)
1 𝑑
= 0.1434 - 1
= -0.8566
5. Pipa E
Jarak Sepanjang Venturi = 61 mm
Diameter (d) = 16,79 mm
1
Luas Permukaan Area (Ae) = 4 × π × d2
1 2
= 4
× π × (16.79 mm)
= 221,4070 mm²
A2 201.0619 mm2
Ae
= 221.4069 mm2
= 0.9081
A2 2
( ) = (0.9081)2
Ae
= 0.8247
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
( 2) - ( 2)
A A
= ( 530.9292 mm2 ) - ( 221.4069 mm2 )
1 e
= 0.1434 - 0.8247
= -0.6813
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 36
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
6. Pipa F
Jarak Sepanjang Venturi = 76 mm
Diameter (d) = 18,47 mm
1 2
Luas Permukaan Area (Af) = ×π×d
4
1
= × π × (18.47 mm)2
4
= 267,9314 mm²
A2 201.0619 mm2
Af
= 267.9314 mm2
= 0.7504
A 2
( 2)
Af
= (0.7504)2
= 0.5631
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
( 2) - ( 2)
A A
= ( 530.9292 mm2 ) - ( 267.9314 mm2 )
1 f
= 0.1434 - 0.5631
= -0.4197
7. Pipa G
Jarak Sepanjang Venturi = 91 mm
Diameter (d) = 20,16 mm
1 2
Luas Permukaan Area (Ag) =4 ×π×d
1 2
= 4
× π × (20.16 mm)
= 319,2059 mm²
A2 201.0619 mm2
=
Ag 319.2059 mm2
= 0.6299
2
A 2
(A2 ) = (0.6299)
g
= 0.3968
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
( 2) - ( 2)
A A
= ( 530.9292 mm2 ) - ( 319.2059 mm2 )
1 g
= 0.1434 - 0.3968
= -0.2534
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 37
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
8. Pipa H
Jarak Sepanjang Venturi = 91 mm
Diameter (d) = 21,84 mm
1 2
Luas Permukaan Area (Ah) =4 ×π×d
1
= 4
× π × (21.84 mm)2
= 374,6236 mm²
A2 201.0619 mm2
Ah
= 374.6236 mm2
= 0.5367
A 2
2
( 2)
Ah
= (0.5367)
= 0.2880
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
( 2) - ( 2)
A A
= ( 530.9292 mm2 ) - ( 374.6236 mm2 )
1 h
= 0.1434 - 0.2880
= -0.1446
9. Pipa J
Jarak Sepanjang Venturi = 121 mm
Diameter (d) = 23,53 mm
1 2
Luas Permukaan Area (Aj) =4 ×π×d
1
= 4
× π × (23.53 mm)2
= 434,8443 mm²
A2 201.0619 mm2
Aj
= 434.8443 mm2
= 0.4624
2
A
( A2 ) = (0.4624)2
j
= 0.2138
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
( 2) - ( 2)
A A
= ( 530.9292 mm2 ) - ( 434.8442 mm2 )
1 j
= 0.1434 - 0.2138
= -0.0704
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 38
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
10. Pipa K
Jarak Sepanjang Venturi = 126 mm
Diameter (d) = 25,21 mm
1 2
Luas Permukaan Area (Ak) = ×π×d
4
1
= × π × (25.21 mm)2
4
= 499,1552 mm²
A2 201.0619 mm2
Ak
= 499.1552 mm2
= 0.4028
A2 2
( )
Ak
= (0.4028)2
= 0.1623
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
( 2) - ( 2) = ( 2
) - ( 2
)
A1 Ak 530.9292 mm 499.1552 mm
= 0.1433 - 0.1622
= -0.0189
11. Pipa L
Jarak Sepanjang Venturi = 157 mm
Diameter (d) = 26 mm
1 2
Luas Permukaan Area (Al) =4 ×π×d
1
= × π × (26.00 mm)2
4
= 530,9292 mm²
A2 201.0619 mm2
Al
= 530.9292 mm2
= 0.3787
A 2
2
( 2) = (0.3787)
Al
= 0.1434
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
( 2) - ( 2)
A A
= ( 530.9292 mm2 ) - ( 530.9292 mm2 )
1 l
= 0.1434 - 0.1434
=0
= 1,3528 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 39
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
m 2
V2 2 (1,3777 )
s
2.g
= m
2x 9,81 2
s
= 0,0967 m
= 0.0967 x103 mm
1. Pipa A
hn = 212 mm
hn-h1 = 212 mm - 212 mm
=0
(hn-h1) 0 mm
2 = 3
V2 0.0967 x 10 mm
2.g
=0
2. Pipa B
hn = 208 mm
hn-h1 = 208 mm - 212 mm
=-4
(hn-h1) -4 mm
2 = 3
V2 0.0967 x 10 mm
2.g
= - 0,0413
3. Pipa C
hn = 178 mm
hn-h1 = 178 mm - 212 mm
= - 34
(hn-h1) -34 mm
2 = 3
V2 0.0967 x 10 mm
2.g
= - 0,3515
4. Pipa D
hn = 128 mm
hn-h1 = 128 mm - 212 mm
= - 84
(hn-h1) -84 mm
2 = 0.0967 x 10 mm
3
V2
2.g
= - 0,8683
5. Pipa E
hn = 140 mm
hn-h1 = 140 mm - 212 mm
= - 72
(hn-h1) -72 mm
2 = 0.0967 x 10 mm
3
V2
2.g
= - 0,7443
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 40
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
6. Pipa F
hn = 166 mm
hn-h1 = 166 mm - 212 mm
= - 46
(hn-h1) -46 mm
2 = 3
V2 0.0967 x 10 mm
2.g
= - 0,4755
7. Pipa G
hn = 178 mm
hn-h1 = 178 mm - 212 mm
= - 34
(hn-h1) -34 mm
2 = 3
0.0967 x 10 mm
V2
2.g
= - 0,3515
8. Pipa H
hn = 188 mm
hn-h1 = 188 mm - 212 mm
= - 24
(hn-h1) -24 mm
2 = 3
V2 0.0967 x 10 mm
2.g
= - 0,2481
9. Pipa J
hn = 194 mm
hn-h1 = 194 mm - 212 mm
= - 18
(hn-h1) -18 mm
2 = 3
0.0967 x 10 mm
V2
2.g
= - 0,1861
10. Pipa K
hn = 198 mm
hn-h1 = 198 mm - 212 mm
= - 14
(hn-h1) -14 mm
2 = 3
0.0967 x 10 mm
V2
2.g
= - 0,1447
11. Pipa L
hn = 200 mm
hn-h1 = 200 mm - 212 mm
= - 12
(hn-h1) -12 mm
2 = 3
V2 0.0967 x 10 mm
2.g
= - 0,1240
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 41
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Nilai Menengah
Aliran Q = 0.185 l/s
= 0.185 x10-3 m3/s
A2 = 201,0619 mm2
= 201,0619 × 10-6 m2
Q
Kecepatan V22 =
A2
0,185 × 10-3
=
201,0619 × 10-6
= 0,9201 m/s
2 m 2
V2 (0,9201 )
s
= m
2.g 2x 9,81 2
s
= 0,0431 m
= 0,0431 x 103 mm
1. Pipa A
hn = 172 mm
hn-h1 = 172 mm - 172 mm
= 0 mm
(hn−h1) 0 mm
V2 2
= 3
0,0431 x 10
2.g
=0
2. Pipa B
hn = 170 mm
hn-h1 = 170 mm - 172 mm
= -2 mm
(hn-h1) -2 mm
2 =0,0431 x 103
V2
2.g
= -0,0463
3. Pipa C
hn = 158 mm
hn-h1 = 158 mm - 172 mm
= -14 mm
(hn-h1) -14 mm
2 =0,0431 x 103
V2
2.g
= -0,3244
4. Pipa D
hn = 134 mm
hn-h1 = 134 mm - 172 mm
= -38 mm
(hn-h1) -38 mm
2 =0,0431 x 103
V2
2.g
= -0,8806
5. Pipa E
hn = 138 mm
hn-h1 = 138 mm - 172 mm
= -34 mm
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 42
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
(hn-h1) -34 mm
2 = 3
V2 0,0431 x 10
2.g
= -0,7879
6. Pipa F
hn = 150 mm
hn-h1 = 150 mm - 172 mm
= -22 mm
(hn-h1) -22 mm
2 =0,0431 x 103
V2
2.g
= -0,5098
7. Pipa G
hn = 156 mm
hn-h1 = 156 mm - 172 mm
= -16 mm
(hn-h1) -16 mm
2 =0,0431 x 103
V2
2.g
= -0,3708
8. Pipa H
hn = 160 mm
hn-h1 = 160 mm - 172 mm
= -12 mm
(hn-h1) -12 mm
2 = 3
V2 0,0431 x 10
2.g
= -0,2781
9. Pipa J
hn = 164 mm
hn-h1 = 164 mm - 172 mm
= -8 mm
(hn-h1) -8 mm
2 =0,0431 x 103
V2
2.g
= -0,1854
10. Pipa K
hn = 165 mm
hn-h1 = 165 mm - 172 mm
= -7 mm
(hn-h1) -7 mm
2 = 3
V2 0,0431 x 10
2.g
= -0,1622
11. Pipa L
hn = 166 mm
hn-h1 = 166 mm - 172 mm
= -6 mm
(hn-h1) -6 mm
2 = 3
V2 0,0431 x 10
2.g
= -0,1390
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 43
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Nilai Minimum
Aliran Q = 0.157 l/s
= 0.157 x10-3 m3/s
A2 = 201,0169 mm2
= 201,0169 × 10-6 m2
Q
Kecepatan V22 =
A2
0,157 × 10-3
=
201,0169 × 10-6
= 0,7809 m/s
V2 2 (0.7809 m/s)2
2.g
= 2 × 9.81 m/s2
= 0,0311 m
= 0.0311 x 103 mm
1. Pipa A
hn = 156 mm
hn-h1 = 156mm - 156 mm
=0
(hn-h1) 156 mm
2 = 3
V2 0.0311 x 10 mm
2.g
=0
2. Pipa B
hn = 155 mm
hn-h1 = 155 mm - 156 mm
= -1
(hn-h1) -1 mm
2 =0.0311 x 103 mm
V2
2.g
= -0,0321
3. Pipa C
hn = 145 mm
hn-h1 = 145 mm - 156 mm
= -11
(hn-h1) -11 mm
2 =0.0311 x 103 mm
V2
2.g
= -0,3539
4. Pipa D
hn = 128 mm
hn-h1 = 128 mm - 156 mm
= -28
(hn-h1) -28 mm
2 =0.0311 x 103 mm
V2
2.g
= -0,9008
5. Pipa E
hn = 130 mm
hn-h1 = 130 mm - 156 mm
= -26
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 44
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
(hn-h1) -26 mm
2 =
V2 0.0311 x 103 mm
2.g
= -0,8365
6. Pipa F
hn = 140 mm
hn-h1 = 140 mm - 156 mm
= -16
(hn-h1) -16 mm
2 =0.0311 x 103 mm
V2
2.g
= -0,5147
7. Pipa G
hn = 144 mm
hn-h1 = 144 mm - 156 mm
= -12
(hn-h1) -12 mm
2 =0.0311 x 103 mm
V2
2.g
= -0,3860
8. Pipa H
hn = 146 mm
hn-h1 = 146 mm - 156 mm
= -10
(hn-h1) -10 mm
2 =0.0311 x 103 mm
V2
2.g
= -0,3217
9. Pipa J
hn = 149 mm
hn-h1 = 149 mm - 156 mm
= -7
(hn-h1) -7 mm
2 =0.0311 x 103 mm
V2
2.g
= -0,2252
10. Pipa K
hn = 150 mm
hn-h1 = 150 mm - 156 mm
= -6
(hn-h1) -6 mm
2 =
V2 0.0311 x 103 mm
2.g
= -0,1930
11. Pipa L
hn = 151 mm
hn-h1 = 151 mm - 156 mm
= -5
(hn-h1) -5 mm
2 =
V2 0.0311 x 103 mm
2.g
= -0,1608
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 45
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
2 × 9.81 m/s2
= 201.0619 mm2 × √ 201.0619 mm2
2
1-( )
530.9292 mm2
= 0,9621 × 10-3
Nilai Maksimum
Aliran Q = 0,277 × 10-3 m3/s
h1 = 212 × 10-3 m
h2 = 128 × 10-3 m
h1-h2 = 212 × 10-3 m - 128 × 10-3 m
= 84 x 10-3
1 Q
C = ×
K
√h1-h2
1 0.272 x10-3 m3 /s
= -3
×
0.9621 x10 √84 x10-3 m
= 0,9934
Nilai Menengah
Aliran Q = 0,185 × 10-3 m3/s
h1 = 172 × 10-3 m
h2 = 134 × 10-3 m
h1-h2 = 172 × 10-3 m - 134 × 10-3 m
= 38 x10-3 m
1 Q
C =K×
√h1-h2
1 0.194 x10-3 m3 /s
= -3
×
0.9621 x10 √38 x10-3 m
=0,9864
Nilai Minimum
Aliran Q = 0,157 × 10-3 m3/s
h1 = 156 × 10-3 m
h2 = 128 × 10-3 m
h1-h2 = 156 × 10-3 m - 128 × 10-3 m
= 28 x10-3 m
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 46
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
1 Q
C =K×
√h1-h2
1 0.152 x10-3 m3 /s
= ×
0.9621 x10-3 √28 x10-3 m
= 0,9752
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 47
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
F. ANALISA
Prakikum kali ini membahas dua Modul yang saling berhubungan, Modul I berjudul
Bangku Hidrolik Digital dan Modul III berjudul Teori Bernouli. Tujuan dari Modul I Bangku
Hidrolik Sederhana yaitu alat ini digunakan untuk memberikan aliran fluida. Dan alat – alat
lainnya, seperti alat Bernoulli’s Theorem Apparatus, Losses in Piping Systems, Fluid
Frinction Apparatus dan lain nya. Selain mengalirkan Fluida, Bangku Hidrolik Digital juga
berfungsi sebagai wadah air yang nantinya akan di alirkan ke Venturimeter. Modul III Teori
Bernoulli, yang merupakan suatu istilah dalam mekanika fluida yang menyatakan bahwa
pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan
tekanan pada aliran tersebut. Praktikum ini menggunakan alat seperti bangku hidrolik
digital yang mampu mencatat debit aliran yang mengalir untuk mengalirkan fluida pada saat
praktikum sedang berlangsung. Tujuan dari Modul III yaitu, yang pertama untuk menyelidiki
validasi persamaan Bernoulli ketika diaplikasikan kealiran air yang steady pada pipa yang
bergradasi dimensinya, penyelidikan validasi dengan mengalirkan fluida yang sama debit
dan kecepatannya di pipa-pipa venturi yang memiliki diameter berbeda untuk membuktikan
apakah hukum Bernoulli berlaku disana. Tujuan yang kedua menentukan besarnya
koefisien debit (Cd) pada alat venturimeter yang digunakan. Ketiga, mengamati pembagian
tekanan sepanjang pipa konvergen dan pipa divergen
Pipa konvergen adalah pipa yang aliran fluida nya dari cabang-cabang menuju satu
titik pertemuan. Penerapan pipa konvergen pada alat praktikum yaitu dari pipa venturi ke
selang. Pipa divergen adalah pipa yang aliran fluida nya dari satu titik menjadi cabang-
cabang. Penerapan pipa divergen pada alat praktikum yaitu dari selang ke pipa-pipa venturi.
