Mekanika Fluida
Kelas :B
Kelompok : VII
Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN Jakarta
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
Disusun Oleh :
Mengetahui,
Menyetujui,
ii
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER
JL. LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750
TELEPON (021) 5440342, 5440344. EXT 1306
LEMBAR ASISTENSI
KELOMPOK VII
iii
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER
JL. LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750
TELEPON (021) 5440342, 5440344. EXT 1306
LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK VII
iv
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER
JL. LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750
TELEPON (021) 5440342, 5440344. EXT 1306
LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK VII
2. 08/10/2020
ACC MODUL III
v
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER
JL. LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750
TELEPON (021) 5440342, 5440344. EXT 1306
LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK VII
2. 14/10/2020
ACC MODUL IV
vi
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER
JL. LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750
TELEPON (021) 5440342, 5440344. EXT 1306
LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK VII
2. 22/10/2020
ACC MODUL V
vii
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER
JL. LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750
TELEPON (021) 5440342, 5440344. EXT 1306
LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK VII
2. 10/11/2020
ACC MODUL VI
viii
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER
JL. LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750
TELEPON (021) 5440342, 5440344. EXT 1306
LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA
KELOMPOK VII
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami semua, sehingga saya dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Mekanika Fluida ini. Saya selaku Praktikan sangat menyadari bahwa
Praktikum Mekanika Fluida ini tidak cukup hanya teori untuk pemahaman semata, maka
dari itu diperlukan praktek untuk pembuktian lebih nyata.
Laporan Praktikum Mekanika Fluida ini dibuat untuk memenuhi persyaratan
kelulusan mata kuliah Mekanika Fluida pada program studi S1 Jurusan Teknik Sipil IT –
PLN.
Dalam praktikum ini tidak lupa pula peran serta Dosen maupun Asisten
Laboratorium Hidrolika, sehingga saya mampu menyelesaikan Praktikum Mekanika
Fluida ini dengan baik. Saya mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada :
1. Ibu Gita Puspa Artiani,S.T., M.T. selaku Kepala Departemen Sipil IT – PLN.
2. Ibu Desi Putri,S.T., M.Eng. selaku Kepala Prodi Sipil IT – PLN.
3. Ibu Devita Mayasari,S.T., M.Eng. selaku Kepala Laboratorium Hidrolika IT – PLN.
4. Nuzshi Ramahayati ,S.T. selaku Instruktur Laboratorium Hidrolika IT – PLN.
5. Saudari Stella Nur Octaviany selaku Asisten Kelompok VII Laboratorium Hidrolika
IT – PLN.
6. Rekan – rekan Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil IT – PLN Jakarta 2019.
7. Rekan – rekan Praktikan Mekanika Fluida Kelompok VII.
Penulis menyadari bahwa didalam penulisan Laporan Praktikum Mekanika Fluida
ini masih belum sempurna, oleh karena itu saya selaku praktikan mengharapkan kritik
serta saran yang sifatnya membangun, untuk dapat menyempurnakan laporan praktikum
ini. Semoga Laporan Praktikum Mekanika fluida ini yang telah dibuat dapat bermanfaat
untuk kita semua.
Chairunn m
Reason: I am approving this
document
x
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Modul II. Kalibrasi Alat Ukur Tekanan (Calibration Of A Pressure Gauge)...19
Lampiran Modul III. Teori Bernouli (Bernoulli’s Theorem) .................................. ……..50
Lampiran Modul IV. Pesawat Osborne Reynolds (Osbourne Reynolds Apparatus)…..67
Lampiran Modul V. Tumbukan Pancaran Air (Impact Of Jet).............................……..104
Lampiran Modul VI. Aliran Dalam Saluran Terbuka (Open Channel)..........................159
xii
Laporan Praktikum
Modul No. I
BANGKU HIDROLIK DIGITAL
(Digital Hydraulic Bench )
Kelas : B
Kelompok : VII
Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
MODUL I
A. TUJUAN
Alat ini dimaksudkan untuk memberikan aliran fluida pada peralatan lainnya,
seperti untuk alat Bernoulli’s Theorem Apparatus, Losses in Piping Systems, Fluid
Friction Apparatus dan lain-lain.
B. DASAR TEORI
Digital Hydraulic Bench adalah alat yang digunakan sebagai tempat sumber air
dan sistem pengukuran sendiri. Tubuhnya bekerja sebagai penampung air atau
'wadah'. Pompa submersible listrik dan katup yang dioperasikan dengan tangan
menghasilkan aliran air yang dapat dikontrol dan diresirkulasi. Flowmeter dan tampilan
digital secara akurat mengukur dan menunjukkan aliran air. Bangku hidrolik juga
memiliki bagian atas datar dengan 'pelek' kecil yang akan mendukung beberapa modul
percobaan yang lebih kecil di laboratorium dan membantu menahan tumpahan air.
Modul percobaan yang lebih besar berdiri di samping bangku hidrolik.
C. PROSEDUR PELAKSANAAN
1.1 Mengisi Tangki
1. Gunakan selang eksternal untuk menuangkan air bersih ke dalam bangku
sampai ketinggian air di pengukur terlihat mencapai indikator tingkat pengisian
maksimum.
2. Tambahkan beberapa perawatan air yang disertakan dengan peralatan. Wadah
pengolahan air menunjukkan jumlah yang harus ditambahkan. 3
3. Hubungkan kabel listrik ke saklar.
4. Pastikan selang pasokan bangku mengarah ke lubang pusat atau lubang di
palung.
5. Tekan tombol on / off untuk memulai pompa dan memeriksa kebocoran.
6. Matikan pompa jika ketinggian air di pengukur terlihat mencapai indikator
tingkat pengisian maksimum.
1.2 Mengosongkan Tangki
1. Lepaskan kabel listrik.
2. Pindahkan bangku ke lubang pembuangan di lantai.
3. Gunakan kunci pas untuk melepas sumbat dibagianbawah bangku.
4. Biarkan semua air mengalir keluar (miringkan dengan lembut di atas bangku
untuk membantu).
5. Pasang kembali sumbat.
6. Gunakan kain bersih untuk menyelap bagian yang kotor dari bagian dalam
bangku hidraulik.
Laboratorium Hidrolika
1
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
Laboratorium Hidrolika
2
IT-PLN
Laporan Praktikum
Modul No. II
Kalibrasi Alat Ukur Tekanan
( Calibration Of A Pressure Gauge )
NIM : 2019-21-070
Kelas :B
Kelompok : VII
Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
MODUL II
A. TUJUAN
Untuk mengkalibrasikan alat ukur tekanan Bourdon dan untuk menentukan
kesalahan pengukuran.
Bahan :
Air secukupnya
C. DASAR TEORI
Penggunaan dari piston dan pemberat dengan silinder menghasilkan tekanan
yang dapat diukur, P,
F
P= A (1)
di mana,
F=m.g (2)
dengan
Laboratorium Hidrolika
3
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
Oleh karena itu, percepatan karena gravitasi (g) dan luas permukaan (A) konstan untuk
peralatan, maka kalian dapat menemukan tekanan dengan perhitungan sederhana :
P=m×k
Sebagai contoh, untuk luasan piston yaitu 315 mm2 (0.000315 m2) dan g = 9.81 m/s2,
kemudian k = 31143.
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Letakan peralatan pada permukaan yang rata dan datar yang tidak akan rusak oleh
air.
2. Pengisian silinder, piston diangkat, kemudian air dituangkan ke dalam silinder
sampai penuh ke tingkat luapan. Setiap udara yang ada didalam selang transparan
dapat dibersihkan dengan cara memiringkan dan dengan lembut menekan selang.
Piston ditempatkan lagi dalam silinder dan dibiarkan menetap. Catat tekanan yang
terjadi.
3. Massa logam pemberat ditambahkan secara bertahap sekitar 7 kali hingga
maksimum 5,2 kg.
4. Pembacaan pengukur tekanan harus dicatat pada setiap penambahan pemuatan
massa logam pemberat.
5. Disetiap penambahan, putar piston dengan lembut untuk mencegah piston
menempel saat setiap massa ditambahkan.
6. Catat bacaan saat massa logam pemberat dikurangi dan piston diangkat.
7. Area penampang dan massa piston di dokumentasikan.
8. Gambar grafik hubungan antara tekanan sebenarnya dengan tekanan yang terbaca
pada alat ukur. Gambarkan pula grafik hubungan antara pembacaan tekanan
dengan kesalahan absolut pengukur dan juga pembacaan tekanan dengan %
kesalahan pengukur digambar.
Laboratorium Hidrolika
4
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
NOMENKLATUR
Laboratorium Hidrolika
5
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
Kelompok : IX
Hari/ Tgl : Sabtu/ 26 September 2020
Pukul : 13.30
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
6
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
Tekanan Silinder
12
10
6 tekanan silinder
4
0
0 50 100 150 200 250
Laboratorium Hidrolika
7
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
200
180
160
140
Tekanan Naik
120
Tekanan Turun
100
80
60
0 50 100 150 200 250
40
20
Pada grafik tekanan silinder terhadap pembacaan naik dan turun
0
memiliki nilai dimana semakin berat beban yang ditambahkan pada
praktikum kalibrasi alat ukur tekanan ini , maka semakin besar pula
tekanan yang akan dihasilkan begitu juga sebaliknya semakin
dikuranginya beban pada penurunan maka semakin kecil tekanan-
tekanan yang akan dihasilkan .Dari grafik ini biasanya terlihat
perubahannya kenaikan dan penurunan tekanannya.
Laboratorium Hidrolika
8
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
A. PERHITUNGAN DATA
1. Massa 1kg
m.g
P = A
2
1 kg x 9,81 m/s
= -6
315 x 10 m2
= 31.142,8571 N/m2
= 31,1428 KN/m2
2. Massa 1,2
kg
m.g
P = A
2
1,2 kg x 9,81 m/s
= -6
315 x 10 m2
= 37.371,4285 N/m2
= 37,3714 KN/m2
3. Massa 1,7 kg
m.g
P = A
2
1,7 kg x 9,81 m/s
= -6
315 x 10 m2
= 52.942,8571 N/m2
= 52,9428 KN/m2
4. Massa 2,2 kg
m.g
P =
A
2
2,2 kg x 9,81 m/s
=
315 x 10-6 m2
= 68.514,2857 N/m2
= 68,5142 KN/m2
5. Massa 3,2 kg
m.g
P = A
2
3,2 kg x 9,81 m/s
=
315 x 10-6 m2
= 99.657,142 N/m2
= 99,6571 KN/m2
6. Massa 4,2 kg
m.g
P = A
2
4,2 kg x 9,81 m/s
=
315 x 10-6 m2
= 130.800 N/m2
= 130,80 KN/m2
Laboratorium Hidrolika
9
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
7. Massa 5,2
kg
m.g
P = A
2
5,2 kg x 9,81 m/s
=
315 x 10-6 m2
= 161.942,857 N/m2
= 161,9428 KN/m2
8. Massa 6,2
kg
m.g
P = A
2
6,2 kg x 9,81 m/s
= -6
315 x 10 m2
= 193.085,714 N/m2
= 193,0857 KN/m2
Laboratorium Hidrolika
10
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
1. Massa 1kg
Tekanan Naik (a) = 29 KN/m²
29 KN/m2 + 30 KN/m2
= 2
= 29,5 KN/m2
2. Massa 1,2kg
Tekanan Naik (a) = 34 KN/m²
34 KN/m2 + 36 KN/m2
= 2
= 35 KN/m2
3. Massa 1,7kg
Tekanan Naik (a) = 50 KN/m²
50 KN/m2 + 51 KN/m2
=
2
= 50,5 KN/m2
4. Massa 2,2kg
Tekanan Naik (a) = 65 KN/m²
65 KN/m2 + 65 KN/m2
= 2
= 65 KN/m2
5. Massa 3,2kg
Tekanan Naik (a) = 95 KN/m²
Laboratorium Hidrolika
11
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
a+b
C =
2
95 KN/m2 + 95 KN/m2
= 2
= 95 KN/m2
6. Massa 4,2kg
Tekanan Naik (a) = 123 KN/m²
= 123 KN/m2
7. Massa 5,2kg
Tekanan Naik (a) = 152 KN/m²
= 152 KN/m2
8. Massa 6,2kg
Tekanan Naik (a) = 182 KN/m²
= 182 KN/m2
Laboratorium Hidrolika
12
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
• Kesalahan Absolut
1. Massa 1 kg
Tekanan Silinder (P) = 31,1428
KN/m2 Tekanan Total(C) = 29,5 KN/m2
Kesalahan Absolut =P-C
= 31,1428 KN/m2 - 29,5 KN/m2
= 1,6428 KN/m2
2. Massa 1,2 kg
Tekanan Silinder (P) = 37,3714
KN/m2 Tekanan Total(C) = 35 KN/m2
Kesalahan Absolut =P-C
= 37, 3714 KN/m2 - 35 KN/m2
= 2,3714 KN/m2
3. Massa 1,7 kg
Tekanan Silinder (P) = 52,9428
KN/m2 Tekanan Total(C) = 50,5 KN/m2
Kesalahan Absolut =P-C
= 52,9428 KN/m2- 50,5 KN/m2
= 2,4428 KN/m2
4. Massa 2,2 kg
Tekanan Silinder (P) = 68,5142
KN/m2 Tekanan Total(C) = 65 KN/m2
Kesalahan Absolut =P-C
= 68,5142 KN/m2 - 65 KN/m2
= 3,5142 KN/m2
5. Massa 3,2 kg
Tekanan Silinder (P) = 99,6571
KN/m2 Tekanan Total(C) = 95
Kesalahan Absolut =P-C
= 99,6571 KN/m2 - 95 KN/m2
= 4,6571 KN/m2
6. Massa 4,2 kg
Tekanan Silinder (P) = 130,80
KN/m2 Tekanan Total (C) = 123
Kesalahan Absolut =P-C
= 130,80 KN/m2 -123 KN/m2
= 7,8000 KN/m2
Laboratorium Hidrolika
13
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
7. Massa 5,2 kg
Tekanan Silinder (P) = 161,9428
KN/m2 Tekanan Total(C) = 152
Kesalahan Absolut =P-C
= 161,9428 KN/m2 - 152 KN/m2
= 9,9428 KN/m2
8. Massa 6,2 kg
Tekanan Silinder (P) = 193,0857
KN/m2 Tekanan Total(C) = 182
Kesalahan Absolut =P-C
= 193,0857 KN/m2- 182 KN/m2
= 11,0857 KN/m2
Laboratorium Hidrolika
14
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
• Kesalahan Pembacaan
1. Massa 1 kg
P-C
%Kesalahan = C
x 100 %
= 5,5688 %
2. Massa 1,2 kg
P-C
%Kesalahan = C
x 100 %
= 6,7754 %
3. Massa 1,7 kg
P-C
%Kesalahan = C
x 100 %
= 4,8372 %
4. Massa 2,2 kg
P-C
%Kesalahan = C
x 100 %
= 5,4065 %
5. Massa 3,2 kg
P-C
%Kesalahan = C
x 100 %
= 4,9022 %
6. Massa 4,2 kg
P-C
%Kesalahan = C
x 100 %
= 6,3414 %
Laboratorium Hidrolika
15
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
7. Massa 5,2 kg
P-C
%Kesalahan = C
x 100 %
= 6,0910 %
8. Massa 6,2 kg
P-C
%Kesalahan = C
x 100 %
= 6,0910 %
Laboratorium Hidrolika
16
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
F. ANALISA
Pada praktikum mekanika fluida , kami melakukan praktikum modul 2 tentang
Kalibrasi Alat Ukur Tekanan atau Calibration of a Pressure Gauge . Dimana dalam
praktikum ini memiliki dua tujuan yang akan dicapai yaitu untuk mengkalibrasikan alat
ukur tekanan Bourdon dan untuk menentukan kesalahan pengukuran . Kalibrasi sendiri
merupakan proses pengecekan dan untuk pengaturan akurasi dari alat ukur dengan
cara membandingkan suatu standar yang tertelusur dengan menggunakan standar
nasional atau internasional sehingga diperoleh hasil pengukuran yang konsisten . Alat
ukur tekanan bourdon sendiri memiliki 3 tipe yaitu C-tipe , Spiral dan Helical . Selain
perbedaan terletak pada bentuknya , perbedaan juga terletak pada harga tekanan yang
akan diukur .
