Mekanika Fluida
Kelas :B
Kelompok : VII
Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
Disusun Oleh :
Mengetahui,
Menyetujui,
ii
INSTITUT TEKNOLOGI- PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER JL.
LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750 TELEPON (021)
5440342, 5440344. EXT 1306
LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK VII
1. Wanda Anggun Cantika (2019 – 21 – 002)
2. Edisman (2019 – 21 – 005)
3. Muhammad Rizal Cemang (2019 – 21 – 013)
4. Elverda Fitriana Damayanti (2019 – 21 – 042)
5. Abdiyan Rahma Dhina (2019 – 21 – 052)
6. Aretha Chairunnisa Putri (2019 – 21 – 070)
7. Milki Kogoya (2019 – 21 – 119)
• Cover OK!!
• Teori OK!!
iii
INSTITUT TEKNOLOGI- PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER JL.
LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750 TELEPON (021)
5440342, 5440344. EXT 1306
LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK VII
2. 30/09/2020
ACC MODUL II
iv
INSTITUT TEKNOLOGI- PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER JL.
LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750 TELEPON (021)
5440342, 5440344. EXT 1306
LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK VII
1. Wanda Anggun Cantika (2019 – 21 – 002)
2. Edisman (2019 – 21 – 005)
3. Muhammad Rizal Cemang (2019 – 21 – 013)
4. Elverda Fitriana Damayanti (2019 – 21 – 042)
5. Abdiyan Rahma Dhina (2019 – 21 – 052)
6. Aretha Chairunnisa Putri (2019 – 21 – 070)
7. Milki Kogoya (2019 – 21 – 119)
2. 08/10/2020 2.
ACC MODUL III
v
INSTITUT TEKNOLOGI- PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER JL.
LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750 TELEPON (021)
5440342, 5440344. EXT 1306
LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK VII
2. 14/10/2020
ACC MODUL IV
vi
INSTITUT TEKNOLOGI- PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER JL.
LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750 TELEPON (021)
5440342, 5440344. EXT 1306
LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK VII
2. 22/10/2020
ACC MODUL V
vii
INSTITUT TEKNOLOGI- PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER JL.
LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750 TELEPON (021)
5440342, 5440344. EXT 1306
LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK VII
2. 10/11/2020
ACC MODUL VI
viii
INSTITUT TEKNOLOGI- PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER JL.
LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750 TELEPON (021)
5440342, 5440344. EXT 1306
LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK VII
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami semua, sehingga saya dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Mekanika Fluida ini. Saya selaku Praktikan sangat menyadari bahwa
Praktikum Mekanika Fluida ini tidak cukup hanya teori untuk pemahaman semata, maka
dari itu diperlukan praktek untuk pembuktian lebih nyata.
Laporan Praktikum Mekanika Fluida ini dibuat untuk memenuhi persyaratan
kelulusan mata kuliah Mekanika Fluida pada program studi S1 Jurusan Teknik Sipil IT –
PLN.
Dalam praktikum ini tidak lupa pula peran serta Dosen maupun Asisten
Laboratorium Hidrolika, sehingga saya mampu menyelesaikan Praktikum Mekanika Fluida
ini dengan baik. Saya mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada :
1. Ibu Gita Puspa Artiani,S.T., M.T. selaku Kepala Departemen Sipil IT – PLN.
2. Ibu Desi Putri,S.T., M.Eng. selaku Kepala Prodi Sipil IT – PLN.
3. Ibu Devita Mayasari,S.T., M.Eng. selaku Kepala Laboratorium Hidrolika IT – PLN.
4. Nuzshi Ramahayati ,S.T. selaku Instruktur Laboratorium Hidrolika IT – PLN.
5. Saudari Stella Nur Octaviany selaku Asisten Kelompok VII Laboratorium Hidrolika
IT – PLN.
6. Rekan – rekan Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil IT – PLN Jakarta 2019.
7. Rekan – rekan Praktikan Mekanika Fluida Kelompok VII.
Penulis menyadari bahwa didalam penulisan Laporan Praktikum Mekanika Fluida
ini masih belum sempurna, oleh karena itu saya selaku praktikan mengharapkan kritik serta
saran yang sifatnya membangun, untuk dapat menyempurnakan laporan praktikum ini.
Semoga Laporan Praktikum Mekanika fluida ini yang telah dibuat dapat bermanfaat untuk
kita semua.
ad Rizal E=Muhammadrizalichal81@gmail.
com
Reason: I am the author of this
document
x
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Modul II. Kalibrasi Alat Ukur Tekanan (Calibration Of A Pressure Gauge) ....... 18
Lampiran Modul III. Teori Bernouli (Bernoulli’s Theorem)................................................. 48
Lampiran Modul IV. Pesawat Osborne Reynolds (Osborne Reynolds Apparatus) ........... 64
Lampiran Modul V. Tumbukan Pancaran Air (Impact Of Jet) ......................................... 102
Lampiran Modul VI. Aliran Dalam Saluran Terbuka (Open Channel) ..............................157
Lampiran Foto Akhir…………………………………………………………………………….160
xii
Laporan Praktikum
Modul No. I
BANGKU HIDROLIK DIGITAL
(Digital Hydraulic Bench )
Kelas : B
Kelompok : VII
Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
MODUL I
A. TUJUAN
Alat ini dimaksudkan untuk memberikan aliran fluida pada peralatan lainnya,
seperti untuk alat Bernoulli’s Theorem Apparatus, Losses in Piping Systems, Fluid
Friction Apparatus dan lain-lain.
B. DASAR TEORI
Digital Hydraulic Bench adalah alat yang digunakan sebagai tempat sumber air
dan sistem pengukuran sendiri. Tubuhnya bekerja sebagai penampung air atau
'wadah'. Pompa submersible listrik dan katup yang dioperasikan dengan tangan
menghasilkan aliran air yang dapat dikontrol dan diresirkulasi. Flowmeter dan tampilan
digital secara akurat mengukur dan menunjukkan aliran air. Bangku hidrolik juga
memiliki bagian atas datar dengan 'pelek' kecil yang akan mendukung beberapa modul
percobaan yang lebih kecil di laboratorium dan membantu menahan tumpahan air.
Modul percobaan yang lebih besar berdiri di samping bangku hidrolik.
C. PROSEDUR PELAKSANAAN
1.1 Mengisi Tangki
1. Gunakan selang eksternal untuk menuangkan air bersih ke dalam bangku
sampai ketinggian air di pengukur terlihat mencapai indikator tingkat pengisian
maksimum.
2. Tambahkan beberapa perawatan air yang disertakan dengan peralatan. Wadah
pengolahan air menunjukkan jumlah yang harus ditambahkan. 3
3. Hubungkan kabel listrik ke saklar.
4. Pastikan selang pasokan bangku mengarah ke lubang pusat atau lubang di
palung.
5. Tekan tombol on / off untuk memulai pompa dan memeriksa kebocoran.
6. Matikan pompa jika ketinggian air di pengukur terlihat mencapai indikator
tingkat pengisian maksimum.
1.2 Mengosongkan Tangki
1. Lepaskan kabel listrik.
2. Pindahkan bangku ke lubang pembuangan di lantai.
3. Gunakan kunci pas untuk melepas sumbat dibagianbawah bangku.
4. Biarkan semua air mengalir keluar (miringkan dengan lembut di atas bangku
untuk membantu).
5. Pasang kembali sumbat.
6. Gunakan kain bersih untuk menyelap bagian yang kotor dari bagian dalam
bangku hidraulik.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
1
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
2
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Laporan Praktikum
Modul No. II
KALIBRASI ALAT UKUR TEKANAN
( Calibration Of A Pressure Cauge )
Kelas :B
Kelompok : VII
Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
MODUL II
A. TUJUAN
Untuk mengkalibrasikan alat ukur tekanan Boudon dan untuk menentukan
kesalahan pengukuran.
Alat :
1. Alat ukur tekanan “Bourdon”
- Massa piston, Mp = 1 kg
- Diameter piston, d = 0.02 m
Bahan :
Air secukupnya
C. DASAR TEORI
Penggunaan dari piston dan pemberat dengan silinder menghasilkan tekanan yang
dapat diukur, P,
P=F (1)
A
di mana,
F = mg (2)
Dengan :
F :adalah gaya yang diberikan pada cairan dalam silinder kalibrator
m :adalah total massa (termasuk piston) dan
A :adalah luasan piston
dari persamaan 1 dan 2:
mg
P=
A
oleh karena itu, percepatan karena gravitasi (g) dan luas permukaan (A) konstan untuk
peralatan, maka kalian dapat menemukan tekanan dengan perhitungan sederhana:
P=mxk
dimana k adalah sebuah konstanta dari g/A.
Sebagai contoh, untuk luasan piston yaitu 315 mm2 (0.000315 m2) dan g = 9.81
m/s2, kemudian k = 31143.
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN
3
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Letakan peralatan pada permukaan yang rata dan datar yang tidak akan rusak oleh air.
2. Pengisian silinder, piston diangkat, kemudian air dituangkan ke dalam silinder sampai
penuh ke tingkat luapan. Setiap udara yang ada didalam selang transparan dapat
dibersihkan dengan cara memiringkan dan dengan lembut menekan selang. Piston
ditempatkan lagi dalam silinder dan dibiarkan menetap. Catat tekanan yang terjadi.
3. Massa logam pemberat ditambahkan secara bertahap sekitar 7 kali hingga maksimum
5,2 kg.
4. Pembacaan pengukur tekanan harus dicatat pada setiap penambahan pemuatan massa
logam pemberat.
5. Disetiap penambahan, putar piston dengan lembut untuk mencegah piston menempel
saat setiap massa ditambahkan.
6. Catat bacaan saat massa logam pemberat dikurangi dan piston diangkat.
7. Area penampang dan massa piston di dokumentasikan.
8. Gambar grafik hubungan antara tekanan sebenarnya dengan tekanan yang terbaca
pada alat ukur. Gambarkan pula grafik hubungan antara pembacaan tekanan dengan
kesalahan absolut pengukur dan juga pembacaan tekanan dengan % kesalahan
pengukur digambar.
NOMENKLATUR
Tabel 2.1 Nomeklatur
Satuan Lambang Tipe Deskripsi
A = D2
Luasan piston M2 A Dihitung
4
Kesalahan absolut
KNm-2 Ea Dihitung Ea = P – G
alat
P-G
% kesalahan alat % E% Dihitung E% = x 100
P
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN
4
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Kelompok VII
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN
5
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Tekanan Silinder
12
10
6
tekanan silinder
4
2
0
0 50 100 150 200 250
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN
6
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
200
180
160
140
120
100 Tekanan Naik
80 Tekanan Turun
60
40
20
0
0 50 100 150 200 250
Pada grafik tekanan silinder terhadap pembacaan naik dan turun memiliki nilai
dimana semakin berat beban yang ditambahkan pada praktikum kalibrasi alat ukur
tekanan ini , maka semakin besar pula tekanan yang akan dihasilkan begitu juga
sebaliknya semakin dikuranginya beban pada penurunan maka semakin kecil tekanan-
tekanan yang akan dihasilkan . Dari grafik ini biasanya terlihat perubahannya kenaikan
dan penurunan tekanannya .
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN
7
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
E. PERHITUNGAN DATA
• Tekanan Silinder (P Silinder)
A = 315 mm2 = 315 x 10– 6 m2
1. Massa 1kg
m.g
P =
A
2
1 kg x 9,81 m/s
=
315 x 10-6 m2
= 31.142,8571 N/m2
= 31,1428 KN/m2
2. Massa 1,2 kg
m.g
P = A
2
1,2 kg x 9,81 m/s
= -6
315 x 10 m2
= 37.371,4285 N/m2
= 37,3714 KN/m2
3. Massa 1,7 kg
m.g
P = A
2
1,7 kg x 9,81 m/s
=
315 x 10-6 m2
= 52.942,8571 N/m2
= 52,9428 KN/m2
4. Massa 2,2 kg
m.g
P = A
2
2,2 kg x 9,81 m/s
= -6
315 x 10 m2
= 68.514,2857 N/m2
= 68,5142 KN/m2
5. Massa 3,2 kg
m.g
P =
A
2
3,2 kg x 9,81 m/s
=
315 x 10-6 m2
= 99.657,142 N/m2
= 99,6571 KN/m2
6. Massa 4,2 kg
m.g
P = A
2
4,2 kg x 9,81 m/s
=
315 x 10-6 m2
= 130.800 N/m2
= 130,80 KN/m2
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN
8
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
7. Massa 5,2 kg
m.g
P = A
2
5,2 kg x 9,81 m/s
= -6
315 x 10 m2
= 161.942,857 N/m2
= 161,9428 KN/m2
8. Massa 6,2 kg
m.g
P = A
2
6,2 kg x 9,81 m/s
=
315 x 10-6 m2
= 193.085,714 N/m2
= 193,0857 KN/m2
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN
9
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
1. Massa 1kg
Tekanan Naik (a) = 29 KN/m²
Tekanan Turun (b) = 30 KN/m²
a+b
C = 2
29 KN/m2 + 30 KN/m2
=
2
= 29,5 KN/m2
2. Massa 1,2kg
Tekanan Naik (a) = 34 KN/m²
Tekanan Turun (b) = 36 KN/m²
a+b
C = 2
34 KN/m2 + 36 KN/m2
= 2
= 35 KN/m2
3. Massa 1,7kg
Tekanan Naik (a) = 50 KN/m²
Tekanan Turun (b) = 51 KN/m²
a+b
C = 2
50 KN/m2 + 51 KN/m2
= 2
= 50,5 KN/m2
4. Massa 2,2kg
Tekanan Naik (a) = 65 KN/m²
Tekanan Turun (b) = 65 KN/m²
a+b
C = 2
65 KN/m2 + 65 KN/m2
= 2
= 65 KN/m2
5. Massa 3,2kg
Tekanan Naik (a) = 95 KN/m²
Tekanan Turun (b) = 95 KN/m²
a+b
C = 2
95 KN/m2 + 95 KN/m2
= 2
= 95 KN/m2
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN
10
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
6. Massa 4,2kg
Tekanan Naik (a) = 123 KN/m²
Tekanan Turun (b) = 123 KN/m²
a+b
C = 2
= 123 KN/m2
7. Massa 5,2kg
Tekanan Naik (a) = 152 KN/m²
Tekanan Turun (b) = 152 KN/m²
a+b
C = 2
= 152 KN/m2
8. Massa 6,2kg
Tekanan Naik (a) = 182 KN/m²
Tekanan Turun (b) = 182 KN/m²
a+b
C =
2
= 182 KN/m2
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN
11
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
• Kesalahan Absolut
1. Massa 1 kg
Tekanan Silinder (P) = 31,1428 KN/m2
Tekanan Total (C) = 29,5 KN/m2
Kesalahan Absolut =P-C
= 31,1428 KN/m2 - 29,5 KN/m2
= 1,6428 KN/m2
2. Massa 1,2 kg
Tekanan Silinder (P) = 37,3714 KN/m2
Tekanan Total (C) = 35 KN/m2
Kesalahan Absolut =P-C
= 37, 3714 KN/m2 - 35 KN/m2
= 2,3714 KN/m2
3. Massa 1,7 kg
Tekanan Silinder (P) = 52,9428 KN/m2
Tekanan Total (C) = 50,5 KN/m2
Kesalahan Absolut =P-C
= 52,9428 KN/m2- 50,5 KN/m2
= 2,4428 KN/m2
4. Massa 2,2 kg
Tekanan Silinder (P) = 68,5142 KN/m2
Tekanan Total (C) = 65 KN/m2
Kesalahan Absolut =P-C
= 68,5142 KN/m2 - 65 KN/m2
= 3,5142 KN/m2
5. Massa 3,2 kg
Tekanan Silinder (P) = 99,6571 KN/m2
Tekanan Total (C) = 95
Kesalahan Absolut =P-C
= 99,6571 KN/m2 - 95 KN/m2
= 4,6571 KN/m2
6. Massa 4,2 kg
Tekanan Silinder (P) = 130,80 KN/m2
Tekanan Total (C) = 123
Kesalahan Absolut =P-C
= 130,80 KN/m2 -123 KN/m2
= 7,8000 KN/m2
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN
12
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
7. Massa 5,2 kg
Tekanan Silinder (P) = 161,9428 KN/m2
Tekanan Total (C) = 152
Kesalahan Absolut =P-C
= 161,9428 KN/m2 - 152 KN/m2
= 9,9428 KN/m2
8. Massa 6,2 kg
Tekanan Silinder (P) = 193,0857 KN/m2
Tekanan Total (C) = 182
Kesalahan Absolut =P-C
= 193,0857 KN/m2- 182 KN/m2
= 11,0857 KN/m2
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN
13
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
• Kesalahan Pembacaan
1. Massa 1 kg
P-C
%Kesalahan = C
x 100 %
= 5,5688 %
2. Massa 1,2 kg
P-C
%Kesalahan = C
x 100 %
= 6,7754 %
3. Massa 1,7 kg
P-C
%Kesalahan = C
x 100 %
= 4,8372 %
4. Massa 2,2 kg
P-C
%Kesalahan = C
x 100 %
= 5,4065 %
5. Massa 3,2 kg
P-C
%Kesalahan = x 100 %
C
= 4,9022 %
6. Massa 4,2 kg
P-C
%Kesalahan = C
x 100 %
= 6,3414 %
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN
14
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
7. Massa 5,2 kg
P-C
%Kesalahan = C
x 100 %
= 6,0910 %
8. Massa 6,2 kg
P-C
%Kesalahan = x 100 %
C
= 6,0910 %
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN
15
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
F. ANALISA
Pada praktikum ini, yaitu praktikum modul dua yang membahas tentang kalibrasi
alat ukur tekanan. Kalibrasi merupakan proses pengecekkan dan pengaturan akurasi dari
alat ukur dengan cara membandingkan suatu standar yang tertelusur dengan standar
Nasional maupun Internasional dan bahan-bahan acuan yang tersertifikasi. Alat yang
digunakan pada praktikum ini adalah alat ukur tekanan bourdon tipe C.