Pada Modul III Teori Bernoulli kita bisa mengetahui bahwa bangku hidrolik digital
dan venturimeter dapat membuktikan validasi teori Bernoulli. Venturimeter adalah sebuah
alat yang memiliki bagian yang menyempit, fungsinya untuk mengukur kelajuan cairan dalam
pipa yang bernama pipa venturi. Dimana hukum Bernoulli berbunyi saat kecepatan aliran
fluida meningkat, maka tekanan dan energi potensial fluida akan menurun, begitu juga
sebaliknya saat kecepatan fluida menurun maka tekanan dan energi potensial fluida akan
meningkat. Selama percobaan praktikum terbukti Hukum Bernoulli berlaku. Dimana bangku
hidrolik merupakan bentuk dari simulasi bendung yang dihubungkan dengan ventimeter
untuk membuktikan teori Bernoulli. Sistem pengukurannya yaitu bangku hidrolik digital,
dimana pembacaan debit otomatis pada alat terdapat batas minimum dan maksimum, alat
dapat membaca debit air yang keluar ataupun masuk.
Pada praktikum kali ini kita menghitung tiga kali kelajuan dari tiga debit air yang
berbeda-beda. Masing-masing merupakan debit maksimal, menengah dan minimum. Setiap
debit aliran melewati sebelas pipa yang dimana masing-masing pipa memiliki kedudukan
serta diameter pipa yang berbeda-beda. Untuk persiapan awal dengan cara menyiapkan
alat-alat seperti venturimeter, bangku hidrolik digital, penggaris dan air. Dengan
menghubungkan kabel dan menyalakan alat, maka tahap selanjutnya bisa dilakukan dengan
cara membuka katup untuk mengalirkan air ke dalam bangku hidrolik digital, kemudian
sejajarkan ketinggian air dengan menggunakan penggaris, untuk mengisi air cukup sampai
sepertiga wadah, karena jika melewati maka akan merusak alat. Setelah itu, dapat dilakukan
pengukuran untuk debit maksimum, menengah dan minimum
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 48
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
G. KESIMPULAN
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 49
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
H. LAMPIRAN
(a) (b)
(c) (d)
Keterangan :
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 50
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 51
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Laporan Praktikum
Modul No. IV
PESAWAT OSBORNE REYNOLDS
( Osbourne Reynolds Apparatus )
Kelas : B
Kelompok : VII
Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
MODUL IV
A. TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah untuk :
1. Untuk mengamati jenis-jenis aliran fluida.
2. Untuk menentukan bilangan Reynolds berdasarkan debit.
3. Untuk mencari hubungan antara bilangan Reynolds dengan jenis aliran.
B. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Hydraulic Bench,
2. Osborne Reynolds,
3. Tangki pasokan dengan batang dan tabung pendukung,
4. Tangki suplai pewarna.
5. Klip control pewarna.
Bahan :
1. Botol pewarna.
2. Air sebanyak 140,5 liter.
C. DASAR TEORI
4.1 Laminer dan Aliran Turbulen
Profesor Osborne Reynolds (1842-1912) pertama kali menyadari bahwa ada
'kecepatan kritis' di mana hukum yang berkaitan dengan hilangnya energi tekanan
dan kecepatan dalam aliran pipa berubah. Dia pertama kali menunjukkan ini dengan
eksperimen yang dikenal dengan 'Colour Band' (atau garis pewarna). Eksperimen
dilakukan dengan menyuntikkan jet pewarna ke dalam aliran air yang terlihat melalui
pipa transparan. Pada kecepatan rendah garis pewarna tidak terputus, tetapi karena
kecepatan aliran melalui pipa meningkat, garis pewarna putus dan pusaran terlihat
terbentuk. Dari ini dan percobaan lebih lanjut ia sampai pada kesimpulan bahwa ada
dua jenis aliran:
a) Aliran laminar (Latin lamina = lapisan atau lembaran tipis). Cairan bergerak
dalam lapisan tanpa fluktuasi kecepatan yang tidak teratur. Aliran laminar terjadi
pada Angka Reynolds yang rendah.
b) Aliran Turbulen. Ini menghasilkan partikel fluida yang bergerak dalam pola yang
tidak teratur, membawa sebuah pertukaran momentum dari satu bagian cairan ke
yang lain.
Reynolds menyelidiki kedua jenis gerakan ini dan menyimpulkan bahwa parameter
yang terlibat dalam karakteristik aliran adalah
ρ : massa jenis fluida kg/m3
vs : kecepatan aliran fluida m/det
d : diameter internal pipa m
μ : viskositas absolut fluida dinamis Ns/m2
v : viskositas kinematik fluida, v = μ/ρ m2/s
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 52
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
vs ρdvs
Re = =
μ/ρd μ
atau
vs d
Re =
v
nilai yang terhubung dengan gerakan fluida. Gerak fluida ditemukan menjadi laminar
untuk bilangan Re di bawah 2000 dan turbulen untuk Re lebih besar dari 4000.
Viskositas Viskositas
Kinematik Temperatur Kinematik
Temperatur (oC) v v
(OC)
(10-6 m2/det) (10-6 m2/det)
0 1.793 25 0.893
1 1.732 26 0.873
2 1.674 27 0.854
3 1.619 28 0.836
4 1.568 29 0.818
5 1.520 30 0.802
6 1.474 31 0.785
7 1.429 32 0.769
8 1.386 33 0.753
9 1.346 34 0.738
10 1.307 35 0.724
11 1.270 36 0.711
12 1.235 37 0.697
13 1.201 38 0.684
14 1.169 39 0.671
15 1.138 40 0.658
16 1.108 45 0.602
17 1.080 50 0.554
18 1.053 55 0.511
19 1.027 60 0.476
20 1.002 65 0.443
21 0.978 70 0.413
22 0.955 75 0.386
23 0.933 80 0.363
24 0.911 85 0.342
hf
i=
l
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 53
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Perhatikan bahwa nilai Re yang diperoleh dalam percobaan yang dibuat dengan
laju aliran 'meningkat' akan tergantung pada tingkat perawatan, yang telah dilakukan
untuk menghilangkan gangguan pada pasokan dan sepanjang pipa. Di sisi lain,
percobaan yang dilakukan dengan laju aliran 'menurun' akan menunjukkan nilai Re
yang sangat tergantung pada gangguan awal.
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Alat distabilkan, lalu perhatikan nivo. (oleh instuktur)
2. Pastikan saluran-saluran pemasukan air dan pelimpah terpasang.
3. Hubungkan pasokan air dari hydraulic bench ke tangki atas dan bejana injeksi
pewarna dipasang dan diisi.
4. Sebuah katup kecil disediakan di ujung tabung luar untuk mengeluarkan udara yang
terperangkap.
5. Hidupkan / alirkan suplai air.
6. Pastikan tinggi air yang konstan dengan terbuangnya aliran yang berlebihan pada
saluran pelimpah.
7. Biarkan kondisi demikian hingga 5 menit, lalu ukur suhu airnya dengan termometer.
8. Bukalah katup pengontrol aliran sedikit demi sedikit dan atur katup jarum pengontrol
zat warna sampai tercapai aliran laminer dengan zat warna terlihat jelas. Amati
tetesan zat warna tersebut.
9. Tentukan besar debit yang lewat secara akurat dengan menggunakan tangki ukur
volumetric.
10. Ulangi prosedur diatas untuk debit (Q) yang berubah-ubah dari kecil (keadaan
laminer) ke besar hingga tercapai aliran kritis dan turbulen.
11. Kerjakan kebalikan dari proses di atas untuk debit yang berubah-ubah dari besar ke
kecil hingga tercapai kembali kondisi transisi dan laminer.
12. Pada setiap akhir percobaan temperatur diukur kembali.
13. Bersihkan seluruh peralatan dari jejak air yang mengandung pewarna sebelum
mengembalikan peralatan yang akan disimpan.