Pada praktikum ini harus menghindari gelembung udara yang terdapat pada
tabung , apabila terdapat gelembung udara maka dikeluarkan dengan cara membuka
baut disisi ujung alat menggunakan obeng secara perlahan sampai gelembung udara
habis dengan sedikit diketuk-ketuk ringan dengan jari . Apabila gelembung udara habis
tutup kembali dan jika airnya berkurang maka dapat ditambahkan air tanpa
menghasilkan gelembung udara baru .
Gelembung udara memiliki pengaruh pada percobaan ini , yakni alat bourdon ini
didesain khusus untuk mengukur tekanan air sehingga tidak bisa untuk mengukur
tekanan lain . Karena gelembung udara sendiri memiliki tekanan yang jelas berbeda
dengan tekanan air .
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah Tekanan Silinder (P Silinder) ,
Tekanan Total (C) , Kesalahan Absolut , %Kesalahan Pembacaan . Dimana semua
data ini dihitung lagi dengan menggunakan massa 1 kg sampai masa 6,2 kg yang
masing-masing perhitungannya berjumlah 8 hitungan dengan total hitungan berjumlah
32 . Dari data yang sudah didapat menghasilkan dua buah grafik yaitu Grafik Tekanan
Silinder Terhadap Kesalahan Absolut dan Grafik Tekanan Silinder Terhadap
Pembacaan Naik dan Pembacaan Turun .Penerapan praktikum ini pada dunia teknik
sipil adalah pada bendungan , pemecah ombak di pantai dan lain sebagainya .
Adapun kesalahan yang sering terjadi pada praktikum antara lain kesalahan
pembacaan data dimana posisi pembaca harus tegak lurus dengan alat , lalu masih
terdapatnya gelembung udara pada pipa penghubung , kedataran alat , adanya
tekanan , sentuhan dan getaran serta ketelitian alat . Dimana alat yang sering
digunakan makin lama berpengaruh pada nilai ketelitiannya . Ketelitian alat saat masih
baru sebesar 0,1 .
Laboratorium Hidrolika
17
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
G. KESIMPULAN
Laboratorium Hidrolika
18
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
H. LAMPIRAN
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Keterangan :
(a) Piston
(b) Alat ukur tekanan “bourdon”
(c) Obeng
(d) Waterpass
(e) Logam pemberat (4 x 1,0 kg ; 2 X 0,5 kg ; 1 X 0,2 kg)
(f) Air
Laboratorium Hidrolika
19
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
Laboratorium Hidrolika
20
IT-PLN
Laporan Praktikum
Modul No. III
TEORI BERNOULI
( Bernoulli’s Theorem)
Kelas : B
Kelompok : VII
Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
MODUL III
TEORI BERNOULI
( Bernoulli’s Theorem)
A. TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah untuk :
1. Untuk menyelidiki validasi Persamaan Bernoulli ketika diaplikasikan ke aliran air yang
steady pada pipa yang bergradasi dimensinya.
2. Menentukan besarnya koefisien debit (Cd) pada alat venturimeter yang digunakan.
3. Mengamati pembagian tekanan sepanjang pipa konvergen-divergen.
Alat :
1. Hydraulic Bench,
2. Peralatan Bernoulli.
Bahan :
Air sebanyak 160 liter.
C. DASAR TEORI
Venturimeter adalah sebuah alat untuk mengukur kelajuan cairan dalam pipa
bernama pipa venturi. Pipa venturi merupakan sebuah pipa yang memiliki penampang
bagian tengahnya lebih sempit dan diletakkan mendatar dengan dilengkapi dengan pipa
pengendali untuk mengetahui permukaan air yang ada sehingga besarnya tekanan dapat
diperhitungkan. Dalam pipa venturi ini luas penampang pipa bagian tepi memiliki
penampang yang lebih luas daripada bagian tengahnya atau diameter pipa bagian tepi
lebih besar daripada bagian tengahnya. Zat cair dialirkan melalui pipa yang
penampangnya lebih besar lalu akan mengalir melalui pipa yang memiliki penampang
yang lebih sempit, dengan demikian, maka akan terjadi perubahan kecepatan.
Manometer air dipasang secara vertikal untuk perbedaan tekanan di ujung yang lebih
besar dan tenggorokan.
(1)
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 21
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
2g (h − h )
v2=
1 − (A /A )
=
( )
Q = A2 ( / ) (3)
( )
Q = CA2 ( / ) (4)
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 22
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
x (h1 − h2 )
Q = CA1 ( / ) (5)
Karena dimensi venturi (A1 dan A2) dan gravitasi (g) tetap konstan, bagian tengah
persamaan dapat disederhanakan menjadi konstan (k), sehingga:
2g
1 − (A /A )
k=A
kemudian,
C= x (7)
menunjukkan hubungan linier antara aliran, koefisien aliran dan akar kuadrat dari
tinggi yang berbeda.
v −v
h −h = 2g
untuk dengan mudah membandingkan hasil aktual dengan teori, kalian harus
mengubah istilah-istilah ini menjadi perhitungan tanpa dimensi. untuk melakukan ini,
membaginya dengan cara:
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 23
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
menggunakan persamaan kontinuitas (2) untuk mengganti rasio area di tempat rasio
kecepatan, menjadi:
Oleh karena itu, menghitung rasio luas memberikan perbedaan tekanan berdimensi
teoritis atau 'ideal', atau dikenal sebagai koefisien tinggi piezometrik yang ideal:
A2 2 A2 2 (9)
A1
- An
dan distribusi tekanan berdimensi sebenarnya (atau dikenal sebagai koefisien tinggi
piezometric aktual) ditemukan dari:
hn-h1
(v22 /2g) (10)
A 26,00 -54,00
B 23,20 -34,00
C 18,40 -22,00
D 16,00 -8,00
E 16,79 7,00
F 18,47 22,00
G 20,16 37,00
H 21,84 52,00
J 23,53 67,00
K 25,21 82,00
L 26,00 102,00
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 24
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Letakkan peralatan diatas bangku hidrolik tecquipment (disediakan secara terpisah).
2. Hubungkan selang pasokan bangku ke sisi hulu dari venturimeter.
3. Hubungkan ujung hilir dari venturimeter ke tabung plastik yang disediakan dan
arahkan kembali ke lubang tengah besar dari bangku hidrolik digital.
4. Mengatur kedua kontrol aliran peralatan dan katup pasokan bangku ke sekitar
sepertiga posisi terbuka..
5. Periksa bahwa katup udara pada manifold atas tertutup rapat.
6. Aktifkan pasokan bangku dan biarkan air mengalir untuk membersihkan udara dari
tabung manometer, mungkin membantu sedikit memiringkan peralatan atau dengan
ringan menyentuh tabung dengan jari kalian.
7. Tutup katup aliran peralatan. Udara sekarang akan terperangkap didalam atas
manometer sistem pipa-pipa dan manifold.
8. Buka katup udara hanya cukup untuk memungkinkan air naik kira-kira setengan dari
skala manometer.
9. Tutup katup udara.
10. Amati data pada tiga macam laju aliran debit. Gunakan set pertama pembacaan pada
laju aliran debit maksimum (h1-h11 besar), laju aliran debit dikurangi untuk
memberikan perbedaan tinggi h1-h11 sekitar 50 mm. Ulang prosedur diatas untuk
menghasilkan perbedaan tinggi yang berada diantara kedua test diatas. Semua data
dicatat.
11. Matikan pasokan bangku. Jika air terperangkap didalam manometer, buka katup
udara untuk membersihkannya. Tutup kembali katup udara.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 25
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
NOMENKLATUR :
Tabel 3.2 Nomenklatur
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 26
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Kelompok : VII
Hari/ Tgl : Sabtu, 03 Oktober 2020
Pukul : 13:30 WIB
Aliran : 1. 0,277 x 10 ̄ ³ (m3/s)
2 . 0,185 x 10 ̄ ³ (m3/s)
3 . 0,157x 10 ̄ ³(m3/s)
PIPA (mm)
PERCOBAAN A B C D E F G H J K L
1 212 208 178 128 140 166 178 188 194 198 200
2 172 170 158 134 138 150 156 160 164 165 166
3 156 155 145 128 130 140 144 146 149 150 151
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 27
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
D 46 16 201,0619 1 1 -0,8566
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 28
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
A 0 212 0 0
B 20 208 -4 -0,0413
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 29
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
A 0 172 0 0
B 20 170 -2 -0,0463
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 30
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
A 0 156 0 0
B 20 155 -1 -0,0322
Aliran Q h1 h2 h1 - h2
h1-h2 Cd
(m3/s) (m) (m) (m)
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 31
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Pada gambar grafik diatas bahwa pada titik pertama yang merupakan
data dari ketinggian air pada aliran debit minimum yang nilainya sebesar
0,1673. Terus pada titik kedua di grafik merupakan data ketinggian air pada
aliran debit menengah yg nilainya 0,1949. kemudian di titik terakhir atau
titik yang teratas merupakan data dari ketinggian air pada aliran debit
maksimum yang nilainya 0,2898. Jadi Dari grafik diatas disimpulkan bahwa
dari ketinggian air pada aliran debit minimum hingga ke ketinggian air debit
maksimum mengalami kenaikan. dan juga dapat diketahui bahwa dari titik
pertama ke titik kedua mengalami kenaikan sebesar 0,0276. Dan pada
pada titik kedua ke titik ketiga mengalami kenaikan sebesar 0,0949. Jadi
kenaikan ketinggian air dari titik kedua ke titik ketiga adalah kenaikan
tertinggi jika dibandingkan dengan kenaikan ketinggian air pada titik
pertama ke titik kedua.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 32
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Cd
0,995
0,99
0,985
Cd
0,98
0,975
0,97
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025 0,0003
Pada grafik diatas diketahui pada titik pertama yaitu data koefisien
debit pada aliran debit minimum, besar nilai pada titik pertama yaitu
0,9752. Terus titik yang kedua adalah data koefisien debit pada aliran
debit menengah yang nilainya 0,9864. Dan titik ketiga merupakan titik
tertinggi pada grafik ini adalah data dari koefisien debit aliran maksimum
yang memiliki nilai 0,9934. pada grafik ini disimpulkan bahwa dari
kofisian debit aliran minimum mengalami kenaikan. Kemudian pada
koefisien debit dialiran debit minimum ke koefisien debit pada aliran
debit menengah mengalami kenaikan sebesar 0,0112. Sedangkan
koefisien debit dialiran menengah ke koefisien debit aliran maksimum
mengalami kenaikan sebesar 0,0070.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 33
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Grafik tekanan ideal dan tekanan aktual terhadap jarak sepanjang venturi
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 34
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
E. PERHITUNGAN DATA
1
• A2 = 4
× π × (d terkecil)2
1 2
= × π × (16 mm)
4
= 201.0619 mm2
1 2
• A1 = 4
× π × (d terbesar)
1
= × π × (26 mm)2
4
= 530.9292 mm2
A2 201.0619 mm2
• A1
= 530.9292 mm2
= 0.3787 mm2
A 2
• ( 2) = (0.3787)2
A1
= 0.1434
= 530.9292 mm2
A2 201.0619 mm2
• A1
=530.9292 mm2
= 0.3787
A 2
• ( 2) = (0.3787)2
Aa
= 0.1434
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• (A2 ) - (A2 ) =( 530.9292 mm2 ) - ( 530.9292 mm2 )
1 a
= 0.1434 - 0.1434
=0
2. Pipa B
• Jarak Sepanjang Venturi = 20 mm
• Diameter (d) = 23,30 mm
1
• Luas Permukaan Area (Ab) = 4 × π × d2
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 35
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
1 2
= 4
× π × (23.20 mm)
= 422,7327 mm²
A2 201.0619 mm2
• =
Ab 422.7327 mm2
= 0.4756
A 2
• (A2 ) = (0.4756)2
b
= 0.2262
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• (A2 ) - (A2 ) = ( 530.9292 mm2 ) - ( 422.7327 mm2 )
1 b
= 0.1434 - 0.2262
= -0.0829
3. Pipa C
• Jarak Sepanjang Venturi = 32 mm
• Diameter (d) = 18,40 mm
1
• Luas Permukaan Area (Ac) = × π × d2
4
1
= × π × (18.40 mm)2
4
= 265,9044 mm²
A2 201.0619 mm2
• Ac
= 265.9044 mm2
= 0.7561
A 2
• ( 2) = (0.7561)2
Ac
= 0.5717
2 2
A 2 A 2 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• ( 2) - ( 2) = ( ) - ( )
A1 A𝑐 530.9292 mm2 265.9044 mm2
= 0.1434 - 0.5717
= -0.4283
4. Pipa D
• Jarak Sepanjang Venturi = 46 mm
• Diameter (d) = 16 mm
1
• Luas Permukaan Area (Ad) = × π × d2
4
1
= × π × (16.00 mm)2
4
= 201,0619 mm²
A2 201.0619 mm2
• =
Ad 201.0619 mm2
=1
A 2
• (A2 ) = (1)2
d
=1
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• (A2 ) - (A 2 ) = ( 530.9292 mm2 ) - (201.0619 mm 2 )