Kalibrasi diperlukan untuk memastikan bahwa hasil pengukuran yang dilakukan sudah
akurat. Pada alat ini mempunyai dua skala yaitu skala besar dan kecil tetapi, yang paling
sering digunakan adalah skala yang kecil hal ini dikarenakan skala kecil lebih detail
dibanding skala besar.
Prinsip dari alat ukur tekanan bourdon yaitu Ketika air dimasukkan ke Alat Ukur
Tekanan Bourdon dan piston mulai dimasukkan, air memenuhi Bourdon Tube (tabung C)
sekaligus memberikan tekanan. Tekanan tersebut menyebabkan tabung C meregang
(naik) perlahan. Karena Bourdon Tube tersambung ke jarum melalui gear, maka bila
Bourdon Tube meregang, jarum akan naik menunjukkan besar tekanan yang diberikan
pada alat.
Alat ukur tekanan ini memiliki satuan KN/m² ketika dalam pembacaan alat ini perlu
diperhatikan dengan teliti karena dapat mempengaruhi data perhitungan. Pada saat
membaca skala yang ditunjukkan oleh jarum harus benar - benar lurus agar data yang
dibaca tidak salah. Hal ini dikarenakan interval yang dimiliki alat ini yakni per-20KN/m²
maka dari itu saat pembacaan haruslah teliti.
Pada praktikum ini saya dapat memahami Ketika mempersiapkan alat tersebut,
kondisi tanah atau meja harus rata. Untuk mengukur atau menentukan sebuah benda
dalam posisi rata yang baik, kita menggunakan waterpass. Alat tersebut tidak boleh miring
sedikit pun, apabila alat mengalami kemiringan akan terjadi kesalahan pembacaan data
yang kurang tepat. Secara ilmiah, peristiwa tersebut terjadi karena adanya hukum pascal.
Hukum Pascal menyatakan bahwa Tekanan yang diberikan zat cair dalam ruang tertutup
diteruskan ke segala arah dengan sama besar. Atau dapat dinyatakan juga, Jika tekanan
eksternal diberikan pada sistem tertutup, tekanan pada setiap titik pada fluida tersebut
akan meningkat sebanding dengan tekanan eksternal yang diberikan. Hukum Pascal ini
menggambarkan bahwa setiap kenaikan tekanan pada permukaan fluida, harus
diteruskan ke segala arah fluida tersebut.
Kemudian, pada praktikum ini, saya dapat memahami tentang pengaruh udara
yang terperangkap dalam pipa terhadap hasil praktikum. Apabila terdapat gelembung
udara pada pipa, maka harus dikeluarkan karena memiliki tekanan udara dan pada alat
ukur tekanan bourdon hanya dapat mengukur tekanan air. Selain itu, jika terdapat
gelembung udara akan mempengaruhi hasil pembacaan pada tekanan airnya dan hasil
pengukurannya kurang tepat.
Setelah saya melakukan praktikum ini, saya dapat mengetahui pengaplikasian
dalam bidang Teknik sipil. Dalam bidang Teknik sipil kita harus mengetahui ilmu cara
mengkalibrasi alat ukur tekanan karena berhubungan dengan pekerjaan membangun
bendungan, Pelabuhan, pemecah ombak, irigasi, pekerjaan pompa, pengolahan limbah,
perhitungan debit air, dan pekerjaan pondasi jembatan.
Selain itu, terdapat kesalahan – kesalahan yang terjadi pada saat proses
praktikum yaitu kesalahan pembacaan data kurang tepat yang disebabkan oleh mata
pengamat yang kurang fokus dan peletakan alat tidak rata. Kemudian, ada juga terjadi
kesalahan dari luar contohnya menyenggol alat atau meja.
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN
16
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
G. KESIMPULAN
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN
17
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
H. LAMPIRAN
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Keterangan :
(a) Piston
(b) Alat ukur tekanan “bourdon”
(c) Obeng
(d) Waterpass
(e) Logam pemberat (4 x 1,0 kg ; 2 X 0,5 kg ; 1 X 0,2 kg)
(f) Air
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN
18
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN
19
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Laporan Praktikum
Modul No. III
TEORI BERNOULI
( Bernoulli’s Theorem)
Kelas : B
Kelompok : VII
Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
MODUL III
TEORI BERNOULI
( Bernoulli’s Theorem)
A. TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah untuk :
1. Untuk menyelidiki validasi Persamaan Bernoulli ketika diaplikasikan ke aliran air yang
steady pada pipa yang bergradasi dimensinya.
2. Menentukan besarnya koefisien debit (Cd) pada alat venturimeter yang digunakan.
3. Mengamati pembagian tekanan sepanjang pipa konvergen-divergen.
Alat :
1. Hydraulic Bench,
2. Peralatan Bernoulli.
Bahan :
Air sebanyak 160 liter.
C. DASAR TEORI
Venturimeter adalah sebuah alat untuk mengukur kelajuan cairan dalam pipa
bernama pipa venturi. Pipa venturi merupakan sebuah pipa yang memiliki penampang
bagian tengahnya lebih sempit dan diletakkan mendatar dengan dilengkapi dengan pipa
pengendali untuk mengetahui permukaan air yang ada sehingga besarnya tekanan dapat
diperhitungkan. Dalam pipa venturi ini luas penampang pipa bagian tepi memiliki
penampang yang lebih luas daripada bagian tengahnya atau diameter pipa bagian tepi
lebih besar daripada bagian tengahnya. Zat cair dialirkan melalui pipa yang
penampangnya lebih besar lalu akan mengalir melalui pipa yang memiliki penampang
yang lebih sempit, dengan demikian, maka akan terjadi perubahan kecepatan.
Manometer air dipasang secara vertikal untuk perbedaan tekanan di ujung yang lebih
besar dan tenggorokan.
(1)
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
20
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
2g (h − h )
v2=
1 − (A /A )
=
( )
Q = A2 ( / ) (3)
( )
Q = CA2 ( / ) (4)
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
21
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
x (h1 − h2 )
Q = CA1 ( / ) (5)
Karena dimensi venturi (A1 dan A2) dan gravitasi (g) tetap konstan, bagian tengah
persamaan dapat disederhanakan menjadi konstan (k), sehingga:
2g
1 − (A /A )
k=A
kemudian,
C= x (7)
menunjukkan hubungan linier antara aliran, koefisien aliran dan akar kuadrat dari
tinggi yang berbeda.
untuk dengan mudah membandingkan hasil aktual dengan teori, kalian harus
mengubah istilah-istilah ini menjadi perhitungan tanpa dimensi. untuk melakukan ini,
membaginya dengan cara:
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
22
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
menggunakan persamaan kontinuitas (2) untuk mengganti rasio area di tempat rasio
kecepatan, menjadi:
Oleh karena itu, menghitung rasio luas memberikan perbedaan tekanan berdimensi
teoritis atau 'ideal', atau dikenal sebagai koefisien tinggi piezometrik yang ideal:
A2 2 A2 2 (9)
A1
- An
dan distribusi tekanan berdimensi sebenarnya (atau dikenal sebagai koefisien tinggi
piezometric aktual) ditemukan dari:
hn-h1
(v22 /2g) (10)
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
23
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Letakkan peralatan diatas bangku hidrolik tecquipment (disediakan secara terpisah).
2. Hubungkan selang pasokan bangku ke sisi hulu dari venturimeter.
3. Hubungkan ujung hilir dari venturimeter ke tabung plastik yang disediakan dan
arahkan kembali ke lubang tengah besar dari bangku hidrolik digital.
4. Mengatur kedua kontrol aliran peralatan dan katup pasokan bangku ke sekitar
sepertiga posisi terbuka..
5. Periksa bahwa katup udara pada manifold atas tertutup rapat.
6. Aktifkan pasokan bangku dan biarkan air mengalir untuk membersihkan udara dari
tabung manometer, mungkin membantu sedikit memiringkan peralatan atau dengan
ringan menyentuh tabung dengan jari kalian.
7. Tutup katup aliran peralatan. Udara sekarang akan terperangkap didalam atas
manometer sistem pipa-pipa dan manifold.
8. Buka katup udara hanya cukup untuk memungkinkan air naik kira-kira setengan dari
skala manometer.
9. Tutup katup udara.
10. Amati data pada tiga macam laju aliran debit. Gunakan set pertama pembacaan pada
laju aliran debit maksimum (h1-h11 besar), laju aliran debit dikurangi untuk
memberikan perbedaan tinggi h1-h11 sekitar 50 mm. Ulang prosedur diatas untuk
menghasilkan perbedaan tinggi yang berada diantara kedua test diatas. Semua data
dicatat.
11. Matikan pasokan bangku. Jika air terperangkap didalam manometer, buka katup
udara untuk membersihkannya. Tutup kembali katup udara.
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
24
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
NOMENKLATUR :
Tabel 3.2 Nomenklatur
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
25
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Kelompok : VII
Hari/ Tgl : Sabtu, 03 Oktober 2020
Pukul : 13:30 WIB
Aliran : 1. 0,277 x 10 ̄ ³ (m3/s)
2 . 0,185 x 10 ̄ ³ (m3/s)
3 . 0,157x 10 ̄ ³(m3/s)
A B C D E F G H J K L
1 212 208 178 128 140 166 178 188 194 198 200
2 172 170 158 134 138 150 156 160 164 165 166
3 156 155 145 128 130 140 144 146 149 150 151
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
26
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Jarak
Luas Tekanan Tanpa
Sepanjang Diameter
Pipa Permukaan A2 / An (A2 / An)2 Dimensi yang Ideal
venturi (mm)
Area (mm2) (A2/A1)2 – (A2/An)2
(mm)
A 0 26 53,9293 0,3787 0,1434 0
D 46 16 201,0619 1 1 -0,8566
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
27
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
A 0 212 0 0
B 20 208 -4 -0,0413
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
28
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
A 0 172 0 0
B 20 170 -2 -0,0463
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
29
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
A 0 156 0 0
B 20 155 -1 -0,0322
Aliran Q h1 h2 h1 - h2
(m3/s) (m) (m) (m) h1-h2 Cd
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
30
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Pada gambar grafik diatas bahwa pada titik pertama yang merupakan data
dari ketinggian air pada aliran debit minimum yang nilainya sebesar 0,1673. Terus
pada titik kedua di grafik merupakan data ketinggian air pada aliran debit
menengah yg nilainya 0,1949. kemudian di titik terakhir atau titik yang teratas
merupakan data dari ketinggian air pada aliran debit maksimum yang nilainya
0,2898. Jadi Dari grafik diatas disimpulkan bahwa dari ketinggian air pada aliran
debit minimum hingga ke ketinggian air debit maksimum mengalami kenaikan. dan
juga dapat diketahui bahwa dari titik pertama ke titik kedua mengalami kenaikan
sebesar 0,0276. Dan pada pada titik kedua ke titik ketiga mengalami kenaikan
sebesar 0,0949. Jadi kenaikan ketinggian air dari titik kedua ke titik ketiga adalah
kenaikan tertinggi jika dibandingkan dengan kenaikan ketinggian air pada titik
pertama ke titik kedua.
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
31
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Cd
0.995
0.99
0.985
Cd
0.98
0.975
0.97
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025 0.0003
Pada grafik diatas diketahui pada titik pertama yaitu data koefisien debit
pada aliran debit minimum, besar nilai pada titik pertama yaitu 0,9752. Terus titik
yang kedua adalah data koefisien debit pada aliran debit menengah yang nilainya
0,9864. Dan titik ketiga merupakan titik tertinggi pada grafik ini adalah data dari
koefisien debit aliran maksimum yang memiliki nilai 0,9934. pada grafik ini
disimpulkan bahwa dari kofisian debit aliran minimum mengalami kenaikan.
Kemudian pada koefisien debit dialiran debit minimum ke koefisien debit pada
aliran debit menengah mengalami kenaikan sebesar 0,0112. Sedangkan koefisien
debit dialiran menengah ke koefisien debit aliran maksimum mengalami kenaikan
sebesar 0,0070.