14. Catat semua hasilnya pada salinan lembar hasil yang disediakan.
15. Gambarkan grafik hubungan antara kecepatan aliran (V) dan bilangan Reynold.
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 54
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
NOMENKLATUR:
Tabel 4.2 Nomenklatur
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 55
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Kelompok : VII
Hari/ Tgl : Sabtu/10 Oktober 2020
Pukul : 13.30 WIB
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 56
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
Nama : Elverda Fitriana Damayanti NIM : 2019 – 21 - 042
NIM : 2019 – 21 - 042
1
0,785 x 10-3 0 47,25 47,25 1,6614 x 10-5 2,0106 x 10-4 82,6321 x 10-3 0,873 x 10-6 1514,4486 Laminer Laminer
2
0,900 x 10-3 0 22,04 22,04 4,0835 x 10-5 2,0106 x 10-4 20,3099 x 10-2 0,873 x 10-6 3722,3184 Kritis Kritis
3
0,885 x 10-3 0 13,98 13,98 6,3305x 10-5 2,0106 x 10-4 314,8563 x 10-3 0,873 x 10-6 5770,5622 Turbulen Turbulen
4
0,395 x 10-3 0 11,45 11,45 3,4498 x 10-5 2,0106 x 10-4 171,5806 x 10-3 0,873 x 10-6 3144,6616 Kritis Kritis
5
0,190 x 10-3 0 9,63 9,63 19,7300 x 10-6 2,0106 x 10-4 98,1299 x 10-3 0,873 x 10-6 1798,4861 Laminer Laminer
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 57
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Grafik
0,0035
0,003
0,0025
0,002
0,0015
0,001
0,0005
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
Pada grafik kecepatan aliran (v) terlihat adanya bilangan reynolds (Re) yang
menunjukkan besarnya nilai dari kecepatan aliran dan bilangan reynolds yang
berbanding lurus jadi besar kecilnya kecepatan aliran fluida menentukan nilai dari
bilangan reynoldspada aliran laminer nilai v = 82,6321 x 10 -3 dan Re = 1514,4486
pada aliran kritis nilai v= 20,3099 x 10-3 dan re= 3722,3184
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 58
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
E. PERHITUNGAN
a. Aliran Laminer
1. Waktu (t)
t1 = 0 det
t2 = 47,25 det
t = 47,25 det – 0 det
= 47,25 det
2. Volume
V = 0,785 L
= 0,785 X 10-3 m3
3. Debit ( Q)
𝑉
𝑄=
𝑡
0,785 X 10−3m3
= 47,25 𝑑𝑒𝑡
1
= 4 𝜋 (0,016 𝑚)2
= 2,0106 x 10-4 m3
𝑄
𝑉𝑠 = 𝐴
−5
= 1,6614 𝑋 10 𝑚3/𝑑𝑒𝑡
2,0106𝑥 10−4 𝑚3
= 82,6321x10-3 m/det
5. Angka Reynolds
T = 26°C
v = 0,873 x 10-6 m3/det
𝑉𝑠 𝑥 𝑑
𝑅𝑒 =
𝑣
= 1514,4486
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 59
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
b. Aliran Kritis
1. Waktu (t)
t1 = 0 det
t2 = 22,04 det
t = 22,04 det – 0 det
= 22,04 det
2. Volume
V = 0,900 L
= 0,900 X 10-3 m3
3. Debit ( Q)
𝑉
𝑄= 𝑡
0,900 X 10−3m3
=
22,04 𝑑𝑒𝑡
1
= 4 𝜋 (0,016 𝑚)2
= 2,0106 x 10-4 m3
𝑄
𝑉𝑠 = 𝐴
4,0835 𝑋 10−5𝑚3/𝑑𝑒𝑡
=
2,0106𝑥 10−4 𝑚3
= 203,0986x10-3 m/det
5. Angka Reynolds
T = 26°C
v = 0,873 x 10-6 m3/det
𝑉𝑠 𝑥 𝑑
𝑅𝑒 =
𝑣
= 3722,3184
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 60
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
c. Aliran Turbulen
1. Waktu (t)
t1 = 0 det
t2 = 13,98 det
t = 13,98 det – 0 det
= 13,98 det
2. Volume
V = 0,885 L
= 0,885 X 10-3 m3
3. Debit ( Q)
𝑉
𝑄= 𝑡
0,885 X 10−3m3
= 13,98 𝑑𝑒𝑡
1
= 4 𝜋 (0,016 𝑚)2
= 2,0106 x 10-4 m3
𝑄
𝑉𝑠 = 𝐴
= 314,8563x10-3 m/det
5. Angka Reynolds
T = 26°C
v = 0,873 x 10-6 m3/det
𝑉𝑠 𝑥 𝑑
𝑅𝑒 =
𝑣
= 5770,5622
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 61
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
d. Aliran Turbulen
1. Waktu (t)
t1 = 0 det
t2 = 11,45 det
t = 11,45 det – 0 det
= 11,45 det
2. Volume
V = 0,395 L
= 0,395 X 10-3 m3
3. Debit ( Q)
𝑉
𝑄= 𝑡
0,395 X 10−3m3
= 11,45 𝑑𝑒𝑡
1
= 4 𝜋 (0,016 𝑚)2
= 2,0106 x 10-4 m3
𝑄
𝑉𝑠 = 𝐴
5. Angka Reynolds
T = 26°C
v = 0,873 x 10-6 m3/det
𝑉𝑠 𝑥 𝑑
𝑅𝑒 =
𝑣
= 3144,6616
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 62
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
e. Aliran Turbulen
1. Waktu (t)
t1 = 0 det
t2 = 9,638 det
t = 9,63 det – 0 det
= 9,63 det
2. Volume
V = 0,190 L
= 0,190 X 10-3 m3
3. Debit ( Q)
𝑉
𝑄= 𝑡
0,190X 10−3 m3
= 9,36 𝑑𝑒𝑡
1
= 4 𝜋 (0,016 𝑚)2
= 2,0106 x 10-4 m3
𝑄
𝑉𝑠 = 𝐴
= 98,1299x10-3 m/det
5. Angka Reynolds
T = 26°C
v = 0,873 x 10-6 m3/det
𝑉𝑠 𝑥 𝑑
𝑅𝑒 =
𝑣
= 1798,4861
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 63
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
F. ANALISA
Pada praktikum kali ini membahas tentang Pesawat Osborne Reynolds atau Osborne
Reynolds Apparatus yang diujikan di Modul ke empat ini pada tanggal 10 oktober 2020.
Seperti sebelumnya, praktikum ini dilaksanakan secara daring, praktikan hanya diberi
data dan melihat video langkah kerja dari modul ini yang disajikan oleh aslab. Pesawat
Osborne Reynolds merupakan sebuah alat yang dikemukakan oleh seorang Ilmuwan
bernama Osborne Reynolds. Alat ini ditujukan untuk melihat jenis aliran fluida yang
dimasukkan pada alat, yang nantinya akan menghasilkan tiga jenis aliran. Antara lain,
aliran laminer, aliran kritis dan aliran turbulen. Masing-masing berbeda di setiap
alirannya. Namun perlu diketahui, aliran ini dapat dilihat secara bertahap. Karena dari
prosesnya sendiri aliran akan menunjukkan jenis aliran laminer, kritis, turbulen, kritis
kemudian kembali ke ke laminer.
Aliran laminer merupakan cairan yang bergerak dalam lapisan tanpa fluktuasi
kecepatan yang tidak teratur. Aliran kritis atau aliran transisi merupakan aliran peralihan
dari aliran laminer ke aliran turbulen. Ketika kecepatan aliran itu bertambah atau
viskositasnya berkurang, yang disebabkan temperatur yang meningkat maka gangguan-
gangguan akan terus teramati dan semakin membesar serta kuat yang akhirnya suatu
keadaan peralihan tercapai. Keadaan peralihan ini tergantung pada viskositas fluida nya.
Adapun aliran turbulen sendiri merupakan aliran yang menghasilkan partikel fluida yang
bergerak dalam pola tidak teratur membawa sebuah pertukaran momentum dari satu
bagian cairan ke bagian cairan yang lain. Dalam keadaan aliran turbulen, maka
turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang merata di seluruh fluida.
Viskositas adalah ukuran kekentalan suatu fluida yang menunjukan besar kecilnya
gesekan di dalam fluida, makin besar viskositas suatu fluida maka akan semakin sulit
bagi fluida tersebut untuk mengalir dan juga semakin sulit suatu benda untuk bergerak di
dalam fluida tersebut. Pengaruh dari viskositas yaitu pada perhitungan, kiita dapat
mengetahui viskositas melalui suhu yaitu pada suhu air tersebut, suhu ini perlu dicek
karena suhu mempengaruhi viskositas. Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika
suhu naik maka viskositas akan turun, dan begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena
adanya gerakan partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan
dan menurun kekentalannya. maka dari itu suhu perlu dicek karena percobaan dilakukan
di dalam ruangan sehingga orang yang masuk dan keluar ruangan dapat memungkinkan
terjadinya perunbahan suhu.
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 64
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Aplikasi Reynolds number dalam industri untuk aliran yang bersifat laminar terbatas
pada fluida yang sangat kental pada kecepatan rendah seperti mesin pelumas dan
memperkecil gesekan pada suatu alat. Untuk aliran turbulen terjadi dalam proses mixing
antara lain dalam pencampuran bahan bakar udara dalam silinder motor dan dalam
pencampuran zat warna pada larutan. Kemudian untuk transisi contohnya adalah pompa
dan turbin. Faktor-faktor kesalahan yang mempengaruhi percobaan pada praktikum ini
adalah suhu karena viskositas ini dipengaruhi oleh suhu, waktu karena dalam
pengamatan waktu harus diperhatikan baik-baik jika pembacaan waktunya salah maka
hasil Renya tidak akan akurat. Pada praktikum ini gelembung tidak terlalu
mempengaruhi hasil praktikum hanya saja dapat menggangu proses pengamatan jenis
aliran. Yang perlu diperhatikan pada percobaan ini yaitu jangan memutar katup
pengontrol zat warna terlalu cepat, harus fokus memperhatikan waktu pada stopwatch
sekaligus penampungan volume karena jika salah satu praktikan tidak fokus maka
kemungkinan data yang didapatkan tidak akurat.
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 65
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
G. KESIMPULAN
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 66
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
H. LAMPIRAN
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(e) (f)
(g) (h)
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 67
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Keterangan :
(a) Alat ukur Hydraulic Bench
(b) Alat Osborne Reynolds
(c) Zat pewarna (tinta)
(d) Air
(e) Termometer
(f) Tangki suplai pewarna
(g) Tangki pasokan dengan batang dan tabung penghubung
(h) Stopwatch
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 68
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 69
Laporan Praktikum
MODUL NO. V
TUMBUKAN PANCARAN AIR
(Impact Of Jet)
Kelas :B
Kelompok : VII
Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
MODUL V
(Impact of Jet)
A. TUJUAN
Untuk mencari reaksi gaya yang dihasilkan dari perubahan momentum aliran air,
dengan pengukuran gaya yang dihasilkan oleh jet yang menumbuk permukaan padat
yang menghasilkan derajat defleksi aliran yang berbeda.
Bahan :
1. Air sebanyak 140,5 liter
C. DASAR TEORI
5.1 Laminer dan Aliran Turbulen
Saat jet mengalir dengan kecepatan yang stabil menghantam permukaan yang
padat, air berbelok berhamburan di sepanjang permukaan. Jika gesekan diabaikan
dengan mengasumsikan cairan tidak terlihat dan juga diasumsikan bahwa tidak ada
kerugian akibat guncangan maka besarnya kecepatan air tidak berubah. Tekanan
yang diberikan oleh air pada permukaan padat dimana akan menjadi sudut siku
pada permukaan.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 70
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Dalam setiap kasus diasumsikan bahwa tidak ada percikan atau pantulan
fluida dari permukaan sehingga sudut keluar sejajar dengan sudut keluar
permukaan.