1 𝑑
= 0.1434 - 1
= -0.8566
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 36
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
5. Pipa E
• Jarak Sepanjang Venturi = 61 mm
• Diameter (d) = 16,79 mm
1
• Luas Permukaan Area (Ae) = 4 × π × d2
1 2
= 4
× π × (16.79 mm)
= 221,4070 mm²
A2 201.0619 mm2
• Ae
= 221.4069 mm2
= 0.9081
A 2
• (A2 ) = (0.9081)2
e
= 0.8247
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• (A2 ) - (A2 ) = ( 530.9292 mm2 ) - ( 221.4069 mm2 )
1 e
= 0.1434 - 0.8247
= -0.6813
6. Pipa F
• Jarak Sepanjang Venturi = 76 mm
• Diameter (d) = 18,47 mm
1
• Luas Permukaan Area (Af) = 4 × π × d2
1 2
= 4
× π × (18.47 mm)
= 267,9314 mm²
A2 201.0619 mm2
• Af
= 267.9314 mm2
= 0.7504
A 2
• ( 2) = (0.7504)2
Af
= 0.5631
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• (A2 ) - ( A2 ) = ( 530.9292 mm2 ) - ( 267.9314 mm2 )
1 f
= 0.1434 - 0.5631
= -0.4197
7. Pipa G
• Jarak Sepanjang Venturi = 91 mm
• Diameter (d) = 20,16 mm
1
• Luas Permukaan Area (Ag) = × π × d2
4
1 2
= 4
× π × (20.16 mm)
= 319,2059 mm²
A2 201.0619 mm2
• Ag
= 319.2059 mm2
= 0.6299
2
A
• ( 2) = (0.6299)2
Ag
= 0.3968
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 37
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• (A2 ) - (A2 ) = ( 530.9292 mm2 ) - ( 319.2059 mm2 )
1 g
= 0.1434 - 0.3968
= -0.2534
8. Pipa H
• Jarak Sepanjang Venturi = 91 mm
• Diameter (d) = 21,84 mm
1
• Luas Permukaan Area (Ah) = 4 × π × d2
1
= × π × (21.84 mm)2
4
= 374,6236 mm²
A2 201.0619 mm2
• =
Ah 374.6236 mm2
= 0.5367
A 2
• (A2 ) = (0.5367)2
h
= 0.2880
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• (A2 ) - (A2 ) = ( 530.9292 mm2 ) - ( 374.6236 mm2 )
1 h
= 0.1434 - 0.2880
= -0.1446
9. Pipa J
• Jarak Sepanjang Venturi = 121 mm
• Diameter (d) = 23,53 mm
1
• Luas Permukaan Area (Aj) = × π × d2
4
1
= 4
× π × (23.53 mm)2
= 434,8443 mm²
A2 201.0619 mm2
• Aj
= 434.8443 mm2
= 0.4624
2
A
• ( A2) = (0.4624)2
j
= 0.2138
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• (A2 ) - ( A2 ) = ( 530.9292 mm2 ) - ( 434.8442 mm2 )
1 j
= 0.1434 - 0.2138
= -0.0704
10. Pipa K
• Jarak Sepanjang Venturi = 126 mm
• Diameter (d) = 25,21 mm
1
• Luas Permukaan Area (Ak) = × π × d2
4
1
= × π × (25.21 mm)2
4
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 38
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
= 499,1552 mm²
A2 201.0619 mm2
• Ak
= 499.1552 mm2
= 0.4028
A 2
2
• (A2 ) = (0.4028)
k
= 0.1623
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• (A2 ) - (A2 ) = ( 530.9292 mm2 ) - ( 499.1552 mm2 )
1 k
= 0.1433 - 0.1622
= -0.0189
11. Pipa L
• Jarak Sepanjang Venturi = 157 mm
• Diameter (d) = 26 mm
1
• Luas Permukaan Area (Al) = 4 × π × d2
1
= × π × (26.00 mm)2
4
= 530,9292 mm²
A2 201.0619 mm2
• Al
= 530.9292 mm2
= 0.3787
A 2
2
• ( A2 ) = (0.3787)
l
= 0.1434
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• (A2 ) - ( A2 ) = ( 530.9292 mm2 ) - ( 530.9292 mm2 )
1 l
= 0.1434 - 0.1434
=0
= 1,3528 m/s
m 2
V2 2 (1,3777 )
s
2.g
= m
2x 9,81 2
s
= 0,0967 m
= 0.0967 x103 mm
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 39
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
1. Pipa A
hn = 212 mm
hn-h1 = 212 mm - 212 mm
=0
(hn-h1) 0 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g
=0
2. Pipa B
hn = 208 mm
hn-h1 = 208 mm - 212 mm
=-4
(hn-h1) -4 mm
2 = 0.0967 x 103 mm
V2
2.g
= - 0,0413
3. Pipa C
hn = 178 mm
hn-h1 = 178 mm - 212 mm
= - 34
(hn-h1) -34 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g
= - 0,3515
4. Pipa D
hn = 128 mm
hn-h1 = 128 mm - 212 mm
= - 84
(hn-h1) -84 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g
= - 0,8683
5. Pipa E
hn = 140 mm
hn-h1 = 140 mm - 212 mm
= - 72
(hn-h1) -72 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g
= - 0,7443
6. Pipa F
hn = 166 mm
hn-h1 = 166 mm - 212 mm
= - 46
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 40
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
(hn-h1) -46 mm
2 = 0.0967 x 103 mm
V2
2.g
= - 0,4755
7. Pipa G
hn = 178 mm
hn-h1 = 178 mm - 212 mm
= - 34
(hn-h1) -34 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g
= - 0,3515
8. Pipa H
hn = 188 mm
hn-h1 = 188 mm - 212 mm
= - 24
(hn-h1) -24 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g
= - 0,2481
9. Pipa J
hn = 194 mm
hn-h1 = 194 mm - 212 mm
= - 18
(hn-h1) -18 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g
= - 0,1861
10. Pipa K
hn = 198 mm
hn-h1 = 198 mm - 212 mm
= - 14
(hn-h1) -14 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g
= - 0,1447
11. Pipa L
hn = 200 mm
hn-h1 = 200 mm - 212 mm
= - 12
(hn-h1) -12 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g
= - 0,1240
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 41
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
• Nilai Menengah
Aliran Q = 0.185 l/s
= 0.185 x10-3 m3/s
A2 = 201,0619 mm2
= 201,0619 × 10-6 m2
Q
Kecepatan V22 =
A2
0,185 × 10-3
=
201,0619 × 10-6
= 0,9201 m/s
2 m 2
V2 (0,9201 )
s
2.g
= m
2x 9,81 2
s
= 0,0431 m
= 0,0431 x 103 mm
1. Pipa A
hn = 172 mm
hn-h1 = 172 mm - 172 mm
= 0 mm
(hn−h1) 0 mm
V2 2
=
0,0431 x 103
2.g
=0
2. Pipa B
hn = 170 mm
hn-h1 = 170 mm - 172 mm
= -2 mm
(hn-h1) -2 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
= -0,0463
3. Pipa C
hn = 158 mm
hn-h1 = 158 mm - 172 mm
= -14 mm
(hn-h1) -14 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
= -0,3244
4. Pipa D
hn = 134 mm
hn-h1 = 134 mm - 172 mm
= -38 mm
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 42
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
(hn-h1) -38 mm
2 =0,0431 x 103
V2
2.g
= -0,8806
5. Pipa E
hn = 138 mm
hn-h1 = 138 mm - 172 mm
= -34 mm
(hn-h1) -34 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
= -0,7879
6. Pipa F
hn = 150 mm
hn-h1 = 150 mm - 172 mm
= -22 mm
(hn-h1) -22 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
= -0,5098
7. Pipa G
hn = 156 mm
hn-h1 = 156 mm - 172 mm
= -16 mm
(hn-h1) -16 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
= -0,3708
8. Pipa H
hn = 160 mm
hn-h1 = 160 mm - 172 mm
= -12 mm
(hn-h1) -12 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
= -0,2781
9. Pipa J
hn = 164 mm
hn-h1 = 164 mm - 172 mm
= -8 mm
(hn-h1) -8 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
= -0,1854
10. Pipa K
hn = 165 mm
hn-h1 = 165 mm - 172 mm
= -7 mm
(hn-h1) -7 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 43
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
= -0,1622
11. Pipa L
hn = 166 mm
hn-h1 = 166 mm - 172 mm
= -6 mm
(hn-h1) -6 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
= -0,1390
• Nilai Minimum
Aliran Q = 0.157 l/s
= 0.157 x10-3 m3/s
A2 = 201,0169 mm2
= 201,0169 × 10-6 m2
Q
Kecepatan V22 =A
2
0,157 × 10-3
=
201,0169 × 10-6
= 0,7809 m/s
2 2
V2 (0.7809 m/s)
2.g
= 2 × 9.81 m/s2
= 0,0311 m
= 0.0311 x 103 mm
1. Pipa A
hn = 156 mm
hn-h1 = 156mm - 156 mm
=0
(hn-h1) 156 mm
=0.0311 x 103 mm
V2 2
2.g
=0
2. Pipa B
hn = 155 mm
hn-h1 = 155 mm - 156 mm
= -1
(hn-h1) -1 mm
=0.0311 x 103 mm
V2 2
2.g
= -0,0321
3. Pipa C
hn = 145 mm
hn-h1 = 145 mm - 156 mm
= -11
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 44
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
(hn-h1) -11 mm
2 =0.0311 x 103 mm
V2
2.g
= -0,3539
4. Pipa D
hn = 128 mm
hn-h1 = 128 mm - 156 mm
= -28
(hn-h1) -28 mm
=0.0311 x 103 mm
V2 2
2.g
= -0,9008
5. Pipa E
hn = 130 mm
hn-h1 = 130 mm - 156 mm
= -26
(hn-h1) -26 mm
=0.0311 x 103 mm
V2 2
2.g
= -0,8365
6. Pipa F
hn = 140 mm
hn-h1 = 140 mm - 156 mm
= -16
(hn-h1) -16 mm
=0.0311 x 103 mm
V2 2
2.g
= -0,5147
7. Pipa G
hn = 144 mm
hn-h1 = 144 mm - 156 mm
= -12
(hn-h1) -12 mm
=0.0311 x 103 mm
V2 2
2.g
= -0,3860
8. Pipa H
hn = 146 mm
hn-h1 = 146 mm - 156 mm
= -10
(hn-h1) -10 mm
=0.0311 x 103 mm
V2 2
2.g
= -0,3217
9. Pipa J
hn = 149 mm
hn-h1 = 149 mm - 156 mm
= -7
(hn-h1) -7 mm
=0.0311 x 103 mm
V2 2
2.g
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 45
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
= -0,2252
10. Pipa K
hn = 150 mm
hn-h1 = 150 mm - 156 mm
= -6
(hn-h1) -6 mm
=0.0311 x 103 mm
V2 2
2.g
= -0,1930
11. Pipa L
hn = 151 mm
hn-h1 = 151 mm - 156 mm
= -5
(hn-h1) -5 mm
=0.0311 x 103 mm
V2 2
2.g
= -0,1608
• Koefisien debit (c)
2×g
K = A2 × √ A2
2
1-( )
A1
2
2 × 9.81 m/s
= 201.0619 mm2 × √ 2
201.0619 mm2
1-( )
530.9292 mm2
= 0,9621 × 10-3
❖ Nilai Maksimum
Aliran Q = 0,277 × 10-3 m3/s
h1 = 212 × 10-3 m
h2 = 128 × 10-3 m
= 84 x 10-3
1 Q
C =K×
√h1-h2
1 0.272 x10-3 m3 /s
= -3 ×
0.9621 x10 √84 x10-3 m
= 0,9934
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 46
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
❖ Nilai Menengah
Aliran Q = 0,185 × 10-3 m3/s
h1 = 172 × 10-3 m
h2 = 134 × 10-3 m
= 38 x10-3 m
1 Q
C =K×
√h1-h2
1 0.194 x10-3 m3 /s
= -3 ×
0.9621 x10 √38 x10-3 m
=0,9864
❖ Nilai Minimum
Aliran Q = 0,157 × 10-3 m3/s
h1 = 156 × 10-3 m
h2 = 128 × 10-3 m
h1-h2 = 156 × 10-3 m - 128 × 10-3 m
= 28 x10-3 m
1 Q
C =K×
√h1-h2
1 0.152 x10-3 m3 /s
= -3 ×
0.9621 x10 √28 x10-3 m
= 0,9752
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 47
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
F. ANALISA
Pada praktikum mekanika fluida , kami melakukan praktikum modul tiga tentang
Teori Bernouli atau disebut Bernoulli’s Theorem. Hukum Bernouli sendiri menyatakan
bahwa kenaikan kecepatan aliran fluida akan menyebabkan penurunan tekanan fluida
secara bersamaan atau penurunan energi potensial fluida tersebut. Intinya adalah
tekanan akan menurun jika kecepatan aliran fluida meningkat. Hukum Bernoulli
melibatkan hubungan berbagai besaran fisis dalam fluida, yakni kecepatan aliran yang
memiliki satu garis arus, tinggi permukaan air yang mengalir, dan tekanannya.Adapun
tujuan praktikum ini adalah untuk menyelidiki validasi Persamaan Bernoulli ketika
diaplikasikan ke aliran air yang steady pada pipa yang bergradasi dimensinya ,
menentukan besarnya koefisien debit (Cd) pada alat venturimeter yang digunakan dan
mengamati pembagian tekanan sepanjang pipa konvergen-divergen.
Venturimeter sendiri adalah alat untuk mengukur kelajuan cairan dalam pipa . Pipa
venturi merupakan sebuah pipa yang memiliki penampang bagian tengahnya lebih sempit
dan diletakkan mendatar dengan dilengkapi dengan pipa pengendali untuk mengetahui
permukaan air yang ada sehingga besarnya tekanan dapat diperhitungkan . Ada dua jenis
venturimeter, yaitu venturimeter tanpa manometer dan venturimeter dengan
menggunakan manometer yang berisi cairan lain . Tabung venturi merupakan tabung
atau pipa yang mempunyai penyempitan disalah satu bagiannya . Pipa konvergen adalah
pipa yang memusatkan pada satu pipa saja dan pada praktikum ini memiliki ketinggian air
yang tinggi serta pipa ini berdiameter melebar . Sedangkan pipa divergen merupakan
pipa yang arahnya menyebar pada titik lubang venturi atau tidak terpusat pada satu pipa ,
dan ketinggian airnya sama . Pipanya memiliki diameter menyempit .
Adapun hubungan teori bernouli dengan praktikum dibuktikan dari data yang
didapat . Dimana diameter besar akan menghasilkan tekanan rendah dan air tinggi .
Sedangkan diameter yang kecil membuat tekanan yang lebih besar dengan keadaan air
rendah . Berdasarkan hukum Bernoulli, tekanan fluida dengan kecepatan aliran fluida itu
berbanding terbalik, dengan kata lain peningkatan kecepatan aliran, akan
mengakibatkan menurunnya teakanan, dan begitu pula sebaliknya, penurunan kecepatan
fluida, akan mengakibatkan meningkatnya tekanan fluida. Praktikan juga mendapatkan
grafik dari data yang sudah diolah yaitu berjumlah tiga grafik dimana grafiknya terdiri dari
Grafik akar ( h1 – h2 ) terhadap debit aliran , Grafik koefisien debit ( Cd ) terhadap debit
aliran dan Grafik tekanan ideal dan tekanan aktual terhadap jarak sepanjang venturi .
Pada akhir praktikum , kita mengeluarkan airnya melalui bantuan katup udara
yang berada disamping pompa udara untuk membuka katup .