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
32
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Grafik tekanan ideal dan tekanan aktual terhadap jarak sepanjang venturi
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
33
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
E. PERHITUNGAN DATA
1 2
• A2 = 4
× π × (d terkecil)
1
= × π × (16 mm)2
4
= 201.0619 mm2
1
• A1 = 4
× π × (d terbesar)2
1
= × π × (26 mm)2
4
= 530.9292 mm2
A2 201.0619 mm2
• A1
= 530.9292 mm2
= 0.3787 mm2
A 2
2
• (A2 ) = (0.3787)
1
= 0.1434
= 0.1434
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• (A2 ) - (A2 ) =( 530.9292 mm2 ) - ( 530.9292 mm2 )
1 a
= 0.1434 - 0.1434
=0
2. Pipa B
• Jarak Sepanjang Venturi = 20 mm
• Diameter (d) = 23,30 mm
1
• Luas Permukaan Area (Ab) = 4 × π × d2
1
= 4
× π × (23.20 mm)2
= 422,7327 mm²
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
34
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
A2 201.0619 mm2
• Ab
=
422.7327 mm2
= 0.4756
A 2
• (A2 ) = (0.4756)2
b
= 0.2262
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• (A2 ) - (A2 ) = ( 530.9292 mm2 ) - ( 422.7327 mm2 )
1 b
= 0.1434 - 0.2262
= -0.0829
3. Pipa C
• Jarak Sepanjang Venturi = 32 mm
• Diameter (d) = 18,40 mm
1
• Luas Permukaan Area (Ac) = 4 × π × d2
1
= 4
× π × (18.40 mm)2
= 265,9044 mm²
A2 201.0619 mm2
• Ac
= 265.9044 mm2
= 0.7561
A 2
• (A2 ) = (0.7561)2
c
= 0.5717
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• (A2 ) - (A2 ) = ( 530.9292 mm2 ) - ( 265.9044 mm2 )
1 𝑐
= 0.1434 - 0.5717
= -0.4283
4. Pipa D
• Jarak Sepanjang Venturi = 46 mm
• Diameter (d) = 16 mm
1
• Luas Permukaan Area (Ad) = 4 × π × d2
1
= 4
× π × (16.00 mm)2
= 201,0619 mm²
A2 201.0619 mm2
• Ad
=
201.0619 mm2
=1
A 2
• (A2 ) = (1)2
d
=1
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• (A2 ) - (A 2 ) = ( 530.9292 mm2 ) - (201.0619 mm2
)
1 𝑑
= 0.1434 - 1
= -0.8566
5. Pipa E
• Jarak Sepanjang Venturi = 61 mm
• Diameter (d) = 16,79 mm
1
• Luas Permukaan Area (Ae) = 4 × π × d2
1
= 4
× π × (16.79 mm)2
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
35
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
= 221,4070 mm²
A2 201.0619 mm2
• Ae
= 221.4069 mm2
= 0.9081
A 2
2
• (A2 ) = (0.9081)
e
= 0.8247
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• (A2 ) - (A2 ) = ( 530.9292 mm2 ) - ( 221.4069 mm2 )
1 e
= 0.1434 - 0.8247
= -0.6813
6. Pipa F
• Jarak Sepanjang Venturi = 76 mm
• Diameter (d) = 18,47 mm
1
• Luas Permukaan Area (Af) = 4 × π × d2
1 2
= × π × (18.47 mm)
4
= 267,9314 mm²
A2 201.0619 mm2
• Af
= 267.9314 mm2
= 0.7504
A 2
• ( A2 ) = (0.7504)2
f
= 0.5631
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• ( 2) - ( 2) = ( 2 ) - ( 2 )
A1 Af 530.9292 mm 267.9314 mm
= 0.1434 - 0.5631
= -0.4197
7. Pipa G
• Jarak Sepanjang Venturi = 91 mm
• Diameter (d) = 20,16 mm
1
• Luas Permukaan Area (Ag) = 4 × π × d2
1 2
= 4
× π × (20.16 mm)
= 319,2059 mm²
A2 201.0619 mm2
• =
Ag 319.2059 mm2
= 0.6299
2
A
• (A2 ) = (0.6299)2
g
= 0.3968
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• (A2 ) - (A2 ) = ( 530.9292 mm2 ) - ( 319.2059 mm2 )
1 g
= 0.1434 - 0.3968
= -0.2534
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
36
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
8. Pipa H
• Jarak Sepanjang Venturi = 91 mm
• Diameter (d) = 21,84 mm
1
• Luas Permukaan Area (Ah) = 4 × π × d2
1
= 4
× π × (21.84 mm)2
= 374,6236 mm²
A2 201.0619 mm2
• Ah
= 374.6236 mm2
= 0.5367
A 2
2
• (A2 ) = (0.5367)
h
= 0.2880
2 2
A 2 A 2 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• ( 2) - ( 2) = ( ) - ( )
A1 Ah 530.9292 mm2 374.6236 mm2
= 0.1434 - 0.2880
= -0.1446
9. Pipa J
• Jarak Sepanjang Venturi = 121 mm
• Diameter (d) = 23,53 mm
1
• Luas Permukaan Area (Aj) = × π × d2
4
1
= × π × (23.53 mm)2
4
= 434,8443 mm²
A2 201.0619 mm2
• =
Aj 434.8443 mm2
= 0.4624
2
A 2
• ( A2) = (0.4624)
j
= 0.2138
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• ( 2) - ( 2) = ( 2 ) - ( 2 )
A1 Aj 530.9292 mm 434.8442 mm
= 0.1434 - 0.2138
= -0.0704
10. Pipa K
• Jarak Sepanjang Venturi = 126 mm
• Diameter (d) = 25,21 mm
1
• Luas Permukaan Area (Ak) = 4 × π × d2
1
= 4
× π × (25.21 mm)2
= 499,1552 mm²
A2 201.0619 mm2
• Ak
= 499.1552 mm2
= 0.4028
A 2
• (A2 ) = (0.4028)2
k
= 0.1623
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
37
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• (A2 ) - (A2 ) = ( 530.9292 mm2 ) - ( 499.1552 mm2 )
1 k
= 0.1433 - 0.1622
= -0.0189
11. Pipa L
• Jarak Sepanjang Venturi = 157 mm
• Diameter (d) = 26 mm
1
• Luas Permukaan Area (Al) = 4 × π × d2
1 2
= 4
× π × (26.00 mm)
= 530,9292 mm²
A2 201.0619 mm2
• Al
= 530.9292 mm2
= 0.3787
A 2
• ( A2 ) = (0.3787)2
l
= 0.1434
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• ( 2) - ( 2) = ( 2 ) - ( 2 )
A1 Al 530.9292 mm 530.9292 mm
= 0.1434 - 0.1434
=0
= 1,3528 m/s
m 2
V2 2 (1,3777 )
s
2.g
= m
2x 9,81 2
s
= 0,0967 m
= 0.0967 x103 mm
1. Pipa A
hn = 212 mm
hn-h1 = 212 mm - 212 mm
=0
(hn-h1) 0 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g
=0
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
38
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
2. Pipa B
hn = 208 mm
hn-h1 = 208 mm - 212 mm
=-4
(hn-h1) -4 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g
= - 0,0413
3. Pipa C
hn = 178 mm
hn-h1 = 178 mm - 212 mm
= - 34
(hn-h1) -34 mm
2 = 0.0967 x 103 mm
V2
2.g
= - 0,3515
4. Pipa D
hn = 128 mm
hn-h1 = 128 mm - 212 mm
= - 84
(hn-h1) -84 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g
= - 0,8683
5. Pipa E
hn = 140 mm
hn-h1 = 140 mm - 212 mm
= - 72
(hn-h1) -72 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g
= - 0,7443
6. Pipa F
hn = 166 mm
hn-h1 = 166 mm - 212 mm
= - 46
(hn-h1) -46 mm
2 =
V2 0.0967 x 103 mm
2.g
= - 0,4755
7. Pipa G
hn = 178 mm
hn-h1 = 178 mm - 212 mm
= - 34
(hn-h1) -34 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g
= - 0,3515
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
39
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
8. Pipa H
hn = 188 mm
hn-h1 = 188 mm - 212 mm
= - 24
(hn-h1) -24 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g
= - 0,2481
9. Pipa J
hn = 194 mm
hn-h1 = 194 mm - 212 mm
= - 18
(hn-h1) -18 mm
2 = 0.0967 x 103 mm
V2
2.g
= - 0,1861
10. Pipa K
hn = 198 mm
hn-h1 = 198 mm - 212 mm
= - 14
(hn-h1) -14 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g
= - 0,1447
11. Pipa L
hn = 200 mm
hn-h1 = 200 mm - 212 mm
= - 12
(hn-h1) -12 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g
= - 0,1240
• Nilai Menengah
Aliran Q = 0.185 l/s
= 0.185 x10-3 m3/s
A2 = 201,0619 mm2
= 201,0619 × 10-6 m2
Q
Kecepatan V22 =A
2
0,185 × 10-3
=
201,0619 × 10-6
= 0,9201 m/s
2 m 2
V2 (0,9201 )
s
2.g
= m
2x 9,81 2
s
= 0,0431 m
= 0,0431 x 103 mm
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
40
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
1. Pipa A
hn = 172 mm
hn-h1 = 172 mm - 172 mm
= 0 mm
(hn−h1) 0 mm
V2 2
=0,0431 x 103
2.g
=0
2. Pipa B
hn = 170 mm
hn-h1 = 170 mm - 172 mm
= -2 mm
(hn-h1) -2 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
= -0,0463
3. Pipa C
hn = 158 mm
hn-h1 = 158 mm - 172 mm
= -14 mm
(hn-h1) -14 mm
=
V2 2
3
0,0431 x 10
2.g
= -0,3244
4. Pipa D
hn = 134 mm
hn-h1 = 134 mm - 172 mm
= -38 mm
(hn-h1) -38 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
= -0,8806
5. Pipa E
hn = 138 mm
hn-h1 = 138 mm - 172 mm
= -34 mm
(hn-h1) -34 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
= -0,7879
6. Pipa F
hn = 150 mm
hn-h1 = 150 mm - 172 mm
= -22 mm
(hn-h1) -22 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
= -0,5098
7. Pipa G
hn = 156 mm
hn-h1 = 156 mm - 172 mm
= -16 mm
(hn-h1) -16 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
= -0,3708
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
41
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
8. Pipa H
hn = 160 mm
hn-h1 = 160 mm - 172 mm
= -12 mm
(hn-h1) -12 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
= -0,2781
9. Pipa J
hn = 164 mm
hn-h1 = 164 mm - 172 mm
= -8 mm
(hn-h1) -8 mm
2 =0,0431 x 103
V2
2.g
= -0,1854
10. Pipa K
hn = 165 mm
hn-h1 = 165 mm - 172 mm
= -7 mm
(hn-h1) -7 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
= -0,1622
11. Pipa L
hn = 166 mm
hn-h1 = 166 mm - 172 mm
= -6 mm
(hn-h1) -6 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
= -0,1390
• Nilai Minimum
Aliran Q = 0.157 l/s
= 0.157 x10-3 m3/s
A2 = 201,0169 mm2
= 201,0169 × 10-6 m2
Q
Kecepatan V22 =A
2
0,157 × 10-3
=
201,0169 × 10-6
= 0,7809 m/s
2
V2 2 (0.7809 m/s)
2.g
= 2 × 9.81 m/s2
= 0,0311 m
= 0.0311 x 103 mm
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
42
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
1. Pipa A
hn = 156 mm
hn-h1 = 156mm - 156 mm
=0
(hn-h1) 156 mm
=0.0311 x 103 mm
V2 2
2.g
=0
2. Pipa B
hn = 155 mm
hn-h1 = 155 mm - 156 mm
= -1
(hn-h1) -1 mm
=0.0311 x 103 mm
V2 2
2.g
= -0,0321
3. Pipa C
hn = 145 mm
hn-h1 = 145 mm - 156 mm
= -11
(hn-h1) -11 mm
=
V2 2 0.0311 x 103 mm
2.g
= -0,3539
4. Pipa D
hn = 128 mm
hn-h1 = 128 mm - 156 mm
= -28
(hn-h1) -28 mm
=0.0311 x 103 mm
V2 2
2.g
= -0,9008
5. Pipa E
hn = 130 mm
hn-h1 = 130 mm - 156 mm
= -26
(hn-h1) -26 mm
=0.0311 x 103 mm
V2 2
2.g
= -0,8365
6. Pipa F
hn = 140 mm
hn-h1 = 140 mm - 156 mm
= -16
(hn-h1) -16 mm
=0.0311 x 103 mm
V2 2
2.g
= -0,5147
7. Pipa G
hn = 144 mm
hn-h1 = 144 mm - 156 mm
= -12
(hn-h1) -12 mm
=
V2 2 0.0311 x 103 mm
2.g
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
43
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
= -0,3860
8. Pipa H
hn = 146 mm
hn-h1 = 146 mm - 156 mm
= -10
(hn-h1) -10 mm
2 =0.0311 x 103 mm
V2
2.g
= -0,3217
9. Pipa J
hn = 149 mm
hn-h1 = 149 mm - 156 mm
= -7
(hn-h1) -7 mm
=0.0311 x 103 mm
V2 2
2.g
= -0,2252
10. Pipa K
hn = 150 mm
hn-h1 = 150 mm - 156 mm
= -6
(hn-h1) -6 mm
=0.0311 x 103 mm
V2 2
2.g
= -0,1930
11. Pipa L
hn = 151 mm
hn-h1 = 151 mm - 156 mm
= -5
(hn-h1) -5 mm
=0.0311 x 103 mm
V2 2
2.g
= -0,1608
2
2 × 9.81 m/s
= 201.0619 mm2 × √ 2
201.0619 mm2
1-( )
530.9292 mm2
= 0,9621 × 10-3
❖ Nilai Maksimum
Aliran Q = 0,277 × 10-3 m3/s
h1 = 212 × 10-3 m
h2 = 128 × 10-3 m
h1-h2 = 212 × 10-3 m - 128 × 10-3 m
= 84 x 10-3
1 Q
C =K×
√h1-h2
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
44
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
1 0.272 x10-3 m3 /s
= -3 ×
0.9621 x10 √84 x10-3 m
= 0,9934
❖ Nilai Menengah
Aliran Q = 0,185 × 10-3 m3/s
h1 = 172 × 10-3 m
h2 = 134 × 10-3 m
h1-h2 = 172 × 10-3 m - 134 × 10-3 m
= 38 x10-3 m
1 Q
C = ×
K √h1-h2
1 0.194 x10-3 m3 /s
= ×
0.9621 x10-3 √38 x10-3 m
=0,9864
❖ Nilai Minimum
Aliran Q = 0,157 × 10-3 m3/s
h1 = 156 × 10-3 m
h2 = 128 × 10-3 m
h1-h2 = 156 × 10-3 m - 128 × 10-3 m
= 28 x10-3 m
1 Q
C = ×
K √h1-h2
1 0.152 x10-3 m3 /s
= ×
0.9621 x10-3 √28 x10-3 m
= 0,9752
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
45
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
F. ANALISA
Pada praktikum kali ini, yaitu modul III yang membahas tentang Teori Bernoulli
atau (Bernoulli’s Theorem). Praktikum ini bertujuan Untuk menyelidiki validasi Persamaan
Bernoulli ketika diaplikasikan ke aliran air yang steady pada pipa yang bergradasi
dimensinya, Menentukan besarnya koefisien debit (Cd) pada alat venturimeter dan
Mengamati pembagian tekanan sepanjang pipa konvergen-divergen. Teori bernouli
sendiri memiliki prinsip yaitu kenaikan kecepatan aliran fluida yang akan menyebabkan
penurunan tekanan fluida secara bersamaan atau penurunan energi potensial fluida
tersebut, intinya adalah tekanan akan menurun jika kecepatan aliran fluida meningkat.
Kemudian ada juga asas bernouli yang menyatakan bahwa dalam pipa horizontal,
tekanan fluida paling besar terdapat dengan kelajuan aliran terkecil, begitu juga
sebaliknya tekanan fluida paling kecil terdapat pada kelajuan aliran air terbesar.
Pada praktikum ini kita menggunakan alat hydraulic Bench. Hydraulic Bench
adalah alat yang digunakan sebagai tempat sumber air dan pengatur aliran air agar kita
tahu debit aliran tersebut. Alat ini dimaksudkan untuk memberikan fluida pada peralatan
lainnya, seperti untuk alat Bernoulli’s Theorem apparatus, losses in piping systems, fluid
friction apparatus dan lain – lain. Debit yang dihitung dalam percobaan adalah debit aktual.