a) Pengaruh Ketinggian
Kecepatan jet dapat dihitung dari laju aliran yang diukur dari area keluar
Q
nozzle. Vn =
A
Namun karena nosel berada di bawah permukaan, kecepatan tumbukan akan
lebih kecil dari kecepatan nosel karena adanya pertukaran antara energi
potensial dan energi kinetik sehingga: V12 = Vn2 – 2gh di mana, h adalah
ketinggian permukaan di atas keluar nosel.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 71
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 72
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
NOMENKLATUR
Tabel 5.1 Nomenklatur
Satuan Lambang Tipe Deskripsi
Q
Kecepatan Vn = , kecepatan fluida yang
m/s Vn Dihitung A
Nozzle meninggalkan nozel.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 73
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Kelompok : VII
Hari / Tgl : Sabtu, 17 Oktober 2020
Pukul : 13.30
Hasil Perhitungan Data Percobaan Impact of Jet untuk Bidang Setengah Bola
Total Massa Jumlah Air Waktu Laju Alir
yang yang mengumpulkan Volumetrik
Nozzle Bukaan
dibebankan dikumpulkan air Q
3 3
(kg) (m ) (detik) (m /det)
2/3 1 0,1405 540,3846 2,6 x 10-4
5 mm 1/2 0,7 0,1405 1080,7692 1,3 x 10-4
1/3 0,7 0,1405 1453,4433 9,6667 x 10-5
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 74
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042 Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
75
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Kelompok : VII
Hari / Tgl : Sabtu, 17 Oktober 2020
Pukul : 13.30
Hasil Perhitungan Data Percobaan Impact of Jet untuk Bidang Setengah Bola
Total Massa Jumlah Air Waktu Laju Alir
yang yang mengumpulkan Volumetrik
Nozzle Bukaan
dibebankan dikumpulkan air Q
3 3
(kg) (m ) (detik) (m /det)
2/3 1 0,1405 358,7204 3,9167 x 10-4
8 mm 1/2 0,7 0,1405 720,5128 1,95 x 10-4
1/3 0,65 0,1405 1067,0616 1,3167 x 10-4
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 76
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042 Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Laboratorium Hidrolika 77
IT-PLN
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
2,5
1,5
0,5
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
𝐹
Slope =
𝑃𝑄𝑉1
4,5312 1,0900 0,4951
= = =
3,1291 0,7527 0,3419
= 1,4481
Δ𝑦
Kemiringan =
Δ𝑥
4,5312−1,0900
=
3,2191−0,7527
= 1,4481
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 78
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
𝐹
Slope =
𝑃𝑄𝑉1
1,7578 0,5037 0,2136
= = =
3,7031 1,0611 0,4499
= 0,4747
Δ𝑦
Kemiringan =
Δ𝑥
1,7578−0,5037
=
3,7031−1,0611
= 0,4747
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 79
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
𝐹
Slope =
𝑃𝑄𝑉1
6,8530 1,6987 0,9306
= = =
3,4332 0,8510 0,0523
= 1,9961
Δ𝑦
Kemiringan =
Δ𝑥
6,8530−1,6987
=
3,4332− 0,8510
= 1,9961
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 80
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
𝐹
Slope =
𝑃𝑄𝑉1
3,6560 0,8896 0,3695
= = =
2,5247 0,6143 0,2552
= 1,4481
Δ𝑦
Kemiringan =
Δ𝑥
3,6560 − 0,8896
=
2,5247 − 0,6143
= 1,4481
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 81
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
𝐹
Slope =
𝑃𝑄𝑉1
1,4617 0,6937 0,1353
= = =
3,0793 1,4614 0,2851
= 0,4747
Δ𝑦
Kemiringan =
Δ𝑥
1,4617 −0,6937
=
3,0793−1,4614
= 0,4747
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 82
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
𝐹
Slope =
𝑃𝑄𝑉1
6,0426 1,4599 0,1044
= = =
3,0272 0,7314 0,0523
= 1,9960
Δ𝑦
Kemiringan =
Δ𝑥
6,0426 −1,4599
=
3,0272 −0,7314
= 1,9960
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 83
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
E. PERHITUNGAN
1. Nozzle 5 mm
1 2
A = 4
πd
1 2
= 4 π (5 x 10-3 m)
= 1,9635 x 10-5 m2
a. Permukaan Bidang Datar
h = 6 cm
= 0,06 m
Bukaan 2/3
Q= 14.9 l/menit
14,9
= m³/det
1000 x 60
= 2,4833 x 10 ̄ ⁴ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 920 g
= 0,92 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
2,4833 x 10 ̄ ⁴ m³/det
= 565,2794 detik
𝑄
Vn =
𝐴
2,4833 x 10 ̄ ⁴ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 12,6473 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m m
V1 = √(12,6473 )2 − 2 𝑥 9,81 𝑥 0,006 𝑚
s s
= 12,6007 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 3,1291 ( 1 – cos 90 )
= 4,5312 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 84
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Bukaan 1/2
Q= 7,5 l/menit
7,5
= m³/det
1000 x 60
= 1,25 x 10 ̄ ⁴ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 720 g
= 0,72 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
1,25 x 10 ̄ ⁴ m³/det
= 1124 detik
𝑄
Vn =
𝐴
1,25 x 10 ̄ ⁴ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 6,3662 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m m
V1 = √(6,3662 )2 − 2 𝑥 9,81 𝑥 0,006 𝑚
s s
= 6,2729 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 0,7527 ( 1 – cos 90 )
= 1,1354 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 85
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Bukaan 1/3
Q= 5 l/menit
5
= m³/det
1000 x 60
= 8,3333 x 10 ̄ ⁵ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 700 g
= 0,70 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
8,3333 x 10 ̄ ⁵ m³/det
= 1686,0067 detik
𝑄
Vn =
𝐴
8,3333 x 10 ̄ ⁵ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 4,2441 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m m
V1 = √(4,2441 )2 − 2 𝑥 9,81 𝑥 0,006 𝑚
s s
= 4,1031 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 0,3419 ( 1 – cos 90 )
= 0,4951 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 86
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Bukaan 2/3
Q= 16,2 l/menit
16,2
= m³/det
1000 x 60
= 2,7 x 10 ̄ ⁴ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 700 g
= 0,7 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
2,7 x 10 ̄ ⁴ m³/det
= 520,3704 detik
𝑄
Vn =
𝐴
2,7 x 10 ̄ ⁴ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 13,7510 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m 2 m
V1 = √(13,7510
s
) − 2 𝑥 9,81 s
𝑥 0,005 𝑚
= 13,7513 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 3,7031 ( 1 – cos 45 )
= 1.7578 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 87
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Bukaan 1/2
Q= 8,4 l/menit
8,4
= m³/det
1000 x 60
= 1,4 x 10 ̄ ⁴ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 600 g
= 0,6 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
1,4 x 10 ̄ ⁴ m³/det
= 1003,5714 detik
Q
Vn =
A
3
1,4 x 10-4 m /det
=
1,9635 x 10-5
= 7,1301 m/det
F = ρQv1 ( 1- cos θ )
= 0,9885 N ( 1 – cos 45° )
= 0,4692 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 88
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Bukaan 1/3
Q= 5,7 l/menit
5,7
= m³/det
1000 x 60
= 9,6 x 10 ̄ ⁵ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 600 g
= 0,6 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
9,6 x 10 ̄ ⁵ m³/det
= 1478,9474 detik
𝑄
Vn =
𝐴
1,4 x 10 ̄ ⁴ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 4,3838 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m 2 m
V1 = √(4,3838
s
) − 2 𝑥 9,81 s
𝑥 0,005 𝑚
= 4,7358 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 0,4499 ( 1 – cos 45 )
= 0,2136 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 89
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Bukaan 2/3
Q= 15,6 l/menit
15,6
= m³/det
1000 x 60
= 2,6 x 10 ̄ ⁴ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 1000 g
= 1 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
2,6 x 10 ̄ ⁴ m³/det
= 540,3846 detik
𝑄
Vn =
𝐴
2,6 x 10 ̄ ⁴ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 13,2417 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m 2 m
V1 = √(13,2417
s
) − 2 𝑥 9,81 s
𝑥 0,005 𝑚
= 13,2046 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 3,4332 ( 1 – cos 135 )
= 6,8530 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 90
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Bukaan 1/2
Q= 7,8 l/menit
7,8
= m³/det
1000 x 60
= 1,3 x 10 ̄ ⁴ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 700 g
= 0,7 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
1,3 x 10 ̄ ⁴ m³/det
= 1080,7692 detik
𝑄
Vn =
𝐴
1,3 x 10 ̄ ⁴ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 6,6208 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m 2 m
V1 = √(6,6208
s
) − 2 𝑥 9,81 s
𝑥 0,005 𝑚
= 6,5463 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 0,8510 ( 1 – cos 135 )
= 1,6987 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 91
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Bukaan 1/3
Q= 5,8 l/menit
5,8
= m³/det
1000 x 60
= 9,6667 x 10 ̄ ⁵ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 700 g
= 0,7 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
9,6667 x 10 ̄ ⁵ m³/det
= 1453,4433 detik
𝑄
Vn =
𝐴
9,6667 x 10 ̄ ⁵ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 1,0671 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m 2 m
V1 = √(1,0671
s
) − 2 𝑥 9,81 s
𝑥 0,005 𝑚
= 0,3971 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 0,0523 ( 1 – cos 135 )
= 0,9306 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 92
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
2. Nozzle 8 mm
1
A = 4 π d2
2
1
= 4 π (8 × 10-3 m)
= 5,0265 x 10-5 m2
Q = 21,5 l/m
21,5
= m3 /det
1000 × 60
= 3,583 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 870 gr
= 0,87 kg
V
t =Q
0,01405 m3
=
3,583 x 10-4 m3 /det
= 392,0967 detik
Q
Vn =
A
3,583 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 7,1288 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 93
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
1
Bukaan
2
Q = 10,8 l/m
10,8
= 1000 × 60 m3 /det
= 1,8 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban 700 gr
= 0,7 kg
V
t =Q
0,01405 m3
=
1,8 x 10-4 m3 /det
= 780,5556 detik
Q
Vn =
A
1,8 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 3,5810 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 94
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
1
Bukaan 3
Q = 7,2 l/m
7,2
= m3 /det
1000 × 60
= 1,2 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 620 gr
= 0,62 kg
V
t =
Q
0,01405 m3
=
1,2 x 10-4 m3 /det
= 117,083 detik
Q
Vn = A
1,2 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 2,3873 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 95
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Q = 23,7 l/m
23,7
= 1000 × 60 m3 /det
= 3,95 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 700 gr
= 0,7 kg
V
t =
Q
0,01405 m3
=
3,95 x 10-4 m3 /det
= 355,6962 detik
Q
Vn = A
3,95 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 7,8584 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 96
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
1
Bukaan 2
Q = 16,4 l/m
16,4
= m3 /det
1000 × 60
= 2,7333 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 600 gr
= 0,6 kg
V
t =Q
0,01405 m3
=
2,7333 x 10-4 m3 /det
= 514,0307 detik
Q
Vn = A
2,7333 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 5,4378 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 97
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
1
Bukaan 3
Q = 7,5 l/m
7,5
= 1000 × 60 m3 /det
= 1,2 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 750 gr
= 0,75 kg
V
t =Q
0,01405 m3
=
1,2 x 10-4 m3 /det
= 1124 detik
Q
Vn = A
1,2 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 2,4868 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 98
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Q = 23,5 l/m
23,5
= 1000 × 60 m3 /det
= 3,9167 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 1000 gr
= 1 kg
V
t =Q
0,01405 m3
=
3,9167 x 10-4 m3 /det
= 358,7204 detik
Q
Vn = A
3,9167 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 7,7921 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 99
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
1
Bukaan 2
Q = 11,7 l/m
11,7
= m3 /det
1000 × 60
= 1,95 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 700 gr
= 0,7 kg
V
t =Q
0,01405 m3
=
1.95 x 10-4 m3 /det
= 720,5218 detik
Q
Vn = A
1,95 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 3,8794 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 100
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
1
Bukaan 3
Q = 7,9 l/m
7,9
= m3 /det
1000 × 60
= 1,3167 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 650 gr
= 0,65 kg
V
t =
Q
0,01405 m3
=
1,3167 x 10-4 m3 /det
= 1067,0616 detik
Q
Vn =
A
1,3167 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 1,0671 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 101
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
F. ANALISA
Pada praktikum Hari ini 17 Oktober 2020 membahas tentang Modul V yaitu
Tumbukan Pancaran Air atau dengan istilah Impact of Jet. Impact of jet merupakan alat
yang digunakan untuk melakukan suatu percobaan yang menyelidiki tentang pengaruh
momentum tumbukan suatu fluida terhadap suatu permukaan (vane). Dalam praktikum
ini mengenai teori momentum untuk fluida.
Praktikum ini bertujuan untuk mencari reaksi gaya yang dihasilkan dari perubahan
momentum aliran air, dengan pengukuran gaya yang dihasilkan oleh jet yang
menumbuk permukaan padat yang menghasilkan derajat defleksi aliran yang berbeda.
Maka dari itu, melalui percobaan praktikum ini dapat dilihat perbandingan hasil dari
fluida. Adapun alat yang digunakan seperti hydraulic bench yang berfungsi sebagai alat
untuk tempat air dan pengatur aliran air, impact of jets yang berfungsi sebagai alat untuk
mengetahui pengaruh momentum tumbukan terhadap permukaan bidang yang
digunakan, kemudian terdapat logam pemberat dengan ukuran berat yang berbeda
yang berfungsi sebagai pemberat dalam percobaan, nozzle ukuran 5 mm dan 8 mm
yang berfungsi untuk mengontrol arah atau karakteristik dari aliran fluida (terutama
untuk meningkatkan kecepatan) saat keluar (atau memasuki) sebuah ruang tertutup
atau pipa, dan permukaan bidang datar, kerucut, serta setengah bola yang berfungsi
sebagai menyelidiki perbedaan terhadap fluida.