Hukum Bernoulli sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dan
dimanfaatkan pada beberapa aplikasi yakni: Perhitungan gaya angkat (lift) pada sayap
pesawat , Perhitungan untuk mencari tekanan yang hilang pada aliran (pressure losses) ,
Tabung pitot (pitot tube) , Venturimeter , Manometer , Toricelli , dan masih banyak lagi .
Kesalahan yang sering terjadi pada praktikum ini antara lain kurang teliti dalam
pembacaan ketinggian air , masih terdapat gelembung udara , katup udara yang belum
tertutup rapat , pengaturan pendataran alat belum benar dan lain-lain .
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 48
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
G. KESIMPULAN
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 49
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
H. LAMPIRAN
(a) (b)
(c) (d)
Keterangan :
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 50
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 51
Laporan Praktikum
Modul No. IV
PESAWAT OSBORNE REYNOLDS
( Osbourne Reynolds Apparatus )
Kelas : B
Kelompok : VII
Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
MODUL IV
A. TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah untuk :
4. Untuk mengamati jenis-jenis aliran fluida.
5. Untuk menentukan bilangan Reynolds berdasarkan debit.
6. Untuk mencari hubungan antara bilangan Reynolds dengan jenis aliran.
B. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Hydraulic Bench,
2. Osborne Reynolds,
3. Tangki pasokan dengan batang dan tabung pendukung,
4. Tangki suplai pewarna.
5. Klip control pewarna.
Bahan :
1. Botol pewarna.
2. Air sebanyak 140,5 liter.
C. DASAR TEORI
4.1 Laminer dan Aliran Turbulen
Profesor Osborne Reynolds (1842-1912) pertama kali menyadari bahwa ada
'kecepatan kritis' di mana hukum yang berkaitan dengan hilangnya energi tekanan
dan kecepatan dalam aliran pipa berubah. Dia pertama kali menunjukkan ini dengan
eksperimen yang dikenal dengan 'Colour Band' (atau garis pewarna). Eksperimen
dilakukan dengan menyuntikkan jet pewarna ke dalam aliran air yang terlihat melalui
pipa transparan. Pada kecepatan rendah garis pewarna tidak terputus, tetapi karena
kecepatan aliran melalui pipa meningkat, garis pewarna putus dan pusaran terlihat
terbentuk. Dari ini dan percobaan lebih lanjut ia sampai pada kesimpulan bahwa ada
dua jenis aliran:
a) Aliran laminar (Latin lamina = lapisan atau lembaran tipis). Cairan bergerak
dalam lapisan tanpa fluktuasi kecepatan yang tidak teratur. Aliran laminar terjadi
pada Angka Reynolds yang rendah.
b) Aliran Turbulen. Ini menghasilkan partikel fluida yang bergerak dalam pola yang
tidak teratur, membawa sebuah pertukaran momentum dari satu bagian cairan ke
yang lain.
Reynolds menyelidiki kedua jenis gerakan ini dan menyimpulkan bahwa parameter
yang terlibat dalam karakteristik aliran adalah
ρ : massa jenis fluida kg/m3
vs : kecepatan aliran fluida m/det
d : diameter internal pipa m
μ : viskositas absolut fluida dinamis Ns/m2
v : viskositas kinematik fluida, v = μ/ρ m2/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 52
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
vs ρdvs
Re = =
μ/ρd μ
atau
vs d
Re =
v
nilai yang terhubung dengan gerakan fluida. Gerak fluida ditemukan menjadi laminar
untuk bilangan Re di bawah 2000 dan turbulen untuk Re lebih besar dari 4000.
Viskositas Viskositas
0 1.793 25 0.893
1 1.732 26 0.873
2 1.674 27 0.854
3 1.619 28 0.836
4 1.568 29 0.818
5 1.520 30 0.802
6 1.474 31 0.785
7 1.429 32 0.769
8 1.386 33 0.753
9 1.346 34 0.738
10 1.307 35 0.724
11 1.270 36 0.711
12 1.235 37 0.697
13 1.201 38 0.684
14 1.169 39 0.671
15 1.138 40 0.658
16 1.108 45 0.602
17 1.080 50 0.554
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 53
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
18 1.053 55 0.511
19 1.027 60 0.476
20 1.002 65 0.443
21 0.978 70 0.413
22 0.955 75 0.386
23 0.933 80 0.363
24 0.911 85 0.342
hf
i=
l
Perhatikan bahwa nilai Re yang diperoleh dalam percobaan yang dibuat dengan
laju aliran 'meningkat' akan tergantung pada tingkat perawatan, yang telah dilakukan
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 54
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
untuk menghilangkan gangguan pada pasokan dan sepanjang pipa. Di sisi lain,
percobaan yang dilakukan dengan laju aliran 'menurun' akan menunjukkan nilai Re
yang sangat tergantung pada gangguan awal.
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Alat distabilkan, lalu perhatikan nivo. (oleh instuktur)
2. Pastikan saluran-saluran pemasukan air dan pelimpah terpasang.
3. Hubungkan pasokan air dari hydraulic bench ke tangki atas dan bejana injeksi
pewarna dipasang dan diisi.
4. Sebuah katup kecil disediakan di ujung tabung luar untuk mengeluarkan udara yang
terperangkap.
5. Hidupkan / alirkan suplai air.
6. Pastikan tinggi air yang konstan dengan terbuangnya aliran yang berlebihan pada
saluran pelimpah.
7. Biarkan kondisi demikian hingga 5 menit, lalu ukur suhu airnya dengan termometer.
8. Bukalah katup pengontrol aliran sedikit demi sedikit dan atur katup jarum pengontrol
zat warna sampai tercapai aliran laminer dengan zat warna terlihat jelas. Amati
tetesan zat warna tersebut.
9. Tentukan besar debit yang lewat secara akurat dengan menggunakan tangki ukur
volumetric.
10. Ulangi prosedur diatas untuk debit (Q) yang berubah-ubah dari kecil (keadaan
laminer) ke besar hingga tercapai aliran kritis dan turbulen.
11. Kerjakan kebalikan dari proses di atas untuk debit yang berubah-ubah dari besar ke
kecil hingga tercapai kembali kondisi transisi dan laminer.
12. Pada setiap akhir percobaan temperatur diukur kembali.
13. Bersihkan seluruh peralatan dari jejak air yang mengandung pewarna sebelum
mengembalikan peralatan yang akan disimpan.
14. Catat semua hasilnya pada salinan lembar hasil yang disediakan.
15. Gambarkan grafik hubungan antara kecepatan aliran (V) dan bilangan Reynold.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 55
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
NOMENKLATUR:
Tabel 4.2 Nomenklatur
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 56
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Kelompok : VII
Diperiksa
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 57
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
Nama : Aretha Chairunnisa Putri NIM : 2019 – 21 - 070
NIM : 2019 – 21 - 070
1
0,785 x 10-3 0 47,25 47,25 1,6614 x 10-5 2,0106 x 10-4 82,6321 x 10-3 0,873 x 10-6 1514,4486 Laminer Laminer
2
0,900 x 10-3 0 22,04 22,04 4,0835 x 10-5 2,0106 x 10-4 20,3099 x 10-2 0,873 x 10-6 3722,3184 Kritis Kritis
3
0,885 x 10-3 0 13,98 13,98 6,3305x 10-5 2,0106 x 10-4 314,8563 x 10-3 0,873 x 10-6 5770,5622 Turbulen Turbulen
4
0,395 x 10-3 0 11,45 11,45 3,4498 x 10-5 2,0106 x 10-4 171,5806 x 10-3 0,873 x 10-6 3144,6616 Kritis Kritis
5
0,190 x 10-3 0 9,63 9,63 19,7300 x 10-6 2,0106 x 10-4 98,1299 x 10-3 0,873 x 10-6 1798,4861 Laminer Laminer
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
58
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Grafik
0,0035
0,003
0,0025
0,002
0,0015
0,001
0,0005
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
Pada grafik kecepatan aliran (v) terlihat adanya bilangan reynolds (Re) yang
menunjukkan besarnya nilai dari kecepatan aliran dan bilangan reynolds yang
berbanding lurus jadi besar kecilnya kecepatan aliran fluida menentukan nilai
dari bilangan reynolds pada aliran laminer nilai v = 82,6321 x 10-3 dan Re =
1514,4486 pada aliran kritis nilai v= 20,3099 x 10-3 dan re= 3722,3184
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 59
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
E. PERHITUNGAN
a. Aliran Laminer
1. Waktu (t)
t1 = 0 det
t2 = 47,25 det
t = 47,25 det – 0 det
= 47,25 det
2. Volume
V = 0,785 L
= 0,785 X 10-3 m3
3. Debit ( Q)
𝑉
𝑄= 𝑡
0,785 X 10−3 m3
=
47,25 𝑑𝑒𝑡
1
= 𝜋 (0,016 𝑚)2
4
= 2,0106 x 10-4 m3
𝑄
𝑉𝑠 = 𝐴
−5
= 1,6614 𝑋 10 𝑚3/𝑑𝑒𝑡
2,0106𝑥 10−4 𝑚3
= 82,6321x10-3 m/det
5. Angka Reynolds
T = 26°C
v = 0,873 x 10-6 m3/det
𝑉𝑠 𝑥 𝑑
𝑅𝑒 =
𝑣
= 1514,4486
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 60
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
b. Aliran Kritis
1. Waktu (t)
t1 = 0 det
t2 = 22,04 det
t = 22,04 det – 0 det
= 22,04 det
2. Volume
V = 0,900 L
= 0,900 X 10-3 m3
3. Debit ( Q)
𝑉
𝑄= 𝑡
0,900 X 10−3 m3
= 22,04 𝑑𝑒𝑡
1
= 4 𝜋 (0,016 𝑚)2
= 2,0106 x 10-4 m3
𝑄
𝑉𝑠 =
𝐴
= 203,0986x10-3 m/det
5. Angka Reynolds
T = 26°C
v = 0,873 x 10-6 m3/det
𝑉𝑠 𝑥 𝑑
𝑅𝑒 =
𝑣
= 3722,3184
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 61
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
c. Aliran Turbulen
1. Waktu (t)
t1 = 0 det
t2 = 13,98 det
t = 13,98 det – 0 det
= 13,98 det
2. Volume
V = 0,885 L
= 0,885 X 10-3 m3
3. Debit ( Q)
𝑉
𝑄=
𝑡
0,885 X 10−3 m3
= 13,98 𝑑𝑒𝑡
1
= 𝜋 (0,016 𝑚)2
4
= 2,0106 x 10-4 m3
𝑄
𝑉𝑠 = 𝐴
= 314,8563x10-3 m/det
5. Angka Reynolds
T = 26°C
v = 0,873 x 10-6 m3/det
𝑉𝑠 𝑥 𝑑
𝑅𝑒 =
𝑣
= 5770,5622
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 62
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
d. Aliran Turbulen
1. Waktu (t)
t1 = 0 det
t2 = 11,45 det
t = 11,45 det – 0 det
= 11,45 det
2. Volume
V = 0,395 L
= 0,395 X 10-3 m3
3. Debit ( Q)
𝑉
𝑄=
𝑡
0,395 X 10−3 m3
= 11,45 𝑑𝑒𝑡
1
= 𝜋 (0,016 𝑚)2
4
= 2,0106 x 10-4 m3
𝑄
𝑉𝑠 = 𝐴
5. Angka Reynolds
T = 26°C
v = 0,873 x 10-6 m3/det
𝑉𝑠 𝑥 𝑑
𝑅𝑒 =
𝑣
= 3144,6616
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 63
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
e. Aliran Turbulen
1. Waktu (t)
t1 = 0 det
t2 = 9,638 det
t = 9,63 det – 0 det
= 9,63 det
2. Volume
V = 0,190 L
= 0,190 X 10-3 m3
3. Debit ( Q)
𝑉
𝑄=
𝑡
0,190X 10−3 m3
= 9,36 𝑑𝑒𝑡
1
= 𝜋 (0,016 𝑚)2
4
= 2,0106 x 10-4 m3
𝑄
𝑉𝑠 = 𝐴
= 98,1299x10-3 m/det
5. Angka Reynolds
T = 26°C
v = 0,873 x 10-6 m3/det
𝑉𝑠 𝑥 𝑑
𝑅𝑒 =
𝑣
= 1798,4861
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 64
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
F. ANALISA
Pada praktikum kali ini kami melakukan praktikum modul empat tentang Pesawat
Osborne Reynolds . Osborne Reynold dikenal karena penelitiannya tentang kondisi aliran
fluida di dalam pipa transisi, dari aliran laminar ke aliran turbulen ke aliran transisi . Beliau
pertama kali menunjukkan ini dengan eksperimen yang dikenal dengan 'Colour Band'
(atau garis pewarna). Eksperimen dilakukan dengan menyuntikkan jet pewarna ke dalam
aliran air yang terlihat melalui pipa transparan. Pada kecepatan rendah garis pewarna
tidak terputus, tetapi karena kecepatan aliran melalui pipa meningkat, garis pewarna
putus dan pusaran terlihat terbentuk . Adapun tujuan yang akan dicapai pada praktikum
kali ini adalah untuk mengamati jenis-jenis aliran fluida , untuk menentukan bilangan
Reynolds berdasarkan debit dan untuk mencari hubungan antara bilangan Reynolds
dengan jenis aliran .
Jenis aliran fluida sendiri terbagi menjadi tiga yaitu aliran laminar , aliran turbulen
dan aliran transisi . Aliran limanar sendiri adalah cairan yang bergerak dalam lapisan
tanpa fluktuasi kecepatan yang tidak teratur . Aliran ini terjadi pada angka reynolds yang
rendah yaitu berada pada kurang dari dua ribu . Aliran turbulen yaitu menghasilkan aliran
fluida yang bergerak dalam pola tidak teratur , membawa sebuah pertukaran momentum
dari satu bagian ke yang lain . Aliran ini terjadi pada angka reynolds yang besar yaitu
lebih dari empat ribu . Terakhir ada aliran transisi yang berada antara dua ribu sampai
empat ribu dan bentuk alirannya lurus dengan sedikit gelombang .
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang dapat membedakan
suatu aliran itu dinamakan laminar, turbulen atau transisi . Bisa dikatakan juga bilangan
Reynold adalah perbandingan antara gaya inersia terhadap gaya viskositas yang
mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu.
Jika dua pola aliran yang mirip secara geometris, mungkin pada fluida yang berbeda dan
laju alir yang berbeda pula, memiliki nilai bilangan tak berdimensi yang relevan, keduanya
disebut memiliki kemiripan dinamis .
Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi
atau perubahan bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan,kohesi dan laju
perpindahan momentum molekularnya. Viskositas zat cair cenderung menurun dengan
seiring bertambahnya kenaikan temperatur, hal ini disebabkan gaya-gaya kohesi pada
zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya
temperatur pada zat cair yang menyebabkan berturunnya viskositas dari zat cair tersebut.