Dan biasanya hasilnya debit aktual lebih kecil dari pada debit teoritis.
Dan kita menggunakan alat venturi meter. Venturi meter adalah sebuah alat untuk
mengukur kelajuan cairan dalam pipa bernama pipa venturi. Pipa venturi merupakan
sebuah pipa yang memiliki penampang bagian tengahnya lebih sempit dan diletakkan
mendatar dengan dilengkapi dengan pipa pengendali untuk mengetahui permukaan air
yang ada sehingga besarnya tekanan dapat diperhitungkan. Di alat tersebut terdapat pipa
konvergen dan divergen, pipa konvergen adalah pipa yang alirannya memuat disatu titik
(diameternya mengecil) sedangkan pipa divergen adalah pipa yang alirannya meneyebar
kebeberapa titik (diameternya membesar). Pada alat venturi meter ini memiliki 3 katup
yaitu katup debit, katup venturi, dan katup udara. Fungsi dari katup – katup ini adalah
untuk menahan bertambahnya laju tekanan pada air dan juga untuk mengeluarkan udara
yang terperangkap pada pipa venturi. Katup – katup teresebut sangat berguna sekali
pada alat venturi meter ini karena jika tidak ada katup tersebut maka aliran atau tekanan
air akan terus bertambah dan tidak dapat terkontrol sehingga menyebabkan air masuk ke
dalam pipa venturi bisa melewati batas maksimum dan dapat merusak alat venturi meter
tersebut.
Adapun kesalahan – kesalahan yang terjadi pada praktikum kali ini, karena
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pada saat mengalirkan air ke dalam pipa venturi,
praktikan tidak dapat focus untuk menggerakkan katup sehingga bisa terjadi
pengumpulan air yang banyak di pipa venturi dan melebihi batas maksimum sehingga alat
menjadi rusak. Selain itu, ada juga kesalahan pembacaan data yang kurang tepat
sehingga hasil praktikum tidak akurat. Kemudian faktor dari luar bisa juga terjadi
kebocoran pada pipa atau penampang yang tidak seimbang atau datar, hal – hal tersebut
bisa mempengaruhi data atau hasil yang didapat. Penerapan praktikum modul tiga dalam
bidang Teknik sipil yaitu dalam system perpipaan dan irigasi. Di dalam praktikum kali ini
juga menemukan beberapa kendala seperti praktikan tidak bisa melakukan proses
praktikum karena adanya wabah sehingga praktikan tidak dapat melakukan praktikum
secara langsung.
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
46
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
G. KESIMPULAN
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
47
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
H. LAMPIRAN
(a) (b)
(c) (d)
Keterangan :
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
48
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
49
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Laporan Praktikum
Modul No. IV
PESAWAT OSBORNE REYNOLDS
( Osbourne Reynolds Apparatus )
Kelas : B
Kelompok : VII
Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
MODUL IV
A. TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah untuk :
1. Untuk mengamati jenis-jenis aliran fluida.
2. Untuk menentukan bilangan Reynolds berdasarkan debit.
3. Untuk mencari hubungan antara bilangan Reynolds dengan jenis aliran.
B. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Hydraulic Bench,
2. Osborne Reynolds,
3. Tangki pasokan dengan batang dan tabung pendukung,
4. Tangki suplai pewarna.
5. Klip control pewarna.
Bahan :
1. Botol pewarna.
2. Air sebanyak 140,5 liter.
C. DASAR TEORI
4.1 Laminer dan Aliran Turbulen
Profesor Osborne Reynolds (1842-1912) pertama kali menyadari bahwa ada
'kecepatan kritis' di mana hukum yang berkaitan dengan hilangnya energi tekanan dan
kecepatan dalam aliran pipa berubah. Dia pertama kali menunjukkan ini dengan
eksperimen yang dikenal dengan 'Colour Band' (atau garis pewarna). Eksperimen
dilakukan dengan menyuntikkan jet pewarna ke dalam aliran air yang terlihat melalui
pipa transparan. Pada kecepatan rendah garis pewarna tidak terputus, tetapi karena
kecepatan aliran melalui pipa meningkat, garis pewarna putus dan pusaran terlihat
terbentuk. Dari ini dan percobaan lebih lanjut ia sampai pada kesimpulan bahwa ada
dua jenis aliran:
a) Aliran laminar (Latin lamina = lapisan atau lembaran tipis). Cairan bergerak dalam
lapisan tanpa fluktuasi kecepatan yang tidak teratur. Aliran laminar terjadi pada
Angka Reynolds yang rendah.
b) Aliran Turbulen. Ini menghasilkan partikel fluida yang bergerak dalam pola yang
tidak teratur, membawa sebuah pertukaran momentum dari satu bagian cairan ke
yang lain.
Reynolds menyelidiki kedua jenis gerakan ini dan menyimpulkan bahwa parameter
yang terlibat dalam karakteristik aliran adalah
ρ : massa jenis fluida kg/m3
vs : kecepatan aliran fluida m/det
d : diameter internal pipa m
μ : viskositas absolut fluida dinamis Ns/m2
v : viskositas kinematik fluida, v = μ/ρ m2/s
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
50
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
vs ρdvs
Re = =
μ/ρd μ
atau
vs d
Re =
v
nilai yang terhubung dengan gerakan fluida. Gerak fluida ditemukan menjadi laminar
untuk bilangan Re di bawah 2000 dan turbulen untuk Re lebih besar dari 4000.
Viskositas Viskositas
Kinematik Temperatur Kinematik
Temperatur (oC) v v
(OC)
(10 m2/det)
-6
(10 m2/det)
-6
0 1.793 25 0.893
1 1.732 26 0.873
2 1.674 27 0.854
3 1.619 28 0.836
4 1.568 29 0.818
5 1.520 30 0.802
6 1.474 31 0.785
7 1.429 32 0.769
8 1.386 33 0.753
9 1.346 34 0.738
10 1.307 35 0.724
11 1.270 36 0.711
12 1.235 37 0.697
13 1.201 38 0.684
14 1.169 39 0.671
15 1.138 40 0.658
16 1.108 45 0.602
17 1.080 50 0.554
18 1.053 55 0.511
19 1.027 60 0.476
20 1.002 65 0.443
21 0.978 70 0.413
22 0.955 75 0.386
23 0.933 80 0.363
24 0.911 85 0.342
hf
i=
l
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
51
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Perhatikan bahwa nilai Re yang diperoleh dalam percobaan yang dibuat dengan
laju aliran 'meningkat' akan tergantung pada tingkat perawatan, yang telah dilakukan
untuk menghilangkan gangguan pada pasokan dan sepanjang pipa. Di sisi lain,
percobaan yang dilakukan dengan laju aliran 'menurun' akan menunjukkan nilai Re
yang sangat tergantung pada gangguan awal.
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Alat distabilkan, lalu perhatikan nivo. (oleh instuktur)
2. Pastikan saluran-saluran pemasukan air dan pelimpah terpasang.
3. Hubungkan pasokan air dari hydraulic bench ke tangki atas dan bejana injeksi
pewarna dipasang dan diisi.
4. Sebuah katup kecil disediakan di ujung tabung luar untuk mengeluarkan udara yang
terperangkap.
5. Hidupkan / alirkan suplai air.
6. Pastikan tinggi air yang konstan dengan terbuangnya aliran yang berlebihan pada
saluran pelimpah.
7. Biarkan kondisi demikian hingga 5 menit, lalu ukur suhu airnya dengan termometer.
8. Bukalah katup pengontrol aliran sedikit demi sedikit dan atur katup jarum pengontrol
zat warna sampai tercapai aliran laminer dengan zat warna terlihat jelas. Amati
tetesan zat warna tersebut.
9. Tentukan besar debit yang lewat secara akurat dengan menggunakan tangki ukur
volumetric.
10. Ulangi prosedur diatas untuk debit (Q) yang berubah-ubah dari kecil (keadaan
laminer) ke besar hingga tercapai aliran kritis dan turbulen.
11. Kerjakan kebalikan dari proses di atas untuk debit yang berubah-ubah dari besar ke
kecil hingga tercapai kembali kondisi transisi dan laminer.
12. Pada setiap akhir percobaan temperatur diukur kembali.
13. Bersihkan seluruh peralatan dari jejak air yang mengandung pewarna sebelum
mengembalikan peralatan yang akan disimpan.
14. Catat semua hasilnya pada salinan lembar hasil yang disediakan.
15. Gambarkan grafik hubungan antara kecepatan aliran (V) dan bilangan Reynold.
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
52
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
NOMENKLATUR:
Tabel 4.2 Nomenklatur
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
53
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Kelompok : VII
Hari/ Tgl : Sabtu/10 Oktober 2020
Pukul : 13.30 WIB
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
54
Nama : Muhammad Rizal Cemang
Nama : Muhammad Rizal Cemang NIM : 2019 – 21 - 013
NIM : 2019 – 21 - 013
1
0,785 x 10-3 0 47,25 47,25 1,6614 x 10-5 2,0106 x 10-4 82,6321 x 10-3 0,873 x 10-6 1514,4486 Laminer Laminer
2
0,900 x 10-3 0 22,04 22,04 4,0835 x 10-5 2,0106 x 10-4 20,3099 x 10-2 0,873 x 10-6 3722,3184 Kritis Kritis
3
0,885 x 10-3 0 13,98 13,98 6,3305x 10-5 2,0106 x 10-4 314,8563 x 10-3 0,873 x 10-6 5770,5622 Turbulen Turbulen
4
0,395 x 10-3 0 11,45 11,45 3,4498 x 10-5 2,0106 x 10-4 171,5806 x 10-3 0,873 x 10-6 3144,6616 Kritis Kritis
5
0,190 x 10-3 0 9,63 9,63 19,7300 x 10-6 2,0106 x 10-4 98,1299 x 10-3 0,873 x 10-6 1798,4861 Laminer Laminer
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
55
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Grafik
0.0035
0.003
0.0025
0.002
0.0015
0.001
0.0005
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
Pada grafik kecepatan aliran (v) terlihat adanya bilangan reynolds (Re) yang
menunjukkan besarnya nilai dari kecepatan aliran dan bilangan reynolds yang
berbanding lurus jadi besar kecilnya kecepatan aliran fluida menentukan nilai dari
bilangan reynoldspada aliran laminer nilai v = 82,6321 x 10-3 dan Re = 1514,4486
pada aliran kritis nilai v= 20,3099 x 10-3 dan re= 3722,3184
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
56
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
E. PERHITUNGAN
a. Aliran Laminer
1. Waktu (t)
t1 = 0 det
t2 = 47,25 det
t = 47,25 det – 0 det
= 47,25 det
2. Volume
V = 0,785 L
= 0,785 X 10-3 m3
3. Debit ( Q)
𝑉
𝑄= 𝑡
0,785 X 10−3 m3
= 47,25 𝑑𝑒𝑡
1
= 𝜋 (0,016 𝑚)2
4
= 2,0106 x 10-4 m3
𝑄
𝑉𝑠 = 𝐴
−5
= 1,6614 𝑋 10 𝑚3/𝑑𝑒𝑡
2,0106𝑥 10−4 𝑚3
= 82,6321x10-3 m/det
5. Angka Reynolds
T = 26°C
v = 0,873 x 10-6 m3/det
𝑉𝑠 𝑥 𝑑
𝑅𝑒 =
𝑣
= 1514,4486
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
57
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
b. Aliran Kritis
1. Waktu (t)
t1 = 0 det
t2 = 22,04 det
t = 22,04 det – 0 det
= 22,04 det
2. Volume
V = 0,900 L
= 0,900 X 10-3 m3
3. Debit ( Q)
𝑉
𝑄= 𝑡
0,900 X 10−3 m3
= 22,04 𝑑𝑒𝑡
1
= 4 𝜋 (0,016 𝑚)2
= 2,0106 x 10-4 m3
𝑄
𝑉𝑠 =
𝐴
= 203,0986x10-3 m/det
5. Angka Reynolds
T = 26°C
v = 0,873 x 10-6 m3/det
𝑉𝑠 𝑥 𝑑
𝑅𝑒 =
𝑣
= 3722,3184
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
58
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
c. Aliran Turbulen
1. Waktu (t)
t1 = 0 det
t2 = 13,98 det
t = 13,98 det – 0 det
= 13,98 det
2. Volume
V = 0,885 L
= 0,885 X 10-3 m3
3. Debit ( Q)
𝑉
𝑄=
𝑡
0,885 X 10−3 m3
= 13,98 𝑑𝑒𝑡
1
= 𝜋 (0,016 𝑚)2
4
= 2,0106 x 10-4 m3
𝑄
𝑉𝑠 = 𝐴
= 314,8563x10-3 m/det
5. Angka Reynolds
T = 26°C
v = 0,873 x 10-6 m3/det
𝑉𝑠 𝑥 𝑑
𝑅𝑒 =
𝑣
= 5770,5622
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
59
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
d. Aliran Turbulen
1. Waktu (t)
t1 = 0 det
t2 = 11,45 det
t = 11,45 det – 0 det
= 11,45 det
2. Volume
V = 0,395 L
= 0,395 X 10-3 m3
3. Debit ( Q)
𝑉
𝑄=
𝑡
0,395 X 10−3 m3
= 11,45 𝑑𝑒𝑡
1
= 𝜋 (0,016 𝑚)2
4
= 2,0106 x 10-4 m3
𝑄
𝑉𝑠 = 𝐴
5. Angka Reynolds
T = 26°C
v = 0,873 x 10-6 m3/det
𝑉𝑠 𝑥 𝑑
𝑅𝑒 =
𝑣
= 3144,6616
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
60
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
e. Aliran Turbulen
1. Waktu (t)
t1 = 0 det
t2 = 9,638 det
t = 9,63 det – 0 det
= 9,63 det
2. Volume
V = 0,190 L
= 0,190 X 10-3 m3
3. Debit ( Q)
𝑉
𝑄=
𝑡
0,190X 10−3 m3
= 9,36 𝑑𝑒𝑡
1
= 𝜋 (0,016 𝑚)2
4
= 2,0106 x 10-4 m3
𝑄
𝑉𝑠 = 𝐴
= 98,1299x10-3 m/det
5. Angka Reynolds
T = 26°C
v = 0,873 x 10-6 m3/det
𝑉𝑠 𝑥 𝑑
𝑅𝑒 =
𝑣
= 1798,4861
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
61
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
F. ANALISA
Pada praktikum modul empat ini membahas tentang Pesawat Osborn Reynolds.
Osborne Reynold berasal Irlandia yang lahir pada 23 Agustus 1842 dan menutup usia
pada 21 Februari 1912. Bidang yang menjadi kajian utamanya adalah Fisika. Dikenal
melalui penelitiannya tentang Dinamika Fluida dan Bilangan Reynold. Ia menemukan hal
bahwa aliran dalam kecepatan rendah berada dalam keadaan aliran laminer, Ketika
kecepatan menjadi lebih tinggi maka aliran akan mengalami transisi, sehingga pada
akhirnya akan menjadi aliran turbulen. Bilangan Reynold menunjukkan rasio antara Gaya
Inersia dengan Gaya Viskositas.
Jenis – jenis aliran ini dipengaruhi oleh kecepatan aliran air terhadap waktu dan
volume. percobaan ini dilakukan dengan dua komponen yaitu air dan tinta. Dengan
adanya penggunaan tinta pada percobaan ini adalah untuk mengamati secara visual
model aliran air tersebut. sehingga pada saat pewarna tinta diinjeksikan pada suatu titik
aliran maka akan meluncur bersama dan membentuk sebuah garis beraturan maupun
tidak beraturan. Pada percobaan ini juga saling berhubungan dengan gaya viskositas.
Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik dengan
tekanan maupun tegangan. Pada masalah sehari-hari, viskositas adalah Ketebalan atau
pergesekan internal.
Pada praktikum ini menunjukan bahwa untuk kecepatan aliran yang kecil di dalam
aliran kaca,zat warna akan mengalir dalam suatu garis lurus seperti benang yang sejajar
dengansumbu pipa. Apabila katub dibuka sedikit demi sedikit, kecepatan akan bertambah
besar dan benang warna mulai berlubang yang akhirnya pecah dan menyebar pada
seluruhaliran dalam pipa.
Pada aliran turbulen, partikel – partikel zat cair bergerak tidak teratur dan garis
lintasannya saling berpotongan. Aliran pada sungai, saluran besar atau drainase adalah
contoh aliran turbulen. Tidak masalah apabila praktikum ini terdapat gelembung pada pipa
tersebut. Hal ini gelembung tidak berpengaruh pada perhitungan data karena pada
praktikum ini, praktikan hanya menentukan jenis aliran fluida berdasarkan bilangan
Reynolds.
Pada praktikum ini adapun hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu pada penggunaan
stopwatch perlu ketelitian dengan baik karena waktu akan mempengaruhi hasil
perhitungan tersebut. lalu pada saluran pipa pada tinta perlu diperhatikan agar dapat
keluar dengan baik dan pada gelas ukur gunakan gelas ukur yang sesuai juga pada
pembukaan katup hydraulic bench, katup Osborne Reynolds dan katup tinta agar
mendapatkan hasil perhitungan yang akurat.
Adapun kesalahan – kesalahan yang mungkin terjadi pada praktikum kali ini yaitu
praktikan kurang teliti dalam pembacaan stopwatch karena waktu sangat berpengaruh
terhadap ketelitian hasil perhitungan. Selain itu, terlalu cepat atau terlalu lama dalam
memainkan katub dan kesalahan yg sering terjadi adalah pembacaan data dari praktikan
itu sendiri.
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
62
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
G. KESIMPULAN
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
63
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
H. LAMPIRAN
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(e) (f)
(g) (h)
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
64
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Keterangan :
(a) Alat ukur Hydraulic Bench
(b) Alat Osborne Reynolds
(c) Zat pewarna (tinta)
(d) Air
(e) Termometer
(f) Tangki suplai pewarna
(g) Tangki pasokan dengan batang dan tabung penghubung
(h) Stopwatch
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
65
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
66
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER
JL. LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750
TELEPON (021) 5440342, 5440344. EXT 1306
Laporan Praktikum
MODUL NO. V
TUMBUKAN PANCARAN AIR
(Impact Of Jet)
Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
MODUL V
(Impact of Jet)
A. TUJUAN
Untuk mencari reaksi gaya yang dihasilkan dari perubahan momentum aliran air,
dengan pengukuran gaya yang dihasilkan oleh jet yang menumbuk permukaan padat
yang menghasilkan derajat defleksi aliran yang berbeda.
Bahan :
1. Air sebanyak 140,5 liter
C. DASAR TEORI
5.1 Laminer dan Aliran Turbulen
Saat jet mengalir dengan kecepatan yang stabil menghantam permukaan yang
padat, air berbelok berhamburan di sepanjang permukaan. Jika gesekan diabaikan
dengan mengasumsikan cairan tidak terlihat dan juga diasumsikan bahwa tidak ada
kerugian akibat guncangan maka besarnya kecepatan air tidak berubah. Tekanan
yang diberikan oleh air pada permukaan padat dimana akan menjadi sudut siku
pada permukaan.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
67
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Dalam setiap kasus diasumsikan bahwa tidak ada percikan atau pantulan
fluida dari permukaan sehingga sudut keluar sejajar dengan sudut keluar
permukaan.
a) Pengaruh Ketinggian
Kecepatan jet dapat dihitung dari laju aliran yang diukur dari area keluar
Q
nozzle. Vn = A
Namun karena nosel berada di bawah permukaan, kecepatan tumbukan akan
lebih kecil dari kecepatan nosel karena adanya pertukaran antara energi
potensial dan energi kinetik sehingga: V12 = Vn2 – 2gh di mana, h adalah
ketinggian permukaan di atas keluar nosel.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
68
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
69
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
NOMENKLATUR
Tabel 5.1 Nomenklatur
Satuan Lambang Tipe Deskripsi
Q
Kecepatan Vn = A, kecepatan fluida yang
m/s Vn Dihitung
Nozzle meninggalkan nozel.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
70
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Kelompok : VII
Hari / Tgl : Sabtu, 17 Oktober 2020
Pukul : 13.30
Hasil Perhitungan Data Percobaan Impact of Jet untuk Bidang Setengah Bola
Total Massa Jumlah Air Waktu Laju Alir
yang yang mengumpulkan Volumetrik
Nozzle Bukaan
dibebankan dikumpulkan air Q
3 3
(kg) (m ) (detik) (m /det)
2/3 1 0,1405 540,3846 2,6 x 10-4
5 mm 1/2 0,7 0,1405 1080,7692 1,3 x 10-4
1/3 0,7 0,1405 1453,4433 9,6667 x 10-5
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
71
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013 Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 72
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Kelompok : VII
Hari / Tgl : Sabtu, 17 Oktober 2020
Pukul : 13.30
Hasil Perhitungan Data Percobaan Impact of Jet untuk Bidang Setengah Bola
Total Massa Jumlah Air Waktu Laju Alir
yang yang mengumpulkan Volumetrik
Nozzle Bukaan
dibebankan dikumpulkan air Q
3 3
(kg) (m ) (detik) (m /det)
2/3 1 0,1405 358,7204 3,9167 x 10-4
8 mm 1/2 0,7 0,1405 720,5128 1,95 x 10-4
1/3 0,65 0,1405 1067,0616 1,3167 x 10-4
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
73
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013 Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 74
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
2.5
1.5
0.5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
𝐹
Slope =
𝑃𝑄𝑉1
4,5312 1,0900 0,4951
= = =
3,1291 0,7527 0,3419
= 1,4481
Δ𝑦
Kemiringan =
Δ𝑥
4,5312−1,0900
=
3,2191−0,7527
= 1,4481
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
75
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
𝐹
Slope =
𝑃𝑄𝑉1
1,7578 0,5037 0,2136
= = =
3,7031 1,0611 0,4499
= 0,4747
Δ𝑦
Kemiringan =
Δ𝑥
1,7578−0,5037
=
3,7031−1,0611
= 0,4747
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
76
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
𝐹
Slope =
𝑃𝑄𝑉1
6,8530 1,6987 0,9306
= = =
3,4332 0,8510 0,0523
= 1,9961
Δ𝑦
Kemiringan =
Δ𝑥
6,8530−1,6987
=
3,4332− 0,8510
= 1,9961
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
77
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
𝐹
Slope =
𝑃𝑄𝑉1
3,6560 0,8896 0,3695
= = =
2,5247 0,6143 0,2552
= 1,4481
Δ𝑦
Kemiringan =
Δ𝑥
3,6560 − 0,8896
=
2,5247 − 0,6143
= 1,4481
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
78
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
𝐹
Slope =
𝑃𝑄𝑉1
1,4617 0,6937 0,1353
= = =
3,0793 1,4614 0,2851
= 0,4747
Δ𝑦
Kemiringan =
Δ𝑥
1,4617 −0,6937
=
3,0793−1,4614
= 0,4747
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
79
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
𝐹
Slope =
𝑃𝑄𝑉1
6,0426 1,4599 0,1044
= = =
3,0272 0,7314 0,0523
= 1,9960
Δ𝑦
Kemiringan =
Δ𝑥
6,0426 −1,4599
=
3,0272 −0,7314
= 1,9960
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
80
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
E. PERHITUNGAN
1. Nozzle 5 mm
1
A = 4
πd2
1
= 4 π (5 x 10-3 m)2
= 1,9635 x 10-5 m2
a. Permukaan Bidang Datar
h = 6 cm
= 0,06 m
➢ Bukaan 2/3
Q= 14.9 l/menit
14,9
= m³/det
1000 x 60
= 2,4833 x 10 ̄ ⁴ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 920 g
= 0,92 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
2,4833 x 10 ̄ ⁴ m³/det
= 565,2794 detik
𝑄
Vn =
𝐴
2,4833 x 10 ̄ ⁴ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 12,6473 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m m
V1 = √(12,6473 )2 − 2 𝑥 9,81 𝑥 0,006 𝑚
s s
= 12,6007 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 3,1291 ( 1 – cos 90 )
= 4,5312 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
81
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
➢ Bukaan 1/2
Q= 7,5 l/menit
7,5
= m³/det
1000 x 60
= 1,25 x 10 ̄ ⁴ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 720 g
= 0,72 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
1,25 x 10 ̄ ⁴ m³/det
= 1124 detik
𝑄
Vn =
𝐴
1,25 x 10 ̄ ⁴ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 6,3662 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m m
V1 = √(6,3662 )2 − 2 𝑥 9,81 𝑥 0,006 𝑚
s s
= 6,2729 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 0,7527 ( 1 – cos 90 )
= 1,1354 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
82
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
➢ Bukaan 1/3
Q= 5 l/menit
5
= m³/det
1000 x 60
= 8,3333 x 10 ̄ ⁵ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 700 g
= 0,70 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
8,3333 x 10 ̄ ⁵ m³/det
= 1686,0067 detik
𝑄
Vn =
𝐴
8,3333 x 10 ̄ ⁵ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 4,2441 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m m
V1 = √(4,2441 )2 − 2 𝑥 9,81 𝑥 0,006 𝑚
s s
= 4,1031 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 0,3419 ( 1 – cos 90 )
= 0,4951 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
83
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
➢ Bukaan 2/3
Q= 16,2 l/menit
16,2
= m³/det
1000 x 60
= 2,7 x 10 ̄ ⁴ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 700 g
= 0,7 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
2,7 x 10 ̄ ⁴ m³/det
= 520,3704 detik
𝑄
Vn =
𝐴
2,7 x 10 ̄ ⁴ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 13,7510 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m 2 m
V1 = √(13,7510
s
) − 2 𝑥 9,81 s
𝑥 0,005 𝑚
= 13,7513 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 3,7031 ( 1 – cos 45 )
= 1.7578 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
84
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
➢ Bukaan 1/2
Q= 8,4 l/menit
8,4
= m³/det
1000 x 60
= 1,4 x 10 ̄ ⁴ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 600 g
= 0,6 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
1,4 x 10 ̄ ⁴ m³/det
= 1003,5714 detik
Q
Vn =
A
F = ρQv1 ( 1- cos θ )
= 0,9885 N ( 1 – cos 45° )
= 0,4692 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
85
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
➢ Bukaan 1/3
Q= 5,7 l/menit
5,7
= m³/det
1000 x 60
= 9,6 x 10 ̄ ⁵ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 600 g
= 0,6 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
9,6 x 10 ̄ ⁵ m³/det
= 1478,9474 detik
𝑄
Vn =
𝐴
1,4 x 10 ̄ ⁴ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 4,3838 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m 2 m
V1 = √(4,3838
s
) − 2 𝑥 9,81 s
𝑥 0,005 𝑚
= 4,7358 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 0,4499 ( 1 – cos 45 )
= 0,2136 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
86
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
➢ Bukaan 2/3
Q= 15,6 l/menit
15,6
= m³/det
1000 x 60
= 2,6 x 10 ̄ ⁴ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 1000 g
= 1 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
2,6 x 10 ̄ ⁴ m³/det
= 540,3846 detik
𝑄
Vn =
𝐴
2,6 x 10 ̄ ⁴ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 13,2417 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m 2 m
V1 = √(13,2417
s
) − 2 𝑥 9,81 s
𝑥 0,005 𝑚
= 13,2046 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 3,4332 ( 1 – cos 135 )
= 6,8530 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
87
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
➢ Bukaan 1/2
Q= 7,8 l/menit
7,8
= m³/det
1000 x 60
= 1,3 x 10 ̄ ⁴ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 700 g
= 0,7 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
1,3 x 10 ̄ ⁴ m³/det
= 1080,7692 detik
𝑄
Vn =
𝐴
1,3 x 10 ̄ ⁴ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 6,6208 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m 2 m
V1 = √(6,6208
s
) − 2 𝑥 9,81 s
𝑥 0,005 𝑚
= 6,5463 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 0,8510 ( 1 – cos 135 )
= 1,6987 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
88
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
➢ Bukaan 1/3
Q= 5,8 l/menit
5,8
= m³/det
1000 x 60
= 9,6667 x 10 ̄ ⁵ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 700 g
= 0,7 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
9,6667 x 10 ̄ ⁵ m³/det
= 1453,4433 detik
𝑄
Vn =
𝐴
9,6667 x 10 ̄ ⁵ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 1,0671 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m 2 m
V1 = √(1,0671
s
) − 2 𝑥 9,81 s
𝑥 0,005 𝑚
= 0,3971 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 0,0523 ( 1 – cos 135 )
= 0,9306 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
89
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
2. Nozzle 8 mm
1
A = 4 π d2
1 2
= 4 π (8 × 10-3 m)
= 5,0265 x 10-5 m2
Q = 21,5 l/m
21,5
= 1000 × 60 m3/det
= 3,583 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 870 gr
= 0,87 kg
V
t =Q
0,01405 m3
=
3,583 x 10-4 m3 /det
= 392,0967 detik
Q
Vn =
A
3,583 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 7,1288 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
90
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
1
➢ Bukaan 2
Q = 10,8 l/m
10,8
= 1000 × 60 m3/det
= 1,8 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban 700 gr
= 0,7 kg
V
t =Q
0,01405 m3
=
1,8 x 10-4 m3 /det
= 780,5556 detik
Q
Vn = A
1,8 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 3,5810 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
91
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
1
➢ Bukaan
3
Q = 7,2 l/m
7,2
= 1000 × 60 m3/det
= 1,2 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 620 gr
= 0,62 kg
V
t =Q
0,01405 m3
=
1,2 x 10-4 m3 /det
= 117,083 detik
Q
Vn = A
1,2 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 2,3873 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
92
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Q = 23,7 l/m
23,7
= 1000 × 60 m3/det
= 3,95 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 700 gr
= 0,7 kg
V
t =
Q
0,01405 m3
=
3,95 x 10-4 m3 /det
= 355,6962 detik
Q
Vn = A
3,95 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 7,8584 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
93
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
1
➢ Bukaan
2
Q = 16,4 l/m
16,4
= m3/det
1000 × 60
= 2,7333 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 600 gr
= 0,6 kg
V
t =Q
0,01405 m3
=
2,7333 x 10-4 m3 /det
= 514,0307 detik
Q
Vn = A
2,7333 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 5,4378 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
94
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
1
➢ Bukaan
3
Q = 7,5 l/m
7,5
= m3/det
1000 × 60
= 1,2 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 750 gr
= 0,75 kg
V
t =Q
0,01405 m3
=
1,2 x 10-4 m3 /det
= 1124 detik
Q
Vn = A
1,2 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 2,4868 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
95
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Q = 23,5 l/m
23,5
= 1000 × 60 m3/det
= 3,9167 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 1000 gr
= 1 kg
V
t =Q
0,01405 m3
=
3,9167 x 10-4 m3 /det
= 358,7204 detik
Q
Vn = A
3,9167 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 7,7921 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
96
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
1
➢ Bukaan
2
Q = 11,7 l/m
11,7
= m3/det
1000 × 60
= 1,95 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 700 gr
= 0,7 kg
V
t =Q
0,01405 m3
=
1.95 x 10-4 m3 /det
= 720,5218 detik
Q
Vn =
A
1,95 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 3,8794 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
97
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
1
➢ Bukaan
3
Q = 7,9 l/m
7,9
= 1000 × 60 m3/det
= 1,3167 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 650 gr
= 0,65 kg
V
t =Q
0,01405 m3
=
1,3167 x 10-4 m3 /det
= 1067,0616 detik
Q
Vn = A
1,3167 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 1,0671 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
98
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
F. ANALISA
Pada praktikum kali ini modul lima yaitu tentang Tumbukan Pancaran Air. Dimana
modul ini memiliki tujuan untuk mencari reaksi gaya yang dimana dihasilkan dari
perubahan momentum aliran air, dengan cara mengukur gaya yang dihasilkan oleh jet
yang menumbuk permukaan padat yang akan menghasilkan derajat defleksi aliran yang
berbeda. Adapun alat yang digunakan hydraulic bench dimana berfungsi sebagai tempat
atau wadah penyimpan air dan mengalirkan air, impact of jet berfungsi untuk melihat
reaksi fluida yang mengalami tumbukan terhadap permukaan bidang, logam pemberat
berfungsi untuk mengetahui berapa berat tersebut dalam keadaan seimbang, nozzel
berfungsi untuk membantu memancarkan air dari selang hydraulic bench, dan permukaan
bidang berfungsi sebagai bidang yang akan ditumbuk dengan air, Adapun alat tambahan
yaitu penggaris dimana penggaris ini berfungsi untuk mengukur ketinggian suatu bidang
tersebut dan untuk mengetahui keseimbangan pancaran. Pengertian tumbukan dalam
fisika adalah peristiwa bertemunya dua buah benda bergerak, sehingga praktikum ini
merupakan tentang bertemunya dua benda bergerak yang disebabkan pancaran air.