Nozzle dalam praktikum ini sangat berpengaruh, karena fluida yang mengalir
melalui nozzle akan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi dibanding sebelum melalui
nozzle. Perubahan kecepatan ini akan menimbulkan perubahan momentum karena
kecepatan berbanding lurus terhadap momentum. Momentum yang besar ketika
menumbuk suatu bidang akan menimbulkan gaya yang besar pula. Gaya yang timbul
berupa gaya tolak yang dialami bidang yang ditumbuk (dalam percobaan ini fluida
menumbuk pada (vane)).
Nozzle memiliki beragam macam jenis yang tergantung pada penggunaannya.
Adapun nozzle tersebut yakni nozzle konvergen, nozzle divergen, dan nozzle
konvergen-divergen. Pada nozzle konvergen yaitu nozzle yang memiliki luasan tetap
atau sering disebut dengan istilah fixed geometry nozzle. Kemudian pada nozzle
divergen yaitu nozzle yang memiliki luasan tetap seperti nozzle konvergen. Dan pada
nozzle konvergen-divergen yaitu nozzle yang memiliki luasan variable. Pada nozzle ini,
aliran lebih dulu berkumpul pada minimum area atau throat, kemudian dikembangkan
melalui bagian divergen dan keluar disebelah kanan.
Dalam mekanika fluida kita sangat erat hubungannya dengan tekanan dan
kecepatan. Karena dua fungsi tersebut adalah pokok mengapa bisa terjadi proses
mekanik. Tekanan dan kecepatan pada dasarnya memiliki nilai yang berbalik. Artinya
jika suatu substansi memiliki kecepatan yang tinggi maka substansi tersebut akan
memiliki tekanan yang rendah, begitu juga sebaliknya. Pada praktikum impact of jet
dapat diketahui bahwa penurunan tekanan dapat meningkatkan kecepatan, peristiwa
tersebut dapat kita lihat aplikasinya pada nozzle. Perubahan kecepatan sebelum dan
sesudah dari nozzle akan menimbulkan perubahan momentum.
Menurut arah arus fluida saat meninggalkan permukaan impact-nya, impact of jet
dapat dikelompokkan menjadi simetris dan asimetris. Dikatakan simetris jika impact
yang mengenai permukaan vane berbelok secara simetris dengan X sebagai sumbu
simetri. Jika permukaan impact tidak simetris dengan sumbu vertikalnya dalam hal ini
sumbu X, pancaran fluida meninggalkan permukaan yang mengakibatkan reaksi
gayanya tidak nol. Bagian yang diberi tanda garis putus-putus merupakan control
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 102
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
volume asimetris jet. Percobaan ini didasarkan pada momentum yang terjadi akibat
tumbukan pancaran air dengan plat.
Impact of jet atau tumbukan pancaran air sering diaplikasikan dalam pembuatan
turbin air. Turbin air sering digunakan dalam PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air).
Energi potensial yang dimiliki air menimbulkan gaya pancar yang digunakan untuk
memutar turbin. Gerak putar turbin akan menghasilkan energi yang dapat diubah
menjadi energi listrik yang kemudian didistribusikan untuk pemanfaatan dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu, aplikasi dalam kehidupan sehari-hari yakni pada roket
air, mesin jet ski, dan nozzle air mancur. Aplikasi dalam dunia industri pun ada yakni
pada turbin pleton dan mesin turbojet (turbojet engine).
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 103
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
G. KESIMPULAN
1. Praktikan dapat mencari reaksi gaya ya itu antara nozzle yg memberikan aksi
terhadap permukaan bidang dan permukaan bidang memberikan reaksi terhadap
pancaran.
2. Praktikan dapat mengetahui bentuk-bentuk pancaran dari masing masing bidang
permukaan.
3. Praktikan dapat mengetahui reaksi gaya yang dihasilkan dari perubahan momentum
aliran air.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 104
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
H. LAMPIRAN
5.3 Gambar Alat dan Bahan
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 105
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
(g) (h)
Keterangan :
(a) Bangku Hidrolik Digital
(b) Tangki Pasokan dengan Batang dan Tabung Pendukung
(c) Tangki Sulpai Pewarna
(d) Osborne Reynolds
(e) Thermometer
(f) Klip Kontrol Pewarna
(g) Air 140,5 liter
(h) Botol Pewarna
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 106
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 - 042
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 107
Laporan Praktikum
MODUL NO. VI
SALURAN DALAM ALIRAN TERBUKA
(Open Channel)
Kelompok : VII
Jurusan : S1 Teknik Sipil
Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
MODUL VI
( Open Channel )
A. TUJUAN
Untuk menghitung debit air yang melimpas pada saluran terbuka persegi
panjang dengan menggunakan alat ukur seperti bendung ambang lebar, bendung
segitiga, venturi flume, serta sluice gate.
Bahan :
Air sebanayak 140,5 liter
C. DASAR TEORI
Cairan yang mengalir di saluran terbuka memiliki permukaan bebas yang terkena
tekanan atmosfer. Oleh karena itu, sepanjang saluran, tekanan pada permukaan
konstan dan alirannya tidak dapat dihasilkan oleh tekanan eksternal tetapi hanya oleh
perbedaan energi potensial karena kemiringan permukaan. Memperhitungkan saluran
terbuka dengan lebar yang sama (B) dan dengan alas datar tetapi miring seperti
diilustrasikan di bawah ini, di mana cairan mengalir dari kiri ke kanan.
Pada bidang X :
Tinggi dasar saluran di atas datum = Z
Kedalaman cairan dalam saluran = D
Lebar saluran = B
Perimeter basah = P = B + 2D
Kecepatan rata-rata cairan = v.
Kedalaman Rata-Rata Hidrolik, DHM didefinisikan sebagai:
A B.D
𝐷𝐻 = =
P B + 2D
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 108
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Menerapkan persamaan Bernoulli untuk cairan pada bidang X maka total energi
puncak di atas datum adalah:
V2
H = Z + D 2g
Seringkali menguntungkan untuk menggunakan dasar saluran sebagai datum.
Total energi puncak di atas dasar saluran dikenal sebagai energi spesifik, E adalah:
V2
E=D+
2g
Penataan ulang untuk mendapatkan kecepatan rata-rata:
V = √2g (E-D)
Tergantung pada kemiringan saluran kedalaman cairan di sepanjang saluran
mungkin konstan atau mungkin menurun atau meningkat. Pertimbangan kontinuitas laju
aliran antara dua bidang X1 dan X2 mensyaratkan bahwa laju aliran Q adalah sama di
masing-masing bidang sehingga:
Q = V1 . A1 = V2 . A2
dan untuk saluran persegi panjang lebar yang sama, B:
Q
q= = V1 . D1 = V2 . D2
B
Untuk aliran yang seragam atau stabil dalam saluran lebar konstan, kedalaman
cairan akan konstan sepanjang saluran D1 = D2 dan oleh karena itu kemiringan
permukaan θS harus sejajar dengan kemiringan dasar θB sehingga θS = θB.
Jika kecepatan di sepanjang dasar meningkat maka kedalaman berkurang ke
arah aliran D1>D2 dan kemiringan permukaan lebih besar dari kemiringan dasar saluran
θS>θB atau jika kecepatan berkurang maka kedalaman meningkat D1<Θb.
Untuk aliran air pada kecepatan konstan sepanjang saluran harus ada
keseimbangan antara gaya yang menyebabkan aliran dan gaya gesekan yang
menentang aliran.
Gaya yang menghasilkan gerakan di garis dasar saluran disebabkan oleh
gravitasi dan untuk setiap bagian saluran dengan panjang L adalah:
= W. SinθB = ρ. g. A. δL. SinθB
Jika kemiringannya kecil m aka : sinθ ≈ θ B sehingga gerakan yang menghasilkan gaya
adalah:
= ρ. g. A. δL.θB
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 109
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Gerakan penahan gaya adalah karena tahanan gesek pada perimeter dibasahi,
jika tahanan gesekan per satuan luas pada kecepatan satuan adalah f maka tahanan
untuk bagian saluran panjang L adalah:
= f. V2. P. δL
Untuk kecepatan konstan menyamakan dua gaya yang berlawanan ini:
f. V2. P. δL = ρ. g. A. δL. θB
V2 = ρ. g f . A P . θB
Mengganti DHM kedalaman rata-rata hidrolik untuk A/P kecepatan diberikan oleh:
ρ.g
V=√ f
√DH . θB
= C √DH . θB
Persamaan ini dikenal sebagai rumus Chezy dan C = √ρ . g/f adalah Koefisien
Chezy untuk saluran. Koefisien chezy adalah dimensi dan karenanya nilai numeriknya
akan bergantung pada unit yang digunakan. Ini memiliki dimensi: 𝐿1/2 . 𝑇 −1
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 110
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
2 2
V Q
E=D =D+ 2
2.g 2.g.A
V = √2.g(E - D)
Debitnya adalah:
Q = √2.g(E - D)
substitusi B.D ke A dalam persamaan energi spesifik dan mendefinisikan q sebagai
aliran volume per unit lebar saluran sehingga q = Q / B atau q / D = Q / A.
Q2 q2
E = D 2.g.A = D+
2.g.D2
Sekarang membedakan hubungan dengan kedalaman dan menyamakan dengan
nol untuk menentukan kondisi untuk nilai minimum energi spesifik Ec:
dE q2
=1- =0
dD g.D3
Oleh karena itu:
q2 3 q2
DC3 = atau DC = √
g g
Jadi energi spesifik minimum, yang dikenal sebagai energi spesifik kritis, 𝐸𝐶
diberikan oleh:
q2 DC2. g 3
EC = DC = DC + = DC
2.g.D 2 2. g. D 2 2
C C
Kedalaman kritis yang berhubungan dengan energi spesifik minimum adalah:
2
DC = EC
3
dan kecepatan pada kondisi kritis ini adalah:
2
VC = √2g(E-D) = √2g(EC - 3 EC
2
= √ g.EC = √g . DC
3
Untuk nilai debit q tertentu akan ada dua kedalaman yang mungkin untuk nilai
energi spesifik yang diberikan seperti yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini. Untuk
kedalaman yang lebih besar dari kedalaman kritis, aliran dikatakan subkritis atau tenang
dan untuk kedalaman kurang dari kedalaman kritis, aliran digambarkan sebagai superkritis
atau shooting.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 111
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
D1 2V 2 D1 D 2
1 1
D2 = - 2
+√ g
+ 4
c) Hilangnya Energi Spesifik
Dengan nilai V2 dan D2 dievaluasi seperti di atas maka hilangnya energi spesifik
karena irreversibilitas dalam lompatan hidrolik dapat dihitung dari:
V2 V2 V2 V2
E1 - E2 = (D1 - 1 ) - (D2 - 2 ) = (D2 + D1 ) + ( 1 - 2 )
2g 2g 2g 2g
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 113
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
E = E1 – Z
Dengan dasar saluran horisontal, puncak energi total diberikan oleh
Q2
H = E + Z = Y +2gY + z
Asumsi bahwa aliran mendekati tenang atau subkritis dan bahwa hilir bendung
tidak dibatasi dari aliran atas bendung akan dipercepat karena puncak yang tersedia
dan aliran akan menjadi shooting atau superkritis. Kondisi aliran kritis terjadi ketika
puncak energi spesifik E adalah nilai minimum dan karena gesekan pada permukaan
bendung bagian atas, ini harus terjadi pada ujung hilir bendung di mana:
3 2
Q
DC = √ g
Bendung ambang lebar sering digunakan sebagai alat pengukur aliran di saluran
terbuka. Asalkan ada kondisi kritis di tepi hilir bendung, satu-satunya pengukuran yang
diperlukan untuk menentukan laju aliran adalah kedalaman hulu di atas puncak
bendung. Laju aliran diberikan oleh:
2 2g
Q= B√ C C E1.5
3 3 V D
Di mana CV adalah Koefisien Kecepatan dan CD adalah Koefisien Pengaliran.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 114
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Q = B1 . D1 . V1 = B2 . D2 . V2
B2 D2
V1 = V2 B1 D1
Substitusi
V 2 B 2D 2
2 2 2
D1 - D2 = 2g
(1 - B 2D 2
)
1 1
Penataan Ulang
2g(D1 - D2
Q = B2 . D2 . V2 = B2 . D2 B 2D 2
√ 2 2 )
1-(
B 2D 2
1 1
Oleh karena itu laju aliran melalui venturi dapat dihitung dari pengukuran
kedalaman air di pintu masuk dan tenggorokan venturi. Aliran maksimum akan terjadi
ketika aliran di tenggorokan kritis ketika kedalaman di tenggorokan adalah 2/3 dari
energi spesifik.