Besarnya bilangan Reynold yang terjadi pada suatu aliran dalam pipa dapat
menunjukkan apakah profil aliran tersebut laminer atau turbulen . Biasanya angka kurang
dari dua ribu merupakan batas aliran laminer dan angka lebih besar dari empat ribu
dikatakan aliran turbulen. Sedangkan angka diantara keduanya dinyatakan sebagai aliran
transisi . Karakteristik lain yang mempengaruhi pengukuran laju aliran adalah temperatur
dan tekanan fluida tersebut, khususnya bila fluida tersebut adalah fluida gas . Pada
praktikum ini sesuai dengan data yang didapat menghasilkan dua aliran luminer , dua
aliran transisi dan satu aliran turbulen .
Adapun pengecekan suhu secara berkala terus dicek karena suhu berpengaruh
pada viskositasnya . Karena suhu air mengikuti suhu ruangan sedangkan suhu ruang
akan berbeda dengan sedikit dan banyak orang . Maka harus dicek untuk
memastikannya .
Kesalahan praktikum kali ini antara lain terletak pada penampung debit , waktu ,
kesalahan pembacaan , terlalu cepat membuka dan menutup katup dan hasil visual
yang tidak sama dengan hasil perhitungan langsung .
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 65
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
G. KESIMPULAN
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 66
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
H. LAMPIRAN
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(e) (f)
(g) (h)
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 67
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Keterangan :
(a) Alat ukur Hydraulic Bench
(b) Alat Osborne Reynolds
(c) Zat pewarna (tinta)
(d) Air
(e) Termometer
(f) Tangki suplai pewarna
(g) Tangki pasokan dengan batang dan tabung penghubung
(h) Stopwatch
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 68
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 69
Laporan Praktikum
MODUL NO. V
TUMBUKAN PANCARAN AIR
(Impact Of Jet)
Kelas :B
Kelompok : VII
Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
MODUL V
(Impact of Jet)
A. TUJUAN
Untuk mencari reaksi gaya yang dihasilkan dari perubahan momentum aliran air,
dengan pengukuran gaya yang dihasilkan oleh jet yang menumbuk permukaan padat
yang menghasilkan derajat defleksi aliran yang berbeda.
Bahan :
1. Air sebanyak 140,5 liter
C. DASAR TEORI
5.1 Laminer dan Aliran Turbulen
Saat jet mengalir dengan kecepatan yang stabil menghantam permukaan yang
padat, air berbelok berhamburan di sepanjang permukaan. Jika gesekan diabaikan
dengan mengasumsikan cairan tidak terlihat dan juga diasumsikan bahwa tidak ada
kerugian akibat guncangan maka besarnya kecepatan air tidak berubah. Tekanan
yang diberikan oleh air pada permukaan padat dimana akan menjadi sudut siku
pada permukaan.
Laboratorium Hidrolika
70
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Dalam setiap kasus diasumsikan bahwa tidak ada percikan atau pantulan
fluida dari permukaan sehingga sudut keluar sejajar dengan sudut keluar
permukaan.
a) Pengaruh Ketinggian
Kecepatan jet dapat dihitung dari laju aliran yang diukur dari area keluar
Q
nozzle. Vn = A
Namun karena nosel berada di bawah permukaan, kecepatan tumbukan akan
lebih kecil dari kecepatan nosel karena adanya pertukaran antara energi
potensial dan energi kinetik sehingga: V12 = Vn2 – 2gh di mana, h adalah
ketinggian permukaan di atas keluar nosel.
Laboratorium Hidrolika
71
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
: nosel II D = 0.005 m
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
Laboratorium Hidrolika
72
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
NIM : 2015 – 21 – 025
NOMENKLATUR
Tabel 5.1 Nomenklatur
Satuan Lambang Tipe Deskripsi
Kecepatan Q
Vn = A
, kecepatan fluida yang
m/s Vn Dihitung
Nozzle meninggalkan nozel.
Digunakan untuk
menjelaskan hubungan
Kecepatan antara debit dan massa yang
(m/s)2 Vi2 Dihitung dibebankan untuk
dikuadratkan
keseimbangan gaya.
Laboratorium Hidrolika 73
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
NIM : 2015 – 21 – 025
Kelompok : VII
Hari/ Tgl : Sabtu,17 Oktober 2020
Pukul : 14.00
Hasil Perhitungan Data Percobaan Impact of Jet untuk Bidang Datar
Total Massa Jumlah Air Waktu Laju Alir
Nozzle Bukaan yang yang mengumpulkan Volumetrik Q
dibebankan dikumpulkan air (detik) (m3/det)
(kg) (m3)
2/3 0,92 0,1405 565,7794 2,4833 x 10-4
5 mm 1/2 0,72 0,1405 1124 1,25 x 10-4
1/3 0,7 0,1405 1686,0067 8,3333 x 10-5
Hasil Perhitungan Data Percobaan Impact of Jet untuk Bidang Cekung
Total Massa Jumlah Air Waktu Laju Alir
Nozzle Bukaan yang yang mengumpulkan Volumetrik Q
dibebankan dikumpulkan air (detik) (m3/det)
(kg) (m3)
2/3 0,7 0,1405 520,3704 2,7 x 10-4
5 mm 1/2 0,6 0,1405 1003,5714 1,4 x 10-4
Laboratorium Hidrolika 74
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070 Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Laboratorium Hidrolika
75
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 – 070
NIM : 2015 – 21 – 025
Kelompok : VII
Hari/ Tgl : Sabtu,17 Oktober 2020
Pukul : 14.00
Hasil Perhitungan Data Percobaan Impact of Jet untuk Bidang Datar
Total Massa Jumlah Air Waktu Laju Alir
Nozzle Bukaan yang yang mengumpulkan Volumetrik Q
dibebankan dikumpulkan air (detik) (m3/det)
(kg) (m3)
2/3 0,87 0,1405 392,0967 3,5833 x 10-4
8 mm 1/2 0,7 0,1405 780,5556 1,8 x 10-4
1/3 0,62 0,1405 1170,8333 1,2 x 10-4
Hasil Perhitungan Data Percobaan Impact of Jet untuk Bidang Cekung
Total Massa Jumlah Air Waktu Laju Alir
Nozzle Bukaan yang yang mengumpulkan Volumetrik Q
dibebankan dikumpulkan air (detik) (m3/det)
(kg) (m3)
2/3 0,7 0,1405 355,6962 3,95 x 10-4
8 mm 1/2 0,6 0,1405 514,0307 2,7333 x 10-4
1/3 0,75 0,1405 1124 1,25 x 10-4
Hasil Perhitungan Data Percobaan Impact of Jet untuk Bidang Setengah Bola
Total Massa Jumlah Air Waktu Laju Alir
Nozzle Bukaan yang yang mengumpulkan Volumetrik Q
dibebankan dikumpulkan air (detik) (m3/det)
(kg) (m3)
Laboratorium Hidrolika 76
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070 Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
77
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
2,5
1,5
0,5
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
𝐹
Slope =
𝑃𝑄𝑉1
4,5312 1,0900 0,4951
= = =
3,1291 0,7527 0,3419
= 1,4481
Δ𝑦
Kemiringan =
Δ𝑥
4,5312−1,0900
=
3,2191−0,7527
= 1,4481
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 78
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
𝐹
Slope =
𝑃𝑄𝑉1
1,7578 0,5037 0,2136
= = =
3,7031 1,0611 0,4499
= 0,4747
Δ𝑦
Kemiringan =
Δ𝑥
1,7578−0,5037
=
3,7031−1,0611
= 0,4747
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 79
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
𝐹
Slope =
𝑃𝑄𝑉1
6,8530 1,6987 0,9306
= = =
3,4332 0,8510 0,0523
= 1,9961
Δ𝑦
Kemiringan =
Δ𝑥
6,8530−1,6987
=
3,4332− 0,8510
= 1,9961
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 80
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
𝐹
Slope =
𝑃𝑄𝑉1
3,6560 0,8896 0,3695
= = =
2,5247 0,6143 0,2552
= 1,4481
Δ𝑦
Kemiringan =
Δ𝑥
3,6560 − 0,8896
=
2,5247 − 0,6143
= 1,4481
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 81
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
𝐹
Slope =
𝑃𝑄𝑉1
1,4617 0,6937 0,1353
= = =
3,0793 1,4614 0,2851
= 0,4747
Δ𝑦
Kemiringan =
Δ𝑥
1,4617 −0,6937
=
3,0793−1,4614
= 0,4747
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 82
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
𝐹
Slope =
𝑃𝑄𝑉1
6,0426 1,4599 0,1044
= = =
3,0272 0,7314 0,0523
= 1,9960
Δ𝑦
Kemiringan =
Δ𝑥
6,0426 −1,4599
=
3,0272 −0,7314
= 1,9960
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 83
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
E. PERHITUNGAN
1. Nozzle 5 mm
1
A = 4
πd2
1
= 4 π (5 x 10-3 m)2
= 1,9635 x 10-5 m2
➢ Bukaan 2/3
Q= 14.9 l/menit
14,9
= m³/det
1000 x 60
= 2,4833 x 10 ̄ ⁴ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 920 g
= 0,92 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
2,4833 x 10 ̄ ⁴ m³/det
= 565,2794 detik
𝑄
Vn =
𝐴
2,4833 x 10 ̄ ⁴ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 12,6473 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m m
V1 = √(12,6473 )2 − 2 𝑥 9,81 𝑥 0,006 𝑚
s s
= 12,6007 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 3,1291 ( 1 – cos 90 )
= 4,5312 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 84
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
➢ Bukaan 1/2
Q= 7,5 l/menit
7,5
= m³/det
1000 x 60
= 1,25 x 10 ̄ ⁴ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 720 g
= 0,72 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
1,25 x 10 ̄ ⁴ m³/det
= 1124 detik
𝑄
Vn =
𝐴
1,25 x 10 ̄ ⁴ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 6,3662 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m m
V1 = √(6,3662 )2 − 2 𝑥 9,81 𝑥 0,006 𝑚
s s
= 6,2729 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 0,7527 ( 1 – cos 90 )
= 1,1354 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 85
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
➢ Bukaan 1/3
Q= 5 l/menit
5
= m³/det
1000 x 60
= 8,3333 x 10 ̄ ⁵ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 700 g
= 0,70 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
8,3333 x 10 ̄ ⁵ m³/det
= 1686,0067 detik
𝑄
Vn =
𝐴
8,3333 x 10 ̄ ⁵ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 4,2441 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m m
V1 = √(4,2441 )2 − 2 𝑥 9,81 𝑥 0,006 𝑚
s s
= 4,1031 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 0,3419 ( 1 – cos 90 )
= 0,4951 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 86
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
➢ Bukaan 2/3
Q= 16,2 l/menit
16,2
= m³/det
1000 x 60
= 2,7 x 10 ̄ ⁴ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 700 g
= 0,7 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
2,7 x 10 ̄ ⁴ m³/det
= 520,3704 detik
𝑄
Vn =
𝐴
2,7 x 10 ̄ ⁴ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 13,7510 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m 2 m
V1 = √(13,7510 ) − 2 𝑥 9,81 𝑥 0,005 𝑚
s s
= 13,7513 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 3,7031 ( 1 – cos 45 )
= 1.7578 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 87
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
➢ Bukaan 1/2
Q= 8,4 l/menit
8,4
= m³/det
1000 x 60
= 1,4 x 10 ̄ ⁴ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 600 g
= 0,6 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
1,4 x 10 ̄ ⁴ m³/det
= 1003,5714 detik
Q
Vn =
A
F = ρQv1 ( 1- cos θ )
= 0,9885 N ( 1 – cos 45° )
= 0,4692 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 88
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
➢ Bukaan 1/3
Q= 5,7 l/menit
5,7
= m³/det
1000 x 60
= 9,6 x 10 ̄ ⁵ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 600 g
= 0,6 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
9,6 x 10 ̄ ⁵ m³/det
= 1478,9474 detik
𝑄
Vn =
𝐴
1,4 x 10 ̄ ⁴ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 4,3838 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m 2 m
V1 = √(4,3838
s
) − 2 𝑥 9,81 s
𝑥 0,005 𝑚
= 4,7358 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 0,4499 ( 1 – cos 45 )
= 0,2136 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 89
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
➢ Bukaan 2/3
Q= 15,6 l/menit
15,6
= m³/det
1000 x 60
= 2,6 x 10 ̄ ⁴ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 1000 g
= 1 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
2,6 x 10 ̄ ⁴ m³/det
= 540,3846 detik
𝑄
Vn =
𝐴
2,6 x 10 ̄ ⁴ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 13,2417 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m 2 m
V1 = √(13,2417 ) − 2 𝑥 9,81 𝑥 0,005 𝑚
s s
= 13,2046 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 3,4332 ( 1 – cos 135 )
= 6,8530 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 90
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
➢ Bukaan 1/2
Q= 7,8 l/menit
7,8
= m³/det
1000 x 60
= 1,3 x 10 ̄ ⁴ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 700 g
= 0,7 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
1,3 x 10 ̄ ⁴ m³/det
= 1080,7692 detik
𝑄
Vn =
𝐴
1,3 x 10 ̄ ⁴ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 6,6208 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m 2 m
V1 = √(6,6208 ) − 2 𝑥 9,81 𝑥 0,005 𝑚
s s
= 6,5463 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 0,8510 ( 1 – cos 135 )
= 1,6987 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 91
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
➢ Bukaan 1/3
Q= 5,8 l/menit
5,8
= m³/det
1000 x 60
= 9,6667 x 10 ̄ ⁵ m³/det
V = 0,1405 m³
Beban = 700 g
= 0,7 kg
𝑉
t =
𝑄
0,1405 m³
=
9,6667 x 10 ̄ ⁵ m³/det
= 1453,4433 detik
𝑄
Vn =
𝐴
9,6667 x 10 ̄ ⁵ m³/det
=
1,9653 x 10 ̄ ⁵ m²
= 1,0671 m/s
V1 ² = Vn ² - 2gh
m 2 m
V1 = √(1,0671 ) − 2 𝑥 9,81 𝑥 0,005 𝑚
s s
= 0,3971 m/s
F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 0,0523 ( 1 – cos 135 )
= 0,9306 N
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 92
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
2. Nozzle 8 mm
1
A = π d2
4
1 2
= 4
π (8 × 10-3 m)
= 5,0265 x 10-5 m2
Q = 21,5 l/m
21,5
= 1000 × 60 m3/det
= 3,583 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 870 gr
= 0,87 kg
V
t =Q
0,01405 m3
=
3,583 x 10-4 m3 /det
= 392,0967 detik
Q
Vn = A
3,583 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 7,1288 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 93
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
1
➢ Bukaan
2
Q = 10,8 l/m
10,8
= 1000 × 60 m3/det
= 1,8 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban 700 gr
= 0,7 kg
V
t =Q
0,01405 m3
=
1,8 x 10-4 m3 /det
= 780,5556 detik
Q
Vn =
A
1,8 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 3,5810 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 94
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
1
➢ Bukaan 3
Q = 7,2 l/m
7,2
= 1000 × 60 m3/det
= 1,2 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 620 gr
= 0,62 kg
V
t =Q
0,01405 m3
=
1,2 x 10-4 m3 /det
= 117,083 detik
Q
Vn = A
1,2 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 2,3873 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 95
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Q = 23,7 l/m
23,7
= 1000 × 60 m3/det
= 3,95 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 700 gr
= 0,7 kg
V
t =Q
0,01405 m3
=
3,95 x 10-4 m3 /det
= 355,6962 detik
Q
Vn =
A
3,95 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 7,8584 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 96
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
1
➢ Bukaan 2
Q = 16,4 l/m
16,4
= 1000 × 60 m3/det
= 2,7333 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 600 gr
= 0,6 kg
V
t =
Q
0,01405 m3
=
2,7333 x 10-4 m3 /det
= 514,0307 detik
Q
Vn = A
2,7333 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 5,4378 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 97
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
1
➢ Bukaan 3
Q = 7,5 l/m
7,5
= 1000 × 60 m3/det
= 1,2 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 750 gr
= 0,75 kg
V
t =Q
0,01405 m3
=
1,2 x 10-4 m3 /det
= 1124 detik
Q
Vn = A
1,2 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 2,4868 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 98
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Q = 23,5 l/m
23,5
= 1000 × 60 m3/det
= 3,9167 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 1000 gr
= 1 kg
V
t =Q
0,01405 m3
=
3,9167 x 10-4 m3 /det
= 358,7204 detik
Q
Vn =
A
3,9167 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 7,7921 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 99
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
1
➢ Bukaan 2
Q = 11,7 l/m
11,7
= 1000 × 60 m3/det
= 1,95 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 700 gr
= 0,7 kg
V
t =
Q
0,01405 m3
=
1.95 x 10-4 m3 /det
= 720,5218 detik
Q
Vn =
A
1,95 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 3,8794 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 100
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
1
➢ Bukaan 3
Q = 7,9 l/m
7,9
= 1000 × 60 m3/det
= 1,3167 x 10-4 m3/det
V = 0,01405 m3
Beban = 650 gr
= 0,65 kg
V
t =Q
0,01405 m3
=
1,3167 x 10-4 m3 /det
= 1067,0616 detik
Q
Vn =
A
1,3167 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 1,0671 m/s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 101
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
F. ANALISA
Pada praktikum ini kami melakukan praktikum modul lima tentang Tumbukan
Pancaran Air atau disebut impact of jet . Impact of jet merupakan suatu percobaan yang
menyelidiki tentang pengaruh momentum tumbukan suatu fluida terhadap suatu
permukaan . Fluida yang mengalir melalui nozzle akan mempunyai kecepatan yang lebih
tinggidibanding sebelum melalui nozzle . Perubahan kecepatan ini akan menimbulkan
perubahan momentum karena kecepatan berbanding lurus terhadap momentum . Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah Untuk mencari reaksi gaya yang dihasilkan dari
perubahan momentum aliran air, dengan pengukuran gaya yang dihasilkan oleh jet yang
menumbuk permukaan padat yang menghasilkan derajat defleksi aliran yang berbeda .