Tumbukan yang berhasil hanya terjadi jika tumbukan tersebut memiliki energi yang cukup
untuk memutuskan ikatan – ikatan pada zat. Saat tumbukan selalu berlaku hukum
kekekalan momentum tapi tidak selalu berlaku hukum kekekalan energi kinetik. Bunyi
hukum kekekalan momentum itu sendiri adalah jika tidak ada gaya luar yang bekerja
pada system, maka momentum total sesaat sebelum sama dengan momentum total
sesudah tumbukan.
Pada praktikum ini praktikan akan mengamati pancaran aliran yang menumbuk tiga
permukaan bidang yaitu bidang datar, bidang kerucut, dan bidang setengah bola.setiap
tumbukan antara pancaran air dan permukaan bidang datar akan menyebabkan
perubahan arah air atau pantulan fluida dari permukaan bidang. Ketika pancaran air
menumbuk permukaan bidang datar maka aliran yang dihasilkan akan simetris dan
bentuk yang dihasilkan bagus atau indah dipandang, jika pancaran air menumbuk bidang
permukaan kerucut maka aliran yang dihasilkan akan menyebar dan asimetris, lalu jika
pancaran air menumbuk terhadap permukaan semi bola maka aliran yang dihasilkan
akan simetris dan aliran akan membentuk seperti paying yang terbalik.
Dalam praktikum kali ini praktikan memkai nozzel 5 mm dan 8 mm, nozzle sendiri
memiliki tiga Jenis yaitu nozzel konvergen, nozzel divergen, dan nozzel konvergen dan
divergen. Dari beberapa jenis nozzel tersebut mempunyai perbedaan pada pancaran
airnya, nozzel konvergen pancaran airnya selalu ke atas, nozzel divergen pancaran
airnya selalu kebawah, sedangkan nozzel konvergen dan divergen memancarkan aliran
kedua arah yang berbeda. Pada praktikum kali ini permukaan bidang berada diaatas
sehingga nozzel yang digunakan dalam praktikum ini adalah nozzel konvergen yang
memancarkan aliran airnya ke atas. Nozzel dalam praktikan kali ini berperan sangat
penting karena Ketika fluida yang mengalir melalui nozzel akan mempunyai kecepatan
yng lebih tinggi dibandikan dengan sebelum melalui nozzel. Perubahan kecepatan ini
akan menimbulkan perubahan momentum karena kecepatan berbanding lurus dengan
momentum. Momentum yang besar Ketika menumbuk suatu bidang akan menimbulkan
gaya yang besar.
Penerapan praktikum ini dalam kehidupan sehari – hari seperti pembuatan air
mancur yang Ketika air dialirkan dapat membentuk seperti payung terbalik dan berbagai
macam air mancur lainya. Praktikum kali ini juga tidak luput dari kesalahan – kesalahan
yang dapat menyebabkan kegagalan dalam praktikum, seperti per yang sudah meregang
sehingga dapat mempengaruhi hasil data pengukuran, lalu pembacaan penggaris
sebelum praktkum yang kurang baik, lalu pin alat impact of jets yang berubah, karena
kesenggol oleh praktikan saat melakukan percobaan tumbukan pancaran air, lalu kondisi
alat yang kurang bagus seperti alat hydraulic bench yang kurang lancar mengalirkan air,
lalu perhitungan debit air yang dikeluarkan tidak sesuai dengan pengaturan debitnya, lalu
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
99
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
praktikan yang melakukan pembacaan pengukuran yang kurang lurus sehingga dapat
mempengaruhi hasiil saat pengukuran, dan praktikan yang kurang tepat saat melakukan
pengolahan data yang diperoleh saat melakukan praktikum ini.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
100
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
G. KESIMPULAN
1. Praktikan dapat mencari reaksi gaya ya itu antara nozzle yg memberikan aksi terhadap
permukaan bidang dan permukaan bidang memberikan reaksi terhadap pancaran.
2. Praktikan dapat mengetahui bentuk-bentuk pancaran dari masing masing bidang
permukaan.
3. Praktikan dapat mengetahui reaksi gaya yang dihasilkan dari perubahan momentum
aliran air.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
101
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
H. LAMPIRAN
5.1 Gambar Alat dan Bahan
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
102
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
(g) (h)
Keterangan :
(a) Bangku Hidrolik Digital
(b) Tangki Pasokan dengan Batang dan Tabung Pendukung
(c) Tangki Sulpai Pewarna
(d) Osborne Reynolds
(e) Thermometer
(f) Klip Kontrol Pewarna
(g) Air 140,5 liter
(h) Botol Pewarna
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
103
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 - 013
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
104
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER
JL. LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750
TELEPON (021) 5440342, 5440344. EXT 1306
Laporan Praktikum
MODUL NO. VI
SALURAN DALAM ALIRAN TERBUKA
(Open Channel)
Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
MODUL VI
( Open Channel )
A. TUJUAN
Untuk menghitung debit air yang melimpas pada saluran terbuka persegi panjang
dengan menggunakan alat ukur seperti bendung ambang lebar, bendung segitiga, venturi
flume, serta sluice gate.
Bahan :
Air sebanayak 140,5 liter
C. DASAR TEORI
Cairan yang mengalir di saluran terbuka memiliki permukaan bebas yang terkena
tekanan atmosfer. Oleh karena itu, sepanjang saluran, tekanan pada permukaan konstan
dan alirannya tidak dapat dihasilkan oleh tekanan eksternal tetapi hanya oleh perbedaan
energi potensial karena kemiringan permukaan. Memperhitungkan saluran terbuka
dengan lebar yang sama (B) dan dengan alas datar tetapi miring seperti diilustrasikan di
bawah ini, di mana cairan mengalir dari kiri ke kanan.
Pada bidang X :
Tinggi dasar saluran di atas datum = Z
Kedalaman cairan dalam saluran = D
Lebar saluran = B
Perimeter basah = P = B + 2D
Kecepatan rata-rata cairan = v.
Kedalaman Rata-Rata Hidrolik, DHM didefinisikan sebagai:
A B.D
DH = P = B + 2D
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
105
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Menerapkan persamaan Bernoulli untuk cairan pada bidang X maka total energi
puncak di atas datum adalah:
V2
H=Z+D
2g
Seringkali menguntungkan untuk menggunakan dasar saluran sebagai datum.
Total energi puncak di atas dasar saluran dikenal sebagai energi spesifik, E adalah:
V2
E = D + 2g
Penataan ulang untuk mendapatkan kecepatan rata-rata:
V = √2g (E-D)
Tergantung pada kemiringan saluran kedalaman cairan di sepanjang saluran
mungkin konstan atau mungkin menurun atau meningkat. Pertimbangan kontinuitas laju
aliran antara dua bidang X1 dan X2 mensyaratkan bahwa laju aliran Q adalah sama di
masing-masing bidang sehingga:
Q = V1 . A1 = V2 . A2
dan untuk saluran persegi panjang lebar yang sama, B:
Q
q= B
= V1 . D1 = V2 . D2
Untuk aliran yang seragam atau stabil dalam saluran lebar konstan, kedalaman
cairan akan konstan sepanjang saluran D1 = D2 dan oleh karena itu kemiringan
permukaan θS harus sejajar dengan kemiringan dasar θB sehingga θS = θB.
Jika kecepatan di sepanjang dasar meningkat maka kedalaman berkurang ke arah
aliran D1>D2 dan kemiringan permukaan lebih besar dari kemiringan dasar saluran
θS>θB atau jika kecepatan berkurang maka kedalaman meningkat D1<Θb.
Untuk aliran air pada kecepatan konstan sepanjang saluran harus ada
keseimbangan antara gaya yang menyebabkan aliran dan gaya gesekan yang
menentang aliran.
Gaya yang menghasilkan gerakan di garis dasar saluran disebabkan oleh gravitasi
dan untuk setiap bagian saluran dengan panjang L adalah:
= W. SinθB = ρ. g. A. δL. SinθB
Jika kemiringannya kecil m aka : sinθ ≈ θB sehingga gerakan yang menghasilkan gaya
adalah:
= ρ. g. A. δL.θB
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
106
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Gerakan penahan gaya adalah karena tahanan gesek pada perimeter dibasahi,
jika tahanan gesekan per satuan luas pada kecepatan satuan adalah f maka tahanan
untuk bagian saluran panjang L adalah:
= f. V2. P. δL
Untuk kecepatan konstan menyamakan dua gaya yang berlawanan ini:
f. V2. P. δL = ρ. g. A. δL. θB
V2 = ρ. g f . A P . θB
Mengganti DHM kedalaman rata-rata hidrolik untuk A/P kecepatan diberikan oleh:
ρ.g
V=√ f
√DH . θB
= C √DH . θB
Persamaan ini dikenal sebagai rumus Chezy dan C = √ρ . g/f adalah Koefisien
Chezy untuk saluran. Koefisien chezy adalah dimensi dan karenanya nilai numeriknya
akan bergantung pada unit yang digunakan. Ini memiliki dimensi: L1/2 . T-1
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
107
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
V2 Q2
E=D =D+
2.g 2.g.A2
2
= √3 g.EC = √g . DC
Untuk nilai debit q tertentu akan ada dua kedalaman yang mungkin untuk nilai energi
spesifik yang diberikan seperti yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini. Untuk kedalaman
yang lebih besar dari kedalaman kritis, aliran dikatakan subkritis atau tenang dan untuk
kedalaman kurang dari kedalaman kritis, aliran digambarkan sebagai superkritis atau
shooting.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
108
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
109
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
110
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Dengan dasar saluran horisontal, puncak energi total diberikan oleh
2
Q
H=E+Z=Y+ +z
2gY
Asumsi bahwa aliran mendekati tenang atau subkritis dan bahwa hilir bendung
tidak dibatasi dari aliran atas bendung akan dipercepat karena puncak yang tersedia dan
aliran akan menjadi shooting atau superkritis. Kondisi aliran kritis terjadi ketika puncak
energi spesifik E adalah nilai minimum dan karena gesekan pada permukaan bendung
bagian atas, ini harus terjadi pada ujung hilir bendung di mana:
3 2
Q
DC = √ g
Bendung ambang lebar sering digunakan sebagai alat pengukur aliran di saluran
terbuka. Asalkan ada kondisi kritis di tepi hilir bendung, satu-satunya pengukuran yang
diperlukan untuk menentukan laju aliran adalah kedalaman hulu di atas puncak bendung.
Laju aliran diberikan oleh:
2 2g
Q= B√ C C E1.5
3 3 V D
Di mana CV adalah Koefisien Kecepatan dan CD adalah Koefisien Pengaliran.
√1 - (B22 D22 )
B 2D 2
1 1
Oleh karena itu laju aliran melalui venturi dapat dihitung dari pengukuran
kedalaman air di pintu masuk dan tenggorokan venturi. Aliran maksimum akan terjadi
ketika aliran di tenggorokan kritis ketika kedalaman di tenggorokan adalah 2/3 dari
energi spesifik.
2
DC = 3
H
x 2
y
H= 2g
+ D2
Debit kemudian diberikan oleh
Q = B2 . D2 √2g(H - D2
2 2
= B2 . H √2g(H - H)
3 3
2
= 1.706 B2 H3
Asalkan venturi dioperasikan dengan tenggorokan pada kondisi kritis laju aliran
dapat ditentukan dari pengukuran puncak hulu H ditambah geometri venturi. Dalam
praktiknya, Koefisien Pengaliran dan Koefisien Kecepatan dimasukkan untuk
memungkinkan puncak diukur di pintu masuk venturi, koefisien ini memungkinkan
kecepatan aliran pendekatan dan untuk vena contractor yang berada di hilir
tenggorokan.
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
4.1 Prosuder Praktikum Umum
1. Posisikan Saluran Aliran ke sisi kiri Bangku Hidrolik sehingga pelepasan dari
Saluran Aliran akan memasuki saluran bendung Bangku Hidrolik.
2. Sesuaikan kaki frame pendukung saluran aliran sehingga tidak bergoyang.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
113
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
3. Lepaskan "Clamping Stud" dari penyangga sisi kiri. Ini untuk memungkinkan
penyesuaian kemiringan saluran aliran.
Penting : Jangan menyesuaikan kemiringan saluran aliran dengan
clamping stud pada posisinya.
4. Hubungkan selang bawaan dari Bangku Hidrolik ke sambungan inlet dari saluran
aliran.
5. Turunkan pintu air di ujung keluar terowongan untuk menutup pintu keluar dari
terowongan.
6. Mulai pompa bangku hidrolik dan biarkan air masuk ke saluran sampai terisi
sekitar 20 mm.
7. Ukur jarak ketinggian air dari tepi atas dinding saluran di setiap ujungnya dan
dengan menggunakan tombol penyesuaian kemiringan memperoleh pengukuran
sama.
8. Atur putaran jam ke nol dan catat pembacaan alat penghitung putaran.
9. Periksa bahwa kedalaman air pada saluran adalah konstan di sepanjang saluran.
ini adalah keadaan untuk kemiringan nol.
21 2
2.5/1500 ⁄
3.0/1500 3
4.0/1500 4
51
5.5/1500 ⁄2
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
114
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
▪ Akar kuadrat dari hasil kali kedalaman rata-rata hidrolik dan kemiringan
√DH . θB.
▪ The Expression DH 3⁄2 √θB .
9. Plot grafik kecepatan rata-rata V terhadap √DH . θB dan tentukan koefisien
Chezy dari kemiringan grafik.
10. Plot grafik dengan kecepatan rata-rata V terhadap DH 3⁄2 √θB dan tentukan
nilai kekasaran Manning dari kemiringan grafik.
11. Mengomentari nilai koefisien kekasaran Manning n dan membandingkannya
dengan nilai-nilai yang dikutip dalam buku pelajaran.