2
DC = 3
H
x 2
y
H= 2g
+ D2
Debit kemudian diberikan oleh
Q = B2 . D2 √2g(H - D2
2 2
= B2 . H √2g(H - H)
3 3
2
= 1.706 B2 H3
Asalkan venturi dioperasikan dengan tenggorokan pada kondisi kritis laju aliran
dapat ditentukan dari pengukuran puncak hulu H ditambah geometri venturi. Dalam
praktiknya, Koefisien Pengaliran dan Koefisien Kecepatan dimasukkan untuk
memungkinkan puncak diukur di pintu masuk venturi, koefisien ini memungkinkan
kecepatan aliran pendekatan dan untuk vena contractor yang berada di hilir
tenggorokan.
tidak cukup untuk mempertahankan aliran superkritis atau jika ada batasan di hilir.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 115
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 116
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
4.1 Prosuder Praktikum Umum
1. Posisikan Saluran Aliran ke sisi kiri Bangku Hidrolik sehingga pelepasan dari
Saluran Aliran akan memasuki saluran bendung Bangku Hidrolik.
2. Sesuaikan kaki frame pendukung saluran aliran sehingga tidak bergoyang.
3. Lepaskan "Clamping Stud" dari penyangga sisi kiri. Ini untuk memungkinkan
penyesuaian kemiringan saluran aliran.
Penting : Jangan menyesuaikan kemiringan saluran aliran dengan
clamping stud pada posisinya.
4. Hubungkan selang bawaan dari Bangku Hidrolik ke sambungan inlet dari
saluran aliran.
5. Turunkan pintu air di ujung keluar terowongan untuk menutup pintu keluar dari
terowongan.
6. Mulai pompa bangku hidrolik dan biarkan air masuk ke saluran sampai terisi
sekitar 20 mm.
7. Ukur jarak ketinggian air dari tepi atas dinding saluran di setiap ujungnya dan
dengan menggunakan tombol penyesuaian kemiringan memperoleh
pengukuran sama.
8. Atur putaran jam ke nol dan catat pembacaan alat penghitung putaran.
9. Periksa bahwa kedalaman air pada saluran adalah konstan di sepanjang
saluran. ini adalah keadaan untuk kemiringan nol.
21 2
2.5/1500 ⁄
3.0/1500 3
4.0/1500 4
51
5.5/1500 ⁄2
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 117
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Kecepatan rata-rata, V = Q/A .
Kedalaman rata-rata hidrolik, DHM = A / (2D + B).
Kemiringan dasar saluran, θB .
Akar kuadrat dari hasil kali kedalaman rata-rata hidrolik dan kemiringan
√DH . θB .
The Expression DH 3⁄2 √θB .
9. Plot grafik kecepatan rata-rata V terhadap √DH . θB dan tentukan koefisien
Chezy dari kemiringan grafik.
10. Plot grafik dengan kecepatan rata-rata V terhadap DH 3⁄2 √θB dan tentukan
nilai kekasaran Manning dari kemiringan grafik.
11. Mengomentari nilai koefisien kekasaran Manning n dan membandingkannya
dengan nilai-nilai yang dikutip dalam buku pelajaran.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 119
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
NOMENKLATUR
CD Koefisien pengaliran
CV Koefisien kecepatan
D Kedalaman aliran M L
Kedalaman sesuai dengan energi
𝐷𝐶 M L
spesifik minimum
DHM Kedalaman rata-rata hidrolik M L
E Energi spesifik M L
F Gaya gesek N -2
MLS
Tahanan gesekan per unit daerah -2
F N⁄m2 ML-1 S
yang dibasahi
g Percepatan gravitasi 9,81 m⁄s2 LT-2
H Total di puncak M L
1⁄2⁄
L1 2 ⁄T-1
N Koefisien manning ⁄
m s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 120
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Kelompok : VII
Hari/tgl : Sabtu, 31 Oktober 2020
Pukul : 13.30
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 121
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 122
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Kelompok : VII
Hari/tgl : Sabtu, 31 Oktober 2020
Pukul : 13.30
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 123
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Laju
Luas
Kedala Kemiringa
Aliran Kecepatan 𝐷𝐻𝑀 DH 2⁄3
man n Permukaan √DH . θB
Air (𝑚⁄𝑠) (m) √θB
(m) Saluran 3 (𝑚 2 )
(𝑚 ⁄𝑑𝑒𝑡)
0,014 0,000833 9,67 x 10-5 7,95 x10-4 1,22 x10-1 9,58 x10-3 2,82 x10-3 1,302 x10-3
0,014 0,001133 9,67 x 10-5 7,42 x10-4 1,3 x10-1 9,16 x10-3 2,38 x10-3 1,473 x10-3
0,014 0,001200 9,67 x 10-5 7,42 x10-4 1,3 x10-1 9,16 x10-3 2,45 x10-3 1,517 x10-3
-5 -4
0,014 0,001667 9,67 x 10 7,42 x10 1,3 x10-1 9,16 x10-3 2,89 x10-3 1,787 x10-3
0,013 0,002000 9,67 x 10-5 7,42 x10-4 1,3 x10-1 9,16 x10-3 3,16 x10-3 1,957 x10-3
0,012 0,002667 9,67 x 10-5 6,89 x10-4 1,4 x10-1 8,72 x10-3 4,82 x10-3 2,188 x10-3
0,011 0,003667 9,67 x 10-5 6,89 x10-4 1,4 x10-1 8,72 x10-3 5,65 x10-3 2,566 x10-3
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 124
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Kelompok : VII
Hari/tgl : Sabtu, 31 Oktober 2020
Pukul : 13.30
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 125
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Kelompok : VII
Hari/tgl : Sabtu, 31 Oktober 2020
Pukul : 13.30
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 126
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Kelompok : VII
Hari/tgl : Sabtu, 31 Oktober 2020
Pukul : 13.30
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 127
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
grafik
0,12
0,1
0,08
V (m/s)
0,06
0,04
0,02
0
0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005
DHM.θB
Grafik kecepatan aliran (V) terhadap √DHM .θB . Pada grafik diatas dapat
diketahui bahwa nilai kecepatan aliran (V) pada titik pertama = 6,33 x10-2 m/s,
pada titik kedua = 6,33 x10-2 m/s, pada titik ketiga = 6,33 x10-2 m/s, pada titik
keempat = 6,33 x10-2 m/s, pada titik kelima = 6,33 x10-2 m/s, pada titik keenam
= 6,33 x10-2 m/s dan pada titik yang ketujuh atau terakhir = 6,33 x10-1. Pada
grafik diatas titik yang medekati garis adalah titik kedua, titik ketiga dan titik
keenam. Dari ketiga titik tersebut titik yang paling dekat dengan garis atau tepat
digaris adalah titik kedua. Sedangkan titik yang terjauh dari garis merukan titik
ketujuh atau titik terakhir. Dari kedua titik tersebut titik yang terjauh adalah titik
ketujuh atau titik terakhir.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 128
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Grafik
0,145
0,14
0,135
V (m/s)
0,13
0,125
0,12
0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006
DHM.θB
Grafik kecepatan aliran (V) terhadap √DHM .θB . Pada grafik diatas dapat
diketahui bahwa nilai kecepatan aliran (V) pada titik pertama = 1,26 x10-1
m/s, pada titik kedua = 1,47 x10-1 m/s, pada titik ketiga = 1,52 x10-1 m/s,
pada titik keempat = 1,73 x10-1 m/s, pada titik kelima = 1,89 x10-1 m/s,
pada titik keenam = 3,25 x10-1 m/s dan pada titik yang ketujuh atau
terakhir = 2,38 x10-1 m/s. Pada grafik diatas titik yang medekati garis
adalah titik keempat dan titik ketujuh atau titik terakhir. Dari kedua titik
tersebut yang paling mendekati garis adalah titik ketujuh. Sedangkan titik
yang terjauh dari garis merupakan titik pertama, titik kelima dan juga titik
keenam. Dari kedua titik tersebut titik yang terjauh adalah titik keenam.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 129
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Grafik
0,12
0,1
0,08
0,06
0,04
0,02
0
0 0,0005 0,001 0,0015 0,002 0,0025 0,003 0,0035
Grafik kecepatan aliran (V) terhadap D2/3 √θB . Pada grafik diatas dapat
diketahui bahwa nilai kecepatan aliran (V) pada titik pertama = 9,67 x10-2
m/s, pada titik kedua = 9,67 x10-2 m/s, pada titik ketiga = 9,67 x10-2 m/s,
pada titik keempat = 9,67 x10-2 m/s, pada titik kelima = 9,67 x10-2 m/s, pada
titik keenam = 9,67 x10-2 m/s dan pada titik yang ketujuh atau terakhir = 9,67
x10-1 m/s Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tidak semua titik terkena
garis grafik. Titik yang terkena garis grafik hanya ada 4 titik saja yaitu titik
kedua, titik ketiga, titik kelima dan titik keenam. Dari 4 titik tersebut titik yang
tepat terkena garis grafik adalah titik kedua. Sedangkan titik yang tidak
terkena garis ada 3 yitu titik pertama, titik keempat dan titik ketujuh atau titik
terakhir. Dari ketiga titik tersebut titik yang terjauh dari garis adalah titik
keempat
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 130
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Grafik
0,145
0,14
0,135
0,13
0,125
0,12
0 0,0005 0,001 0,0015 0,002 0,0025 0,003
Grafik kecepatan aliran (V) terhadap D2/3 √θB . Pada grafik diatas dapat
diketahui bahwa nilai kecepatan aliran (V) pada titik pertama = 1,302 x10-1
m/s, pada titik kedua = 1,473 x10-1 m/s, pada titik ketiga = 1,517 x10-1 m/s,
pada titik keempat = 1,787 x10-1 m/s, pada titik kelima = 1,957 x10-1 m/s,
pada titik keenam = 2,188 x10-1 m/s dan pada titik yang ketujuh atau terakhir
= 2,566 x10-1 m/s. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa semua titik tidak
mengenai garis grafik. Titik yang mendekati garis grafik hanya ada 2 titik saja
yaitu titik kempat dan titik ketujuh atau terakhir. Dari 2 titik tersebut titik yang
paling medekati garis adalah titik ketujuh atau titik terakhir. Sedangkan titik
yang terjauh dari garis ada 3 yaitu titik pertama, titik kelima dan titik keenam.
Dari ketiga titik tersebut titik yang terjauh dari garis adalah titik keenam.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 131
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Grafik D terhadap E
Grafik kedalaman aliran (D) terhadap energi spesifik (E). Dari grafik diatas
dapat diketahui bahwa pada debit 5.95x10-5 m3/det pada titik kesepuluh, titik
kesebelas, titik kedua belas dan titik ketiga belas nilai energi spesifiknya
memiliki selisih yang jauh dari energi spesifik pada debit 1,09 x10-4 m3/det.