Pada mekanika fluida kita sangat erat hubungannya dengan tekanan dan
kecepatan. Karena dua fungsi tersebut adalah pokok mengapa bisa terjadi proses
mekanik . Tekanan dan kecepatan pada dasarnya memiliki nilai yang berbalik . Artinya
jika suatu substansi memiliki kecepatan yang tinggi maka substansi tersebut akan
memiliki tekanan yang rendah, begitu juga sebaliknya . Pada praktikum impact of jet
dapat ketahui bahwa penurunan tekanan dapat meningkatkan kecepatan , peristiwa
tersebut dapat kita lihat aplikasinya pada nozzle . Perubahan kecepatan sebelum dan
sesudah dari nozzle akan menimbulkan perubahan momentum .
Penerapan praktikum ini pada dunia teknik sipil adalah pada pembuatan air
mancur atau pada turbin . Kesalahan pada praktikum ini antara lain yaitu bagian per mulai
merenggang , kesalahan pembacaan data , tersenggolnya pin dan kesalahan
pengelihatan kedataran pin dan flatform.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 102
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
G. KESIMPULAN
1. Praktikan dapat mencari reaksi gaya ya itu antara nozzle yg memberikan aksi terhadap
permukaan bidang dan permukaan bidang memberikan reaksi terhadap pancaran.
2. Praktikan dapat mengetahui bentuk-bentuk pancaran dari masing masing bidang
permukaan.
3. Praktikan dapat mengetahui reaksi gaya yang dihasilkan dari perubahan momentum
aliran air.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 103
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
H. LAMPIRAN
5.1 Gambar Alat dan Bahan
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 104
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
(g) (h)
Keterangan :
(a) Bangku Hidrolik Digital
(b) Tangki Pasokan dengan Batang dan Tabung Pendukung
(c) Tangki Sulpai Pewarna
(d) Osborne Reynolds
(e) Thermometer
(f) Klip Kontrol Pewarna
(g) Air 140,5 liter
(h) Botol Pewarna
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 105
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 106
Laporan Praktikum
MODUL NO. VI
SALURAN DALAM ALIRAN TERBUKA
(Open Channel)
Kelas :B
Kelompok : VI
Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
MODUL VI
( Open Channel )
A. TUJUAN
Untuk menghitung debit air yang melimpas pada saluran terbuka persegi
panjang dengan menggunakan alat ukur seperti bendung ambang lebar, bendung
segitiga, venturi flume, serta sluice gate.
Bahan :
Air sebanayak 140,5 liter
C. DASAR TEORI
Cairan yang mengalir di saluran terbuka memiliki permukaan bebas yang terkena
tekanan atmosfer. Oleh karena itu, sepanjang saluran, tekanan pada permukaan
konstan dan alirannya tidak dapat dihasilkan oleh tekanan eksternal tetapi hanya oleh
perbedaan energi potensial karena kemiringan permukaan. Memperhitungkan saluran
terbuka dengan lebar yang sama (B) dan dengan alas datar tetapi miring seperti
diilustrasikan di bawah ini, di mana cairan mengalir dari kiri ke kanan.
Pada bidang X :
Tinggi dasar saluran di atas datum = Z
Kedalaman cairan dalam saluran = D
Lebar saluran = B
Perimeter basah = P = B + 2D
Kecepatan rata-rata cairan = v.
Kedalaman Rata-Rata Hidrolik, DHM didefinisikan sebagai:
A B.D
DH = P = B + 2D
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 107
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Menerapkan persamaan Bernoulli untuk cairan pada bidang X maka total energi
puncak di atas datum adalah:
V2
H = Z + D 2g
Seringkali menguntungkan untuk menggunakan dasar saluran sebagai datum.
Total energi puncak di atas dasar saluran dikenal sebagai energi spesifik, E adalah:
V2
E=D+
2g
Penataan ulang untuk mendapatkan kecepatan rata-rata:
V = √2g (E-D)
Tergantung pada kemiringan saluran kedalaman cairan di sepanjang saluran
mungkin konstan atau mungkin menurun atau meningkat. Pertimbangan kontinuitas laju
aliran antara dua bidang X1 dan X2 mensyaratkan bahwa laju aliran Q adalah sama di
masing-masing bidang sehingga:
Q = V1 . A1 = V2 . A2
dan untuk saluran persegi panjang lebar yang sama, B:
Q
q= B
= V1 . D1 = V2 . D2
Untuk aliran yang seragam atau stabil dalam saluran lebar konstan, kedalaman
cairan akan konstan sepanjang saluran D1 = D2 dan oleh karena itu kemiringan
permukaan θS harus sejajar dengan kemiringan dasar θB sehingga θS = θB.
Jika kecepatan di sepanjang dasar meningkat maka kedalaman berkurang ke
arah aliran D1>D2 dan kemiringan permukaan lebih besar dari kemiringan dasar saluran
θS>θB atau jika kecepatan berkurang maka kedalaman meningkat D1<Θb.
Untuk aliran air pada kecepatan konstan sepanjang saluran harus ada
keseimbangan antara gaya yang menyebabkan aliran dan gaya gesekan yang
menentang aliran.
Gaya yang menghasilkan gerakan di garis dasar saluran disebabkan oleh
gravitasi dan untuk setiap bagian saluran dengan panjang L adalah:
= W. SinθB = ρ. g. A. δL. SinθB
Jika kemiringannya kecil m aka : sinθ ≈ θB sehingga gerakan yang menghasilkan gaya
adalah:
= ρ. g. A. δL.θB
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 108
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Gerakan penahan gaya adalah karena tahanan gesek pada perimeter dibasahi,
jika tahanan gesekan per satuan luas pada kecepatan satuan adalah f maka tahanan
untuk bagian saluran panjang L adalah:
= f. V2. P. δL
Untuk kecepatan konstan menyamakan dua gaya yang berlawanan ini:
f. V2. P. δL = ρ. g. A. δL. θB
V2 = ρ. g f . A P . θB
Mengganti DHM kedalaman rata-rata hidrolik untuk A/P kecepatan diberikan oleh:
ρ.g
V=√ f
√DH . θB
= C √DH . θB
Persamaan ini dikenal sebagai rumus Chezy dan C = √ρ . g/f adalah Koefisien
Chezy untuk saluran. Koefisien chezy adalah dimensi dan karenanya nilai numeriknya
akan bergantung pada unit yang digunakan. Ini memiliki dimensi: L1/2 . T-1
1⁄
Tabel 6.1 Nilai khas faktor kekasaran Manning dengan satuan 𝑚 2 dan detik-1 adalah:
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 109
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
V2 Q2
E=D =D+
2.g 2.g.A2
2
= √ g.EC = √g . DC
3
Untuk nilai debit q tertentu akan ada dua kedalaman yang mungkin untuk nilai
energi spesifik yang diberikan seperti yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini. Untuk
kedalaman yang lebih besar dari kedalaman kritis, aliran dikatakan subkritis atau tenang
dan untuk kedalaman kurang dari kedalaman kritis, aliran digambarkan sebagai superkritis
atau shooting.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 110
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 111
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Kedalaman air sebelum lompatan kurang dari kedalaman kritis dan kedalaman
setelah lompatan hidrolik lebih besar dari kedalaman kritis. Energi spesifik sebelum dan
sesudah lompatan hidrolik harus lebih tinggi dari nilai energi kritis. Lompatan hidrolik
adalah proses yang sangat ireversibel, ada kerugian dalam energi kinetik, dan meskipun
ada keuntungan dalam energi potensial, irreversibilitas proses mensyaratkan bahwa
energi spesifik di hilir lompatan hidraulik lebih kecil daripada energi spesifik di hulu dari
lompatan hidrolik. Hidrolik akan terjadi dalam aliran superkritis jika permukaan air hilir
dinaikkan di atas kedalaman kritis oleh suatu halangan.
a) Kontinuitas
Untuk kontinuitas aliran melalui lompatan hidrolik:
Q = B . D1 . V1 = B . D2 . V2
D1
V2 = V1
D2
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 112
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Dengan asumsi bahwa aliran pendekatan tenang atau subkritis dan bahwa hilir
bendung tidak dibatasi daripada aliran di atas puncak dan kemiringan hilir akan
meningkat karena puncak yang ada dan aliran akan menjadi shooting atau superkritis.
Kondisi aliran kritis terjadi ketika puncak energi spesifik E adalah nilai minimum dan ini
terjadi di puncak di mana:
3 2
Q
YC = √ g
Bendung ambang lebar sering digunakan sebagai alat pengukur aliran di saluran
terbuka. Asalkan ada kondisi kritis di tepi hilir bendung, satu-satunya pengukuran yang
diperlukan untuk menentukan laju aliran adalah kedalaman hulu di atas puncak
bendung. Laju aliran diberikan oleh:
2 2g
Q= B√ C C E1.5
3 3 V D
Di mana CV adalah Koefisien Kecepatan dan CD adalah Koefisien Pengaliran.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 113
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Oleh karena itu laju aliran melalui venturi dapat dihitung dari pengukuran
kedalaman air di pintu masuk dan tenggorokan venturi. Aliran maksimum akan terjadi
ketika aliran di tenggorokan kritis ketika kedalaman di tenggorokan adalah 2/3 dari
energi spesifik.
2
DC = 3
H
x 2
y
H= 2g
+ D2
Debit kemudian diberikan oleh
Q = B2 . D2 √2g(H - D2
2 2
= B2 . H √2g(H - H)
3 3
2
= 1.706 B2 H3
Asalkan venturi dioperasikan dengan tenggorokan pada kondisi kritis laju aliran
dapat ditentukan dari pengukuran puncak hulu H ditambah geometri venturi. Dalam
praktiknya, Koefisien Pengaliran dan Koefisien Kecepatan dimasukkan untuk
memungkinkan puncak diukur di pintu masuk venturi, koefisien ini memungkinkan
kecepatan aliran pendekatan dan untuk vena contractor yang berada di hilir
tenggorokan.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 114
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 115
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
3⁄ h
2 b V 2 2
1
= −
3
√2g [(h - Z2 + 2g
) ]
c
3 3⁄
2 b
V 2 ⁄2 V 2 2
1 1
= 3
√2g [(h+ 2g
) - ( 2g ) ]
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
4.1 Prosuder Praktikum Umum
1. Posisikan Saluran Aliran ke sisi kiri Bangku Hidrolik sehingga pelepasan dari
Saluran Aliran akan memasuki saluran bendung Bangku Hidrolik.
2. Sesuaikan kaki frame pendukung saluran aliran sehingga tidak bergoyang.
3. Lepaskan "Clamping Stud" dari penyangga sisi kiri. Ini untuk memungkinkan
penyesuaian kemiringan saluran aliran.
Penting : Jangan menyesuaikan kemiringan saluran aliran dengan
clamping stud pada posisinya.
4. Hubungkan selang bawaan dari Bangku Hidrolik ke sambungan inlet dari
saluran aliran.
5. Turunkan pintu air di ujung keluar terowongan untuk menutup pintu keluar dari
terowongan.
6. Mulai pompa bangku hidrolik dan biarkan air masuk ke saluran sampai terisi
sekitar 20 mm.
7. Ukur jarak ketinggian air dari tepi atas dinding saluran di setiap ujungnya dan
dengan menggunakan tombol penyesuaian kemiringan memperoleh
pengukuran sama.
8. Atur putaran jam ke nol dan catat pembacaan alat penghitung putaran.
9. Periksa bahwa kedalaman air pada saluran adalah konstan di sepanjang
saluran. ini adalah keadaan untuk kemiringan nol.
5. Ketika kondisi aliran menjadi stabil, ukur laju aliran menggunakan tangki
volumetrik dari bangku hidrolik dan ukur kedalaman air di saluran aliran pada
jarak 50cm dari ujung kiri.
6. Menjaga laju aliran konstan, ulangi pengukuran di atas untuk lereng kebawah
yang berbeda berikut ini.