12. Plot grafik kedalaman D terhadap energi spesifik E untuk kedua tes data uji.
13. Tempatkan pada grafik sebuah garis untuk D=E dan D=2/3 E.
14. Menghasilkan gambar skala yang menunjukkan bentuk permukaan air dalam
hubungannya dengan saluran aliran dan bendung punuk segitiga.
15. Mengomentari bentuk profil permukaan dibandingkan dengan posisi bendung.
16. Mengomentari hilangnya energi melintasi bendung.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
115
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
116
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
NOMENKLATUR
CD Koefisien pengaliran
CV Koefisien kecepatan
D Kedalaman aliran M L
Kedalaman sesuai dengan energi
𝐷𝐶 M L
spesifik minimum
DHM Kedalaman rata-rata hidrolik M L
E Energi spesifik M L
F Gaya gesek N MLS-2
Tahanan gesekan per unit daerah -2
F N⁄m2 ML-1 S
yang dibasahi
g Percepatan gravitasi 9,81 m⁄s2 LT-2
H Total di puncak M L
1⁄2⁄
L1 2 ⁄T-1
N Koefisien manning ⁄
m s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
117
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Kelompok : VII
Hari/tgl : Sabtu, 31 Oktober 2020
Pukul : 13.30
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
118
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
119
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Kelompok : VII
Hari/tgl : Sabtu, 31 Oktober 2020
Pukul : 13.30
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
120
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Laju
Luas
Kedala Kemiringa
Aliran Kecepatan 𝐷𝐻𝑀 DH 2⁄3
man n Permukaan √DH . θB
Air (𝑚⁄𝑠) (m) √θB
(m) Saluran (𝑚2 )
(𝑚3 ⁄𝑑𝑒𝑡)
0,014 0,000833 9,67 x 10-5 7,95 x10-4 1,22 x10-1 9,58 x10-3 2,82 x10-3 1,302 x10-3
0,014 0,001133 9,67 x 10-5 7,42 x10-4 1,3 x10-1 9,16 x10-3 2,38 x10-3 1,473 x10-3
0,014 0,001200 9,67 x 10-5 7,42 x10-4 1,3 x10-1 9,16 x10-3 2,45 x10-3 1,517 x10-3
-5 -4
0,014 0,001667 9,67 x 10 7,42 x10 1,3 x10-1 9,16 x10-3 2,89 x10-3 1,787 x10-3
0,013 0,002000 9,67 x 10-5 7,42 x10-4 1,3 x10-1 9,16 x10-3 3,16 x10-3 1,957 x10-3
0,012 0,002667 9,67 x 10-5 6,89 x10-4 1,4 x10-1 8,72 x10-3 4,82 x10-3 2,188 x10-3
0,011 0,003667 9,67 x 10-5 6,89 x10-4 1,4 x10-1 8,72 x10-3 5,65 x10-3 2,566 x10-3
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
121
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Kelompok : VII
Hari/tgl : Sabtu, 31 Oktober 2020
Pukul : 13.30
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
122
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Kelompok : VII
Hari/tgl : Sabtu, 31 Oktober 2020
Pukul : 13.30
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
123
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Kelompok : VII
Hari/tgl : Sabtu, 31 Oktober 2020
Pukul : 13.30
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
124
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Grafik
0.12
0.1
0.08
V (m/s)
0.06
0.04
0.02
0
0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005
DHM.θB
Grafik kecepatan aliran (V) terhadap √DHM .θB . Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa
nilai kecepatan aliran (V) pada titik pertama = 6,33 x10-2 m/s, pada titik kedua = 6,33 x10-2 m/s,
pada titik ketiga = 6,33 x10-2 m/s, pada titik keempat = 6,33 x10-2 m/s, pada titik kelima = 6,33
x10-2 m/s, pada titik keenam = 6,33 x10-2 m/s dan pada titik yang ketujuh atau terakhir = 6,33
x10-1. Pada grafik diatas titik yang medekati garis adalah titik kedua, titik ketiga dan titik
keenam. Dari ketiga titik tersebut titik yang paling dekat dengan garis atau tepat digaris adalah
titik kedua. Sedangkan titik yang terjauh dari garis merukan titik ketujuh atau titik terakhir. Dari
kedua titik tersebut titik yang terjauh adalah titik ketujuh atau titik terakhir.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
125
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Grafik
0.145
0.14
0.135
V (m/s)
0.13
0.125
0.12
0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006
DHM.θB
Grafik kecepatan aliran (V) terhadap √DHM .θB . Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa
nilai kecepatan aliran (V) pada titik pertama = 1,26 x10-1 m/s, pada titik kedua = 1,47 x10-1
m/s, pada titik ketiga = 1,52 x10-1 m/s, pada titik keempat = 1,73 x10-1 m/s, pada titik kelima =
1,89 x10-1 m/s, pada titik keenam = 3,25 x10-1 m/s dan pada titik yang ketujuh atau terakhir =
2,38 x10-1 m/s. Pada grafik diatas titik yang medekati garis adalah titik keempat dan titik
ketujuh atau titik terakhir. Dari kedua titik tersebut yang paling mendekati garis adalah titik
ketujuh. Sedangkan titik yang terjauh dari garis merupakan titik pertama, titik kelima dan juga
titik keenam. Dari kedua titik tersebut titik yang terjauh adalah titik keenam.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
126
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Grafik
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.0025 0.003 0.0035
Grafik kecepatan aliran (V) terhadap D2/3 √θB . Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai
kecepatan aliran (V) pada titik pertama = 9,67 x10-2 m/s, pada titik kedua = 9,67 x10-2 m/s, pada titik
ketiga = 9,67 x10-2 m/s, pada titik keempat = 9,67 x10-2 m/s, pada titik kelima = 9,67 x10-2 m/s, pada
titik keenam = 9,67 x10-2 m/s dan pada titik yang ketujuh atau terakhir = 9,67 x10-1 m/s Dari grafik
diatas dapat dilihat bahwa tidak semua titik terkena garis grafik. Titik yang terkena garis grafik hanya
ada 4 titik saja yaitu titik kedua, titik ketiga, titik kelima dan titik keenam. Dari 4 titik tersebut titik
yang tepat terkena garis grafik adalah titik kedua. Sedangkan titik yang tidak terkena garis ada 3 yitu
titik pertama, titik keempat dan titik ketujuh atau titik terakhir. Dari ketiga titik tersebut titik yang
terjauh dari garis adalah titik keempat
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
127
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Grafik
0.145
0.14
0.135
0.13
0.125
0.12
0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.0025 0.003
Grafik kecepatan aliran (V) terhadap D2/3 √θB . Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa
nilai kecepatan aliran (V) pada titik pertama = 1,302 x10-1 m/s, pada titik kedua = 1,473 x10-
1
m/s, pada titik ketiga = 1,517 x10-1 m/s, pada titik keempat = 1,787 x10-1 m/s, pada titik
kelima = 1,957 x10-1 m/s, pada titik keenam = 2,188 x10-1 m/s dan pada titik yang ketujuh
atau terakhir = 2,566 x10-1 m/s. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa semua titik tidak
mengenai garis grafik. Titik yang mendekati garis grafik hanya ada 2 titik saja yaitu titik
kempat dan titik ketujuh atau terakhir. Dari 2 titik tersebut titik yang paling medekati garis
adalah titik ketujuh atau titik terakhir. Sedangkan titik yang terjauh dari garis ada 3 yaitu titik
pertama, titik kelima dan titik keenam. Dari ketiga titik tersebut titik yang terjauh dari garis
adalah titik keenam.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
128
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Grafik D terhadap E
Grafik kedalaman aliran (D) terhadap energi spesifik (E). Dari grafik diatas dapat
diketahui bahwa pada debit 5.95x10-5 m3/det pada titik kesepuluh, titik kesebelas, titik kedua
belas dan titik ketiga belas nilai energi spesifiknya memiliki selisih yang jauh dari energi
spesifik pada debit 1,09 x10-4 m3/det. Pada debit 1,32 x10-4 m3/det bahwa kedalaman
maksimumnya terletak pada titik pertama dengan nilai kedalaman 1,93 m dan dengan
energi spesifik sebesar 1,93 x10-2 m sedangkan pada debit 9 x10-5 m3/det kedalaman
maksimumnya terletak pada titik pertama dengan nilai kedalaman 0,0595 m dan dengan
energi spesifik sebesar 5,95 x10-2 m. Selain itu dari grafik diatas juga dapat diketahui energi
spesifik yang terbesar pada debit 1,25 x10-4 m3/det dengan besar nilai energi spesifiknya
adalah 7,29 x10-2 m yang terletak pada titik ketiga belas atau titik terakhir. Dan pada debit 9
x10-5 m3/det nilai energi spesifik yang terbesar adalah 6,00 x10-2 m yang terletak pada titik
ketiga.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
129
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Grafik
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
0 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008 0.001 0.0012
Grafik D1,5 terhadap laju aliran (Q). Dari grafik diatas dapat diketahui nilai D1,5 pada titik
pertama = 6,21 x10-3 m, pada titik kedua = 6,21 x10-3 m, pada titik ketiga = 6,21 x10-3 m,
pada titik keempat 4,91 x10-3 m, pada titik kelima = 3,72 x10-3 m, pada titik keenam = 2,55
x10-3 m, pada titik ketujuh = 1,33 x10-3 m, pada titik kedelapan = 1,63 x10-3 m, pada titik
kesembilan = 2,17 x10-3 m, pada titik kesepuluh = 3,45 x10-3 m. Pada grafik diatas dapat
dilihat bahwa tidak semua titik yang ada digrafik mengenai garis grafik. Titik yang menganai
garis ada 7 titik yaitu titik yang pertama, titik kedua, titik ketiga, titik kelima, titik keenam, titik
kedelapan dan titik kesembilan. Dari ke 7 titik tersebut titik yang paling tepat mengenai garis
adalah titik pertama dan titik kesembilan. Sedangkan titik yang tidak mengenai garis ada 3
yaitu titik keempat, titik ketujuh dan titik kesepuluh. Dari ke 3 titik tersebut titik yang terjauh
dari garis adalah titik ketujuh sedangkan titik yang paling mendekati garis adalah titik
kesepuluh.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
130
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Grafik
0.012
0.01
0.008
0.006
0.004
0.002
0
0 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008 0.001 0.0012
Grafik E1,5 terhadap laju aliran (Q) menunjukkan bahwa besar nilai E1,5 dan laju aliran
(Q) berbanding lurus atau dengan kata lain semakin kecil nilai E1,5 maka laju alirannya juga
akan semakin kecil behitu juga sebaliknya semakin besar nilai E1,5 maka nilai laju alirannya
akan semakin besar. Dari grafik diatas dapat diketahui nilai E1,5 pada titik pertama = 1,12
x10-2 m, pada titik kedua = 1,08 x10-2 m, pada titik ketiga = 1,04 x10-2 m, pada titik keempat
= 9,94 x10-3 m, pada titik kelima = 9,61 x10-3 m, pada titik keenam = 9,26 x10-3 m, pada titik
ketujuh = 8,89 x10-3 , pada titik kedelapan = 8,84 x10-3 , pada titik kesembilan = 8,12 x10-3
m, pada titik kesepuluh = 7,8 x10-3 m. Dari grafik diatas dapat dilihat semua titik pada grafik
mengenai garis tetapi tidak semua titik tepat mengenai garis. Titik yang tidak tepat
mengenai garis adalah titik ketujuh.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
131
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
E. PERHITUNGAN
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
132
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
133
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
134
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
135
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Q = 5,802 l/mm
= 9,67 x 10-5 m3/det
• Kemiringan dasar saluran (θB) = 0,000833
Kedalaman (D) = 15 mm
= 0,015 m
Luas permukaan aliran (A) = B x D
= 0,053 m x 0,015 m
= 7,95 x 10-4 m2
Q
Kecepatan (v) = A
3
9,67×10-5 m /det
=
7,95×10-4 m2
= 1,22 x 10-1 m/det
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) = 2 D+B
2
7,95×10-4 m
= 2 (0,015 m)+0,053 m
= 9,58 x 10-3 m
√DHM ×θB = √9,58 × 10−3 𝑚 × 0,000833
= 2,83 x 10-3
2/3
DHM2/3 x √θB = (9,58×10-3 m) ×√0,000833
= 1,31 x 10-3
• Kemiringan dasar saluran (θB) = 0,001133
Kedalaman (D) = 14 mm
= 0,014 m
Luas permukaan aliran (A) = B x D
= 0,053 m x 0,014 m
= 7,42 x 10-4 m2
Q
Kecepatan (v) = A
3
9,67×10-5 m /det
=
7,42×10-4 m2
= 1,30 x 10-1 m/det
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) = 2 D+B
2
7,42×10-4 m
= 2 (0,014 m)+0,053 m
= 9,16 x 10-3 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
136
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
137
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
138
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
139
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
140
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
• Titik 4
Kedalaman (D) = 4,6 cm
= 0,046 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,01 m
D+Z = 0,046 m + 0,01 m
= 0,056 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,046 m
= 2,44 x 10-3 m2
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,046 m+ 2
2×9,81 m/det2 ×(2,44×10-3 m2 )
= 4,61 x 10-2
• Titik 5
Kedalaman (D) = 3,45 cm
= 0,0345 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,022 m
D+Z = 0,0345 m + 0,022 m
= 0,0565 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,0345 m
= 1,83 x 10-3 m2
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,0345 m+ m 2
2×9,81 ×(1,83×10-3 m2 )
det2
= 3,46 x 10-2
• Titik 6
Kedalaman (D) = 2,2 cm
= 0,022 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,036 m
D+Z = 0,022 m + 0,036 m
= 0,058 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,022 m
= 1,17 x 10-3 m2
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,022 m+ 2
m -3 2
2×9,81 ×(1,17×10 m )
det2
= 2,23 x 10-2
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
141
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
• Titik 7
Kedalaman (D) = 1 cm
= 0,01 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,05 m
D+Z = 0,01 m + 0,05 m
= 0,06 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,01 m
= 5,3 x 10-4 m2
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,01 m+ 2 2
m
2×9,81 2 ×(1,17×10-4 m )
det
= 1,15 x 10-2
• Titik 8
Kedalaman (D) = 0,6 cm
= 0,006 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,041 m
D+Z = 0,006 m + 0,041 m
= 0,047 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,006 m
= 3,18 x 10-4 m2
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,006 m+ 2
m -4 2
2×9,81 2 ×(3,18×10 m )
det
= 1,01 x 10-2
• Titik 9
Kedalaman (D) = 0,6 cm
= 0,006 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,0325 m
D+Z = 0,006 m + 0,0325 m
= 0,0385 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,006 m
= 3,18 x 10-3 m2
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,006 m+ 2 2
m
2×9,81 2 ×(3,18×10-4 m )
det
= 1,01 x 10-2
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
142
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
• Titik 10
Kedalaman (D) = 0,5 cm
= 0,005 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,022 m
D+Z = 0,005 m + 0,022 m
= 0,027 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,005 m
= 2,65 x 10-4 m2
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,005 m+ 2 2
m
2×9,81 2 ×(2,65×10-4 m )
det
= 1,09 x 10-2
• Titik 11
Kedalaman (D) = 0,4 cm
= 0,004 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,013 m
D+Z = 0,004 m + 0,013 m
= 0,017 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,004 m
= 2,12 x 10-4 m2
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,004 m+ 2
m -4 2
2×9,81 2 ×(2,12×10 m )
det
= 1,32 x 10-2
• Titik 12
Kedalaman (D) = 0,3 cm
= 0,003 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,003 m + 0 m
= 0,003 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,003 m
= 1,59 x 10-4 m2
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,003 m+ 2 2
m
2×9,81 2 ×(1,59×10-4 m )
det
= 1,93 x 10-2
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
143
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
• Titik 13
Kedalaman (D) = 0,3 cm
= 0,003 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,003 m + 0 m