Pada debit 1,32 x10-4 m3/det bahwa kedalaman maksimumnya terletak pada
titik pertama dengan nilai kedalaman 1,93 m dan dengan energi spesifik
sebesar 1,93 x10-2 m sedangkan pada debit 9 x10 -5 m3/det kedalaman
maksimumnya terletak pada titik pertama dengan nilai kedalaman 0,0595 m
dan dengan energi spesifik sebesar 5,95 x10 -2 m. Selain itu dari grafik diatas
juga dapat diketahui energi spesifik yang terbesar pada debit 1,25 x10 -4 m3/det
dengan besar nilai energi spesifiknya adalah 7,29 x10 -2 m yang terletak pada
titik ketiga belas atau titik terakhir. Dan pada debit 9 x10 -5 m3/det nilai energi
spesifik yang terbesar adalah 6,00 x10-2 m yang terletak pada titik ketiga.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 132
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Grafik
0,006
0,005
0,004
0,003
0,002
0,001
0
0 0,0002 0,0004 0,0006 0,0008 0,001 0,0012
Grafik D1,5 terhadap laju aliran (Q). Dari grafik diatas dapat diketahui nilai
D1,5 pada titik pertama = 6,21 x10-3 m, pada titik kedua = 6,21 x10-3 m, pada
titik ketiga = 6,21 x10-3 m, pada titik keempat 4,91 x10-3 m, pada titik kelima =
3,72 x10-3 m, pada titik keenam = 2,55 x10-3 m, pada titik ketujuh = 1,33 x10-
3
m, pada titik kedelapan = 1,63 x10-3 m, pada titik kesembilan = 2,17 x10-3
m, pada titik kesepuluh = 3,45 x10-3 m. Pada grafik diatas dapat dilihat
bahwa tidak semua titik yang ada digrafik mengenai garis grafik. Titik yang
menganai garis ada 7 titik yaitu titik yang pertama, titik kedua, titik ketiga, titik
kelima, titik keenam, titik kedelapan dan titik kesembilan. Dari ke 7 titik
tersebut titik yang paling tepat mengenai garis adalah titik pertama dan titik
kesembilan. Sedangkan titik yang tidak mengenai garis ada 3 yaitu titik
keempat, titik ketujuh dan titik kesepuluh. Dari ke 3 titik tersebut titik yang
terjauh dari garis adalah titik ketujuh sedangkan titik yang paling mendekati
garis adalah titik kesepuluh.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 133
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Grafik
0,012
0,01
0,008
0,006
0,004
0,002
0
0 0,0002 0,0004 0,0006 0,0008 0,001 0,0012
Grafik E1,5 terhadap laju aliran (Q) menunjukkan bahwa besar nilai E 1,5 dan
laju aliran (Q) berbanding lurus atau dengan kata lain semakin kecil nilai E 1,5
maka laju alirannya juga akan semakin kecil behitu juga sebaliknya semakin
besar nilai E1,5 maka nilai laju alirannya akan semakin besar. Dari grafik
diatas dapat diketahui nilai E1,5 pada titik pertama = 1,12 x10-2 m, pada titik
kedua = 1,08 x10-2 m, pada titik ketiga = 1,04 x10-2 m, pada titik keempat =
9,94 x10-3 m, pada titik kelima = 9,61 x10-3 m, pada titik keenam = 9,26 x10-3
m, pada titik ketujuh = 8,89 x10-3 , pada titik kedelapan = 8,84 x10-3 , pada
titik kesembilan = 8,12 x10-3 m, pada titik kesepuluh = 7,8 x10-3 m. Dari grafik
diatas dapat dilihat semua titik pada grafik mengenai garis tetapi tidak semua
titik tepat mengenai garis. Titik yang tidak tepat mengenai garis adalah titik
ketujuh.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 134
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
E. PERHITUNGAN
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 135
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 136
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
kemiringan dasar saluran (θB) = 0,002000
Kedalaman (D) = 13 mm
= 0,013 m
Luas permukaan aliran (A) = B x D
= 0,053 m x 0,013 m
= 6,89 x 10-4 m2
Q
Kecepatan (v) =
A
3
6,33×10-5 m /det
=
6,89×10-4 m2
= 9,18 x 10-2 m/det
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) = 2 D+B
2
6,89×10-4 m
=
2 (0,013 m)+0,053 m
= 8,72 x 10-3 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 137
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Kemiringan dasar saluran (θB) = 0,003667
Kedalaman (D) = 11 mm
= 0,011 m
Luas permukaan aliran (A) = B x D
= 0,053 m x 0,011 m
= 5,83 x 10-4 m2
Q
Kecepatan (v) =
A
3
6,33×10-5 m /det
=
5,83×10-4 m2
= 1,08 x 10-1 m/det
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) = 2 D+B
2
5,83×10-4 m
=
2 (0,011 m)+0,053 m
= 7,77 x 10-3 m
Q = 5,802 l/mm
= 9,67 x 10-5 m3/det
Kemiringan dasar saluran (θB) = 0,000833
Kedalaman (D) = 15 mm
= 0,015 m
Luas permukaan aliran (A) = B x D
= 0,053 m x 0,015 m
= 7,95 x 10-4 m2
Q
Kecepatan (v) = A
3
9,67×10-5 m /det
=
7,95×10-4 m2
= 1,22 x 10-1 m/det
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) = 2 D+B
2
7,95×10-4 m
= 2 (0,015 m)+0,053 m
= 9,58 x 10-3 m
√DHM ×θB = √9,58 × 10−3 𝑚 × 0,000833
= 2,83 x 10-3
2/3
DHM2/3 x √θB = (9,58×10-3 m) ×√0,000833
= 1,31 x 10-3
Kemiringan dasar saluran (θB) = 0,001133
Kedalaman (D) = 14 mm
= 0,014 m
Luas permukaan aliran (A) = B x D
= 0,053 m x 0,014 m
= 7,42 x 10-4 m2
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 138
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Q
Kecepatan (v) = A
3
9,67×10-5 m /det
=
7,42×10-4 m2
= 1,30 x 10-1 m/det
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) = 2 D+B
2
7,42×10-4 m
=
2 (0,014 m)+0,053 m
= 9,16 x 10-3 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 139
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) = 2 D+B
2
7,42×10-4 m
= 2 (0,014 m)+0,053 m
= 9,16 x 10-3 m
= √9,16×10 m×0,001667
-3
√DHM ×θB
= 3,91 x 10-3
2/3
DHM2/3 x √θB = (9,16×10-3 m) ×√0,001667
= 1,78 x 10-3
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 140
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
= √8,72×10 m×0,003667
-3
√DHM ×θB
= 5,66 x 10-3
2/3
-3
DHM2/3 x √θB = (8,72×10 m) ×√0,003667
= 2,56 x 10-3
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 141
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Titik 2
Kedalaman (D) = 5,95 cm
= 0,0595 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,0595 m + 0 m
= 0,0595 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,0595 m
= 5,15 x 10-3 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,0595 m+ 2
2×9,81 m/det2 ×(5,15×10-3 m2 )
= 5,95 x 10-2
Titik 3
Kedalaman (D) = 6 cm
= 0,06 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,06 m + 0 m
= 0,0600 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,06 m
= 3,18 x 10-3 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 142
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,06 m+ 2
2×9,81 m/det2 ×(3,18×10-3 m2 )
= 6 x 10-2
Titik 4
Kedalaman (D) = 4,6 cm
= 0,046 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,01 m
D+Z = 0,046 m + 0,01 m
= 0,056 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,046 m
= 2,44 x 10-3 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,046 m+ 2
2×9,81 m/det2 ×(2,44×10-3 m2 )
= 4,61 x 10-2
Titik 5
Kedalaman (D) = 3,45 cm
= 0,0345 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,022 m
D+Z = 0,0345 m + 0,022 m
= 0,0565 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,0345 m
= 1,83 x 10-3 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,0345 m+ 2
m -3 2
2×9,81 2 ×(1,83×10 m )
det
= 3,46 x 10-2
Titik 6
Kedalaman (D) = 2,2 cm
= 0,022 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,036 m
D+Z = 0,022 m + 0,036 m
= 0,058 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,022 m
= 1,17 x 10-3 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,022 m+ 2 2
m -3
2×9,81 2 ×(1,17×10 m )
det
= 2,23 x 10-2
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 143
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Titik 7
Kedalaman (D) = 1 cm
= 0,01 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,05 m
D+Z = 0,01 m + 0,05 m
= 0,06 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,01 m
= 5,3 x 10-4 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,01 m+ 2 2
m -4
2×9,81 2 ×(1,17×10 m )
det
= 1,15 x 10-2
Titik 8
Kedalaman (D) = 0,6 cm
= 0,006 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,041 m
D+Z = 0,006 m + 0,041 m
= 0,047 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,006 m
= 3,18 x 10-4 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,006 m+ 2 2
m -4
2×9,81 2 ×(3,18×10 m )
det
= 1,01 x 10-2
Titik 9
Kedalaman (D) = 0,6 cm
= 0,006 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,0325 m
D+Z = 0,006 m + 0,0325 m
= 0,0385 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,006 m
= 3,18 x 10-3 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,006 m+ 2 2
m -4
2×9,81 2 ×(3,18×10 m )
det
= 1,01 x 10-2
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 144
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Titik 10
Kedalaman (D) = 0,5 cm
= 0,005 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,022 m
D+Z = 0,005 m + 0,022 m
= 0,027 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,005 m
= 2,65 x 10-4 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,005 m+ 2 2
m -4
2×9,81 2 ×(2,65×10 m )
det
= 1,09 x 10-2
Titik 11
Kedalaman (D) = 0,4 cm
= 0,004 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,013 m
D+Z = 0,004 m + 0,013 m
= 0,017 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,004 m
= 2,12 x 10-4 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,004 m+ 2 2
m -4
2×9,81 2 ×(2,12×10 m )
det
= 1,32 x 10-2
Titik 12
Kedalaman (D) = 0,3 cm
= 0,003 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,003 m + 0 m
= 0,003 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,003 m
= 1,59 x 10-4 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,003 m+ 2 2
m -4
2×9,81 2 ×(1,59×10 m )
det
= 1,93 x 10-2
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 145
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Titik 13
Kedalaman (D) = 0,3 cm
= 0,003 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,003 m + 0 m
= 0,003 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,003 m
= 1,59 x 10-4 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,003 m+ 2 2
m -4
2×9,81 2 ×(1,59×10 m )
det
= 1,93 x 10-2
Q = 7,5 l/m
7,5
= 1000×60 m3 /det
= 1,25 × 10-4
Titik 1
Kedalaman (D) = 6,2 cm
= 0,062 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,062 m + 0 m
= 0,062 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,062 m
= 3,286 x 10-3 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,062 m+ 2
2×9,81 m/s2×(3,286 x 10-3 )
= 6,21 ×10-2 m
Titik 2
Kedalaman (D) = 6,2 cm
= 0,062 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,062 m + 0 m
= 0,062 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,062 m
= 3,286 x 10-3 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,062 m+ 2
2×9,81 m/s2×(3,286 x 10-3 )
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 146
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
= 6,21 ×10-2 m
Titik 3
Kedalaman (D) = 6,2 cm
= 0,062 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,062 m + 0 m
= 0,062 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,062 m
= 3,286 x 10-3 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,062 m+ 2
2×9,81 m/s2×(3,286 x 10-3 )
= 6,21 ×10-2 m
Titik 4
Kedalaman (D) = 4,9 cm
= 0,049 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,01 m
D+Z = 0,049 m + 0,01 m
= 0,0590 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,049 m
= 2,597 x 10-3 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,049 m+ 2
2×9,81 m/s2×(2,597 x 10-3 )
-2
= 4,91 ×10 m
Titik 5
Kedalaman (D) = 3,7 cm
= 0,037 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,022 m
D+Z = 0,037 m + 0,022 m
= 0,0590 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,037 m
= 1,961 x 10-3 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,037 m+ 2
2×9,81 m/s2×(1,961 x 10-3 )
= 3,72×10-2 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 147
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Titik 6
Kedalaman (D) = 3,5 cm
= 0,035 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,036 m
D+Z = 0,035 m + 0,036 m
= 0,0710 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,035 m
= 1,855 x 10-3 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,035 m+ 2
2×9,81 m/s2×(1,855 x 10-3 )
= 3,52×10-2 m
Titik 7
Kedalaman (D) = 1,1 cm
= 0,011 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,05 m
D+Z = 0,011 m + 0,05 m
= 0,0610 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,011 m
= 5,83 x 10-4 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,011 m+ 2
2×9,81 m/s2×(5,83 x 10-4 )
= 1,33×10-2 m