Kemiringan Saluran Putaran pada dial dari kemiringan nol
1.7/1500 7
1 ⁄10
1.8/1500 8⁄
2 10
21 2
2.5/1500 ⁄
3.0/1500 3
4.0/1500 4
51
5.5/1500 ⁄2
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 117
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
12. Plot grafik kedalaman D terhadap energi spesifik E untuk kedua tes data uji.
13. Tempatkan pada grafik sebuah garis untuk D=E dan D=2/3 E.
14. Menghasilkan gambar skala yang menunjukkan bentuk permukaan air dalam
hubungannya dengan saluran aliran dan bendung punuk segitiga.
15. Mengomentari bentuk profil permukaan dibandingkan dengan posisi bendung.
16. Mengomentari hilangnya energi melintasi bendung.
4. Gunakan jangka lengkung dalam (tidak disediakan) untuk mengukur lebar rata-
rata saluran aliran dan lebar rata-rata tenggorokan venturi flume.
5. Angkat penuh pintu air di ujung saluran sehingga tidak membatasi aliran.
6. Mulai pompa Bangku Hidraulik dan sesuaikan laju aliran air dari bangku
menjadi sekitar 1,5 liter/detik.
7. Ketika aliran stabil, ukur laju aliran secara akurat menggunakan tangki ukur
volumetrik dari Bangku Hidrolik.
8. Ukur ketinggian air di titik masuk pada Venturi flume.
9. Kurangi laju aliran kira-kira sekitar 0.2 liter/detik hingga aliran hanya menjadi
0.2 liter/detik pada setiap tahap pengukuran aliran air dan ketinggian air masuk.
10. Catat hasilnya pada salinan kosong lembar hasil.
11. Hitung laju aliran air, Q.
12. Hitung energi spesifik (Total Puncak) yang masuk ke venturi untuk setiap laju
aliran menggunakan:
Q2
E=D+
2gA2
13. Hitung E1.5 dan D1 1.5 untuk setiap laju aliran.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 118
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 119
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
NOMENKLATUR
CD Koefisien pengaliran
CV Koefisien kecepatan
D Kedalaman aliran M L
𝐷𝐶 Kedalaman sesuai dengan energi M L
spesifik minimum
DHM Kedalaman rata-rata hidrolik M L
E Energi spesifik M L
F Gaya gesek N MLS-2
F Tahanan gesekan per unit daerah N⁄m2 ML-1 S
-2
yang dibasahi
g Percepatan gravitasi 9,81 m⁄s2 LT-2
H Total di puncak M L
1⁄2⁄
L1 2 ⁄T-1
N Koefisien manning ⁄
m s
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 120
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Kelompok : VII
Hari/tgl : Sabtu, 31 Oktober 2020
Pukul : 13.30
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 121
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 122
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Kelompok : VII
Hari/tgl : Sabtu, 31 Oktober 2020
Pukul : 13.30
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 123
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 124
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Kelompok : VII
Hari/tgl : Sabtu, 31 Oktober 2020
Pukul : 13.30
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 125
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Kelompok : VII
Hari/tgl : Sabtu, 31 Oktober 2020
Pukul : 13.30
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 126
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Kelompok : VII
Hari/tgl : Sabtu, 31 Oktober 2020
Pukul : 13.30
Diperiksa Penguji
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 127
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Grafik
0,12
0,1
0,08
V (m/s)
0,06
0,04
0,02
0
0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005
DHM.θB
Grafik kecepatan aliran (V) terhadap √DHM .θB . Pada grafik diatas dapat
diketahui bahwa nilai kecepatan aliran (V) pada titik pertama = 6,33 x10-2 m/s, pada titik
kedua = 6,33 x10-2 m/s, pada titik ketiga = 6,33 x10-2 m/s, pada titik keempat = 6,33 x10-
2
m/s, pada titik kelima = 6,33 x10-2 m/s, pada titik keenam = 6,33 x10-2 m/s dan pada
titik yang ketujuh atau terakhir = 6,33 x10-1. Pada grafik diatas titik yang medekati garis
adalah titik kedua, titik ketiga dan titik keenam. Dari ketiga titik tersebut titik yang paling
dekat dengan garis atau tepat digaris adalah titik kedua. Sedangkan titik yang terjauh
dari garis merukan titik ketujuh atau titik terakhir. Dari kedua titik tersebut titik yang
terjauh adalah titik ketujuh atau titik terakhir.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 128
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Grafik
0,145
0,14
0,135
V (m/s)
0,13
0,125
0,12
0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006
DHM.θB
Grafik kecepatan aliran (V) terhadap √DHM .θB . Pada grafik diatas dapat
diketahui bahwa nilai kecepatan aliran (V) pada titik pertama = 1,26 x10-1 m/s, pada
titik kedua = 1,47 x10-1 m/s, pada titik ketiga = 1,52 x10-1 m/s, pada titik keempat =
1,73 x10-1 m/s, pada titik kelima = 1,89 x10-1 m/s, pada titik keenam = 3,25 x10-1 m/s
dan pada titik yang ketujuh atau terakhir = 2,38 x10-1 m/s. Pada grafik diatas titik
yang medekati garis adalah titik keempat dan titik ketujuh atau titik terakhir. Dari
kedua titik tersebut yang paling mendekati garis adalah titik ketujuh. Sedangkan titik
yang terjauh dari garis merupakan titik pertama, titik kelima dan juga titik keenam.
Dari kedua titik tersebut titik yang terjauh adalah titik keenam.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 129
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Grafik
0,12
0,1
0,08
0,06
0,04
0,02
0
0 0,0005 0,001 0,0015 0,002 0,0025 0,003 0,0035
Grafik kecepatan aliran (V) terhadap D2/3 √θB . Pada grafik diatas dapat
diketahui bahwa nilai kecepatan aliran (V) pada titik pertama = 9,67 x10-2 m/s,
pada titik kedua = 9,67 x10-2 m/s, pada titik ketiga = 9,67 x10-2 m/s, pada titik
keempat = 9,67 x10-2 m/s, pada titik kelima = 9,67 x10-2 m/s, pada titik keenam =
9,67 x10-2 m/s dan pada titik yang ketujuh atau terakhir = 9,67 x10-1 m/s Dari
grafik diatas dapat dilihat bahwa tidak semua titik terkena garis grafik. Titik yang
terkena garis grafik hanya ada 4 titik saja yaitu titik kedua, titik ketiga, titik kelima
dan titik keenam. Dari 4 titik tersebut titik yang tepat terkena garis grafik adalah
titik kedua. Sedangkan titik yang tidak terkena garis ada 3 yitu titik pertama, titik
keempat dan titik ketujuh atau titik terakhir. Dari ketiga titik tersebut titik yang
terjauh dari garis adalah titik keempat.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 130
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Grafik
0,145
0,14
0,135
0,13
0,125
0,12
0 0,0005 0,001 0,0015 0,002 0,0025 0,003
Grafik kecepatan aliran (V) terhadap D2/3 √θB . Pada grafik diatas dapat
diketahui bahwa nilai kecepatan aliran (V) pada titik pertama = 1,302 x10-1 m/s,
pada titik kedua = 1,473 x10-1 m/s, pada titik ketiga = 1,517 x10-1 m/s, pada titik
keempat = 1,787 x10-1 m/s, pada titik kelima = 1,957 x10-1 m/s, pada titik keenam
= 2,188 x10-1 m/s dan pada titik yang ketujuh atau terakhir = 2,566 x10-1 m/s. Dari
grafik diatas dapat dilihat bahwa semua titik tidak mengenai garis grafik. Titik
yang mendekati garis grafik hanya ada 2 titik saja yaitu titik kempat dan titik
ketujuh atau terakhir. Dari 2 titik tersebut titik yang paling medekati garis adalah
titik ketujuh atau titik terakhir. Sedangkan titik yang terjauh dari garis ada 3 yaitu
titik pertama, titik kelima dan titik keenam. Dari ketiga titik tersebut titik yang
terjauh dari garis adalah titik keenam.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 131
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Grafik D terhadap E
Grafik kedalaman aliran (D) terhadap energi spesifik (E). Dari grafik diatas
dapat diketahui bahwa pada debit 5.95x10-5 m3/det pada titik kesepuluh, titik
kesebelas, titik kedua belas dan titik ketiga belas nilai energi spesifiknya memiliki
selisih yang jauh dari energi spesifik pada debit 1,09 x10-4 m3/det. Pada debit 1,32
x10-4 m3/det bahwa kedalaman maksimumnya terletak pada titik pertama dengan
nilai kedalaman 1,93 m dan dengan energi spesifik sebesar 1,93 x10-2 m
sedangkan pada debit 9 x10-5 m3/det kedalaman maksimumnya terletak pada titik
pertama dengan nilai kedalaman 0,0595 m dan dengan energi spesifik sebesar
5,95 x10-2 m. Selain itu dari grafik diatas juga dapat diketahui energi spesifik yang
terbesar pada debit 1,25 x10-4 m3/det dengan besar nilai energi spesifiknya
adalah 7,29 x10-2 m yang terletak pada titik ketiga belas atau titik terakhir. Dan
pada debit 9 x10-5 m3/det nilai energi spesifik yang terbesar adalah 6,00 x10-2 m
yang terletak pada titik ketiga.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 132
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Grafik
0,006
0,005
0,004
0,003
0,002
0,001
0
0 0,0002 0,0004 0,0006 0,0008 0,001 0,0012
Grafik D1,5 terhadap laju aliran (Q). Dari grafik diatas dapat diketahui nilai
D1,5 pada titik pertama = 6,21 x10-3 m, pada titik kedua = 6,21 x10-3 m, pada titik
ketiga = 6,21 x10-3 m, pada titik keempat 4,91 x10-3 m, pada titik kelima = 3,72
x10-3 m, pada titik keenam = 2,55 x10-3 m, pada titik ketujuh = 1,33 x10-3 m, pada
titik kedelapan = 1,63 x10-3 m, pada titik kesembilan = 2,17 x10-3 m, pada titik
kesepuluh = 3,45 x10-3 m. Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa tidak semua titik
yang ada digrafik mengenai garis grafik. Titik yang menganai garis ada 7 titik yaitu
titik yang pertama, titik kedua, titik ketiga, titik kelima, titik keenam, titik kedelapan
dan titik kesembilan. Dari ke 7 titik tersebut titik yang paling tepat mengenai garis
adalah titik pertama dan titik kesembilan. Sedangkan titik yang tidak mengenai
garis ada 3 yaitu titik keempat, titik ketujuh dan titik kesepuluh. Dari ke 3 titik
tersebut titik yang terjauh dari garis adalah titik ketujuh sedangkan titik yang
paling mendekati garis adalah titik kesepuluh.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 133
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Grafik
0,012
0,01
0,008
0,006
0,004
0,002
0
0 0,0002 0,0004 0,0006 0,0008 0,001 0,0012
Grafik E1,5 terhadap laju aliran (Q) menunjukkan bahwa besar nilai E1,5
dan laju aliran (Q) berbanding lurus atau dengan kata lain semakin kecil nilai
E1,5 maka laju alirannya juga akan semakin kecil behitu juga sebaliknya
semakin besar nilai E1,5 maka nilai laju alirannya akan semakin besar. Dari
grafik diatas dapat diketahui nilai E1,5 pada titik pertama = 1,12 x10-2 m, pada
titik kedua = 1,08 x10-2 m, pada titik ketiga = 1,04 x10-2 m, pada titik keempat =
9,94 x10-3 m, pada titik kelima = 9,61 x10-3 m, pada titik keenam = 9,26 x10-3 m,
pada titik ketujuh = 8,89 x10-3 , pada titik kedelapan = 8,84 x10-3 , pada titik
kesembilan = 8,12 x10-3 m, pada titik kesepuluh = 7,8 x10-3 m. Dari grafik diatas
dapat dilihat semua titik pada grafik mengenai garis tetapi tidak semua titik
tepat mengenai garis. Titik yang tidak tepat mengenai garis adalah titik ketujuh.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 134
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
E. PERHITUNGAN
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 135
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 136
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 137
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 138
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Q = 5,802 l/mm
= 9,67 x 10-5 m3/det
• Kemiringan dasar saluran (θB) = 0,000833
Kedalaman (D) = 15 mm
= 0,015 m
Luas permukaan aliran (A) = B x D
= 0,053 m x 0,015 m
= 7,95 x 10-4 m2
Q
Kecepatan (v) =
A
3
9,67×10-5 m /det
= -4
7,95×10 m2
= 1,22 x 10-1 m/det
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) = 2 D+B
2
7,95×10-4 m
= 2 (0,015 m)+0,053 m
= 9,58 x 10-3 m
√DHM ×θB = √9,58 × 10−3 𝑚 × 0,000833
= 2,83 x 10-3
2/3
DHM2/3 x √θB = (9,58×10-3 m) ×√0,000833
= 1,31 x 10-3
• Kemiringan dasar saluran (θB) = 0,001133
Kedalaman (D) = 14 mm
= 0,014 m
Luas permukaan aliran (A) = B x D
= 0,053 m x 0,014 m
= 7,42 x 10-4 m2
Q
Kecepatan (v) =
A
3
9,67×10-5 m /det
=
7,42×10-4 m2
= 1,30 x 10-1 m/det
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) = 2 D+B
2
7,42×10-4 m
= 2 (0,014 m)+0,053 m
= 9,16 x 10-3 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 139
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 140
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 141
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 142
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 143
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
• Titik 4
Kedalaman (D) = 4,6 cm
= 0,046 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,01 m
D+Z = 0,046 m + 0,01 m
= 0,056 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,046 m
= 2,44 x 10-3 m2
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,046 m+ 2
2×9,81 m/det2 ×(2,44×10-3 m2 )
= 4,61 x 10-2
• Titik 5
Kedalaman (D) = 3,45 cm
= 0,0345 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,022 m
D+Z = 0,0345 m + 0,022 m
= 0,0565 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,0345 m
= 1,83 x 10-3 m2
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,0345 m+ m 2
2×9,81 2 ×(1,83×10-3 m2 )
det
= 3,46 x 10-2
• Titik 6
Kedalaman (D) = 2,2 cm
= 0,022 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,036 m
D+Z = 0,022 m + 0,036 m
= 0,058 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,022 m
= 1,17 x 10-3 m2
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,022 m+
m 2 2
2×9,81 2 ×(1,17×10-3 m )
det
= 2,23 x 10-2
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 144
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
• Titik 7
Kedalaman (D) = 1 cm
= 0,01 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,05 m
D+Z = 0,01 m + 0,05 m
= 0,06 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,01 m
= 5,3 x 10-4 m2
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,01 m+ 2
m -4 2
2×9,81 2 ×(1,17×10 m )
det
= 1,15 x 10-2
• Titik 8
Kedalaman (D) = 0,6 cm
= 0,006 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,041 m
D+Z = 0,006 m + 0,041 m
= 0,047 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,006 m
= 3,18 x 10-4 m2
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,006 m+ 2 2
m
2×9,81 2 ×(3,18×10-4 m )
det
= 1,01 x 10-2
• Titik 9
Kedalaman (D) = 0,6 cm
= 0,006 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,0325 m
D+Z = 0,006 m + 0,0325 m
= 0,0385 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,006 m
= 3,18 x 10-3 m2
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,006 m+ 2 2
m
2×9,81 2 ×(3,18×10-4 m )
det
= 1,01 x 10-2
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 145
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
• Titik 10
Kedalaman (D) = 0,5 cm
= 0,005 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,022 m
D+Z = 0,005 m + 0,022 m
= 0,027 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,005 m
= 2,65 x 10-4 m2
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,005 m+ 2
m -4 2
2×9,81 2 ×(2,65×10 m )