= 0,003 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,003 m
= 1,59 x 10-4 m2
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,003 m+ 2 2
m
2×9,81 2 ×(1,59×10-4 m )
det
= 1,93 x 10-2
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
144
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Q = 7,5 l/m
7,5
= 1000×60 m3 /det
= 1,25 × 10-4
• Titik 1
Kedalaman (D) = 6,2 cm
= 0,062 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,062 m + 0 m
= 0,062 m
Luas permukaan aliran(A) =BxD
= 0,053 m x 0,062 m
= 3,286 x 10-3 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,062 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(3,286 x 10-3 )
-2
= 6,21 ×10 m
• Titik 2
Kedalaman (D) = 6,2 cm
= 0,062 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,062 m + 0 m
= 0,062 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,062 m
= 3,286 x 10-3 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,062 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(3,286 x 10-3 )
= 6,21 ×10-2 m
• Titik 3
Kedalaman (D) = 6,2 cm
= 0,062 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,062 m + 0 m
= 0,062 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,062 m
= 3,286 x 10-3 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,062 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(3,286 x 10-3 )
= 6,21 ×10-2 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
145
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
• Titik 4
Kedalaman (D) = 4,9 cm
= 0,049 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,01 m
D+Z = 0,049 m + 0,01 m
= 0,0590 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,049 m
= 2,597 x 10-3 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,049 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(2,597 x 10-3 )
-2
= 4,91 ×10 m
• Titik 5
Kedalaman (D) = 3,7 cm
= 0,037 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,022 m
D+Z = 0,037 m + 0,022 m
= 0,0590 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,037 m
= 1,961 x 10-3 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,037 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(1,961 x 10-3 )
= 3,72×10-2 m
• Titik 6
Kedalaman (D) = 3,5 cm
= 0,035 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,036 m
D+Z = 0,035 m + 0,036 m
= 0,0710 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,035 m
= 1,855 x 10-3 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,035 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(1,855 x 10-3 )
= 3,52×10-2 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
146
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
• Titik 7
Kedalaman (D) = 1,1 cm
= 0,011 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,05 m
D+Z = 0,011 m + 0,05 m
= 0,0610 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,011 m
= 5,83 x 10-4 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,011 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(5,83 x 10-4 )
= 1,33×10-2 m
• Titik 8
Kedalaman (D) = 0,5 cm
= 0,005 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,041 m
D+Z = 0,005 m + 0,041 m
= 0,0460 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,005 m
= 2,65 x 10-4 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,005 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(2,65 x 10-4 )
= 1,63×10-2 m
• Titik 9
Kedalaman (D) = 0,4 cm
= 0,004 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,0325 m
D+Z = 0,004 m + 0,0325 m
= 0,0365 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,004 m
= 2,12 x 10-4 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,004 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(2,12 x 10-4 )
= 2,17×10-2 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
147
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
• Titik 10
Kedalaman (D) = 0,3 cm
= 0,003 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,022 m
D+Z = 0,003 m + 0,022 m
= 0,025 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,003 m
= 1,59 x 10-4 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,003 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(1,59 x 10-4 )
= 3,45×10-2 m
• Titik 11
Kedalaman (D) = 0,3 cm
= 0,003 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,013 m
D+Z = 0,003 m + 0,013 m
= 0,0160 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,003 m
= 1,59 x 10-4 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,003 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(1,59 x 10-4 )
= 3,45×10-2 m
• Titik 12
Kedalaman (D) = 0,29 cm
= 0,0029 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,0029 m + 0 m
= 0,0029 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,0029 m
= 1,537 x 10-4 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,0029 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(1,537 x 10-4 )
= 3,66×10-2 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
148
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
• Titik 13
Kedalaman (D) = 0,2 cm
= 0,002 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,002 m + 0 m
= 0,002 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,002 m
= 1,06 x 10-4 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,002 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(1,06 x 10-4 )
= 7,29×10-2 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
149
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
• Q = 6 l/menit
= 1×10-3 m3/s
D1 = 3 cm
= 0.03 m
A1 = B1 × D1
= 0.053 m × 0.03 m
= 1.590 × 10-3 m2
2
Q
E = D+
2 gA2
2
(1×10-3 m3 /s)
= 0.03 m + 2
2 × 9.81 m/s2 × (1.590 × 10-3 m2 )
= 5,0161 × 10-2 m
1.5
D = (0.03 m)1.5
= 5,1962 × 10-3 m
E1.5 = (5,0161 × 10-2)1.5
= 1,1234 × 10-2 m
• Q = 5,8 l/menit
= 9,67 × 10-4 m3/s
D1 = 3 cm
= 0,03 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,03 m
= 1.590 × 10-3 m2
2
Q
E = D+
2 gA2
2
(9,67 × 10-4 m3/s)
= 0,03 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1.590 × 10-3 m2 )
= 4,8852 × 10-2
1.5
D = (0,03 m)1.5
= 5,1962 × 10-3 m
E1.5 = (2,8958 × 10-2)1.5
= 1,0798 × 10-2 m
• Q = 5,6 l/menit
= 9,33 × 10-4 m3/s
D1 = 3 cm
= 0,03 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,03 m
= 1.590 × 10-3 m2
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
150
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
2
Q
E = D+
2 gA2
2
(9,33 × 10-4 m3 /s)
= 0,03 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1.590 × 10-3 m2 )
= 4,7550 × 10-2
D1.5 = (0,03 m)1.5
= 5,1962 × 10-3 m
E1.5 = (4,7550 × 10-2)1.5
= 1,0368 × 10-2 m
• Q = 5,4 l/menit
= 9 × 10-4 m3/s
D1 = 3 cm
= 0,03 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,03 m
= 1,590 × 10-3 m2
2
Q
E = D+
2 gA2
2
(9 × 10-4 m3 /s)
= 0,03 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,590 × 10-3 m2 )
= 4,6330 × 10-2
D1.5 = (0,03 m)1.5
= 5,1962 × 10-3 m
E1.5 = (4,6330 × 10-2)1.5
= 9,94 × 10-3 m
• Q = 5,2 l/menit
= 8,67 × 10-4 m3/s
D1 = 2,4 cm
= 0,029 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,029 m
= 1,537 × 10-3 m2
2
Q
E = D+
2 gA2
2
( 8,67 × 10-4m3 /s)
= 0,029 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,537 × 10-3 m2 )
= 4,5218 × 10-2
D1.5 = (0,024 m)1.5
= 4,9385 × 10-3 m
E1.5 = (4,5218 × 10-2)1.5
= 9,6153 × 10-3 m
• Q = 5 l/menit
= 8,33 × 10-4 m3/s
D1 = 2,8 cm
= 0,028 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
151
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,028 m
= 1,4840 × 10-3 m2
2
Q
E = D+
2 gA2
2
(8,33 × 10-4 m3 /s)
= 0,028 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,4840 × 10-3 m2 )
= 4,4059 × 10-2
D1.5 = (0,028 m)1.5
= 4,6853 × 10-3 m
E1.5 = (4,4059 × 10-2)1.5
= 9,2682 × 10-3 m
• Q = 4,8 l/menit
= 8 × 10-4 m3/s
D1 = 2,7 cm
= 0,027 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,027 m
= 1,4310 × 10-3 m2
2
Q
E = D+
2 gA2
2
(8 × 10-4 m3 /s)
= 0,027 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,4310 × 10-3 m2 )
= 4,2930 × 10-2
D1.5 = (0,027 m)1.5
= 4,4366 × 10-3 m
E1.5 = (4,2930× 10-2)1.5
= 8,8948 × 10-3 m
• Q = 4,6 l/menit
= 7,6 × 10-4 m3/s
D1 = 2,7 cm
= 0,027 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,027 m
= 1,4310 × 10-3m2
2
Q
E = D+
2 gA2
2
(7,6 × 10-4 m3 /s)
= 0,027 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,4310 × 10-3 m2 )
= 4,1376 × 10-2
D1.5 = (0,027 m)1.5
= 4,4366 × 10-3 m
E1.5 = (4,1376 × 10-2)1.5
= 8,4165 × 10-3 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
152
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
• Q = 3,4 l/menit
= 7,33 × 10-4 m3/s
D1 = 2,7 cm
= 0,027 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,027 m
= 1,4310 × 10-3m2
2
Q
E = D+
2 gA2
2
(7,33 × 10-4 m3 /s)
= 0,027 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,4310 × 10-3 m2 )
= 4,0373 × 10-2
1.5
D = (0,027 m)1.5
= 4,4366 × 10-3 m
E1.5 = (4,0373 × 10-2)1.5
= 8,1122 × 10-3 m
• Q = 4,2 l/menit
= 7 × 10-4 m3/s
D1 = 2,6 cm
= 0,026 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,026 m
= 1,3780 × 10-3 m2
2
Q
E = D+
2 gA2
2
(7 × 10-4 m3 /s)
= 0,026 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,3780 × 10-3 m2 )
= 3,9152 × 10-2
1.5
D = (0,026 m)1.5
= 4,1924 × 10-3 m
E1.5 = (3,9152 × 10-2)1.5
= 7,7470 × 10-3 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
153
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
F. ANALISA
Pada praktikum kali ini yaitu modul VI dengan judul open channel (aliran dalam
saluran terbuka). Dimana modul ini bertujuan untuk menghitung debit air yang melimpas
pada saluran terbuka persegi panjang dengan menggunakan alat ukur seperti bendung
ambang lebar, bendung segitiga, venturi flume, serta sluice gate. Dilihat dari mekanika
fluida terdapat dua macam jenis aliran yakni aliran terbuka dan aliran tertutup. Kedua
aliran tersebut memiliki kesamaan dan perbedaaan, perbedaannya yakni pada
keberadaan permukaan bebas, dimana aliran saluran terbuka mempunyai permukaan
bebas, sedangkan aliran saluran tertutup tidak mempunyai permukaan bebas karena air
mengisi seluruh penampang saluran. Hal ini dikarenakan aliran saluran terbuka
mempunyai permukaan yang berhubungan dengan atmosfer, sedangkan aliran saluran
tertutup tidak mempunyai hubungan langsung dengan tekanan atmosfer. Pada modul ini
yang dibahas adalah aliran dalam saluran terbuka.
Air memiliki beberapa sifat yakni rapat massa, kekentalan, dapat dipengaruhi oleh
tekanan dan tidak dapat dipengaruhi oleh tekanan. Terdapat beberapa jenis aliran dalam
saluran terbuka secara umum yakni aliran tetap dan aliran tidak tetap (steady and
unsteady flow). Saluran terbuka yang alirannya dikatakan tetap ketika kedalaman aliran
tidak berubah dalam jangka waktu tertentu.Saluran terbuka yang alirannya dapat
dikatakan tidak tetap jika kedalamannya berubah tidak sesuai dengan waktu atau dapat
berubah ubah. Lalu di dalam saluran aliran terbuka ini terdapat 3 jenis aliran lagi yakni
aliran kritis, aliran sub-kritis, dan aliran super kritis. Aliran kritis ini tidak dapat dilihat, tetapi
dapat dihitung menggunakan bilangan Froude. Aliran sub-kritis yakni ketika kecepatan
aliran lebih kecil daripada kecepatan kritis atau terdapat hambatan yang terjadi pada suatu
titik pada aliran yang dapat mengalir ke arah hulu. Aliran super kritis yakni ketika
kecepatan alirannya lebih besar daripada kecepatan kritis atau ketika gangguan terjadi
maka tidak mengalirr ke hulu. Bilangan Froude adalah bilangan yang tak bersatuan yang
digunakan untuk mengukur resistensi dari sebuah objek yang bergerak melalui air dan
digunakan untuk membandingkan benda-benda dengan ukuran yang berbeda. Tujuan
dari penggunaan bilangan froude ini yakni untuk menentukan jenis aliran karena tiap aliran
memiliki interval bilangan froude yang berbeda dimana aliran kritis memiliki nilaibilangan
froudenya adalah 1, aliran sub kritis kurang dari 1 dan aliran super kritis lebih dari 1.
Dalam aliran terbuka ini terdapat energi spesifik, energi spesifik adalah energi
pada sembarang tampang diukur dari dasar saluran (bukan dari datum). Energi spesifik
dalam suatu penampang saluran dinyatakan sebagai energi air pada setiap penampang
saluran, dan diperhitungkan terhadap dasar saluran. Pada saat aliran air mengalir melalui
venturi flume, maka kecepatan aliran akan meningkat dan energi spesifiknya pun juga
meningkat. Faktor faktor yang mempengaruhi energi spesifik yakni kecepatan aliran,
kedalaman dan debit. Loncatan hidrolik terjadi akibat pengaruh kecepatan aliran yang
mempengaruhi panjang serta tinggi loncatan hidrolik. Ketika pintu air dibuka dapat terjadi
pertemuan antara aliran superkritis dengan aliran subkritis yang menyebabkan timbulnya
loncatan hidrolik (hydraulic jump) yang dapat memicu terjadinya gerusan pada dasar
saluran.
Penerapan saluran aliran terbuka pada kehidupan sehari hari yakni seperti waduk,
sungai dan bendungan. Aliran air yang masuk melalui sistem saluran terbuka dibuat
untuk mengalir secara gravitasi yang artinya air mengalir dari hulu ke hilir berdasarkan
kedudukan tinggi rendahnya tempat aliran air tersebut.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
154
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Ada beberapa kesalahan yang terjadi pada praktikum kali ini yaitu , kesalahan
pembacaan tinggi muka air pada saat mengukur ketinggian air dengan menggunakan
penggaris. selain itu, ada juga kurang datarnya alat open channel jadi praktikan sebelum
melakukan percobaan datarkan alat terlebih dahulu dengan menggunakan waterpass dan
pastikan alat tersebut telah datar agar hasil praktikum akurat. Jadi praktikan harus fokus
pada saat praktikum dilakukan agar dapat meminimalisir terjadinya kesalahan pada saat
praktikum berlangsung sehingga hasil praktikum tersebut menjadi lebih akurat.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
155
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
G. KESIMPULAN
1. Praktikan dapat mengetahui perilaku aliran dalam saluran terbuka yang biasanya
dipengaruhi oleh kekentalan dan gravitasi sehubungan dengan adanya gaya inersia
aliran.
2. Praktikan dapat mengetahui ukuran debit air yang diukur melalui alat ukur bendung
segitiga, venturi flume.
3. Praktikan mampu mengamati pengaruh tiap alat ukur terhadap jenis aliran yang
berbeda.
4. Praktikan mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap nilai energi
spesifik pada aliran.
5. Praktikan dapat menentukan jenis aliran berdasarkan bilangan Froude.
6. Praktikan dapat mengetahui berdasarkan jenis aliran dalam saluran terbuka ada tiga
yaitu aliran kritis, aliran sub-kritis, dan aliran super kritis.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
156
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
H. LAMPIRAN
6.1 Gambar Alat dan Bahan
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
157
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
(g) (h)
(i) (j)
Keterangan :
(a) Alat Rectangular Flow Channel Apparatus
(b) Pintu air
(c) Clamping Stud
(d) Hydraulic Bench
(e) Waterpass
(f) Bendung Segitiga
(g) Alat pengambil bendung
(h) Venturi Flume
(i) Penggaris
(j) Air
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
158
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 – 21 – 013
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
159
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN
Nama : Muhammad Rizal Cemang
NIM : 2019 –21–013
KELOMPOK VII
Laboratorium Hidrolika
IT - PLN
160