Titik 8
Kedalaman (D) = 0,5 cm
= 0,005 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,041 m
D+Z = 0,005 m + 0,041 m
= 0,0460 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,005 m
= 2,65 x 10-4 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,005 m+ 2
2×9,81 m/s2×(2,65 x 10-4 )
= 1,63×10-2 m
Titik 9
Kedalaman (D) = 0,4 cm
= 0,004 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,0325 m
D+Z = 0,004 m + 0,0325 m
= 0,0365 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 148
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,004 m
= 2,12 x 10-4 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,004 m+ 2
2×9,81 m/s2×(2,12 x 10-4 )
= 2,17×10-2 m
Titik 10
Kedalaman (D) = 0,3 cm
= 0,003 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,022 m
D+Z = 0,003 m + 0,022 m
= 0,025 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,003 m
= 1,59 x 10-4 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,003 m+ 2
2×9,81 m/s2×(1,59 x 10-4 )
= 3,45×10-2 m
Titik 11
Kedalaman (D) = 0,3 cm
= 0,003 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,013 m
D+Z = 0,003 m + 0,013 m
= 0,0160 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,003 m
= 1,59 x 10-4 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,003 m+ 2
2×9,81 m/s2×(1,59 x 10-4 )
= 3,45×10-2 m
Titik 12
Kedalaman (D) = 0,29 cm
= 0,0029 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,0029 m + 0 m
= 0,0029 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,0029 m
= 1,537 x 10-4 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,0029 m+ 2
2×9,81 m/s2×(1,537 x 10-4 )
-2
= 3,66×10 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 149
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Titik 13
Kedalaman (D) = 0,2 cm
= 0,002 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,002 m + 0 m
= 0,002 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,002 m
= 1,06 x 10-4 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,002 m+ 2
2×9,81 m/s2×(1,06 x 10-4 )
= 7,29×10-2 m
Q = 6 l/menit
= 1×10-3 m3/s
D1 = 3 cm
= 0.03 m
A1 = B1 × D1
= 0.053 m × 0.03 m
= 1.590 × 10-3 m2
Q2
E =D+
2 gA2
2
m3 /s)
-3
(1×10
= 0.03 m + 2
2 × 9.81 m/s2 × (1.590 × 10-3 m2 )
= 5,0161 × 10-2 m
1.5
D = (0.03 m)1.5
= 5,1962 × 10-3 m
E1.5 = (5,0161 × 10-2)1.5
= 1,1234 × 10-2 m
Q = 5,8 l/menit
= 9,67 × 10-4 m3/s
D1 = 3 cm
= 0,03 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,03 m
= 1.590 × 10-3 m2
Q2
E =D+
2 gA2
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 150
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
2
(9,67 × 10 m3 /s)
-4
= 0,03 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1.590 × 10-3 m2 )
= 4,8852 × 10-2
D1.5 = (0,03 m)1.5
= 5,1962 × 10-3 m
E1.5 = (2,8958 × 10-2)1.5
= 1,0798 × 10-2 m
Q = 5,6 l/menit
= 9,33 × 10-4 m3/s
D1 = 3 cm
= 0,03 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,03 m
= 1.590 × 10-3 m2
Q2
E =D+
2 gA2
2
(9,33 × 10 m3 /s)
-4
= 0,03 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1.590 × 10-3 m2 )
= 4,7550 × 10-2
1.5
D = (0,03 m)1.5
= 5,1962 × 10-3 m
E1.5 = (4,7550 × 10-2)1.5
= 1,0368 × 10-2 m
Q = 5,4 l/menit
= 9 × 10-4 m3/s
D1 = 3 cm
= 0,03 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,03 m
= 1,590 × 10-3 m2
Q2
E =D+
2 gA2
2
(9 × 10 m3 /s)
-4
= 0,03 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,590 × 10-3 m2 )
= 4,6330 × 10-2
D1.5 = (0,03 m)1.5
= 5,1962 × 10-3 m
E1.5 = (4,6330 × 10-2)1.5
= 9,94 × 10-3 m
Q = 5,2 l/menit
= 8,67 × 10-4 m3/s
D1 = 2,4 cm
= 0,029 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,029 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 151
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
= 1,537 × 10-3 m2
Q2
E =D+
2 gA2
2
( 8,67 × 10 m3 /s)
-4
= 0,029 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,537 × 10-3 m2 )
= 4,5218 × 10-2
1.5
D = (0,024 m)1.5
= 4,9385 × 10-3 m
E1.5 = (4,5218 × 10-2)1.5
= 9,6153 × 10-3 m
Q = 5 l/menit
= 8,33 × 10-4 m3/s
D1 = 2,8 cm
= 0,028 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,028 m
= 1,4840 × 10-3 m2
Q2
E =D+
2 gA2
2
m3 /s)
-4
(8,33 × 10
= 0,028 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,4840 × 10-3 m2 )
= 4,4059 × 10-2
D1.5 = (0,028 m)1.5
= 4,6853 × 10-3 m
E1.5 = (4,4059 × 10-2)1.5
= 9,2682 × 10-3 m
Q = 4,8 l/menit
= 8 × 10-4 m3/s
D1 = 2,7 cm
= 0,027 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,027 m
= 1,4310 × 10-3 m2
Q2
E =D+
2 gA2
2
m3 /s)
-4
(8 × 10
= 0,027 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,4310 × 10-3 m2 )
= 4,2930 × 10-2
1.5
D = (0,027 m)1.5
= 4,4366 × 10-3 m
E1.5 = (4,2930× 10-2)1.5
= 8,8948 × 10-3 m
Q = 4,6 l/menit
= 7,6 × 10-4 m3/s
D1 = 2,7 cm
= 0,027 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 152
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,027 m
= 1,4310 × 10-3m2
Q2
E =D+
2 gA2
2
m3 /s)
-4
(7,6 × 10
= 0,027 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,4310 × 10-3 m2 )
= 4,1376 × 10-2
D1.5 = (0,027 m)1.5
= 4,4366 × 10-3 m
E1.5 = (4,1376 × 10-2)1.5
= 8,4165 × 10-3 m
Q = 3,4 l/menit
= 7,33 × 10-4 m3/s
D1 = 2,7 cm
= 0,027 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,027 m
= 1,4310 × 10-3m2
Q2
E =D+
2 gA2
2
m3 /s)
-4
(7,33 × 10
= 0,027 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,4310 × 10-3 m2 )
= 4,0373 × 10-2
1.5
D = (0,027 m)1.5
= 4,4366 × 10-3 m
E1.5 = (4,0373 × 10-2)1.5
= 8,1122 × 10-3 m
Q = 4,2 l/menit
= 7 × 10-4 m3/s
D1 = 2,6 cm
= 0,026 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,026 m
= 1,3780 × 10-3 m2
Q2
E =D+
2 gA2
2
(7 × 10 m3 /s)
-4
= 0,026 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,3780 × 10-3 m2 )
= 3,9152 × 10-2
D1.5 = (0,026 m)1.5
= 4,1924 × 10-3 m
E1.5 = (3,9152 × 10-2)1.5
= 7,7470 × 10-3 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 153
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
F. ANALISA
Pada praktikum kali ini membahas tentang aliran dalam saluran terbuka
(Open Channel) yang bertujuan untuk menghitung debit air yang melimpas
pada saluran terbuka persegi panjang dengan menggunakan beberapa alat
ukur. Aliran saluran terdapat dua jenis yakni aliran saluran terbuka dan aliran
saluran tertutup. Aliran dalam saluran terbuka berarti aliran saluran yang
memiliki ruang bebas walaupun berada pada saluran tertutup. Sedangkan aliran
saluran tertutup berarti aliran saluran yang tidak memiliki ruang bebas kecuali
oleh tekanan hidrolik. Adapun beberapa tipe aliran dalam saluran terbuka
berdasarkan penggolongannya. Secara garis besar, penggolongan aliran
saluran terbuka yaitu aliran tetap (steady flow) dan aliran tidak tetap (unsteady
flow). Aliran saluran terbuka yang dikatakan tetap jika kedalaman aliran tidak
berubah selama jangka waktu tertentu. Aliran saluran terbuka yang dikatakan
tidak tetap jika kedalamannya berubah tidak sesuai dengan waktu. Pada aliran
tetap dibagi menjadi aliran seragam dan aliran berubah. Aliran saluran terbuka
yang seragam jika kedalaman air sama pada setiap penampang saluran,
sedangkan aliran berubah jika kedalaman aliran berubah sepanjang saluran.
Berdasarkan data dan perhitungan yang didapatkan bahwa aliran tersebut
merupakan aliran saluran terbuka tidak tetap dan aliran saluran terbuka tetap yang
dikatakan berubah. Aliran berubah tersebut dibagi menjadi dua yakni aliran berubah tiba-
tiba dan aliran berubah lambat laun. Aliran berubah tiba-tiba jika kedalamannya mendadak
berubah paa jarak yang cukup pendek contoh dalam kehidupan yaitu terjunan air.
Sedangkan dikatakan aliran berubah lambat laun jika kedalamannya berubah dalam
jangka waktu yang lama, misalnya akibat penampang salurannya. Dan dilihat lagi pada
data bahwa data tersebut termasuk ke dalam aliran berubah yang lambat laun karena
perubahan laju alirannya tidak begitu jauh tiap alirannya.
. Aliran yang muncul pada percobaan ini ada tiga yaitu ada aliran kritis, sub kritis
dan juga super kritis. Aliran kritis, sub kritis dan super kritis dapat ditentukan dari bentuk
aliran yang muncul atau terlihat pada saat percobaan dilakukan. Penerapan aliran kritis,
subkritis dan super kritis ada pada sistem irigasi yang lebih tepatnya terdapat dipintu
gerak.
Aliran kritis, sub kritis dan super kritis dapat ditetukan dengan menggunkan angka
Froude atau bilangan Froude. Angka Froude atau bilangan Froude sendiri adalah sebuah
bilangan yang tidak memiliki satuan yang digunakan untuk menentukan aliran yang
muncul. Aliran kritis merupakan aliran kritis merupakan kondisi aliran yang dipakai sebagai
pegangan dalam menentukan dimensi bangunan ukur debit atau hambatan, yang nilai
bilangan Froudenya =1. Aliran subkritis adalah suatu aliran yang terjadi dusuatu titik pada
suatu aliran yang dapat menjalar kearah hulu sehingga bentuk aliran tersebut dapat dilihat
dibagian hulu, besar bilangan Froudenya <1. Dan yang terakhir ada aliran super kritis,
aliran super kritis terjadi apabila kecepatan alirannya besar dan tidak beraturan sehingga
hambatan yang terjadi tidak menjalar kehulu, besar bilangan Froude pada aliran super
kritis adalah >1.
Dari praktikum ini didapatkan data besar energi spesifik pada bendung seditiga
atau hambatan segitiga. Besar energi spesifik pada bendung segitiga pada percobaan
dengan menggunakan debit yang kecil dan besar berbeda nilai energy spesifik yang
didapat. Pada percobaan dengan menggunakan debit yang kecil energi spesifik yang
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 154
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
didapat cenderung lebih kecil. Sedangkan dengan menggunakan debit yang besar energy
spesifik yang didapat cenderung lebih besar, sehingga dapat disimpulkan bahwa besar
energy spesifik pada bendung segitiga atau hambatan segitiga tergantung besar dan
kecilnya debit yang digunakan. Semakin besar aliran debit yang akan digunakan maka
akan semakin besar energi spesifikya dan sebliknya semakin kecil aliran debit yang
digunakan maka akan semakin kecil juga energy spesifik yang akan didapat.
Pada praktikum ini praktikan biasanya melakukan beberapa kesalahan, kesalahan-
kesalahan yang sering dilakukan adalah kesalahan pembacaan tinggi muka air pada saat
mengukur ketinggian air dengan menggunakan penggaris selain itu ada juga kurang
datarnya alat open channel jadi praktikan sebelum melakukan percobaan datarkan alat
terlebih dahulu dengan menggunakan waterpass dan pastikan alat tersebut telah datar
agar hasil praktikum akurat. Jadi praktikan harus fokus pada saat praktikum dilakukan
agar dapat meminimalisir terjadinya kesalahan pada saat praktikum berlangsung sehingga
hasil praktikum tersebut menjadi lebih akurat.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 155
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
G. KESIMPULAN
1. Praktikan dapat mengetahui perilaku aliran dalam saluran terbuka yang biasanya
dipengaruhi oleh kekentalan dan gravitasi sehubungan dengan adanya gaya inersia
aliran.
2. Praktikan dapat mengetahui ukuran debit air yang diukur melalui alat ukur bendung
segitiga, venturi flume.
3. Praktikan mampu mengamati pengaruh tiap alat ukur terhadap jenis aliran yang
berbeda.
4. Praktikan mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap nilai
energi spesifik pada aliran.
5. Praktikan dapat menentukan jenis aliran berdasarkan bilangan Froude.
6. Berdasarkan jenis aliran dalam saluran terbuka ada tiga yaitu aliran kritis, aliran sub-
kritis, dan aliran super kritis.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 156
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
H. LAMPIRAN
6.1 Gambar Alat dan Bahan
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 157
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
(g) (h)
(i) (j)
Keterangan :
(a) Alat Rectangular Flow Channel Apparatus
(b) Pintu air
(c) Clamping Stud
(d) Hydraulic Bench
(e) Waterpass
(f) Bendung Segitiga
(g) Alat pengambil bendung
(h) Venturi Flume
(i) Penggaris
(j) Air
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 158
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 – 21 – 042
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 159
Nama : Elverda Fitriana Damayanti
NIM : 2019 –21–042
KELOMPOK VII
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN 160