det
= 1,09 x 10-2
• Titik 11
Kedalaman (D) = 0,4 cm
= 0,004 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,013 m
D+Z = 0,004 m + 0,013 m
= 0,017 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,004 m
= 2,12 x 10-4 m2
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,004 m+ 2 2
m
2×9,81 2 ×(2,12×10-4 m )
det
= 1,32 x 10-2
• Titik 12
Kedalaman (D) = 0,3 cm
= 0,003 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,003 m + 0 m
= 0,003 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,003 m
= 1,59 x 10-4 m2
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,003 m+ 2 2
m
2×9,81 2 ×(1,59×10-4 m )
det
= 1,93 x 10-2
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 146
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
• Titik 13
Kedalaman (D) = 0,3 cm
= 0,003 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,003 m + 0 m
= 0,003 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,003 m
= 1,59 x 10-4 m2
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,003 m+ 2
m -4 2
2×9,81 2 ×(1,59×10 m )
det
= 1,93 x 10-2
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 147
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Q = 7,5 l/m
7,5
= 1000×60 m3 /det
= 1,25 × 10-4
• Titik 1
Kedalaman (D) = 6,2 cm
= 0,062 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,062 m + 0 m
= 0,062 m
Luas permukaan aliran(A) =BxD
= 0,053 m x 0,062 m
= 3,286 x 10-3 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,062 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(3,286 x 10-3 )
-2
= 6,21 ×10 m
• Titik 2
Kedalaman (D) = 6,2 cm
= 0,062 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,062 m + 0 m
= 0,062 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,062 m
= 3,286 x 10-3 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,062 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(3,286 x 10-3 )
= 6,21 ×10-2 m
• Titik 3
Kedalaman (D) = 6,2 cm
= 0,062 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,062 m + 0 m
= 0,062 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,062 m
= 3,286 x 10-3 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,062 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(3,286 x 10-3 )
= 6,21 ×10-2 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 148
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
• Titik 4
Kedalaman (D) = 4,9 cm
= 0,049 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,01 m
D+Z = 0,049 m + 0,01 m
= 0,0590 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,049 m
= 2,597 x 10-3 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,049 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(2,597 x 10-3 )
-2
= 4,91 ×10 m
• Titik 5
Kedalaman (D) = 3,7 cm
= 0,037 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,022 m
D+Z = 0,037 m + 0,022 m
= 0,0590 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,037 m
= 1,961 x 10-3 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,037 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(1,961 x 10-3 )
= 3,72×10-2 m
• Titik 6
Kedalaman (D) = 3,5 cm
= 0,035 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,036 m
D+Z = 0,035 m + 0,036 m
= 0,0710 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,035 m
= 1,855 x 10-3 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,035 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(1,855 x 10-3 )
= 3,52×10-2 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 149
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
• Titik 7
Kedalaman (D) = 1,1 cm
= 0,011 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,05 m
D+Z = 0,011 m + 0,05 m
= 0,0610 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,011 m
= 5,83 x 10-4 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,011 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(5,83 x 10-4 )
= 1,33×10-2 m
• Titik 8
Kedalaman (D) = 0,5 cm
= 0,005 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,041 m
D+Z = 0,005 m + 0,041 m
= 0,0460 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,005 m
= 2,65 x 10-4 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,005 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(2,65 x 10-4 )
= 1,63×10-2 m
• Titik 9
Kedalaman (D) = 0,4 cm
= 0,004 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,0325 m
D+Z = 0,004 m + 0,0325 m
= 0,0365 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,004 m
= 2,12 x 10-4 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,004 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(2,12 x 10-4 )
= 2,17×10-2 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 150
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
• Titik 10
Kedalaman (D) = 0,3 cm
= 0,003 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,022 m
D+Z = 0,003 m + 0,022 m
= 0,025 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,003 m
= 1,59 x 10-4 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,003 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(1,59 x 10-4 )
= 3,45×10-2 m
• Titik 11
Kedalaman (D) = 0,3 cm
= 0,003 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,013 m
D+Z = 0,003 m + 0,013 m
= 0,0160 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,003 m
= 1,59 x 10-4 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,003 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(1,59 x 10-4 )
= 3,45×10-2 m
• Titik 12
Kedalaman (D) = 0,29 cm
= 0,0029 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,0029 m + 0 m
= 0,0029 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,0029 m
= 1,537 x 10-4 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,0029 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(1,537 x 10-4 )
= 3,66×10-2 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 151
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
• Titik 13
Kedalaman (D) = 0,2 cm
= 0,002 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,002 m + 0 m
= 0,002 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,002 m
= 1,06 x 10-4 m
2
Q
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,002 m+ 2
2×9,81 m/s2 ×(1,06 x 10-4 )
= 7,29×10-2 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 152
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
• Q = 6 l/menit
= 1×10-3 m3/s
D1 = 3 cm
= 0.03 m
A1 = B1 × D1
= 0.053 m × 0.03 m
= 1.590 × 10-3 m2
2
Q
E = D+
2 gA2
2
(1×10-3 m3 /s)
= 0.03 m + 2
2 × 9.81 m/s2 × (1.590 × 10-3 m2 )
= 5,0161 × 10-2 m
1.5
D = (0.03 m)1.5
= 5,1962 × 10-3 m
E1.5 = (5,0161 × 10-2)1.5
= 1,1234 × 10-2 m
• Q = 5,8 l/menit
= 9,67 × 10-4 m3/s
D1 = 3 cm
= 0,03 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,03 m
= 1.590 × 10-3 m2
2
Q
E = D+
2 gA2
2
(9,67 × 10-4 m3/s)
= 0,03 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1.590 × 10-3 m2 )
= 4,8852 × 10-2
1.5
D = (0,03 m)1.5
= 5,1962 × 10-3 m
E1.5 = (2,8958 × 10-2)1.5
= 1,0798 × 10-2 m
• Q = 5,6 l/menit
= 9,33 × 10-4 m3/s
D1 = 3 cm
= 0,03 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,03 m
= 1.590 × 10-3 m2
2
Q
E = D+
2 gA2
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 153
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
2
(9,33 × 10-4 m3 /s)
= 0,03 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1.590 × 10-3 m2 )
= 4,7550 × 10-2
D1.5 = (0,03 m)1.5
= 5,1962 × 10-3 m
E1.5 = (4,7550 × 10-2)1.5
= 1,0368 × 10-2 m
• Q = 5,4 l/menit
= 9 × 10-4 m3/s
D1 = 3 cm
= 0,03 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,03 m
= 1,590 × 10-3 m2
2
Q
E = D+
2 gA2
2
(9 × 10-4 m3 /s)
= 0,03 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,590 × 10-3 m2 )
= 4,6330 × 10-2
D1.5 = (0,03 m)1.5
= 5,1962 × 10-3 m
E1.5 = (4,6330 × 10-2)1.5
= 9,94 × 10-3 m
• Q = 5,2 l/menit
= 8,67 × 10-4 m3/s
D1 = 2,4 cm
= 0,029 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,029 m
= 1,537 × 10-3 m2
2
Q
E = D+
2 gA2
2
( 8,67 × 10-4m3 /s)
= 0,029 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,537 × 10-3 m2 )
= 4,5218 × 10-2
D1.5 = (0,024 m)1.5
= 4,9385 × 10-3 m
E1.5 = (4,5218 × 10-2)1.5
= 9,6153 × 10-3 m
• Q = 5 l/menit
= 8,33 × 10-4 m3/s
D1 = 2,8 cm
= 0,028 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,028 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 154
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
= 1,4840 × 10-3 m2
2
Q
E = D+
2 gA2
2
(8,33 × 10-4 m3 /s)
= 0,028 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,4840 × 10-3 m2 )
= 4,4059 × 10-2
D1.5 = (0,028 m)1.5
= 4,6853 × 10-3 m
E1.5 = (4,4059 × 10-2)1.5
= 9,2682 × 10-3 m
• Q = 4,8 l/menit
= 8 × 10-4 m3/s
D1 = 2,7 cm
= 0,027 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,027 m
= 1,4310 × 10-3 m2
2
Q
E = D+
2 gA2
2
(8 × 10-4 m3 /s)
= 0,027 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,4310 × 10-3 m2 )
= 4,2930 × 10-2
D1.5 = (0,027 m)1.5
= 4,4366 × 10-3 m
E1.5 = (4,2930× 10-2)1.5
= 8,8948 × 10-3 m
• Q = 4,6 l/menit
= 7,6 × 10-4 m3/s
D1 = 2,7 cm
= 0,027 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,027 m
= 1,4310 × 10-3m2
2
Q
E = D+
2 gA2
2
(7,6 × 10-4 m3 /s)
= 0,027 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,4310 × 10-3 m2 )
= 4,1376 × 10-2
D1.5 = (0,027 m)1.5
= 4,4366 × 10-3 m
E1.5 = (4,1376 × 10-2)1.5
= 8,4165 × 10-3 m
• Q = 3,4 l/menit
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 155
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
• Q = 4,2 l/menit
= 7 × 10-4 m3/s
D1 = 2,6 cm
= 0,026 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,026 m
= 1,3780 × 10-3 m2
2
Q
E = D+
2 gA2
2
(7 × 10-4 m3 /s)
= 0,026 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,3780 × 10-3 m2 )
= 3,9152 × 10-2
D1.5 = (0,026 m)1.5
= 4,1924 × 10-3 m
E1.5 = (3,9152 × 10-2)1.5
= 7,7470 × 10-3 m
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 156
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
F. ANALISA
Pada praktikum mekanika fluida , kami melakukan praktikum modul terakhir yaitu
modul enam tentang Saluran Dalam Aliran Terbuka atau disebut dengan Open Channel .
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk menghitung debit air yang melimpas pada
saluran terbuka persegi panjang dengan menggunakan alat ukur seperti bendung
ambang lebar, bendung segitiga, venturi flume, serta sluice gate . Dalam praktikum ini
tidak menjawab tujuan menentukan debit dikarenakan pada praktikum ini memakai debit
yang sudah ada maksudnya debit otomatis karena debit yang digunakan sudah pasti .
Tetapi pada praktikum kali ini mencari tentang energi spesifik dan kedalaman kritis .
Energi spesifik merupakan tenaga setiap satuan berat air pada sembarang
tampang diukur dari dasar saluran . Sedangkan kedalaman kritis didefinisikan sebagai
kedalaman air yang menyebabkan terjadinya aliran kritis . Jenis aliran terbagi menjadi
dua yaitu aliran terbuka dan aliran tertutup . Aliran terbuka adalah aliran yang langsung
berhubungan dengan atmosfer . Pada aliran terbuka memiliki permukaan yang bebas .
Sedangkan aliran tertutup adalah aliran yang tidak langsung berhubungan dengan
astmosfer . Pada aliran tertutup tidak mempunyai permukaan bebas karena air mengisi
seluruh penampang .
Sifat aliran sendiri ada tiga yaitu rapat massa , berat jenis dan viskositas . Adapun
aliran zat cair diklasifikasikan menjadi delapan jenis yaitu pertama adalah aliran viskos
dan invisid yaitu aliran dimana kekentalan zat dianggap nol atau ideal , kemudian aliran
kompressibel dan inkompressibel yakni dimana rapat massa dapat berubah dengan
perubahan tekanan , aliran laminer dan turbulen yakni aliran laminer adalah aliran fluida
yang bergerak dengan kondisi lapisan-lapisan yang membentuk garis-garis alir dan tidak
berpotongan satu sama lain dan Aliran turbulen adalah aliran fluida yang partikel-
partikelnya bergerak secara acak dan tidak stabil dengan kecepatan berfluktuasi yang
saling interaksi . Aliran ini digunakan pada modul lima tentang tumbukan pancaran air .
Selanjutnya adalah aliran (satu, dua , tiga dimensi) . Dalam aliran satu dimensi ,
kecepatan di setiap titik pada tampang lintang mempunyai besar dan arah yang sama .
Dalam aliran dua dimensi , semua partikel dianggap mengalir dalam bidang sepanjang
aliran, sehingga tidak ada aliran tegak lurus pada bidang tersebut . , Aliran rasional
terjadi apabila setiap partikel zat cair mempunyai kecepatan sudut terhadap pusat
massanya , dan tak rasional adalah aliran sebaliknya . Yang terakhir adalah Aliran (sub-
kritis , kritis , dan superkritis) . Aliran kritis adalah kondisi aliran yang dipakai sebagai
pegangan dalam menentukan dimensi bangunan ukur debit , gangguan permukaan .
Aliran sub kritis apabila gangguan tadi terjadi disuatu titik pada aliran yang dapat menjalur
ke arah hulu , kedalaman lebih besar dan kecepatan aliran rendah . Dan aliran super kritis
terjadi apabila kecepatan aliran cukup besar sehingga hambatan yang terjadi tidak
menjalar ke hulu , kedalaman lebih kecil dan kecepatan relatif tinggi .
Penerapan aliran kritis , subkritis dan super kritis dalam teknik sipil adalah pada
pintu gerak atau pintu sorong pada saluran irigasi , bendungan dan masih banyak lagi .
Kesalahan pada praktikum ini antara lain yaitu kesalahan pembacaan data , kesalahan
pengelihatan data , kesalahan alat dan masih banyak lagi .
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 157
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
G. KESIMPULAN
1. Praktikan dapat mengetahui perilaku aliran dalam saluran terbuka yang biasanya
dipengaruhi oleh kekentalan dan gravitasi sehubungan dengan adanya gaya inersia
aliran.
2. Praktikan dapat mengetahui ukuran debit air yang diukur melalui alat ukur bendung
segitiga, venturi flume.
3. Praktikan mampu mengamati pengaruh tiap alat ukur terhadap jenis aliran yang
berbeda.
4. Praktikan mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap nilai
energi spesifik pada aliran.
5. Praktikan dapat menentukan jenis aliran berdasarkan bilangan Froude.
6. Praktikan dapat mengetahui berdasarkan jenis aliran dalam saluran terbuka ada
tiga yaitu aliran kritis, aliran sub-kritis, dan aliran super kritis.
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 158
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
H. LAMPIRAN
6.1 Gambar Alat dan Bahan
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 159
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
(g) (h)
(i) (j)
Keterangan :
(i) Alat Rectangular Flow Channel Apparatus
(j) Pintu air
(k) Clamping Stud
(l) Hydraulic Bench
(m)Waterpass
(n) Bendung Segitiga
(o) Alat pengambil bendung
(p) Venturi Flume
(q) Penggaris
(r) Air
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 160
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 161
Nama : Aretha Chairunnisa Putri
NIM : 2019 – 21 - 070
KELOMPOK VII
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN 162